BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020....

21
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata (Sharewood, 2015) Gambar 2. 1 Anatomi Mata Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus. Berdasarkan gambar 2.1 anatomi mata dari bagian paling luar hingga paling dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah sklera/kornea, koroid/badan siliaris/ iris, retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah sklera adalah koroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020....

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

(Sharewood, 2015)Gambar 2. 1

Anatomi Mata

Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan

jaringan khusus. Berdasarkan gambar 2.1 anatomi mata dari bagian paling luar

hingga paling dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah sklera/kornea, koroid/badan

siliaris/ iris, retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat

jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di sebelah anterior,

lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus oleh berkas cahaya

untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah sklera adalah koroid yang

berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

6

bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk

badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang

terdiri dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf di sebelah

dalam. Lapisan jaringan saraf mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor

yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Seperti dinding hitam sebuah

studio foto pigmen di koroid dan retina menyerap sinar setelah sinar mengenai

retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar di dalam mata. Rongga

posterior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan cair mirip gel,

cairan vitreous.. Cairan vitreous membantu mempertahankan bentuk bola mata

tetap bulat. Rongga anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih

encer, cairan aqueous. Cairan aqueous membawa nutrien bagi kornea dan lensa.

Cairan ini mengalir ke suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah

(Sharewood, 2015).

(Guyton & Hall, 2014)

Gambar 2. 2

Kedalaman Fokus Lensa

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

7

Jumlah cahaya yang masuk ke mata ditingkatan pada saat gelap dan dikurangi

pada waktu terang oleh kontrol iris. Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui

pupil sebanding dengan luas pupil atau kuadrat diameter pupil. Diameter pupil

manusia dapat mengecil sampai 1,5 mm dan membesar hingga 8 mm. Jumlah

cahaya yang memasuki mata dapat berubah sekitar 30 kali lipat sebagai akibat dari

perubahan pupil. Pada gambar 2. 2 mata atas, pupilnya kecil, sedangkan pada mata

bawah, pupilnya besar (Guyton & Hall, 2014).

(Sharewood, 2015)

Gambar 2. 3Mekanisme Akomodasi

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

8

Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi.

Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris..

Berdasarkan gambar 2. 3, ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium

menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang

refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan

pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum

suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena elastisitas

inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan

meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada mata

normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi

otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat

dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf autonom, dengan stimulasi simpatis

menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya berkontraksi

(Sharewood, 2015).

Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan

kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi

tersebut ditransmisikan melalui nervus opticus ke korteks visual. Sel-sel batang dan

kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls

saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan oksipital.

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang

avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali

proses penglihatan, lihat gambar 2. 4. (Fletcher, et al., 2016).

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

9

(Sharewood, 2015)

Gambar 2. 4Lapisan Retina

2.2 Computer Vison Syndrome

2.2.1 Definisi

Kondisi seseorang mengalami satu atau lebih keluhan mata akibat

mengoperasikan komputer dan melihat monitor komputer umumnya disebut

sebagai Computer Vision Syndrome (CVS) (Ranasinghe, et al., 2016). CVS adalah

istilah yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan gejala visual, okular dan

muskuloskeletal (nyeri leher dan bahu) yang dikarenakan oleh penggunaan

komputer yang berkepanjangan (Gowrisankaran & Sheedy, 2015).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

10

2.2.2 Faktor Resiko

1. Faktor Individual

a. Jenis Kelamin

CVS dilaporkan memiliki prevalensi lebih besar pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala. Tetapi

penelitian lain menyatakan jenis kelamin perempuan memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami gejala CVS, yaitu sakit kepala dan penglihatan kabur ( Sari &

Himayani, 2018).

b. Usia

Prevalensi CVS sebanyak 72,7% berusia 40 tahun atau lebih dan 58,0%

berusia kurang dari 20 tahun ( Sari & Himayani, 2018). Usia dapat mempengaruhi

konsistensi materi lensa. Saat lahir, lensa seperti plastik lunak, sedangkan pada usia

lanjut kosistensinya mirip kaca sehingga menyebabkan sulitnya mengubah bentuk

lensa saat akomodasi dengan semakin bertambahnya usia seseorang (Harper &

Shock, 2016).

c. Riwayat Pengobatan

Beta blocker dapat memiliki efek negatif pada mata dengan menurunkan

kadar lysozyme yang melindungi kornea, imunoglobulin A, dan produksi aqueous.

Diuretik mengurangi lakrimasi. Antihistamin mengurangi lendir dan produksi

aqueous, terutama bila dikombinasikan dengan antikolinergik, dan dapat

menyebabkan midriasis dan mengurangi respons papiler pada cahaya terang.

Kontrasepsi oral diyakini dapat mengurangi komponen aqueous dari film air mata

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

11

prekornea. Antidepresan mungkin memiliki efek antikolinergik. Kemoterapi dapat

menyebabkan produksi air mata dan minyak lebih sedikit (Lurati, 2017).

d. Lama Menggunakan Komputer

Lama masa bekerja di depan komputer 4 jam pada karyawan pada karyawan

Bank RK Pekanbaru berpengaruh 13 kali menimbulkan CVS dibandingkan dengan

karyawan yang lama masa bekerja di depan komputer kurang dari 4 jam.

Kebanyakan karyawan hanya beristirahat setelah 4 jam bekerja yaitu ketika jam

istirahat (Nopriadi , et al., 2019).

e. Penggunaan Kacamata

Kacamata digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Koreksi

yang buruk merupakan salah satu risiko terjadinya mata lelah. Adanya gangguan

refraksi yang tidak dikoreksi, terutama, koreksi miopia yang terlalu rendah atau

tinggi, hyperopia dan astigmatisma yang tidak dikoreksi , biasanya dikaitkan

dengan gejala pada pengguna komputer. Hal ini kemungkinan karena keterlibatan

otot orbicularis oculi terhadap respons juling kelopak mata oleh karena tidak

gangguan refraksi yang tidak dikoreksi dan membuat mata menjadi buram. Upaya

akomodatif diperlukan untuk mengkompensasi blur dari penggunaan kacamata

yang tidak dikoreksi yang lama kelamaan menyebabkan ketegangan pada mata

(Gowrisankaran & Sheedy, 2015).

f. Penggunaan Lensa Kontak

Memakai lensa kontak dianggap sebagai faktor risiko abnormalnya fisiologi

air mata oleh karena berkurangnya ketebalan tear film ditambah dengan efek

gesekan yang diciptakan oleh permukaan dan tepi dan sudut lensa. Untuk pemakai

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

12

lensa kontak, gejala mata kering lebih menonjol di antara mereka yang

menggunakan komputer selama 3-6 jam (Brennan, et al., 2018). Menurut penelitian

lainnya mengemukakan bahwa penggunaan lensa kontak berkontribusi terhadap

kejadian mata tegang oleh karena menyebabkan mata kering yang dilaporkan

sebanyak 31.1% dari kasus mata tegang (Ranasinghe, et al., 2016).

2. Faktor Lingkungan

a. Pencahayaan ruang kerja

Umumnya, pencahayaan di ruang kerja dengan Visual Display Termial

(VDT) atau layar komputer menggunakan pencahayaan yang lebih terang. Hal

tersebut menyebabkan mata silau dan menurunkan kemampuan mata untuk

memfokuskan penglihatan pada monitor. Secara umum, tingkat pencahayaan antara

200 dan 700 lux yang telah diukur dan direkomendasikan workstation. Lebih dari

500 lux biasanya akan dibutuhkan untuk membaca dokumen berkualitas buruk (

Sari & Himayani, 2018).

b. Kelembaban Udara Ruangan

Semakin rendah kelembapan udara dapat menurunkan frekuensi berkedip

sehingga menyebabkan keluhan CVS seperti mata kering. Sama seperti kelembapan

udara, suhu udara yang rendah dapat menurunkan frekuensi berkedip normal ( Sari

& Himayani, 2018).

3. Faktor Komputer

a. Sudut Penglihatan

Secara optimal, layar komputer sebaiknya berada pada sudut 15-20° terhadap

level mata. Gejala-gejala gangguan penglihatan lebih banyak dikeluhkan oleh

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

13

pekerja komputer dengan sudut penglihatan ke arah atas sebesar 30°-50° sedangkan

pekerja komputer dengan sudut penglihatan kearah atas kurang dari 15° tidak

banyak mengeluhkan adanya gangguan penglihatan ( Sari & Himayani, 2018).

b. Jarak Pandang Mata Terhadap Komputer

Proses melihat jarak dekat memerlukan suatu mekanisme akomodasi

sehingga mata dapat memfokuskan objek penglihatan ke retina dan terbentuk

bayangan yang jatuh tepat di retina. Mekanisme tersebut menyebabkan objek yang

terlihat menjadi jelas ( Sari & Himayani, 2018). Jarak mata dengan monitor yang

meningkatkan resiko gejala CVS adalah < 50 cm. Idealnya, jarak penglihatan mata

terhadap layar komputer adalah sebesar 20-40 inchi (50-100 cm). Berdasarkan

distribusi frekuensi berdasarkan jarak mata dengan monitor sebanyak 61 % pekerja

bekerja dengan jarak tidak optimal dan 95,5% mengalami keluhan CVS (Permana,

et al., 2015). Sedangkan hasil penelitian di PT. Grapari Telkomsel Kendari dengan

jumlah responden sebanyak 33 orang, pekerja yang menggunakan komputer dengan

jarak yang kurang baik sebanyak 27 orang (51,9%) dan 20 orang (74,1%)

diantaranya mengalami kejadian CVS (Insani & N, 2018).

2.2.3 Patogenesis

Karakter atau huruf pada layar komputer terdiri atas kumpulan titik-titik kecil

atau biasa disebut dengan pixels. Pixels merupakan hasil dari pantulan elektron

terhadap layar komputer yang ditutupi fosfor. Masing-masing titik kecil tersebut

memiliki cahaya yang terang di bagian tengah dan cahaya tersebut meredup pada

sudut-sudut luarnya. Bila dibandingkan dengan huruf yang dicetak di kertas, huruf

yang ada di layar komputer memiliki sudut yang lebih kabur. Hal ini membuat mata

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

14

manusia sangat sulit untuk tetap melihat fokus (Hassan, et al., 2017). Sehingga mata

melakukan relaksasi pada bidang di belakang layar atau yang disebut sebagai

Resting Point Of Accomodation (RPA) atau fokus gelap dan memfokuskan kembali.

Mata yang terus melakukan relaksasi pada RPA dan melihat fokus pada layar

meningkatkan beban kerja musculus cilliaris dan menyebabkan rasa lelah, tegang,

terbakar, dan pandangan kabur pada mata (Mussa, 2016).

Bekerja menggunakan komputer menyebabkan pengguna berkonsentrasi

pada layar komputer sehingga mengakibatkan berkurangnya frekuensi berkedip dan

meningkatnya paparan udara bebas pada mata. Untuk itu berakibat timbulnya gejala

mata kering (Lurati, 2017). Dalam mempertahankan konsentrasi postur tubuh yang

salah dan gerakan kepala yang berulang dapat menyebabkan ketegangan pada otot

leher sehingga timbul gejala nyeri leher. Manifestasi umum yang terjadi pada

kejadian CVS adalah ketegangan mata, mata terbakar, pandangan kabur, mata

kering, dan nyeri pada leher dan bahu (Hazarika & Singh, 2014).

2.2.4 Gejala

Tingkat keparahan dan jenis spesifik gejala yang dialami terkait dengan

durasi paparan, sifat tugas visual yang menuntut, faktor lingkungan di tempat kerja

dan individu kemampuan visual. Secara umum, gejala CVS dapat dibagi menjadi 3

kategori, yaitu: (Gowrisankaran & Sheedy, 2015)

a. Gejala Okular

Sensasi tidak nyaman pada mata, termasuk diantaranya adalah sakit di

dalam dan sekitar mata, mata tegang dan mata kering dapat dikategorikan

sebagai gejala okular. Dua gejala, berlabel 'eksternal' dan 'internal' diidentifikasi

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

15

berdasarkan jenisnya sensasi, lokasi yang dirasakan dan kondisi induksi CVS.

Faktor-faktor yang mengakibatkan internal dan gejala eksternal masing-masing

disebut faktor gejala internal dan faktor gejala eksternal. Gejala eksternal

termasuk terbakar, kering, robek dan iritasi yang dialami di bagian depan dan

bawah permukaan mata, yang konsisten dengan gejala seperti mata kering..

Gejala internal berupa ketegangan dan nyeri yang dirasakan di dalam mata

Kemampuan subjek melaporkan gejala yang berbeda sensasi dan lokasi gejala

(eksternal dan gejala internal). Gejala internalnya adalah kemungkinan besar

terkait dengan fungsi visual seperti akomodasi, ketegangan otot; gejala eksternal

berhubungan dengan mata kering (Gowrisankaran & Sheedy, 2015).

b. Gejala Visual

Gejala visual paling umum dilaporkan oleh pengguna komputer penglihatan

kabur di dekat, jauh dan jarak menengah. Namun, laporan penglihatan kabur

terkait dengan penggunaan komputer sering menunjuk ke gangguan penglihatan

pada pengguna. Penyebab umum terjadinya gejala kabur selama menggunakan

komputer yaitu tidak dikoreksi kesalahan refraksi, disfungsi akomodatif

(disfungsi sistem fokus mata), presbiopia (berkurangnya kemampuan untuk

fokus pada jarak yang lebih dekat yang berkaitan dengan usia) dan gangguan

penglihatan binokular (gangguan pada sistem penyelarasan binokular mata)

(Gowrisankaran & Sheedy, 2015).

c. Gejala Muskuloskeletal

Gejala muskuloskeletal yang dialami oleh pengguna komputer yaitu sakit

leher, sakit punggung, sakit bahu, sakit pergelangan tangan dan jari. Tuntutan

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

16

postural pada pekerjaan komputer adalah faktor utama yang terkait dengan

gejala muskuloskeletal. Namun, tuntutan visual juga terlibat menyebabkan

nyeri bahu yang terkait dengan penggunaan komputer. Secara khusus, stres

visual yang tinggi selama aktivitas statis tingkat rendah kemungkinan menjadi

penyebab berkontraksinya otot di bahu (musculus trapezius), yang dikaitkan

dengan nyeri bahu. Selain itu, lokasi layar komputer yang tidak tepat dapat

menyebabkan postur tubuh yang tidak nyaman dan stres pada

musculoskeletal (Gowrisankaran & Sheedy, 2015).

2.2.5 Penanganan dan Pencegahan

Brennan, Sulley & Young menyarankan strategi penanganan CVS yaitu:

(Brennan, et al., 2018)

1. Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia;

2. Tangani anomali vergensi, dengan tujuan untuk menginduksi atau

meninggalkan sejumlah kecil heteroforia

3. Latihan kedip / pelatihan untuk mempertahankan pola kedip normal

4. Penggunaan tetes mata (air mata buatan) untuk membantu mengurangi

gejala mata kering

5. Meningkatkan kenyamanan kontak lensa

6. Menggunakan kacamata atau layar yang dapat memfilter cahaya biru

7. Manajemen anomali akomodatif.

Pencegahan adalah strategi utama untuk manajemen CVS, yang melibatkan:

(Brennan, et al., 2018)

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

17

1. Memastikan lingkungan dan praktik kerja yang ergonomis (melalui

edukasi dan penerapan kebijakan tempat kerja yang ergonomis)

2. Pemeriksaan visual dan perawatan mata untuk mengobati gangguan

penglihatan. Khususnya untuk orang-orang yang berisiko tinggi

mengalami ketegangan mata digital, seperti pekerja komputer dan

pemakai lensa kontak.

2.3 Komputer

2.3.1 Monitor Komputer

Monitor atau dengan istilah lain Visual Display Termial (VDT) adalah

perangkat komputer yang berfungsi untuk menampilkan data-data berupa grafis

tampilan dari Central Processing Unit (CPU) agar pengguna bisa melihat apa yang

sedang dioperasikannya (Ardiansyah, 2016).

Monitor komputer telah berevolusi dari jenis Cathod Ray Tube (CRT) yang

sekarang sudah jarang digunakan beralih ke jenis Liquid Crystal Display (LCD).

Jenis LCD memiliki kualitas yang lebih baik, resolusi jauh lebih baik dan melihat

sudut, sehingga lebih memberikan kenyamanan untuk mata (Hassan, et al., 2017)..

Kelebihan monitor LCD dibandingkan dengan monitor CRT salah satunya adalah

dalam hal penyegaran ulang (refresh rate) untuk membentuk gambar. Monitor CRT

memiliki refresh rate yang lebih rendah daripada monitor LCD sehingga

menyebabkan monitor CRT berkedip (flicker). Flicker yang terjadi pada monitor

dapat memicu mata untuk berakomodasi secara berlebihan dan mengakibatkan

mata menjadi lelah (Ardiansyah, 2016).

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

18

2.3.2 Ergonomi Pengunaan Komputer

Ergonomi kerja adalah ilmu pengetahuan tentang kerja, yang fokus mengatur

pada peningkatan kemampuan manusia untuk mendapatkan performasi kerja yang

baik (Sugiono, et al., 2016). Saat menggunakan komputer harus memposisikan diri

senyaman mungkin dengan mengatur: (Dimberg , et al., 2015)

1. Postur kerja

Kepala dan leher tegak, atau sejajar (tidak membungkuk ke depan/ belakang),

bahu dan lengan atas sejajar tidak diangkat atau direntangkan ke depan, lengan atas

dan siku dekat dengan tubuh, Paha sejajar dengan lantai dan kaki bagian bawah

tegak lurus dengan lantai (paha mungkin sedikit lebih tinggi di atas lutut), Kaki

bersandar rata di lantai, atau didukung oleh sandaran kaki yang stabil, mouse

terletak di sebelah keyboard Anda sehingga dapat dioperasikan tanpa menjangkau

mouse mudah diaktifkan dan bentuk / ukurannya pas dengan tangan Anda (tidak

terlalu besar / kecil), Pergelangan tangan dan tangan tidak bertumpu pada tepi yang

tajam atau keras, Pergelangan tangan / sandaran tangan disediakan (opsional), lihat

gambar 2. 5 (Dimberg , et al., 2015).

2. Monitor

Bagian atas layar sejajar atau di bawah level mata sehingga Anda dapat

membaca tanpa menundukkan kepala atau leher ke bawah / belakang, jarak monitor

memungkinkan Anda membaca layar tanpa menyandarkan kepala, leher, atau

punggung (biasanya sepanjang lengan) (Dimberg , et al., 2015).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

19

(Dimberg , et al., 2015)Gambar 2. 5

Posisi Duduk Ergonomis

3. Meja

Tinggi meja dapat disesuaikan (Dimberg , et al., 2015).

4. Kursi

Sandaran Kursi dapat digunakan untuk menyandar sampai punggung bagian

bawah (area pinggang), inggi sandaran dapat disesuaikan, Kursi depan tidak

menekan bagian belakang lutut dan kaki bagian bawah (dudukan kursi tidak terlalu

panjang), Tinggi kursi bisa disesuaikan, Sandaran lengan menopang lengan bawah,

tinggi sandaran tangan dapat disesuaikan (Dimberg , et al., 2015).

2.4 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

2.4.1 Pengertian SMK3

SMK3 adalah bagian dari sistem manajamen perusahaan secara keseluruhan

yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

20

pemeliharaan kebijakan. Dasar Hukum SMK3 adalah Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. 05/MEN/1996. Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melakaukan

penetapan kebijakan K3 dan menjamin komitmen, perencanaan K3, penerapan K3,

pengukuran dan evaluasi dan peninjauan ulang dan peningkatan SMK3 oleh

manajemen (Sujoso, 2012).

2.4.2 Tujuan dan sasaran SMK3

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,

kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja

yang aman, nyaman, efisien dan produktif. ( International Labour Office, 2013).

2.4.3 5 Prinsip Dasar SMK3

SMK3 dilaksanakan pada setiap perusahaan dengan berpedoman pada penerapan 5

prinsip dasar sebagai berikut: (Irzal, 2016).

1. Komitmen dan kebijakan

a. Kepemimpinan dan komitmen

Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak harus

diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen dan tenaga

kerja. Oleh karena itu perusahaan harus: (Irzal, 2016)

� Membentuk organisasi tempat kerja untuk terciptanya Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3)

� Menyediakan anggaran dan personel yang memadai.

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

21

� Melakukan perencanaan dan pelaksanaan program K3.

� Melakukan penilaian atas kinerja program K3

b. Tinjauan awal K3

� Manajemen harus melakukan tinjauan awal dengan cara:

� Mengidentifikasi kondisi yang ada.

� Mengidentifikasi sumber daya

� Penguasaan pengetahuan, peraturan perundangan dan standart K3.

� Membandingkan penerapan K3 di perusahaan lain yang lebih baik.

� Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan.

� Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

c. Kebijakan K3

Kebijakan merupakan suatu pernyataan yang ditandatangani oleh

manajemen senior yang menyatakan komitmen dan hendaknya bertanggung

jawab terhadap sistem K3 dan nantinya di sebarluaskan kepada seluruh

pekerja. (Irzal, 2016)

2. Perencanaan

a. Perencanaan manajemen risiko

b. Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3

c. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3

d. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dan cara pencapaian kebijakan

K3

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

22

3. Penerapan

a. Jaminan kemampuan, yaitu:

� Tersedianya personel terlatih,sarana dan dana yang memadai.

� Tersedianya sistem dan prosedur yang terintregasi dengan K3.

� Adanya tanggung jawab dan akuntabilitas K3 dan pengurus

� Adanya motivasi pekerja tentang SMK3.

� Adanya komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.

Adanya seleksi, penilaian, dan pelatihan kompetensi untuk K3.

b. Kegiatan pendukung

� Komunikasi dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.

� Pelaporan guna menjamin SMK3 yang terpantau

� Dokumentasi sistem dan prosedur kegoatan perusahaan.

� Pengendalian Dokumen dan rekaman sebagai bukti penerapan

SMK3.

c. Identifikasi sumber daya, penilaian dan pengendalian risiko.

� Pada saat perencanaan, rekayasa, pengadaan dan pelaksanaan.

� Lakukan pengendalian administratif dan alat pelindung diri pada

pelaksanaan.

� Tinjau ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.

� Persiapan prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan

pemulihan.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

23

4. Pengukuran dan Evaluasi

Fungsi kegiatan tahap pengukuran dan evaluasu adalah untuk

memantau, mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3, mengetahui

keberhasialnnya dan identifikasi serta perbaikan pada yang perlu. Prosedur

yang dilakukan: (Irzal, 2016)

� Inspeksi dan pengujian oleh petugas yang kompeten terkait alat dan

metode yang memenuhi syarat K3

� Audit SMK3 untuk pembuktian dan mengukur efektifitas penerapan

SMK3 di tempat lerja oleh auditor interna maupun eksterna tiap 3 tahun

dan tindakan perbaikan terhadap semua hasil pemantauan, inspeksi

maupun audit.

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

a. Evaluasi terhadap penerapan dan kinerja K3.

b. Tinjauaan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3.

c. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut dsri twmuan audit SMK3.

d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3.

e. Kebutuhan perubahan SMK3.

2.5 Tugas Kerja Pegawai Bea dan Cukai

Tugas dari pegawai bea cukai dari masing-masing seksi di kantor wilayah

sebagaimana tercantum dalam. Peraturan Menteri Keuangan Republik (PMK)

Indonesia Nomor 188 /PMK.01/2016 adalah: (Kementerian Keuangan, 2016)

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

24

1. Bagian umum; mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan,

ketatausahaan dan rumah tangga, administrasi kepegawaian dan

pengembangan pegawai, memfasilitasi dan melakukan pembinaan

administratif bagi Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai, dan

jabatan fungsional lainnya sesuai dengan ruang lingkup tugas jabatan

fungsional yang bersangkutan (Kementerian Keuangan, 2016).

2. Bidang kepabeanan dan cukai; mempunyai tugas melaksanakan bimbingan

teknis, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-

undangan, melaksanaari penelitian ulang dan penelitian atas keberatan

terhadap keputusan di bidang kepabeanan dan cukai, melaksanakan

penyusunan rencana, analisis potensi, pemantauan dan evaluasi realisasi

penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara yang sesuai

peraturan perundang-undangan dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai, melaksanakan koordinasi dan pengelolaan data, penyajian informasi

dan pelaporan, memberikan bantuan hukum di bidang kepabeanan dan

cukai, serta asistensi dari segi hukum dalam penyusunan keputusan serta

pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

mempunyai implikasi di bidang hukum (Kementerian Keuangan, 2016).

3. Bidang fasilitas kepabeanan dan cukai; mempunyai tugas melaksanakan

bimbingan teknis pengendalian dan evaluasi pelaksanaan perijinan dan

fasilitasi di bidang kepabeanan dan cukai, dan melaksanakan penyuluhan

dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai,

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Mataeprints.umm.ac.id/63053/2/BAB II.pdf · 2020. 6. 25. · Koreksi gangguan refraksi termasuk astigmatisme dan presbiopia; 2. Tangani

25

hubungan masyarakat, serta memberikan bimbingan kepatuhan di bidang

kepabeanan dan cukai (Kementerian Keuangan, 2016).

4. Bidang penindakan dan penyidikan; mempunyai tugas melaksanakan

pemberian bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, pengoordinasian dan

pelaksanaan intelijen, melaksanakan patroli dan operasi pencegahan

pelanggaran peraturan perundang-undangan, dan melaksanakan penindakan

dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai (Kementerian

Keuangan, 2016).

5. Bidang kepatuhan internal; mempunyai tugas melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan tugas, pengendalian intern, pengelolaan risiko,

pemantauan pengelolaan kinerja, analisis beban kerja, investigasi internal,

upaya pencegahan pelanggaran dan penegakan kepatuhan terhadap kode

etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, penyusunan rencana

kerja dan laporan akuntabilitas , serta perumusan rekomendasi perbaikan

proses bisnis di wilayah kerja Kantor Wilayah (Kementerian Keuangan,

2016).