BAB II LANDASAN TEORI 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4585/3/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4585/3/BAB...
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Teori Pemecahan Saham
Terdapat teori yang menjelaskan motivasi perusahaan melakukan
pemecahan saham yaitu Signaling theory dan Trading range theory.
a) Signaling Theory
Menurut Sharpe (1997: 211) dalam Ivana (2011), signaling theory
menekankan bahwa pengumuman informasi laba akuntansi
memberikan signal positif bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik
untuk melakukan perdagangan saham. Dengan demikian hubungan
antara pemecahan saham terhadap laba dapat dilihat dari informasi
laporan keuangan tahunan perusahaan. Salah satu jenis informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di
luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak
berkaitan dengan laporan keuangan.
Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua
investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif
10
setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio
dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan.
Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara
terbuka dan transparan. Menurut Lestari (2012) signaling theory atau
dikenal juga dengan istilah information asymmetry menyatakan bahwa
stock split memberikan sinyal yang informatif kepada investor
mengenai prospek peningkatan return yang substansial dimasa
mendatang. Pada tingkat asimetri informasi tertentu antara manajer
dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil keputusan
untuk melakukan stock split agar informasi yang menguntukan dapat
diterima oleh investor.
b) Trading Range Theory mengatakan bahwa stock split akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga
saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham
tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga
saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak
investor yang bertransaksi (Zein, Indrawati dan Hariyani, 2014).
Harga saham akan mencerminkan nilai perusahaan. Semakin tinggi
harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Namun bila
harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor
untukberinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi
(Damayanti, Atmajaya dan Darmawan 2014).
11
2.1.2 Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran ata s instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal
sebagai ”kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek
(Samsul, 2015).
Menurut Sunariyah (2011), pasar modal merupakan tempat pertemuan
antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para
pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai
kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga
yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan
(entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara
listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.
Dengan wawasan yang luas, proses transaksi pada dasarnya tidak dibatasi
oleh lokasi dan dinding gedung pasar modal, mengingat transaksi dapat
terjadi dimanapun juga. Meskipun demikian, dalam rangka menciptakan
iklim usaha yang sehat dan dapat dipercaya, maka transaksi diatur dalam
kerangka sistem yang terpadu di bawah kendali suatu pasar modal yang
secara legal dijamin oleh undang-undang negara. Tanpa jaminan kepastian
hukum dari negara, maka transaksi investasi tidak akan terlaksana dan tidak
akan menghasilkan iklim yang kondusif. Jaminan yang diberikan negara
akan mendorong pasarmodal menjadi efisien.
12
Pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada
umumnya. Pasar modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka
panjang, alternatif investasi dan wahana untuk melakukan restrukturisasi
permodalan perusahaan. Manfaat pasar modal bagi investor adalah untuk
memberikan kesempatan atau hak kepada masyarakat untuk memiliki
perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik di masa depan,
dan merupakan alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
denganrisiko yang bisa diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal
bagi dunia usaha adalah membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta
memberikan akses kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan
usahanya, mendorong pemanfaatan manajemen profesional dalam
pengelolaan perusahaan, wahana untuk melakukan investasi dalam jangka
pendek (likuiditas) maupun jangka panjang (growth), dan merupakan
sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan. Pasar modal dirancang
untuk investasi jangka panjang.
Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah, organisasi
dan perusahaan. Nilai nominal investasi bisa sama dengan pasar uang atau
bisa lebih rendah atau lebih tinggi, yang membedakan bukanlah nilai
nominal investasi tetapi jangka waktu penanaman investasi. Misalnya,
jangka waktu pemegang saham tidak terbatas, tetapi deposito biasanya
mempunyai waktu kurang dari satu tahun. Di pasar modal, penawaran dan
permintaan sangat bervariasi dibandingkan pada pasar uang. Dari segi lain,
penawaran pada saat ini bisa menjadi permintaan besok. Tetapi, pemain
13
yang memegang peranan penting adalah perusahaan-perusahaan dengan
berbagai ukuran yang menggunakan dana jangka panjang.
Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam suatu negara yang
pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang
lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan
keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Terkecuali dalamsuatu negara dengan perekonomian sosialis ataupun
tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan. Pasar modal yang efisien
merupakan suatu bentuk pasar yang terdiri dari banyak penjual dan pembeli
yang saling berinteraksi di dalamnya dan memiliki karakter yang bersifat
bebas (free market), di mana cukup mudah bagi para investor baru untuk
masuk dan mengadakan transaksi dan sebaliknya, juga cukup mudah bagi
lainnya untuk meninggalkan pasar setiap saat. Beberapa aspek tambahan
lainnya yang merupakan syarat utama terbentuknya suatu pasar modal yang
efisien adalah aspek-aspek berikut ini:
a. Ketersediaan dan penyebaran informasi
Informasi tersedia bagi masyarakat secara bebas dan relatif tanpa biaya.
Pentingnya ketersediaan dan penyebaran informasi ini disebabkan oleh
investor membutuhkan informasi terkait secara cepat dan terus menerus
untuk melakukan penilaian harga saham, sehingga informasi tersebut dapat
dengan segera tercermin pada harga saham.
14
b. Harga saham berfluktuasi bebas
Harga saham tidak dapat dikendalikan oleh penjual dan pembeli di pasar
modal. Investor individu tidak cukup kuat untuk mempengaruhi pergerakan
harga saham. Terdapat beberapa investor institusi yang cukup kuat
mempengaruhi harga. Investor ini dikendalikan melalui peraturan pasar
modal sehingga tidak dapat melakukan manipulasi harga.
c. Terdapat analis investasi dalam jumlah besar di pasar modal
Dikenal adanya dua tipe analis investasi yang membantu terjadinya
perubahan harga saham secara acak di pasar modal. Pertama, para analis
fundamental berusaha mempelajari kondisi perekonomian secara umum.
Kedua, para analis teknikal yang berusaha mempelajari pergerakan harga
saham di masa lalu dan mencari suatu pola-pola tertentu dari perubahan
harga di masa lalu tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa semakin
banyak analis investasi dan maraknya persaingan antar mereka akan
membuat pasar modal setiap saat menunjukkan harga saham yang
mencerminkan semua informasi yang relevan.
2.1.3 Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi
lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut
Husnan (2015:29) dalam I Ketut Pradipta (2017), “saham merupakan
secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki
kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
15
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Dalam transaksi
jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling
dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2011:6), ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu:
A. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan
laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi,
pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam
pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. Menurut Siamat
(2014:385), ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut:
a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b) Memiliki hak suara (one share one vote).
c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir
apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan
apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen
akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan
asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen menurut Siamat
(2014:385) adalah:
a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden
16
b) Tidak memiliki hak suara
c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam
pencalonan pengurus
d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu
setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi
B. Ditinjau dari cara peralihan:
1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum,
siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2) Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama
pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
C. Ditinjau dari kinerja perdagangan:
1) Blue Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten
dalam membayar dividen.
2) Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen
lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
17
sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen
tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan
potensi.
3) Growth Stocks
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4) Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5) Counter Cyclical Stocks
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini
tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi
sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan
yang tinggi pada masa resesi.
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah
permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika
jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek
maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan.
18
Menurut Alwi (2013:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan
harga saham antara lain:
1) Faktor Internal yaitu:
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,
manajemen, dan struktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha
lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit
margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
19
2) Faktor Eksternal yaitu:
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan
perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.1.4 Stock Split
Menurut Nining (2012) stock split merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan
terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham
sesuai dengan split factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah
saham yang beredar sebelum dilakukannya split dengan jumlah saham yang
beredar setelah dilakukannya split. Stock split biasanya dilakukan pada saat
harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan
para investor untuk membelinya.
20
Dengan melakukan stock split diharapkan harga saham yang dinilai terlalu
tinggi dapat menurun sehingga dapat menarik investor untuk membeli dan
meningkatkan volume perdagangan saham tersebut. Stock split berarti
memecah selembar saham menjadi sejumlah lembar saham. Stock split akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa
transaksi jual beli. Setelah dilaksanakan stock split, nilai nominal saham per
lembar dan jumlah lembar saham mengalami perubahan, sebaliknya nilai
total nominal saham tidak mengalami perubahan. Kondisi ini tidak
menyebabkan perubahan nilai ekuitas pemegang saham. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa peristiwa stock split tidak memiliki nilai ekonomis
karena tidak menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan investor dan
tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan pemegang saham.
Stock split merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah
nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio
stock split yang ditentukan. Perubahan nilai nominal tersebut hanya
mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah
jumlah modal ditempatkan dan modal disetor (paid in capital). Dengan kata
lain, aksi pemecahan saham tidak akan mengurangi atau menambah nilai
investasi dari pemegang saham/investor.
Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan
jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi seperti ini, maka
perdagangan saham pelaku stock split diharapkan bisa lebih likuid dan
kemampuannya menggalang dana untuk perusahaan akan semakin baik.
21
Selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut, kesempatan masyarakat
luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi.
Menurut Nining (2012) harga saham selalu mengalami perubahan setiap
harinya bahkan tiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu
investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Adapun faktor internal menurut Nining (2012) antara lain sebagai berikut :
a. Laba perusahaan
b. Pertumbuhan aktiva tahunan
c. Likuiditas
d. Nilai kekayaan total
e. Penjualan
Sedangkan faktor eksternal menurut Nining (2012) adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan pemerintah dan dampaknya
b. Pergerakan suku bunga
c. Fluktuasi nilai tukar mata uang
d. Rumor dan sentimen pasar
Baker dan Powell (dalam Retno, 2011) menyatakan bahwa pemecahan
saham memberikan sinyal/informasi kepada investor mengenai prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Keputusan melakukan pemecahan
saham yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ternyata merupakan
suatu keputusan yang mahal. Semakin tingginya tingkat komisi saham dan
menurunnya harga saham mengakibatkan bertambahnya biaya yang
22
dikeluarkan manajemen perusahaan dalam melakukan kebijakan pemecahan
saham.
Menurut Lestari (2016) dengan adanya stock split, harga saham menjadi
tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu
bertransaksi. Kondisi ini menyebabkan semakin bertambahnya jumlah
saham yang diperdagangkan dan jumlah pemegang saham. Jadi, menurut
Lestari (2016), Trading range theory perusahaan melakukan stock split
karena memandang harganya terlalu tinggi.
Menurut Akhmad dan Ramadiyansari (2013), stock split adalah penurunan
nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecah (split factors). Split
factors diartikan sebagai perbandingan antara jumlah saham yang beredar
setelah pemecahan dengan saham yang beredar sebelum pemecahan. Pada
dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu
pemecahan naik (split-up) dan pemecahan turun (split-down atau reverse
split). Pemecahan saham naik adalah penurunan nilai nominal per lembar
saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar,
sedangkan pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar
saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar.
Corporate action adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
dan mempunyai kemungkinan mempengaruhi harga saham di bursa efek.
Keputusan perusahaan untuk melakukan suatu aksi didasarkan pada
beberapa tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan modal dan untuk
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Corporate action yang
23
seringkali dilakukan di pasar modal adalah stock split, right issue, saham
bonus dan pembagian dividen (Rusliati dan Farida, 2010).
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kondisi perekonomian Indonesia
dan pasar modal tahun 2015 ini sedang melemah. Paket kebijakan ekonomi
yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan insentif bagi pertumbuhan
ekonomi. Situasi itu membuat laju IHSG BEI sepanjang Januari hingga
Desember 2015 mengalami tren konsolidasi cenderung melemah. Harga
saham yang secara absolut terlalu tinggi menjadi penyebab saham kurang
likuid diperdagangkan di bursa, selain itu juga sulit dijangkau oleh investor
individu. Oleh karena itulah sejumlah emiten berupaya menjaga harga agar
saham tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih
banyak diperdagangkan. Aksi korporasi untuk mencapai tujuan tersebut
biasa dilakukan melalui stock split.
Latar belakang stock split dilakukan biasanya berawal dari harga yang
diperkirakan terlalu tinggi dapat memberikan kesan mahal bagi investor
sehingga tidak semua investor berani membeli saham tersebut. Kemampuan
investor untuk membeli saham juga menjadi berkurang. Menyikapi kondisi
ini, Bursa Efek Indonesia menjalin komunikasi dengan manajemen emiten
untuk mengambil opsi stock split. Dengan demikian, tingkat likuiditas
saham yang umumnya punya fundamental bagus tetap berlanjut.
Pendekatan tersebut juga bertujuan agar saham-saham yang saat ini
harganya sudah terlalu tinggi, kembali terjangkau oleh investor yang
bermodal minim. Selain itu, dengan semakin banyaknya jumlah saham yang
diperdagangkan (likuid), diharapkan pasar akan semakin ramai. Pada
24
dasarnya stock split merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi
jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang
lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Dengan demikian
saham emiten di pasar akan lebih rendah dan jumlahnya pun akan lebih
banyak.
A. Jenis Stock Split
Pada dasarnya terdapat dua jenis stock split yang dapat dilakukan oleh
suatu perusahaan, yakni pemecahan saham naik dan pemecahan saham
turun (Nining, 2012):
a. Pemecahan saham naik atau split up
Split up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham sehingga
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya, 2:1,
3:1, 4:1 dan lain-lain. Stock split dengan split factor 2:1 maksudnya adalah 2
lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 1
saham lama ( lembar sebelum pemecahan saham ). Stock split dengan split
factor 3:1 maksudnya adalah 3 lembar saham baru (lembar setelah
pemecahan) dapat ditukar dengan 1 saham lama (lembar sebelum
pemecahan) dan seterusnya.
b. Pemecahan saham turun atau split down
Split down merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham
sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang beredar.
Misalnya stock split dengan split faktor 1:2, 1:3, 1:4 dan lain-lain. Stock
split dengan split faktor 1:2 maksudnya adalah 1 lembar saham baru (lembar
25
setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 2 lembar saham lama (lembar
sebelum pemecahan). Stock split dengan split factor 1:3 maksudnya adalah
1 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 3
lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan) dan seterusnya.
B. Tujuan dan Manfaat Stock Split
Yuliastari (2013) mengemukakan tujuan utama emiten melakukan stock
split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga distribusi saham
menjadi lebih luas. Selain itu stock split bertujuan untuk menempatkan
saham dalam trading range yang optimal. Kebijakan stock split ini
dilakukan sebagai strategi untuk mempengaruhi transaksi saham tersebut di
bursa, dimana harga awal yang diperkirakan terlalu tinggi dapat
memberikan citra mahal bagi investor sehingga tidak semua investor berani
membeli saham tersebut. Stock split dilakukan oleh perusahaan dengan
harapan dapat memberi manfaat sebagai berikut (Annafi dalam
Ciptaningsih, 2010):
1. Menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk
diperdagangkan, menimbulkan marketability dan efisiensi pasar.
2. Mengubah investor odd lot membeli saham dibawah 500 lembar menjadi
round lot membeli saham minimal 500 lembar.
3. Memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih
tinggi karena basis harga yang lebih rendah.
4. Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi.
5. Mensinyalkan kondisi perusahaan yang bagus.
26
2.1.5 Dividen
Deviden merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang
didistribusikan kepada para pemegang saham dan pada umumnya dapat
dilakukan secara berkala baik dalam bentuk uang (Cash), dividen saham
(Stock Dividend), dan dividen ekstra. Dividen ekstra diberikan sebagai
tambahan pembayaran dividen pada pemegang saham karena adanya
kelebihan harga yang diperoleh perusahaan dari yang diprediksikan.
Dividen ekstra biasanya diberikan oleh perusahaan yang menganut
kebijakan dividen kecil yang teratur. Kebijakan dividen adalah keputusan
manajemen apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba yang
ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Total sumber
dana intern (internal financing) akan berkurang apabila suatu perusahaan
memilih untuk membagi laba sebagai dividen. Kemampuan membentuk dana
intern akan semakin besar jika perusahaan lebih banyak menahan laba yang
diperoleh.
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua
pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para
pemegang saham, dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan
sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan
dengan keuntungan yang diperoleh. Kebijakan dividen adalah kebijaksanaan
27
yang berhubungan denganpembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa
penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk
kepentingan pihak perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam
jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen
saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Dalam banyak
hal dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah
pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga
timbul the residual theory of dividend.
Menurut teori residual dividen (The Residual Theory of Devidend)
menjelaskan bahwa jika perusahaan tidak dapat memperoleh pengembalian
dari investasi yang melebihi biaya modal maka laba harus dibagikan dengan
membayar dividen kepada pemegang saham. Pendekatan ini menyatakan
bahwa dividen “tidak relevan”. Dividen hanya menunjukkan sisa pendapatan
dan bukan variabel keputusan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan sisa setelah dilakukan
pembayaran atas kesempatan peluang investasi yang dilaksanakan (Inge dan
Ridwan, 2013).
Di samping itu ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas
untuk mengurangi masalah keagenan, sehingga timbul peranan dividen dalam
mengurangi masalah keagenan (agency problems), dan masih banyak lagi
28
pertimbangan manajemen dalam menentukan besarnya dividen yang akan
dibagikan. Namun demikian tak satupun dari pemikiran ini menghasilkan
suatu keputusan yang paling memuaskan, karena secara bersama-sama
mereka nampak hanya memberikan penjelasan mengapa perusahaan
membayar dividen. Kebijakan dividen bukan hanya mementukan besarnya
dividen yang akan dibagikan, tetapi juga mencakup apa bentuk dividen yang
akan dibayarkan.
Alternatif kebijakan pemberian dividen yang bisa dilakukan oleh
perusahaan antara lain: cash dividend, stock dividend, stock split dan
repurchase stock. Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk kas oleh perusahaan kepada pemegang saham.
Dividend yield adalah dividen yang dibagikan dalam satu tahun terakhir
dibagi harga saham pada saat itu. Persentase dari laba yang dibagikan sebagai
cash dividend atau disebut dividend payout ratio. Payout ratio diperoleh dari
jumlah dividen per lembar saham dibagi earning perlembar saham. Tingginya
dividend payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan mengakibatkan
semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam
perusahaan.
Devidend payout ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur persentase laba bersih yang dibagikan para pemegang saham dalam
bentuk deviden untuk periode waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun).
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam
jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen
29
saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut disatu pihak
dan juga dapat membayarkan deviden kepada pemegang saham dilain pihak,
tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan.
Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di
dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk
pembayaran deviden makin kecil. Selain jumlah deviden yang dibagikan
perusahaan, investor juga memperhatikan tingkat Devidend Payout Ratio
(DPR) perusahaan. Rasio pembayaran deviden (Devidend Payout Ratio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai
sumber pendanaan. Rasio pembayaran deviden adalah persentase deviden
yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham
(Jogiyanto, 2010:252).
Menurut Jogiyanto (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi
kebijakan deviden antara lain :
a. Posisi likuiditas perusahaan
Oleh karena dividen merupakan cash out flow maka perlu memperhatikan
posisi likuiditas perusahaan. apabila posisi likuiditas perusahaan baik, maka
kemungkinan laba yang dibayarkan sebagai dividen tunai menjadi besar.
b. Biaya pengeluaran saham baru
Keperluan bisa dipenuhi dengan mengeluarkan saham baru, tetapi setiap
pengeluaran saham baru tentu ada biayanya. Apabila biaya emisi saham
30
baru tinggi mungkin lebih besar dari biaya modal dari laba ditahan, maka
mengakibatkan laba yang dibagikan sebagai dividen semakin kecil,
umumnya dividend payout ratio (DPR) berkolerasi negative dengan
kebutuhan dana untuk investasi.
c. Penggunaan utang
Suharli (2015:291) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki utang
yang tinggi menyebabkan kecendrungan pembayaran dividen yang rendah,
hal ini dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan memenuhi kewajiban
kepada kreditur terlebih dahulu sebelum memberikan dividen kepada
pemegang saham.
d. Pengendalian
Pengeluaran saham baru akan mengakibatkan penambahan pemilik,
sehingga proporsi kepemilikan pemegang saham lama semakin kecil dan
mengakibatkan berkurangnya pengendalian perusahaan oleh pemilik
saham lama. Oleh karena itu DPR cenderung kecil supaya pengendalian
perusahaan oleh pemegang saham lama tetap besar atau tidak berkurang.
e. Stabilitas keuntungan
Perusahaan yang mempunyai keuntungan yang stabil maka potensi untuk
membagi dividen menjadi besar tanpa khawatir untuk menurunkan dividen
di masa yang akan datang apabila laba merosot. Tetapi apabila keuntungan
perusahaan sangat fluktuatif maka risiko kebangkrutan besar sehingga
kebijakan dividen dilakukan dengan devidend payout ratio rendah.
31
f. Harapan pemodal
Preferensi pemodal terhadap dividen pada saat sekarang adalah bahwa
dividen merupakan penerimaan kas yang sudah pasti sedangkan capital
gains belum pasti. Oleh karena itu pemodal lebih suka kalau perusahaan
melakukan kebijakan dividen dengan DPR tinggi.
g. Stock split
Pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih
banyak dengan cara memecahkan harga nominal per lembar secara
proporsional.
Pandangan ini diungkapkan oleh Suad (2012) dalam menentukan
kebijakan dividen maka faktor yang diperhatikan adalah:
1) Karena adanya keengganan yang menurunkan permbayaran dividen
per lembar saham, ada baiknya perusahaan menentukan dividen dalam
jumlah yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba
perusahaan meningkat dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran
dividen kalau laba menurun.
2) Apabila perusahaan mendapatkan kesempatan investasi yang
menguntungkan perusahaan lebih baik mengurangi pembayaran dividen
dari pada penerbitan saham baru. Penurunan pembayaran dividen
mungkin akan diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila
pasar modal efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi
yang sebenarnya yaitu adanya investasi yang menguntungkan.
32
3) Dalam kegiatan tidak terdapat biaya transaksi tambahan kekayaan
karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan
kekayaan karena pembayaran dividen. Dengan demikian kalau tidak ada
faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada
memperoleh capital gain, karena itulah sekelompok pemodal mungkin
memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.
4) Karena pemodal juga membayar pajak, maka bagi pemodal yang
sudah berada dalam tax bracket yang tinggi mungkin akan menyukai
menikmati capital gain, kalau sebagian besar pemegang saham
merupakan pemodal yang mempunyai tax bracket tinggi dan pembagian
dividen akan cenderung tidak terlalu besar.
2.1.6 Laba
Laba adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode. Laba
akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi
dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan
dengan pendapatan tersebut. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) laba
per lembar saham (earning per share) adalah rasio yang menunjukkan
seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang
saham. Informasi laba sering dilaporkan dalam penerbitan laporan keuangan
dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan penanam modal
potensial dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan. Laba dipakai untuk
mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam penggunaan sumbe daya ekonomi
perusahaan.
33
Ukuran efisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba
periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan perusahaan
lain dengan industri yang sama. Hingga saat ini banyak yang memandang
laporan laba rugi akuntansi sebagai informasi terbaik dalam menilai prospek
arus kas dimasa depan. Oleh karena itu kualitas laba akuntansi yang
dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak eksternal
perusahaan.
Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang memiliki
sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsi dan dapat mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Sehingga semakin besar
gangguan persepsi yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin
rendah kualitas laba akuntansi tersebut.
Menurut standar akuntansi keuangan PSAK No.1 (IAI:2004:04) laporan
keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu,
sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut M. Nafarin (2011: 788) “Laba (income) adalah perbedaan
antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran
untuk periode tertentu”. Menurut Abdul Halim & Bambang Supomo
(2012;139) “Laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang masukan dan
keluarannya diukur dengan menghitung selisi antara pendapatan dan biaya”.
34
Menurut Kuswadi (2012:135), menyatakan bahwa “Perhitungan laba
diperoleh dari pendapatan dikurangi semua biaya”. Menurut Mahmud M.
Hanafi (2010:32), menyatakan bahwa“Laba merupakan ukuran keseluruhan
prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut : Laba = Penjualan-
Biaya”. Menurut Darsono (2015:20) laporan laba rugi merupakan akumulasi
aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya-biaya selama periode
waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
Untuk melihat periode waktu tertentu yang dilaporkan, maka pembaca
laporan laba rugi perlu memperhatikan kepala pada laporan tersebut.
Dechows (2010), mendefenisikan kualitas laba sebagai berikut: “Higher
quality earnings provide more information about the features of a firms
financial performance that are relevant to a specific decision made by a
specific decision-maker.”
Dari definisi di atas, terdapat tiga hal yang harus digaris bawahi. Pertama,
kualitas laba tergantung pada informasi yang relevan dalam membuat
keputusan. Dengan demikian, pedefenisian kualitas laba di atas hanya dalam
konteks model keputusan tertentu. Kedua, kualitas dari angka laba yang
dilaporkan dilihat dari apakah informasi tersebut menggambarkan kinerja
keuangan suatu perusahaan. Ketiga, kualitas laba secara bersama-sama
ditentukan oleh relevansi dari kinerja keuangan yang mendasari keputusan.
Dechow (2010) mengklasifikasikan proksi dari kualitas laba ke dalam tiga
kategori utama yaitu: sifat laba (properties of earnings), respon investor
terhadap laba (investor responsiveness to earning), dan indikator eksternal
dari salah saji laba (indicators external of earnings misstatement). Kategori
35
pertama meliputi: persistensi laba (earnings persistence), ukuran besarnya
akrual (magnitude of accruals), nilai sisa model akrual (residual models
accrual), perataan laba (earnings smoothness), dan ketepatan pengakuan rugi
(timely loss recognition). Kategori kedua meliputi: earnings response
coefficient (ERC). Dan kategori ketiga meliputi: Accounting and Auditing
Enforcement Releases (AAERs), pernyataan kembali (restatements), dan
ketidakefisienan prosedur internal kontrol berdasarkan Sarbanes Oxley Act
(internal control procedure deficiencies reported under the Sarbanes Oxley
Act).
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
No. Nama Judul Variabel
Penelitian Hasil
1. Endang Sri
Utami (2012)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi stock
split
Harga saham
Frekuensi
perdagangan
saham
Abnormal
return
Harga saham
berpengaruh
terhadap
keputusan
perusahaan untuk
melakukan
pemecahan
saham (stock
split).
Ada perbedaan
harga saham
36
antara sebelum
dan sesudah
stock split
Tidak ada
perbedaan
frekuensi
perdagangan
saham kuartal
pertama
seebelum stock
split dengan
frekuensi
perdagangan
saham kuartal
pertama sesudah
stock split
Tidak ada
perbedaan
abnormal return
saham kuartal
pertama sebelum
stock split
dengan frekuensi
abnormal return
saham kuartal
pertama sesudah
37
stock split
2. Ni Putu Nova
Eka Yanti,
I Ketut
Suryanawa
(2013)
Pengaruh earnings
per share terhadap
harga saham dengan
devidend per share
sebagai variabel
moderasi
Harga Saham
Earnings Per
Share
Devidend Per
Share
EPS memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap harga
saham.
Variabel DPS
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap harga
saham
DPS tidak dapat
memoderasi
hubungan atara
EPS terhadap
harga saham.
3. Irdha Yusra,
Lisa Amelia
Herman,
Nova
Begawati
Model kebijakan
devidend
berdasarkan siklus
hidup perusahaan
Laba ditahan
Tingkat
pembayaran
deviden
Laba ditahan
berhubungan
positif dan
signifikan
terhadap tingkat
38
(2018) pembayaran
deviden
4. Azilia Yocelin,
Yulius Jogi
Christiawan
(2012)
Analisis pengaruh
perubahan arus kas
dan laba akuntansi
terhadap return
saham pada
perusahaan
berkapitalisasi besar
Return saham
Arus kas
Laba akuntansi
dan keputusan
investasi
Informasi
perubahan arus
kas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
Informasi laba
akuntansi
berpengaruh
terhadap return
saham
5. Naning
Margasari,
Muniya
Alteza,
Musaroh
(2015)
Sinyal laba dalam
peristiwa pemecahan
saham di bursa efek
Indonesia
Pemecahan
saham
Split factor
signal
Laba bersih
sesudah pajak
Pertumbuhan
laba bersih
sesudah pajak
Split factor
signal sebagai
proksi
informasi privat
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan yang
diukur dengan
laba bersih
39
Laba per
lembar saham
sesudah pajak
perusahaan.
Split factor
signal tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan yang
diukur
menggunakan
pertumbuhan
laba bersih
sesudah pajak
dan laba per
lembar saham.
Sumber: Dari berbagai jurnal
2.3 Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Deviden
Menurut teori portofolio dan analisis investasi (Jogiyanto, 2015) secara
umum stock split akan cenderung meningkatkan kinerja pasar. Pada hari
pencatatan terakhir, kecenderungan harga saham akan naik dibandingkan
dengan harga sekarang. Seberapa besar kenaikannya tergantung harga target
stock split nya, namun demikian hari-hari menuju target tersebut akan terjadi
fluktuasi kenaikan dan penurunan saham yang dipengaruhi oleh faktor lain
40
yang baik peristiwa dalam negeri maupun global. Menuju hari pencatatan
terakhir, harga saham yang terbentuk merupakan harga penyesuaian para
investor yang sudah berpengalaman dalam membeli saham dengan tujuan
mendapatkan deviden akan mencari waktu dan harga yang tepat pada kurun
waktu tersebut. Kombinasi antara peristiwa pembagian deviden dengan
peristiwa stock split merupakan upaya memberikan sinyal yang positif.
Dengan pemilihan waktu dan harga yang tepat dalam kurun waktu tersebut,
maka investor akan mendapatkan deviden tanpa atau dengan penurunan nilai
pada harga sahamnya. Penelitian Aji Nugroho (2015) menyebutkan
pemecahan saham (stock split) berpengaruh signifikan terhadap deviden.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Pemecahan saham (stock split) berpengaruh positif terhadap
deviden.
2. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Laba
Menurut Sharpe (1997: 211) dalam Ivana (2011), signaling theory
menekankan bahwa pemecahan saham (stock split) memberikan signal
positif terhadap laba dan menyatakan bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor
tertarik untuk melakukan perdagangan saham. Informasi laba sering
dilaporkan dalam penerbitan laporan keuangan dan digunakan secara luas
oleh pemegang saham dan penanam modal potensial dalam mengevaluasi
kemampuan perusahaan. Laba dipakai untuk mengukur efisiensi suatu
41
perusahaan dalam penggunaan sumber daya ekonomi perusahaan. Ukuran
efisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba periode
berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain
dengan industri yang sama. Penelitian Dwi Rahmawati (2016)
menyebutkan bahwa pemecahan saham (stock split) berpengaruh
signifikan terhadap laba. Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian
terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut
H2 : Pemecahan saham (stock split) berpengaruh positif terhadap laba.
2.4 Kerangka Konseptual
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
Sumber: diolah oleh penulis
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa variabel independen dalam penelitian
ini adalah stock split dengan variabel dependen deviden dan laba.
H1
H2
STOCK SPLIT (X)
DEVIDEN (Y1)
LABA (Y2)