BAB 2 LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2018:3), sistem adalah rangkaian dari
dua atau lebih komponen-komponen yang saling terkait, yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Sebagian besar sistem terdiri dari
subsistem yang lebih kecil, yang mendukung sistem yang lebih besar.
Menurut Hall (2016:5), sistem adalah kelompok dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang saling berhubungan, yang berfungsi dengan
tujuan yang sama.
Sistem adalah dua atau lebih komponen yang saling berkaitan yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sebagian besar sistem terbentuk dari
beberapa subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar
(“Sistem Informasi Akuntansi: Esensi dan Aplikasi”, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem
merupakan kumpulan dari komponen atau subsistem yang saling
berhubungan dan saling mendukung, serta masing-masingnya berfungsi
secara independen, tetapi memiliki tujuan yang sama.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2018:3), informasi adalah data yang
telah dikelola dan diolah atau diproses untuk memberikan arti dan
memperbaiki proses pengambilan keputusan.
Informasi adalah data yang telah diorganisir dan diproses sehingga
bermanfaat bagi proses pengambilan keputusan. Informasi berfungsi untuk
mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kualitas keputusan, dan
meningkatkan kemampuan untuk merancanakan dan menjadwalkan aktivitas
(“Sistem Informasi Akuntansi: Esensi dan Aplikasi”, 2017).
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2016:4), sistem informasi
adalah serangkaian komponen yang saling terkait, yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan bisnis.
18
Menurut Hall (2016:7), sistem informasi adalah serangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan
didistribusikan kepada para pengguna.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi merupakan serangkaian komponen yang bertugas untuk
mengumpulkan, memproses dan menyimpan data sehingga menghasilkan
output berupa informasi yang didistribusikan kepada pengguna untuk
memenuhi kebutuhan bisnis.
2.1.4 Pengertian Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2018:10), akuntansi adalah proses
identifikasi, pengumpulan, dan penyimpanan data serta proses
pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi.
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:4), akuntansi terdiri
dari 3 (tiga) kegiatan dasar, yaitu mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan peristiwa ekonomi suatu organisasi kepada pengguna
yang membutuhkan informasi mengenai hal tersebut.
2.1.3.1 Persamaan Akuntansi
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:12), assets
adalah sumber daya yang dimiliki bisnis. Liabilities adalah utang yang
harus dibayarkan kepada pemiliknya atau kreditor. Sedangkan
owner’s equity adalah klaim pemilik atas asset entitas.
Hubungan antara assets, liabilities, dan owner’s equity dapat
digambarkan persamaan dasar akuntansi. Persamaan akuntansi
berlaku untuk seluruh entitas ekonomi terlepas dari ukuran, sifat
bisnis, atau bentuk organisasi bisnis.
Gambar 2. 1 Persamaan Dasar Akuntansi
Sumber: Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:12)
2.1.3.2 Klasifikasi Akun Penggajian
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:FM2),
klasifikasi akun yang berhubungan dengan penggajian yaitu:
19
Tabel 2. 1 Klasifikasi Akun Penggajian
Account Title Classification Financial
Statement
Normal
Balance
Salaries and
Wages Expense
Operating
Expense
Income
Statement
Debit
Salaries and
Wages Payable
Current
Liability
Balance Sheet Credit
2.1.5 Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2018:10), sistem informasi akuntansi
adalah sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, mencatat, menyimpan,
dan mengolah data untuk menghasilkan suatu informasi dalam pengambilan
keputusan. Sistem informasi akuntansi dapat menjadi sistem informasi utama
dalam sebuah organisasi dan dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna untuk melakukan pekerjaan.
Sistem Informasi Akuntansi merupakan sistem yang mengumpulkan,
mencatat, menyimpan, dan memproses data sehingga menghasilkan informasi
bagi para pengambil keputusan (“Sistem Informasi Akuntansi: Esensi dan
Aplikasi”, 2017).
Menurut Hall (2016:9), sistem informasi akuntansi terdiri atas tiga
subsistem, yaitu:
1. Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing system),
yaitu sistem yang mendukung proses bisnis melalui berbagai
dokumen yang dimiliki perusahaan. Sistem ini penting untuk
keseluruhan fungsi dari sistem informasi, karena berbagai
kegiatan ekonomi dikonversikan ke dalam transaksi keuangan,
berbagai transaksi keuangan dicatat kedalam catatan akuntansi
seperti jurnal dan buku besar, serta informasi keuangan yang
penting didistribusikan untuk personel operasional.
Sistem pemrosesan transaksi terdiri atas tiga siklus transaksi, yaitu
siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus konversi. Sistem
pemrosesan penggajian termasuk di dalam siklus pengeluaran.
2. Sistem buku besar/pelaporan keuangan (general ledger/financial
reporting system), yaitu sistem yang menghasilkan laporan
20
3. keuangan, seperti laporan laba rugi, neraca, arus kas,
pengembalian pajak, serta berbagai laporan lainnya yang
disyaratkan hukum.
4. Sistem pelaporan manajemen (management reporting system),
yaitu sistem yang menyediakan pihak manajemen internal
berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran,
laporan kinerja, serta laporan pertanggungjawaban.
2.1.6 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2018:11), terdapat 6 (enam)
komponen dari sistem informasi akuntansi, yaitu:
1. Orang-orang yang menggunakan sistem
2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan,
memproses, dan menyimpan data
3. Data mengenai organisasi beserta aktivitas bisnisnya
4. Software yang digunakan untuk memproses data
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat
periferal, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan
dalam sistem informasi akuntansi
6. Pengendalian internal dan tindakan keamanan yang menjaga data
sistem informasi akuntansi
2.2 Siklus Penggajian
2.2.1 Pengertian Gaji atau Upah
Pengertian upah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan Pasal 1 adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
21
2.2.2 Pengertian Siklus Penggajian
Menurut Romney dan Steinbart (2018:7), siklus penggajian terjadi
saat dimana karyawan dipekerjakan, dilatih, diberi kompensasi, dievaluasi,
dipromosikan, dan diberhentikan.
2.2.3 Aktivitas Siklus Penggajian
Menurut Romney dan Steinbart (2018:469), terdapat 5 (lima) sumber
utama input dalam sistem penggajian. Sumber input dalam sistem penggajian
tersebut digambarkan dalam sebuah context diagram.
Gambar 2. 2 Context Diagram dari Siklus Penggajian
Sumber: Romney dan Steinbart (2018:469)
Gambar diatas menjelaskan bahwa departemen HRM memberikan
informasi tentang perekrutan, terminasi, dan perubahan tingkat pembayaran
karena kenaikan gaji dan promosi. Para karyawan memulai perubahan dalam
pengurangan diskresioner, misalnya kontribusi untuk rencana pensiun.
Beragam departemen lain menyediakan data aktual mengenai jam kerja
karyawannya. Lembaga pemerintah menyediakan tarif pajak dan instruksi
untuk memenuhi persyaratan peraturan. Begitu juga dengan perusahaan
asuransi dan organisasi lain yang memberikan instruksi untuk menghitung
berbagai pemotongan.
Pada sistem penggajian, principal output yang dihasilkan adalah cek,
baik dalam bentuk kertas ataupun cek elektronik. Para karyawan menerima
gaji per individu sebagai kompensasi atas pekerjaan yang dilakukan. Cek gaji
dikirim ke bank dengan tujuan untuk mentransfer dana dari rekening regular
perusahaan ke daftar ke rekening penerima gaji. Cek juga dikeluarkan untuk
instansi pemerintah, perusahaan asuransi, dan organisasi lain untuk
memenuhi kewajiban perusahaan, misalnya pembayaran pajak dan premi
22
asuransi. Selain itu, sistem penggajian menghasilkan berbagai laporan untuk
penggunaan internal dan eksternal.
2.3 Komponen Penggajian
2.3.1 Cuti
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 79, terdapat aturan bahwa pengusaha
wajib memberi waktu cuti kepada pekerja. Terdapat beberapa cuti yang diatur
oleh Undang-undang tersebut, yaitu:
1. Cuti Tahunan
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 79, cuti tahunan
didapat sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus menerus. Berdasarkan Pasal 84, setiap pekerja/buruh
yang menggunakan hak tersebut berhak mendapat upah penuh.
Cuti tahunan diatur dalam Perjanjian Kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
2. Cuti Sakit
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 93, pekerja yang
mengalami sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
diperbolehkan mengambil waktu istirahat/cuti sesuai dengan
jumlah hari yang disarankan oleh dokter dan berhak mendapat
upah. Ketentuan untuk cuti sakit biasanya juga diatur oleh
perusahaan melalui Perjanjian Kerja.
3. Cuti Besar
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 79, pekerja
mendapatkan istirahat/cuti panjang sekurang-kurangnya 2 (dua)
bulan dan dilaksanakan pada tahun ke-7 (tujuh) dan ke-8
(delapan) masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja yang telah
bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada
perusahaan yang sama. Dengan ketentuan, pekerja tersebut tidak
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan
23
dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
4. Cuti Bersama
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor B.70/M.NAKER/PHIJSK-SES/V/2018 Tentang
Pelaksanaan Cuti Bersama pada Perusahaan, cuti bersama
merupakan bagian dari cuti tahunan. Pekerja yang melaksanakan
cuti pada hari cuti bersama, maka hak cuti yang diambil
mengurangi ha katas cuti tahunan pekerja yang bersangkutan.
Sedangkan bagi pekerja yang bekerja pada hari cuti bersama,
maka hak cuti tahunannya tidak berkurang dan pekerja berhak atas
upah penuh.
5. Cuti Hamil
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 82, pekerja
perempuan berhak memperoleh istirahat/cuti selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu
setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan. Selain itu, pekerja perempuan yang
mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat
1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan
dokter kandungan atau bidan.
6. Cuti Penting
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 93, pekerja
mendapatkan hak atas upah apabila tidak bekerja karena alasan
penting, seperti pekerja menikah, menikahkan anak,
mengkhitankan anak, membaptiskan anak, istri melahirkan atau
mengalami keguguran kandungan, dan anggota keluarga dalam
satu rumah meninggal dunia.
2.3.2 Lembur
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 78, kerja lembur hanya bisa dilakukan
apabila ada perintah dari pengusaha dan disetujui oleh karyawan. Dengan
24
kata lain, lembur berlaku apabila adanya kesepatakan antara kedua belah
pihak. Pengusaha juga wajib untuk membayar upah kerja lembur karyawan
diluar upah.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan
Upah Kerja Lembur Pasal 1 menyatakan bahwa waktu kerja lembur adalah
waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8
(delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
Pada Pasal 8 disebutkan bahwa perhitungan upah lembur didasarkan
pada upah bulanan. Cara menghitung upah lembur dalam 1 (satu) jam adalah
1/173 kali upah 1 (satu) bulan karyawan.
Pada Pasal 10 disebutkan bahwa dalam hal upah pokok dan tunjangan
tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus persen) dari
upah. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan
tidak tetap, apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75%
(tujuh puluh lima persen) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah
lembur 75% (tujuh puluh lima persen) dari keseluruhan upah.
2.3.3 Tunjangan
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-
07/MEN/1990 tentang Pengelompokkan Upah, tunjangan tetap adalah suatu
pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara
tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu
yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti: tunjangan istri,
tunjangan anak, tunjangan perumahan, tunjangan kemahalan, tunjangan
daerah, dan lain-lain. Tunjangan makan dan tunjangan transport dapat
dimasukkan dalam komponen tunjangan tetap apabila pemberian tunjangan
tersebut tidak dikaitkan dengan kehadiran, dan diterima secara tetap oleh
pekerja menurut satuan waktu, harian, atau bulanan.
Tunjangan tidak tetap adalah suatu pembayaran secara langsung atau
tidak langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap
untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang
25
tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok. Seperti tunjangan
transport yang didasarkan pada kehadiran, tunjangan makan dapat
dimasukkan ke dalam tunjangan tidak tetap apabila tunjangan tersebut
diberikan atas dasar kehadiran (pemberian tunjangan biasa dalam bentuk
uang atau fasilitas makan).
2.3.4 Jaminan Sosial
Pengertian jaminan sosial berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dana jaminan sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang
merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola
oleh BPJS untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan
operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
2.3.4.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya
pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program
jaminan sosial yang diikuti.
2.3.4.2 BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, karyawan perusahaan
termasuk peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) Badan Usaha Swasta
dikenakan tarif BPJS Kesehatan sebesar 5% (lima persen) dari upah
dan tunjangan tetap per bulan, dengan ketentuan 3% (tiga persen)
26
dibayar oleh perusahaan atau pemberi kerja, dan 2% (dua persen)
dibayar karyawan lewat potongan gaji.
Iuran jaminan kesehatan yang ditanggung oleh pemberi kerja
hanya untuk 5 orang anggota keluarga. Jika terdapat anggota keluarga
lain, maka harus membayar iuran per orang sebesar 1% (satu persen)
dari gaji/upah.
2.3.4.3 BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan
Jaminan Pensiun (JP).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, iuran JKK ditanggung
sepenuhnya oleh pemberi kerja, disesuaikan dengan tingkat risiko
lingkungan kerja, dan dievaluasi setiap 2 (dua) tahun sekali.
Sementara itu, iuran JKM juga ditanggung penuh oleh perusahaan dan
ditetapkan sebesar 0.30% dari upah 1 (satu) bulan.
Tabel 2. 2 Pengelompokkan Iuran JKK
Kelompok Tingkat Risiko Persentase Iuran (dari
Upah/bulan)
I Sangat Rendah 0.24%
II Rendah 0.54%
III Sedang 0.89%
IV Risiko Tinggi 1.27%
V Risiko Sangat
Tinggi
1.74%
Perusahaan harus mengumpulkan data mengenai nilai
UMP/UMK wilayah setempat yang berlaku serta memastikan batas
tertinggi upah sebulan untuk Jaminan Pensiun (JP), karena
27
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, hal
ini bergantung dengan tingkat inflasi.
Selanjutnya, dapat dihitung dengan persentase Jaminan Hari
Tua (JHT) sebesar 5.7% dari upah 1 (satu) bulan dengan rincian 3.7%
ditanggung oleh pemberi kerja dan 2% ditanggung oleh pekerja, serta
Jaminan Pensiun (JP) sebesar 3% dari upah 1 (satu) bulan dengan
rincian 2% ditanggung oleh pemberi kerja dan 1% ditanggung oleh
pekerja.
2.3.5 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)
2.3.5.1 Pengertian PPh Pasal 21
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
Menurut Lubis, Arifin, Djuanda, Dewi, dan Budiman
(2018:75), PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak (WP) orang pribadi dalam negeri, yaitu penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2.3.5.2 Peserta Wajib Pajak PPh Pasal 21
Peserta wajib pajak PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
Pasal 3, yaitu:
28
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua, termasuk
ahli warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan. Bukan pegawai yang dimaksud seperti tenaga
ahli, seniman/pekerja seni, olahragawan, penasihat,
pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator,
pengarang, peneliti, penerjemah, pemberi jasa dalam
segala bidang, agen iklan, pengawas atau pengelola
proyek, pembawa pesanan/yang menemukan
langganan/perantara, petugas penjaja barang dagangan,
petugas dinas luar asuransi, distributor MLM, direct
selling, dan kegiatan sejenis lainnya.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
suatu kegiatan. Peserta kegiatan yang dimaksud seperti
peserta perlombaan dalam segala bidang, peserta rapat,
konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja,
peserta/anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu, peserta pendidikan,
pelatihan, dan magang, serta peserta kegiatan lainnya.
2.3.5.3 Penghasilan yang Dipotong dan Tidak Dipotong PPh Pasal
21
1. Penghasilan yang Dipotong
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yaitu penghasilan
pegawai tetap, baik teratur maupun tidak teratur,
penghasilan penerima pensiun secara teratur, penghasilan
sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
sehubungan pensiun yang diterima sekaligus, penghasilan
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, imbalan
kepada bukan pegawai, serta imbalan kepada peserta
kegiatan.
29
2. Penghasilan yang Tidak Dipotong
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 yaitu
pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan,
kecelakaan, jida, dwiguna, beasiswa, natura/kenikmatan
dari wajib pajak atau pemerintah, iuran pensiun kepada
dana pensiun yang telah disahkan Kementerian Keuangan,
iuran tunjangan hari tua/jaminan hari tua yang dibayar
pemberi kerja, zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan/Lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah,
beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat 3
huruf I Undang-undang Pajak Penghasilan.
2.3.5.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diatur
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi, serta Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Tabel 2. 3 Daftar Tarif PTKP
Status Kena Wajib Pajak Jumlah/Tahun Jumlah/Bulan
WP Orang Pribadi Rp 54,000,000 Rp 4,500,000
+ WP Suami/Istri Digabung Rp 54,000,000 Rp 4,500,000
+ WP Kawin (Tanpa
Tanggungan)
Rp 4,500,000 Rp 375,000
+ Setiap Anggota Keluarga
Sedarah dan Dalam Garis
Keturunan Lurus (Tanggungan)
maksimal 3 (tiga) Orang
Rp 4,500,000 Rp 375,000
30
Tabel 2. 4 Daftar Tarif PTKP Wajib Pajak Tidak Kawin
Deskripsi Status Nilai/Tahun Total Nilai/Bulan
Wajib Pajak WP Rp 54,000,000 Rp 54,000,000 Rp 4,500,000
+ Tanggungan 1 TK/1 Rp 4,500,000 Rp 58,500,000 Rp 4,875,000
+ Tanggungan 2 TK/2 Rp 9,000,000 Rp 63,000,000 Rp 5,250,000
+ Tanggungan 3 TK/3 Rp 13,500,000 Rp 67,500,000 Rp 5,625,000
Tabel 2. 5 Daftar Tarif PTKP Wajib Pajak Kawin
Deskripsi Status Nilai/Tahun Total Nilai/Bulan
Wajib Pajak WP Rp 54,000,000 Rp 54,000,000 Rp 4,500,000
+ WP Kawin K/0 Rp 4,500,000 Rp 58,500,000 Rp 4,875,000
+ Tanggungan 1 K/1 Rp 4,500,000 Rp 63,000,000 Rp 5,250,000
+ Tanggungan 2 K/2 Rp 9,000,000 Rp 67,500,000 Rp 5,625,000
+ Tanggungan 3 K/3 Rp 13,500,000 Rp 72,000,000 Rp 6,000,000
31
Tabel 2. 6 Daftar Tarif PTKP Wajib Pajak Kawin dengan Penghasilan
Suami dan Istri Digabungkan
Deskripsi Status Nilai/Tahun Total Nilai/Bulan
Wajib Pajak WP Rp 54,000,000 Rp 54,000,000 Rp 4,500,000
+ Penghasilan
Digabung
Rp 54,000,000 Rp 108,000,000 Rp 9,000,000
+ WP Kawin K/I/0 Rp 4,500,000 Rp 112,500,000 Rp 9,375,000
+ Tanggungan 1 K/I/1 Rp 4,500,000 Rp 117,000,000 Rp 9,750,000
+ Tanggungan 2 K/I/2 Rp 9,000,000 Rp 121,500,000 Rp 10,125,000
+ Tanggungan 3 K/I/3 Rp 13,500,000 Rp 126,000,000 Rp 10,500,000
2.3.5.5 Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak yang
memiliki NPWP diatur berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Tabel 2. 7 Daftar Tarif PKP Wajib Pajak Pemilik NPWP
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
(PKP)
Tarif
1. ≤ Rp 50,000,000 5%
2. > Rp 50,000,000 s.d. Rp 250,000,000 15%
3. > Rp 250,000,000 s.d. Rp 500,000,000 25%
4. > Rp 500,000,000 30%
32
2.3.5.6 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Menurut Lubis et al. (2018:2), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak (WP) dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kerugian yang dialami jika WP tidak memiliki NPWP maka
dikenakan tarif PPh lebih tinggi 20% dari tarif PPh Wajib Pajak yang
memiliki NPWP.
2.4 System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Satzinger et al. (2016:7), System Development Life Cycle (SDLC)
adalah framework yang mengidentifikasi semua kegiatan yang diperlukan untuk
research, build, deploy, dan maintain sistem informasi. Setiap SDLC mencakup
beberapa proses inti yang selalu diperlukan, meskipun banyak menggunakan nama
yang berbeda. Terdapat 6 (enam) proses inti yang diperlukan dalam pengembangan
sistem informasi, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah atau kebutuhan dan mendapatkan persetujuan
untuk melanjutkan proyek.
2. Merencanakan dan mengamati proyek, seperti apa yang harus dilakukan,
bagaimana melakukannya, dan siapa yang melakukan.
3. Menemukan dan memahami detail masalah atau kebutuhannya, seperti
hal apa saja yang diperlukan.
4. Merancang komponen sistem yang dapat memecahkan masalah atau
memenuhi kebutuhan, seperti menentukan bagaimana cara kerjanya.
5. Membangun, menguji, dan mengintegrasikan komponen sistem, seperti
melakukan programming dan mengintegrasi komponen.
6. Menyelesaikan pengujian sistem dan kemudian mengerahkan solusi,
setelah itu kebutuhannya dapat terpenuhi.
33
Gambar 2. 3 Six Core Processes of SDLC
Sumber: Satzinger et al. (2016:7)
2.5 Teori Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.5.1 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem
Menurut Satzinger et al. (2016:4), analisis dan perancangan sistem
memainkan peran yang integral dalam pengembangan sistem informasi.
Analisis sistem terdiri dari kegiatan-kegiatan yang memungkinkan seseorang
untuk memahami dan menentukan apa yang harus dilakukan atau diselesaikan
oleh sistem yang baru. Analisis sistem menjelaskan secara detil mengenai apa
yang harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan
masalah.
Perancangan sistem terdiri dari kegiatan yang memungkinkan
seseorang untuk menggambarkan secara rinci bagaimana sistem informasi
akan benar-benar dilaksanakan untuk menyediakan solusi yang dibutuhkan.
Dengan kata lain, perancangan sistem menggambarkan bagaimana sistem
akan benar-benar berfungsi.
34
Gambar 2. 4 Perbedaan Analisis Sistem dan Perancangan Sistem
Sumber: Satzinger et al. (2016:35)
2.5.2 Object-Oriented Analysis (OOA)
Menurut Satzinger et al. (2016:160), pada object-oriented analysis,
model yang dibuat seperti class diagram, Use Case Diagram, use case
description, Activity Diagram, System Sequence Diagram, dan state machine
diagram. Object-oriented analysis mendefinisikan objek yang melakukan
pekerjaan dan menentukan interaksi pengguna yang disebut use case, dimana
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
2.5.3 Object-Oriented Design (OOD)
Menurut Satzinger et al. (2016:367), object-oriented design
merupakan proses dimana serangkaian detil dari model object-oriented
design dibangun, yang kemudian digunakan oleh para programmer untuk
membuat dan menguji program untuk sistem baru. Object-oriented design
adalah proses untuk mengidentifikasi kumpulan class, metodenya, dan pesan
yang dibutuhkan untuk mengeksekusi use case.
2.6 Model Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.6.1 Unified Process Phases
Menurut Satzinger et al. (2016:308), fase pada unified process dapat
dianggap sebagai tujuan atau penekanan utama untuk bagian tertentu dari
proyek. Pada fase ini terdapat beberapa tahap, yaitu:
1. Inception
Inception merupakan fase awal untuk mengembangkan dan
menyempurnakan visi untuk sistem baru yang dapat menunjukkan
35
bagaimana sistem akan meningkatkan operasional perusahaan dan
menyelesaikan masalah yang ada. Fase ini bertujuan untuk
mengembangkan perkiraan visi pada sistem, membuat business
case, menentukan ruang lingkup, dan membuat estimasi untuk
biaya dan jadwal.
2. Elaboration
Fase elaboration biasanya melibatkan beberapa iterasi, dan iterasi
awal biasanya untuk melengkapi identifikasi dan definisi pada
seluruh system requirements. Fase ini bertujuan untuk
mendefinisikan visi, mengidentifikasi dan mendeskripsikan
seluruh requirements, menyetujui ruang lingkup, merancang dan
mengimplementasi arsitektur dan fungsi inti, serta menghasilkan
perkiraan yang realistis untuk biaya dan jadwal.
3. Construction
Fase construction melibatkan beberapa iterasi yang melanjutkan
proses perancangan dan implementasi sistem. Pada fase ini
dilakukan pengontrolan sistem secara rinci, seperti validasi data,
fine-tuning perancangan user interface, menyelesaikan fungsi
maintenance data rutin, dan menyelesaikan fungsi preferensi
pengguna.
4. Transition
Pada fase transition, terdapat 1 (satu) atau lebih iterasi akhir yang
melibatkan final user acceptance dan beta tests, serta sistem telah
siap untuk dioperasikan. Setelah sistem beroperasi, sistem
memerlukan support dan maintenance.
36
Gambar 2. 5 Unified Process Life Cycle Model
Sumber: Satzinger et al. (2016:311)
2.6.2 Unified Modeling Language (UML)
Menurut Satzinger et al. (2016:59), Unified Modeling Language
(UML) menentukan notasi untuk menggambarkan model grafis yang
digunakan dalam pengembangan sistem. UML adalah kumpulan konstruksi
model sistem informasi dan notasi yang didefinisikan oleh Object
Management Group (OMG), yang merupakan organisasi dalam
pengembangan sistem.
Dengan menggunakan UML, sistem analis dan end users dapat
menggambarkan dan memahami berbagai spesifik diagram yang digunakan
dalam proyek pengembangan sistem.
2.6.3 Activity Diagram
Menurut Satzinger et al. (2016:60), Activity Diagram adalah sebuah
diagram UML yang menggambarkan aktivitas pengguna atau sistem beserta
alur aktivitasnya secara berurutan. Pada Activity Diagram, terdapat beberapa
komponen berupa simbol atau notasi, yaitu:
1. Swimlane: komponen Activity Diagram yang membagi aktivitas
alur kerja ke dalam grup yang menunjukkan aktivitas yang
dilakukan oleh user atau actor.
2. Starting Activity (Pseudo): simbol berbentuk lingkaran hitam
penuh yang menggambarkan dimulainya suatu aktivitas.
3. Transition Arrow: simbol berbentuk tanda panah yang
menunjukkan arah alur aktivitas selanjutnya.
37
4. Activity: simbol berbentuk oval yang berisikan aktivitas yang
dilakukan oleh user atau actor.
5. Synchronization Bar (Split): notasi yang digunakan untuk
memisahkan satu aktivitas menjadi beberapa aktivitas yang
dilakukan secara bersamaan.
6. Synchronization Bar (Join): notasi yang digunakan untuk
menyatukan kembali beberapa aktivitas yang telah terpisah.
7. Decision Activity: simbol berbentuk diamond yang digunakan
untuk menggambarkan kondisi dimana adanya aktivitas yang
dipilih oleh user atau actor.
8. Ending Activity: simbol berebentuk lingkaran hitam penuh yang
menggambarkan berakhirnya alur aktivitas yang dilakukan.
Gambar 2. 6 Komponen Activity Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:60)
2.6.4 Use Case Diagram
Use Case Diagram menurut Satzinger et al. (2016:81) adalah model
UML yang digunakan untuk menggambarkan use case dan hubungannya
dengan actor.
Pada Use Case Diagram, terdapat beberapa komponen, yaitu:
1. Actor: simbol berbentuk stick figure yang menggambarkan actor
dalam menjalankan suatu sistem dan merupakan elemen eksternal
38
dari suatu sistem. Actor dapat menerima atau memberikan
informasi dari atau ke sistem.
2. Connecting Line: notasi berbentuk garis yang berfungsi untuk
menghubungkan antara actor dengan use case.
3. Use Case: simbol berbentuk oval yang menunjukkan suatu
aktivitas yang dijalankan sistem sebagai tanggapan atas
permintaan dari user.
4. Boundary: notasi yang merupakan batasan antara letak actor dan
komponen internal dari sistem termasuk use case.
Gambar 2. 7 Komponen Use Case Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:84)
2.6.5 Use Case Description
Menurut Satzinger et al. (2016:133), use case description adalah
sebuah model tekstual yang mencatat dan menjelaskan rincian informasi
mengenai pemrosesan untuk setiap use case.
Berdasarkan kebutuhan sistem analis, use case description cenderung
ditulis pada dua tingkat detail yang berbeda, yaitu brief use case descriptions
dan fully developed use case descriptions. Fully developed use case
descriptions adalah metode yang paling formal untuk mendokumentasikan
sebuah use case.
Pada fully updated use case descriptions, terdapat beberapa
komponen, yaitu:
1. Use Case Name: berisi informasi mengenai nama dari masing-
masing use case.
39
2. Scenario: berisi informasi mengenai aktivitas internal dalam
sebuah use case.
3. Triggering Event: berisi informasi mengenai event yang memicu
dibuatnya dan berjalannya use case.
4. Brief Description: berisi informasi yang menjelaskan deskripsi
singkat mengenai aktivitas yang terjadi dalam suatu use case.
5. Actors: berisi informasi mengenai user atau actor yang
menjalankan use case.
6. Related Use Cases: berisi informasi mengenai use case apa saja
yang berhubungan dengan use case yang dibuat.
7. Stakeholders: berisi informasi mengenai user atau actor yang
nantinya akan berkepentingan terhadap use case yang dibuat.
8. Preconditions: mengidentifikasi bagaimana kondisi sistem yang
harus digunakan untuk use case, termasuk objek apa saja yang
sudah harus ada, informasi apa yang sudah harus tersedia, dan
juga kondisi actor sebelum memulai use case.
9. Postconditions: mengidentifikasi apa yang harus terjadi setelah
use case selesai. Postconditions menunjukkan objek baru yang
dibuat atau diperbaharui oleh use case dan bagaimana objek
tersebut harus dikaitkan.
10. Flow of Activities: mendeskripsikan rincian aliran aktivitas yang
dijalankan secara berurutan. Flow of activities juga
menggambarkan interaksi antar aktivitas yang dilakukan oleh
actor dengan system.
11. Exception Conditions: mendeskripsikan aktivitas khusus berupa
pengecualian yang terjadi di dalam aliran aktivitas.
Gambar 2. 8 Contoh Brief Use Case Description
Sumber: Satzinger et al. (2016:133)
40
Gambar 2. 9 Contoh Fully Developed Use Case Description
Sumber: Satzinger et al. (2016:134)
2.6.6 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2018:103), class adalah kategori atau
klasifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan objek atau
benda. Domain class adalah class yang mendeskripsikan objek dari problem
domain. Problem domain adalah domain spesifik dari kebutuhan bisnis user
yang berada dalam lingkup sistem baru.
Class diagram adalah diagram yang terdiri dari beberapa class
(kumpulan objek) dan associations di antara beberapa class. Domain Model
Class Diagram adalah sebuah class diagram yang hanya menyertakan
beberapa class dari problem domain.
41
Gambar 2. 10 Contoh Single Domain Class
Sumber: Satzinger et al. (2016:103)
Gambar 2. 11 Contoh Simple Domain Model Class Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:104)
Pada Domain Model Class Diagram, beberapa jenis relationships
antara class dan object, yaitu:
1. Associations Relationship: hubungan antar objek pada class atau
yang saling berhubungan berdasarkan kebutuhan data. Pada
asosiasi terdapat multiplicity yang merupakan notasi pada Domain
Model Class Diagram.
Gambar 2. 12 Contoh Notasi UML untuk Multiplicity pada
Associations
Sumber: Satzinger et al. (2016: 104)
42
2. Generalization/Specialization Relationship: jenis hubungan
hirarki, dimana subordinate class merupakan himpunan bagian
dari objek superior class; hirarki warisan. Superclass adalah
superior class atau class yang lebih umum dalam hubungan
generalisasi/spesialisasi. Subclass adalah subordinate class atau
class yang lebih khusus dalam hubungan generalisasi/spesialisasi.
Inheritance adalah konsep dimana specialization class mewarisi
karakteristik generalization class.
Gambar 2. 13 Contoh Generalization/specialization Relationships
Sumber: Satzinger et al. (2016:108)
2.6.7 First-Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2016:380), first-cut design class diagram
dikembangan dengan memperluas Domain Model Class Diagram. Hal ini
membutuhkan 2 (dua) langkah, yaitu:
1. Melakukan elaborasi atribut dengan menambahkan informasi type
dan initial value pada atribut.
2. Menambahkan navigation visibility arrow. Navigation visibility
adalah prinsip desain dimana satu objek memiliki referensi ke
objek lain, dan dengan demikian dapat berinteraksi dengan objek
lain tersebut.
43
Gambar 2. 14 Contoh Navigation Visibility
Sumber: Satzinger et al. (2016:380)
Gambar 2. 15 Contoh First-cut Design Class Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:382)
2.6.8 Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2016:387), updated design class diagram
adalah ringkasan dari gambaran akhir yang telah dikembangkan. Updated
design class diagram memiliki kompartemen baru yang terletak dibawah,
yang menentukan method dari setiap class.
44
Gambar 2. 16 Contoh Updated Design Class Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:389)
2.6.9 System Sequence Diagram (SSD)
Menurut Satzinger et al. (2016:140), System Sequence Diagram
adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara actor dan sistem
otomatis selama use case atau scenario berjalan. Pada System Sequence
Diagram, terdapat beberapa komponen, yaitu:
1. Actor: berbentuk stick figure, yang merepresentasikan seseorang
yang berinteraksi dengan sistem, dalam input maupun output data.
2. Object: berbentuk kotak dengan label :System yang merupakan
sebuah objek yang mewakili seluruh otomatisasi sistem.
3. Lifeline atau Object Lifeline: berbentuk garis vertikal putus-putus
yang berada dibawah objek, merupakan perluasan dari objek
(objek atau aktor) selama use case berjalan yang menunjukkan
alur dari pesan yang dikirim dan diterima oleh objek dan aktor.
4. Arrows: digunakan untuk merepresentasikan pesan dan input data.
5. Input Message: tindakan yang dipanggil atau diminta oleh
destination object, seperti sebuah perintah. Data dikirim dengan
45
pesan yang terkandung dalam tanda kurung untuk
mengidentifikasi item tertentu.
Sintaks merupakan nama dari pesan yang diikuti oleh parameter
input dalam tanda kurung. Bentuk sintaks ini melekat pada garis
tegas dengan arrow.
6. Returned Value: respon atau jawaban dari perintah yang berasal
dari input message, yang melekat pada garis putus-putus.
Gambar 2. 17 Contoh System Sequence Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:140)
Pada System Sequence Diagram, terdapat beberapa frame tambahan
untuk menggambarkan logika pemrosesan, yaitu:
1. Loop Frame (looping): notasi pada SSD yang menunjukkan pesan
berulang.
2. Opt Frame (optional): notasi pada SSD yang menunjukkan pesan
opsional atau berdasarkan kondisi true/false. Kondisi true/false
adalah bagian dari pesan antara objek yang dievaluasi sebelum
transmisi untuk menentukan apakah pesan dapat dikirim.
3. Alt Frame (alternate): notasi pada SSD yang menunjukkan logika
if-then-else.
46
Gambar 2. 18 Contoh Penggunaan Loop Frame pada SSD
Sumber: Satzinger et al. (2016:141)
Gambar 2. 19 Contoh Penggunaan Opt Frame pada SSD
Sumber: Satzinger et al. (2016:143)
47
Gambar 2. 20 Contoh Penggunaan Alt Frame pada SSD
Sumber: Satzinger et al. (2016:143)
2.6.10 Multilayer Sequence Diagram
Menurut Satzinger et al. (2016:417), berikut ini adalah komponen dari
multilayer sequence diagram yang membedakannya dari System Sequence
Diagram, yaitu:
1. View Layer
Dengan adanya view layer di dalam sequence diagram, maka akan
mempermudah programmer untuk melihat bagaimana kumpulan
class dalam view layer dapat terintegrasi dengan seluruh
rancangan.
2. Data Access Layer
Data access layer merupakan tambahan untuk objek data agar
objek yang baru dibuat dapat mengirim dan menulis pesannya ke
database.
48
Gambar 2. 21 Contoh Multilayer Sequence Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:421)
2.6.11 Package Diagram
Menurut Satzinger et al. (2016:424), package diagram dalam UML
adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk
mengasosiasikan class dari kelompok-kelompok terkait. Package diagram
digunakan untuk mempartisi atau memisahkan class diagram ke dalam
package yang sesuai.
49
Gambar 2. 22 Contoh Package Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2016:426)
2.6.12 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Satzinger et al. (2016:100), entity relationship diagram
adalah diagram yang terdiri dari data entity, attributes, dan relationships.
ERD merupakan model yang biasanya digunakan oleh analis dan analis
database tradisional. Pada ERD, terdapat beberapa notasi yang digunakan,
yaitu:
1. Data Entity: berbentuk rectangle, istilah yang digunakan dalam
pemodelan ERD untuk menggambarkan hal-hal yang diperlukan
sistem untuk menyampaikan informasi.
2. Relationships Symbol: menggambarkan hubungan antara satu
entitas data dengan entitas data lainnya.
3. Attributes: potongan informasi deskriptif tentang benda atau
objek.
2.6.13 User Interface (UI)
Menurut Satzinger et al. (2016:219), user interface adalah kumpulan
input dan output yang berinteraksi dengan pengguna untuk menjalankan
fungsi aplikasi. User interface adalah satu-satunya bagian yang dilihat secara