BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu

20
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak telepas dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu ini digunakan sebagai bahan perbandingan dan kajian yang tidak terlepas dari topik pembicaraan yakni tentang Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis. Namun yang menjadi pembeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan pada Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis priode 2018-2020 studi pada Rumah Terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah : 1. Anggun Oktavia K, Muh. Munif Syamsuddin, Idam Ragil Widianto Atmojo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul ”Efek Terapi Perilaku dengan Metode Applied Behavior Analysis Terhadap Kemandirian Anak Autis”. Penelitian ini dilakukan di TK Cemara Dua yang beralamat di Jalan Yosodipuro 107 Ketelan Banjarsari, Surakarta salah satu penyelenggara Sekolah Inklusi yang secara umum melayani anak dengan berkebutuhan khusus. Peranan guru PAUD sangat penting untuk emmahami dan mengerti mengenai pendidikan inklusi agar anak autis dapat memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya dalam hal mendapatkan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak telepas dari penelitian-penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu ini digunakan

sebagai bahan perbandingan dan kajian yang tidak terlepas dari topik

pembicaraan yakni tentang Implementasi Metode ABA (Applied Behavior

Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis. Namun yang menjadi pembeda dari

penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian kali ini peneliti lebih memfokuskan

pada Implementasi Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam

Penanganan Anak Autis priode 2018-2020 studi pada Rumah Terapi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu. Adapun perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah :

1. Anggun Oktavia K, Muh. Munif Syamsuddin, Idam Ragil Widianto Atmojo

(2014) dalam penelitiannya yang berjudul ”Efek Terapi Perilaku dengan

Metode Applied Behavior Analysis Terhadap Kemandirian Anak Autis”.

Penelitian ini dilakukan di TK Cemara Dua yang beralamat di Jalan

Yosodipuro 107 Ketelan Banjarsari, Surakarta salah satu penyelenggara

Sekolah Inklusi yang secara umum melayani anak dengan berkebutuhan

khusus. Peranan guru PAUD sangat penting untuk emmahami dan mengerti

mengenai pendidikan inklusi agar anak autis dapat memiliki hak dan

kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya dalam hal mendapatkan

10

pendidikan yang layak. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua anak

berkebutuhan khusus terutama autis disekolahkan di lembaga yang

menyelenggarakan program inklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat pengaruh positif penggunaan terapi perilaku dengan metode

Applied Behavior Analysis terhadap kemandirian anak autis. Kemandirian

anak meningkat mulai dari anak datang disekolah sampai anak siap

menerima pembelajaran dikelas.

2. Husein Martadi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Bina Diri Anak Autistik Melalui Teknik Discrete Trial

Training Dalam Metode ABA (Applied Behavior Analysis)”. Penlitian ini

dilakukan pada salah satu anak autis di daerah Gondokusuman Yogyakarta.

Perkembangan anak autis memang lebih lambat dari perkembangan anak

normal seusia mereka. Salah satunya ialah dalam hal bina diri mandi Yng

terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengenali setiap gerakan mandi.

Penggunaan metode ABA khususnya teknik DTT yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan bina diri mandi pada anak autistik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang bertahap dan dipecah

menjadi bagian terkecil yang dilakukan dengan menggunakan teknik DTT

(Discrete Trial Training) dalam metode ABA mampu meningkatkan

kemampuan bina diri subyek. Kemampuan tersebut adalah kemampuan

menirukan gerakan-gerakan yang membentuk kegiatan mandi dan

kemampuan tentang melakukan gerakan-gerakan mandi secara mandiri.

11

3. Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes. , Iwanina Syadzwina (2017)

dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Terapi ABA (Applied

Behavior Analysis) Terhadap Peningkatan Interaksi Sosial Pada Anak Autis

Usia 6-12 Tahun di SLB PKK Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro”. Salah

satu gangguan pada anak autis ialah kesulitan dalam berinteraksi sosial.

Siswa autis lebih suka hidup dengan dunianya sendiri, kurangnya kontak

mata bahkan menghindarinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh terapi ABA terhadap peningkatan interaksi sosial anak

autis di SLB PKK Sumberrejo yang diharapkan dengan adanya terapi ABA

mampu menjadi solusi bagi anak autis dalam hal peningkatan interaksi

sosial.

4. Irma Suryani, Nurul Fitria Kumala Dewi (2017) dalam penelitianya yang

berjudul “Aplikasi Terapi Untuk Anak Autisme Dengan Metode ABA

(Applied Behavior Analysis)” Berbasis Media Kartu Bergambar dan Benda

Tiruan. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Putra Mufti Tangerang.

Anak autis belum mampu bekembang sesuai dengan yang seharusnya.

Penggunaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) yang efektif

memiliki pengauh yang baik dalam membangun pemahaman anak autisme

melalui visual media gambar dan benda tiruan. Hal in diyakini dapat

membentuk pemahaman anak mengenai cara berkomunikasi dan

berinteraksi sosial dengan teman sepermainannya. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa melalui terapi metode ABA anak autisme dapat belajar

dan mampu mengarahkan adanya perubahan perilaku yang lebih terkondisi

12

atau terararah, namun dalam penelitian ini penerimaan yang diterima oleh

2 anak autisme mengalami perbedaan yang signifikan seperti tidak ada

review program terapi di rumah, syarat-syarat diet yang mengalami

kebocoran ataupun tidak teratur, karakter anak autis yang hiperaktif pasif

dan aktif, kerja sama orang tua, durasi waktu belajar kurang, adaptasi

dengan kondisi lingkungan sekitarnya, dukungan antara sekolah terapi dan

rumah.

5. Ahmad Ma’ruf, Lailatul Maghfiroh (2017) dalam penelitiannya yang

berjudul “Penggunaan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Untuk

Meningkatkan Pemahaman Anak Autis Pada Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Di SLB Negeri Pandaan”. Pada dasarnya anak autis sama

dengan anak normal lainnya dalam kebutuhan akan pendidikan. Selain ilmu

pengetahuan umum, anak autis juga perlu dibekali akan ilmu agama yakni

Pendidikan Agama Islam untuk bekal spiritual dan akhlak yang baik agar

bisa memiliki hungan baik dengan sesama manusia dan Tuhannya. Hasil

dari penelitian ini bahwa penggunaan metode ABA (Applied Behavior

Analysis) terhadap siswa yang mengalami autis dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ialah dapat memberikan dampak atau pengaruh

pada tingkah laku dan respon siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam

di kelas. Siswa juga mulai bisa lebih fokus dan cepat tanggap dengan arahan

yang diberikan pendidik pada saat belajar Pendidikan Agama Islam.

13

Penelitian yang dilakukan peneliti membahas mengenai Implementasi

Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Dalam Penanganan Anak Autis

Periode 2018-2020 (studi pada Rumah Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) “Cinta Kasih” Kota Batu). Peneliti mengajukan permasalahan yakni

bagaimana penerapan metode ABA (Appliedd Behavior Analysis) untuk

penanganan anak autis di Rumah Terapi “Cinta Kasih” Kota Batu periode 2018-

2020.

1.1 Implementasi

Implementasi adalah suatu pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah

di susun secara terperinci. Menurut Nurdin Usman, implementasi bermuara

pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,

implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan terencana dan untuk

mencapai tujuan kegiatan1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi

implementasi adalah pelaksanaan atau terapan2.

Menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan proses interaksi anatara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang efektif3.

Dari beberapa pengetian implementasi diatas dapat disimpulkan bahwa

implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai suatu tujuan

kegiatan tertentu.

3 Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo. 4 https://kbbi.web.id/implementasi. Online 28 September 2019. 5 Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai Pustaka.

14

2.2 Metode ABA (Applied Behavior Analysis)

1. Pengertian Metode ABA (Applied Behavior Analysis)

ABA (Applied Behavior Analysis) berasal dari 3 kata yakni Applied

berarti terapan, Behavior berarti perilaku, dan Analysis yang memiliki arti

memecah menjadi bagian-bagian kecil, mempelajarin serta memodifikasi

perilaku. Tiga kata tersebut ABA (Applied Behavior Analysis) jika

digabungkan berarti ilmu terapan yang yang memodifikasi perilaku. Study

pengertian dari ABA (Applied Behavior Analysis) itu sendiri adalah ilmu

yang menggunakan prosedur perubahan perilaku, untuk membantu

individu membangun kemampuan dengan ukuran nilai-nilai yang ada di

masyarakat4. Menurut Handojo metode ABA adalah suatu cara pendekatan

dan penyampaian materi kepada anak autis yang dilakukan dengan tegas,

tanpa kekerasan, adanya prompt dan apresiasi anak dengan imbalan yang

efektif5.

Menurut Danuatmaja terapi ABA (Applied Behavior Analysis)

adalah metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial

bermanfaat dan mengurangi atau menghilangkan hal-hal kebalikannya

yang merupakan masalah6. Terapi ABA (Applied Behavior Analysis

ialah bentuk modifikasi perilaku yang fokus pada perubahan secara

spesifik berupa interaksi sosial, perawatan diri sendiri serta bahasa.

6 Widodo, Judarwanto. 2004. Penata laksanaan Attention Deficit Hyperactive. Malang: UMM Press.

7 Handojo. 2004. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 8 Mirna, Adzania. 2004. Merawat Balita Itu Mudah. Jakarta: Anak Prestasi Remaja.

15

Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwasannya pengertian

metode ABA (Applied Behavior Analysis) ialah suatu metode atau teknik

yang mengajarkan bagaimana cara disiplin guna meningkatkan perilaku.

2. Tujuan Metode ABA (Applied Behavior Analysis)

Menurut Handojo metode ABA (Applied Behavior Analysis) memiliki

beberapa tujuan, diantaranya :

a. Komunikasi dua arah yang aktif

Anak-anak autis dapat berkomunikasi dengan orang sekitarnya

dengan kemampuan seperti orang normal atau minimal

mendekati.

b. Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum

Setelah anak mampu berkomunikasi dengan baik, bersosialisasi

dan mengenal sekitar diantaranya teman-teman, terapis, benda-

benda disekitar.

c. Menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar

Pada usia balita atau golden age dipercaya ialah masa dimana

tpesatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya

ialah perilaku anak, perilaku-perilaku yang kurang baik harus

dihilangkan agar tidak mengganggu proses sosial anak.

d. Mengajarkan materi akademik

Kemampuan akademik sangat berkaitan dengan IQ anak. Untuk

anak autis IQnya kebanyakan dibawah normal. Maka dari itu

kemampuan akademiknya juga sulit untuk dikembangkan.

16

e. Kemampuan Bantu Diri atau Bina Diri dan Keterampilan lain

Kemampuan diri ini sangat penting bagi setiap individu karena

meliputi Activity Daily Living (kegiatan sehari-hari) yakni

makan, minum, mandi dan sebagainya yang tentunya setiap

individu harus bisa melaksanakannya sendiri. Kemampuan ini

juga yang diperlukan bagi setiap individu, agar dalam hal-hal

yang pribadi, mampu dikerjakan sendiri tanpa dibantu orang

lain. Makan, minum, memasang dan melepas pakaian dan

sebagainya. Selanjutnya anak juga bisa diajarkan kemampuan

atau keterampilan lain diantaranya memasak, melukis,

mewarna, dan sebagainya guna melatih motorik mereka serta

untuk melatih bakat-bakat yang ada dalam diri anak-anak

tersebut.

3. Metode Terapi ABA (Applied Behavior Analysis)

Pada penerapan metode ABA (Applied Behavior Analysis) ada

beberapa harus diperhatikan, yakni :

1) Kaidah-kaidah yang mendasari

Perilaku atau behavior adalah semua tingkah laku tindakan atau

kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan

oleh orang lain ataupun dirinya sendiri. Rumusannya ialah

A→B→C yang disebut operant conditioning. Operant

Conditioning ialah pembelajaran melalui kekuatan dari behavior

17

Tabel 2.1

Operant Conditioning

Dari tabel diatas saat kita ingin merubah perilaku yang aneh atau

bisa dibilang menyimpang dari anak-anak yakni suatu perilaku

dimulai dari suatu sebab yang selanjutnya akan menimbulkan

akibat.

Tabel 2.2

Respondent Conditioning

Dari tabel diatas jika suatu perilaku yang menimbulkan akibat yang

menggembirakan pasti perilaku tersebut akan diulang terus namun

jika perilaku tersebut menimbulkan akibat yang tidak mengenakkan

perilaku tersebut tidak akan diulang dan akan dihentikan. Kaidah ini

disebut respondent conditioning7.

PERILAKU + IMBALAN → TERUS DILAKUKAN

PERILAKU + IMBALAN → AKAN TERHENTI

ANTECEDENT → BEHAVIOR → CONCEQUENCE

(Perilaku) yang diubah emlalui penguatan atau juga bisa dengan

hukuman.

2) Istilah-istilah yang dipakai

9 YS Chanigo, Amran. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Bandung: Pustaka Setia.

18

Adapun istilah-istilah yang dipakai ialah :8

a. Instruksi

Instruksi atau perintah diberikan saat anak melakukan terapi.

Instruksi ini harus Singkat-Jelas-Tegas-Tuntas-Sama (S-J-

T-T-S).

b. Prompt

Prompt ialah arahan atau bantuan yang diberikan kepada

anak jika anak tersebut tidak merespon waktu diberikan

instruksi.

c. Reinforcement atau imbalan

Reinforcement atau imbalan ialah hadiah jika anak sudah

mengerti konsep apa yang sudah diajarkan dan dapat

melakukannya terus. Hadiah yang dimaksud disini bukanlah

sogokan namun lebih kepada upah karena telah berhasil

melakukan instruksi dengan baik. Jenis-jenis imbalan yang

diberikan sangat beragam diantaranya komentar yang positif

(“Bagus”, “Pandai”, “Pintar”), pelukan, ciuman, tepukan,

dan masih banyak lagi.

d. Aktivitas terkecil dari perilaku

Dalam terapi setiap perilaku atau kegiatan harus diajarkan

satu demi satu (bertahap). Suatu perilaku dipecah menjadi

10 Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar Autism.

Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

19

beberapa perilaku agar anak cepat emmahami apa yang

sudah diajarkan.

e. Achieved atau disingkat A

Achieved adalah saat anak tersebut bisa benar dalam

merespon instruksi.

f. Mastered

Mastered ialah suatu kondisi anak dimana ia mampu

merespon terapis 3 kali berturut-turut secara mandiri.

diberikan apabila anak berhasil merespon dengan benar 3

instruksi secaa berturut-turut.

g. Maintenance atau pemeliharaan

Pada tahap ini harus dilakukan minimal satu kali seminggu

dalam 6 minggu terapi. Apabila dalam melakukan instruksi

atau respon masih mendapat bantuan maka materi harus

diulang kembali.

h. Generalisasi

Generalisasi ialah suatu perluasan kemampuan anak. Anak

harus bisa menggeneralisasikan subyek, objek, lingkungan

dan sebagainya.

i. ITEMS

Hal-hal yang disukai anak dapat dijadikan imbalan atau

hukuman diantaranya benda yang disukai, situasi yang

disukai atau lainnya.

20

j. R+ ITEMS

Hal-hal yang tidak disukai anak dpat dijadikan imbalan atau

hukuman diantaranya benda yang tidak disukai, situasi yang

tidak disukai atau lainnya.

k. Mild Reseptif Behaviour

Perilaku yang menganggu berlangsungnya terapi yang harus

dihilangkan agar tidak menggangu jalannya proses terapi.

l. Tantrum

Tantrum atau mengamuk ialah perilaku anak yang bersifta

autistik. Tantrum ini ialah upaya anak untuk menolak

instruksi yang diberikan oleh terapis.

m. Echolalia

Echolalia atau membeo ialah suatu keadaan dimana anak

sudah mampu mengucapkan dan menirukan kata-kata yang

diucapkan atau didengar dari orang sekitarnya tetapi ia

belum bisa menggunakan kata-kata tersebut untuk

berkomunikasi.

4. Teknik Dasar ABA (Applied Behavior Analysis)

Menurut Handojo ada beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik

ABA (Applied Behavior Analysis) adalah :9

a. Kepatuhan (compliance) dan kontak mata

11 Handojo. 2009. Autisme Pada Anak Metode ABA Basic. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

21

Dua hal ini ialah kunci dari seluruh terapi, apabila anak tersebut sudah

bisa patuh dan membuat kontak mata maka tidak akan sulit dalam

mengajarkan sesuatu hal kepada anak.

b. One on One

One On One atau satu terapis untuk satu anak. Ini dimaksudkan agar

anak autis bisa fokus dalam terapi dan fokusnya hanya kepada

terapisnya.

c. Siklus atau Discrete Trial Training

Discrete Trial Training ialah terapi yang dikemas dalam uji coba nyata.

Pada tahap ini terdiri dari beberapa siklus diantaranya instruksi bantuan

serta imbalan.

d. Fading

Fading artinya ialah meluntur. Yang dimaksud meluntur ialah sedikit

demi sedikit bantuan dari terapis dikurangi (dilunturkan) hingga anak

bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan (prompt).

e. Shaping

Shaping artinya ialah membentuk, poin ini biasanya digunakan untuk

mengajarkan berbicara. Ajari anak untuk mengucapkan suatu kata

hingga sesempuna mungkin.

f. Chaining

Chaining ialah menguraikan suatu perilaku yang kompleks menjadi

beberapa bagian perilaku yang apabila nanti diurutkan akan menjadi

suatu kesatuan perilaku yang kompleks.

22

g. Discrimination training

Discrimination training ini digunakan untuk mengidentifikasi atau

melabel sesuatu. Pada tahap ini disediakan item pembanding agar anak

benar-benar sudah mampu membedakan mana item atau benda yang

harus dilabel atau diidentifikasi sesuai dengan instruksi yang diberikan

terapis.

h. Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka, huruf, dan lain-lain

Pada tahap ini setalah anak sudah bisa membedakan sesuatu dengan

cara sebelumnya. Terapis mengajarkan konsep-konsep warna, bentuk,

angka, dan lain-lain. Pada tahap ini membutuhkan alat peraga guna

mendukung keberhasilan dalam pengajaran materi.

Dari beberapa pendapat mengenai teknik atau metode pelaksanaan

terapi ABA (Applied Behavior Analysis),dapat disimpulkan bahwa metode

ABA (Applied Behavior Analysis) merupakan metode yang terstruktur dan

terukur dalam penerapannya.

2.3 Penerapan

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian penerapan

adalah proses, cara, dan perbuatan menerapkan10. Menurut beberapa ahli

penerapan ialah suatu tindakan atau perbuatan untuk mempraktekkan suatu

12 https://kbbi.web.id/penerapan. Online 28 September 2019.

23

teori ataupun metode guna mencapai suatu tujuan tertentu dan telah terencana

sebelumnya.

2.4 Autis

1. Pengertian Autis

Menurut istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti diri

sendiri dan isme yang berarti paham11. Jadi, autisme dapat diartikan ialah

suatu keadaan yang menyebabkan anak-anak hanya memiliki perhatian

kepada dirinya sendiri.

Menurut Priyatna autism merupakan salah satu gangguan

perkembangan pervasive yang ditandai dengan tampilnya abnormalitas

pada domain interaksi sosial dan komunikasi12.

Menurut Gayatri Pamoedji, Autisme ialah gangguan perkembangan

yang sangat kompleks pada anak. Gejala gangguan-gangguan tersebut

mulai kelihatan sejak anak masih bayi atau sebelum berusia 3 tahun. Gejala

gangguan perkembangannya diantaranya adalah:

Gejala tampak sebelum anak mencapai umur 3 tahun, ganguan

perkembangan diantaranya dalam bidang :13

a. Komunikasi

13 A. Suryana. 2004. Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta: Proges Jakarta. 14 Priyatna, Andri. 2010. Amazing Autism : Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis.

Jakarta: Gramedia. 15 Pamoedji, Gayatri. 2007. Seputar Autisme. Jakarta: Gramedia.

24

Disini perkembangan anak dalam hal komunikasi lebih lambat

dari pada teman-teman yang seusia dengan mereka atau juga

hanya bisa mengucapkan beberapa kalimat sederhana saja disaat

sebayanya sudah bisa berkomunikasi lancar.

b. Interaksi sosial

Anak tidak tertarik untuk bercengkrama atau berinteraksi

dengan orang-orang sekitarnya.

c. Perilaku

Disini anak lebih senang menyendiri dan bermain sendiri dan

tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditaik kesimpulan bahwa

autis adalah anak autis ialah anak yang mengalami ketidakmampuan dalam

berkomunikasi, berinteraksi sosial dan perilaku emosi serta anak autis lebih

asyik dengan dunianya sendiri.

2. Klasifikasi Anak Autis

Menurut Handojo klasifikasi anak dengan kebutuhan khususnya

(special needs) adalah :14

a. Autisma Infatil atau autisma masa kanak-kanak

Dalam mengenal anak autis paling bagus ialah diumur sebelum

3 tahum dikarenakan pada usia tersebut sedang pesat-pesatnya

perkembangan otak anak. Jika sudah diatas usia 5 tahum

16 Handojo. 2008. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

25

perkembangan otak ank sudah mulai melambat dan perilaku

mulai terbentuk.

b. Sindroma Aspeger

Sindroma aspeger hampir sama dengan autisma infatil, yang

membedakan ialah dalam hal kemampuan berinteraksi sosial.

Mereka tidak tertarik untuk berinteraksi dan bercengkrama

dengan teman dan lingkungan sekitar namun mereka masih

cukup mampu untuk berkomunikasi hanya saja mereka sering

memperlihatkan perilaku aneh.

c. Attention Deficit Hiperactive Disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

pada anak. Anak cenderung berperilaku berlebihan (Hiperaktif).

d. Anak “Gifted”

Anak “Gifted” adalah anak dengan intelegensi yang mirip

dengan intelegensi yang super (genius), tetapi yang

memebedakan ialah perilaku mereka hampir sama dengan anak

autis karena intelegensi yang super tesebut kadang kala mereka

melakukan hal-hal yang tidak wajar.

3. Penyebab Autis

Menurut Gayatri Pamoedji penyebab autisme adalah gangguan

perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi

26

susunan otak15. Namun penyebab utama dari gangguan autis masih belum

ditemukan hingga saat ini dan masih dalam proses penelitian oleh para ahli

namun ada beberapa hal yang bisa menyebabkan autis diantaranya faktor

genetik, keracunan logam, vaksin, dan lain-lain.

Menurut Handojo penyebab autis adalah:16

a. Pada kehamilan trimester pertama

Pada usia kehamilan 0-3 bulan ialah masa dimana rentan-

rentannya kandungan seseorang. Penggunaan obat-obatan tanpa

resep dari dokter, penggunaan jamu peluntur, infeksi virus bisa

menjadi penyabab autis

b. Proses kelahiran

Saat melahirkan secara normal dengan jangka waktu yang lama

dikarenakan ada sebab-sebab tertentu salah satunya ialah

gangguan nutrisi juga bisa menjadi salah satu penyebab anak autis.

c. Sesudah lahir (Post Partum)

Saat bayi baru lahir ialah kondisi dimana ia sangat rentan terkena

virus-virus. Keracunan logam beat, vaksin, MSG bisa juga

menjadi fktor penyebab anak autis.

4. Ciri-ciri Anak Autis

Menurut Ginanjar ada beberapa ciri khas pada anak autis, yakni :17

17 Pamoedji, Gayatri. 2007. Seputar Autisme. Jakarta: Gramedia. 18 Handojo. 2008. Autisma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 19 Ginanjar S. Andriana. 2008. Panduan Praktis Mendidik Anak Autis : Menjadi Orang Tua Istimewa Cetakan Pertama. Jakarta: Dian Rakyat.

27

a. Kesulitan berinteraksi sosial

Ciri-ciri ini adalah ciri yang paling menonjol yang terjadi pada anak

autis, akrena mereka lebih senang menyendiri dan melakukan kegiatan

sendiri dan jarang berinteraksi dengan teman sebaya

b. Komunikasi terhambat

Terlambatnya bicara juga merupakan ciri yang menonjol pada anak

autis. Banyak diantara mereka yang tidak bisa berbicara atau hanya

menguasai sejumlah kata hingga dewasa

c. Tingkah laku yang diulang-ulang dan memiliki minat yang terbatas

Perilaku yang diualang-ulang (repetitive) itu contohnya berputar-putra,

mengepalkan kedua tangan, dan mengoyangkan badan ke depan dan ke

belakang secara berulang-ulang. Yang dimaksud dengan minat yang

sempit ialah ketika anak menyukai satu benda maka ia aka terobsesi

pada benda tersebut

d. Hiperaktif dan agresif

Tingkah laku hiperaktif ditandai dengan berlarian, memanjat, berputar-

putar dan perilaku lain sebagainya sepanjang hari tanpa mengenal lelah.

Tetapi ketika mereka dilarang untuk melakukan kegiatan yang mereka

sukai tingkah laku agresif mereka akan keluar. Tingkah laku tantrum

atau mengamuk akan bereangsur sangat lama

e. Kedekatan pada suatu benda

Anak-anak autis memiliki kedekatan berlebih dengan suatu benda.

Mereka betah belama-lama dengan satu benda tersebut tanpa mau ada

28

gangguan dari siapapun. Apabila benda itu mengamuk dan saat

memainkan benda tersebut cara mereka cenderung berbeda dengan

anak-anak normal pada umumnya.

f. Sensorik yang bermasalah

Kemampuan sensoik anak autis sangat terbatas, hal itu yang

meneybabkan emreka mengalami berbaga kesulitan diantaranya

kesulitan berbicara, kesulitan dalam menjalankan motorik halus dan

kasar, kesulitan dibidang akademik.

g. Perkembangan tidak seimbang.

Perkembangan anak autis lebih lambat dari anak normal yang seumuran

dengan mereka.