BAB 1
-
Upload
annisa-kurnia -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of BAB 1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 2000).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan
bawah rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2002).
Menurut Sjamsuhidajat (2004), diagnosis apendisitis akut baru dapat
ditegakkan jika semua syarat terpenuhi yaitu riwayat nyeri perut kanan bawah
yang lebih dari dua minggu, terbukti terjadi radang akut apendiks baik secara
makroskopik maupun mikroskopik, dan keluhan menghilang pasca apendiktomi.
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-
satunya pilihan yang baik adalah apendektomi.
WHO memperkirakan insidens apendicitis di dunia tahun 2007 mecapai
7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Di Amerika Serikat appendicitis
merupakan kedaruratan bedah abdomen paling sering dilakukan, dengan jumlah
penderita pada tahun 2008 sebanyak 734.138 orang dan meningkat pada tahun
2009 menjadi 739.177 (Santacrore & Craigh, 2012 dalam Yusuf 2014).
Data Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita
appendicitis di indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun
2009 sebesar 596.132 orang. Kelompok usia yang umumnya mengalami
2
appendicitis yaitu pada usia antara 10-30 tahun. Dimana insiden laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan (Eylin, 2009 dalam Yusuf 2014). Dari hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, apendisitis akut merupakan salah
satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi
kegawatdaruratan abdomen. Insiden apendisitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya (Taufik, 2011 dalam Yanti
2012).
Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi klasik pengangkatan
apendiks. Operasi Apendiktomi merupakan salah satu jenis operasi mayor.
Operasi mayor biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien yang
menjalaninya seperti adanya bagian tubuh yang dihilangkan sehingga akan terjadi
kecacatan dan perubahan bentuk tubuh. Pembedahan juga dapat menimbulkan
trauma fisik yang luas, dan resiko kematianya sangat serius, misalnya total
abdominal histerektomi, reseksi kolon, dan lain-lain. Resiko tinggi ini
menimbulkan dampak atau pengaruh psikologis pada pasien pre operasi.
Pengaruh psikologis terhadap tindakan pembedahan dapat berbeda-beda,
namun sesunguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang umum
diantaranya takut anestesinya (tidak bangun lagi), takut nyeri akibat luka operasi,
takut erjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak berfungsi normal, takut
operasi gagal, takut mati dan lain lain (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Stuart (2006), kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara
3
subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu
rentang. Sebagian besar pasien beranggapan bahwa operasi atau pembedahan
merupakan pengalaman yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila
pasien tidak pernah atau kurang mendapat dukungan keluarga dan kurang
mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit dan tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya. Setiap pasien pernah mengalami periode cemas,
apalagi pasien yang akan menjalani tindakan operasi (Carbonel, 2002).
Dukungan keluarga adalah dukungan dalam bentuk memberikan
semangat, motivasi, dan dorongan kepada individu agar dapat menerima kondisi
dan berusaha dengan kuat untuk sembuh. Dukungan ini seperti dapat membangun
perasaan individu untuk bangga pada dirinya sendiri, merasa mampu dan merasa
dihargai, diantaranya dukungan instrumental dan dukungan informasional.
(Badudu, 2000 dalam Jumaidar 2009).
Klien dapat mengekspresikan ketakutan dan kecemasanya pada keluarga
dengan mengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan
sebelum menjalani operasi. Keluarga diharapkan dapat mempersiapkan pasien
secara emosional. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung
persiapan mental klien. Keluarga juga diharapkan mendampingi klien sebelum
operasi, memberikan doa dan dukungan klien dengan kata-kata yang
menenangkan hati klien dan meneguhkan keputusan klien untuk menjalani
operasi.
Chandra (2014), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna atau siginfikan antara dukungan keluarga dengan tingkat
4
kecemasan pasien pre operasi. Hal sejalan juga diungkapkan Annisa Andriyani
(2013 dalam Chandra 2014), yang menemukan bahwa pasien pre operasi yang
mendapat dukungan keluarga yang baik berada pada tingkat kecemasan ringan,
sebaliknya pasien yang kurang mendapat dukungan keluarga berada pada tingkat
kecemasan berat.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tanggal 1 - 7 April 2015, sebanyak 4
orang pasien yang akan melakukan operasi Apendiktomi. Hasil observasi yang
dilakukan, dari 3 pasien yang ditemui 3 orang mengalami kecemasan ringan.
Pasien tersebut terlihat kelelahan, nafas pendek, muka berkerut, bibir bergetar saat
diajak bicara, dan terlihat sedikit gelisah. Sedangkan 1 orang lainnya mengalami
kecemasan sedang. Saat diobservasi terjadi peningkatan tekanan darah, gelisah,
komunikasi hanya tertuju pada proses operasi dan berulang, bicara banyak/lebih
cepat, dan perasaan tidak nyaman. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap
seluruh pasien tersebut, diperoleh informasi bahwa mereka kurang mendapatkan
dukungan dari keluarga karena keluarganya terutama dukungan informasional dan
emosional pada pasien. Keluarga lebih terfokus pada penyediaan biaya untuk
proses operasi dan obat – obatan yang akan diperlukan klien selama masa operasi.
Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan suatu
penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul
Manan Simatupang Kisaran tahun 2015.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan suatu
permasalahan penelitian yakni apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pasien pre operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Abdul Manan Simatupang Kisaran tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien pre operasi Apendiktomi di
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tahun
2015
2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi Apendiktomi di
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran tahun
2015
3) Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Abdul Manan Simatupang Kisaran tahun 2015
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi/pengetahuan
dalam mengidentifikasi sejauh mana dukungan yang telah diberikan keluarga pada
anggota keluarga/pasien yang akan menjalani operasi Apendiktomi sehingga
dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan terutama dokter dan perawat agar
segera dilakukan konseling terhadap keluarga terdekat pasien.
1.4.2 Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hal-hal yang
dapat mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi Apendiktomi berupa
pemberian dukungan oleh keluarga serta menambah pengalaman peneliti dalam
melakukan penelitian.
1.4.3 Responden
Memberi pengetahuan tentang manfaat dari dukungan yang diberikan
keluarga pada pasien pre operasi dan memotivasi serta menurunkan tingkat
kecemasan responden yang akan menjalani operasi.
1.4.4 Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi Apendiktomi, menggunakan metode pelaksanaan, jumlah
sampel, dan lama waktu penelitian yang berbeda.