2 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Transcript of 2 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
5
2 BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pada kajian pustaka dimaksudkan sebagai acuan atau
referensi untuk memperkaya kajian. Analisis keandalan revetment akibat
overtopping gelombang telah dilakukan oleh Dirmansyah (2009) dan Amsori
(2015), dimana keduanya menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan
nilai safety factor dan keandalan strukturnya. Berikut adalah uraian dari penelitian
terdahulu.
2.1.1 Analisis Keandalan Revetment Pantai Kalianda Lampung
(Dirmansyah, 2009)
Dirmansyah pada tahun 2009 melakukan studi analisis keandalan
revetment di Pantai Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, dimana
revetment tersebut terbuat dari tumpukan buis beton dan tumpukan batu
pada sisi mukanya sebagai pelindung kaki. Komponen yang ditinjau untuk
analisa keandalannya yaitu tahanan (resistance) berupa tinggi revetment
rata-rata yaitu 2,5 meter, sedangkan beban (load) berupa run-up gelombang
dihitung dengan menggunakan grafik irribaren dimana sudut struktur
revetment (ΞΈ) = 1. Tinggi gelombang pada penelitian ini didapatkan dengan
menggunakan metode hindcasting dari data angin tahun 1995-2004.
Analisis perubahan garis pantai pada penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan software Genesis. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan
revetment Pantai Kalianda memiliki tingkat keandalan yang tidak aman
(faktor keamanan < 1 terhadap overtopping), dan faktor keamanan terhadap
gaya geser dan guling mempunyai nilai < 1 (tidak aman terhadap
gelombang).
6
Institut Teknologi Nasional
2.1.2 Kajian Risiko Overtopping pada Revetment Akibat Run-Up
Gelombang Laut di Pantai Tembok (Amsori, 2015)
Kajian risiko overtopping pada revetment akibat run-up gelombang
laut dilakukan oleh Amsori pada tahun 2015 di Pantai Tembok Kabupaten
Buleleng Provinsi Bali. Amsori melakukan analisis peramalan gelombang
laut berdasarkan data angin dari tahun 1994-2008, perhitungan transformasi
gelombang, gelombang pecah dan run-up serta analisis risiko overtopping
akibat run-up factor, first order second moment dan monte carlo. Hasil akhir
menggunakan metode tersebut menyatakan bahwa Pantai Tembok
Kabupaten Buleleng Bali memiliki tingkat keandalan yang aman terhadap
risiko overtopping.
2.2 Analisis Risiko dan Keandalan
Penilaian keamanan sistem struktur berfungsi untuk mengevaluasi
kemampuan sistem struktur yang dirancang. Salah satu alasan sistem struktur
dapat gagal dalam menjalani fungsinya adalah karena bahaya dan terjadinya
kinerja yang lebih rendah sistem struktur dari yang diperkirakan. Keamanan
struktural tergantung pada beban maksimum yang dapat dikenakan selama masa
bangunan. Selain itu, loadcarrying kapasitas dan kekuatan struktur atau
komponennya menjadi faktor lain terhadap keamanan struktural. Tidak ada yang
dapat menjamin keamanan struktur secara mutlak karena prediksi beban
maksimum dan kekuatan sebenarnya dari sistem struktur tersebut berdasarkan
pada ketidakpastian. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan
kekuatan sistem struktur yang tersedia untuk menahan beban maksimum selama
masa bangunan yaitu ditunjukkan dengan konsep probabilistik (Suprobo &
Wimbadi, 2017). Penilaian keandalan struktur (structural reliability assessment)
berdasarkan kemampuan suatu sistem struktur dalam menjalani fungsinya. Suatu
sistem struktur dianggap tidak dapat diandalkan adalah jika kegagalan probabilitas
batas keadaan struktur melibihi nilai yang diminta. Batas keadaan struktur dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:
7
Institut Teknologi Nasional
1. Batasan ultimate, terkait dengan runtuhnya struktural dari sebagian atau
seluruh strukutur.
2. Batasan pelayanan, terkit dengan gangguan penggunaan normal dari
struktur.
Pada penelitian ini, analisis uji keandalan bangunan revetment dilakukan
dengan menggunakan konsep angka keamanan atau metode safety margin / safety
factor. Berikut adalah persamaan yang digunakan. (Welly & Yuniarti, 2015)
π΅ππππ
ππβππππ= π Atau
ππβππππ
π΅ππππ= ππΉ
Dengan penjelasan bahwa Ξ· adalah angka keamanan yang harus lebih kecil atau
sama dengan satu, sedangkan SF adalah angka keamanan yang harus lebih besar
dari satu. Atau dengan model PDF Normal menggunakan parameter tahanan rata-
rata ( ) dan beban rata-rata ( ) yang bersifat random. Namun dalam dunia
engineering tidak dikenal istilah random. Yang dikenal adalah tahanan nominal
(π π) atau beban nominal (πΏπ), sehingga:
π ππΏπ
> ππΉ β¦ (2.1)
dimana:
π π = + ππ πβ1(βπ ) dengan βπ = 5% β 10%, β¦ (2.2)
πΏπ = + ππΏπβ1(1 +βπΏ) dengan βπΏ= 50% β 2%. β¦ (2.3)
Safety margin memiliki arti yaitu perbedaan antara kapasitas (resistance) dengan
beban (load) yang digunakan dalam perencanaan atau ππ = π β πΏ. Keandalan
sama dengan peluang, dimana π > πΏ. Maka, nilai rata-rata ππ adalah sebagai
berikut.
πππ = ππ + ππΏ
β¦ (2.4)
8
Institut Teknologi Nasional
Dan variannya adalah
πππ2 = ππ
2 + ππΏ2 β¦ (2.5)
Jika π dan πΏ telah terdistribusi normal, maka peluang keandalan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini.
ππ = π [ β
βππ 2 + ππΏ
2] β¦ (2.6)
Dimana dan adalah nilai tahanan dan beban secara berturut-turut, sedangkan
ππ dan ππΏ adalah standar deviasi untuk tahanan dan beban.
2.2.1 Parameter Tahanan (Resistance)
Pada penelitian ini, elevasi puncak revetment didefinisikan sebagai
tahanan (resistance) yang digunakan pada analisis keandalan. Data tersebut
didapatkan dari data teknis bangunan revetment.
Untuk perhitungan parameter statistik dari revetment digunakan
persamaan-persamaan berikut:
π = π + π + π
3
β¦ (2.7)
Ξ©π₯2 =
1
2β
1
6π2 (π + π + π)
β¦ (2.8)
π = π . Ξ©π₯ β¦ (2.9)
dimana:
π = Rerata
Ξ©π₯ = Koefisien variasi
π = Standar deviasi
a = Nilai batas bawah
b = Nilai tengah
c = Nilai batas atas
9
Institut Teknologi Nasional
2.2.2. Parameter Beban (Load)
Pada penelitian ini, tinggi run up gelombang didefinisikan sebagai
parameter beban (load) yang nantinya akan digunakan sebagai input pada
perhitungan faktor keamanan dan persentase risiko dan keandalan
revetment. Parameter tinggi gelombang merupakan parameter yang sangat
menentukan dalam penentuan tinggi run-up.
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung kepada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah
gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut,
gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit
terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi
karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang
dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya. Gelombang dapat
menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus, serta
menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Triatmodjo,
1999).
Gambar 2.1 Definisi Gelombang (Hidayat, 2005)
Gelombang laut yang dibangkitkan oleh angin (wind-generated
waves) memiliki peran yang sangat penting pada perencanaan pembangunan
di wilayah pesisir dan laut. Karakteristik gelombang ini juga berdampak
10
Institut Teknologi Nasional
secara langsung pada berbagai aspek desain dari pembangunan tersebut,
seperti elevasi struktur yang berkaitan dengan tinggi gelombang, layout
struktur yang berkaitan dengan arah gelombang, hingga kekuatan struktur
akibat gelombang. Secara umum gelombang dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu (U.S. Army Corps of Engineers, 2008):
1. Gelombang pendek (wave of short period), yaitu gelombang dengan
periode kurang dari 5 menit. Gelombang ini sering dikenal dengan
ombak dan dapat diakibatkan oleh angin, gempa dan gerakan kapal.
Bentuk gelombang pendek biasanya tidak teratur (irreguler);
2. Gelombang panjang (long wave), yaitu gelombang dengan periode
beberapa jam. Gelombang panjang sering dikenal dengan pasang
surut yang terjadi akibat gaya tarik menarik antara bumi dan benda-
benda ruang angkasa terutama bulan dan matahari.
Gelombang laut terbentuk karena adanya angin yang bertiup diatas
permukaan laut. Berikut adalah istilah yang biasa dipakai dalam
mempelajari gelombang:
1. Sea (ombak) adalah gelombang yang masih berada di daerah yang
masih dipengaruhi angin yang bentuknya sangat tidak teratur;
2. Swell (alun) adalah gelombang yang telah ke luar dari daerah
pengaruh angin yang bentuknya teratur dan mempunyai panjang
gelombang besar.
Istilah deformasi gelombang dapat dijelaskan apabila suatu deretan
gelombang bergerak menuju pantai, gelombang tersebut akan mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan
gelombang, difraksi, refleksi dan gelombang pecah (Triatmodjo, 1999).
Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan pemodelan gelombang
dengan software Delft3D, maka tidak memperhitungan transformasi
gelombang secara manual. Namun, pada pemodelan gelombang dengan
software Delft3D diperlukannya nilai batas yang merupakan tinggi
gelombang signifikan dan periode gelombang dengan arah dominan
berdasarkan grafik waverose. Dalam hal ini diperlukannya data peramalan
11
Institut Teknologi Nasional
gelombang sebagai input nilai batas pada pemodelan gelombang. Adapun
metode yang digunakan adalah Shore Protection Manual (SPM) Berikut
langkah penentuan tinggi dan periode gelombang.
Gambar 2.2 Langkah Penentuan Tinggi (H) dan Periode (T) Gelombang (Muliati, 2020)
Peramalan tinggi dan periode gelombang menggunakan metode
Shore Protection Manual (SPM) dibantu menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excel. Hasil dari perhitungan hindcasting ini selanjutnya diolah
menggunakan perangkat lunak WRPLOT View untuk menghasilkan grafik
waverose yang menunjukkan arah dominan dan kisaran tinggi gelombang.
Berikut adalah hasil perhitungan hindcasting gelombang beserta grafik
waverose.
Ketika gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang
tersebut akan naik (run-up) pada permukaan bangunan. Elevasi puncak
bangunan-bangunan pantai seperti seawall, breakwater, revetment, dan
lainnya ditentukan berdasarkan elevasi run-up dan overtopping yang
diperkenankan (Yuwono, 1982). Run-up tergantung pada bentuk dan
12
Institut Teknologi Nasional
kekasaran bangunan, kedalaman air di kaki bangunan, kemiringan dasar laut
di depan bangunan, dan karakteristik gelombang. Dikarenakan banyaknya
variabel yang berpengaruh, maka besarnya run-up sulit ditentukan secara
analitis. Karena itu, run-up ditentukan dari hasil percobaan di laboratorium
yang dituangkan dalam grafik yang dapat digunakan untuk bangunan
dengan permukaan miring dengan berbagai tipe material. Persamaan yang
umum adalah persamaan Irribaren yang menyatakan besarnya run-up adalah
fungsi dari bilangan Irribaren (Triatmodjo, 1999). Bilangan Irribaren
dirumuskan sebagai berikut.
πΌπ = π‘ππ
(π»πΏ0)1/2
β¦ (2.10)
dimana:
πΌπ = Bilangan Irribaren;
π = Sudut kemiringan sisi bangunan yang menghadap ke laut;
π» = Tinggi gelombang di lokasi bangunan;
πΏ0 = Panjang gelombang di laut dalam.
Gambar 2.3 Grafik Irribarren Penghitungan Run-Up (Muliati, 2020)
13
Institut Teknologi Nasional
2.3 Program Delft3D
Pemodelan transformasi gelombang bertujuan untuk mengetahui tinggi
gelombang di sekitar Pantai Plentong, dimana pemodelan transformasi gelombang
dilakukan dengan menggunakan bantuan software Delft3D. Delft3D merupakan
program simulasi atau pemodelan hidrodinamik multidimensi (2D atau 3D) yang
berfungsi untuk perhitungan daerah pesisir, sungai, dan muara. Software ini
dikembangkan oleh Deltares dan Delft University of Technology. Dalam
perhitungan kondisi hidrodinamika, Delft3D-FLOW menggunakan penyelesaian
persamaan Navier-Stokes menggunakan asumsi Boussineq. Penelitian ini
menggunakan Delft3D dengan sistem dan fungsi Delft3D WAVE yaitu suatu sistem
untuk mendapatkan hasil perambatan gelombang, serta diperlukannya juga sistem
Delft3D-FLOW untuk mensimulasikan pasang surut.
2.3.1 Delft3D-FLOW
Delft 3D-FLOW adalah sistem pada bagian Delft3D yang digunakan
untuk menghitung SWE (Shallow Water Equation) atau persamaan pada
kondisi air dangkal dalam variabel kecepatan dan tinggi ke dalam bentuk
dua atau tiga dimensi pada sebuah grid atau garis bantu (Fahmi & Hafli,
2019). Berikut adalah persamaan pembangun yang ada di dalam Program
Delft-3D, yaitu persamaan momentum, persamaan kontinuitas, dan
persamaan transport (Deltares, 2014).
i. Persamaan Momentum dalam Arah Horizontal
ππ
ππ+
π’ ππ’
βπΊππ ππ+
π£ ππ’
ππβπΊπ+
π ππ’
π + π ππβ
π2 βπΊππ
βπΊππ βπΊππ+
π’π£ βπΊππ
βπΊππ βπΊππβ πΉπ£ =
1
π0βπΊππ ππ + πΉ π +
1
(π + π)2 π£ππ’
ππ + ππ
β¦ (2.11)
ππ
ππ+
π’ ππ’
βπΊππ ππ+
π£ ππ’
ππβπΊπ+
π ππ’
π + π ππβ
π’π£ βπΊππ
βπΊππ βπΊππ+
β¦(2.12)
14
Institut Teknologi Nasional
π2 βπΊππ
βπΊππ βπΊππβ πΉπ£ =
1
π0βπΊππ ππ + πΉ π +
1
(π + π)2 π£ππ’
ππ + ππ
ii. Persamaan Kontinuitas
ππ
ππ+ 1 π[(π + π)π βπΊππ]
βπΊππ βπΊππ ππ+ 1 π[(π + π)π βπΊππ]
βπΊππ βπΊππ ππ= (π + π)π
β¦ (2.13)
Dengan U dan V dirata β ratakan terhadap kedalaman:
π = 1
π + π β« π’ππ§ = β« π’ππ
0
β1
6
4
β¦ (2.14)
π = 1
π + π β« π£ππ§ = β« π£ππ
0
β1
6
4
β¦ (2.15)
Dimana Q menunjukan faktor per unit area:
π = π» β« (πππ β πππ’π‘)π π + π β πΈ0
β1
β¦ (2.16)
Keterangan
βGΞΆΞΆ = koefisien transformasi kurvalimier menjadi koordinat persegi (m).
βGΞ·Ξ· = koefisien transformasi kurvalimier menjadi koordinat persegi (m).
G = percepatan gravitasi (m/s2)
ππ = sumber/keluaran momentum dalam arah X/π (kg m/s)
ππ = sumber/keluaran momentum dalam arah Y/π (kg m/s)
U = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman pada arah X/π (m/s)
u = kecepatan aliran dalam tanah X/π (m/s)
V = kecepatan rata-rata terhadap kedalaman pada arah Y/π (m/s)
u = kecepatan aliran dalam tanah Y/π (m/s)
π = frekuensi sudut pasang surut dan atau komponen Fourier
π = elevasi muka air (m)
15
Institut Teknologi Nasional
iii. Persamaan Transpor Sedimen
|ππ| = 0.006ππ, π€π501 π0.5π0.7 β¦ (2.17)
Keterangan :
Sb = trasnport sedimen dasar (kg/m/s)
π = fraksi sedimen pada lapisan campuran (mixing layers)
M = pergerakan sedimen akibat gelombang dan arus
Mc = pergeraka kelebihan sedimen
W1 = kecepatan jatuh
Dengan nilai yang didefinisikan sebagai:
π = π2πππ
(π β 1)ππ50
β¦ (2.18)
π = (ππππ β ππππ)2
(π β 1)ππ50
β¦ (2.19)
ππππ = βππ 2 + π50
2 β¦ (2.20)
Keterangan :
Uon = kecepatan orbital dekat dasar berdasarkan pada tinggi
gelombang signifikan (m/s)
Veff = kecepatan efektif yang disebabkan oleh gelombang dan arus
VR = Kecepatan yang dirata-ratakan terhadap kedalaman di
lapisan dasar
S = densitas relatif dari fraksi sedimen densitas relatif dari fraksi
sedimen
G = percepatan gravitasi
16
Institut Teknologi Nasional
2.3.2 Delft3D-WAVE
Delft 3D-WAVE adalah sistem bagian dari Delft3D yang berfungsi
untuk mensimulasikan perambatan gelombang yang dihasilkan di perairan
pantai dan juga dapat diterapkan di perairan dalam, menengah dan dangkal
(Fahmi & Hafli, 2019). MDW-file adalah input file untuk simulasi
gelombang dan menjalankan perhitungan gelombang. Alat yang digunakan
untuk memberikan nilai pada semua parameter yang digunakan untuk
mengimpor nama atribut file ke MDW-file adalah WAVE-GUI (Graphical
User Interface).