BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada...

17
11 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai penerapan Beneish-M Score Model dan Altman-Z Score Model dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan telah dikaji oleh Kartikasari dan Irianto (2010) di Indonesia. Penelitian tersebut memakai sampel perusahaan yang telah terbukti melakukan kecurangan pelaporan keuangan yaitu PT Indofarma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Beneish (1999) dan model Altman (2000) dapat diterapkan dalam pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan. Pertama, terkait penerapan model Beneish (1999) pada pelaporan keuangan PT. Indofarma Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk selama tahun 2001 sampai dengan 2007. Hasil menunjukkan bahwa M-Score PT. Indofarma Tbk pada tahun 2001 merepresentasikan kondisi perusahaan yang potensial terhadap adanya earning overstatement. Begitu juga dengan M-Score PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2001. Kedua, berdasarkan kecurangan pelaporan keuangan yang terdeteksi dengan model Beneish (1999) peneliti menghubungkan earning overstatement dengan kondisi kebangkrutan perusahaan yang didasarkan pada tahun 2001 perusahaan berada pada kondisi kritis atau rawan mengalami kebangkrutan. Hal ini menunjukkan adanya tekanan atau dorongan perusahaan untuk melakukan kecurangan. Islam (2019) meneliti akurasi dua model kecurangan laporan keuangan yaitu Beneish Ratio Index dan Altman Z-Score Model pada perusahaan manufaktur di Indonesia tahun 2016-2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perhitungan

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada...

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

11

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penerapan Beneish-M Score Model dan Altman-Z Score

Model dalam mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan telah dikaji oleh

Kartikasari dan Irianto (2010) di Indonesia. Penelitian tersebut memakai sampel

perusahaan yang telah terbukti melakukan kecurangan pelaporan keuangan yaitu

PT Indofarma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

model Beneish (1999) dan model Altman (2000) dapat diterapkan dalam

pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan. Pertama, terkait penerapan model

Beneish (1999) pada pelaporan keuangan PT. Indofarma Tbk dan PT. Kimia Farma

Tbk selama tahun 2001 sampai dengan 2007. Hasil menunjukkan bahwa M-Score

PT. Indofarma Tbk pada tahun 2001 merepresentasikan kondisi perusahaan yang

potensial terhadap adanya earning overstatement. Begitu juga dengan M-Score PT.

Kimia Farma Tbk pada tahun 2001. Kedua, berdasarkan kecurangan pelaporan

keuangan yang terdeteksi dengan model Beneish (1999) peneliti menghubungkan

earning overstatement dengan kondisi kebangkrutan perusahaan yang didasarkan

pada tahun 2001 perusahaan berada pada kondisi kritis atau rawan mengalami

kebangkrutan. Hal ini menunjukkan adanya tekanan atau dorongan perusahaan

untuk melakukan kecurangan.

Islam (2019) meneliti akurasi dua model kecurangan laporan keuangan yaitu

Beneish Ratio Index dan Altman Z-Score Model pada perusahaan manufaktur di

Indonesia tahun 2016-2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perhitungan

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

12

Beneish Ratio Index menghasilkan 50 perusahaan tergolong manipulator dan

perhitungan Altman Z-Score Model yang menghasilkan 28 perusahaan yang

tergolong mempunyai peluang kebangkrutan dari tahun 2016 sampai tahun 2019.

Hasilnya tidak dapat ditemukan perusahaan manufaktur yang dikenai sanksi OJK

(Otoritas Jasa Keuangan) terkait kecurangan laporan keuangan. Namun,

berdasarkan berita online terkait adanya indikasi kecurangan laporan keuangan

ditemukan 3 perusahaan yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Krakatau Steel

(Persero) Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Kesimpulan yang

didapat adalah Altman Z-Score Model lebih mampu mendeteksi indikasi

kecurangan atas ketiga perusahaan tersebut dibandingkan dengan Beneish Ratio

Index.

Rahman (2019) meneliti potensi kecurangan pelaporan keuangan pada

perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI dengan menggunakan 2 model Beneish.

Pada model 1 peneliti memakai Beneish model delapan variabel dan pada model 2

peneliti memakai Beneish model lima variabel. Sampel dalam penelitian ini adalah

39 laporan keuangan dari 13 perusahaan BUMN yang memenuhi kriteria. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa pada model 1 Beneish terdapat 19 laporan

keuangan yang terindikasi melakukan manipulasi terhadap laporan keuangannya,

sedangkan pada model 2 Beneish terdapat 6 laporan keuangan yang terindikasi

melakukan manipulasi terhadap laporan keuangannya. Kesimpulan yang didapat

yaitu model Beneish mampu mendeteksi manipulasi laporan keuangan pada

perusahaan BUMN.

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

13

Penelitian terdahulu memperkuat toeri Beneish dan Altman bahwa penerapan

Beneish M-Score Model dan Altman Z-Score dapat mendeteksi adanya manipulasi

laporan keuangan. Hubungan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini

adalah Beneish M-Score Model sebagai alat pendeteksi kecurangan pelaporan

keuangan dengan menggunakan Beneish Ratio Index yang diperkuat dengan

persamaan diskriminan dan titik pisah batas Altman Z-Score Model. Namun

Beneish M-Score Model dan Altman Z-Score Model hanyalah alat yang

ketepatannya hanya mencapai 71% saja, seperti yang diungkapkan Beneish dalam

jurnalnya. Meskipun belum mencapai 100% kedua alat ini dapat menjadi alat

pendeteksian awal yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan pelaporan

keuangan sehingga dapat meminimalisir kerugian yang tidak diinginkan di masa

depan. Kondisi nyata keuangan perusahaan akan memperkuat alat uji Beneish M-

Score Model dan Altman Z-Score Model dalam mendeteksi adanya indikasi

kecurangan pelaporan keuangan.

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

14

B. Kajian Pustaka

1. Fraud

Dalam akuntansi dan auditing, istilah fraud sering menjadi perbincangan dan

topik hangat mengenai kasus dan skandal keuangan. Menurut Tuanakotta (2013)

Fraud dinyatakan sebagai suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta

yang sebenarnya.

Karyono (2013) mengungkapkan istilah fraud sebagai suatu tindakan

penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum, yang dilakukan dengan sengaja

dengan tujuan menipu atau memberikan informasi yang keliru terhadap pihak-pihak

lain yang di lakukan oleh orang-orang yang berada di dalam maupun di luar

organisasi. Perbuatan ini dibuat untuk mendapatkan keuntungan bagi kelompok

yang memanfaatkan peluang tidak jujur yang dapat merugikan pihak lain, istilah ini

didukung oleh IIA (Institute of Internal Auditors) di Amerika yang mendefinisikan

kecurangan adalah tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang

ditandai dengan adanya unsur kesengajaan.

2. Red Flag

Wells (2008) mengungkapkan bahwa ada tanda-tanda adanya indikasi

kecurangan yang dapat dikenali sebagai berikut:

a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau

penggunaan dokumen tidak asli (fotocopy), piutang yang telah melewati

tanggal jatuh tempo dan berusia lanjut, nama dan alamat pembayaran sama

dengan nama dan alamat pembeli atau pegawai perusahaan.

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

15

b. Pada akuntansi terdapat ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai dalam

akuntansi yang berlaku, buku besar tidak akurat bahkan tidak seimbang

(balance) antara jumlah akun dari customer dan pemasok.

c. Pada pengendalian intern tidak adanya pemisahan tugas, tidak ada pengamanan

yang memadai untuk aset, tidak ada otorisasi yang tepat dan sistem informasi

akuntansi yang tidak lemah.

d. Pada prosedur analitis terdapat keanehan seperti akun pendapatan yang

meningkat sedangkan akun persediaan menurun, akun pendapatan yang

meningkat dengan arus kas yang menurun dan akun persediaan yang

meningkat dengan akun kewajiban yang menurun.

e. Gaya hidup mewah merupakan indikator melakukan fraud. Pelaku fraud yang

bergaya hidup mewah selalu berkeinginan “lebih” dibanding orang lain.

Individu tersebut cenderung boros dan mudah melakukan segala sesuatu untuk

memenuhi gaya hidupnya.

f. Adanya laporan pengaduan dan keluhan dari customer.

3. Faktor Pendorong Fraud

Setiap tindakan negatif selalu dipicu oleh suatu kondisi tertentu. Menurut

Cressey (1953) terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu

pressure (tekanan), opportunity (kesempatan) dan ratio-nalization (pembenaran)

ketiga kondisi tersebut yang disebut sebagai fraud triangle. Ketiga kondisi tersebut

merupakan hal yang mendasari perilaku fraud di berbagai situasi.

a. Pressure (Tekanan)

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

16

Pada umumnya yang melakukan perbuatan fraud adalah manajer karena pada

umumnya perusahaan akan menekan kinerja manajer untuk selalu memperoleh

rapor laporan keuangan yang baik dan diminati investor. Perusahaan juga memberi

tekanan yang kuat pada manajer untuk meningkatkan keuntungan investasi

termasuk meningkatkan penjualan.

b. Opprtunities (Kesempatan)

Menurut Novitasari dan Chariri (2019) Kesempatan manajer dalam

berperilaku menyimpang terbuka lebar ketika terjadi kelemahan pengawasan, tidak

efektifnya pengawasan manajemen atau terjadinya penyalahgunaan posisi. Faktor

kesulitan finansial juga merupakan faktor pendorong terjadinya fraud, ketika

seseorang menghadapi suatu kebutuhan keuangan yang mendesak mereka dapat

mencuri aset atau menggunakan aset untuk mewujudkan gaya hidup mereka.

Kesempatan terjadi karena ada niat pelaku fraud untuk melakukannya.

c. Rationalization (Rasionalisasi)

Rasionalisasi adalah bentuk dari pemikiran seseorang yang membenarkan

kejahatan yang dilakukannya. Rasionalisasi membuat seseorang yang pada awalnya

tidak ingin melakukan tindakan kecurangan, berubah ingin melakukannya. Menurut

Cressey (1950) hal ini dipengaruhi oleh komunikasi yang tidak efektif, keinginan

yang berlebihan untuk meningkatkan harga saham dan keinginan manajemen untuk

menekan angka laba guna menekan kepentingan pajak.

4. Bentuk-bentuk Fraud

Menurut ACFE (2016) fraud terdiri atas tiga kelompok besar yaitu:

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

17

a. Kecurangan laporan keuangan terbagi menjadi 2 jenis yaitu: (a) financial dan

(b) non-financial. Perbuatan yang membuat laporan keuangan menjadi tidak

seperti yang seharusnya dan dilakukan secara sengaja termasuk kedalam

kelompok fraud.

b. Penyalahgunaan aset yang terdiri atas kecurangan kas, persediaan dan aset

lain. Penyalahgunaan aset digunakan untuk keperluan pribadi tanpa adanya

ijin dari perusahaan.

c. Korupsi (menyuap dan menerima suap).

5. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)

Kecurangan pelaporan keuangan dilakukan dengan menyajikan laporan

keuangan menjadi lebih baik dari sesungguhnya dan dapat menjadi lebih buruk

dari sesungguhnya. Kecurangan laporan keuangan dapat merusak informasi

keuangan dan akibatnya dapat merugikan berbagai korban seperti kreditur,

investor, bahkan auditor. Menurut Karyono (2013) ada beberapa tujuan dari

kecurangan pelaporan keuangan, diantaranya:

a. Untuk menutupi ketidakmampuan perusahaan dalam menghasilkan uang/kas.

b. Untuk menggambarkan keadaan perolehan laba yang lebih baik.

c. Untuk memperoleh penghargaan bonus atas kinerja.

d. Untuk meninggikan nilai kekayaan guna mendapatkan keuntungan melalui

penjualan saham.

Berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan kecurangan antara lain:

1) Membuat pendapatan fiktif.

2) Mengakui investasi fiktif.

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

18

3) Mengakui perolehan aset tetap fiktif.

4) Membuat penilaian akhir yang tidak tepat.

5) Menyembunyikan kewajiban.

6) Menyembunyikan biaya dengan mengkapitalisasi biaya.

7) Menekan laba untuk menekan pengenaan pajak penghasilan badan bahkan

melakukan penghindaran pajak secara ilegal seperti menyembunyikan data

atau bahkan tidak melaporkan SPT Pajak.

6. Deteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan

Deteksi kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa

alat analisis. Menurut Barsky et al. (2003b) terdapat dua alat analisis dalam

pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan. Yaitu menggunakan model Beneish

(1999) dan menggunakan menggunakan model Altman (2000). Model Altman

menggunakan beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi

kebangkrutan suatu perusahaan berdasarkan rasio likuiditas, profitabilitas, dan

aktivitas yang selanjutnya rasio ini diformulasikan ke dalam rumus yang biasa

disebut Z-Score. Kedua, ialah menggunakan model Beneish (1999) untuk

mendeteksi adanya manipulasi laba dengan membandingkan indeks rasio kunci

Beneish berdasarkan standar GAAP violation atas indeks rasio kunci yang

dihasilkan tersebut.

a. Model Beneish (1999) dalam pendeteksian kecurangan pelaporan

keuangan

Model Beneish (1999) adalah suatu teknik analisis pelaporan keuangan yang

dapat diterapkan untuk mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan berupa

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

19

manipulasi laba (earning overstatement). Beneish (1999) melakukan penelitian atas

perbedaan kuantitif antara perusahaan yang teridentifikasi telah melakukan

manipulasi laba dan perusahaan yang teridentifikasi tidak melakukan manipulasi

laba. Beneish menggunakan data keuangan perusahaan lalu menghitung rasio

keuangan perusahaan tersebut untuk mengetahui apakah terjadi perubahan rasio

akibat adanya manipulasi. Beneish (1999) mengungkapkan bahwa pada umumnya

manipulasi laba ditunjukkan dengan peningkatan atas pendapatan atau penurunan

atas beban perusahaan secara signifikan dari suatu tahun (t) ke tahun sebelumnya

(t-1). Berdasarkan hal tersebut Beneish mengembangkan suatu rasio terkait dengan

perubahan aset dan pertumbuhan penjualan yang dirumuskan kedalam M-Score.

M-Score = -4,84 + 0,920 DSRI + 0,528 GMI + 0,404 AQI + 0,892 SGI + 0,115

DEPI – 0,172 SGAI – 0,327 LVGI + 4,697 TATA

Yang mana jika,

M-Score < -2,23 : Perusahaan tidak terindikasi kecurangan

M-Score > -2,22 : Perusahaan terindikasi kecurangan

Hasil penelitian Beneish (1999) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara manipulasi laba dengan beberapa rasio kunci. Adapun rasio kunci yang

dihasilkan Beneish terkait adanya manipulasi laba, antara lain:

1) Indeks jumlah hari penjualan dalam piutang (DSRI). Rasio ini

membandingkan piutang usaha tatas penjualan yang dihasilkan perusahaan

pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1). Rasio ini melihat apakah

piutang dan penjualan seimbang dalam dua tahun berturut-turut.

Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut:

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

20

DSRI = Piutang Usaha(t)/Penjualan(t)

Piutang Usaha(t−1)/Penjualan(t−1)

Beneish (1999) menyatakan bahwa jika DSRI ≥1,465 maka hal ini

menunjukkan adanya peningkatan atas jumlah piutang usaha yang dimiliki.

Karena peningkatan yang tidak proporsional kemungkinan mengindikasikan

terjadinya earning overstatement. Namun peningkatan piutang juga dapat

disebabkan oleh inflasi.

2) Indeks Laba Kotor (GMI) Rasio ini membandingkan perubahan laba kotor

yang dihasilkan perusahaan pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t -1).

Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut:

GMI = Laba Kotor(t−1)/Penjualan(t−1)

Laba Kotor(t)/Penjualan(t)

GMI merupakan rasio yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang

mana rasio ini merepresentasikan prospek perusahaan di masa depan. Beneish

(1999) menyatakan bahwa jika GMI ≥1,193 maka hal ini menunjukkan

terjadinya penurunan atas laba kotor perusahaan yang merepresentasi prospek

perusahaan yang mengalami penurunan. Kondisi ini mengindikasikan

terjadinya earning overstatement.

3) Indeks atas kualitas aset (AQI)

Rasio ini membandingkan aset tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan

selain aset tetap dengan total aset perusahaan pada suatu tahun (t) dan tahun

sebelumnya (t -1). Adapun rumus perhitungan AQI sebagai berikut:

AQI=1−

Aset Lancar(t)+Aset Tetap(t)

Total Aset(t)

1−Aset Lancar(t−1)+Aset Tetap(t−1)

Total Aset(t−1)

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

21

AQI menunjukkan kualitas aset tidak lancar perusahaan yang kemungkinan

akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa depan. Beneish (1999)

menyatakan bahwa jika AQI ≥1,254 maka hal ini menunjukkan terjadinya

penurunan atas kualitas aset. Dengan demikian terjadi peningkatan atas

jumlah aset tidak lancar yang dapat memberikan manfaat di masa depan dan

peningkatan jumlah beban yang ditangguhkan. Kondisi ini mengindikasikan

terjadinya earning overstatement.

4) Indeks atas pertumbuhan penjualan (SGI)

Rasio ini membandingkan penjualan pada suatu tahun (t) dan tahun

sebelumnya (t -1). Adapun rumus perhitungan SGI sebagai berikut:

SGI = Penjualan(t)

Penjualan(t−1)

Jika SGI ≥1,607 maka hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan atas

penjualan, sedangkan penurunan pada rasio ini menunjukkan adanya

penurunan atas penjualan. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya earning

overstatement.

5) Indeks atas beban depresiasi (DEPI)

Rasio ini membandingkan beban depresiasi terhadap aset tetap sebelum

depresiasi pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t -1). Adapun rumus

perhitungan DEPI sebagai berikut:

DEPI=

Depresiasi(t−1)

Depresiasi(t−1)+ AsetTetap(t−1)

Depresiasi(t)

Depresiasi(t)+ AsetTetap(t)

Jika DEPI ≥1,001 maka hal ini menunjukkan terjadinya penurunan atas

depresiasi aset tetap sedangkan penurunan atas rasio ini menunjukkan adanya

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

22

peningkatan atas tingkat depresiasi aset tetap. Oleh karena itu, Beneish (1999)

menyatakan bahwa jika DEPI >1, maka hal ini mengindikasikan terjadinya

earning overstatement.

6) Indeks atas beban penjualan, umum, dan administrasi (SGAI)

Rasio ini membandingkan beban penjualan, umum, dan administrasi terhadap

penjualan pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t -1). Adapun rumus

perhitungan SGAI sebagai berikut:

SGAI=

SGAI(t)

Penjualan(t)

SGAI(t−1)

Penjualan(t−1)

Jika SGAI ≥1,041 maka hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan atas

beban operasional perusahaan. beban administrasi, umum, dan penjualan atau

terjadinya penurunan atas penjualan. Dan sebaliknya, jika SGAI <1, maka

hal ini menunjukkan terjadinya penurunan atas beban operasional perusahaan

atau terjadi kenaikan atas penjualan. Beneish (1999) menyatakan bahwa jika

SGAI <1, maka hal ini mengindikasikan terjadinya earning overstatement.

7) Indeks atas tingkat hutang (LVGI)

Rasio ini membandingkan jumlah hutang terhadap total aset pada suatu tahun

(t) dan tahun sebelumnya (t -1). Rasio ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana tingkat hutang yang dimiliki perusahaan terhadap total asetnya

dari tahun ke tahun. Adapun rumus perhitungan LVGI sebagai berikut:

LVGI=

Total Kewajiban(t)

Total Aset(t)

Total Kewajiban(t−1)

Total Aset(t−1)

Jika LVGI ≥1,037 maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

atas komposisi hutang dari seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan,

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

23

sedangkan penurunan atas rasio ini menunjukkan adanya penurunan atas

jumlah hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Beneish (1999) menyatakan

bahwa jika LVGI >1, maka hal ini mengindikasikan kondisi perusahaan yang

potensial atas terjadinya earning overstatement untuk memenuhi

kewajibannya.

8) Indeks atas total akrual terhadap total aset (TATA)

Total akrual yang tinggi menunjukkan tingginya jumlah laba akrual yang

dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kas atas laba

yang dihasilkan ialah rendah. Beneish (1999) menyatakan bahwa nilai TATA

yang tinggi (positif) mengindikasikan kondisi perusahaan yang potensial atas

terjadinya earning overstatement melalui peningkatan atas transaksi akrual

dalam pengakuan pendapatan. Adapun rumus perhitungan total aset sebagai

berikut:

TATA = Laba usaha(t)−Arus Kas dari Aktivitas Operasi(t)

Total Aset (t)

Jika TATA ≥ 0,031 maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan

diklasifikasikan berada dalam kriteria kondisi yang potensial terhadap adanya

earning overstatement.

Secara keseluruhan, Beneish M-Score Model menjelaskan teknik

analisis pelaporan keuangan yang dapat membantu dalam pemeriksaan atas

pelaporan keuangan suatu perusahaan. Uraian di atas memperkuat pernyataan

Barsky et al. (2003a) yang menyatakan bahwa model Beneish (1999) dapat

diterapkan untuk mendeteksi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

24

b. Model Altman (2000) dalam mendeteksi kesehatan perusahaan yang

dihubungkan dengan kecurangan pelaporan keuangan perusahaan

Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu faktor yang memiliki

keterkaitan dengan kecurangan pelaporan keuangan. Hal ini sebagaimana

dijelaskan oleh Kartikasari dan Irianto (2010) bahwa sebagian besar kebangkrutan

yang terjadi pada perusahaan-perusahaan raksasa disebabkan oleh adanya

manipulasi pembukuan. Hal di atas menjadi dasar atas penerapan teknik analisis

pelaporan keuangan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman

dalam pendeteksian kecurangan pelaporan keuangan. Altman (1968)

mengembangkan suatu model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio

keuangan yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu likuiditas,

profitabilitas, leverage, solvency, dan aktivitas yang dikembangkan ke dalam model

analisis multidiskriminan sebagai berikut:

Z= 1.2𝑍1 + 1.4𝑍2 + 3.3𝑍3+0.6𝑍4 + 0.999𝑍5

Keterangan:

Z1 = modal kerja / total aktiva

Z2 = saldo laba / total aktiva

Z3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva

Z4 = nilai kapitalisasi pasar saham / nilai buku kewajiban

Z5 = penjualan / total aktiva

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

25

Model prediksi kebangkrutan perusahaan yang telah dikembangkan oleh

Altman (1968) mengalami suatu revisi pada tahun 2000. Revisi yang dilakukan oleh

Altman atau disebut Z- Score merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model

prediksi kebangkrutan dapat diterapkan untuk perusahaan go public, perusahaan

tidak go public dan perusahaan manufaktur dan perusahaan non-manufaktur atau

bisa diimplementasikan di semua jenis perusahaan. Tetapi perusahaan non-

manufaktur mempunyai rumus yang berbeda, yaitu hanya memakai 4 dari 5 rasio

Altman. Perbedaan atas Altman (2000) ini terletak pada perubahan salah satu

variabelnya yaitu rasio X4. Pada model sebelumnya yaitu Altman (1968) nilai

modal ditentukan berdasarkan nilai kapitalisasi pasar, sedangkan Altman (2000)

membuat reestimasi lengkap dari model yaitu nilai modal yang digunakan dalam

menghitung rasio X4 ialah berdasarkan nilai buku atas modal yang dimiliki. Pada

altman (2000) semua koefisien akan berubah dan nilai cut off juga akan berubah.

Adapun fungsi persamaan atas Z-Score ialah sebagai berikut:

Z= 0.717𝑋1 + 0.874𝑋2 + 3.107𝑋3+0.420𝑋4 + 0.998𝑋5

Keterangan:

𝑋1 = Modal Kerja / Total Aset

𝑋2 = Saldo Laba / Total Aset

𝑋3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset

𝑋4 = Nilai Buku Ekuitas / Nilai Buku Kewajiban

𝑋5 = Penjualan / Total Aset

Yang mana jika,

Z < 1,23 : Perusahaan dalam kondisi bangkrut

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

26

1,23 ≤ Z ≤ 2,90 : Perusahaan dalam kondisi kritis/ rawan bangkrut

Z >2,90 : Perusahaan dalam kondisi sehat

Z-Score digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan dan

sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik

tentang Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan

bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sudah besar dan

makmur, bila Z-Score mengalami penurunan, maka perusahaan harus berhati-hati.

Adapun uraian dari masing-masing variabel.

1) Rasio 𝑋1 = Modal Kerja / Total Aset, merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada

umunya, apabila modal kerja menurun maka perusahaan akan mengalami

kesulitan keuangan.

2) Rasio 𝑋2 = Laba Ditahan / Total Aset, pada rasio ini umur perusahaan sangat

penting karena semain lama perusahaan itu beroperasi, maka semakin besar

pula kesempatannya untuk mengakumulasi laba di tahannya.

3) Rasio 𝑋3= EBIT/ Total Aset, rasio ini untuk mengukur seberapa efektif

produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari

rata-rata bunga yang dibayar, maka perusahaan cederung lebih banyak

menghasilkan uang daripada bunga pinjaman.

4) Rasio 𝑋4 = Nilai Buku Ekuitas / Total Hutang , pada umumnya perusahaan

yang gagal mengakumulasi akan berdampak lebih banyak hutang dibanding

modalnya sendiri.

Page 17: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/59114/3/BAB 2.pdf · a. Pada dokumen bukti transaksi terdapat bukti transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen

27

5) Rasio 𝑋5 = Penjualan / Total Aset, rasio ini mengukur kemampuan

manajemen dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan penjualan,

penjualan yang di maksud disini adalah penjualan bersih.