askep klg.docx

20
 LAPORAN PENDAHULUAN A. Lata r Belakang Seir ing dengan keberhasi lan Pemeri nt ah da lam Pembangunan Na si onal, tel ah mewuju dka n hasil ya ng positif di ber bag ai bid ang, yai tu ada nya kemajuan eko nomi,  perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata !0 tahun dan diperkirakan pada tahun "0"5 akan mencapai #," milyar. $i  Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah #000 orang  per hari pada tahun #%&5 dan diperkirakan 50' dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah (aby (oom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun #%&0 di )ndonesia jumlah  penduduk #*+, juta. $ari angka tersebut ter dapat #!, juta orang -##' orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5, juta orang -*,' berusia !0 tahun ke atas. $ari !, juta orang terda pat &"",&# -",0!' orang yang terg ol ong jompo, ya itu para lanj ut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undangundang bahkan mereka harus dipelihara oleh  Negara. Secara indi/idu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. al ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Sur/ei rumah tangga tahun #%&0 angka kesakitan pendud uk usia lebih dari 55 tahun , sebesar "5,+0' dihara pkan  pada tahun "000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi #",0' -$epkes 1), Pedoman Pembinaan 2esehatan 3anjut usia bagi Petugas 2esehatan ), #%%" Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan fisi olo gisn ya . Semua per uba han ini sang at mempengar uhi rent ang ger ak, ger ak seca ra keseluruhan, dan cara berjalan. 2e ku atan mu skul ar mu lai me rosot pa da us ia seki ta r *0 ta hu n, de ngan suat u kemunduran yang dipercepat setelah usia !0 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendisendi yang menahan berat dan

Transcript of askep klg.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSeiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara keseluruhan, dan cara berjalan. Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid.Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien (lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga. Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan. Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Tn. T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut.

B. Pembahasan masalahAsuhan keperawatan keluarga pada Tn. T diprioritaskan pada diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik).

C. Tujuana) Tujuan UmumKeluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga.b) Tujuan khusus1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga Tn. T kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan kesehatan5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. T

D. Manfaata) Mahasiswa1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

b) Keluarga Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.

KONSEP DASAR

1. Pengertian LansiaMengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :- Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun- Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74- Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90- Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 902. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia- Perubahan sel- Sistem pernafasan- Sistem pendengaran- Sistem penglihatan- Sistem kardiovaskuler- Sistem pengaturan temperature tubuh- Sistem respirasi - Sistem gastrointestinal- Sistem genitourinaria- Sistem endokrin- Sistem kulit - Sistem musculoskeletal- Perubahan-perubahan mental- Perubahan-perubahan psokososial- Peningkatan spiritual3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoida. PatofisiologiAtritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare, 2007).

b. Manifestasi Klinispada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang,4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-nodula mungkin terjadi.

c. PenalaksanaanPenanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.

ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIAA. Pengkajian1. Data Umuma. Identitas Keluarga Identitas Kepala KeluargaNama: Tn. TJenis Kelamin: Laki LakiSuku : JawaUmur: 67 TahunAgama: IslamPendidikan: SDPekerjaan : PetaniTelp: 085740032156Alamat: RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng

b. Komposisi KeluargaNoNamaJenis kelaminHub. Dg keluargaUmurPendidikanPekerjaan

1Tn. TLKK67 thSDPensiunan

2Tn. MLMenantu30 thSMABuruh Pabrik

3Ny. SPAnak25 thSMPIRT

4An. ALCucu5 thTKPelajar

c. GenogramKeterangan :: Laki-laki : Perempuan: Sakit: meninggal: Tinggal serumahd. Tipe Keluargakeluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta cucu ( The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas bermain yang dilakukan cucu beserta teman-temannya.e. Suku BangsaTn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang-orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.f. AgamaSemua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.g. Status Sosial Ekonomi Keluargapenghasilan keluarga Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000. Sedangkan Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. T memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain lain seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.h. Aktivitas Rekreasi KeluargaKegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat. 2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansiaTahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada masa pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun. Menantu Tn. T bekerja sebagai buruh pabrik.b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhiTidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.c. Riwayat kesehatan keluarga inti- Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.- Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.- Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak memiliki masalah kesehatan- Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatand. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnyaTn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S (anak dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari pihak Tn. M saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada konflik dengan keluarga.3. Data Lingkungana. Karakteristik RumahRumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang 10 meter dan lebar 7 meter. Di rumah tersebut terdapat :- Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2 kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).- Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu yang banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut digunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai).- Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan- Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV.- Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur. Ventilasi masih terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masingmasing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt. Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin kemarau warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank dengan sumur 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan. Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di pindah dan di bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. T menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan limbah keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.Gambar Denah Rumah :

b. Karakteristik Tetangga dan KomunitasRumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah petani. Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa bidan desa. Di dekat rumah Tn. T 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas beragama islam serya memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap malam jumat, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.c. Mobilitas Geografis KeluargaKeluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya (sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar tempat tinggalnya (masih satu desa). d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul di rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn. T dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian. e. Sistem Pendukung KeluargaTn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke Bidan, dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah.

4. Struktur Keluargaa. Pola Komunikasi Keluargakeluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga. b. Struktur Kekuatan KeluargaDalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn. T, apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa. c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )- Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.- Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak. - Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.- An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena masih kecil.d. Nilai Dan Norma Keluarga Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.5. Fungsi Keluargaa. Fungsi AfektifKeluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu.b. Fungsi SosialisasiTn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn. T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat sekitar. c. Fungsi Perawatan Kesehatan- Kemampuan mengenal masalah kesehatanKeluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn. - Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatanKeluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan beristirahat saja. - Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakitJika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat. - Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehatKeluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu, mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di lubang pembakaran setiap dua hari sekali.- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempatKeluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.d. Fungsi ReproduksiTn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak selanjutnya.e. Fungsi Ekonomi Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola olehnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya di sungai dekat rumah

6. Stres Dan koping Keluargaa. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang- Stresor jangka pendekKeluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal dunia karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga sudah mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat diatasi.- Stresor jangka panjangKeluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka panjang ( > 6 bulan ). b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/StressorPemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu dan memiliki fisik yang kuat.c. Strategi Adaptasi DisfungsionalDalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.7. Pemeriksaan Fisika. Tn TTekanan Darah : 130/100 mmHgBerat Badan: 57 kgTinggi Badan: 160 cmNadi: 80 x/mntRR: 20x/mntTermometer: 36,5 CKekuatan otot: 55 43Skala nyeri : 6b. Tn ATekanan Darah : 120/80 mmHgBerat Badan: 59 kgTinggi Badan: 163 cmNadi: 80 x/mntRR: 20x/mntTermometer: 36,3 CKeadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainanc. Ny. STekanan Darah : 120/80 mmHgBerat Badan: 52 kgTinggi Badan: 155 cmNadi: 80 x/mntRR: 20x/mntTermometer: 36,5 CKeadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainand. An. ATekanan Darah : 110/80 mmHgBerat Badan: 25 kgTinggi Badan: 65 cmNadi: 80 x/mntRR: 20x/mntTermometer: 36,5 CKeadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan8. Harapan KeluargaKeluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga1. Analisa Dan Sintesa DataNoData PenunjangMasalah Etiologi

1.

DS :- Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan.- Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya

DO : - Tn. T berumur 67 tahun- TD 130/100 mmHg- Kekuatan otot 5 5 4 3- Skala nyeri 6- Lantai tanah yang berada di dapur tampak licin dan lembab

Resiko Jatuh

Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.

DS :- Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn. - Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat- Tn. T mengatakan tidak ada pantangan makanan

DO :- Keluarga tidak bisa menjawab pertanyaan tentang pengertian penyakit, pencegahan, perawatan dan pengobatannya- Tn. T bertanya apa saja makanan yang harus dihindari agar tidak sakit, Tn. T tampak bingungKurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

DS :- Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan.- Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya

DO: - Skala nyeri sedang (6)- Klien tampak perlahan-lahan saat berjalan karena menahan nyeri.- Klien tampak lambat dalam berjalan.- Tingkat funsional klien 0, namun kadang-kadang 1Hambatan mobilitas fisikNyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi (AR).

DS :- Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan.- Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannyaDO: - skala nyeri sedang (6)- Klien tampak perlahan-lahan saat berjalan karena menahan nyeriNyeriAgen cedera fisik ( rematik)

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan KeluargaNoDiagnosa Keperawatan

1Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.

2Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

3Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.

4Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalaha. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.KRITERIASKOREPEMBENARAN

Sifat masalah(bobot 1)Skala :3 : Aktual2 : Resiko1 : Sejahtera2/3 x 1 = 2/3Tn. T dan keluarga mengetahui bahwa Tn. T memiliki penyakit linu pada kakinya dan pernah hampir jatuh.

Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2)Skala :2 : Mudah1 : Sebagian0 : Tidak dapat1/2 x 2 = 1Keluarga mengatakan Tn. T sering tidak mau diajak ke tempat pelayanan kesehatan, kecuali benar-benar parah. Tn. T merasa masih dapat beraktivitas sehingga sering tidak mau dibantu dalam beraktivitas.

Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1)3 : Tinggi2 : Cukup1 : Rendah3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika Tn. T tidak banyak melakukan aktivitas dan banyak beristirahat maka penyakit Tn. T dapat terminimalisir.

Menonjolnya masalah (bobot 1)2 : Berat, segera ditangani1 : Tidak perlu segera ditangani0 : tidak dirasakan0/2 x 1 = 0Keluarga mengatakan hanya satu kali Tn. T pernah hampir jatuh dan Tn. T sudah bisa mengimbangkan tubuhnya untuk berjalan walaupun lambat.

Total2 2/3

b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatanKRITERIASKOREPEMBENARAN

Sifat masalah(bobot 1)Skala :3 : Aktual2 : Resiko1 : Sejahtera2/3 x 1 = 2/3- Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan. Ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya

Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2)Skala :2 : Mudah1 : Sebagian0 : Tidak dapat2/2 x 2 = 2Keluarga Tn. T mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan atau Puskesmas terdekat, namun belum ada pertugas yang menjelaskan bagaimana penyakitnya.

Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1)3 : Tinggi2 : Cukup1 : Rendah2/3 x 1 = 2/3Tn. T mengatakan sudah mulai mengurangi aktivitasnya agar penyakitnya tidak bertambah parah, Tn. T belum tahu makanan apa yang harus dihindari.

Menonjolnya masalah (bobot 1)2 : Berat, segera ditangani1 : Tidak perlu segera ditangani0 : tidak dirasakan2/2 x 1 = 1Tn. T mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas geraknya sehingga menyusahkan keluarga yang lain.

Total3 4/3

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.KRITERIASKOREPEMBENARAN

Sifat masalah(bobot 1)Skala :3 : Aktual2 : Resiko1 : Sejahtera3/3 x 1 = 1Tn. T mengatakan Tn. T mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas geraknya sehingga menyusahkan keluarga yang lain.

Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2)Skala :2 : Mudah1 : Sebagian0 : Tidak dapat1/2 x 2 = 1Keluarga Tn. T mengatakan Tn T sudah bisa menyeimbangkan badannya walaupun dengan gerakan yang lambat.

Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1)3 : Tinggi2 : Cukup1 : Rendah2/3 x 1 = 2/3Tn. T mengatakan aktivitasnya terganggu.

Menonjolnya masalah (bobot 1)2 : Berat, segera ditangani1 : Tidak perlu segera ditangani0 : tidak dirasakan2/2 x 1 = 1Tn. T mengatakan capek dengan penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh dan mengganggu geraknya sehingga menyusahkan keluarga.

Total3 2/3

d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)KRITERIASKOREPEMBENARAN

Sifat masalah(bobot 1)Skala :3 : Aktual2 : Resiko1 : Sejahtera3/3 x 1 = 1Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan

Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2)Skala :2 : Mudah1 : Sebagian0 : Tidak dapat1/2 x 2 = 1Tn. T mengatakan nyerinya ketika bangun pagi tidak hilang-hilang, padahal sudah minum obat dari warung. Keluarga mengatakan Tn. T sering tidak mau diajak ke tempat pelayanan kesehatan, kecuali benar-benar parah.

Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1)3 : Tinggi2 : Cukup1 : Rendah3/3 x 1 = 1Tn. T mengatakan sakitnya tidak bertambah parah jika banyak beristirahat.

Menonjolnya masalah (bobot 1)2 : Berat, segera ditangani1 : Tidak perlu segera ditangani0 : tidak dirasakan2/2 x 1 = 1Tn. T mengatakan sakitnya mengganggu aktivitasnya, kadang Tn. T tidak tahan dengan senut-senutnya.

Total4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :NoDiagnosa KeperawatanSkore

1Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik).4

2Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.3 4/3

3Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.3 2/3

4Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit.2 2/3

E. Rencana Asuhan Keperawatan

No DxTujuan Kriteria Intervensi

1Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, Tn. T mengalami penurunan rasa nyeri atau dapat mentolerir rasa nyeri dengan kriteria :1. Klien memahami mekanisme nyeri yang terjadi2. klien mengetahui dan dapat memperagakan teknik distraksi dan relaksasi3. klien tidak banyak mengeluh tentang nyerinyaNon verbalPain management (1400)1. Monitor nyeri : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan dan faktor presipitasi2. Observasi respon non verbal klien saat nyeri terjadi3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien4. Jelaskan mekanisme nyeri yang terjadi pada klien5. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri6. Berikan support sistem untuk mentolerir nyeri7. Libatkan orang terdekat klien (keluarga) untuk pemberian support sistem8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik9. Kontrol faktor-faktor pemicu timbulnya nyeri : pembatasan aktivitas, nutrisi tinggi serat, minum air putih banyak, psikis tidak terganggu10. Identifikasi PQRST sebelum dilakukan pengobatan11. Berikan obat analgetik12. Menganjurkan klien untuk bergerak perlahan pada setiap melakukan aktivitas

2Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga mengetahui tentang penyakit yang diderita keluarganya (AR), dengan kriteria hasil :- Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta penalaksanaan pada penyakit AR.- Keluarga dapat melakukan perawatan dengan mengontrol makanan-makanan yang harus dihindari lansiaVerbal pengetahuanTeaching : Disease Prosess (5602)1. Menilai tingkat pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh anggota keluarga (AR)2. Menjelaskan pengertian penyakit (AR)3. Menjelaskan patofisiologi penyakit (AR)4. Menjelaskan tanda dan gejala yang muncul dari penyakit yang dialami (AR)5. Menjelaskan penalaksanaan atau hal-hal yang harus dihindari6. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab terjadinya penyakit7. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pilihan terapi yang bisa dilakukan

2Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari klien mampu melakukan mobilisasi sesuai kemampuan, klien dan keluarga mampu melakukan perawatan pada lansia yang imobilisasi dengan kriteria :1. Mampu memotivasi diri untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan

Non verbalImmobilization care (0940)1. Diskusikan dengan klien tentang imobilisasi2. Berikan contoh dan demonstrasi mobilisasi yang aman dan dapat dilakukan oleh klien3. Observasi terjadinya nyeri4. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan5. Beri reinforcement atas upaya pemahaman informasi dan usaha mobilisasi yang dilakukan

4Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat mencegah terjadinya jatuh dan aman dalam pergerakannya, dengan kriteria hasil :- Menggunakan alat bantu yang dibutuhkan- Menempatkan barang-barang di tempat yang sesuai agar tidak menggangu lansia- Memperhatikan kondisi lantaiVerbal pengetahuanFall Prevention (6490)1. Mengidentifikasi ketidaktahuan dan kelemahan fisik yang kemungkinan menjadi potensi terjadinya jatuh2. Mengidentifikasi lingkungan sekitar yang dapat menjadi penyebab jatuh3. Memonitor nyeri, kelemahan, keseimbangan tubuh lansia4. Mengajarkan pada pasien bagaimana mencegah terjadinya jatuh 5. Menyarankan keluarga untuk membantu kegiatan pasien apabila diperlukan

DAFTAR PUSTAKABandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Diposkan oleh Rumiyanti Ns di 05.52 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest