Bab 1 Kunjungan Chop

29
BAB 1 PENDAHULUAN A. Kanker Payudara Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996). Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker

description

kesmas

Transcript of Bab 1 Kunjungan Chop

Page 1: Bab 1 Kunjungan Chop

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Kanker Payudara

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan

kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian

nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian

akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di

negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta

di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait,

1996).

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian

di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4

(SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4  (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data

Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di

rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,

peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit

DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,

yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara

baru yang didiagnosis setiap tahunnya.  Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di

negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).

Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa.

Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang

mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 

Page 2: Bab 1 Kunjungan Chop

150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di

antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society

memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di

antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim

di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di

Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap

menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita

kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).  Data 

dari Direktorat  Jenderal  Pelayanan Medik  Departemen  Kesehatan menunjukkan bahwa

Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit

menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari,

1998).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan

jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat  dalam keadaan lanjut. Hal

inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada

stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982)

mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka

harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun,

dikatakannya pula bahwa 70--90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit

parah, yaitu setelah  masuk dalam stadium lanjut.

Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak

memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.

Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75%

(Ama, 1990). Pengobatan pada penderita kanker memerlukan teknologi canggih,

ketrampilan,  dan  pengalaman  yang luas.  Perlu  peningkatan  upaya pelayanan

kesehatan, khususnya di RS karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat, terlebih

menyangkut golongan umur produktif.

Page 3: Bab 1 Kunjungan Chop

Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker, termasuk kanker payudara,

biasanya adalah 5 year survival (ketahanan hidup 5 tahun) (Sirait, 1996).  Vadya dan

Shukla menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan

hidup penderita kanker payudara adalah besar tumor, status kelenjar getah bening

regional, skin oedema ‘pembengkakan kulit’, status menopause,  perkembangan sel

tumor, residual tumor burden (tumor sisa), jenis patologinya, dan metastase, terapi, serta

reseptor estrogen. Selain itu, ditambahkan pula dengan umur dan besar payudara. Azis

FM dkk. menyatakan bahwa ketahanan hidup penderita kanker dipengaruhi oleh

pengobatan, ukuran tumor, jenis histologi, ada tidaknya invasi ke pembuluh darah,

anemia, dan penyulit seperti hipertensi.

Dalam Vadya dikatakan bahwa untuk ukuran tumor < 2 cm, ketahanan hidup 5

tahun sebesar 73%. Hal ini sangat berbeda untuk ukuran tumor 3-6 cm yang angka

ketahanan hidupnya sangat rendah, yaitu 24%.  Selain itu, ukuran tumor yang lebih besar

berhubungan dengan kelenjar limfa. Dalam ukuran kanker yang lebih besar, kelenjar

limfa yang melekat (involved) menjadi lebih banyak.

Tjindarbumi  (1982) melaporkan pengobatan kanker payudara dengan simpel

mastektomi tanpa sinar memberikan ketahanan hidup 79% dan mastektomi radikal

memberikan ketahanan hidup 5 tahun 70--95%. Informasi tentang faktor-faktor

ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk peningkatan

penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan informasi yang

cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan perkembangan serta prognosis

penyakit tersebut di masa mendatang.

B. Merokok

Hampir 1 juta milyar laki-laki di dunia merokok, sekitar 35% dari mereka berada

di negara maju dan 50% berada di negara berkembang. Sekitar 250 juta perempuan di

dunia merupakan perokok. Sekitar 22% dari perempuan tersebut berada di negara maju

dan 9% berada di negara berkembang. Rendahnya tingkat konsumsi tembakau pada

perempuan di seluruh dunia tidak mencerminkan kesadaran akan kesehatan, namun lebih

Page 4: Bab 1 Kunjungan Chop

kepada tradisi sosial dan rendahnya sumber ekonomi pada perempuan. Jumlah perokok di

dunia akan terus bertambah terutama karena terjadi pertambahan jumlah populasi. Pada

tahun 2030 akan ada sekitar 2 milyar orang di dunia. Meskipun angka prevalensi ini

salah, jumlah perokok akan tetap meningkat. Konsumsi tembakau telah mencapai

proporsi epidemik global (Mackay & Eriksen, 2002).

Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Secara

nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang

yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada

tahun yang sama (Depkes RI, 2004). Konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat

selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar

batang pada tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980 konsumsi meningkat sebesar 159%,

yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang. Antara tahun 1990 dan 2000

peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi

krisis ekonomi. Prevalensi merokok di kalangan dewasa meningkat menjadi 31,5% pada

tahun 2001 dari 26,9% pada tahun 1995 (Depkes RI, 2003).

Prevalensi merokok penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 31,5 %, lebih tinggi

dibandingkan tahun 1995 yang sebesar 26,9%. Prevalensi ini berbeda menurut jenis

kelamin, wilayah tempat tinggal, kelompok umur, tingkat pendapatan, dan tingkat

pendidikan. Prevalensi merokok dewasa (umur 15 tahun ke atas) pada laki-laki lebih

tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi

merokok pada laki-laki sebesar 62,2% dan perempuan sebesar 1,3%. Penduduk yang

tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan

dengan yang tinggal di perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34%

dan di perkotaan sebesar 28,2%. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas

yang tinggal di desa adalah sebesar 67% dan yang tinggal di kota 56,1% sedangkan

prevalensi wanita umur 15 tahun ke atas di desa 1,5% dan di kota 1,1%. Di tingkat

provinsi, angka tertinggi laki-laki yang merokok adalah di Gorontalo (69%)

dibandingkan Bali (45,7%). Prevalensi merokok wanita meningkat menjadi lebih dari dua

kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua, Kalimantan timur, Jawa Tengah, dan

Page 5: Bab 1 Kunjungan Chop

Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya masih tetap sangat rendah (Depkes RI,

2004).

C. Gastritis

Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara

histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah

tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik /

ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 –

6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih

banyak mengalami gastritis karena kebiasaan yang berlebihan mengkonsumsi alcohol dan

merokok.

Secara garis besar gastritis dapt dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan

pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan

kemungkinan patogenesis gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klini, gastritis dapat

dibagi menjadi akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada gastritis umumnya

mengalami masalah gangguan rasa nyaman dan nyeri pada bagian perut atas yang dialami

pasien.

Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 –

90% laki-laki. Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan

diet makanan setelah pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak

mematuhi tentang penatalaksanaan diet dirumah. Makan makanan yang teratur dan

menghindari makan yang dapat mengiritasi lambung.

Page 6: Bab 1 Kunjungan Chop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang

ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization

(WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of  Diseases (ICD) dengan

kode nomor 174.

Penyebab Kanker Payudara

Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.

Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu

dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam

terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang

bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).

Gejala Klinis

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau

eksema puting susu, atau berupa pendarahan pada puting susu. Umumnya berupa

benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama

makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara

atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),

berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit

kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada

payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat

menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Rasa sakit

Page 7: Bab 1 Kunjungan Chop

atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau

kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah

bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh

(Handoyo, 1990).

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria

operbilitas Heagensen sebagai berikut: terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3

luas kulit payudara); adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis

mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal;  terdapat nodul supraklavikula;

adanya edema lengan; adanya metastase jauh; serta  terdapat dua dari tanda-tanda locally

advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar

getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat

satu sama lain.      

Faktor Risiko (Moningkey dan Kodim, 1998)

Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak

faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara.

Faktor reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker

payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua,

dan kehamilan pertama  pada umur tua.  Risiko  utama kanker  payudara adalah

bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur

saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.

Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya

umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga

diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan

klinis.             

Penggunaan hormon

Page 8: Bab 1 Kunjungan Chop

Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari

Harvard School of  Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker

payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu

metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada

pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama

mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause.

Penyakit fibrokistik  

Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan

risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit

meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik,  risiko meningkat hingga

5 kali.

Obesitas 

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan

kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di

negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

Konsumsi lemak 

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker

payudara. Willet dkk., melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi

lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34

sampai 59 tahun.

Radiasi

Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan

terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan

bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat

terjadinya eksposur.

Page 9: Bab 1 Kunjungan Chop

Riwayat keluarga dan faktor genetik  

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita

yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko

keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi

genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila

terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk

terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70

tahun.

Gambaran Patologi Anatomi Kanker Payudara

Stadium Klinik

Klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara ada beberapa jenis. Mula-mula

stadium klinik Stental yang membagi kanker payudara dalam 3 stadium, Portman

membagi kanker payudara dalam 4 stadium, Manchester sistem yang juga membagi

kanker payudara dalam 4 stadium, dan terakhir yang sekarang digunakan di hampir

seluruh pusat ilmu kedokteran adalah klasifikasi TNM yang ditemukan oleh  Denoix

1962. Berdasarkan sistem ini, diadakan stadium klinik I, II, III, dan IV dengan formula

sebagai berikut: (Tjindarbumi, 1982)

1. Stadium I: T1a/bNoMo

T1a/bNoMo

2. Stadium II:   ToN1bMo

T1a/bNIbMo

TIIa/bNo/1aMo

TIIa/bN1/bMo

3. Stadium III:  TIIINo-1Mo

TIIINII-IIIMo

Page 10: Bab 1 Kunjungan Chop

TIVwith every Nmo

Every T with NII-IIIMo

4. Stadium IV:   Tumor yang sudah lanjut

Keterangan:

TIS: Carcinoma in situ adalah non infiltrating intraductal carcinoma atau paget's

disease dimana tak teraba tumor.

To: Tumor tak teraba, tetapi dapat dilihat pada mamografi

T1: Tumor kurang dari 2 cm

T1a: Tidak ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T1b: Adanya fixasi dengan fascia pectoralis atau otot

T2: Tumor antara 2 sampai dengan 5 cm

T2a: Belum adanya perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T2b: Sudah ada fixasi dengan fascia pectoralis atau otot

T3: Tumor lebih dari 5 cm penampangnya.

T3a: Belum ada perlengketan dengan fascia pectoralis atau otot

T3b: Sudah ada fiksasi dengan fascia pectoralis atau otot

T4: Tumor dengan segala ukuran dimana extensinya telah mencapai dinding

toraks atau kulit (dinding toraks di sini termasuk iga otot-otot intercostal dan

musculus serratus anterior tapi belum musculus pectoralis).

T4a: Sudah ada fiksasi dengan dinding toraks

T4b: Terdapat oedema, infiltrasi atau ulcerasi dari kulit payudara atau satelit

nodul pada payudara yang sama.

No: Kelenjar getah bening homolateral tak dapat diraba

N1: Kelenjar getah bening homolateral dapat digerakkan

N1a: Kelenjar getah bening dianggap tidak membesar

N1b: Kelenjar getah bening dianggap dapat membesar

N2: Kelenjar getah bening homolateral yang melekat satu sama lain atau pada

jaringan sekitarnya.

N3: Kelenjar getah bening supraclavicular  homolateral  atau infra claviculer

homolateral atau oedema di lengan.

Page 11: Bab 1 Kunjungan Chop

Mo: Tidak terdapat metastase jauh

M1: Sudah terdapat metastase jauh.

Pengobatan Kanker

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada

stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

1. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 4 jenis mastektomi

(Hirshaut & Pressman, 1992):

a. Modified Radical  Mastectomy,  yaitu operasi  pengangkatan seluruh payudara,

jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan 

di sekitar ketiak.

b. Total (Simple)  Mastectomy,  yaitu operasi  pengangkatan seluruh payudara  saja,

tetapi bukan kelenjar di ketiak.

c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.

Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang

mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti

dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada

pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

2. Penyinaran/radiasi

Yang dimaksud radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel

kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek

pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di

sekitar payudara  menjadi hitam, serta Hb dan  leukosit cenderung  menurun

sebagai akibat dari radiasi.

Page 12: Bab 1 Kunjungan Chop

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak

hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek

dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok

karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

B. Merokok

Pengertian merokok

Definisi perokok sekarang menurut WHO dalam Depkes (2004) adalah mereka

yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya masih

merokok saat survey dilakukan. Menurut Harrisons (1987) dalam Sitepoe (2000), asap

rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang

lekas menguap membentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi

komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas

sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel. Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut

mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang

dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke.

Berdasarkan lamanya, merokok dapat dikelompokkan sebagai berikut: merokok

selama kurang dari 10 tahun, antara 10-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Jumlah rokok

yang dikonsumsi per hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ringan (1-10 batang per

hari), sedang (11-20 batang per hari), dan berat (lebih dari 20 batang per hari).

Jenis Rokok

Menurut Sitepoe (2000), di luar negeri bahan baku rokok hanya tembakau,

dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia bahan baku rokok adalah

tembakau dan juga cengkeh atau disebut rokok kretek. Sebagai bahan baku, di samping

tembakau juga ditambahkan kemenyan dan kelembak, atau disebut rokok kelembak atau

rokok siong. Selain rokok yang khusus dijumpai di Indonesia, ada pula tembakau yang

digunakan sebagai rokok pipa dan rokok cerutu yang tersebar luas di seluruh dunia. Pada

Page 13: Bab 1 Kunjungan Chop

rokok pipa, tembakau dibakar kemudian diisap melalui pipa. Khusus rokok cerutu, daun

tembakau kering yang dirajang agak lebar disusun sedemikian rupa.

Rokok digulung dengan berbagai jenis pembalut atau pembungkus. Ada yang

menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih; daun nipah; pelepah

tongkol jagung atau disebut rokok kelobot; dan dengan tembakau sendiri atau disebut

rokok cerutu; ada juga yang tidak menggunakan pembalut, misalnya rokok pipa (Sitepoe,

2000).

Baik rokok putih maupun rokok kretek.demikian pun dengan rokok pipa.ada yang

menggunakan filter dan ada pula yang tanpa filter. Konsumsi rokok berfilter banyak

dijumpai di kota, sedangkan perokok di pedesaan banyak menggunakan rokok tanpa filter

(Sitepoe, 2000).

Rokok kretek merupakan rokok khusus Indonesia yang hanya diproduksi di

Indonesia. Jenis rokok ini diproduksi dengan mesin yang disebut rokok kretek mesin dan

dapat pula diproduksi secara manual menggunakan tenaga kerja berjumlah banyak atau

disebut rokok kretek tangan (Sitepoe, 2000).

Bahan Kimia yang Terkandung di dalam Rokok

Menurut Mackay & Eriksen (2002), merokok tembakau terdiri dari 4.000 lebih

bahan kimia, beberapa dari ini bersifat iritan dan 60 lainnya diketahui atau diduga bersifat

karsinogenik. Bahan kimia tersebut antara lain: aseton, amonia, arsenik, butan, cadmium,

karbonmonoksida (CO), DDT, hidrogen sianida, metanol, naftalen, toluen, dan vinil

klorida.

Menurut Sitepoe (2000), komposisi asap rokok yang diisap tergantung berbagai

faktor, yaitu jenis tembakau; pemrosesan menjadi tembakau: khususnya kekeringan

tembakau; berat bahan baku rokok: tembakau, termasuk cengkeh atau bahan tambahan

lainnya; bahan pembalut rokok; serta ada tidaknya filter: termasuk panjang filter dan

kerapatan filter pada rokok yang diisap.

Filter yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan beberapa tar dan

partikel rokok yang berasal dari rokok yang diisap. Filter juga berfungsi untuk

mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah diisap (ASH, 2006).

Page 14: Bab 1 Kunjungan Chop

Nikotin terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak

dibakar. Satu-satunya sumber nikotin adalah tembakau. Nikotin memegang peranan

penting dalam ketagihan merokok. Berat rata-rata rokok kretek adalah 1,14 gr/batang

dengan komposisi 60% tembakau dan 40% cengkeh. Berat rata-rata rokok putih adalah 1

gr/batang dengan komposisi seluruhnya tembakau. Berarti ada kemungkinan berat

tembakau di dalam rokok kretek lebih rendah dari rokok putih. Tar hanya dijumpai pada

rokok yang dibakar. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan

organik lain yang dibakar. Gas CO bersifat toksik karena mengganggu ikatan antara

oksigen dengan hemoglobin. Kandungan kadar CO di dalam rokok kretek lebih rendah

daripada kandungan CO di dalam rokok putih. Timah hitam (Pb) merupakan partikel asap

rokok. Setiap satu batang rokok yang diisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram

Pb. Batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari. Eugenol hanya

dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai dalam rokok putih. Eugenol serupa

halnya dengan nikotin, yakni dapat dijumpai dalam rokok yang dirokok (asap rokok) dan

juga di dalam rokok yang tidak dirokok (tembakau) (Sitepoe, 2000).

Merokok dan Kesehatan

Masalah kesehatan yang ada di Indonesia berhubungan dengan perubahan gaya

hidup, seperti perubahan kebiasaan makan, merokok, penyalahgunaan zat, aktivitas yang

kurang, dan lain-lain (WHO, 2006).

Meskipun tembakau digunakan dengan cara mengisap, mengunyah, menghirup,

dan lain-lain, tidak ada cara yang aman untuk menggunakan tembakau (Mackay &

Eriksen, 2002). Berbagai jenis rokok yang diisap ataupun tembakau yang digunakan

tanpa dibakar, dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan di atas ambang tertentu

serta digunakan secara berulang-ulang. Gangguan kesehatan akibat merokok disebabkan

oleh bahan kimia yang terdapat di dalam rokok atau di dalam tembakau yang digunakan

(Sitepoe, 2000).

Menurut CDC (2004), merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh.

Merokok menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan. Berhenti merokok

memberikan banyak keuntungan. Hal ini dapat menurunkan risiko penyakit dan kematian

yang disebabkan oleh rokok dan dapat memperbaiki kesehatan. Penyakit-penyakit yang

Page 15: Bab 1 Kunjungan Chop

dapat disebabkan oleh rokok yaitu kanker serviks, pankreas, ginjal, lambung, aneurisma

aorta, leukemia, katarak, pneumonia, dan penyakit gusi.

Efek Rokok

Pada dewasa:

1. Efek terhadap Otak dan Kejiwaan, Stroke

2. Rambut berbau tidak sedap

3. Mata berair, kebutaan

4. Iritasi hidung

5. Kanker paru , Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Asthma, Emphysema

6. Penyumbatan Pembuluh Arteri, Serangan jantung, Angina

7. Pada wanita hamil; Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), keguguran spontan, lahir

mati, komplikasi saat melahirkan.

Pada Anak-anak:

1. Rambut berbau tidak sedap

2. Berhubungan dengan tumor otak, yang berefek jangka panjang, dan berpengaruh

terhadap kejiwaan

3. Mata berair, kebutaan

4. Otitis Media Kronik

5. Pneumonia , Asthma, gejala saluran pernafasan kronik, dan penurunan fungsi paru

6. Menurunnya penyerapan oksigen

7. Meningkatnya penyerapan nikotin

8. Berhubungan dengan limfoma (kanker kelenjar getah bening)

Dampak Perokok Pasif

kanker, penyakit jantung, paru dan penyakit lainnya yang mematikan.

mereka yang dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibanding

mereka yang hidup dengan udara bersih. Dan angka kematiannya meningkat 15%

lebih tinggi.

Page 16: Bab 1 Kunjungan Chop

mereka yang menjadi perokok pasif di rumah akan meningkatkan risiko kanker

paru-paru hingga 18%. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, 30 tahun lebih,

risikonya meningkat menjadi 23%.

C. Gastritis

Pengertian Gastritis

Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa

gaster dapat bersifat akut dan kronik.

Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif.

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih

dalam daripada mukosa muskularis.

2. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang

berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh

bakteri helicobacter pylori

Etiologi

Penyebab gastritis adalah obat analgetik anti inflamasi terutama aspirin; bahan

kimia, misalnya lisol; merokok; alkohol; stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar,

sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf

pusat; refluk usus lambung.

Gambaran Klinis

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran

cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia

pasca perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat

Page 17: Bab 1 Kunjungan Chop

penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai

dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen.

Patofisiologi

1. Gastritis Akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan

alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan

terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan

produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam

lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun

makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk

menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk

memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena

penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan

mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan

pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl

meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan

oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat

penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa

gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi

memicu timbulnya perdarahan.

2. Gastritis Kronis

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel

permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang

kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia.

Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan

mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena

sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna

makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak

elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Page 18: Bab 1 Kunjungan Chop

Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga

akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh

darah ini akan menimbulkan perdarahan.

Penatalaksanaan

Pengobatan gastritis meliputi :

1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.

3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang

lain.

Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :

a. Gastritis akut

Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.

Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.

Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.

Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran

gastromfestinal

Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.

Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau

perforasi.

Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

b. Gastritis kronis

Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi

lebih sering.

Mengurangi stress

H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth

(pepto-bismol).

Page 19: Bab 1 Kunjungan Chop

Komplikasi

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.

2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin.

Masalah Kesehatan pada pasien

1. Ibu Taseh usia 92 tahun memiliki kanker payudara stadium lanjut yang harus

segera dilakukan operasi pengangkatan tumor namun tidak bisa dilakukan karena

kesulitan ekonomi

2. Bapak dadang usia 34 tahun, kepala keluarga merupakan seorang perokok aktif

dan bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sehari

3. Icha usia 7 tahun memiliki riwayat gastritis yang kadang kambuh karena makanan

yang di konsumsi