Asma Dalam Kehamilan-1

31
ASMA BRONKHIALE DALAM KEHAMILAN PENDAHULUAN Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma yang dapat diterima semua ahli. Definisi yang banya dianut saat ini adalah yang dikemukakan oleh The American Thoracic Societyyaitu asma adalah suatu penyakit dengan cirri meningatnya respon trakhea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. 1,2 Asma adalah penyakit paru yang heterogen dengan obstruksi saluran pernapasan yang sembuh sebagian atau total, spontan atau dengan terapi. Serangan umumnya singkat, walaupun jarang, asma dapat berakibat fatal. Secara tradisional asma dapat diklasifikasikan dua kelompok yaitu alergi ( ekstrinsik ) dan idiosinkrasi 1

Transcript of Asma Dalam Kehamilan-1

Page 1: Asma Dalam Kehamilan-1

ASMA BRONKHIALE DALAM KEHAMILAN

PENDAHULUAN

Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma yang dapat

diterima semua ahli. Definisi yang banya dianut saat ini adalah yang dikemukakan

oleh The American Thoracic Societyyaitu asma adalah suatu penyakit dengan cirri

meningatnya respon trakhea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-

ubah baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. 1,2

Asma adalah penyakit paru yang heterogen dengan obstruksi saluran

pernapasan yang sembuh sebagian atau total, spontan atau dengan terapi. Serangan

umumnya singkat, walaupun jarang, asma dapat berakibat fatal. Secara tradisional

asma dapat diklasifikasikan dua kelompok yaitu alergi ( ekstrinsik ) dan idiosinkrasi

(intrinsik). Asma ekstrinsik merupakan asma yang dipicu oleh alergen atau mediator

IgE. Umumnya terdapat pada orang dan / atau riwayat keluarga dengan penyakit

alergi. Sedangkan asma intrinsik jika tidak ditemukan alergen spesifik sebagai

pemicunya, dan terdapat pada pasien tanpa riwayat alergi dalam keluarganya 2,3

Prevalensi asma terjadi pada 4-8% populasi umum. Pada kehamilan

prevalensinya 1-4%. Di Indonesia prevalensi asma berkisar 5-7 %. 3,4,5 Kepustakaan

lain menyatakan asma berpengaruh pada 1-9% wanita atau pada 200.000 - 376.000

kehamilan di Amerika setiap tahunnya. Rata - rata morbiditas dan mortalitas pada

wanita hamil sebanding dengan populasi umum. Rata - rata mobilitas asma di

1

Page 2: Asma Dalam Kehamilan-1

Amerika adalah 2,1 per 100.000. 3

Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering

dijumpai kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya

serangan asma selalu sama terhadap setiap penderita, bahkan pada seorang penderita

asma, serangan tidak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Penyakit ini

menimbulkan yang serius pada wanita hamil. Asma yang tidak terkontrol dengan

baik, dapat berpengaruh terhadap ibu dan janin.6,7

Terdapat risiko yang jelas baik pada ibu maupun janin, bila gejala asma

memburuk. Pada penelitian menyatakan asma dihubungkan dengan meningkatnya

kematian perinatal dua kali lipat. Selain itu juga meningkatkan risiko komplikasi

berupa hiperemesis, preeklampsia, dan perdarahan pada pasien yang mengidap asma,

begitupula halnya terjadi peningkatan angka kematian neonatal dan persalinan

prematur. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan aktif pasien hamil

untuk menghindari eksaserbasi akut asma bronkhial.2

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Sampai saat ini patogenesis maupun etiologi asma belum diketahui dengan

pasti. Berbagai teori tentang patogenesis telah diajukan, tetapi yang paling disepakati

oleh para ahli adalah yang berdasarkan gangguan saraf autonom dan sistem imun. 1

Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran napas. Adanya

inflamasi hiperaktivitas saluran napas dijumpai pada asma baik pada asma alergi

maupun non-alergi. Oleh karena itu dikenal dua jalur untuk mencapai keadaan

2

Page 3: Asma Dalam Kehamilan-1

tersebut. Jalur imunologi utama didominasi oleh IgE dan jalur saraf otonom. Pada

jalur IgE , masuknya allergen kedalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen

Presenting Cells), untuk selanjutnya hasil olahan alergen akan dikomunikasikan

kepada sel Th (T penolong). Sel ini akan memberikan instruksi melalui interleukin

atau sitokin agar sel-sel plasma membentuk serta sel- sel radang lain seperti mastosit,

makrofag, sel epitel, eosinifil, neotrofil, trombosit, serta limfosit untuk mengeluarkan

mediator-mediator inflamasi seperti histamin prostaglandin (PG), leukotrin (LT),

platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin (TX) dan lain-lain akan

mempengaruhi organ sasaran menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

vaskuler, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang, sekresi mukus, dan fibrosis

sub epitel sehingga menimbulkan hiperreaktivitas saluran napas (HSN). Jalur non-

alergi selain merangsang sel inflamasi, juga merangsang sistem saraf otonom dengan

hasil akhir berupa inflamasi dan hiperreaktivitas saluran napas.5

Hiperreaktivitas saluran napas diduga sebagian didapat sejak lahir. Berbagai

keadaan dapat meningkatkan hiperreaktivitas saluran napas yaitu : inflamasi saluran

napas, kerusakan epitel, mekanisme neurologis, gangguan intrinsik, dan obstruksi

saluran napas.5

PATOFISIOLOGI

Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,

penyumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah

berat selama ekspirasi karena secara fisioiogis saluran napas menyempit pada fase

3

Page 4: Asma Dalam Kehamilan-1

tersebut. Hal ini menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak

bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu

fungsional (KRF), dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati

kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas

tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi

ini diperlukan otot bantu napas.5

Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara obyektif

dengan VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak

Ekspirasi), sedang penurunan KVP (Kapasitas Vital Paksa) menggambarkan

derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran napas dapat terjadi, baik pada

saluran napas besar, sedang maupun kecil. Gejala mengi (wheezing) menandakan

adanya penyempitan disaluran napas besar, sedangkan penyempitan pada saluran

napas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.5

Perubahan fungsi paru pada kehamilan meliputi 20% karena peningkatan

kebutuhan oksigen dan metabolisme ibu, 40% peningkatan ventilasi semenit dan

peningkatan tidal volume.3 Terdapat sejumlah perubahan fisiologik dan struktural

terhadap fungsi paru selama kehamilan. Hiperemia, hipersekresi dan edema mukosa

dan saluran pernapasan merupakan akibat dari meningkatnya kadar estrogen. Pada

uterus gravid terjadi peningkatan ukuran lingkar perut, diafragma meninggi, dan

semakin dalamnya sudut antar kosta. Wanita hamil mengalami peningkatan tidal

volume, volume residu, serta kapasitas residu fungsional, penurunan volume balik

ekspirasi, sementara kapasitas vital tidak berubah. Hiperventilasi alveolar terjadi

4

Page 5: Asma Dalam Kehamilan-1

bila PCO2 menurun dari 34-40 mmHg menjadi 27-34 mmHg, yang biasanya terlihat

pada umur kehamilan 12 minggu. Seperti yang diperkirakan, frekuensi terjadinya

serangan eksaserbasi asma puncaknya pada umur kehamilan sekitar enam bulan,

gejala yang berat biasanya terjadi antara umur kehamilan 24 minggu - 36 minggu.2

Jelasnya patofisiologi asma adalah sebagai berikut:2

1. Kontraksi otot pada saluran napas meningkatkan resistensi jalan napas

2. Peningkatan sekresi mukosa dan obstruksi saluran napas

3. Hiperinflasi paru dengan peningkatan volume residu

4. Hiperaktivitas bronkial, yang diakibatkan oleh histamin, prostaglandin

dan leukotrin.

Degranulasi sel mast menyebabkan terjadinya asma dengan cara pelepasan

mediator kimia, yang memicu peningkatan resistensi jalan napas dan spasme bronkus.

Pada kasus kehamilan alkalosis respiratori tidak bisa dipertahankan diawal

berkurangnya ventilasi, dan terjadilah asidosis. Akibat perubahan nilai gas darah

arteri pada kehamilan (penurunan PCO2 dan peningkatan pH). Pasien dengan

perubahan nilai gas darah arteri secara signifikan merupakan faktor risiko terjadinya

hipoksemia maternal, hipoksia janin yang berkelanjutan. dan gagal napas.2

GEJALA KLINIS

Pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

sedangkan pada waktu serangan tampak penderita bernapas cepat dan dalam, gelisah

duduk dengan tangan menyangga kedepan. 5

5

Page 6: Asma Dalam Kehamilan-1

Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi. dan sesak

napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan

pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk

tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan

mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent.5

Wanita hamil dengan eksaserbasi asma akan mengeluh dispnu. batuk yang

produktif atau tidak. atau rasa tertekan di dada. Gejala yang ada bisa bertambah

buruk pada malam hari dan didahului sebelumnya rinitis alergi atau penyakit yang

disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisis biasanya frekuensi pernapasan pasien

biasanya meningkat, nadi yang cepat dan peningkatan tekanan darah. Pada

auskultasi, suara pernapasan berkurang, terdengar ronki, wheezing, dan waktu

pernapasan memanjang. Sebagai tambahan biasanya pasien menggunakan otot bantu

napas.2

Pada tahun 1993, The National Asthma Education Program ( NAEP ), membagi

dalam tiga kategori atau kelompok yaitu ringan, sedang, dan berat, berdasarkan

eksaserbasi gejala (wheezing. batuk, dispne atau ketiganya). Pembagian ini juga

berdasarkan pada episode perlangsungan asma tiap minggu, fungsi paru-paru,

frekuensi serangan asma pada malam hari, dan gangguan terhadap aktivitas sehari-

hari. 1,8

Sedangkan menurut berat ringannya gejala, asma dapat dibagi menjadi empat

tahap yaitu: 5

6

Page 7: Asma Dalam Kehamilan-1

1. Asma intermitten

Gejala intermitten (kurang dari sekali seminggu), serangan singkat (beberapa jam

sampai beberapa hari), gejala asma pada malam hari kurang dari 2 kali sebulan,

diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan

KVP1 > 80% dari hasil prediksi, vanabilitas <20%

2. Asma persisten ringan

Gejala lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari 1 kali per hari, serangan

mengganggu aktifitas dan tidur, serangan asma pada malam hari lebih dari 2

kali /bulan, nilai APE atau KVP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%

3. Asma persisten sedang

Gejala setiap hari, serangan mengganggu aktifltas dan tidur, serangan asma pada

malam hari lebih dari 1 kali seminggu, nilai APE atau KVP, antara 60-80% nilai

prediksi, variabilitas >30%

4. Asma persisten berat

Gejala terus menerus. sering mendapat serangan, gejala asma malam sering,

aktifitas fisik terbatas karena gejala asma, nilai APE atau KVP1 60% nilai

prediksi, variabilitas > 30%.

DIAGNOSIS

Diagnosis asma tergantung pada informasi yang didapatkan dari beberapa

sumber lain dari anamnesis pasien asma, pemeriksaan fisis, tes laboratorium, dan tes

fungsi paru. Walaupun tidak ada tes laboratorium yang dapat memastikan diagnosis,

7

Page 8: Asma Dalam Kehamilan-1

tes fungsi paru penting mengetahui reversibilitas penyakit, progresifitasnya dan

sebagai petunjuk pelaksanaan.1

Pada riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa

berat di dada. Tetapi kadang- kadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang

umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani. Adanya penyakit

alergi yang lain nada pasien maupun keluarganya, dapat membantu diagnosis. Yang

perlu diketahui adalah faktor-faktor pencetus terjadinya asma. 5

EFEK KEHAMILAN PADA ASMA

Walaupun keadaan hiperresponsif bronkus berkurang selama kehamilan,

penelitian terhadap perubahan beratnya asma selama kehamilan menunjukkan hasil

yang jauh berbeda. Gejala asma bervariasi berdasarkan beratnya penyakit selama

kehamilan. Dilaporkan sekitar 1/3 wanita dengan gejala asma yang memberat dari

sebelum hamil, 1/3 mengalami perbaikan atau dengan gejala minimal, dan 1/3

lainnya mengatakan gejala asma tidak berubah selama kehamilan.9,10

Pasien asma memasuki kehamilan dengan masalah napas dan fungsi paru

yang terbatas. Pada semua wanita hamil terjadi perubahan kapasitas dan fungsi paru,

dan tekanan pada dinding toraks yang disebabkan oleh ekspansi dari uterus.

Faktor yang berperan terhadap variasi berat ringannya asma pada kehamilan

adalah meliputi peningkatan kadar kortisol bebas dalam darah, penurunan tonus

bronco motor, dan peningkatan konsentrasi cAMP (cyclic adcnosin monophosphate)

serum. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat memperbaiki keadaan asma,

8

Page 9: Asma Dalam Kehamilan-1

tetapi pada kehamilan dimana faktor-faktor lainnya meningkat seperti paparan

terhadap antigen fetus dan perubahan imunitas yang diperantarai cell--mediated

immunity. dapat memperburuk gejala asma. Asma dapat terjadi akibat komplikasi

sinusitis dan rinitis yang terjadi pada sekitar 35% wanita hamil, tetapi dilatasi

pembuluh darah dan edema mukosa saluran pernapasan bagian atas (rinitis vasomotor

pada kehamilan) tidak mempengaruhi saluran napas bagian bawah.9

Perubahan fisiologis saluran pernapasan selama kehamilan dapat

mempengaruhi keadaan asma. Perubahan kadar gas darah akibat asma akut dapat

menyebabkan alkalosis respirarori fisiologis pada kehamilan, sehingga kadar PCO:2

yang normal atau meningkat akibat asma akut menunjukkan efek yang lebih

membahayakan saluran pernapasan pada keadaan hamil dibanding keadaan tidak

hamil.9

Dispnu pada kehamilan harus dibedakan dengan dispnu akibat asma. Dan

tentu saja, penderita asma selama kehamilan akan mengalami dispnu yang lebih berat

selama kehamilan, yang dapat mengakibatkan hipoksia berat pada ibu dan janin.9

Merupakan hal yang sulit untuk memprediksi wanita mana yang penyakit

asmanya memburuk selama hamil, namun ada beberapa hal yang dapat digunakan

untuk memprediksi keadaan ini, antara lain beratnya keluhan asma sebelum hamil,

tidak ditemukannya penurunan konsentrasi IgE selama kehamilan. Pada sebagian

besar wanita, keluhan asma biasanya menyerupai pada keadaan sebelum hamil, tetapi

pada beberapa kasus dapat menjadi lebih buruk dibanding sebelum hamil.

9

Page 10: Asma Dalam Kehamilan-1

EFEK ASMA PADA KEHAMILAN

Pengeluaran janin merupakan saat penting yang membutuhkan oksigenasi

segera dan hal ini bergantung pada suplai oksigen dan arteri ibu, venous return,

cardiac output, dan arkulasi uteroplasenter. Mekanisme kompensasi bagi janin untuk

melawan kondisi kekurangan oksigen adalah mempertahankan kadar Hb 16g/dL dan

PO2 22 mmHg.9

Asma yang tidak terkontrol baik atau asma yang berat dapat mengancam janin

oleh karena mengakibatkan hipoksia yang berat pada ibu dan penurunan sirkulasi

darah ke uterus. 9 Kelompok wanita ini mempunyai risiko tinggi melahirkan bayi

berat Janin rendah (BBLR) dan bayi prematur, hipoksia neonatal, komplikasi selama

persalinan, dengan tingkat mortalitas perinatal dan maternal yang tinggi pula. Yang

termasuk dalam kelompok ini antara lain hiperemesis gravidarum. perdarahan

maternal, dan preeklampsia.1,9,10,11

Oleh karena akibat yang ditimbulkan asma selama kehamilan, maka dianggap

yang disertai asma adalah kehamilan risiko tinggi. Namun bayi yang lahir dan dari

wanita yang menderita asma (misalnya dari wanita dengan asma yang terkontrol)

menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hal berat bayi, nilai apgar, dan tingkat

kelainan kongenital, dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita asma. 9

PENANGANAN

Penanganan asma pada kehamilan harus dilakukan secara cepat, dengan tujuan

menghilangkan gejala dan menjaga fungsi normal paru. Prinsip penanganan penderita

10

Page 11: Asma Dalam Kehamilan-1

inpartu disertai asma sama dengan penanganan asma pada penderita yang tidak

harmil. Beberapa aspek penting dalam penanganan asma meliputi pencegahan.

monitoring fungsi paru, dan terapi farmakologi.1,9

Pencegahan dan tes fungsi paru

Pencegahan yang dianjurkan meliputi menghindari rangsangan potensial atau

faktor pencetus, imunoterapi yang teratur sebelum kehamilan, dan memperoleh

vaksin influenza. Tes fungsi paru khususnya VEP1 ( Volume Ekspirasi Paksa detik

pertama), merupakan tes terbaik untuk menilai beratnya penyakit. APE ( Arus

Puncak Ekspirasi ) berkaitan dengan VEP1 dan indikator ini mudah diukur dengan

spirometer. Pada penderita asma berat yang inpartu dianjurkan untuk memeriksa APE

dua kali sehari di rumah. Hal ini membantu penanganan dengan membandingkan

nilai balas sebelum menggunakan β agonis dan untuk mendeteksi secara jelas

perubahan kearah kekambuhan asma.1

Penilaian untuk janin berupa:1,2

1. Ultrasonografi : untuk mengetahui pertumbuhan janin lebih dini

2. Monitoring jantung janin

3. Non Stress Test : digunakan untuk meyakinkan bahwa janin dalam keadaan baik

4. Kartu gerak janin harian: memonitor gerakan janin. dengan mencatat setiap

gerakan janin

11

Page 12: Asma Dalam Kehamilan-1

Perawatan darurat

Pasien yang hamil dengan eksaserbasi berat penyakit asma membutuhkan

perhatian karena kegawatan janin akibat hipoksia ibu. Lakukan ABC, dan tempatkan

pasien dengan monitor jantung dan oximetry pulse. Lakukan intubasi bila ada indikasi

untuk mencegah hipoksia pada fetus. Intubasi dan ventilasi mekanik dilakukan pada

pasien yang hampir atau telah mengalami gagal napas atau pada penderita yang tidak

mempunyai respon terhadap pengobatan dan bemanifestasi terjadinya gagal napas

dan asidosis.3

Penanganan asma pada wanita hamil termasuk pemberian oksigen untuk

mempertahankan kadar PaO2 > 60 mmHg, atau saturasi oksigen sebesar 95%.

Ketidakmampuan mempertahankan PaO2 > 60 mmHg merupakan indikasi untuk

melakukan intubasi, dan kemungkinan persalinan darurat jika bayi belum aterm. Pada

semua pasien dengan gejala yang jelas, pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan

oximetry pulse harus dilakukan. Pada pasien dengan gejala yang nyata dan dengan

kehamilan yang viabel, dianjurkan melakukan fetal monitoring (untuk pemantauan

denyut hitung janin secara berkelanjutan). Adanya gambaran denyut jantung

abnormal >160 x/menit atau <120 x/ menit), membutuhkan konsultasi obstetri

secepatnya.2

Persalinan biasanya dapat berlangsung spontan akan tetapi bila penderita

masih dalam serangan dapat diberi tindakan ekstraksi vakum atau forceps. Tindakan

seksiosesarea atas indikasi asma jarang dilakukan. Penderita asma yang melahirkan

secara seksiosesarea lebih berisiko mengalami komplikasi post partum dibandingkan

12

Page 13: Asma Dalam Kehamilan-1

dengan penderita asma yang melahirkan pervaginam. 1,7

Obat- Obat Umum

Semua obat anti asma dapat digunakan secara luas, termasuk steroid sistemik.

aman buat kehamilan dan menyusui. Terapi yang kurang merupakan masalah utama

dalam penanganan wanita hamil dengan asma. Bahan inhalasi merupakan terapi

utama untuk pengobatan asma. β-agonis menyebabkan relaksasi otot pernapasan.

Anti inflamasi inhalasi dapat mengurangi pelepasan mediator radang yang diyakini

sebagai penyebab sekresi dan bronkospasme.3

Terapi standar konservatif yaitu β-adrenergik agonis direkomendasikan untuk

asma ringan. adrenergik β-agonis inhalasi atau oral ditambah dengan anti inflamasi

inhalasi disarankan untuk asma sedang, dan β-agonis dan kortikosteroid oral

direkomendasikan untuk asma yang berat. Saat ini kortikosteroid inhalasi meningkat

penggunaannya untuk asma yang ringan dan sedang.3

Kategori Obat 3

A. Bronkodilator

Kerja cepat dan sangat efektif, meningkatkan diameter jalan napas dan

merelaksasikan otot polos jalan napas. β 2 reseptor agonis lebih luas penggunaannya

dan mempunyai efek sistemik yang kurang. Efektifitas sesudah inhalasi atau oral

mempunyai masa kerja obat yang lebih lama. Albuterol, terbutaline, metaproterenol,

dan bitolterol digunakan sebagai patokan dosis inhalasi. Salmetrol, juga β 2

adrenoreseptor agonis, mempunyai masa kerja yang panjang ( sekurang - kurangnya

13

Page 14: Asma Dalam Kehamilan-1

12 jam ). Jadi efektif untuk pengobatan asma nokturnal.

1. Nama obat: Albuterol ( Proventil, Ventolin ), kategori C

Β-agonis untuk bronkospasme seperti epinefrin. Merelaksasikan otot polos

bronkus melalui aksi β2 reseptor dengan efek minimal pada kontraksi otot

jantung.

Dosis : 2-3 puffs setiap 4-6 jam (90mcg/ inhalasi); tidak melebihi 12 inhalasi/hari

2. Nama obat: Salmeterol ( Serevent ), kategori C

Merelaksasikan otot polos bronkiolus pada kondisi yang berhubungan

dengan bronkitis, emfisema, asma, atau bronkiektasis. Efeknya dapat juga

difasilitasi dengan ekspektoran.

Dosis : 2 puffs ( 42 mcg ) dua kali/hari

B. Antikolinergik

Nama obat: Ipatropium ( Atrovent ) kategori B

Secara kimiawi sama dengan atropin. Mempunyai efek anti sekresi dan bekerja

lokal. Menghambat sekresi glandula sereus dan seromukus pada mukosa hidung.

Dosis : 2-3 puffs tiap 4-6 jam ( 1 8 mcg/Inhalasi)

14

Page 15: Asma Dalam Kehamilan-1

C. Methylxanthine

Manfaat Theophyllin sebagai anti asma berkurang sejak adrenoreseptor agonis

dan obat anti inflamasi digunakan. Theophyllin mempunyai batas terapeutik yang

sempit.

Nama obat: Teophyllin ( Theo - Dur, Aminophylline ), kategon C

Menghasilkan katekolamin eksogen dan menstimulasi pelepasan katekolamin

endogen dan relaksasi muskulus diafragma, serta menyebabkan bronkodilatasi.

Dosis : 600-900 mg/ hr dalam dua atau tiga kali/hari

D. Kortikosteroid

Meliputi kortikosteroid oral (prednison), kortikosteroid inhalasi ( beclamethasone,

flunisolide, triamcinolone), cromolyn dan nedocromil. Penelitian menunjukkan

efek yang stabil dengan penggunaan kortikosteroid. Penggunaan aerosol lebih

efektif untuk mengurangi efek sistemik pada terapi kortikosteroid. Penggunaan

yang lama akan mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi paru pada pasien

dengan asma ringan. Jika bronkodilator inhalasi tidak berhasil, maka

kortikosteroid iragulasi dapat dimulai.

1. Nama obat: Prednison ( Deltason ), kategori B

Immunosupresan untuk terapi pada gangguan autoimun dapat mengurangi

inflamasi dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengurangi

aktivitas PMN.

Dosis : 5-60 mg/hr per oral dalam dua atau tiga kali/'hari.

15

Page 16: Asma Dalam Kehamilan-1

2. Nama obat: Beclomethasone ( Beclovent, Beconase, Vancenase). kategori C

Menghambat bronkokonstriksi, menyebabkan relaksasi otot polos,

mungkin dapat mengurangi jumlah dan aktivitas sel inflamasi dan

mengurangi hiperresponsif jalan napas.

Dosis : 2-5 puffs dalam empat kali/hari (42 mcg/puffs)

3. Cromolyn (Intal), kategori B

Menghambat degranulasi pada sensitasi sel mast

Dosis : 1-4 puffs dalam empat kali/hari (0,8 mcg/spray)

Perawatan lanjut di rumah sakit

Kriteria rawat rumah sakit :3

1. Respon tidak adekuat terhadap terapi

2. PO2 kurang dari 70 mmHg, adanya tanda gawat janin (penurunan gerakan,

kardiotokodinamometri abnormal, kontraksi uterus)

3. Penggunaan pengobatan multipel (membutuhkan tiga atau lebih pengobatan

secara bersamaan)

4. Penderita dengan riwayat asma berat yang memerlukan intubasi atau

perawatan ICU dan kondisi transportasi yang kurang baik dan tempat tinggal

ke rumah sakit.

Kriteria rawat ICU :3

1. Kesadaran menurun

2. Terdapatnya aliran udara pernapasan yang kurang

16

Page 17: Asma Dalam Kehamilan-1

3. Terdapat tanda-tanda kelemahan, keadaan bertambah buruk atau

memerlukan ventilasi mekanik

4. APE/VEP1, kurang dari 25% nilai prediksi atau PCO2 lebih dari 35 mmHg.

Perawatan lanjut di luar rumah sakit3

1. Kriteria untuk perawatan di rumah:

Gejala dan pemeriksaan fisik mengalami perbaikan

Pasien dapat berjalan tanpa gangguan

APE/VEP1 lebih dari 70%

Tidak ada gangguan pada janin

2. Disarankan untuk follow - up 2-4 hari dengan berkunjung ke RS

3. Berkunjung ke spesialis asma

PROGNOSIS

Pada suatu penelitian asma dan kehamilan, sebagian pasien tidak

mengalami perubahan, dimana terdapat keadaan menjadi buruk atau mengalami

perbaikan dari keadaan sebelumnya.

Wanita dengan penyakit ringan tidak mempunyai masalah

Pasien dengan asma berat mempunyai risiko menjadi buruk

Adanya bukti yang tidak tetap pada wanita dengan asma, dimana terjadi

peningkatan insiden:

Kehamilan yang menginduksi hipertensi

17

Page 18: Asma Dalam Kehamilan-1

Bayi kecil dan preterm (kejadian ini dapat diperkecil dan dikurangi dengan

kontrol asma yang baik)

Partus preterm.

RINGKASAN

Asma merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan inflamasi pada jalan

napas, obstruksi saluran pernapasan yang reversibel dan respon berlebihan dari

jalan napas, yang dapat sembuh sebagian atau total, spontan atau dengan terapi.

Diagnosis asma tergantung pada informasi yang didapatkan dari beberapa sumber

antara lain dari anamnesis pasien asma, pemeriksaan fisis, tes laboratorium, dan

tes fungsi paru.

Gejala asma selama kehamilan yaitu sekitar 1/3 wanita dengan gejala asma yang

memberat dari sebelum hamil, 1/3 mengalami perbaikan atau dengan gejala

minimal, dan 1/3 lainnya mengatakan gejala asma tidak berubah selama

kehamilan. Penderita asma selama kehamilan akan mengalami dispnu yang lebih

berat selama kehamilan, yang dapat mengakibatkan hipoksia berat pada ibu dan

janin.

Wanita yang menderita asma yang berat mempunyai risiko tinggi melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR) dan bayi prematur. hipoksia neonatal, komplikasi

selama persalinan, dengan tingkat mortalltas perinatal dan maternal yang tinggi

pula.

Prinsip penanganan penderita inpartu disertai asma sama dengan penanganan

asma pada penderita yang tidak hamil. Beberapa aspek penting dalam penanganan

18

Page 19: Asma Dalam Kehamilan-1

asma meliputi pencegahan, monitoring fungsi paru, dan terapi farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Krohner RG. Asthma and Pregency. Available from: http://www..ramanathaus.com/ASTHMA %20 AND PREGENCY.htm. Accessed on: 15/12/2006

2. Halls G, Crump T. Medical disorder in the pregrant patient. Available from http://www.thrombosis.consult.com . Accessed on: 15/12/2006

3. Kazzi AA. Pregrency, asthma. Available from http://www.emedicine.com/linkus.htm. Accessed on: 15/12/2006

4. Elkayam U. Pulmonary disease, In: Gleicher N,Gall SA, Sibai BM, Elkayam U, Galbarth RM, Sarto GE, Eds. Principales and Practice of medical therapy in pregnancy. 2 nd. California Appleton & Lange; 1992, p 733-56

5. Sundaru H, Asma Bronkial. Dalam: Suyono S, Waspadji S, Lesmana L,Alwi I Setiani S, Sundaru H, Djojoningrat D, Suhardjono, Sudoyo AW, Bahar A, Mudjadid E. Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit UI; 2001. hal. 21-32.

6. Carroll P. Asthma and Pregnancy. Available from http://www.rtmagizine .com/articiles.ASP?. Accessed on: 15/12/2006

7. Yunizaf. Penyakit saluran napas. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Eds. Ilmu kebidanan edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. Hall.488-93

8. DombrowskI MP. Asthma in Pregnancy. In: Ransom SB, DombrowskiMP, McNeeley SG, Moghissi KS, Munkarah AR. Eds. Practical strategies in obstetrics and gynecology. Philadelphia: W.B. Saunders Company; p. 369-79.

9. Frezzo T,McMahon CL, Pergament e. Asthma and pregnancy. 2002; 9 Available from http://www.fetal-exposure.org/ASTHMA. Accessed on: 15/12/2006

10. Canadian medical asociatiton. Asthma in pregnancy. 1999; 161 (90111) Available from http://www.cmaj.ca/cgi/content/ full/ 161/ 11-suppl-s51. Accessed on: 15/12/2006

11. The lung asociation. Asthma and pregnancy. Available from http://www.lung.ca/asthma/pregnancy. Accesed on: 15/12/2006

19