Artritis Reumatoid Print
-
Upload
jojo-synyster-gatesdism -
Category
Documents
-
view
123 -
download
3
description
Transcript of Artritis Reumatoid Print
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan
pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3:1. Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa
teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis adalah infeksi streptokokus
hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus, endokrin, autoimun, metabolik, faktor
genetik, atau faktor lingkungan.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan
oleh virus dan organisme mikroplasma atau grup difteroid yang menghasilkan antigen
kolagen tipe II dari tulang rawan sendi klien. Penyakit ini tidak dapat dibuktikan
hubungan pastinya dengan genetik. Terdapat kaitan dengan tanda genetik seperti
HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Tetapi pada orang Amerika kulit
hitam, Jepang, dan Indian Chippewa hanya dikaitkan dengan HLA-Dw4. Hipotesis
terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor genetik yang mengarah
pada perkembangan penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit virus Epstein-Barr.
,
1 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari Artritis reumatoid?
2. Apa etiologi dari Artritis reumatoid?
3. Apa manifestasi klinis dari Artritis reumatoid?
4. Bagaimana patofisiologi dari Artritis reumatoid?
5. Bagaimana pathway dari Artritis reumatoid?
6. Apa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien Artritis reumatoid?
7. Apa penatalaksanaan medis dari Artritis Reumatoid?
8. Apa komplikasi dari Artritis reumatoid?
9. Bagiamana asuhan keperawatan pada klien Artritis reumatoid?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Artritis reumatoid
2. Mengetahui etiologi dari Artritis reumatoid
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Artritis reumatoid
4. Mengetahui patofisiologi dari Artritis reumatoid
5. Mengetahui pathway dari Artritis reumatoid
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien Artritis
reumatoid
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dari Artritis Reumatoid
8. Mengetahui komplikasi dari Artritis reumatoid
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Artritis reumatoid
2 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang di
perantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi
sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
(Mutaqin, Arif. 2010)
Reumatoid artritis (RA) adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat progresif,
yang mengenai jaringan lunak dan cenderung untuk menjadi kronis. (Kapita selekta
kedokteran)
2.2 Etiologi
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik
6. Faktor lingkungan.
2.3 Manifestasi Klinis
Kriteria Atritis Reumatoid (American Rheumatism Association, ARA)
Kriteria Tanda dan Gejala
1. Kekauan sendi jari tangan pada pagi hari (morning stiffnes)
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangya pada satu
sendi
3. Pembengkakan (oleh penebalan cairan lunak atau oleh efusi cairan ) pada slah
satu sendi secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya pada sendi lain
3 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
5. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris
6. Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang pada daerah ektensor
7. Gambaran poto rotgen yang khas pada atritis reumatoid
8. Uji aglitinasi faktor reumatoid
9. Perubahan karakteritik histologis lapisan sinovia
10. Gambaran histologis yang khas pada nodul
11. Pengendapan cairan caousin yang jelek
Hasil penilaian:
Klasik : Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Definitif : Bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan reumatoid : Bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.
2.4 Patofisiologi
Kelainan yang dapat terjadi pada artritis rematoid adalah :
1. Kelainan sinovial berupa sinovitis awalnya terjadi hiperemi dan pembengkakan
pada sel-sel yang meliputi sinovia disertai infitrasi limfosit dan sel-sel plasma.
2. Kelainan pada tendo. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai invasi kolagen yang
dapat menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.
3. Kelainan pada tulang. Pada artikular di bagi 3 stadium :
a. stadium I (stadium sinovitis) terjadinya kongesti vaskular, proliferasi sinovial di
sertai infitrasi limfosit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan struktur
kapsul sendi di sertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi
b. Stadium II (destruksi) inflamasi menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan
tendo. Kerusakan pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim proteolitik
dan jaringan vaskuler pada lipatan sinovia serta jaringan granulasi yang
terbentuk pada permukaan sendi.
c. Stadium III (deformitas) kombinasi antara destruksi sendi, ketegangan selaput
sendi, dan ruptur tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi.
Kelainan yang timbul ialah ankilosis jaringan yang selajutnya ankilosis tulang.
4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular.
4 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
a. Otot. Terjadi miopati pada elektromiograf menunjukan adanya degenerasi
serabut otot. Terjadi atrofi otot yang di sebabkan oleh kurangnya penggunaan
otot akibat inflamasi sendi yang ada.
b. Pembuluh darah kapiler. Terjadi proliferasi tunika intima, terjadi perubahan
pada pembuluh darah berupa artitis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan repons
sendi yang ada.
c. Nodul subkutan. Terdiri dari jaringan nekrotik di bagian sentral dan dikelilingi
oleh lapisan sel mononuklear yang tersusun secara radial dengan jaringan ikat
yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat.
d. Kelenjar limfe. Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe
sendi, hiperplasia folikular dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan
splenomegali.
e. Saraf. Pada saraf terjadi perubahan jaringan,reaksi epitelioid, serta infiltrasi
leukosit yang menyebabkan neuropati.
f. Organ visera. Kelainan ini bisa terjadi pada organ visera seperti jantung
dengnan adanya demam reumatik yang kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pada katup jantung dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung
sebagai pompa jantung.
5 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
2.5 Pathway
6 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh infeksi, endokrin, autoimun,metabolik, dan faktor genetik serta faktor lingkungan
Artritis reumatoid
sinovitis tenosinovitis Kelainan pada tulang Kelainan pada jaringan ekstra artikular
Gambaran khas nodul subkutan
Hiperemia dan pembengkakan
I invasi kolagen Erosi tulang & kerusakan tulang
rawan
Nekrosis dan kerusakan dalam sendi
Ruptur tendo secara parsial atau total
Instabilitas dan deformitas sendi
1. nyeri 2.Hambatan mobilitas fisik
Gangguan mekanis & fungsional pada sendi
Gambaran khas nodul subkutan
Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi
6. gangguan konsep diri 4.ansietas 7.kebutuhan
informasi
miopati sistemik Kelenjar limfe
saraf Inflamasi keluar ekstra-artikular
Atrofi otot Splenomegali
Anemia Osteoporosis generalisata
Neuropati perifer
Kelemahan fisik
5.Gangguan sensorik
3.Defisit perawatan diri
4.Resiko trauma
Peperikarditis,miokarditis dan radang katup jantung
Ke kegagalan fungsi jantung
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi. Pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan
kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang
difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi
perubahan degeneratif berupa densitas, iregularitas permukaan sendi, serta
spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat
penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
b. Pemeriksaan laboratorium. Ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia
normositik hipokrom, reaksi protein-C positif dan mukoprotein meningkat,
faktor reumatoid positif 80% (uji Rose-Waaler) dan faktor antinuklear positif
80%, tetapi kedua uji ini tidak spesfifik.
2.7 Penatalaksanaan medis
Menurut Apley (1995), penataksanaan medis yang dilakukan pada arthritis
rheumatoid, meliputi :
a. Konservatif : Imobilisasi dengan pembebatan lokal dan injeksi metilprednisolon
dan nitrogen mustard biasanya mengurangi sinovitas. Mayoritas klien dapat
ditanggapi dengan adanya konservatif.
b. Pembedahan : sinovektomi, oseotomi siprakondilus, dan atroplasti.
2.8 Komplikasi
1. Ankilosis fibrosa atau tulang
2. Kontraktur jaringan tulang
3. Deformitas sendi
4. Kompresi medula spinalis
5. Carpal tunnel syndrom
6. Osteoporosis
7. Infeksi berulang
8. Nekrosis sendi panggul
7 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.
Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien
sehingga dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan.
1. Anamnesis. Dilakukan untuk mengetahui:
a. Identitas meliputi nama, jenis kelamin , usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
b. Riwayat penyakit sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan
muncul. Pada klien artritis reumatoid, stadium awal biasanya ditandai dengan
gangguan keadaan umum berupa malaise, penurunan berat badan rasa capek,
sedikit panas dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan,
nyeri, dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal. Perlu dikaji kapan
gangguan sensorik muncul. Gejala awal terjadi pada sendi. Persendian yang
paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut,
sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul, dan biasanya
bersifat bilateral/simetris. Akan tetapi, kadang artritis reumatoid dapat terjadi
pada satu sendi.
c. Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya artritis reumatoid. Penyakit tertentu
seperti penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan artritis reumatoid.
Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat
dengan masalah yang sama. Sering klien ini menggunakan obat antireumatik
jangka panjang sehingga perlu dikaji jenis obat yang digunakan (NSAID,
Antibiotik, dan analgesik).
8 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
d. Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi
terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
e. Riwayat psikososial. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit dan perannya
dalam keluarga dan masyarakat. Klien ini dapat mengalami ketakutan akan
kecacatan karena perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra diri). Klien ini uga dapat mengalami penurunan
libido sampai tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan kelemahan fisik serta nyeri. Klien artritis reumatoid
akan merasa cemas tentang fungsi tubuhnya sehingga perawat perlu mengkaji
mekanisme koping klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji,
Selain lingkungan, lama tidur, kebiasaan, kesulitan dan penggunaan obat tidur.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, PF sangat berguna untuk mendukung data
anamnesis. Pemeriksaan fisik dilakukan persistem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan B6 (Bone) yang dikaitkan dengan keluhan klien.
a. B1 (Breathing). Tidak menunjukan kelainan sistem pernapasan pada saat
inspeksi, taktil fremitus seimbang, tidak ada suara tambahan.
b. B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada saat palpasi. Nadi meningkat, pada
auskultasi ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur.
c. B3 (Brain). Kesadaran kompos metis. Pada kasus yang lebih parah, klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : Ada sianosis
Mata : Sklera tidak ikterik
Leher : JVP normal
Telinga : Tes weber normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada cuping hidung
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi, tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
Status mental : Penampilan dan tingkah laku tidak mengalami perubahan
Pemeriksaan saraf kranial :
- Saraf I. Tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
9 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
- Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal
- Saraf III, IV dan VI. Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokhor
- Saraf V. Tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan refleks
kornea biasanya tidak ada kelainan
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris
- Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif atau tuli perseptif
- Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
- Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoid dan trapezius
- Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi, indra pengecapan normal
d. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan.
e. B5 (Bowel). Umumnya tidak mengalami gangguan eliminasi. Meskipun
demikian, perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses. Frekuensi
berkemih, kepekatan urine, warna, bau dan jumlah urine juga harus dikaji.
Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri lambung, yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama klien yang menggunakan obat
ruematik dan NSAID. Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang
defekasi.
f. B6 (Bone).
Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa (abnormal),
deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki, dan sendi
besar lutut, panggul, dan pergelangan tangan. Adanya degenerasi serabut
otot memungkinkan terjadinya pengecilan, atrofi otot yang disebabkan
oleh tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi. Sering ditemukan
nodul subkutan multipel.
Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit
Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakkan sendi yang sakit. Klien sering
mengalami kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-
hari.
10 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
3.2 Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan utama klien artritis reumatoid adalah sebagai berikut.
1. Nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Gangguan konsep diri (citra diri)
4. Defisiensi pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
3.3 Intervensi
Prioritas rencana asuhan keperawatan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Menurunkan dan menaikkan adaptasi nyeri.
2. Memberi dukungan psikologis.
3. Mempertahankan fungsi sendi dan mencegahterjadinya defermitas.
4. Membantu meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
5. Pemenuhan kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
Diagnosa keperawatan : Nyeri sendi yang berhubungan dengan peradangan.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang,hilang dan teratasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan nyeri,menunjukan perilaku relaks. Memperagakan
keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan. Sklala
nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi Rasional
MANDIRI
Kaji lokasi,intensitas,dan tipe nyeri. Observasi
kemajuan nyeri kedaerah yang baru. Kaji nyeri
dengan skala 0-4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor
pencetus.
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif.
Ajarkan relaksasi: teknik mengurangi
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat
dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan
peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
tindakan nonfarmakologi lain menunjukan
keefektifandalam mengurangi nyeri.
Akan melancarkan peredaran darah sehingga
kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan
11 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri
dan beri posisi yang nyaman (mis. Ketika
tidur,beri bantal kecil di punggung pasien)
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri
dan hubungan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung.
KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesic NSAID oral.
mengurangi nyeri.
Mengalihkan perhatian klien ke hal yang
menyenangkan.
Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga
akan meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan tersebut membantu mengurangi
nyeri dan dapat membantu meningkatkan
kepatuhan klien terhadap rencana teurapetik.
NSAID menghambat sintesis prostaglandin yang
mempunyai efek analgesic efektif sebagai pereda
nyeri arthritis rheumatoid.
Diagnosa Keperawatan: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan ujung
tulang dan sendi
Tujuan Perawatan: Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien ikut program latihan, tidak mengalami kantraktur sendi, kekuatan otot
bertambah, klien menunjukan peningkatan mobilitas dan mempertahankan
koordinasi optimal.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur
fungsi motorik.
Atur posisi fisiologis
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
Pengaturan posisi fisiologis dapat membantu
perbaikan sirkulasi oksigenisasi lokal dan
mengurangi penekanan lokal jaringan
12 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif
pada ekstremitas yang tidak sakit
Bantu klien melakukan latihan ROM dan
perawatan diri sesuai toleransi
Pantau kemajuan dan perkembangan
kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
melatih fisik klien
Gerakkan aktif memberi massa, tonus, dan
kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi
sesuai kemampuan
Untuk mendeteksi perkembangan klien
Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan fisik dan tim fisiologis
Diagnosa Keperawatan: Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
tentang penatalaksanaan perawtan di rumah
Tujuan Perawatan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan pengetahuan tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit; mengekspresikan pengertian
tentang jadwal pengobatan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang perawatan di rumah
Diskusikan entang pengobatan: nama,
jadwal, tujuan, dosis dan efek samping
Menjadi data dasar bagi perawat untuk
menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan
dapat menghindari pembicaraan yang tidak
perlu karena klien dan keluarga sudah
mengetahuinya
Memberi pengetahuan dasar tentang obat-
obatan yang akan digunakan sehingga dapat
mengurangi dampak komplikasi dan efek
samping obat
13 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan
penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas
Beri dukungan psikologis agar klien
menjalankan apa yang sudah disepalati
Membantu klien dan keluarga dalam
penatalaksanaan perawatan klien artritis
reumatoid
Meningkatkan kemauan klien dan keluarga
tentang pentingnya perawatan di rumah
Diagnosa Keperawatan : Gangguan citra diri yang berhubungan dengan gangguan dan perubahan
strukur tubuh
Tujuan Perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria Hasil : Klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan
penerimaan diri, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam
konsep diri dengan cara yang akurat
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji perubahan persepsi dan hubungannya
dengan ketidakmampuan
Anjurkan klien mengekspresikan perasaan
termasuk sikap bermusuhan dan marah
Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih
dapat menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik
dan memperbaiki kebiasaan
Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan
intervensi
Menunjukan penerimaan, membantu klien
untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan
dengan perasaan tersebut
Membantu klien melihat bahwa perawat
menerima kedua bagian sebagai keseluruhan
tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan
adanya harapan dan mulai menerima situasi
baru
Membantu meningkatkan perasaan harga diri
dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan
14 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien
melakukan sebanyak mungkin hal untuk
dirinya
Bersama klien mencari alternatif koping
yang positif
Dukung perilaku atau usaha, seperti
peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi
Kolaborasi
Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling
bila ada indikasi
Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan
membantu perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi
Dukungan perawat kepada klien dapat
meningkatkan rasa percaya diri
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
dan pengertian tentang peran individu di
masa mendatang
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
penting untuk perkembangan pereasaan
3.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.
3.5 Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang di harapkan adalah sebagai berikut.
1. Terpenuhinya penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri.
2. Terpenuhinya dukungan psikologis.
3. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadi deformitas.
4. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
5. Terpenuhinya kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
15 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus
yang di perantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebabnya. Biasanya terjadi
destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa
remisi.
4.2 Saran
Artritis reumatoid adalah salah satu penyakit gangguan reumatologi yang
sangat berbahaya yang sering terjadi pada masyarakat, oleh karena itu sangat penting
bagi kita sebagai perawat untuk memberi pendidikan kesehatan pada masyarakat atau
pasien agar bisa mencegah atau bila sudah menderita artritis reumatoid dapat
menanganinya.
Pendidikan kesehatan pada masyarakat atau pasien adalah hal penting dalam
menjalankan prinsip untuk membantu mempelajari perawatan diri yang efektif. Hal-
hal penting yang harus diberikan oleh perawat dalam pendidikan kesehatan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita sebagai perawat untuk mengetahui
lebih rinci dari artritis reumatoid ini agar kita dapat mencegahnya, dan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien.
16 | A s k e p A r t r i t i s R e u m a t o i d