anestesi

23
PATOFISIOLOGI REFLEKS VAGUS DAN PENANGANANNYA

description

vagus

Transcript of anestesi

Page 1: anestesi

PATOFISIOLOGI REFLEKS VAGUS DAN PENANGANANNYA

Page 2: anestesi

ANATOMI NERVUS VAGUS

Page 3: anestesi

Efektivitas pompa jantung dikendalikan oleh saraf parasimpatis (saraf vagus) yang sangat banyak menyuplai jantung dan saraf simpatisEfektivitas pompa jantung dikendalikan oleh saraf parasimpatis (saraf vagus) yang sangat banyak menyuplai jantung dan saraf simpatis

Perangsangan saraf vagus akan menyebabkan pelepasan hormon asetilkolin pada ujung saraf vagus. Perangsangan saraf vagus akan menyebabkan pelepasan hormon asetilkolin pada ujung saraf vagus.

Hormon asetilkolin akan dapat menurunkan irama nodus sinus dan menurunkan eksitabilitas serabut-serabut penghubung nodus atrioventrikular (NAV), sehingga akan menghambat penjalaran impuls jantung yang menuju ventrikel.

Hormon asetilkolin akan dapat menurunkan irama nodus sinus dan menurunkan eksitabilitas serabut-serabut penghubung nodus atrioventrikular (NAV), sehingga akan menghambat penjalaran impuls jantung yang menuju ventrikel.

Hormon asetilkolin juga akan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion kalium, sehingga akan mempermudah terjadinya kebocoran kalium yang cepat dari serabut-serabut konduksi yang mengakibatkan peningkatan kenegatifan di dalam serabut (hiperpolarisasi). Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi ventrikel dan denyut jantung

Hormon asetilkolin juga akan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion kalium, sehingga akan mempermudah terjadinya kebocoran kalium yang cepat dari serabut-serabut konduksi yang mengakibatkan peningkatan kenegatifan di dalam serabut (hiperpolarisasi). Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi ventrikel dan denyut jantung

Page 4: anestesi

PERANGSANGAN NERVUS VAGUSPERANGSANGAN NERVUS VAGUS

NODUS SINOATRIALNODUS SINOATRIAL OTOT ATRIUMOTOT ATRIUMNODUS ATRIOVENTRIKULAR

NODUS ATRIOVENTRIKULAR

MENINGKATKAN PERMEABILITAS

MEMBRAN TERHADAP ION KALIUM

MENINGKATKAN PERMEABILITAS

MEMBRAN TERHADAP ION KALIUM

HIPERPOLARISASIHIPERPOLARISASI

DENYUT JANTUNG MENURUN

(KROMOTROPIK NEGATIF)

DENYUT JANTUNG MENURUN

(KROMOTROPIK NEGATIF)

PENURUNAN ARUS LISTRIK

PENURUNAN ARUS LISTRIK

PENURUNAN KONDUKSI IMPULS (DROMOTROPIK

NEGATIF)

PENURUNAN KONDUKSI IMPULS (DROMOTROPIK

NEGATIF)

PENGHAMBATAN MASUKNYA ION KALSIUM

MELALUI MEMBRAN

PENGHAMBATAN MASUKNYA ION KALSIUM

MELALUI MEMBRAN

PENURUNAN KONTRAKSI OTOT JANTUNG

(INOTROPIK NEGATIF)

PENURUNAN KONTRAKSI OTOT JANTUNG

(INOTROPIK NEGATIF)

Page 5: anestesi

MEKANISME TERJADINYA CURAH JANTUNG

MEKANISME TERJADINYA CURAH JANTUNG

AKTIVITAS SARAF PARASIMPATIS( MENURUN )

AKTIVITAS SARAF PARASIMPATIS( MENURUN )

VOLUME AKHIR DIASTOLIK

(MENINGKAT )

VOLUME AKHIR DIASTOLIK

(MENINGKAT )

AKTIVITAS SARAF SIMPATIS

(MENINGKAT)

AKTIVITAS SARAF SIMPATIS

(MENINGKAT)

DENYUT JANTUNG NODUS SA

( MENINGKAT)

DENYUT JANTUNG NODUS SA

( MENINGKAT)

CARDIAC OUTPUT( CURAH JANTUNG )CARDIAC OUTPUT

( CURAH JANTUNG )

STROKE VOLUME ( MENINGKAT )

STROKE VOLUME ( MENINGKAT )

Page 6: anestesi

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura.

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura.

Page 7: anestesi

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medulla oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor.

Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medulla oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor.

Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.

Page 8: anestesi
Page 9: anestesi

Pusat muntah, disisi lateral dari retikular di medula oblongata, memperantarai refleks muntah. ini sangat dekat dengan nukleus tractus solitarius dan area postrema.

Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) berlokasi di area postrema. Rangsangan perifer dan sentral dapat merangsang kedua pusat muntah dan CTZ.

Afferent dari faring, GI tract, mediastinum, ginjal, peritoneum dan genital dapat merangsang pusat muntah. Sentral dirangsang dari korteks serebral, cortical atas dan pusat batang otak, nucleus tractus solitarius, CTZ, dan sistem vestibular di telinga dan pusat penglihatan dapat juga merangsang pusat muntah.

Page 10: anestesi
Page 11: anestesi
Page 12: anestesi

Respons emosi keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambung yang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurunkan sekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.

Respons emosi keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambung yang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurunkan sekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.

Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Peningkatan sekresi lambung diperantarai oleh vagus, hal ini dapat distimulasi melalui: melihat, mencium bau dan memikirkan makanan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung.

Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Peningkatan sekresi lambung diperantarai oleh vagus, hal ini dapat distimulasi melalui: melihat, mencium bau dan memikirkan makanan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung.

Page 13: anestesi

REFLUKS GASTROESOFAGEALREFLUKS GASTROESOFAGEAL

FISIOLOGIS : Terjadi pada posisi tegak sewaktu makan atau pada posisi berbaring setelah makan . Esofagus berkontraksi untuk membersihkan lumen dari material refluks Tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala.

FISIOLOGIS : Terjadi pada posisi tegak sewaktu makan atau pada posisi berbaring setelah makan . Esofagus berkontraksi untuk membersihkan lumen dari material refluks Tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala.

PATOLOGIS : Bila terjadi berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama dan dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa, keadaan ini disebut sebagai Penyakit Refluks Gastroesofageal

PATOLOGIS : Bila terjadi berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama dan dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa, keadaan ini disebut sebagai Penyakit Refluks Gastroesofageal

Page 14: anestesi

asam lambung pada bagian distal esofagus

asam lambung pada bagian distal esofagus

merangsang refleks vagal eferen

merangsang refleks vagal eferen

bronkokontriksi, gerakan mendehem(throat clearing) dan batuk kronis

bronkokontriksi, gerakan mendehem(throat clearing) dan batuk kronis

respons neuroinflamasi mukosarespons neuroinflamasi mukosa

Page 15: anestesi

posisi berdiri yang berkepanjangan.

darah terkumpul di vena bawah

venous return berkurangcurah ke jantung serta

TD sistoliknya menurun

timbul refleks kompensasi normal (↑ frekuensi & kekuatan kontraksi jantung)

pada seseorang yang hipersensitif, reseptor vagal yang ada pada dinding bilik jantung kiri teraktivasi

frekuensi detak jantung berbalik menjadi lambat, pembuluh darah tepi melebar, dan kemudian terjadi hipotensi sehingga aliran

darah ke susunan saraf terganggu.

Page 16: anestesi

nyeri hebat, stress, emosi

respon kuat sistem saraf simpatik

meningkatkan vasodilatasi

overcompensation dari parasimpatis

penurunan tekanan darah dan detak jantung yang tiba-tiba.

meningkatkan vasodilatasi

Page 17: anestesi

PENATALAKSANAAN MUNTAH

Page 18: anestesi

PENATALAKSANAAN MUNTAH

Page 19: anestesi

PENATALAKSANAAN MUNTAH

Page 20: anestesi

PENATALAKSANAAN MUNTAH

Page 21: anestesi

PENATALAKSANAAN MUNTAH

Page 22: anestesi

PENATALAKSANAAN SINKOP VASOVAGAL

TEKNIK FISIK (tilt training / standing training).

TUJUAN : meningkatkan respon neurovaskular terhadap terhadap stress ortostatik. METODE : Pada awalnya, latihan berdiri dilakukan dua kali sehari selama 3-5 menit, kemudian ditambah durasinya tiap 3-4 hari menjadi dua kali sehari selama 30-40 menit.

Page 23: anestesi