Askep Avian Influenza
-
Upload
diyanthi-andita -
Category
Documents
-
view
106 -
download
0
description
Transcript of Askep Avian Influenza
-
PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN
2012
KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Avian Influenza)
W W W . S A K T Y A I R L A N G G A . W O R D P R E S S . C O M
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 2
Definisi Avian influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1
(H=hemaglutinin; N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam) (Depkes; 2006). Avian influenza dapat disebut Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau yang biasa disebut flu burung.Penyakit ini menular dari unggas ke unggas tetapi dapat pula menular ke manusia (zoonosis).Virus ini memiliki inang alami pada burung liar.Flu burung tidak membuat burung liar sakit, tetapi mampu membuat unggas domestik/piaraan seperti ayam dan bebek sakit bahkan mati.Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.Sebagian besar kasus infeksi pada manusia berhubungan dengan adanya riwayat kontak dengan peternakan unggas atau benda yang terkontaminasi (Nataprawira; 2006). World Health Organization (WHO) melaporkan negara-negara yang terjangkit avian influenza adalah Hongkong, Cina, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Sejak pertengahan tahun 2003, peternakan unggas di Indonesia mengalami kejadian luar biasa untuk avian influenza terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Namun kasus avian influenza pada manusia baru didapatkan pada bulan Juli 2005 (WHO; 2006).
Etiologi Avian influenza merupakan infeksi akibat virus influenza tipe A. virus influenza
tipe A merupakan golongan orthomyxoviridae (IDAI; 2005). Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada unggas dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0C. Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas yang sakit virus ini dapat hidup lebih lama tetapi mati pada pemanasan 60C selama 30 menit, 56C selama 3 jam, dan 80C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen dan desinfektan misalnya formalin cair yang mengandung iodine atau alkohol 70%.Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab pandemi.
Patofisiologi
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 3
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes, setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al.2005). Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005).
Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminic acid -2,3-galactose (SA -2,3-Gal), dimana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA -2,6-galactose (SA -2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1.Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).
Manifestasi Klinis
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 4
Kebanyakan pasien H5N1 mempunyai gejala khusus yaitu demam tinggi (temperatur permukaan mencapai lebih dari 38 C).Tidak seperti pasien dengan infeksi influenza A (H7), pasien infeksi H5N1 jarang menunjukkan gejal conjungtivities.Diare, vomiting, sakit perut, sakit pada pleura dan perdarahan pada hidung dan gusi juga beberapa kali dilaporkan terjadi pada pasien dengan infeksi tahap awal.Diare parah (sampai yang keluar berupa air namun tanpa darah) atau perubahan inflamatory sering muncul pada infeksi H5N1 dan bahkan gejala tersebut muncul terlebih dahulu (sekitar 1 minggu) dari pada gejala/manifestasi klinis pada pernapasan.Suatu laporan juga ada yang menyebutkan bahwa ada 2 orang pasien yang menunjukkan gejala enchepalopati dan diare tanpa memperlihatkan gejala gangguan pernapasan yang jelas, (John, dkk; 2005).
Pemeriksaan Diagnostik Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi diagnostik. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan : 1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5. 2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1. 3. Uji Serologi :
Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influensa A / H5N1 sebanyak 4
kali dalam paired serum dengan uji netralisasi. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 1/80.
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Immunofluoresence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal influensa A H5N1.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 5
Uji penapisan : a) rapid test untuk mendeteksi influensa A. b) HI test dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1. c) enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan diagnostik ke arah
kemungkinan flu burung dan menentukan berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni. Selain itu, umumnya terjadi peningkatan dari leukosit akibat infeksi.
2. Pemeriksaan Kimia darah : Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase,
Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal dan peningkatan SGOT dan SGPT sebagai hasil terdapat kerusakan pada fungsi hati. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
3. Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap
tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
4. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post - mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
Penatalaksanaan
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 6
Tiga prinsip penatalaksanaan pasien dengan avian influenza adalah: 1. Implementasi dini dalam mengontrol infeksi untuk meminimalisasi penyebab
nosokomial.
2. Penatalaksanaan secara cepat untuk mencegah semakin beratnya penyakit dan mencegah kematian.
3. Identifikasi dini dan pemantauan terhadap resiko infeksi untuk mempermudah intervensi dini dengan terapi antiviral untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta membatasi penyebaran penyakit.
Medikamentosa yang digunakan sebagai terapi avian influenza adalah obat yang selama ini bermanfaat dan telah dibuktikan berhasil mengatasi virus influenza lainnya dan diekstrapolasikan untuk avian influenza. Obat-obatan antiviral tersebut adalah: oseltamivir, zanamivir, amantadin dan rimantadin. Tetapi dilaporkan bahwa resistensi cepat terjadi pada obat tersebut, kecuali terhadap obat penghambat neuroamidase, yaitu: oseltamivir dan zanamivir.
Saat ini antiviral yang direkomendasikan penggunaannya pada avian influenza adalah oseltamivir. Oseltamivir harus diberikan 48 jam setelah awitan gejala. Menurut American Academy of Pediatrics, oseltamivir dapat diberikan pada anak dengan usia1 tahun ke atas dan tidak direkomendasikan untuk anak yang berumur kurang dari 1 tahun. Dosis untuk terapi oseltamivir adalah: 2mg/kgBB/kali, diberikan dua kali sehari selama 5 hari. Sedangkan untuk profilaksis diberikan pada anak dengan usia 12 tahun ke atas, diberikan sekali sehari selama 7 hari. Alternatif dosis lain yang dapat juga digunakan menurut WHO adalah:
Anak dengan BB 15 kg : 2x30mg/hari
Anak dengan BB 15-23 kg : 2x45mg/hari
Anak dengan BB 23-40 kg : 2x60mg/hari
Anak dengan BB 40 kg : 2x75mg/hari Oseltamivir tersedia dengan merek dagang Tamiflu.Walaupun oseltamivir dan
zanamivir dinyatakan berkhasiat untuk mengobati avian influenza tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektifitasnya.
Pada tahun 2005 de Jong MD dkk, melaporkan 2 kasus resistensi terhadap oseltamivir meskipun resistensi pada oseltamivir jarang terjadi, tetapi resistansi telah di deteksi pada 18% anak yang mendapat terapi oseltamivir. Resistensi pada oseltamivir lebih sering terjadi pada anak di bandingkan orang dewasa.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 7
Selain pemberian terapi antiviral, pasien dengan infeksi avian influenza juga diberi terapi berupa anti biotik.
Komplikasi Influenza sering dianggap remeh beresiko menimbulkan komplikasi dengan
penyakit lain pada kelompok tertentu. Ada beberapa kelompok yang beresiko mengalami komplikasi dengan penyakit lain bila terserang influenza yaitu usia lanjut, anak-anak, penderita penyakit kronik, dan wanita hamil. Influenza merupakan penyakit yang sering di jumpai namun ada juga yang bisa sembuh sendiri.
Avian influenza dapat mengakibatkan munculnya penyakit lain selama terjangkitnya penyakit ini. Antara lain :
1. Pneumonia: 1viral; 2bacterial 3 mixed 2. Myocarditis dan pericarditis 3. Meningitis/encephalitis 4. Reyes syndrome 5. Myositis Influenza pada kelompok tertentu dapat menimbulkan komplikasi. Influenza
menimbulkan dampak ekonomi dan menurunkan produktivitas, serta sering menyerang petugas kesehatan. WHO memperkirakan sedikitnya 3,5 juta orang di dunia terjangkit virus influenza setiap tahun yang menyebabkan 250.000-500.000 orang di antaranya meningggal dunia.
Sementara itu, prof.cissy R.S Prawira Kartasasmita, ketua influenza foundation, menjelaskan ada tiga jenis influenza, yaitu sepanjang tahun (H3N2 dan H1N1),avian influenza (H7N7 dan H5N1) dan pandemic influenza (H1N1, H2N2 dan H3N2). Gejala pada influenza dapat berupa demam,pilek,batuk,sakit tenggorokan,sakit kepala, muntah pada anak, suhu badan hingga 41 derajat celcius. Virus tersebut mudah menular melalui udara, dengan masa inkubasi 1-3 hari dan masa menular selama 8 hari. Cara pencegahan influenza padaanak dan orang dewasa adalah vaksinasi.
Prognosis
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 8
Peluang sembuh dari penyakit flu burung sangat bervariasi. Sejarah menunjukkan bahwa prognosis awal flu burung baik, tetapi pertahanan untuk mematikan flu burung bermutasi dengan cepat dan sering dapat memiliki tingkat kematian yang tinggi yaitu 90%.
Berdasarkan pembahasan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien penyakit flu burung dapat disimpulkan bahwa ( Yuciana W.2009) :
a. Kesembuhan pasien penyakit flu burung dipengaruhi oleh epidemiologi dan kasus b. Peluang seorang pasien flu burung yang termasuk kasus suspek untuk sembuh
lebih besar daripada meninggal, sedangkan seseorang yang termasuk kasus konfirmasi peluangnya untuk sembuh lebih kecil daripada meninggal
c. Risiko seseorang yang termasuk kasus suspek untuk dapat sembuh lebih besar daripada seseorang yang termasuk kasus konfirmasi
d. Risiko seseorang yang ada kontak dengan unggas untuk dapat sembuh lebih kecil daripada seseorang yang tidak ada kontak
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 9
Defisit
Peerawatan Diri
Intoleransi Aktifitas
Nyeri Otot
Syaraf
CAIRAN
CEREBROSPINALIS
Melena
Perdarahan
Menembus
Usus proksimal
Vomiting
Terjadi Iritasi
DARAH
Menembus
Dinding Lambung
Gangguan
Pertukaran Gas
Respon Imun & peradangan
Kolonisasi dalam
Alveoli
Malnutrisi Nafsu Makan
Menurun
Kelelahan Resiko
Penularan
Refleks Batuk
Bersihan
Jalan Nafas
Mucus Meningkat
Stimulasi
Sel Mucus
S. PERNAFASAN
Kekurangan
Vol. Cairan
hypertermia
Suhu Tubuh
Meningkat
Granulasi
Chemorection
INFLAMASI
VIRION
MATERI GENETIK
DIDALAM INTI SEL HOSPES
SITOPLASMA
SPIKES VIRION
SEL HOSPES
VIRUS
2.1 WOC
Perbedaan Avian Influenza dengan SARS dan Swine Flu
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 10
Indikator Perbedaan
SARS Swine Influenza Avian Influenza
Jenis virus Virus Corona Virus H1N1 Virus H5N1
Media penularan Kontak langsung dengan penderita SARS
Babi Unggas
Masa inkubasi 2 8 hari 1 5 hari 1 3 hari
Manifestasi klinis Sistem respiratorik,
sistem pencernaan,
sistem kardiovaskuler, sistem saraf, hati,
darah
Deman, batuk, nyeri tenggorokan,
sakit kepala, lemah,
letih, diare, muntah
Sistem respiratorik
ringan sampai berat dan sistem pencernaan biasanya diare
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 11
PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien (meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam : Ya Tidak - Sesak napas : Ya Tidak - Batuk : Ya Tidak - Pilek : Ya Tidak - Sakit tenggorokan : Ya Tidak - Diare : Ya Tidak
3. Riwayat kesehatan masa lalu - Riwayat pernah sakit paru : Ada Tidak - Riwayat sakit lain : Ada Tidak
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat sakit turunan : Ada Tidak - Riwayat sakit yang sama dengan pasien : Ada Tidak - Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada Tidak - Genogram
5. Riwayat perjalanan Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah : Ya Tidak atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung - Mengkonsumsi unggas sakit : Ya Tidak - Kontak dengan unggas / orang yang :YaTidak
6. Kondisi lingkungan rumah - Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya Tidak - Memelihara unggas : Ya Tidak
7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas) - Waktu bekerja : - Jenis pekerjaan : - Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 12
sesudah melakukan kegiatan) 8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi - Tingkat kesadaran : CM Somnolent Apatis Sopor - Glasgow Coma Scale (GCS): Eye :.. Motorik :.. Verbal :.
b. Status respirasi - Jalan Napas
Bersih Ada Sumbatan - Pernapasan
Sesak Tidak Sesak - Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit - Irama Napas
Teratur Tidak Teratur - Jenis Pernapasan
Spontan Kusmaul Cheynestokes - Batuk
Ya Tidak - Sputum
Ya Tidak Warna - Konsistensi
Kental Encer
- Suara Napas
Vesikuler Ronki Wheezing Rales
- Palpasi Dada : .................. - Perkusi Dada : ................. - Nyeri saat bernapas Ya Tidak - Menggunakan alat bantu pernapasan Ya Tidak
c. Status kardiovaskuler - Nadi : ..x/menit Irama : Teratur Tidak teratur
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 13
Denyut : Teratur Tidak teratur - Tekanan darah :.. mmHg - Distensi vena jugularis : Kanan : Ya Tidak Kiri : Ya Tidak - Warna kulit :
Pucat Cyanosis Kemerahan - Pengisian kapiler : /detik - Edema : Ya Tidak - Kelainan bunyi jantung : Murmur Gallop
- Sakit dada : Ya Tidak
d. Gastrointestinal - Keadaan mulut Gigi : Caries Tidak Stomatitis : Ya Tidak Lidah kotor : Ya Tidak Saliva : Normal Abnormal - Muntah : Ya Tidak - Nyeri daerah perut : Ya Tidak - Bising Usus : ....x/menit - Diare : Ya Tidak - Konstipasi : Ya Tidak
e. Ekstremitas
- Kesulitan dalam pergerakan : Ya Tidak - Keadaan tonus otot : Baik Hipotoni Hypertoni Atoni
- Kekuatan otot :
f. Pemeriksaan penunjang - Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah, serologi, PCR,
Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV, kultur, BTA.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 14
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan dokter) 9. Riwayat psikososial dan spiritual
- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga - Persepsi terhadap penyakit - Masalah yang mempengaruhi pasien
- Mekanisme koping
- Sistem nilai kepercayaan DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:
Bersihan jalan napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
Resiko tinggi penularan infeksi
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ansietas
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
Pola nafas tidak efektif
Jalan nafas tidak efektif
Penurunan cardiac output
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan komunikasi verbal
Resiko tinggi penyebaran infeksi
Cemas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG
TANPA VENTILATOR
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 15
No
.
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum, penurun-
an energi, kelemahan
DS :
DO : o Ronki
o Mengi
o Jalan napas terdapat sekret
o Bunyi napas tidak normal : ..
o Frekuensi napas :
x/menit
Jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil :
Frekuensi nafas
dalam batas normal (1620 x/mnt)
Bunyi napas
vesikuler
Bernapas tidak menggunakanalat
bantu napas Tidak ada dispnea
dan sianosis
Kaji frekuensi / kedalamanpernapasan & gerakan dada
Auskultasi area paru,
catat adanya ronki, mengi, dankrekels.
Observasi & catat batukyang berlebihan, peningkatan
frekuensinapas, sekret
yangberlebihan.
Penghisapan sesuai
dengan indikasi
Berikan cairan
sedikitnya 2500 ml/ hari
Bantu mengawasi
efekpenggunaan
nebulizer.
Berikan obat sesuai indikasi : Mukolitik, ekspektoran,bronkodilator, analgesik.
Takipnea,
pernapasandangkal dan gerakandada tidak simetris karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada.
Penurunan aliran
udaraterjadi pada areakonsolidasi dengan cairan
Batuk adalah mekanismepembersihan jalan napas secara alami
Merangsang batuk ataupembersihan secara alami
Cairan yang hangat
memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran
Menunjukkan perbaikan ventilasi dengan kriteria
Kaji frekuensi, kedalamandan
Manifestasi distress pernapasan
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 16
alveolar, gangguan
kapasi-
tas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2
hasil :
Oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal
Tak ada distress pernafasan
kemudahan bernapas
Observasi warna kulit,membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
Awasi suhu tubuh, bantutindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam
Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat ke- sadaran.
Berikan terapi O2
dengan benar
Awasi AGD dan SaturasiOksigen dengan pulse oksimeter
tergantungpada derajat keterlibatanparu dan statuskesehatan umum
Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi,sianosis
membran mukosa menunjukkanhipoksemia sistemik
Demam tinggi
sangatmeningkatkan
kebutuhan metabolik dan O2
Syok dan edema paruadalah penyebab umum kematian pada pneumonia
Mempertahankan PaO2
diatas 60 mmHg
Mengevaluasi proses
penyakit dan memudahkan terapi paru
3. Resiko tinggi penularan
infeksi b.d proses penyakit
Pencegahan penularan
infeksi dengan kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda tanda penularan infeksi dari pasien ke pasien lain, keluarga
danpetugas kesehatan.
Mencapai waktu
Pantau ketat tanda-tandavital, khususnya pada awalterapi
Anjurkan pasien memperhatikan
pengeluaran sputum dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sputum
Cegah penyebaran
Selama periode waktu ini potensial komplikasi
fatal dapat terjadi Perubahan karakteristik
sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder
Organisme yang mudah
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 17
perbaikaninfeksi berulang tanpa komplikasi
infeksi dari pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan dengan mencuci tangan secara
konsisten sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta
menggunakan APD
Kolaborasi pemberian anti mikrobakterial
menular dapat ditularkan melalui kontak langsung.Teknik
mencuci tangan penting
dalam mengurangi transian lapisan luar
kulit dan menurunkan penyebaran atau tambahan infeksi
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia
4. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
Peningkatan aktifitas
dengan kriteria hasil:
Menunjukan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas Tanda vital dalam
rentang normal
Evaluasi respon
pasienterhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan
Berikan lingkungan
tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuaiindikasi
Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat atau tidur
Bantu perawatan diri yang tidak dapat dilakukan pasien
Menetapkan
kemampuan atau
kebutuhan pasien
Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan
Meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
5. Nyeri b.d inflamasi Nyeri terkontrol dengan Tentukan karakteristik Nyeri dada biasanya
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 18
parenkim paru, batuk menetap
kriteria hasil:
Menyatakan nyeri
hilang atau terkontrol
Menunjukan rileks, peningkatan aktifitas
dengan tepat
nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi / intensitas nyeri
Pantau tanda-tanda vital
Kolaborasi pemberian analgesik dan antitusif
ada dalam beberapa derajat pada pneumonia
Perubahan frekuensi jantung/TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa
berlebihan, meningkat-kan kenyamanan
6. Gangguan pemenuhan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia, distensi abdomen
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama
perawatan dengan kriteria hasil:
Menunjukan peningkatan berat badan
Menunjukan peningkatan nafsu
makan
Makan habis 1 porsi Tidak ada mual
muntah
Auskultasi bising usus
Berikan makanan porsi
kecil dengan frekuensi sering
Sajikan makanan dalam keadaan hangat
Berikan perawatan
mulut
Timbang berat badan setiap hari
Bising usus mungkin
menurun bila proses infeksi berat
Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali
Mengurangi rasa mual
Menghilang rasa tidak enak dan bau mulut
Mengetahui
perkembanganm status nutrisi
7. Resiko tinggi kekurangan
volume cairan berlebihan Kebutuhan volume cairan tubuh terpenuhi
Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
Peningkatan suhu atau
demam meningkatkan
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 19
b.d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi)
dengan kriteria hasil : Membran mukosa
lembab Turgor kulit baik Pengisian kapiler
kurang dari 3 detik Tanda-tanda vital
stabil
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir dan lidah)
Kaji adanya mual atau muntah
Tingkatkan pemasukan
cairan minimal 2500 ml/ sesuai kondisi pasien
Pantau intake dan output cairan
laju metabolik melalui evaporasi
Merupakan indikator langsung keadekuatan volume cairan
Adanya gejala ini menurunkan masukan
oral
Menurunkan resiko
dehidrasi
DENGAN VENTILATOR
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional 1. Pola napas tidak efektif
b.d fatique, perubahan ratio O2/CO2 ditandai dengan : DS : -
DO : - Pola napas
menggunakan ventilator
dengan mode Pressure Control, PEEP > 5 Cm H2O - Hasil foto toraks :
pneumonia
Pertahankan pola napas
yang efektif melalui
ventilator dapat dicapai dengan kriteria : Peningkatan kerja
pernapasan tidak ada Tidak ada
penggunaan otot
bantupernapasan atau retraksi
Tidak ada sianosis Analisis Gas Darah : pH : 7.35 7.45 PaCO2 : 35 45
Kaji ulang penyebab gagal napas
Observasi pola napas atau monitor usaha napas
pasien dan bandingkan dengan data pada patient display
Auskultasi secara
Pemahaman penyebab masalah pernapasan
penting untuk
menentukan kebutuhan ventilasi dan tipe paling tepat dukungan ventilator
Pasien dengan ventilator dapat mengalami
hiperventilasi sebagai upaya memperbaiki status oksigenasi
Memberikan informasi
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 20
(perburukan)
mmhg
PaO2 : 80 95 mmhg
Sat O2 : 95 100 % BE : -2.5 2.5 Nadi normal sesuai
umur
TD : 90/60 120/90
periodikkualitas bunyi napas dan inspeksi simetrisitas gerakan dada
Pastikan bahwa pernapasan sesuai
dengan ventilator atau ada perlawanan (fighting)
Isi balon trakea/endotrakea sesuai kebutuhan sehinggatidak bocor
Cek sirkuit/selang ventilator terhadap obstruksi (terlipat atau ada akumulasi air). Bebaskan bila ada yang terlipat atau air pada sirkuit
Siapkan alat-alat
resusitasi dekat dengan tempat tidur pasien dan lakukan ventilasi manual
bila diperlukan
mengenai distribusi volume ke paru kanan
kiri baik/tidak, dan evaluasi makin berat
Perubahan simetrisitas menunjukan tidak tepatnya posisi ETT
atau terjadinya barotrauma
Penyesuaian
dibutuhkan pada Volume Tidal, frekuensi pernapasan
atau apakah pasien
memerlukan obat sedasi untuk mensinkronkan dengan program ventilator jika pasien mengalami
fighting
Balon pipa trakea diisi sesuai kebutuhan agar volume tidak masuk sesuai dengan yang diset/program
Lipatan pada selang / sirkuit ventilator men-
cegah pengiriman
volume dan meningkatkan tekanan
jalan napas. Air
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 21
Kolaborasi :
Kaji seting ventilator dan sesuaikan dengan pola ventilator sesuai kondisi pasien
Observasi konsentrasi O2 (FiO2) yang diberikan
mencegah distribusi gas dan media pertumbuhan bakteri
Untuk memberikan ventilasi yang adekuat, bila ada masalah pasien atau masalah peralatan
yang memerlukan
ventilator dilepas untuk sementara
Seting ventilator mengacu pada pola yang ditentukan berdasar pada penyakit,kondisi pasien
FiO2 disesuaikan untuk mempertahankan
saluran dan kadar O2 darah
2. Jalan napas tidak efektif b.d adanya benda asing pada jalan napas dan ketidakmampuan pasien untuk batuk efektif, ditandai dengan : DS : - DO :
- Ronki +/+, mengi +/+ - Alarm ventilator
berbunyi - Jalan napas terdapat
Jalan napas efektif
dicapai dengan kriteria hasil :
Tak terlihat adanya sekret
Suara napas bersih Peak Inspiratory
Airway
Pressure (puncak tekanan jalan nafas > 40 cmH2O)
Sekret encer dan mudah di suctioning
Kaji kepatenan jalan napas
Evaluasi gerakan dada dan auskultasi bunyi napas
Obstruksi dapat disebabkan oleh penumpukan sekret,
sumbatan mukus, problem dari posisi ETT
Gerakan dada simetris dan napas terdengar pada seluruh lapang paru, menunjukkan posisi pipa sudah tepat. Obstruksi jalan napas bagian bawah
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 22
sekret (kental) - Hasil pemeriksaan
AGD
tidak normal
(dihisap) Pola napas sesuai
program
Tanda-tanda vital : Frekuensi napas normal
sesuai umur
Nadi 60-100 x/mnt TD 90/60-140/90mmHg AGD :
PH : 7.35 7.45 PaCO2 : 35 45 mmhg PaO2 : 80 95 mmhg SatO2 : 95 100 % BE : -2.5 2.5
Monitor tempat ETT,
catat tanda garis bibir bandingkan dengan tempat yang diinginkan, plester pipa dengan aman
Catat batuk yang berlebihan, peningkatan frekuensi napas, bunyi alarm atau tekanan pada ABN, sekret yang
terlihat pada ETT atau banyak ronki
Lakukan penghisapan
jika dibutuhkan, pilih kateter penghisap dengan ukuran 1/3 dari lumen ETT. (ingat 1x penghisapan tidak lebih dari 15 detik)
Ajarkan teknik batuk efektif
Rubah posisi secara periodik
(atelektasis/pneumonia) menyebabkan bunyi nafas ronki/mengi)
Pipa dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga terjadi obstruksi aliran udara ke paru kiri yang dapat menyebabkan tension pneumothoraks
Pasien yang diintubasi mempunyai reflek
batuk yang tidak efektif atau masalah neuro
sensory yang
menyebabkan ketidakmampuan pasien batuk. Pasien ini tergantung pada suction untuk
mengeluarkan sekret
Penghisapan sekresi
sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan dan lamanya tidak lebih dari 15 detik
Meningkatkan
keefektifanusaha batuk
Meningkatkan drainase sekret dan ventilasi untuk semua bagian
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 23
Hidrasi cukup sesuai kebutuhan
Kolaborasi :
Lakukan chest fisioterapi
Pemberian obat bronkodilator mukolitik
Tindakan bronchoscopy
paru dan penurunan resiko terjadinya atelektasis
Membantu/menjamin sekret tetap encer oleh
karena status cairan
yang cukup
Meningkatkan ventilasi
pada semua segmen paru & membantu drainase sekret
Oleh karena relaksasi
otot polos bronkus dan encernya sekret
Untuk mengeluarkan
sekret dan sumbatan dengan langsung melihat lokasi di bagian paru sebelah mana
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi DS : - DO :
- Turgor kulit
- Balance cairan
- Capillary refill < 3 detik
Pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat Kriteria Hasil:
Terhidrasi secara adekuat dibuktikan dengan TD, nadi, berat badan dan produksi urine dalam batas normal
Pantau suhu, nadi, pernapasan pada interval teratur
Catat perubahan turgor kulit, hidrasi, membran mukosa dan karakter sekret.
Kekurangan cairan
meningkatkan
frekuensi jantung, menurunkan TD, dan mengurangi volume
nadi.
Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan viskositas sekret kental.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 24
Ukur / hitung masukan,
pengeluaran dan keseimbangan cairan
Berikan kompres hangat
dan tepid sponging di tempat tidur
Kolaborasi :
Pemberian cairan enteral dan parenteral
Pemberian terapi antipiretik
Memberikan informasi tentang status cairan
umum.
Membantu mengurangi demam dengan mekanisme evaporasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi yang akan meningkatkan suhu
tubuh.
Mengurangi demam dengan aksi sentral di hipotalamus.
4. Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Intake yang tidak adekuat, ditandai dengan DS : -
DO : - BB :kg, TB :cm
- Pasien terlihat kurus
- Pasien terpasang NGT
- Hasil pemeriksaan
elektrilt
tidak normal
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama
perawatan
Kriteria Hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan mendekati normal
Menunjukkan perilaku atau
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan
berat badan yang normal
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat
ini mengevaluasi berat badan dan ukuran tubuh
Auskultasi bising usus
Berikan makan cair
sesuai program
Hindari makanan yang
Untuk mengetahui
status nutrisi, kebiasaan makan pasien sebelum sakit
Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia
Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Menghindari terjadinya
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 25
sangat panas dan sanngat dingin
iritasi dalam saluran pencernaan.
5. Gangguan pemenuhan ADL
b.d. Kelemahan fisik, imobilisasi, ditandai dengan DS :- DO :
- Pasien istirahat total
- ADL pasien dibantu sepenuhnya oleh
perawat
- Pasien tampak lemah
Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi Kriteri Hasil :
Pasien bersih, terpenuhi kebutuhannya selama perawatan
Bantu pasien setiap hari
dalam hal personal hygiene
Ubah posisi pasien tiap 3 jam
Lakukan ROM secara
pasif apabila pasien di-knockdown
Bantu ROM bila pasien telah sadar
Pasang kasur dekubitus
Meningkatkan
kenyamanan dan kebersihan diri pasien.
Membantu meningkatkan sirkulasi
peredaran darah dan mencegah terjadinya kontraktur pada muskuloskeletal.
Mencegah terjadinya atropi otot.
Melatih keseimbangan tubuh.
Mencegah terjdinya dekubitus
6. Gangguan komunikasi verbal b.d. Adanya pemasangan ETT dan ventilasi mekanik,
ditandai dengan : DS : -
DO : - Pasien terpasang ETT
dan ventilasi mekanik
- Pasien mendapat terapi pengobatan relaksan
Kebutuhan komunikasi terpenuhi dengan kriteria hasil :
Pasien dapat mengungkapkan
keinginannya atau
keluhanya
Hubungan terapeutik perawat - pasien,
pasien-keluarga, dan tim kesehatan lain
tetap terjaga Pasien kooperatif
pada program pengobatan dan
Kaji kemampuan komunikasi pasien untuk
pola komunikasi
pengganti
Lakukan komunikasi
yang mudah dimengerti, melalui bahasa isyarat dan tulisan
Berikan bel yang dapat diraih dan pastikan pasien dapat menggunakannya
Beri tanda bahwa pasien mengalami gangguan
verbal
Ajar lebih tepat untuk komunikasi
Melalui bahasa isyarat dan tulisan pasien tetap dapat berkomunikasi
Dengan semua sarana
komunikasi yang jelas dan adanya komitmen perawat-pasien
Agar semua tim yang
bekerja siap membantu bila diperlukan
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 26
perawatan
Beri waktu pada keluarga satu orang yang
dekat dengan pasien dan ajarkan cara-cara berkomunikasi yang sudah dipahami pasien
Mempertahankan pola
komunikasi keluarga
pasien tetap harmonis
7. Resiko tinggi
penyebaran infeksi b.d proses perjalanan penyakit
Pencegahan penularan
infeksi
Kriteria hasil:
Tidak terdapat tanda - tanda infeksi nosokomial dan komplikasi proses
penyakit.
Cuci tangan secara
konsisten dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Gunakan alat perlindungan diri/ APD sesuai prosedur.
Ganti sirkuit ventilator
setiap 48 jam.
Keluarkan air dalam sirkuit tiap 3 jam. Kolaborasi :
Pemberian antibiotik
Pemeriksaan kultur
darah, sputum dan sputum
Teknik mencuci
tanganpenting dalam mengurangi transien
lapisan luar kulit.
Menghindari penyebaran infeksi
Menghindari pertumbuhan virus dalam sirkuit.
Menghindari masuknya air dalam sirkuit ke paru melalui ETT.
8. Cemas b.d. prosedur infasif yang dilakukan pada pasien.
DS :
- Keluarga menanyakan
tentang penyakit yang
diderita pasien. DO :
Program pengobatan dan keperawatan pasien efektif baik di RS dengan kriteria hasil : Setelah diberikan penjelasan,demonstrasi, tanya jawab dan diskusi melalui beberapa kali pertemuan keluarga dan
Kontrak waktu dengan keluarga mengenai
kapan dilaksanakan pendidikan kesehatan
Gali sejauh mana pemahaman,
pengetahuan keluarga
Dengan kontrak dan tujuan yang jelas serta kesepakatan pasien-
perawat dalam kerjasama mencapai tujuan
Dengan mengetahui
sejauh mana pengetahuan keluarga
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 27
- Keluarga bertanya mengenai alat yang
terpasang pada pasien. - Keluarga pasien
tampak
cemas dan gelisah. - Pasien terlihat gelisah
pasien dapat mengerti dan memahami manfaat alat yang terpasangpada pasien.
mengenai manfaat alat
yang terpasang pada pasien.
Beri pengertian kepada pasien dan keluarga tentang manfaat pemasangan ETT.
tentang alat yang
terpasang pada pasien mengurangi
kecemasan.
Dengan mengetahui
manfaat pemasangan
ETT pasien dan keluarga tidak merasa cemas.
IMPLEMENTASI 1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit flu burung serta
cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu) minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum obat/terapi yang dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar. 7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra indikasi. 8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan bahwa yang
bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh daripenyakit flu burung.
EVALUASI 1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih. 2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas. 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 28
4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, danelektrolit 5. Aktivitas kembali normal 6. Tidak menunjukan kecemasan 7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien maupun orang lain
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 29
PENUTUP Kesimpulan
Avian influenza disebabkan disebabkanvirus avian influenza tipe A yang terdiri darisubtipe H1 sampai H16 dan N1 sampai N9.Virus ini cepat bermutasi karena bersifatantigenic shift dan drift . Hal ini dapatmembuatnya patogen bagi manusia yangberakibat fatal.Hingga saat ini belum terjadipenularan flu burung dari manusia ke manusia,demikian juga belum ditemukan vaksin yangkhusus untuk mencegah infeksi virus H5N1pada manusia.Untuk menghindari terjadinyagenetic reassortment yang dapat berkembangmenjadi pandemi dapat diberikan vaksin flumanusia atau oseltamivir dosis tunggal selama7 sampai 10 hari pada orang yang berisikotinggi.Selain itu upaya preventif utama harusdilakukan, seperti menjaga perilaku higienis,memakai masker, meningkatkan systemimunitas serta membinasakan unggas yangterinfeksi virus avian influenza.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 30
DAFTAR PUSTAKA NEMISERY2010.MAKALAH AVIAN INFLUENZA (H5N1).DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 DARI PUBLIC HEALTH UNIVESITAS JENDERAL SOEDIRMAN WEB SITE: HTTP://KESMAS-UNSOED.BLOGSPOT.COM/2010/06/AVIAN-INFLUENZA-H5N1.HTML
Daulay, Rini Savitri. 2008. Avian Influenza. Diakses tanggal 17 September 2011 dari FK Universitas Sumatera Utara Web Site: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2020/1/08E00076.pdf
FLU BURUNG.ORG. 2010. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN FLU BURUNG DAN FLU BABI. DIAKSES TANGGAL
19 SEPTEMBER 2011 WEB SITE:HTTP://FLUBURUNG.ORG/PERBEDAAN-DAN-PERSAMAAN-FLU-BURUNG-
DAN-FLU-BABI.ASP
KUSUMAWARDHANA, IRDHAM. 2006. DETEKSI CEPAT VIRUS AVIAN INFLUENZA DENGAN ANIGEN DAN
PENENTUAN SUBTIPE H5 MENGGUNAKAN REVERSE TRANSCRIPTION-PCR(POLYMERASE CHAIN
REACTION). DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 DARI IPB WEB SITE:
HTTP://REPOSITORY.IPB.AC.ID/HANDLE/123456789/46236?SHOW=FULL
ORGANIZEDWISDOM TEAM WITH NICOLE KINSEY AS THE REVIEWER.2011. RESEARCH NOTES ON H1N1
VS. H5N1.DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 WEB SITE:
HTTP://WWW.ORGANIZEDWISDOM.COM/H1N1_VS._H5N1
RADJI, MAKSUM. 2006. AVIAN INFLUENZA A (H5N1): PATOGENESIS, PENCEGAHAN, DAN PENYEBARAN PADA MANUSIA. DIAKSES TANGGAL 19 SEPTEMBER 2011 DARI FARMASI UI WEB SITE:HTTP JURNAL FARMASI UI AC ID PDF 2006 V03N02 MAKSUM0302 PDF
Kumala, Widyasari. 2011. Avian Influenza: Profil dan Penularan pada Manusia. Diakses tanggal 20 September 2011 dari FK Universitas Trisakti Web Site: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/widyasari%281%29.pdf.
-
w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m
Page 31
Food and Agriculture Organization.2005.Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil.Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner. Diakses tanggal 20 September 2011 Web Site: http://www.fao.org/docs/eims/upload//241491/ai304ind00.pdf.
Yuciana. 2009. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN PASIEN PENYAKIT FLU BURUNG. Diakses tanggal 25 September 2011 dari FMIPA UNDIP Web Site : http://eprints.undip.ac.id/1226/1/Vol_2_no_1_artikel_2.pdf