Ascaris Lumbricoides

5
1. ASCARIS LUMBRICOIDES 1.1 Hospes dan nama penyakit manusia merupakan satu – satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkanya disebut askariasis. 1.2 Distribusi geografik Parasit ini deiteukan kosmopolit. Survey yang dilakukan di Indonesia antara tahun 1970 – 1980 menunjukkan pada umumnya pravalensi 70% atau lebih. 1.3 Morfolgi dan daur hidup Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang betina 22 – 35 cm. stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah attau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah,lalu di dinding alveolus, masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulakan rangsangan pada faring. Penderita batuk Karen rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan kurang lebih 2 bulan. 1.4 Patologi dan gejala klinis Gejala yang timbul pad penderita dpat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan pada larva biasanya terjadi pada saat di paru. Pad orang yang rentan terjadi perdrahan kecil pada dinding lveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengn batuk, demm, dan eosinofilia. Pada foto toraks tmpak infiltrate yang menghilang dlam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom

description

nurse

Transcript of Ascaris Lumbricoides

Page 1: Ascaris Lumbricoides

1. ASCARIS LUMBRICOIDES1.1 Hospes dan nama penyakit

manusia merupakan satu – satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkanya disebut askariasis.

1.2 Distribusi geografikParasit ini deiteukan kosmopolit. Survey yang dilakukan di Indonesia antara tahun 1970 – 1980 menunjukkan pada umumnya pravalensi 70% atau lebih.

1.3 Morfolgi dan daur hidupCacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang betina 22 – 35 cm. stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi.Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah attau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah,lalu di dinding alveolus, masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulakan rangsangan pada faring. Penderita batuk Karen rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan kurang lebih 2 bulan.

1.4 Patologi dan gejala klinisGejala yang timbul pad penderita dpat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva.Gangguan pada larva biasanya terjadi pada saat di paru. Pad orang yang rentan terjadi perdrahan kecil pada dinding lveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai dengn batuk, demm, dan eosinofilia. Pada foto toraks tmpak infiltrate yang menghilang dlam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang – kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan mlnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing – cacing ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus ( ileus ).Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, tau ke bronkus dan menimbulkn keadaan gawat darurat sehingga kadang – kadang perlu tindakan operatif.

1.5 DiagnosisCara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan dengan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dpat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah, maupun melalui tinja.

Page 2: Ascaris Lumbricoides

1.6 Pengobatan Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan secara masal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam – macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol.Oksantel – pirantel pamoat adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi campuran A.lumbricoides dan T.trichiura. untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu :- Obat mudah diterima masyarakat- Aturan pemakaian sederhana- Mempunyai efek samping yang minim- Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing- Harganya murah

1.7 PrognosisPada umumnya askariasis mempunyai prognosis baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan, kesembuhan diperoleh antara 70 – 99%.

1.8 EpidemiologiDi Indonesia pravalensi skariasis tinggi,terutama pada anak. Frekuensinya antara 60 – 90%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawh pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Di negara – negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar 25o – 30oC merupakan hal – hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif.

2. Toxocara canis dan Toxocara cati2.1 Hospes dan nama penyakit

Toxocara canis ditemukan pada anjing. Toxocara cati terdapat pada kucing. Belum pernah ditemukan infeksi campuran pada satu macam hospes. Kadang – kadang hospes ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara ( erratic parasite ) dan menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans.

2.2 Distribusi geografikCacing – cacing tersebar secara kosmopolit; juga ditemukan di Indonesia. Di Jakarta pravalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26%.

2.3 MorfologiToxocara canis jantan mempunyai panjang bervariasi antara 3,6 – 8,5 cm, sedangkan yang betina antara 5,7 – 10 cm. Toxocara cati jantan antara 2,5 – 7,8 cm, yang betina antara2,5 – 14 cm.Bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdpat sayap servikal yng berbentuk seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies hamper sama; yang jantan ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk ( digitiform ), sedangkan yang betina ekornya bulat meruncing.

Page 3: Ascaris Lumbricoides

2.4 Patologi dan gejala klinisPda manusia larva cacing tidak menjdi dewasa dan mengembara di alat – alat dalam, khususnya dihati. Penyakit yang disebabkan larva yang mengembara disebut Visceral larva migrans, dengan gejala eosinofilia, demam, dan hepatomegali. Visceral larva migrans dapat juga disebabkan oleh larva lain.

2.5 Dignosis Diagnosis pasti Visceral larva migrans dengan menemuka atau potongan larva dalam jaringan sukar ditegakkan.Reaksi imunologi dapat membantu menegakkan diagnosis.

3. Cacing Tambang ( hookworm )Ada beberapa species cacing tanbang yang penting, diantaranya :Necator americanus - manusiaAnsylostoma duodenale - manusiaAnsylostoma braziliense - kucing, anjingAnsylostoma ceylanicum - anjing, kucingAnsylostoma caninum - anjing, kucing

3.1 Necator americanus dan Ansylostoma duodenale

3.1.1 Hospes dan nama penyakit

Hospes parasit ini adalah manusia; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.

3.1.2 Distribusi geografik

Penyebaran cacing ini didaerah khatulistiwa dan ditempat lain dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, sekitar 40%.

3.1.3 Morfologi dan daur hidup

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekt pada mukosa dinding usus. Cacing betina N.americnus tiap hari mengeluarkan kira – kira 9.000, sedangkan A.duodenle kira – kira 10.000 butir. Cacing betina berukuran kurang lebih 1 cm,sedang yang jantan kurang lebih berukuran 0,8 cm. bentuk badan N.americnus menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan A.duodenale mempunyai dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulartiks.

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1 – 1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dlam waktu 3 hari larva tersebut tumbuh menjadi larva filariform, yang dpat menembus kulit dan dapat hidup 7 – 8 minggudi tanah.

Page 4: Ascaris Lumbricoides

Telur cacing tambang yang besrnya kira – kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Didalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira – kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kira – kira 600 mikron.

Daur hidup ialah sebagai berikut :

Telur – larva rabditiform – larva filriform menembus kulit – kapiler darah – jantung kanan – paru – bronkus – trakea – laring – usus halus

Infeksi terjadi jika lrva filariform menembus kulit. Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.