BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak telepas dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu ini digunakan
sebagai bahan perbandingan dan kajian yang tidak terlepas dari topik
pembicaraan yakni tentang Implementasi Metode ABA (Applied Behavior
Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis. Namun yang menjadi pembeda dari
penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan
pada Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam
Penanganan Anak Autis priode 2018-2020 studi pada Rumah Terapi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah :
1. Anggun Oktavia K, Muh. Munif Syamsuddin, Idam Ragil Widianto Atmojo
(2014) dalam penelitiannya yang berjudul ”Efek Terapi Perilaku dengan
Metode Applied Behavior Analysis Terhadap Kemandirian Anak Autis”.
Penelitian ini dilakukan di TK Cemara Dua yang beralamat di Jalan
Yosodipuro 107 Ketelan Banjarsari, Surakarta salah satu penyelenggara
Sekolah Inklusi yang secara umum melayani anak dengan berkebutuhan
khusus. Peranan guru PAUD sangat penting untuk emmahami dan mengerti
mengenai pendidikan inklusi agar anak autis dapat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya dalam hal mendapatkan
10
pendidikan yang layak. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua anak
berkebutuhan khusus terutama autis disekolahkan di lembaga yang
menyelenggarakan program inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pengaruh positif penggunaan terapi perilaku dengan metode
Applied Behavior Analysis terhadap kemandirian anak autis. Kemandirian
anak meningkat mulai dari anak datang disekolah sampai anak siap
menerima pembelajaran dikelas.
2. Husein Martadi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Bina Diri Anak Autistik Melalui Teknik Discrete Trial
Training Dalam Metode ABA (Applied Behavior Analysis)”. Penlitian ini
dilakukan pada salah satu anak autis di daerah Gondokusuman Yogyakarta.
Perkembangan anak autis memang lebih lambat dari perkembangan anak
normal seusia mereka. Salah satunya ialah dalam hal bina diri mandi Yng
terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengenali setiap gerakan mandi.
Penggunaan metode ABA khususnya teknik DTT yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan bina diri mandi pada anak autistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang bertahap dan dipecah
menjadi bagian terkecil yang dilakukan dengan menggunakan teknik DTT
(Discrete Trial Training) dalam metode ABA mampu meningkatkan
kemampuan bina diri subyek. Kemampuan tersebut adalah kemampuan
menirukan gerakan-gerakan yang membentuk kegiatan mandi dan
kemampuan tentang melakukan gerakan-gerakan mandi secara mandiri.
11
3. Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes. , Iwanina Syadzwina (2017)
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Terapi ABA (Applied
Behavior Analysis) Terhadap Peningkatan Interaksi Sosial Pada Anak Autis
Usia 6-12 Tahun di SLB PKK Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro”. Salah
satu gangguan pada anak autis ialah kesulitan dalam berinteraksi sosial.
Siswa autis lebih suka hidup dengan dunianya sendiri, kurangnya kontak
mata bahkan menghindarinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi ABA terhadap peningkatan interaksi sosial anak
autis di SLB PKK Sumberrejo yang diharapkan dengan adanya terapi ABA
mampu menjadi solusi bagi anak autis dalam hal peningkatan interaksi
sosial.
4. Irma Suryani, Nurul Fitria Kumala Dewi (2017) dalam penelitianya yang
berjudul “Aplikasi Terapi Untuk Anak Autisme Dengan Metode ABA
(Applied Behavior Analysis)” Berbasis Media Kartu Bergambar dan Benda
Tiruan. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Putra Mufti Tangerang.
Anak autis belum mampu bekembang sesuai dengan yang seharusnya.
Penggunaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) yang efektif
memiliki pengauh yang baik dalam membangun pemahaman anak autisme
melalui visual media gambar dan benda tiruan. Hal in diyakini dapat
membentuk pemahaman anak mengenai cara berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan teman sepermainannya. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa melalui terapi metode ABA anak autisme dapat belajar
dan mampu mengarahkan adanya perubahan perilaku yang lebih terkondisi
12
atau terararah, namun dalam penelitian ini penerimaan yang diterima oleh
2 anak autisme mengalami perbedaan yang signifikan seperti tidak ada
review program terapi di rumah, syarat-syarat diet yang mengalami
kebocoran ataupun tidak teratur, karakter anak autis yang hiperaktif pasif
dan aktif, kerja sama orang tua, durasi waktu belajar kurang, adaptasi
dengan kondisi lingkungan sekitarnya, dukungan antara sekolah terapi dan
rumah.
5. Ahmad Ma’ruf, Lailatul Maghfiroh (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Penggunaan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Anak Autis Pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SLB Negeri Pandaan”. Pada dasarnya anak autis sama
dengan anak normal lainnya dalam kebutuhan akan pendidikan. Selain ilmu
pengetahuan umum, anak autis juga perlu dibekali akan ilmu agama yakni
Pendidikan Agama Islam untuk bekal spiritual dan akhlak yang baik agar
bisa memiliki hungan baik dengan sesama manusia dan Tuhannya. Hasil
dari penelitian ini bahwa penggunaan metode ABA (Applied Behavior
Analysis) terhadap siswa yang mengalami autis dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ialah dapat memberikan dampak atau pengaruh
pada tingkah laku dan respon siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam
di kelas. Siswa juga mulai bisa lebih fokus dan cepat tanggap dengan arahan
yang diberikan pendidik pada saat belajar Pendidikan Agama Islam.
13
Penelitian yang dilakukan peneliti membahas mengenai Implementasi
Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis
Periode 2018-2020 (studi pada Rumah Terapi Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu). Peneliti mengajukan permasalahan yakni
bagaimana penerapan metode ABA (Appliedd Behavior Analysis) untuk
penanganan anak autis di Rumah Terapi “Cinta Kasih” Kota Batu periode 2018-
2020.
1.1 Implementasi
Implementasi adalah suatu pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
di susun secara terperinci. Menurut Nurdin Usman, implementasi bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,
implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi
implementasi adalah pelaksanaan atau terapan2.
Menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan proses interaksi anatara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang efektif3.
Dari beberapa pengetian implementasi diatas dapat disimpulkan bahwa
implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai suatu tujuan
kegiatan tertentu.
3 Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo. 4 https://kbbi.web.id/implementasi. Online 28 September 2019. 5 Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai Pustaka.
14
2.2 Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
1. Pengertian Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
ABA (Applied Behavior Analysis) berasal dari 3 kata yakni Applied
berarti terapan, Behavior berarti perilaku, dan Analysis yang memiliki arti
memecah menjadi bagian-bagian kecil, mempelajarin serta memodifikasi
perilaku. Tiga kata tersebut ABA (Applied Behavior Analysis) jika
digabungkan berarti ilmu terapan yang yang memodifikasi perilaku. Study
pengertian dari ABA (Applied Behavior Analysis) itu sendiri adalah ilmu
yang menggunakan prosedur perubahan perilaku, untuk membantu
individu membangun kemampuan dengan ukuran nilai-nilai yang ada di
masyarakat4. Menurut Handojo metode ABA adalah suatu cara pendekatan
dan penyampaian materi kepada anak autis yang dilakukan dengan tegas,
tanpa kekerasan, adanya prompt dan apresiasi anak dengan imbalan yang
efektif5.
Menurut Danuatmaja terapi ABA (Applied Behavior Analysis)
adalah metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial
bermanfaat dan mengurangi atau menghilangkan hal-hal kebalikannya
yang merupakan masalah6. Terapi ABA (Applied Behavior Analysis
ialah bentuk modifikasi perilaku yang fokus pada perubahan secara
spesifik berupa interaksi sosial, perawatan diri sendiri serta bahasa.
6 Widodo, Judarwanto. 2004. Penata laksanaan Attention Deficit Hyperactive. Malang: UMM Press.
7 Handojo. 2004. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 8 Mirna, Adzania. 2004. Merawat Balita Itu Mudah. Jakarta: Anak Prestasi Remaja.
15
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwasannya pengertian
metode ABA (Applied Behavior Analysis) ialah suatu metode atau teknik
yang mengajarkan bagaimana cara disiplin guna meningkatkan perilaku.
2. Tujuan Metode ABA (Applied Behavior Analysis)
Menurut Handojo metode ABA (Applied Behavior Analysis) memiliki
beberapa tujuan, diantaranya :
a. Komunikasi dua arah yang aktif
Anak-anak autis dapat berkomunikasi dengan orang sekitarnya
dengan kemampuan seperti orang normal atau minimal
mendekati.
b. Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum
Setelah anak mampu berkomunikasi dengan baik, bersosialisasi
dan mengenal sekitar diantaranya teman-teman, terapis, benda-
benda disekitar.
c. Menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar
Pada usia balita atau golden age dipercaya ialah masa dimana
tpesatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya
ialah perilaku anak, perilaku-perilaku yang kurang baik harus
dihilangkan agar tidak mengganggu proses sosial anak.
d. Mengajarkan materi akademik
Kemampuan akademik sangat berkaitan dengan IQ anak. Untuk
anak autis IQnya kebanyakan dibawah normal. Maka dari itu
kemampuan akademiknya juga sulit untuk dikembangkan.
16
e. Kemampuan Bantu Diri atau Bina Diri dan Keterampilan lain
Kemampuan diri ini sangat penting bagi setiap individu karena
meliputi Activity Daily Living (kegiatan sehari-hari) yakni
makan, minum, mandi dan sebagainya yang tentunya setiap
individu harus bisa melaksanakannya sendiri. Kemampuan ini
juga yang diperlukan bagi setiap individu, agar dalam hal-hal
yang pribadi, mampu dikerjakan sendiri tanpa dibantu orang
lain. Makan, minum, memasang dan melepas pakaian dan
sebagainya. Selanjutnya anak juga bisa diajarkan kemampuan
atau keterampilan lain diantaranya memasak, melukis,
mewarna, dan sebagainya guna melatih motorik mereka serta
untuk melatih bakat-bakat yang ada dalam diri anak-anak
tersebut.
3. Metode Terapi ABA (Applied Behavior Analysis)
Pada penerapan metode ABA (Applied Behavior Analysis) ada
beberapa harus diperhatikan, yakni :
1) Kaidah-kaidah yang mendasari
Perilaku atau behavior adalah semua tingkah laku tindakan atau
kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan
oleh orang lain ataupun dirinya sendiri. Rumusannya ialah
A→B→C yang disebut operant conditioning. Operant
Conditioning ialah pembelajaran melalui kekuatan dari behavior
17
Tabel 2.1
Operant Conditioning
Dari tabel diatas saat kita ingin merubah perilaku yang aneh atau
bisa dibilang menyimpang dari anak-anak yakni suatu perilaku
dimulai dari suatu sebab yang selanjutnya akan menimbulkan
akibat.
Tabel 2.2
Respondent Conditioning
Dari tabel diatas jika suatu perilaku yang menimbulkan akibat yang
menggembirakan pasti perilaku tersebut akan diulang terus namun
jika perilaku tersebut menimbulkan akibat yang tidak mengenakkan
perilaku tersebut tidak akan diulang dan akan dihentikan. Kaidah ini
disebut respondent conditioning7.
PERILAKU + IMBALAN → TERUS DILAKUKAN
PERILAKU + IMBALAN → AKAN TERHENTI
ANTECEDENT → BEHAVIOR → CONCEQUENCE
(Perilaku) yang diubah emlalui penguatan atau juga bisa dengan
hukuman.
2) Istilah-istilah yang dipakai
9 YS Chanigo, Amran. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Bandung: Pustaka Setia.
18
Adapun istilah-istilah yang dipakai ialah :8
a. Instruksi
Instruksi atau perintah diberikan saat anak melakukan terapi.
Instruksi ini harus Singkat-Jelas-Tegas-Tuntas-Sama (S-J-
T-T-S).
b. Prompt
Prompt ialah arahan atau bantuan yang diberikan kepada
anak jika anak tersebut tidak merespon waktu diberikan
instruksi.
c. Reinforcement atau imbalan
Reinforcement atau imbalan ialah hadiah jika anak sudah
mengerti konsep apa yang sudah diajarkan dan dapat
melakukannya terus. Hadiah yang dimaksud disini bukanlah
sogokan namun lebih kepada upah karena telah berhasil
melakukan instruksi dengan baik. Jenis-jenis imbalan yang
diberikan sangat beragam diantaranya komentar yang positif
(“Bagus”, “Pandai”, “Pintar”), pelukan, ciuman, tepukan,
dan masih banyak lagi.
d. Aktivitas terkecil dari perilaku
Dalam terapi setiap perilaku atau kegiatan harus diajarkan
satu demi satu (bertahap). Suatu perilaku dipecah menjadi
10 Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar Autism.
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
19
beberapa perilaku agar anak cepat emmahami apa yang
sudah diajarkan.
e. Achieved atau disingkat A
Achieved adalah saat anak tersebut bisa benar dalam
merespon instruksi.
f. Mastered
Mastered ialah suatu kondisi anak dimana ia mampu
merespon terapis 3 kali berturut-turut secara mandiri.
diberikan apabila anak berhasil merespon dengan benar 3
instruksi secaa berturut-turut.
g. Maintenance atau pemeliharaan
Pada tahap ini harus dilakukan minimal satu kali seminggu
dalam 6 minggu terapi. Apabila dalam melakukan instruksi
atau respon masih mendapat bantuan maka materi harus
diulang kembali.
h. Generalisasi
Generalisasi ialah suatu perluasan kemampuan anak. Anak
harus bisa menggeneralisasikan subyek, objek, lingkungan
dan sebagainya.
i. ITEMS
Hal-hal yang disukai anak dapat dijadikan imbalan atau
hukuman diantaranya benda yang disukai, situasi yang
disukai atau lainnya.
20
j. R+ ITEMS
Hal-hal yang tidak disukai anak dpat dijadikan imbalan atau
hukuman diantaranya benda yang tidak disukai, situasi yang
tidak disukai atau lainnya.
k. Mild Reseptif Behaviour
Perilaku yang menganggu berlangsungnya terapi yang harus
dihilangkan agar tidak menggangu jalannya proses terapi.
l. Tantrum
Tantrum atau mengamuk ialah perilaku anak yang bersifta
autistik. Tantrum ini ialah upaya anak untuk menolak
instruksi yang diberikan oleh terapis.
m. Echolalia
Echolalia atau membeo ialah suatu keadaan dimana anak
sudah mampu mengucapkan dan menirukan kata-kata yang
diucapkan atau didengar dari orang sekitarnya tetapi ia
belum bisa menggunakan kata-kata tersebut untuk
berkomunikasi.
4. Teknik Dasar ABA (Applied Behavior Analysis)
Menurut Handojo ada beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik
ABA (Applied Behavior Analysis) adalah :9
a. Kepatuhan (compliance) dan kontak mata
11 Handojo. 2009. Autisme Pada Anak Metode ABA Basic. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
21
Dua hal ini ialah kunci dari seluruh terapi, apabila anak tersebut sudah
bisa patuh dan membuat kontak mata maka tidak akan sulit dalam
mengajarkan sesuatu hal kepada anak.
b. One on One
One On One atau satu terapis untuk satu anak. Ini dimaksudkan agar
anak autis bisa fokus dalam terapi dan fokusnya hanya kepada
terapisnya.
c. Siklus atau Discrete Trial Training
Discrete Trial Training ialah terapi yang dikemas dalam uji coba nyata.
Pada tahap ini terdiri dari beberapa siklus diantaranya instruksi bantuan
serta imbalan.
d. Fading
Fading artinya ialah meluntur. Yang dimaksud meluntur ialah sedikit
demi sedikit bantuan dari terapis dikurangi (dilunturkan) hingga anak
bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan (prompt).
e. Shaping
Shaping artinya ialah membentuk, poin ini biasanya digunakan untuk
mengajarkan berbicara. Ajari anak untuk mengucapkan suatu kata
hingga sesempuna mungkin.
f. Chaining
Chaining ialah menguraikan suatu perilaku yang kompleks menjadi
beberapa bagian perilaku yang apabila nanti diurutkan akan menjadi
suatu kesatuan perilaku yang kompleks.
22
g. Discrimination training
Discrimination training ini digunakan untuk mengidentifikasi atau
melabel sesuatu. Pada tahap ini disediakan item pembanding agar anak
benar-benar sudah mampu membedakan mana item atau benda yang
harus dilabel atau diidentifikasi sesuai dengan instruksi yang diberikan
terapis.
h. Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka, huruf, dan lain-lain
Pada tahap ini setalah anak sudah bisa membedakan sesuatu dengan
cara sebelumnya. Terapis mengajarkan konsep-konsep warna, bentuk,
angka, dan lain-lain. Pada tahap ini membutuhkan alat peraga guna
mendukung keberhasilan dalam pengajaran materi.
Dari beberapa pendapat mengenai teknik atau metode pelaksanaan
terapi ABA (Applied Behavior Analysis),dapat disimpulkan bahwa metode
ABA (Applied Behavior Analysis) merupakan metode yang terstruktur dan
terukur dalam penerapannya.
2.3 Penerapan
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian penerapan
adalah proses, cara, dan perbuatan menerapkan10. Menurut beberapa ahli
penerapan ialah suatu tindakan atau perbuatan untuk mempraktekkan suatu
12 https://kbbi.web.id/penerapan. Online 28 September 2019.
23
teori ataupun metode guna mencapai suatu tujuan tertentu dan telah terencana
sebelumnya.
2.4 Autis
1. Pengertian Autis
Menurut istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti diri
sendiri dan isme yang berarti paham11. Jadi, autisme dapat diartikan ialah
suatu keadaan yang menyebabkan anak-anak hanya memiliki perhatian
kepada dirinya sendiri.
Menurut Priyatna autism merupakan salah satu gangguan
perkembangan pervasive yang ditandai dengan tampilnya abnormalitas
pada domain interaksi sosial dan komunikasi12.
Menurut Gayatri Pamoedji, Autisme ialah gangguan perkembangan
yang sangat kompleks pada anak. Gejala gangguan-gangguan tersebut
mulai kelihatan sejak anak masih bayi atau sebelum berusia 3 tahun. Gejala
gangguan perkembangannya diantaranya adalah:
Gejala tampak sebelum anak mencapai umur 3 tahun, ganguan
perkembangan diantaranya dalam bidang :13
a. Komunikasi
13 A. Suryana. 2004. Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta: Proges Jakarta. 14 Priyatna, Andri. 2010. Amazing Autism : Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis.
Jakarta: Gramedia. 15 Pamoedji, Gayatri. 2007. Seputar Autisme. Jakarta: Gramedia.
24
Disini perkembangan anak dalam hal komunikasi lebih lambat
dari pada teman-teman yang seusia dengan mereka atau juga
hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat sederhana saja disaat
sebayanya sudah bisa berkomunikasi lancar.
b. Interaksi sosial
Anak tidak tertarik untuk bercengkrama atau berinteraksi
dengan orang-orang sekitarnya.
c. Perilaku
Disini anak lebih senang menyendiri dan bermain sendiri dan
tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditaik kesimpulan bahwa
autis adalah anak autis ialah anak yang mengalami ketidakmampuan dalam
berkomunikasi, berinteraksi sosial dan perilaku emosi serta anak autis lebih
asyik dengan dunianya sendiri.
2. Klasifikasi Anak Autis
Menurut Handojo klasifikasi anak dengan kebutuhan khususnya
(special needs) adalah :14
a. Autisma Infatil atau autisma masa kanak-kanak
Dalam mengenal anak autis paling bagus ialah diumur sebelum
3 tahum dikarenakan pada usia tersebut sedang pesat-pesatnya
perkembangan otak anak. Jika sudah diatas usia 5 tahum
16 Handojo. 2008. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
25
perkembangan otak ank sudah mulai melambat dan perilaku
mulai terbentuk.
b. Sindroma Aspeger
Sindroma aspeger hampir sama dengan autisma infatil, yang
membedakan ialah dalam hal kemampuan berinteraksi sosial.
Mereka tidak tertarik untuk berinteraksi dan bercengkrama
dengan teman dan lingkungan sekitar namun mereka masih
cukup mampu untuk berkomunikasi hanya saja mereka sering
memperlihatkan perilaku aneh.
c. Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
pada anak. Anak cenderung berperilaku berlebihan (Hiperaktif).
d. Anak “Gifted”
Anak “Gifted” adalah anak dengan intelegensi yang mirip
dengan intelegensi yang super (genius), tetapi yang
memebedakan ialah perilaku mereka hampir sama dengan anak
autis karena intelegensi yang super tesebut kadang kala mereka
melakukan hal-hal yang tidak wajar.
3. Penyebab Autis
Menurut Gayatri Pamoedji penyebab autisme adalah gangguan
perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi
26
susunan otak15. Namun penyebab utama dari gangguan autis masih belum
ditemukan hingga saat ini dan masih dalam proses penelitian oleh para ahli
namun ada beberapa hal yang bisa menyebabkan autis diantaranya faktor
genetik, keracunan logam, vaksin, dan lain-lain.
Menurut Handojo penyebab autis adalah:16
a. Pada kehamilan trimester pertama
Pada usia kehamilan 0-3 bulan ialah masa dimana rentan-
rentannya kandungan seseorang. Penggunaan obat-obatan tanpa
resep dari dokter, penggunaan jamu peluntur, infeksi virus bisa
menjadi penyabab autis
b. Proses kelahiran
Saat melahirkan secara normal dengan jangka waktu yang lama
dikarenakan ada sebab-sebab tertentu salah satunya ialah
gangguan nutrisi juga bisa menjadi salah satu penyebab anak autis.
c. Sesudah lahir (Post Partum)
Saat bayi baru lahir ialah kondisi dimana ia sangat rentan terkena
virus-virus. Keracunan logam beat, vaksin, MSG bisa juga
menjadi fktor penyebab anak autis.
4. Ciri-ciri Anak Autis
Menurut Ginanjar ada beberapa ciri khas pada anak autis, yakni :17
17 Pamoedji, Gayatri. 2007. Seputar Autisme. Jakarta: Gramedia. 18 Handojo. 2008. Autisma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 19 Ginanjar S. Andriana. 2008. Panduan Praktis Mendidik Anak Autis : Menjadi Orang Tua Istimewa Cetakan Pertama. Jakarta: Dian Rakyat.
27
a. Kesulitan berinteraksi sosial
Ciri-ciri ini adalah ciri yang paling menonjol yang terjadi pada anak
autis, akrena mereka lebih senang menyendiri dan melakukan kegiatan
sendiri dan jarang berinteraksi dengan teman sebaya
b. Komunikasi terhambat
Terlambatnya bicara juga merupakan ciri yang menonjol pada anak
autis. Banyak diantara mereka yang tidak bisa berbicara atau hanya
menguasai sejumlah kata hingga dewasa
c. Tingkah laku yang diulang-ulang dan memiliki minat yang terbatas
Perilaku yang diualang-ulang (repetitive) itu contohnya berputar-putra,
mengepalkan kedua tangan, dan mengoyangkan badan ke depan dan ke
belakang secara berulang-ulang. Yang dimaksud dengan minat yang
sempit ialah ketika anak menyukai satu benda maka ia aka terobsesi
pada benda tersebut
d. Hiperaktif dan agresif
Tingkah laku hiperaktif ditandai dengan berlarian, memanjat, berputar-
putar dan perilaku lain sebagainya sepanjang hari tanpa mengenal lelah.
Tetapi ketika mereka dilarang untuk melakukan kegiatan yang mereka
sukai tingkah laku agresif mereka akan keluar. Tingkah laku tantrum
atau mengamuk akan bereangsur sangat lama
e. Kedekatan pada suatu benda
Anak-anak autis memiliki kedekatan berlebih dengan suatu benda.
Mereka betah belama-lama dengan satu benda tersebut tanpa mau ada
28
gangguan dari siapapun. Apabila benda itu mengamuk dan saat
memainkan benda tersebut cara mereka cenderung berbeda dengan
anak-anak normal pada umumnya.
f. Sensorik yang bermasalah
Kemampuan sensoik anak autis sangat terbatas, hal itu yang
meneybabkan emreka mengalami berbaga kesulitan diantaranya
kesulitan berbicara, kesulitan dalam menjalankan motorik halus dan
kasar, kesulitan dibidang akademik.
g. Perkembangan tidak seimbang.
Perkembangan anak autis lebih lambat dari anak normal yang seumuran
dengan mereka.