2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB...

22
8 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sedimen Dasar Laut Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai (Wibisono, 2005): (1) Lithogeneous : Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai. (2) Biogenous : sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati terdiri dari remah-remah tulang, gigi geligi dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. (3) Hydrogenous : sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga menjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut. (4) Cosmogenous : sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respons magnetik dan berukuran antara 10 -640 m. Klasifikasi sedimen dapat dilakukan berdasarkan besaran butiran seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Ukuran butiran menurut skala Wentworth (Wibisono, 2005) Fraksi Sedimen Partikel Ukuran Butir (mm) Bongkahan >256 Krakal 64-256 Kerikil 4-64 Batu Butiran 2-4 Pasir sangat kasar 1 - 2 Pasir kasar 0,5 - 1 Pasir sedang 0,25 - 0,5 Pasir halus 0,125 - 0,25 Pasir Pasir sangat halus 0,063 - 0,125 Lumpur kasar 0,031-0,063 Lumpur sedang 0,016-0,031 Lumpur halus 0,008-0,016 Lumpur Lumpur sangat halus 0,004-0,008 Lempung kasar 0,002-0,004 Lempung sedang 0,001-0,002 Lempung halus 0,0004-0,001 Lempung Lempung sangat halus 0,0002-0,0004

Transcript of 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB...

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

8

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedimen Dasar Laut Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai

(Wibisono, 2005):

(1) Lithogeneous : Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan batuan dari

daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.

Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui drainase air sungai.

(2) Biogenous : sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati terdiri

dari remah-remah tulang, gigi geligi dan cangkang-cangkang tanaman

maupun hewan mikro.

(3) Hydrogenous : sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam

air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga menjadi

pengendapan (deposisi) di dasar laut.

(4) Cosmogenous : sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari

benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak

unsur besi sehingga mempunyai respons magnetik dan berukuran antara

10 -640 m.

Klasifikasi sedimen dapat dilakukan berdasarkan besaran butiran seperti pada

Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran butiran menurut skala Wentworth (Wibisono, 2005)

Fraksi Sedimen Partikel Ukuran Butir (mm)

Bongkahan >256 Krakal 64-256 Kerikil 4-64

Batu Butiran 2-4

Pasir sangat kasar 1 - 2 Pasir kasar 0,5 - 1 Pasir sedang 0,25 - 0,5 Pasir halus 0,125 - 0,25

Pasir

Pasir sangat halus 0,063 - 0,125 Lumpur kasar 0,031-0,063 Lumpur sedang 0,016-0,031 Lumpur halus 0,008-0,016 Lumpur

Lumpur sangat halus 0,004-0,008 Lempung kasar 0,002-0,004 Lempung sedang 0,001-0,002 Lempung halus 0,0004-0,001

Lempung Lempung sangat halus 0,0002-0,0004

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

9

Klasifikasi campuran sedimen dapat dilakukan berdasarkan komposisi

partikel di dalam sedimen itu sendiri. Komposisi partikel sedimen dapat

dipetakan didalam tetrahedron yang di gambarkan dalam bentuk segitiga

(Gambar 2) untuk mendapatkan campuran yang pas dari komposisi yang ada. 100 % SAND

SAND

75% 25%

SILTY CLAYEY 50 % SAND SAND 50 %

MUDDY SANDY CLAYED SANDY SILT SANDY CLAY 25 % 75 % SILT CLAYEY SILTY CLAY SILT CLAY 100 % 75 % 50 % 25 % 100 % SILT CLAY Gambar 2. Aplikasi tetrahedron untuk klasifkasi tekstur (Krumbein and Sloss,

1951, dimodifikasi)

2.2 Perikanan Demersal Secara Umum Sumberdaya ikan demersal adalah jenis-jenis ikan yang hidup di dasar

atau dekat perairan dengan ciri utama adalah : memiliki aktifitas yang relatif

rendah, gerak ruaya yang tidak jauh dan membentuk gerombolan yang tidak

terlalu besar, sehingga penyebarannya relatif lebih merata dibandingkan dengan

ikan pelagis (Aoyama, 1973 dalam Badrudin et al, 1998). Akibat aktifitas yang

rendah dan gerak ruaya yang tidak jauh, maka daya tahan ikan demersal

terhadap tekanan penangkapan relatif rendah sehingga apabila intensitas

penangkapan ditingkatkan dua kali upamanya, maka mortalitas penangkapan

(fishing mortality) akan meningkat dua kali pula. Salah satu contoh ikan cod,

ikan haddock di laut utara Norway mengalami penurunan jumlah (dalam kondisi

kritis) akibat bertambahnya armada kapal (Wigan, 1998).

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

10

Ikan demersal dibedakan menjadi dua tipe, yaitu (1) round fish misalnya

cod, haddock, hake dan (2) flat fish yang beradaptasi lebih luas dengan

kehidupannya di atas dasar laut, misalnya plaice, sole dan halibut. Ikan yang

hidup berdekatan dengan dasar akan beradaptasi dengan baik terhadap

lingkungannya, memiliki modifikasi struktur dimana badan mereka terpipihkan

dan kedua matanya bergeser ke satu sisi dari kepalanya. Ikan plaice

(Pleuronectes platessa) adalah contoh ikan yang telah mengalami modifikasi

dalam beberapa hal seperti cara berbaring di atas dasar dengan sisi kanannya di

sebelah atas, warnanya yang menyesuaikan sehingga sama persis dengan

lingkungan, perilaku gerakan sirip-siripnya dan sebagainya. Contoh lain adalah

ikan pari dimana pemipihan terjadi pada arah yang berlawanan, dan badannya

lebih simetris.

Ikan-ikan utama yang termasuk ke dalam kelompok ikan demersal dapat

dibagi menjadi dua jenis yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil. Dua

kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Namun dilihat dari nilai

ekonomisnya, ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu ikan kakap

merah, kerapu, pari, bawal putih, bawal hitam.

Tabel 2. Ikan-ikan utama yang termasuk kelompok ikan demersal

No. Sub kelompok Nama Indonesia Nama Inggris Nama Ilmiah Barramundi, Lutjanus malabaricus

L.. sanguineus Kakap merah

Giant sea perch L.. johni

Kerapu Groupers Epinephelus spp. Manyung Sea catfishes Arius spp.

Polynemus spp. Senangin

Thread fins Eleutheroneme tetradactylum

Pari Rays Trigonidae Remang Murrays Muraenesex spp. Bawal putih Silver pomfret Pampus argenteus Bawal hitam Black pomfret Formio niger Tiga waja Drums Scianidae Ketang-ketang Spotted Sickelfish Drepane punctata Gulamah Croackers Scianidae

1 Demersal Besar

Layur Hairtails, cutlass fishes Trichiurus spp. Pepetek Pony fishes, slip mounts Leiognathidae Kuniran Goatfish Upeneus sulphureus Beloso Lizard fishes Saurida spp. Kurisi Treadfin breams Nemipterus spp. Gerot-gerot Grunters, sweetlips Pomadasys spp.

2 Demersal Kecil

Sebelah Indian halibuts Psettodidae

Sumber : Boer, et al (2001)

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

11

Produksi ikan di Indonesia tahun 2002 menunjukkan hasil yang tinggi

dimana Ikan pelagis kecil 1.546,33 x 103 ton (46%), diikuti ikan demersal

1.085,36 x 103,ton (32%) dan ikan pelagis besar 737,18 x 103 ton (22%) Gambar

3.

Gambar 3. Produksi sumberdaya ikan demersal di perairan Indonesia

Daerah penangkapan ikan demersal di Indonesia cukup luas, antara lain

meliputi hampir seluruh perairan Paparan Sunda yaitu Selat Malaka, Laut Cina

Selatan dan Laut Jawa. Juga di Paparan Sahul yang mencakup Laut Arafura

yaitu sekitar Dolak, Tembaga Pura, Kepulauan Aru dan Tanimbar. Selain itu di

perairan pantai barat Sumatera mulai dari Aceh Barat, pantai selatan Jawa

Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, pantai timur Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Timur. Kesemuanya merupakan daerah penangkapan yang

mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa hampir semua perairan sampai dengan kedalaman 100 meter

dengan permukaan dasar relatif rata, jenis substrat lumpur dan lumpur berpasir

serta sedikit berkarang merupakan daerah penyebaran yang potensi untuk

penangkapan ikan demersal, namun menurut Ridho et al (2002) informasi

mengenai distribusi ikan demersal yang dikumpulkan dan dianalisis baru terbatas

pada sebagian perairan Paparan Sunda, yaitu Laut Jawa dan perairan Laut Cina

Selatan.

Boer et al (2001) telah melakukan pendataan pada 8 wilayah

pengelolaan untuk mengetahui potensi, pemanfaatan dan peluang

pengembangan sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia. Potensi dan

pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Produksi ikan x 103 ton

737.18

1546.33

1085.36

Ikan pelagis besar Ikan pelagis kecil Ikan demersal

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

12

Tabel 3. Potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, tahun 2000

Sumber : Boer, et al. 2001

Ridho et al (2001) telah melakukan penelitian mengenai distribusi

Biomassa Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pantai Bengkulu dengan

metode swept area menunjukkan bahwa total biomassa ikan demersal di setiap

stasiun berkisar 50,8 – 2.336,8 kg/km2. Rhido et al (2002) juga melakukan

penelitian dengan judul Distribusi Biomassa Sumberdaya Ikan Demersal di

perairan Laut Cina Selatan, dengan metode swept area juga menunjukkan

biomassa ikan demersal sebesar 214,86 – 1009,46 kg/km2 pada 19 stasiun.

2.3 Perikanan Demersal di Laut Jawa dan Sekitarnya Kegiatan penelitian sumberdaya ikan demersal secara teratur di perairan

Laut Jawa telah dimulai sejak tahun 1974 melalui kerjasama Indonesia-Jerman.

Selama dasa warsa terakhir telah berkembang alat tangkap cantrang yang

digunakan secara luas untuk menangkap ikan demersal, terutama di perairan

utara Pulau Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sadhotomo (1990) telah melakukan penelitian di Laut Jawa dari perairan

sebelah utara Madura hingga Cirebon diperoleh hasil bahwa ada dua tipe

komunitas ikan demersal yaitu di sebelah Barat Tanjung Mandalika dengan

dominasi subtrat lumpur banyak tertangkap Leiognathus splendens, Sciaenidae,

Lactarius lactarius dan Anadontostoma. Di sebelah timur Tanjung Mandalika

dengan dominansi subtrat pasir atau pasir berkarang tertangkap jenis Pentaprion

longimanus, Pomadasysdae, Synodontidae dan Nemipteridae.

No. Wilayah Pengelolaan

Perikanan

Luas

sapuan

(103 km)

Densitas

(ton/km2)

Potensi

(103

ton/th)

Produksi

(103 ton)

Tingkat

Pemanfaatan

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Selat Malaka

Laut Cina Selatan

Laut Jawa

Selat Makasar dan Laut Flores

Laut Banda

Laut Seram sampai T. Tomini

L.Sulawesi dan S. Pasifik

Laut Arafura

Samudera Hindia

80,00

558,00

962,00

109,00

9,00

81,00

53,00

329,00

115,00

2,06

2,35

2,20

1,60

2,07

2,07

2,07

1,50

2,35

82,40

655,65

431,20

87,20

9,32

83,84

54,86

246,75

135,13

97,28

82,46

173,27

101,85

22,12

12,25

21,67

20,54

89,17

118,06

12,58

40,18

116,80

237,35

14,61

39,50

8,33

65,99

Total 1.726,00 2,07 1.786,35 620,61 34,74

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

13

Boer et al (2001) menyatakan bahwa potensi ikan demersal di wilayah

pengelolaan perikanan (WPP-3) yaitu perairan Laut Jawa rata-rata sebesar

178,48 x 103 ton/tahun dari tahun 1993 hingga 2000. Sumiono et al (2002)

menyatakan bahwa hasil analisis penangkapan ikan demersal melelui survei

trawl dengan kapal KM Mutiara IV pada bulan Juni 2000 di Perairan antara

Semarang – Pekalongan dan Rembang – Lasem pada kedalaman 30 meter

diperoleh rata-rata laju tangkap ikan demersal sebesar 43,3 kg/jam dengan

kepadatan stok sebesar 0,8 ton/km2.

2.4 Habitat dan Penyebaran Ikan Demersal Substrat dasar perairan memiliki peranan yang sangat penting yaitu

sebagai habitat bagi bermacam-macam biota baik itu mikrofauna maupun

makrofauna. Mikrofauna berperan sebagai pengurai bahan-bahan anorganik

menjadi bahan-bahan organik yang banyak dimanfaatkan oleh biota-biota lain.

Laevastu dan Hela (1981) menggambarkan bahwa mikrofauna sebagai awal

terbentuknya mata rantai makan bagi biota-biota laut lainnya. Kesuburan suatu

perairan juga ditentukan oleh mikrofauna yang berada di dalam dasar perairan.

Ikan demersal yang termasuk makrofauna juga sangat tergantung

dengan substrat dasar perairan, hal ini disebabkan ikan demersal banyak

mengambil makanan di substrat dasar perairan. Makanan ikan demersal berupa

bentos, moluska maupun biota kecil lainnya.

Longhurst and Pauly (1987) menyatakan bahwa ada dua grup dari

scorpaeniformes melimpah di daerah tropis, biasanya pada substrat dasar

perairan yang berpasir. Sciaenidae menyukai daerah substrat yang berlumpur

dan ikan snapper menyukai daerah yang berbatu-batu.

Hasil penelitian di perairan Peninsular Malaysia tahun 2001 (Yusof, 2002)

pada jenis substrat dasar pasir dan pasir berlumpur dengan kedalaman kurang

dari 80 m menunjukkan hasil tangkapan dari 48 stasiun didominasi oleh ikan

demersal 95,40% dari seluruh hasil tangkapan dengan rata-rata kemampuan

tangkap (catch rate) 66,65 kg/jam. Pada kedalaman perairan antara 5 -18 m

tertangkap 62 – 89 spesies dan pada kedalaman perairan lebih dari 18 m

menunjukkan jumlah spesies yang tertangkap lebih banyak yaitu 154 – 191

spesies. Ikan yang mendominasi penangkapan adalah pari (10,79%),

Loliginidae (10,63%), Nemipteridae (7,09%), Mullidae (5,83%) dan Synodontidae

(3,18%).

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

14

Labropoulou dan Papaconstantinou (2004) menyatakan bahwa hasil

analisis dari 501 hasil tangkapan trawl dasar di Perairan Laut Aegean Utara dan

Laut Thrasia (Mediterranian) menunjukkan bahwa keanekaragaman dari ikan

demersal mengalami penurunan dengan bertambahnya kedalaman perairan,

dimana hubungan antara hasil tangkapan dan kedalaman memiliki koefisien

regresi 0,89. Kelimpahan terbesar pada kedalaman 25 – 32 m untuk perairan

Laut Aegean Utara dan 16 – 28 m untuk perairan Laut Thrasia.

Hasil tangkapan nelayan trawl komersial Soviet pada musim panas

menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan demersal pada perairan dangkal (10 –

50 m) lebih besar dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam (50 – 100 m)

yaitu 56,8 % dari dan 32,1 % seluruh hasil tangkapan. Pada musim dingin

mengalami perubahan yaitu pada kedalaman perairan dangkal (10 - 50 m) 53,7%

dari total tangkapan dan pada kedalaman perairan 50 – 100 m adalah 54,0% dari

total hasil tangkapan. Ikan yang mendominasi adalah berasal dari famili

Sciaenidae ( WorldFish, 2006).

WorldFish (2006) juga menyatakan hasil dugaan stok ikan demersal di

Perairan Mozambik secara hidroakustik sebesar 350.000 – 400.000 ton lebih

tinggi dibandingkan pendugaan stok dengan alat trawl yang hanya 100.000 ton.

Hal ini menunjukkan bahwa koefisien efisiensi trawl dasar hanya 0,3.

2.5 Metode Hidroakustik Prinsip dari pengoperasian alat hidroakustik ditunjukkan pada Gambar 4.

Unit pengendali mengirimkan pulsa listrik dengan frekuensi tertentu dan

mengatur unit transmisi yang selanjutnya akan memodulasi pulsa tersebut dan

meneruskan ke transducer. Selanjutnya, transducer mengubah pulsa listrik

menjadi energi akustik yang berupa sinyal bunyi dan dipancarkan ke dalam

kolom air. Gelombang akustik tersebut akan merambat di dalam kolom air, dan

pada saat membentur sebuah sasaran target (misal ikan, plankton atau dasar

perairan) maka gelombang akustik akan dipantulkan dalam bentuk gema (echo),

kemudian diterima oleh transducer yang sama untuk kemudian mengubahnya

kembali menjadi energi listrik dan diteruskan ke unit penerima. Unit

penerima/penguat setelah menerima dan memperkuat maka pulsa listrik akan

diteruskan ke unit peraga. Unit peraga dapat menampilkan echogram.

Hasil deteksi hidroakustik berupa data echogram seperti Gambar 5 di

bawah ini dan dapat di interpretasikan berdasarkan intensitas echo, misalnya

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

15

sebagai dasar perairan yang berupa garis hitam (1), gerombolan ikan berupa

jejak yang berwarna coklat (2) , plankton yang berupa jejak berwarna hijau (3).

Keras atau lunaknya dasar perairan juga akan memberikan pengaruh

terhadap intensitas pantulan yang dikembalikan. Echogram akan

menggambarkan bentuk dasar yang berbeda sesuai keras, kasarnya tipe

substrat (Gambar 6).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Geologi

Kelautan Bandung dari tahun 1999 – 1994 di sepanjang perairan Laut Jawa dari

bagian barat hingga bagian timur dengan metode pantul dangkal,

menginformasikan bahwa substrat dasar perairan sangat beragam diantaranya

lumpur, lanun, lanau pasiran, pasir, lempung, lumpur pasiran, pasir lumpuran,

lumpur kerikilan dan lain-lain. Beragamnya substrat ini dipengaruhi oleh daratan

(PPGL 1991). Alat-alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

kedalaman dan substrat dasar perairan berupa peralatan sistem akustik yaitu

peralatan yang menggunakan sinyal suara dan hasil pemantulan diamati untuk

memperoleh informasi lebih lanjut. Contoh alat yang digunakan dalam penelitian

di perairan Laut Jawa adalah Echosounder 200 KHz (Simrad EA 300 P)

Echosounder 3,5/12 KHz (Raytheon), Furuno FE 6200 (Side Scan Sonar),

maupun peralatan seismik pantul dangkal.

Gambar 4. Prinsip pengoperasian alat akustik dan pengintegrasian echo sumber : dimodifikasi dari http://www. frs-

scbtland.gov.uk/frs.web/delivery/display_standalone,aspx

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

16

Gambar 5. Echogram hasil deteksi alat hiroakustik sumber : http://www. frs-cbtland.gov.uk/frs.web/delivery/display_standalone,aspx

Gambar 6. Proses deteksi tipe dasar perairan yang berbeda Sumber : http://www.marine.questertangent.com/m_rd_oasc

Echosounder frekuensi 200 KHz SIMRAD EA 300 P merupakan alat bantu

untuk mendapatkan informasi kedalaman perairan, sekaligus berfungsi sebagai

koreksi geometris bagi hasil rekaman seismik. Alat ini biasanya dipasang di

kedalaman dua meter dari permukaan dan memiliki tingkat ketelitian pembacaan

sampai 10 cm. Hasil dari alat ini dapat dicetak pada kertas pencatat maupun

disimpan dalam disket.

1

2

3

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

17

Furuno Model FE 680 merupakan alat yang dilengkapi dengan dua macam

transducer yaitu transducer keramik 200 KHz dengan lebar beam 12 derajat dan

transducer keramik 50 KHz dengan lebar beam 21-42 derajat, umumnya untuk

operasi di perairan dangkal seperti Laut Jawa digunakan transducer dengan

frekuensi 200 KHz untuk mendapatkan ketelitian yang optimum. Alat ini

memberikan informasi mengenai kedalaman perairan dengan memancarkan

daya sebesar 500 watt. Data dicetak pada kertas pencatat hingga kedalam 80

meter (Silitonga, et al 1990).

Alat seismik pantul dangkal dapat merekam hingga kedalaman 100 meter

dari dasar perairan dengan cara memancarkan energi gelombang akustik

tersebut yang terjadi pada bidang batas (reflector) antara dua lapisan sedimen

yang memiliki karakteristik yang berbeda, dan mencerminkan pola-pola reflector

tertentu. Pola-pola ini memberikan informasi tentang sebaran seismik fasies,

struktur geologi, rembesan gas, dan sebagainya.

Peralatan seismik pantul dangkal dioperasikan dengan dua buah sumber

seismic spark array EG dan G/267 dengan elektroda, uniboom dan air gun.

Spark array dibentangkan sepanjang 25 meter dibelakang buritan kapal dan

berjarak 4 meter terhadap streamer menggunakan energi 600 – 800 Joule. Air

gun menggunakan tekanan 1500 - 1.750 PSI, dengan sistem perekaman

dilakukan secara analog. Klasifikasi tipe substrat dasar perairan biasanya dianalisis dari echogram

bila menggunakan peralatan yang masih analog, namun dengan menggunakan

alat yang lebih canggih yang bersifat digital, klasifikasi dari tipe substrat dasar

perairan dapat menggunakan program pengolahan data yang dapat

menunjukkan kedalaman dan dengan signal strength relative dari dasar perairan

yang dapat diindikasikan dengan perbedaan warna.

2.6 Deteksi Ikan dengan Metode Hidroakustik Penelitian akustik umumnya digunakan untuk melakukan eksplorasi ikan

pelagis seperti yang dilakukan oleh Nugroho (2003) di Perairan Laut Jawa

dengan kedalaman dua sampai lima meter diatas dasar perairan pada bulan

Oktober 1993, Desember 1993 dan Februari 1994 dengan menggunakan

peralatan hidroakustik dual beam frekuensi 120 KHz menunjukkan kepadatan

relatif berada pada batas 100 –150 mv2. Melihat penyebaran pada malam

hari terlihat ikan cenderung terpencar pada berbagai lapisan perairan kedalaman

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

18

dari 20 – 60 meter, dengan peluang keberadaan siang dan malam relatif sama

(Nugroho, 2003).

Penelitian hidroakustik juga pernah dilakukan di perairan Selat Sunda

menggunakan Dual Beam sistem frekuensi 38 KHz (Pujiyati, 1996) maupun split

beam system EY-500 dan EK-500 (Pasaribu et al, 2000), dari dua penelitian ini

menunjukkan bahwa ikan umumnya berukuran kecil dan penyebarannya

berubah pada musim yang berbeda.

Penelitian akustik untuk eksplorasi ikan demersal pernah dilakukan oleh

Dickie et al (1984) untuk melihat hasil deteksi ikan demersal dengan metode

akustik dual beam system dengan transduser frekuensi 50 KHz baik di

laboratorium maupun di lapangan dengan menggunakan trawl, menunjukkan

hasil yang signifikan untuk target yang sama, baik dalam perkiraan rata panjang

ikan, rata densitas dan rata-rata dalam jumlah ikan untuk setiap penarikan

(towing).

Pengamatan Engas and Ona (1990) untuk melihat distribusi ikan cod,

haddock dan saithe dengan menggunakan Simrad FS 3300 menunjukkan bahwa

penyebaran ikan-ikan demersal ini baik siang maupun malam tidak berbeda

nyata, dimana ikan-ikan ini banyak terdapat di kolom perairan bawah dekat dasar

perairan dan pada lapisan lebih atas jumlahnya akan lebih sedikit.

Manik (2006) melakukan penelitian untuk mengobservasi habitat ikan

demersal dengan menggunakan echosounder frekuensi 38 kHz di perairan

selatan Jawa yang menunjukkan nilai scattering volume (SV) berkisar -60,00

sampai -30,00 dB.

Eksplorasi ikan demersal dengan menggunakan metode hidroakustik

dapat dikombinasikan dengan alat tangkap trawl. Siwabessy (2001) telah

melakukan penelitian pada beberapa lokasi penelitian yang berbeda dan

menunjukkan bahwa estimasi ikan demersal dengan menggunakan hidroakustik

pada frekuensi 38 KHz signifikan dengan hasil tangkapan trawl. Data hasil

tangkapan yang diperoleh dari pengoperasian alat tangkap trawl ini sebagai data

verifikasi bagi data hidroakustik. Kombinasi dari dua alat ini pada kolum perairan

dapat dibagi menjadi (1) hanya peralatan hidroakustik (2) peralatan hidroakustik

dan trawl untuk deteksi ikan pelagis (3) peralatan hidroakustik dan trawl untuk

ikan demersal (4) hanya peralatan trawl (5) tidak dilakukan sampling. Gambar 7

menggambarkan kombinasi pengoperasional trawl dan hidroakustik.

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

19

.

Gambar 7. Pengambilan data dengan menggunakan kombinasi peralatan hidroakustik dan trawl. Sumber : http:\cg.ensmp.fr/˜ bez/catefa/indext

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

20

2.7 Kondisi Umum di Daerah Penelitian

Posisi geografis Indonesia sangat unik, berada di daerah tropis dalam

posisi yang menyilang antara dua benua yaitu : Asia dan Australia dan dua

Samudera yaitu : Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi di titik silang

ini menyebabkan kondisi laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi-

kondisi yang berkembang di kedua benua dan di kedua samudera tersebut.

Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

(Monsoon). Angin muson bertiup secara mantap ke arah tertentu pada satu

periode, sedangkan pada satu periode lainnya angin bertiup secara mantap pula

dengan arah yang berlawanan. Nontji (1993) menyatakan bahwa di Indonesia

terbagi menjadi empat musim yaitu :

• Angin Musim Barat terjadi pada Bulan Desember – Pebruari dengan angin

bertiup dari utara melintasi katulistiwa. Di Indonesia musim hujan.

• Musim Peralihan I terjadi bulan Maret - Mei. Angin lemah dan hujan menurun

di Indonesia

• Angin Musim Timur terjadi pada Bulan Juni – Agustus. Angin dari Selatan

dan Indonesia musim kemarau.

• Peralihan II terjadi musim September – Nopember.

Sadhotomo (2006) menjelaskan bahwa pada bulan Desember hingga

Februari matahari berada di belahan bumi selatan (BBS), tekanan udara di

benua Australia rendah dan sebaliknya di benua Asia tekanan udara tinggi

sehingga angin bertiup dari belahan bumi utara (BBU) menuju belahan bumi

selatan. Akibat gaya koriolis di BBU angin dibelokkan ke kanan sehingga di

wilayah Indonesia bagian utara ekuator angin ini bergerak dari timur laut.

Setelah melewati ekuator di BBS, angin bergerak dari barat laut (muson barat

laut) sehingga di BBS sering disebut sebagai musim barat. Sebaliknya terjadi

pada bulan Juni-September, tekanan udara di Benua Australia tinggi dan di

Benua Asia rendah sehinga angin tenggara (muson tenggara) berhembus dari

BBS melawati Laut Jawa yang sering disebut sebagai musim timur. Konsekuensi

dari pertukaran muson secara jelas mempengaruhi periode pertukaran

parameter-parameter atmosferik di Laut Jawa. Selama muson barat laut

(Nopember-Februari) angin umumnya datang dari barat laut di Laut Jawa

menuju tenggara dengan udara yang lembab dari Lautan Hindia.

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

21

Melihat frekuensi kejadian dan arahnya, komponen angin timur dan

tenggara selama muson tenggara lebih besar dari barat dan barat laut selama

musim yang berlawanan. Selama Musim Peralihan (Maret-Mei dan Oktober-

Nopember), arah angin kelihatan lebih bervariasi sebagai indikasi dari angin lokal

yang berhembus dari dan menuju daratan. Kelihatannya angin lokal terjadi

karena perbedaan tekanan udara di atas laut dan darat, kadang-kadang lebih

penting peranannya dari angin muson. Seperti penyataan Durand dan Petit

(1995), angin daratan dapat memegang peranan penting sebagai pengatur arus

selama musim pancaroba dan muson barat laut (Gambar 8).

Gambar 8. Arah angin muson selama Januari dan Juli (Fieux, 1987 in Sadhotomo,2006)

Pergerakan arus juga diatur oleh angin muson, umumnya angin yang

menggerakkan arus menunjukkan pergerakan permukaan massa air saja. Hal ini

digambarkan oleh Wyrtki (1961). Bulan Januari yang mewakili Musim Barat,

bulan April yang mewakili Musim Peralihan I, bulan Juli mewakili Musim Timur

dan bulan Oktober yang mewakili Musim Peralihan II (Gambar 9 ).

JANUARI JULI

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

22

[F eb ruary ]

5 °

0 °

-5 °

-1 0 °

9 5° 1 00 ° 1 05 ° 1 10 ° 1 15 ° 120 ° 1 25 ° 1 30 ° 1 35 ° 1 40 °

95° 100° 105° 110° 115° 120° 125° 130° 135° 140°

-10°

-5°

[ A p r i l ]

9 5 ° 1 0 0 ° 1 0 5 ° 1 1 0 ° 1 1 5 ° 1 2 0 ° 1 2 5 ° 1 3 0 ° 1 3 5 ° 1 4 0 °

-1 0 °

-5 °

0 °

5 °

[ J u n e ]

[October]

9 5° 1 00 ° 1 05 ° 1 10 ° 1 15 ° 1 20 ° 1 25 ° 1 30 ° 1 35 ° 1 40 °

-1 0 °

-5 °

0 °

5 °

C

L e g e n d :c = c o n v e rg e n t a re aC u r re n t v e lo c ity :

1 2 c m /s e c2 5 c m /s e c 3 8 c m /s e c

5 0 c m /s e c 7 5 c m /s e c> 1 0 0 c m /s e c

Gambar 9 . Pergerakan arus permukaan di perairan Indonesia (Wyrtki, 1961)

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

23

Pengamatan arus di perairan Laut Jawa digambarkan sebagai berikut:

bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari adalah musim dingin di belahan

bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagan selatan. Pada saat

itulah terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah

di daratan Australia. Pada bulan-bulan ini arus musim bergerak dari Laut Cina

Selatan menuju Laut Jawa dan Laut Flores. Pada musim ini terjadi banyak

hujan di berbagai wilayah Indonesia bagian barat, sehingga terjadi banyak

pengenceran salinitas yang diakibatkan oleh banyaknya hujan dan sungai-sungai

yang bermuara di Laut Cina dan Laut Jawa. Pada bulan Juni, Juli dan Agustus

terjadi arus yang sebaliknya, dimana arus yang berasal dari Laut Flores masuk

ke perairan laut Jawa, arus ini membawa massa air yang bersalinitas tinggi. Air

yang bersalinitas tinggi ini mendorong air yang bersalinitas rendah kembali ke

barat. Akibatnya isohalin 33%o menyusup masuk hingga ke tengah Laut Jawa

yaitu di utara Semarang.

Adapun pergerakan arus di Selat Makasar menunjukkan sepanjang tahun

arus bergerak dari Laut Sulawesi masuk ke Selat Makasar. Meski pada Musim

Timur arus dari Laut Flores masuk ke selat namun tidak signifikan pengaruhnya.

Purwandani (2001) berdasarkan data salinitas dari JODC (Japan

Oceanographic Data Center) dan data Suhu dari NODC (National Oceanographic

Data Center) menggambarkan pergerakan arus, dan penyebaran suhu dan

salinitas permukaan di daerah penelitian. Pada Gambar 9 ditunjukkan kondisi

arus dan suhu perairan Laut Jawa. Pada Musim Barat (Januari), massa air

yang berasal dari Laut Cina Selatan memasuki Laut Jawa dan bergerak ke arah

timur dengan kecepatan arus cukup besar berkisar hingga 1- 4 m/dt dan suhu

bervariasi berkisar 27,00 -29,00 oC. Terlihat massa air dengan suhu dingin

(warna biru) mendorong massa air yang hangat di tengah perairan (utara

Semarang). Suhu Musim Peralihan I (April), terjadi perubahan dimana arus

bergerak tidak menentu arah, namun demikian kondisi perairan lebih tenang

dengan melihat kecepatan arus yang lebih kecil dibandingkan Musim barat yaitu

dengan kecepatan arus berkisar 1,00-2,00 m/dt dan suhu pada umumnya mulai

lebih hangat yaitu berkisar 29,00-30,00 oC, namun di selatan Kalimantan hingga

ke tengah perairan memiliki suhu lebih dingin yaitu berkisar 27,00 oC. Musim

Timur (Juli) terlihat massa air dari Laut Flores bergerak memasuki Laut Jawa.

Pada musim ini kecepatan arus mulai meningkat, arus bergerak ke barat dengan

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

24

kecepatan mencapai 5,00 m/dt. Massa air ini lebih dingin dengan suhu berkisar

28,00-29,00 oC, dan massa air dingin ini akan mendorong air hangat ke barat

menyusuri Pantai Kalimantan.

Musim Peralihan II (Oktober), arus bergerak tidak menentu dengan

kecepatan arus yang lebih kecil dibandingkan Musim Timur. Suhu perairan

berkisar 28,00-29,00 oC, dimana di selatan Kalimantan lebih dingin dibandingkan

di utara Pantai Jawa (Gambar 10).

Gambar 11 menggambarkan sebaran suhu dan arus di Selat Makasar.

Pada umumnya sepanjang tahun di Selat Makasar, arus bergerak menuju ke

arah bawah (selatan). Namun pada musim-musim tertentu terlihat massa air dari

Laut Jawa maupun Laut Flores memasuki selat dan bercampur di tengah selat.

Bulan Januari penyebaran arus dan suhu di perairan Selat Makasar tidak

berbeda dengan kondisi di perairan Laut Jawa, dimana arus bergerak memasuki

Selat Makasar dan bertemu dengan massa air dari Laut Sulawesi, dengan

kecepatan arus mencapai 4,00 m/dt. Suhu pada bagian atas dan bawah selat

lebih dingin dibandingan di tengah selat, suhu berkisar dari 28,00-29,00 oC.

Pada bulan April arus bergerak tidak menentu namun didominasi oleh

massa air dari Laut Sulawesi, dimana kecepatan yang lebih rendah dibandingkan

bulan Januari yaitu berkisar 1-3 m/dt, dan suhu lebih hangat berkisar 28,50 –

30,00 oC menyebar di seluruh perairan. Suhu di tengah-tengah selat lebih

hangat hal ini disebabkan oleh masuknya air sungai yang bermuara di pantai

Kalimantan. Saat bulan Juli massa air dari Laut Sulawesi turun ke bawah

bercampur dengan massa air dari Laut Flores bergerak menuju barat. Massa air

dari Laut Sulawesi lebih hangat dibandingkan dari Laut Flores. Kecepatan arus

meningkat dan suhu di bagian bawah selat mencapai hingga 26,00 oC. Arus

pada bulan Oktober berubah arah tidak menentu dengan kecepatan 2,00 - 4,00

m/dt dan suhu kembali menghangat hingga 30 oC meskipun masih dapat ditemui

suhu rendah 26,00 oC di kaki Pulau Sulawesi.

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

25

Gambar 10. Arus dan suhu permukaan pada empat musim di perairan Laut Jawa (Purwandani, 2001)

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

26

Gambar 11. Arus dan suhu permukaan pada empat musim di perairan Selat Makasar (Purwandani, 2001)

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

27

Gambar 12 dan 13 adalah gambaran sebaran salinitas di Perairan Jawa

dan Selat Makasar. Sebaran salinitas di perairan Laut Jawa pada Musim Barat

terlihat berkisar 31,00 – 33,00 psu, dimana massa air dari Laut Cina Selatan

yang memiliki salinitas tinggi terlihat memasuki perairan Laut Jawa, di tengah

perairan Laut Jawa terlihat massa air lebih encer, hal ini diakibatkan oleh

pengenceran air hujan dan sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa.

Saat Musim peralihan I, massa air dari Laut Cina Selatan semakin jauh

memasuki perairan Laut Jawa hingga di atas kota Semarang, namun secara

umum sebaran salinitas lebih encer semakin terdorong ke arah timur hingga di

Selat Makasar yaitu berkisar 31,00-32,00 psu.

Musim Timur kondisi salinitas tinggi mendorong massa air ke arah barat,

dimana di Selat Makasar berkisar 34,00 psu sedangkan di Laut Jawa dan

sekitarnya 33,5 psu dan di perairan Belitung masih berkisar 33,00 psu. Massa

air ini berasal dari Laut Flores yang masuk ke perairan Laut Jawa. Massa air

yang bersalinitas tinggi ini akan mendorong massa air bersalinitas rendah ke

arah barat. Musim Peralihan II, salinitas berkisar 34,00 psu di Laut Jawa

maupun Selat Makasar. Namun di Selat Makasar terdapat lokasi yang tidak ada

datanya (kosong) dan di perairan Belitung berkisar 33,50 psu.

Penyebaran salinitas di Selat Makasar tidak jauh berbeda dengan Laut

Jawa. Pada Musim Barat, massa air dari Laut Sulawesi yang memiliki salinitas

33,00 psu memasuki perairan Selat Makasar, semakin ke arah selatan maka

salinitas semakin rendah. Hal ini disebabkan adanya pengenceran akibat

pasokan air tawar dari sungai-sungai yang bermuara di pantai Timur Kalimantan.

Pada Bulan Juni hingga Agustus, terjadi musim kemarau pada wilayah

Indonesia sehingga pengenceran sudah banyak berkurang. Air bersalinitas

tinggi lebih dari 34,00 psu yang berasal dari Laut Sulawesi akan masuk ke Selat

Makasar, hal ini diakibatkan banyak penguapan pada permukaan perairan.

Nontji (1993) menyatakan bahwa nilai rata-rata tahunan yang terendah

ditemukan di Selat Makasar, yaitu 30,00%o. Hal ini disebabkan banyak sekali

pengenceran dari sungai-sungai Kalimantan dan Malaysia.

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

28

Gambar 12. Sebaran salinitas pada empat musim di perairan Laut Jawa

(Purwandani, 2001)

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55006/6/BAB II... · ... sedimen ini berasal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-benda

29

Gambar 13. Salinitas permukaan pada empat musim di perairan Selat Makasar

(Purwandani, 2001)