BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf ·...

30
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang sangat esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokal tubuh (Wasita Atmadja, 1997: 111). Luas permukaan kulit manusia dewasa sebesar 1,5 2 m 2 , dengan berat sekitar 3 kg dan berperan sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh dari luar, baik pengaruh fisik maupun kimia. Meskipun kulit relatif permeable terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapeutik atau efek toksik yang bersifat lokal atau sistemik. Selain itu kulit juga merupakan sawar (barrier) fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan gas, cair, maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun komponen mikroorganisme (Walters, 2002:10). Fungsi kulit antara lain: proteksi, absorbsi, eksresi, pengindera sensoris, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, serta ekspresi emosi (Wasita Atmadja, 1997: 111). Namun secara umum fungsi kulit adalah: 1. Fungsi proteksi Menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan gangguan yang bersifat panas. Misalnya radiasi, sengatan UV, gangguan infeksi luar terutama kuman maupun jamur. 2. Fungsi absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. 3. Fungsi ekskresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang sangat esensial dan vital

serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokal tubuh

(Wasita Atmadja, 1997: 111).

Luas permukaan kulit manusia dewasa sebesar 1,5 – 2 m2, dengan berat

sekitar 3 kg dan berperan sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh dari

luar, baik pengaruh fisik maupun kimia. Meskipun kulit relatif permeable terhadap

senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh

senyawa obat atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapeutik atau

efek toksik yang bersifat lokal atau sistemik. Selain itu kulit juga merupakan sawar

(barrier) fisiologik yang penting karena mampu menahan penembusan gas, cair,

maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun komponen

mikroorganisme (Walters, 2002:10).

Fungsi kulit antara lain: proteksi, absorbsi, eksresi, pengindera sensoris,

pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, serta ekspresi emosi (Wasita

Atmadja, 1997: 111). Namun secara umum fungsi kulit adalah:

1. Fungsi proteksi

Menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik misalnya tekanan,

gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat

iritan gangguan yang bersifat panas. Misalnya radiasi, sengatan UV, gangguan

infeksi luar terutama kuman maupun jamur.

2. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi

cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.

3. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

7

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung syaraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan

subkutis. Terhadap dingin oleh badan Krause. Rabaan diperankan oleh taktil

meissner. Terhadap tekanan diperankan oleh badan vates paccini.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak dilapisan basal dan sel ini

berasal dari rigi syaraf.

7. Fungsi keratenisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,

sel langerhans dan melanosit (Tranggono dkk, 11).

Secara patologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama dari luar ke dalam yaitu

epidermis, dermis dan endodermis.

Gambar 2.1 Struktur Kulit (Peckham, 2014)

a. Lapisan Epidermis (Walters, 2002: 25. Grassi, Mario, et.al.2007: 53)

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang mempunyai ketebalan sekitar

50 μm-1,5 mm, tersusun dari 15-25 sel, umumnya berfungsi sebagai penghalang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

8

terpenting dari hilangnya air, elektrolit, dan atau nutrien tubuh, serta menahan

masuknya senyawa asing dari luar.

Lapisan epidermis ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis. Stratum korneum (lapisan

tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel

gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya sudah berubah menjadi keratin

(zat tanduk).

Stratum lusidum terdapat langsung di bawah stratum korneum, merupakan

lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah berubah menjadi protein

eleidin. Lapisan ini terdapat jelas ditelapak tangan dan kaki. Ketebalannya berkisar

1%-10% dari total lapisan kulit. Lapisan ini sangat kering mengandung ≤ 15% air dan

terdiri dari beberapa lusin selsel mati berbentuk gepeng yang tersusun tumpang tindih

yang disebut korneosit, mengandung sekitar 65% keratin yaitu suatu protein yang

dihasilkan selama proses deferensiasi. Sel-sel stratum korneum saling berdempet satu

dengan yang lain dan bagian ini merupakan penghalang yang paling penting dari kulit

terhadap masuknya benda-benda asing. Umumnya stratum korneum mempunyai

ketebalan antara 10-20 μm. Stratum korneum ini mempunyai peran penting dalam

mengontrol absorbsi perkutan molekul-molekul obat. Stratum granulosum merupakan

2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel

diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak

mempunyai lapisan ini.

Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapisan sel berbentuk poligonal

dengan ukuran bermacam-macam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih

karena banyak mengandung glikogen dan inti sel terletak ditengah. Sel-sel ini makin

dekat dikulit makin gepeng bentuknya.

Stratum basalis terdiri atas sel-sel kubus yang tersusun vertikal dan pada taut

dermoepidermal berbaris seperti pagar, lapisan ini merupakan dasar epidermis.

b. Lapisan Dermis (Walters, 2002: 25, Grassi, Mario, et.al., 2007: 56)

Lapisan ini disebut juga korium, terletak pada lapisan kulit antara epidermis

dan jaringan lemak subkutan. Tebal lapisan sekitar 1-4 mm, tergantung bagian tubuh.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

9

Fungsi dermis ini terutama melindungi tubuh dari luka, menjadikan epidermis lebih

fleksibel, penghalang terhadap infeksi dan sebagai organ penyimpan air. Dalam

dermis terdapat kapiler darah, ujung-ujung saraf, pembuluh limfa, kelenjer keringat,

folikel rambut dan kelenjar sebasea.

Lapisan ini jauh lebih tebal dari pada epidermis, terbentuk oleh jaringan

elastis dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa

kulit. Lapisan ini terdiri atas:

1. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah.

2. Pars Retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis,

terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri

atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat dan sel-sel fibroblast.

Kolagen muda bersifat lentur namun dengan bertambahnya umur menjadi stabil dan

keras.

c. Lapisan Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak

ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk

kelompok yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan

ini berfungsi sebagai cadangan makan.

Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada

tiap–tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama

(berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock beaker atau pegas bila

tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk

mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di

bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot (Syaifuddin, 2003:

9). Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain :

1. Faktor Lingkungan meliputi:

a. Pengaruh Sinar matahari

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

10

Sinar ultraviolet : sinar ultraviolet, meskipun tidak dapat dilihat oleh mata

manusia, merupakan bagian dari sinar matahari yang sangat berpengaruh pada kulit.

Sinar UV dikelompokkan ke dalam 3 jenis, ultraviolet A (UVA), Ultraviolet B

(UVB), dan ultraviolet C (UVC), tergantung pada panjang gelombang. Sinar UV

dalam jumlah kecil bermanfaat karena membantu tubuh menghasilkan Vitamin D.

Meskipun begitu, sinar UV dalam jumlah besar merusak asam deoxyribonucleid

(DNA-bahan genetika tubuh) dan merubah jumlah dan jenis kimia yang membuat sel

kulit. Perubahan ini bertanggungjawab untuk mempengaruhi kerusakan pada sinar

UV, termasuk pembakaran, penuaan kulit prematur, berkerut, dan kanker kulit.

Meskipun UVA menembus ke dalam kulit, UVB bertanggung jawab lebih untuk

mempengaruhi kerusakan sinar UV. Terkena langsung sinar matahari membuat kulit

menua prematur. Terkena sinar matahari langsung bertanggungjawab terhadap

kerutan, halus dan kasar, pigmentasi yang tak teratur, kemerahan, dan bertekstur

kasar pada kulit yang terekspos (Songo, 2007: 29).

b. Pengaruh debu

Salah satu gangguan kulit yang disebabkan oleh debu adalah jerawat. Wajah

menjadi berjerawat karena banyaknya debu dan kotoran yang menempel di kulit atau

di permukaan wajah. Debu dan kotoran tersebut dapat menyumbat pori-pori kulit dan

menyebabkan minyak di lapisan kulit susah keluar. Sehingga terjadi produksi

kelenjar minyak yang berlebihan di kulit, akhirnya wajah sangat mudah terkena

resiko jerawat.

2. Faktor kimia

Eksim Merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit kemerah-merahan,

bersisik, pecah-pecah, terasa gatal terutama pada malam hari (eksim kering), timbul

gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah, bengkak, melepuh,

tampak merah, sangat gatal dan terasa panas. Eksim disebabkan karena alergi

terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun,

obat-obatan dan kosmetik.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

11

2.2. Tinjauan Tentang Radikal Bebas

2.2.1 Pengertian Radikal bebas

(Bahasa Latin: radicalis) adalah molekul yang mempunyai sekelompok atom

dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah bentuk radikal yang

sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang sangat pendek. Jika radikal bebas

tidak diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul seluler,

termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat (Dawn et al., 2000).

2.2.2 Mekanisme Kerja Radikal Bebas

Mekanisme terbentuknya radikal bebas dapat dimulai oleh banyak hal, baik

yang bersifat endogen maupun eksogen. Reaksi selanjutnya adalah peroksidasi lipid

membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak

sehingga terjadi kerusakan membran dan organel sel (Dawn et al., 2000).

2.2.3 Sumber Radikal Bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dari dalam sel oleh absorpsi tenaga radiasi

(misalnya sinar ultra violet, sinar X) atau dalam reaksi reduksi oksidasi yang selama

proses fisiologi normal atau mungkin berasal dari metabolisme enzimatik bahan-

bahan kimia eksogen. Tenaga radiasi dapat melisiskan air dan melepaskan radikal

seperti ion hidroksil dan H+. Radikal bebas lain ialah superoksida yang berasal dari

reduksi molekul oksigen. Oksigen secara normal direduksi menjadi air, tetapi pada

beberapa reaksi terutama yang menyangkut xantin oksidase, O2- dapat dapat

terbentuk (Dawn et al., 2000).

2.2.4 Dampak Negatif Radikal Bebas

Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya

berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang

memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu

bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas

dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit. Efek oksidatif radikal bebas

dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

12

kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal

bebas sehingga mempercepat penuaan (Sofia, 2005).

Peroksidasi molekul lemak mengubah atau merusak struktur molekul lemak.

Akibat akhir dari peroksidasi lemak ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel seperti malondialdehid (untuk

selanjutnya ditulis MDA), etana dan pentana. MDA terdapat di dalam darah dan urin

serta digunakan sebagai indikator adanya kerusakan akibat radikal bebas. Reaksi

peroksidasi lemak yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan berbagai macam

penyakit seperti kanker, jantung, dan penyakit degenaratif lainnya (Suryohudoyo,

1993).

2.2.5 Mekanisme Pertahanan Tubuh

Antioksidan merupakan pertahanan utama untuk memerangi kerusakan akibat

radikal bebas dan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemeliharaan kesehatan

tubuh (Percival, 1998).

2.3 Tinjauan Tentang Antioksidan

2.3.1 Pengertian Antioksidan

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron ( elektron

donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal

atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan

satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa

oksidan tersebut dapat di hambat. Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi

tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen

kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat

kerusakan akibat proses oksidasi (Winarti,2010).

Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan serta

kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan

berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah,

penuaan dini, dan lain-lain (Tamat et al. 2007; Sayuti dan Yenrina, 2015). Antioksidan

juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan

molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

13

dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid dan

polisakarida (Winarsi, 2007).

2.3.2 Klasifikasi Antioksidan

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi

antioksidan. Menurut Winarno (1984) mengklasifikasikan antioksidan berdasarkan

sumbernya, Ketaren (1986) antioksidan dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan

gugus yang terikat pada cincin benzena. Sedangkan Gordon (1990)

mengklasifikasikan antioksidan berdasarkan mekanisme reaksi.

2.3.2.1 Klasifikasi antioksidan berdasarkan sumbernya

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

antioksidan alami dan antioksidan sintetik.

2.3.2.1.1 Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari bahan alam.

Senyawa antioksidan yang termasuk ke dalam antioksidan alami antara lain ialah

tokoferol. Tokoferol yang disebut juga dengan vitamin E, merupakan antioksidan

alami yang paling banyak ditemukan dalam minyak nabati dan terdapat dalam bentuk

α, β, γ dan σ tokoferol. Tokoferol mempunyai banyak ikatan rangkap sehingga akan

melindungi lemak dari proses oksidasi (Winarno, 1984). Martin, et al., (1987),

mengatakan bahwa vitamin E memiliki paling sedikit dua peranan metabolik, yaitu

sebagai antioksidan alam yang paling kuat dan larut dalam lemak serta memainkan

peran spesifik dalam metabolisme selenium. Tokoferol bekerja sebagai antioksidan

pemutus rantai sebagai akibat kemampuannya memindahkan hidrogen fenolik ke

radikal peroksil. Struktur dari keempat jenis tokoferol tersebut adalah sebagai

berikut:

2.3.2.1.2 Antioksidan Sintetik

Winarno, (1984) mengatakan bahwa antioksidan sintetik yang sering

digunakan adalah Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylated hidroxytoluene

(BHT), Propylgalate (PG), Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) dan

Nordihydroquaretic Acid (NDGA). Antioksidan sintetik tersebut biasa ditambahkan

ke dalam lemak atau bahan pangan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan. BHA

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

14

biasanya digunakan sebagai antioksidan dalam bahan pangan. BHA ini sangat mudah

mengalami degradasi oleh panas dan irradiasi oleh sinar UV. BHT biasanya

ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan mencegah terjadinya proses

autooksidasi. BHT ini merupakan salah satu antioksidan monofenolik. Sedangkan

Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) merupakan antioksidan difenolik yang biasa

ditambahkan pada makanan.

2.3.2.3 Klasifikasi antioksidan berdasarkan mekanisme reaksi

Berdasarkan mekanisme reaksi, antioksidan terbagi menjadi tiga macam

yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier.

2.3.2.1.3 Antioksidan Primer

Menurut Gordon (1990), antioksidan primer adalah antioksidan yang

proses reaksinya terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang sangat reaktif dan

diubah menjadi senyawa yang stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini dapat berperan

sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain breaking donor) dan dapat berperan

sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking acceptor). Winarno (1984)

mengatakan, antioksidan primer adalah suatu zat atau senyawa yang dapat

menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen.

Antioksidan primer ini dapat berasal dari alam atau sintetis. Salah satu contoh

antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT).

2.3.2.1.4 Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder adalah suatu zat atau senyawa yang dapat mencegah

kerja prooksidan. Prooksidan adalah suatu senyawa yang dapat mempercepat

terjadinya proses oksidasi. Senyawa yang tergolong antioksidan sekunder ini bersifat

sinergis, yaitu interaksi antara dua antioksidan yang dapat meningkatkan efektifitas

antioksidan tersebut. Mekanisme reaksi sebagai antioksidan yang terjadi dapat berupa

penyerapan terhadap sinar UV (UV absorber), sebagai contoh senyawa flavonoid.

Mekanisme lain dapat berupa deaktivator dari ion logam (metal deactivator), yaitu

melalui pembentukan senyawa kompleks, contoh dalam bidang farmasi yang sering

digunakan adalah etilendiamintetraasetat (EDTA), asam sitrat, asam tartrat dan

beberapa asam amino. Asam – asam organik tertentu, biasanya dikarboksilat atau

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

15

trikarboksilat dapat mengikat logam – logam (sequestran), sebagai contoh salah satu

molekul asam sitrat akan mengikat prooksidan Fe seperti yang dilakukan pada

minyak kedelai. Etilendiamintetraasetat (EDTA) adalah sequestran logam yang sering

digunakan dalam minyak salad (Winarno, 1984).

2.3.2.3.3 Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomolekuler, seperti

memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas (Kartikawati,

1999).

2.4 Tinjauan Tentang Kosmetika

2.4.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika merupakan sediaan kimiawi yang sangat diperlukan untuk

penampilan sebagai bagian dari rasa percaya diri. Penggunaan kosmetik ternyata

selain dapat memperbaiki emosi, mengurangi stress, dan juga dapat mempengaruhi

sistem imun. Sediaan yang pada awalnya hanya dipakai untuk membersihkan

kemudian berkembang menjadi sediaan yang ditujukan untuk mengganti penampilan

(Pravitasari, 2011).

2.4.2 Klasifikasi Kosmetika

Menurut Tranggono dan Latifah (2007), Penggolongan menurut kegunaannya

bagi kulit;

1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di

dalamnya :

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer

cream, night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream /lotion.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

16

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengamplas.

2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat

warna dan pewangi sangat besar.

Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar.Kosmetik

dekoratif terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow, dan lain-

lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama

baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut,

dan lain-lain.

2.5 Tinjauan Tentang Tanaman

2.5.1 Marigold (Tagetes erecta L.)

Marigold merupakan tanaman yang biasa ditanam di kebun atau halaman

sebagai tanaman hias. Nama lain dari tanaman ini adalah randa kencana, ades, bunga

tahi ayam atau yang lebih sering dikenal oleh masyarakat adalah bunga tahi kotok.

Marigold berasal dari Meksiko dan biasa digunakan sebagai obat tradisional sebagai

fungisida, dan sebagai karangan bunga dalam tujuan keagamaan (Vasudevan et al.,

1997; Yolanda, 2012). Marigold sering disebut sebagai kenikir, gemintir (Bali), randa

kencana, ades (Indonesia), dan tahi kotok (Sunda) (Yolanda, 2012).Tanaman ini salah

satu tanaman herbal yang mempunyai aroma menyengat dan sangat mudah tumbuh di

Indonesia (Astuti, 2003). Marigold memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai

umur panen yaitu berkisar 35-40 hari, sehingga cocok untuk ditanam berdampingan

dengan tanaman pertanian lain dan dapat digunakan sebagai pagar dari tanaman

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

17

pertanian lain (Girwani et al., 1990). Tanaman ini memiliki 59 spesies, berikut adalah

tanaman marigold dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bunga dan Tanaman Marigold (Bali Gemitir, 2015; KAU Agri, 2013)

Marigold adalah tumbuhan tahunan yang dapat tumbuh pada tanah dengan pH

netral di daerah yang panas, cukup sinar matahari dan drainase baik. Menurut Astuti

(2003) marigold berasal dari Meksiko merupakan tanaman yang memiliki batang

tegak, percabangan tidak banyak dan tingginya 0,5-1 m. Marigold memiliki bunga

berbentuk bonggol, tunggal atau terkumpul dalam malai rata yang jarang dan

dikelilingi oleh daun pelindung yang berwarna hijau gelap dengan tekstur yang

bagus, berakar tunjang dan dapat berkembang biak dengan biji. Bunga marigold

merupakan bunga bertangkai panjang dan ujung tangkainya membesar. Bunga

memiliki susunan mahkota bunga rangkap, warna cerah yaitu putih, kuning, oranye

hingga kuning keemasan atau berwarna ganda (Winarto, 2010). Daun menyirip gasal,

tajuk daun kedua sisi berjumlah 5-9 dengan panjang 5-9 cm dan bergerigi, di dekat

tepi daun terdapat bintik-bintik kelenjar bulat.

2.5.2 Klasifikasi Tanaman Marigold

Taksonomi tanaman marigold diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

18

Genus : Tagetes

Jenis : Tagetes erecta

(Van Steenis, 2005)

2.5.3 Kandungan dan Manfaat Tanaman Marigold

Marigold mengandung karotenoid sebanyak 68 mg/100 g (Piccaglia et al.,

1998). Karotenoid yang terdapat dalam marigold adalah karotenoid yang berwarna

kuning seperti karoten (alfa dan beta karoten) dan xantofil (lutein dan zeaxantin)

(Handelman, 2001).

Menurut penelitian fitokimia yang dilakukan oleh Farjana et al (2009) dan

Ruddock et al (2011) dalam Priyanka et al (2013), berbagai macam bagian dari

tanaman marigold yang diisolasi menghasilkan kandungan kimia yang berbeda sepeti

thiopenes, flavonoid, karotenoid dan triterpenoid. Tanaman marigold diketahui

mengandung quercetagetin, glukosida dari quercetagatin, fenol, syringic acid, methyl-

3,5-dihidroxy-4-methoxy benzoate, quercetin, thienyldan etl gallate. Dua kandungan

utama yang ada di bunga marigold. adalah flavonoid dan karotenoid (Vasudevan et

al., 1997).

Karotenoid lutein ester, khususnya, telah diidentifikasi sebagai komponen

pigmen utama pada bunga marigold (Gong et al., 2012). Bunga marigold juga dapat

digunakan sebagai sumber karotenoid. Karotenoid yang berasal dari ekstrak bunga

marigold secara komersial digunakan sebagai pewarna dan suplemen makanan. Salah

satu karotenoid yang sering dijumpai adalah lutein. Ekstrak bunga marigold yang

dianalisis dengan LC-MS telah diketahui mengandung lutein (Breithaupt et al.,

2002). Lutein adalah oksikarotenoid, atau xantofil, yang mengandung 2 kelompok

akhir siklik (satu beta dan satu cincin alfa-ionone) dan struktur isoprenoid C-40 dasar

yang umum untuk semua karotenoid dan merupakan salah satu unsur utama dan

pigmen utama bunga marigold. Marigold adalah salah satu sumber lutein yang paling

pekat yaitu 80-90% lutein (Quackenbush and Miller, 1972). Kandungan lutein pada

marigold dapat berfungsi sebagai antioksidan (Zhang et al., 1991) serta dapat

meningkatkan fungsi kekebalan, menekan pertumbuhan kanker payudara, serta

menekan pembelahan sel limfosit (Chew et al., 1996).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

19

Karotenoid adalah pigmen alami yang berkontribusi pada karakteristik warna

kuning, oranye, dan kemerahan dari jaringan tanaman termasuk daun, buah, sayuran,

dan bunga. Mereka memainkan peran penting dalam fotosintesis, photoprotection,

perkembangan, sebagai hormon stres, dan molekul pensinyalan pada tanaman. Selain

itu, warna-warna ini berfungsi untuk menarik agen penyerbuk dan penyebar benih.

Beberapa karotenoid berperan sebagai prekursor vitamin A, yang merupakan

antioksidan yang efisien dan penting untuk nutrisi manusia. Karena properti ini,

konsumsi makanan kaya karotenoid dianggap menawarkan perlindungan terhadap

beberapa jenis kanker, kerusakan kulit akibat sinar UV, penyakit Berikut analisis

fitokimia Tagetes erecta (Devika and Justin, 2014). Flavonoid adalah metabolit

sekunder yang diperkirakan menghasilkan beberapa efek bermanfaat bagi kesehatan

manusia melalui sifat antioksidan dan khelat (Heim et al., 2002).

Tabel II.1 Hasil analisis fitokimia bunga marigold (Basavaraj, 2011).

Tests Ethanolic extract of flowers of

Tagetes erecta

Alkaloid Negative

Carbohydrates Negative

Flavonoid Positive

Steroid Positive

Triterpenoids Positive

Proteins Positive

Saponin Negative

Tannin Positive

Marigold dapat dipertimbangkan sebagai sumber lutein yang baik, lutein ester

dan sebagian besar pigmen (lebih dari 97%) ditemukan pada daun dan bunga

(Piccaglia et al., 1998). Kandungan senyawa -karoten, trans-lutein, lutein ester, dan

xantofil pada marigold digunakan sebagai pewarna makanan, pewarna kosmetik,

antioksidan, antikarsinogen, dan produk obat-obatan. Bunga marigold pada bidang

pertanian efektif dalam pencegahan nematoda pengganggu tanaman dan efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri (Winarto, 2010).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

20

Diketahui aktivitas antioksidan dari bunga marigold dilihat dari nilai IC50

beberapa penelitian. Pada hasil penelitian valvoya et al. (2012) didapat IC50 dari

ekstrak bunga Marigold seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel II.2 IC50 ekstrak bunga marigold (Valvoya et al., 2012)

Sample DPPH assay IC50 (µg/ml)

Methanol Extract 7,5±0,1

Ethanol Extract 7,6±0,1

Petroleum ether fraction 100,1±12,4

Chloroform fraction 23,1±0,2

Ethyl acetate fraction 4,3±0,4

Α-Tocopherol 3,5±0,2

Marigold merupakan tanaman yang digunakan untuk pengobatan dan

digunakan sebagai hiasan serta kegiatan keagamaan. Daun dari tanaman bunga

marigold ini dilaporkan digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit ginjal, sakit

pada bagian otot, ulcers dan luka. Bunga dari tanaman marigold digunakan sebagai

penyembuh deman, untuk merdakan epilepsi, asterigent, mencegah perut kembung,

skabies, komplikasi penyakit liver, dan mengobati penyakit mata. Marigold juga

digunakan sebagai antibakteria, antimikroba, antioksidan, repellant (Priyanka et al,

2013).

2.6 Krim

2.6.1 Pengertian Krim

Menurut Farmakope Indonesia V, Krim adalah bentuk sediaan stengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar

yang sesuai. Ada 2 tipe krim, krim tipe minyak dalam air dan tipe air dalam minyak

(Anonim, 1979). Krim adalah sediaan semi solid untuk eksternal (kulit). Krim

mempunyai dua sistem atau tipe, yaitu tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air

dalam minyak (A/M). Keduanya dibedakan oleh sifat fisika kimianya terutama dalam

hal penyerapan bahan obat dan pelepasannya dari basis (Banker dan Rhodes, 2002).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

21

2.6.2 Penggolongan Krim

Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci dengan air, jika digunakan

pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat

yang larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit.

Tetapi pada umumnya orang lebih menyukai tipe air dalam minyak (A/M), karena

penyebarannya lebih baik, walaupun sedikit berminyak tetapi penguapan airnya dapat

mengurangi rasa panas di kulit (Aulton, 2002).

Krim merupakan sediaan semi padat yang dibagi menjadi dua basis yaitu

basis serap dan basis yang dapat dicuci dengan air. Basis serap dibentuk dengan

penambahan zat-zat yang dapat dicampur dengan hidrokarbon dan zat yang memiliki

gugus polar seperti sulfa, sulfonat, karboksil dan hidroksil.

Basis serap ada 2 jenis yaitu anhidrat dan emulsi. Lanolin anhidrat dan

petrolatum yang hidrofilik merupakan contoh pembawa anhidrat yang menyerap air

untuk membentuk emulsi air dalam minyak, contoh emulsi ini adalah krim pendingin

(cold cream). Emulsi jenis krim pendingin sering menggunakan kombinasi boraks,

malam tawon sebagai pengemulsi, dengan minyak mineral atau minyak nabati

sebagai fase kontinu. Suatu lapisan tipis minyak pelindung tepat berada di kulit sesuai

dengan penguapan air, penguapan air yang lambat memberikan efek mendinginkan

kulit (Lachman dkk, 1994).

Pembuatan krim perlu digunakan zat pengemulsi. Pemilihan zat pengemulsi

harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat

pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, cetaceum, stearil alkohol,

setil alkohol, trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat,

polietilenglikol, sabun (Anonim, 1979). Kestabilan krim akan rusak bila terganggu

sistem pencampurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan

komposisi, disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau

pencampuran dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama

lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok

yang harus dilakukan dengan teknik aseptik (Anonim, 1979).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

22

Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembuatan krim adalah

seleksi terhadap basis yang cocok. Basis harus dapat campur secara fisika dan kimia

dengan obat yang dikandungnya. Basis tidak boleh merusak atau menghambat aksi

terapi dari obat dan dipilih agar dapat melepas obat pada daerah yang diobati. Basis

yang digunakan harus membuat krim menjadi stabil selama masih digunakan untuk

mengobati, stabil pada suhu kamar dan kelembapan udara serta tidak menyebabkan

inkompatibilitas.

2.6.3 Fungsi Krim

Krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan

kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk kulit yaitu

mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief,

2000). Selain itu, menurut British Pharmacopoeia, krim diformulasikan untuk sediaan

yang dapat bercampur dengan sekresi kulit. Sediaan krim dapat diaplikasikan pada

kulit atau membran mukosa untuk pelindung, efek terapeutik, atau profilaksis yang

tidak membutuhkan efek oklusif (Marriot, John F., et al., 2010).

2.6.4 Kualitas Dasar Krim

Kualitas dasar krim, yaitu: (Anief, 2005)

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam

kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi

lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai

dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat

atau cair pada penggunaan.

2.6.5 Bahan-bahan Penyusun Krim

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,

zat pengemulsi, zat pengawet (Ditjen POM, 1985).

1.Emolien

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

23

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari

lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

2. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

3. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban di

antara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit. Biasanya bahan

yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air

agar tidak menguap.

4.Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua

bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin

(Wasitaatmadja, 1997).

5.Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka

waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti

kuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga

kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat

menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

2.7 Emulgator (Emulsifying agent)

Menurut Nasution dkk, 2004, emulsifying agent merupakan bahan yang digunakan

untuk menurunkan tegangan antarmuka antara dua fasa yang dalam keadaan normal

tidak saling bercampur, sehingga keduanya dapat teremulsi. Secara struktur,

emulsifier adalah molekul amfifilik yang memiliki gugus hidrofilik maupun lipofilik

atau gugus yang suka air dan suka lemak dalam satu molekul.

Bahan yang umum dan sering digunakan dalam aplikasi kefarmasian sebagai

emulsifier dan stabilisator adalah sebagai berikut (Ansel,2011) :

1. Bahan yang mengandung karbohidrat alami

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

24

Bahan bahan berikut umumya menghasilkan emulsi tipe m/a. Contoh:

akasia,tragakan, pectin dan agar (Ansel,2011).

2. Bahan mengandung protein

Bahan-bahan ini menghsilkan emulsi m/a sebagai contoh gelatin kasein dan

kuning telur (Ansel,2011).

3. Bahan mengandung alkohol bermolekul tinggi

Bahan ini sebagai agen penebalan dan stabilisator untuk emulsi tipe minyak

dalam air dari lotion atau salep tertentu yang digunakan secara eksternal.

Bahan yang mengandung kolesterol dan turunannya dapat bekerja sebagai

pengemulsi eksternal tipe a/m sebagai contoh stearil alcohol, setil alcohol, dan

gliseril monostearat (Ansel,2011).

4. Agen pembasah (wetting agent) anionic, kationik, nonionic.

a. Anionik

Mempunyai ujung hidrofilik dan lipofilik dengan protein lipofilik yang

dihitung sebagai aktifitas permukaan molekul, pada anionik sebagian

permukaan lipofiliknya bermuatan negatif, contohnya sabun monovalent,

dan polivalen (Ansel,2011).

b. Kationik

Memiliki permukaan lipofilik bermuatan positif. Karena itu kombinasi

antara agen anionic dan kationik tidak dianjurkan karena dapat

menetralisir sifat antara keduanya, contoh: benzalkonium klorida

(Ansel,2011).

c. Nonionik

Tidak memiliki kecenderungan untuk mengionisasi, tergantung pada sifat

masing-masing tipe emulsi m/a ataupun a/m, contoh: ester sorbitan,

gliserol monostearat dan polioksietilen dan turunannya (Ansel, 2011).

5. Bahan mengandung padatan halus atau koloid

Umumnya tipe emulsi m/a. ketika larut bahan ditambahkan ke fase air jika

volume lebih banyak dari fase minyak. Namun jika bahan ini ditambahkan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

25

dalam fase minyak, dapat membentuk emulsi dengan tipe a/m, sebagai

contoh: bentonit, magnesium klorida dan alumunium hidroksida (Ansel,2011).

2.8 Uji Efektivitas Sediaan Antioksidan Dengan Metode DPPH

Salah satu metode umum yang sering digunakan untuk mengukur aktivitas

antioksidan adalah menggunakan radikal bebas DPPH (1,1 diphenyl- 2-

picrihydrazyl). DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan

sering digunakan untuk menilai aktifitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak

bahan alam. Metode ini dipilih karena sederhana, mudah, cepat, dan peka untuk

menilai aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Hanani et al., 2005).

Interaksi antioksidan dan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen

akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH, maka dari itu pada metode ini

yang diukur adalah aktivitas penghambatan radikal bebas. Menurut Tjandra et al.,

(2014), setelah larutan sampel dicampurkan dengan DPPH maka aktivitas

perendaman dapat ditandai dengan perubahan warna dari ungu, ungu pudar hingga

kuning.

Reaksi antara antioksidan dengan radikal bebas DPPH, membuat radikal

bebas DPPH menjadi berpasangan dengan atom hidrogen dari antioksidan, sehingga

membentuk molekul DPPH- H (diphenylpicrylhydrazine) yang non radikal. Intensitas

warna dapat diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang

sesuai, biasanya berkisar antara 515-520 nm sehingga aktivitas perendaman radikal

bebas dapat ditentukan (Inggrid dan Susanto, 2014). Parameter yang digunakan untuk

menujukkan aktivitas antioksidan adalah nilai Inhibition Concentration (IC50).

IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi larutan sampel yang

mampu mereduksi aktifitas DPPH sebesar 50% (Molyneux, 2004). Setelah

didapatkan nilai IC50, antioksidan dalam suatu zat dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis. Menurut Jun et al., (2012) suatu senyawa dikatakan memiliki

antioksidan sangat aktif bila nilai IC50 bernilai ˂ 50 ppm, aktif bila nilai IC50 bernilai

50-100 ppm, sedang bila nilai IC50 101-250 ppm, lemah bila nilai IC50 250-500 ppm,

dan tidak aktif bila nilai IC50 ˃ 500 ppm.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

26

Gambar 2.3 Struktur molekul DPPH (radikalbebas) dan DPPH- H (non radikal)

(Molyneux, 2004)

Gambar 2.4 Reaksi Penghambatan Radikal DPPH (Schwarz dkk., 2001)

Reduksi terhadap DPPH oleh antioksidan (antosianin) akan menghasilkan

penurunan absorbansi pada panjang gelombang 500-530 nm, semakin banyak DPPH

yang tereduksi oleh antioksidan (antosianin) maka hasil analisis aktifitas antioksidan

berdasarkan rumus akan semakin besar . Aktivitas antioksidan dapat dihitung dengan

rumus berikut ini.

Berdasarkan rumus tersebut, makin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi

nilai aktivitas penangkapan radikal.

2.9 Monografi Bahan

2.9.1 Setil alkohol (HM Unvala, 2009)

Sinonim : Alcohol cetylicus; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol

% Aktivitas antioksidan =Absorbansikontrol−Absorbansisampel

Absorbansikontrol x 100%

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

27

Nama kimia : Hexadecan-1-ol

Berat Molekul : 242.44

Rumus Molekul : C16H34O

Rumus Bangun :

Gambar 2.5 Struktur setil alkohol (Rowe et al., 2009)

Pemerian : Merupakan substansi dari lilin, berbentuk serpihan

putih, granul, kubus, memiliki karakter bau yang

menyengat dan tidak berasa.

Titik didih : 316-344ºC

Titik lebur : 45-52ºC

Densitas : 0,908 g/cm3

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan

meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak

larut dalam air, pada saat melebur dapat campur

dengan lemak, parafin padat atau cair dan isopropil

miristat.

Rentang kadar : 2-10% (Rowe et al., 2009)

Kegunaan : Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent

(Rowe et al., 2009).

Viskositas : ≈ 7 mPa s (7 cP) pada 50 ºC

Stabilitas dan penyimpanan : Setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya,

atau udara, tidak berubah menjadi tengik. Disimpan

dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang kering.

2.9.2 Asam Stearat (LV Allen Jr., 2009)

Asam stearat dapat berfungsi sebagai emulgator dalam pembuatan krim jika

direaksikan dengan basa (KOH) atau trietanolamin untuk menetralkannya (Idson dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

28

Lazarus, 1986). Rentang kadar untuk pembuatan krim yaitu 1-20% (Rowe et al.,

2009).

Sinonim : Acidum stearicum; cetylacetic acid

Nama kimia : Octadecanoic acid

Berat Molekul : 284.47 (for pure material)

Rumus Molekul : C18H36O2

Rumus Bangun :

Gambar 2.6 Struktur asam stearat (Rowe et al., 2009)

Pemerian : Asam Stearat berbentuk keras, putih atau agak

kekuningan, mengkilat, berbentuk kristal padat putih

atau serbuk putih kekuningan. Sedikit bau dan

memiliki rasa seperti lemak.

Titik didih : 383°C

Titik lebur : 69–70°C

Densitas : 0,980 g/cm3

Kelarutan : Mudah larut dalam benzena, carbon tetrachlorida,

kloroform, dan eter; Larut dalam ethanol (95%),

heksana, dan propilen glikol; praktis larut dalam air.

Stabilitas dan penyimpanan : Asam stearat merupakan bahan yang stabil; antioksidan

mungkin perlu ditambahhkan. Penyimpanan di tempat

yang tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

29

2.9.3 Triethanolamin (TEA)

Gambar 2.7 Struktur trietanolamin (Rowe et al., 2009)

Triethanolamin ((CH₂OHCH₂)₃N) atau TEA merupakan cairan tidak

berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

dan higroskopis. Cairan ini dapat larut dalam air dan etanol tetapi sukar larut dalam

eter. TEA berfungsi sebagai pengatur pH dan pengemulsi pada fase air dalam sediaan

skin lotion (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1993). TEA merupakan

bahan kimia organik yang terdiri dari amina dan alkohol dan berfungsi sebagai

penyeimbang pH pada formulasi skin lotion. TEA tergolong dalam basa lemah.

(Frauenkron et al, 2002). Konsentrasi yang digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-

4% (Goskonda dan Lee, 2005). Trietanolamin merupakan cairan kental, jernih, tidak

berwarna hingga kuning pucat dan sedikit berbau ammonia. Senyawa ini dapat

berubah warna menjadi coklat apabila terpapar udara dan cahaya. Selain itu juga

memiliki kecenderungan untuk memisah dibawa suhu 150C. Homogenitasnya dapat

diperoleh kembali dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan.

Senyawa ini sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara, terlindungi cahaya,

dingin, dan kering (Goskonda dan Lee, 2005).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

30

2.9.4 BHT (Butylated Hydroxytoluene)

Gambar 2.8 Struktur BHT (Butylated Hydroxytoluene) (Rowe et al., 2009)

BHT merupakan padatan kristal yang berwarna putih atau kuning pucat

dengan bau khas yang lemah. Memiliki sifat menyerupai BHA yaitu sering digunakan

dalam sediaan obat dan kosmetik dengan konsentrasi rendah (Anwar dkk, 2012).

Butylated hydroxytoluene digunakan sebagai antioksidan di kosmetik, makanan, dan

obat-obatan. Hal ini terutama digunakan untuk menunda atau mencegah ketengikan

oksidasi lemak dan minyak dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut

dalam minyak. Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan

warna dan kehilangan aktivitas. Butylated hydroxytoluene harus disimpan dalam

wadah tertutup, kontainer, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

Kelarutan BHT praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali

hidroksida, dan encerkan air, asam mineral. Bebas larut dalam aseton, benzena, etanol

(95%), eter, metanol, toluena, minyak tetap, dan minyak mineral. Lebih larut daripada

hydroxyanisole butylated dalam minyak makanan dan lemak. Kadar BHT untuk

pemakaian topikal adalah 0,0075-0,1% (Rowe et al., 2009).

2.9.5 Propilen Glikol

Nama lain propilen glikol di antaranya metil glikol, metil etilen glikol,

propana-1,2-diol dan lain-lain. Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak

berwarna, kental, praktis tidak berbau manis, rasa sedikit tajam mirip gliserin.

Propilen glikol memiliki titik leleh -59˚C. Larut dalam aseton, kloroform, etanol

(95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dari 6 bagian dari eter, tidak larut dalam minyak

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

31

mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial (Rowe

et al., 2009).

Gambar 2. 9 Struktur propilen glikol (Rowe et al., 2009)

Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, dan

pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan nonparenteral. Pelarut ini

umunya lebih baik dari gliserin dan melarutkan berbagai macam bahan, seperti

kortikosteroid, fenol, obat sulfam barbiturate, vitamin (A dan D), alkaloid, dan

banyak anestesi lokal. Dalam sediaan topikal setengah padat, propilen glikol biasa

digunakan sebagai humektan (±15%), pengawet antimikroba (15-30%), dan sebagai

solvent atau cosolvent (5-80%) (Rowe et al., 2009). Selain itu propilen glikol dapat

digunakan sebagai pengikat penetrasi pada konsentrasi 1-10% (Williams dkk, 2004).

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi pada

suhu tinggi dan tempat terbuka, cenderung mudah teroksidasi dan menghasilkan

produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen

glikol stabil bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan

mengandung air dapat disterilkan menggunakan autoklaf. Propilen glikol

inkompatibel dengan oksidator sepertu kalium permanganate. Propilen glikol bersifat

higroskopis, sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

2.9.6 Gliserin (FA Alvarez-Nu´ nez dan C Medina, 2009)

Sinonim : Glicerol; glycerine; glycerolum

Nama kimia : Propane-1,2,3-triol

Berat Molekul : 92.09

Rumus Molekul : C3H8O3

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

32

Rumus Bangun :

Gambar 2.10 Struktur gliserin (Rowe et al., 2009)

Pemerian : Gliserin tidak berwarna, bening, tidak berbau, kental,

cairan higroskopik, mempunyai rasa manis

Titik didih : 2900C (dengan dekomposisi)

Titik lebur : 17.80C

Densitas : 1.2656 g/cm3 at 150C; 1.2636 g/cm3 at 20

0C; 1.2620

g/cm3 at 250C.

Kelarutan : Larut dalam etanol (95%), metanol, dan air; agak larut

dalam aseton; praktis tidak larut dalam minyak,

kloroform, dan benzena; 1:500 dengan eter; 1:11

dengan etil asetat

Kegunaan : Dalam formulasi dan kosmetik farmasi topikal, gliserin

adalah digunakan terutama untuk sifat humektan dan

emoliennya. Gliserin digunakan sebagai pelarut atau

kosolvent dalam krim dan emulsi (Rowe et al., 2009).

Stabilitas dan penyimpanan : Gliserin bersifat higroskopis. Campuran gliserin dengan

air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil secara

kimia (Rowe et al., 2009).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

33

2.9.7 Nipagin (Metil Paraben)

Gambar 2.11 Struktur nipagin (Rowe et al., 2009)

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

101,0% metil-p-hidroksibenzoat dengan pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir

tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Ciri

dari nipagin yaitu larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam

3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P dan dalam larutan alkali

hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak

lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Khasiat nipagin adalah

sebagai zat tambahan, zat pengawet. Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup

baik (Departement Kesehatan RI, 1979). Kadar nipagin sebagai pengawet dalam

sediaan topikal yaitu 0,02-0-3% (Rowe et al., 2009).

2.9.8 Nipasol (Propil paraben)

Gambar 2.12 Struktur nipasol (Rowe et al., 2009)

Nipasol atau Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 101,0% propil-p-hidroksibenzoat, dengan pemerian berupa serbuk hablur

putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Nipasol sangat sukar larut dalam air, larut dalam

3,5 bagian ethanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol p

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

34

dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.

Memiliki suhu lebur 95°C-98°C, berkhasiat sebagai zat pengawet dan disimpan

dalam wadah yang tertutup baik (Departement Kesehatan RI, 1979). Kadar nipasol

sebagai pengawet dalam sediaan topikal yaitu 0,01-0-6% (Rowe et al., 2009).

2.9.9 Sodium Metabisulfit (Rowe et al.,2009)

Gambar 2.13 Struktur Sodium Metabisulfit

Sodium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan untuk oral, parenteral dan

topikal dengan konsentrasi 0,01 – 1,0% b/v, dan untuk formulasi injeksi

intramuskular 27% b/v. Pada konsentrasi diatas 550 ppm dapat menimbulkan

perubahan rasa.

Sinonim : Disodium disulfite, Sodium metabisulfit

Nama kimia : Sodium pyrosulfite

Berat Molekul : 190,1

Rumus Molekul : Na2S2O5

Pemerian : Tidak berwarna, kristal berbentuk prisma.

Titik lebur : kurang dari 1500C

Kelarutan : Mudah larut dalam gliserin, agak larut dalam etanol

95%, 1:9 dalam air, 1:1,2 dalam air 1000C

Stabilitas dan penyimpanan : Bila terpapar dengan udra dan kelembaban, sodium

metabisulfit perlahan-lahan teroksidasi dengan

desintegrasi dari kristal. Larutan Natrium metabisulfit

dapat terdekomposisi oleh udara, terutama bila

dipanaskan. Penyimpanan di tempat yang tertutup

rapat, terhindar dari cahaya, dan di tempat yang kering.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kuliteprints.umm.ac.id/42577/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... senyawa obat atau bahan berbahaya

35

2.9.10 Paraffin Liquid (Rowee et al., 2009)

Sinonim : Mineral oil, heavy mineraloil, liquid petrlatum,

paraffin oil

Nama kimia : Mineral oil

Pemerian : Mineral oil tidak berwarna, bening, cairan kental

seperti minyak, tidak berasa dan berbau ketika dingin,

memiliki bau sepeti minyak mineral ketika dipanaskan.

Titik didih : >3600C

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan

air; larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon

disulfida, ether.

Stabilitas dan penyimpanan : mengalami oksidasi ketika terpapar dengan panas dan

cahaya, antioksidan diperlukan untuk menghambat

oksidasi. Penyimpanan pada tempat kedap udara,

terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

Kegunaan : Digunakan sebagai eksipien dalam formulasi topikal

digunakan sebagai emolient. Sebagai emulsi topikal digunakan konsentrasi 1,0-

32,0%, untuk losion topikal 1,0-20,0%, ointment topikal 0,1-95%.