BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau...

15
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawak Pulau Biawak merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Laut Jawa sebelah utara dari Kabupaten Indramayu. Pulau Biawak sendiri adalah satu dari tiga pulau yang terdapat dalam Kawasan Konservasi Daerah Pulau Biawak. Selain Pulau biawak terdapat pula Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Secara administratif Pulau Biawak termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Indramayu yang memiliki luas daerah ±120 Ha dengan letak geografis 05 0 56’002” LS dan 108 0 22’015” BT (Dirjen KP3K 2012). Batas dari kawasan konservasi laut Pulau Biawak seperti tercantum dalam Perda kabupaten Indramayu No. 14 tahun 2006 adalah sejauh 4 mil yang diukur dari garis batas pangkal pulau-pulau terluar dalam wilayah kabupaten Indramayu. Sedangkan untuk Kabupaten Indramayu sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah timur dengan Kabupaten Cirebon, sebelah utara dengan Laut Jawa, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Cirebon. Jarak dari Kabupaten Indramayu menuju Pulau Biawak sekitar 26 mil (±50 km) (Pemkab Indramayu 2006). Secara umum karakteristik kondisi perairan di Pulau Biawak memiliki arus yang cukup tinggi yang dipengaruhi oleh angin barat dan angin timur dengan kecepatan mencapai 5-10 m/detik. Untuk pasang surut berdasarkan pendapat Dahuri (1996) dalam Dirjen KP3K (2012) menyatakan bahwa karakteristik pasang surut Cirebon dan sekitarnya memiliki tipe campuran, dengan tinggi air pasang surut di pantai adalah 0,5 0,7 meter dan gelombang laut musiman sangat mempengaruhi gelombang laut di Pulau Biawak seperti musim barat dan musim timur serta musim peralihan. Gelombang laut bisa mencapai ketinggian rata-rata 0,5 0,8 meter. Menurut Pramesti (2011) kecepatan arus di Pulau biawak tergolong arus lemah hingga sedang, sedangkan suhu perairan pada bulan Juli berkisar antara 30ºC - 32ºC dan salinitas air laut berkisar 27 33 ppt (Purba dkk. 2012).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perairan Pulau Biawak

Pulau Biawak merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Laut Jawa

sebelah utara dari Kabupaten Indramayu. Pulau Biawak sendiri adalah satu dari

tiga pulau yang terdapat dalam Kawasan Konservasi Daerah Pulau Biawak. Selain

Pulau biawak terdapat pula Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Secara

administratif Pulau Biawak termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Indramayu

yang memiliki luas daerah ±120 Ha dengan letak geografis 05056’002” LS dan

108022’015” BT (Dirjen KP3K 2012).

Batas dari kawasan konservasi laut Pulau Biawak seperti tercantum dalam

Perda kabupaten Indramayu No. 14 tahun 2006 adalah sejauh 4 mil yang diukur

dari garis batas pangkal pulau-pulau terluar dalam wilayah kabupaten Indramayu.

Sedangkan untuk Kabupaten Indramayu sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Subang, sebelah timur dengan Kabupaten Cirebon, sebelah utara

dengan Laut Jawa, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumedang,

Majalengka, dan Cirebon. Jarak dari Kabupaten Indramayu menuju Pulau Biawak

sekitar 26 mil (±50 km) (Pemkab Indramayu 2006).

Secara umum karakteristik kondisi perairan di Pulau Biawak memiliki

arus yang cukup tinggi yang dipengaruhi oleh angin barat dan angin timur dengan

kecepatan mencapai 5-10 m/detik. Untuk pasang surut berdasarkan pendapat

Dahuri (1996) dalam Dirjen KP3K (2012) menyatakan bahwa karakteristik

pasang surut Cirebon dan sekitarnya memiliki tipe campuran, dengan tinggi air

pasang surut di pantai adalah 0,5 – 0,7 meter dan gelombang laut musiman sangat

mempengaruhi gelombang laut di Pulau Biawak seperti musim barat dan musim

timur serta musim peralihan. Gelombang laut bisa mencapai ketinggian rata-rata

0,5 – 0,8 meter. Menurut Pramesti (2011) kecepatan arus di Pulau biawak

tergolong arus lemah hingga sedang, sedangkan suhu perairan pada bulan Juli

berkisar antara 30ºC - 32ºC dan salinitas air laut berkisar 27 – 33 ppt (Purba dkk.

2012).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

8

2.2 Budidaya Laut

Budidaya laut merupakan salah satu sub bagian dari budidaya perairan

(aquaculture). Budidaya perairan sendiri merupakan suatu usaha atau cara-cara

untuk menernakkan spesies-spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan perairan

tertentu pada kondisi yang terkendali sebagai usaha untuk meningkatkan jumlah

pangan yang tersedia untuk manusia di samping dari hasil perikanan tangkap.

Hanya saja budidaya laut hanya berfokus pada spesies hewan atau tumbuhan yang

berada atau berhabitat di laut (Nybakken 1992).

Dalam melakukan kegitan budidaya laut terdapat beberapa metode yang

digunakan tergantung pada jenis kultivan apa yang akan dibudidaya. Karamba

Jaring Apung (KJA) digunakan untuk budidaya ikan kerapu, kurungan pagar

jaringan digunakan untuk budidaya teripang, dan metode lepas dasar untuk

budidaya rumput laut.

KJA merupakan salah satu metode yang cukup ideal digunakan untuk

budidaya ikan kerapu karena dapat ditempatkan di perairan yang cukup dalam.

Satu konstruksi KJA terdiri dari jangkar, karamba, dan rumah jaga. KJA dapat

memelihara berbagai jenis dan ukuran ikan (Ghufron dan Kordi 2005). Kurungan

pagar jaringan yang digunakan untuk budidaya teripang dikarenakan kultivan ini

merupakan hewan yang hidup didasar laut. Metode ini dapat membuat teripang

tidak dapat lolos melalui dasar perairan (Martoyo dkk 2007). Metode lepas dasar

merupakan salah satu metode yang cukup ideal untuk budidaya rumput laut untuk

daerah perairan pantai atau daerah yang memiliki terumbu karang yang dangkal.

Kedalam perairan biasanya kurang dari 1,5 meter (Irstiyanto 2003)

Pemilihan lokasi merupakan faktor terpenting dalam suatu kegiatan

budidaya. Dalam pemilihan lokasi tidak terlepas dari aspek bioteknis dan non

teknis dimana aspek bioteknis mencakup parameter ekosistem perairan yang

berperan sebagai daya dukung lingkungan sedangkan aspek non teknis berupa

aksesibilitas dan sosial-ekonomi. Aspek bioteknis dalam pemilihan lokasi untuk

budidaya laut menurut Kangkan (2006) adalah sebagai berikut :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

9

2.2.1 Parameter Fisika

a) Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan merupakan jarak antara permukaan laut sampai ke

dasar laut. Menurut Brotowidjoyo dkk (1995) kedalaman suatu perairan

berpengaruh terhadap distribusi ikan dan penetrasi cahaya yang diterima. Masing-

masing oerganisme dilaut memiliki kedalaman ideal untuk dapat hidup dengan

baik. Kedalaman perairan juga mempengaruhi kecepatan arus dari suatu lokasi

dimana menurut Odum (1979) dalam Kangkan (2006) dijelaskan bahwa

kecepatan relatif cukup besar pada perairan yang dangkal sedangkan pada

perairan yang cukup dalam kecepatan arus relatif lebih kecil.

Pada kegiatan budidaya kedalaman perairan lebih berperan dalam

penentuan metode budidaya yang akan dikembangkan. Rumput laut

membutuhkan perairan yang tidak terlalu dalam jika dibandingkan dengan

budidaya ikan kerapu (Kangkan 2006).

b) Suhu Perairan

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari

permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan

kedalaman perairan (Effendi 2003). Suhu merupakan salah satu faktor pembatas

dalam perkembangan atau pertumbuhan suatu organisme. Organisme akuatik

memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi

pertumbuhannya (Effendi 2003). Selanjutnya, suhu perairan dapat mempengaruhi

kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu terhadap kelarutan oksigen dalam

perairan karena semakin tinggi suhu maka semakin rendah daya larut oksigen

dalam air.

c) Material Dasar perairan

Material dasar perairan atau substrat dasar merupakan sedimen yang

terendapkan di dasar laut. Sedimen dasar laut terbagi menjadi 4 jenis berdasarkan

asal usul sedimennya yaitu 1) Lithogenous dimana jenis sedimen ini berasal dari

pelapukan batuan di daratan yang terbawa oleh drainase air sungai memasuki

laut; 2) Biogenous merupakan sedimen yang berasal dari organisme laut yang

telah mati; 3) Hydrogenous merupakan sedimen yang berasal dari dekomposisi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

10

kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga

terjadi pengendapan di dasar laut; 4) Cosmogenous merupakan sedimen yang

berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan di

dasar laut (Wibisono 2005).

Menurut Kangkan (2006) substrat dasar berpengaruh terhadap hewan yang

tumbuh di dasar suatu perairan. Selain itu jenis dan ukuran substrat juga

berpengaruh terhadap kandungan bahan organik dan distribusi bentos.

Kemampuan substrat dalam menjebak bahan organik lebih tinggi pada substrat

yang memiliki tekstur halus (Nybakken 1992).

Substrat yang cocok untuk budidaya rumput laut adalah yang stabil terdiri

dari patahan karang mati (pecahan karang) dan pasir kasar serta bebas dari lumpur

(Ditjenkan Budidaya 2004). Dalam budidaya teripang sebaiknya dasar

perairannya landai serta terdiri dari pasir dan pecahan karang, berlumpur, dan

banyak ditumbuhi lamun serta rumput laut (Martoyo dkk 2005). Ikan kerapu

dengan sistem KJA sebaiknya substrat dasar berupa pasir, pasir berlumpur, pasir

berbatu agar mudah dalam instalasi (Ghufron dan Kordi 2005).

d) Arus

Arus laut secara umum diartikan sebagai gerakan massa air laut ke arah

horizontal dalam skala besar (Wibisono 2005). Arus laut dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu kecepatan angin, morfologi dasar laut, gaya coriolis, dan

perbedaan densitas. Menurut Ghufron dan kordi (2005) arus air sangat membantu

dalam proses pertukaran air dalam karamba jaring apung .

Arus memiliki pengaruh positif dan negatif bagi budidaya laut. Pengaruh

positif adalah arus membawa suplai makanan alami seperti plankton, membawa

oksigen terlarut, dan pembuangan sisa-sisa metabolisme biota laut (Gufron dan

Kordi, 2005). Pengaruh negatifnya adalah dapat mengaduk substrat dasar yang

mengakibatkan kekeruhan sehingga menghambat fotosintesis (Beverige 1987,

Romimohtarto 2003 dalam Kangkan 2006).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

11

e) Kecerahan Perairan

Kecerahan dari suatu perairan berpengaruh terhadap intensitas cahaya

yang diterima oleh perairan tersebut. Menurut Brotowidjoyo dkk 1995 cahaya

merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan ikan, yaitu : dalam

penangkapan mangsa, dalam tingkah laku reproduksi, dalam orientasi migrasi,

serta pola pertumbuhannya.

Dengan diketahuinya kecerahan suatu perairan maka dapat diketahui juga

sampai sejauh mana terjadi proses asimilasi dalam air. Sehingga lapisan-lapisan

air tersebut dapat diketahui mana yang tidak keruh, agak keruh, dan sangat keruh.

Air yang terlalu keruh dan juga terlalu jernih tidak bagus untuk kehidupan biota

budidaya (Ghufron dan Kordi 2007). Cahaya merupakan sumber energi utama

dalam ekosistem perairan. Di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu

untuk mempengaruhi perubahan suhu karena panasnya dalam air dan sumber

energy dalam proses fotosintesis algae dan tumbuhan air (Jeffries dan Mills 1996

dalam Effendi 2003). Selain itu cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku dari

organisme akuatik. Fitoplankton dan rumput laut membutuhkan cahaya matahari

untuk berfotosintesis.

f) Gelombang Laut

Gelombang merupakan salah satu dari fenomena di lautan yang dapat di

lihat secara langsung dan dapat langsung dirasakan. Gelombang laut adalah

gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerakan longitudinal dan orbital

secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi serta waktu (momentum)

dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai ragam bentuk materi (Wibisono

2005). Gelombang laut sangat berpengaruh terhadap kelarutan oksigen, dimana

dengan adanya gelombang laut dapat mempermudah kelarutan oksigen yang

sangat penting bagi kehidupan biota laut (Wibisono 2005).

Menurut Brotowidjoyo dkk (1995) Gelombang laut sangat di pengaruhi oleh

angin. Bila gelombang memasuki daerah yang tidak berangin, gelombang akan

bergerak lebih teratur. Besarnya gelombang dan kecepatannya itu tergantung

dengan kecepatan angin yang mempengaruhinya. Gelombang yang terlalu besar

dan berlangsung secara terus menerus tidak bagus dalam kegiatan budidaya

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

12

karena dapat menyebabkan stres pada ikan yang dibudidaya, selain itu gelombang

yang terlalu besar akan mudah merusak konstruksi budidaya (Ghufron dan Kordi

2005).

g) Pasang Surut

Pasang surut yakni suatu pergerakan vertikal dari seluruh partikel massa

air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan

oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan benda-benda angkasa terutama

matahari dan bulan. Pasang surut salah satu gejala alam yang nyata nampak di

laut. Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan lebih besar pengaruhnya daripada

gaya tarik menarik bumi dengan matahari, karena jarak bulan yang lebih dekat

dengan bumi jika dibandingkan dengan matahari (Wibisono 2005).

Pasang surut disebabkan oleh gerakan bulan mengelilingi bumi, dan juga

gerakan matahari serta rotasi bumi walaupun pengaruhnya kecil ( Brotowidjoyo

dkk 1995). Menurut Wibisono (2005) pasang surut dibagi atas 3 jenis (tipe)

pokok, yakni sebagai berikut :

1. Pasang surut tipe Harian Tunggal (diurnal type) : yakni bila dalam waktu

24 jam terdapat satu kali pasang dan 1 kali surut.

2. Pasang surut tipe Harian Ganda (semi diurnal type) : yakni bila dalam

waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut.

3. Pasang surut tipe campuran : yakni bila dalam waktu 24 jam terdapat

bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong ke

tipe harian ganda.

Pasang surut sangat berpengaruh terhadap terhadap segala kegiatan yang

akan dilakukan diperairan. Jenis pasang surut juga mempengaruhi pembuangan

pencemar suatu perairan, dimana jika suatu perairan memiliki jenis Harian

Tunggal maka jika terjadi pencemaran dalam waktu 24 jam diharapkan akan

tersapu bersih dari lokasi, namun pencemar akan berpindah ke lokasi lain,

sedangkan jika memiliki jenis tipe Harian Ganda atau campuran condong Harian

Ganda, maka pencemar tidak akan segera tergelontor keluar (Wibisono 2005).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

13

2.2.2 Parameter Kimia

a) Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Menurut Brotowidjoyo

dkk (1995) pH air lautan biasanya memiliki nilai yang berkisar antara 7,6 - 8,6 dan

mengandung ion HCO3-

. Pengukuran pH sulit dilakuka karena sangat bergantung

pada suhu dan salinitas. Bila suhu meningkat maka akan merubah konstanta

dissosiasi H2CO3 yang mengakibatkan pH turun dan kadar oksigen juga turun.

Nilai pH mempengaruhi proses biokimia perairan seperti proses nitrifikasi

akan berakhir jika pH rendah (Effendi 2003). Berikut ini adalah tabel pengaruh

pH terhadap biologi perairan dalam Effendi (2003) :

Tabel 1. Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0 – 6,5

1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun.

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami

perubahan.

5,5 – 6,0

1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin

tampak.

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum

mengalami perubahan yang berarti.

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.

5,0 – 5,5

1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifiton, dan bentos semakin besar.

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan

bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.

4. Proses nitrifikasi terhambat.

4,5 – 5,0

1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifiton, dan bentos semakin besar.

2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos.

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.

4. Proses nitrifikasi terhambat. Sumber : Modifikasi Baker et al., 1990 dalam Novotny dan Olem, 1994.

b) Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen air laut dalam kondisi normal tidak mengganggu ikan,

sebab kandungan oksigen itu secara relatif bervariasi dalam batas-batas yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

14

sangat sempit (Brotowidjoyo dkk 1995). Menurut Wibisono (2005) oksigen

terlarut berasal dari dua sumber utama yaitu atmosfer dan hasil dari fotosintesis

fitoplankton yang berjenis tanaman laut.

Oksigen sendiri merupakan salah satu faktor pembatas sehingga jika

ketersediannya didalam air tidak mencukupi maka akan menghambat segala

aktifitas biota yang dibudidaya (Ghufron dan Kordi 2009). Ketersediaan dari

oksigen dalam perairan dibutuhkan oleh ikan agar dapat membakar bahan

makanan untuk menjadikan energi agar aktivitas dari organisme tersebut tidak

terganggu (Ghufron dan Kordi 2005). Teripang membutuhkan oksigen terlarut

agar dapat tumbuh optimal pada kadar 4 – 8 ppm (Martoyo dkk 2007). Berikut ini

merupakan tabel pengaruh kandungan oksigen terlarut dalam Effendi (2003).

Tabel 2. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap Kelangsungan

Hidup Ikan

Kadar Oksigen

Terlarut(mg/liter) Pengaruh Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan

< 0,3 Hanya sedikit jenis ikan yang yang dapat bertahan pada

masa pemaparan singkat (short exposure).

0,3 – 1,0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat mengakibatkan

kematian ikan.

1,0 – 5,0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya

terganggu.

>5,0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi in. Sumber : Modifikasi Swingle dalam Boyd, 1988.

c) Fosfat

Fosfat merupakan salah satu parameter yang menentukan nilai kesuburan

suatu perairan (Wibisono 2005). Dalam perairan, unsur fosfor tidak ditemukan

dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik

yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa

partikulat (Effendi 2003). Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu : perairan dengan tingkat kesuburan rendah kadar fosfat total

berkisar antara 0 – 0,02 mg/liter, perairan dengan tingkat kesuburan sedang kadar

fosfat total berkisar 0,021 – 0,05 mg/liter, dan perairan dengan tingkat kesuburan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

15

tinggi kadar fosfat total 0,051 – 0,1 mg/liter (Yoshimura dalam Liaw 1969 dalam

Effendi 2003).

d) Nitrat

Nitrat bersama dengan fosfat merupakan parameter yang menggambarkan

kesuburan dari suatu perairan (Wibisono 2005). Kadar oksigen sangat

mempengaruhi nitrat di perairan dimana jika kadar oksigen mencukupi ammonia

akan dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat. Akibatnya, kadar ammonia berkurang

sebaliknya kadar nitrat dan nitrit meningkat (Effendi 2003). Kandungan nitrat

dalam kondisi berkecukupan biasanya berada pada kisaran 0,01 – 0,7 mg/liter

(Joshimura dalam Wardoyo 1978 dalam BPP-PSPL Universitas Riau 2009).

e) Salinitas Perairan

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam

air laut (Ghufron dkk 2007). Salinitas merupakan suatu penggambaran padatan

total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida selain itu

bromida dan iodida digaantikan oleh klorida dan semua bahan organik telah telah

dioksidasi (Effendi 2003).

Menurut Brotowidjoyo dkk (1995) salinitas berpengaruh terhadap

reproduksi, distribusi, dan lama hidup dari ikan. Variasi salinitas jauh dari pantai

atau laut lepas relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan variasi salinitas yang

berada dekat pantai. Hal ini disebabkan daerah yang dekat dengan pantai banyak

terpengaruh oleh daratan misalnya saja masukkan air tawar dari sungai.

2.2.3 Parameter Biologi

a) Plankton

Plankton adalah suatu golongan jasad hidup akuatik berukuran

mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau

hanya bergerak sedikit untuk melawan/mengikuti arus (Wibisono 2005). Plankton

dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut

yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis dan

zooplankton adalah hewan-hewan laut yang bersifat planktonik (Nybakken 1992).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

16

Plankton mempunyai peranan pening dalam kehidupan di laut, karena

peranan plankton sebagai pengikat awal energi matahari (Nybakken 1992).

Menurut Odum (1979) dalam Kangkan (2006) menyatakan bahwa fitoplankton

merupakan pakan alami yang memilki peran ganda, yakni sebagai penyangga

dalam kualitas air dan sebagai dasar dalam rantai makanan di perairan.

b) Klorofil-a

Kangkan 2006 menyatakan bahwa plankton memiliki pigmen lengkap

mulai dari klorofil-a, Klorofil-b, dan klorofil-c sehingga kadang plankton diberi

nama berdasarkan pada warnanya. Fitoplangkton menggunakan klorofil untuk

mensintesis substansi organis, menggunakan energi dari sinar matahari melalui

proses fotosintesis (Brotowidjoyo dkk 1995).

Pigmen klorofil-a merupakan pigmen yang paling besar jika dibandingkan

dengan klorofil-b atau klorofil-c (Kangkan 2006). Klorofil-a merupakan salah satu

parameter dalam penentuan tingkat kesuburan dari suatu perairan (Effendi 2003).

Menurut Akbulut (2003) dalam Kangkan (2006) hubungan antara fitoplankton

dan klorofil mempunyai nilai positif.

2.3 Pengenalan Kultivan

Pada penelitian yang akan dilakukan penentuan lokasi budidaya

didasarkan pada tiga kultivan, yaitu :

1. Rumput Laut

Rumput laut (seaweed) adalah algae (ganggang) makroskopis yang hidup

di dasar laut menempel pada benda-benda padat, seperti batu, karang mati,

ataupun rumput laut lainnya. Rumput laut juga hidup di daerah pasang surut

hinnga kedalaman tertentu dimana sinar matahari masih dapat menembusnya.

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam menghasilkan rumput laut

karena perairannya yang luas dan kondisi pantai yang terbilang masih bagus.

Rumput laut atau ganggang merupakan tumbuhan tingkat rendah karena tanaman

ini tidak memiliki akar, batang, dan daun. Dalam mengklasifikasikan ganggang

berdasarkan pada warnanya, yaitu : ganggang hijau (Chlorophyceae), ganggang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

17

biru hijau (Cyanophyceae), ganggang cokelat (Phaeophyceae), dan ganggang

merah (Rhodophyceae) (Gambar 2) (Irstiyanto, 2003).

Gambar 2. Rumput Laut Kering

(Sumber : www.rumputlaut.net)

Irstiyanto (2003) menyebutkan manfaat dari rumput laut antara lain

sebagai berikut :

a. Sebagai bahan makanan

b. Sebagai bahan indutri pada bidang kosmetika, farmasi, dan industry makanan.

2. Ikan Kerapu

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang dimana

penyebarannya dikaitkan atau identik dengan penyebaran terumbu karang.

Namun, ada juga penyebaran ikan kerapu yang dekat dengan pantai ataupun

muara sungai. Ikan kerapu termasuk kedalam komoditas ekspor yang bernilai

cukup tinggi. Ikan kerapu tersebar cukup luas didaerah tropic maupun sub tropika.

Diperkirakan ada sekitar 46 jenis atau spesies dari ikan kerapu yang hidup di

berbagai tipe habitat. Murtidjo (2002) menjelaskan beberapa jenis ikan kerapu

yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu :

a. Ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis). Ikan ini memiliki badan yang

lonjong dan agak gepeng serta warna dasar tubuh abu-abu dengan bintik-

bintik hitam berukuran cukup besar dan terbatas jumlahnya. Bagian atas

berwarna merah sawo matang dan bagian bawah keputihan. Pada seluruh

badan terdapat noda-noda berwarna cokelat tua yang menyebar secara merata

(Gambar 3a).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

18

b. Ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini memiliki bentuk badan

yang gepeng memanjang dengan warna dasar tubuh sawo matang pada bagian

bawah agak keputihan. Selain itu terdapat garis melintang menyerupai pita

yang berwarna gelap (Gambar 3b).

c. Ikan kerapu sunu/sonoh (Plectropomus maculates). Ikan ini memiliki bentuk

tubuh agak gepeng dan memanjang dengan warna badan cokelat atau merah

dengan noda berwarna biru yan berukuran tidak seragam. Pada tubuhnya

memiliki 6 garis menyerupai pita berwarna gelap yang melintang pada

badannya (Gambar 3c).

d. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus). Ikan kerapu ini memiliki

ciri-ciri yang hampir serupa dengan ikan kerapu lumpur. Ukuran tubuh lebih

tinggi dengan noda-noda tubuhnya yang berwarna lebih gelap dan lebih rapat.

Ikan kerapu macan seluruh tubuhnya berwarna cokelat kemerahan atau

merah, termasuk sirip-siripnya (Gambar 3d).

e. Ikan kerapu balong (Epinephelus merra). Ikan kerapu ini lebih mudah untuk

dikenali karena memiliki ciri yang berbeda dengan yang lainnya seperti mulut

yang melebar dan serong ke atas. Bentuk tubuhnya gepeng memanjang

dengan warna dasar tubuhnya cokelat muda, dan seluruh tubuh dicirikan

dengan adanya noda-noda berbentuk segi enam yang saling berdekatan

(Gambar 3e).

(a) (b)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

19

(c) (d)

(e)

Gambar 3. a) Ikan Kerapu Bebek; b) Ikan Kerapu Lumpur; c) Ikan Kerapu Sunu;

d) Ikan Kerapu Macan; e) Ikan Kerapu Balong

(Sumber : http://pipp.kkp.go.id dan http://eol.org/)

3. Teripang

Teripang merupakan salah satu anggota hewan berduri (Echinodermata).

Namun, tidak semua jenis teripang memiliki kulit berduri. Tubuh teripang lunak

berdaging, dan berbentuk silindris memanjang seperti buah ketimun. Teripang

hidup di dasar laut dengan pergerakan yang sangat lamban. Warna dari teripang

bermacam-macam, mulai dari abu-abu, hitam, cokelat, kemerah-merahan, sampai

putih (Gambar 4) (Martoyo 2007) .

Gambar 4. Teripang

(Sumber : http://blog.uad.ac.id)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

20

Teripang termasuk jenis hewan dioecious yang berarti hewan jantan

terpisah dengan hewan betina. Perkawinan dari teripang biasanya berlangsung

secar eksternal atau diluar tubuh. Menurut Martoyo (2007) tidak semua teripang

yang ditemukan di perairan Indonesia mempunyai nilai ekonomis penting hanya

teripang yang berasal dari family Holothuriidae pada genus Holothuria,

Muelleria, dan Stichopus. Teripang dapat ditemukan di seluruh perairan pantai,

mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam.

Teripang menyukai perairan yang jernih dan air yang relatif tenang. Makanan

utama dari teripang adalah detritus, zat organik dalam lumpur, dan plankton.

2.4 Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang

mempergunakan komputer untuk memasukkan, mengelola, mengedit, dan

menyajikan informasi secara geografis. Dengan kata lain, SIG adalah suatu sistem

basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang berujuk spasial maupun

suatu kumpulan operasi yang bekerja dengan data tersebut (Albertus 2006).

Menurut Yousman (2003) Data yang menunjang keberhasilan SIG dapat

dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu :

a. Data spasial, yaitu data yang berhubungan dengan ruang. Bentuk data spasial

dibagi ke dalam empat kelompok yaitu:

1. Titik Posisi, dengan format : sepasang koordinat (X,Y) dengan tanpa

mempunyai dimensi panjang dan luas (area)

2. Garis, dengan format : kumpulan pasangan-pasangan koordinat yang

mempunyai titik awal dan titik akhir serta mempunyai dimensi panjang tapi

tidak mempunyai luas.

3. Area (polygon), dengan format : kumpulan pasangan-pasangan koordinat

yang mempunyai titik awal dan titik akhir serta mempunyai dimensi panjang

dan juga luas.

4. Permukaan (surface), dengan format : area dengan besaran (X,Y,Z),

mempunyai dimensi luas, panjang, dan ketinggian.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pulau Biawakmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080053_2_3361.pdf · berasal dari luar angkasa dimana partikel-partikel benda angkasa ditemukan

21

b. Data deskriptif, yaitu data baik numeris, tabulasi, dan deskripsi yang

mempunyai hubungan dengan data spasialnya.

Fungsi dari SIG itu adalah untuk meningkatkan kemampuan menganalisis

informasi spasial secara terpadu untuk perancangan dan pengambilan keputusan

maupun pemantauan lingkungan. Menurut Albertus (2006) keuntungan dengan

adanya SIG cukup banyak. Khusus untuk aplikasi pemetaan, misalnya :

1. Penggunaan data/informasi yang sama atau berlebihan untuk beberapa

peta dapat dihilangkan.

2. Pekerjaan revisi menjadi lebih mudah dan cepat.

3. Data lebih terjamin (secure) dan lebih terorganisir dibandingkan

dengan cara penyimpanan data konvesional.

4. Data akan jauh lebih mudah dicari, dianalisa, dan disajikan.

5. Pelaksana pekerjaan pemetaan menjadi lebih produktif.

6. Integrasi dan sharing of data dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Menurut Ariyati dkk (2006) dalam Fatah (2012) SIG merupakan salah satu

pilihan dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk budidaya laut, SIG dapat

menyatukan data-data yang dibutuhkan dengan caya menumpangtindihkan data-

data tersebut, sehingga mengahsilkan output baru dalam bentuk peta tematik.

Untuk mendapatkan Zonasi kesesuaian untuk budidaya laut, secara umum

pemprosesan data menjadi tiga tahap, yaitu : persiapan data, overlay, matching

dan scoring (Cornelia dkk 2005 dalam Fatah 2012).