Anemia Bezi Kel 3
-
Upload
try-ardita-febriani -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Transcript of Anemia Bezi Kel 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal.
Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang
dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
dan status kesehatan. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai
faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh
dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi
besi (1).
Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan
tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan
kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di
negara berkembang seperti Indonesia penyakit cacingan masih
merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena
diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya(1).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.
Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu,
lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan
prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia
gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan
mudah terkena infeksi. Agar anemia bisa dicegah atau diatasi maka
2
harus banyak mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu
penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
pencegahan infeksi cacing dan pemberian tablet Fe yang
dikombinasikan dengan vitamin C(1).
Kekurangan besi didalam tubuh dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi hal ini karena faktor-faktor mempengaruhinya misalnya
pola makanan sehat, tidur yang mencukupi, riwayat penyakit,
pengunaan obat dll. Sehingga, hal ini menjadi perhatian khusus guna
mempelajari kasus tentang penyakit anemia defisiensi besi. Pada
makalah ini, penulis akan mengupas kasus yang terkait pada anemia
defisiensi besi
Adapun manfaat mempelajari kasus anemia defisiensi besi
adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui penggunaan NSAID merupakan penyebab
umum darah kronis kerugian dan anemia defisiensi besi.
2. Mengidentifikasi tanda-tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan
laboratorium tentang penyakit anemia defisiensi besi.
3. Dapat memilih terapi besi yang tepat untuk pengobatan defisiensi
anemia besi.
4. Memahami parameter pemantauan baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek.
5. Menginformasikan pasien tentang efek negative anemia defisiensi
besi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal. Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi
dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat
besi(2).
Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel dan hemoglobin yang dikandungnya(5).
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar
dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu :
a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan
gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik adalah
eritropolesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta
gangguan metabolisme besi lainnya.
4
3. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.
Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan
juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi
yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro
(sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase).
Defisiensi zat besitidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)
sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda dari
anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan m’eningkatnya
kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya
simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin,berkurangnya
jumlah protoporpirin yang diubahmenjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya
yang khas yaitu rendahnya kadar Rb Bila sebagian dari feritin jaringan
meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah.
Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi
dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin
5
serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin
serum normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan
normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti
dengan kadar feritin. Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes
skrining dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel
darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH)
dengan batasan terendah 95% acuan(3).
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam
darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah
akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi
dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut
mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis.
Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga
kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah
yang disebut anemia gizi besi(5).
Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau
penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Besi
merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi
maka sintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar
hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital
6
bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah
mempengaruhi kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan
oleh seluruh jaringan tubuh. Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh
bayi, anak-anak, bahkan orang dewasa baik pria maupun wanita, dimana
banyak hal yang dapat mendasari terjadinya anemia defisiensi besi.
Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas, antara lain terjadi
perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-anak,
kurangnya konsentrasi pada anak yang mengakibatkan prestasi
disekolahnya menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja
sehingga produktivitasnya menurun. Kebutuhan besi yang dibutuhkan
setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan
untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis kelamin.
Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta
wanita menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin
menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yan disebabkan hal
lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang(5).
ZAT BESI (Fe)
Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50
mg/kilogram berat badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan
kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk organik, yaitu
sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu
sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira
7
70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau
esensial, dan 30 % merupakan Fe yang nonesensial(4).
Fe esensial ini terdapat pada :
1. Hemoglobin 66 %
2. Mioglobin 3 %
3. Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya
sitokrom oksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase
sebanyak 0,5%
4. Pada transferin 0,1 %.
Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan
hemosiderin sebanyak 25 %, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5 %.
Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron
adalah hati, jantung dan kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat
pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan nonheme-iron banyak terdapat
pada kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan dan sereal. Susu
dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah. Heme-iron
menyumbang hanya 1-2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika.
Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber utama zat besi(4)
.
8
Kebutuhan Zat Besi
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Umur, jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat
mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang
peranan yang penting pula.
Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi
disebabkan oleh pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi,
sedang dewasa kira-kira 5 gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata
0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertama
kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil
diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh
pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi
positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi(5).
METABOLISME BESI
Senyawa-senyawa esensial yang mengandung besi dapat
ditemukan dalam plasma dan di dalam semua sel. Karena zat besi yang
terionisasi bersifat toksik terhadap tubuh, maka zat besi selalu hadir dalam
bentuk ikatan dengan hem yang berupa hemoprotein (seperti hemoglobin,
mioglobin dan sitokrom) atau berikatan dengan sebuah protein (seperti
transferin, ferritin dan hemosiderin) Jumlah besi di dalam tubuh seorang
normal berkisar antara 3-5 g tergantung dari jenis kelamin, berat badan
dan hemoglobin. Besi dalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak
9
1,5 – 3g dan sisa lainnya terdapat dalam plasma dan Kebanyakan besi
tubuh adalah dalam hemoglobin dengan 1 ml sel darah merah
mengandung 1 mg besi (2000 ml darah dengan hematokrit normal
mengandung sekitar 2000 mg zat besi) Pertukaran zat besi dalam tubuh
merupakan lingkaran yang tertutup. Besi yang diserap usus setiap hari
kira-kira 1-2 mg, ekskresi besi melalui eksfoliasi sama dengan jumlah besi
yang diserap usus yaitu 1-2 mg. Besi yang diserap oleh usus dalam
bentuk transferin bersama dengan besi yang dibawa oleh makrofag
sebesar 22 mg dengan njumlah total yang dibawa tranferin yaitu 24mg
untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis. Eritrosit yang
terbentuk memerlukan besi sebesar 17 mg yang merupakan eritrosit yang
beredar keseluruh tubuh, sedangkan yang 7 mg akan dikembalikan ke
makrofag karena berupa eritropoesis inefektif. Secara umum,
metabolisme besi ini menyeimbangkan antara absorbsi 1-2 mg/ hari dan
kehilangan 1-2 mg/ hari. Kehamilan dapat meningkatkan keseimbangan
besi, dimana dibutuhkan 2-5 mg besi perhari selama kehamilan dan
laktasi. Diet besi normal tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut
sehingga diperlukan suplemen besi(5).
Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus
halus, terutama di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke
distal penyerapan akan semakin berkurang. Ada 2 cara penyerapan
besi dalam usus, yaitu :
10
1. Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari
makanan)
Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa
besi non heme berupa kompleks senyawa besi inorganik (ferri/
Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino dan vitamin C
mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi
oleh sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami
oksidasi menjadi feri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin
menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke peredaran darah
setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion
fero direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1
globulin membentuk transferin. Transferin berfungsi mengangkut
besi untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum tulang serta
jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh(6).
Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam
retikulosit yang akan bersenyawa dengan porfirin membentuk
heme. Persenyawaan globulin dengan heme membentuk
hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami
degradasi menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam
plasma dan mengikuti siklus seperti di atas(6).
11
2. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)
Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh
HCl lambung dan enzim proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi
hemin yang akan masuk ke sel mukosa usus secara utuh, lalu
dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin.
Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas(6).
Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron
2. Ferro lebih mudah diserap daripada ferri
3. Asam lambung akan membantu penyerapan besi
4. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat
5. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang
dewasa karena proses pertumbuhan
6. Absorbsi akan diperbesar oleh protein
7. Asam askorbat dan asam organik tertentu
Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara
mengubah kecepatan absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi
sehingga seluruh apoferitin dalam tempat cadangan besi sudah terikat
dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal akan
menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu
kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat(3).
12
PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif
Fe yang berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan
menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi
besi, yaitu(3) :
· Iron depletion
Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi
kadar Fe serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi
peningkatan absorpsi besi non heme.
· Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis
Pada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk
menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium
didapat kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun
sedangkan TIBC dan FEP meningkat.
· Iron deficiency anemia
Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe.
Keadaan ini ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau
tidak ada, kadar Fe serum rendah, saturasi transferin rendah,
dan kadar Hb atau Ht yang rendah
Perubahan epitel yang menimbulkan gejala koilonikia (spoon-
shaped
nail), atrofi papila lidah, perubahan mukosa lambung dan usus
halus.
Penurunan aktivitas kerja.
13
Termogenesis yang abnormal ditandai dengan ketidakmampuan
mempertahankan suhu tubuh normal saat udara dingin.
Da
ya tahan tubuh menurun karena fungsi leukosit yang abnormal.
Etiomologi Anemia Defisiensi Besi
Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam dengan menu
makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging,
unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi
sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun
kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,
distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah,
kemiskinan dan ketidaktahuan(6).
2. Penyerapan zat besi Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin
ketersediaan zat besi dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang
diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang
dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi(6).
3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan
seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui.
Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis
yang disebabkan oleh parasit(6).
14
4. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin
disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi
basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi.Di samping itu
kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam
usus(6)
GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI
Pada anemia defisiensi besi biasanya penurunan hemoglobinnya
terjadi perlahan-lahan dengan demikian memungkinkan terjadinya proses
kompensasi dari tubuh, sehingga gejala aneminya tidak terlalu tampak
atau dirasa oleh penderita.Gejala klinis dari anemia defisiensi besi ini
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :1]. Gejala umum dari anemia itu
sendiri, yang sering disebut sebagai sindroma anemia yaitu merupakan
kumpulan gejala dari anemia, dimana hal ini akan tampak jelas jika
hemoglobin dibawah 7 – 8 g/dl dengan tanda-tanda adanya kelemahan
tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi, penurunan daya
konsentrasi,sulit nafas (khususnya saat latihan fisik), mata berkunang-
kunang, telinga mendenging, letargi, menurunnya daya tahan tubuh, dan
keringat dingin(7).
2] Gejala dari anemia defisiensi besi: gejala ini merupakan khas pada
anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lainnya, yaitu:
1. koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok dimana kuku berubah jadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga mirip sendok.
15
2. Atropi papil lidah. Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap
disebabkan karena hilangnya papil lidah.
3. Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut.
4. Glositis
5. Pica/ keinginan makan yang tidak biasa
6. Disfagia merupakan nyeri telan yang disebabkan `pharyngeal web`
7. Atrofi mukosa gaster.
8. Sindroma Plummer Vinson/ Paterson kelly ini merupakan kumpulan
gejala dari anemia hipokromik mikrositik, atrofi papil lidah dan disfagia.
Anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak sangat bermakna, karena
dapat menimbulkan irritabilitas, fungsi cognitif yang buruk dan
perkembangan psikomotornya akan menurun. Prestasi belajar menurun
pada anak usia sekolah yang disebabkan kurangnya konsentrasi, mudah
lelah, rasa mengantuk.Selain itu pada pria atau wanita dewasa
menyebabkan penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh
kelemahan tubuh, mudah lelah dalam melakukan pekerjaan fisik/ bekerja.
3. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang mendasari terjadinya
anemia defisiensi besi tersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang maka akan dijumpai gejala dispepsia, kelenjar parotis
membengkak, kulit telapak tangan warna kuning seperti jerami. Jika
disebabkan oleh perdarahan kronis akibat dari suatu karsinoma maka
gejala yang ditimbulkan tergantung pada lokasi dari karsinoma tersebut
beserta metastasenya(7).
16
Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan anemia
adalah(7)
a. Suplementasi tabet Fe
b. Fortifikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi
pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C
d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam
upaya mencegah dan menanggulangi anemia adalah dengan
mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai
penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada
Hemoglobin.
e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah
merintis langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat
meningkatkan hemoglobin.
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
Dapat dilakukan antara lain dengan cara(7):
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan
hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi
sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif
yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam
17
makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang
dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan
konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-
buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin.
b. Suplementasi zat besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin
Efek samping dari pemberian besi feroral adalah mual,
ketidaknyamanan epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini
tergantung dosis yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi
dosis dan meminum tablet segera setelah makan atau bersamaan dengan
makanan.
a. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan
pangan untuk meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi
zat besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah
penampilanm bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak
mengubah rasa, warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan.
18
Selain itu pangan yang difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi
masyarakat seperti tepung gandum untuk pembuatan roti.
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit Penyakt infeksi dan
parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi. Dengan
menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit diharapkan bisa
meningkatkan status besi tubuh.
Pemantauan
Terapi(7)
a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala
gangguan gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu
hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi
yang bersifat sementara.
Tumbuh Kembang
a. Penimbangan berat badan setiap bulan
b. Perubahan tingkah laku
c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar
pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi
d. Aktifitas motorik
19
Gambar .Tangan Orang yang mengalami anemia defisiensi besi
20
BAB III
STUDI KASUS
Identifikasi Masalah
1.a. Apa masalah terapi obat potensial yang dimiliki oleh pasien ?
Salah satu penyebab utama anemia defisiensi besi pada pria
dewasa adalah kehilangan darah kronik biasanya dari saluran
cerna. Pembentukan gastric ulcer akibat penggunaan obat-obat
golongan AINS seperti ibuprofen mungkin penyebabnya. Pasien
mengkonsumsi ibuprofen (600 mg 3-4 kali sehari) untuk
mengatasi sakit pada lututnya
Sebelumnya pasien menggunakan antasida untuk mengatasi sakit
perutnya. Antasida mengandung Mg, Al, dan Ca yang dapat
menurunkan absorbsi besi.
Saat ini pasien menerima terapi untuk gastropati yang diinduksi
oleh AINS yaitu, esomeprazole (golongan PPI) untuk
menghilangkan rasa sakit dan mencegah stress ulcer. Setelah
pasien dapat menelan obat oral, IV PPI dapat diganti dengan
sediaan oralnya, di mana pemberiannya sebaiknya dilakukan 2-4
jam setelah pemberian fero sulfat.
1.b. Apa tanda-tanda, gejala, dan temuan laboratorium yang konsisten
dengan temuan anemia defisiensi besi akibat kehilangan darah?
Tanda-tanda :
21
Konjungtiva yang pucat
Feses positif guaiac (terdapat darah pada feses)
Sel darah merah yang mikrositik dan hipokromik
Hasil EGD menunjukkan gastritis parah dengan banyak
pendarahan kecil yang ditemukan
Gejala :
Lemah, kelelahan
Mual
Pusing
Rasa sakit di perut setelah makan (tanda gastric ulcer)
Melena
Hasil Laboratorium :
Nilai RBC (Red Blood Count), Hgb, dan Hct yang rendah
Nilai RDW ( Red Cell Distribution Width) meningkat pada
complete blood count (CBC), mengindikasikan standar deviasi
yang besar untuk mean MCV. Hal ini merupakan indicator awal
untuk defisiensi besi eritropoiesis dalam CBC.
Nilai MCV(Mean Corpuscular Volume) , MCH (Mean Corpuscular
Hemoglobin) , dan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration) yang rendah. Nilai MCV yang rendah menunjukkan
sel darah merah yang mikrositik dan nilai MCHC yang rendah
menunujukkan hipokromia.
Nilai serum besi yang rendah
22
Nilai TIBC (Toatal Iron Binding Capacity) yang meningkat
menyebabkan penurunan saturasi transferin. Tingginya nilai TIBC
mengindikasikan kelebihan transferin bebas untuk mengikat besi
namun serum besi terlalu sedikit sehingga nilai saturasi transferin
menurun.
Nilai transferin yang rendah. Nilai transferin merupakan parameter
yang paling spesifik untuk anemia defisiensi besi.
Nilai vitamin B12 dan asam folat yang normal mengindikasikan
bukan anemia megaloblastik.
Hasil Yang diharapkan
2. Apa tujuan farmakoterapi untuk anemia pasien tersebut?
Mengidentifikasi dan mengobati penyebab dari hilangnya besi jika
memungkinkan. Misalnya menghentikan penggunaan AINS untuk
23
mengobati osteoarthritis pasien dan mengobati gastric ulcer.
Pasien ini memiliki beberapa faktor resiko : pernah mengalami
pendarahan di saluran cerna, umur diatas 60 tahun, penggunaan
AINS dosis tinggi (ibuprofen 600 mg 3-4 kali sehari).
Meningkatkan kadar hemoglobin dengan pemberian PRBC, yang
akan meningkatkan kapasitas membawa oksigen sel darah merah,
menghilangkan gejala, diikuti dengan penyimpanan kelebihan besi
total tubuh jangka panjang dan mencegah komplikasi anemia.
Menilai gejala arthritis untuk menentukan terapi yang paling tepat
Mengedukasi pasien mengenai gastropati akibat NSAID dan
merekomendaasikan pemeriksaan berkala.
Terapeutik Alternatif
3.a. Apa terapi tanpa obat yang mungkin efektif untuk mengatasi anemia
tersebut?
Mengonsumsi makanan yang kaya akan besi seperti daging merah,
ikan, daging ayam, dan jus jeruk.
Mengonsumsi makanan yang kaya akan asam askorbat untuk
meningkatkan absorbsi besi
Menghindari makanan yang dapat menurunkan absorbsi besi
seperti teh, sereal, makanan berserat, susu dan produk susu
lainnya, dsb. Makanan-makanan ini sebaiknya tidak dimakan
bersamaan dengan makanan yang kaya besi
24
Mengetahui obat-obatan yang dapat mengganggu penyerapan
besi. Contohnya antasida, kuinolon, tetrasiklin.
3.b. Apa farmakoterapeutik alternative yang dapat digunakan untuk
mengobati anemia pasien tersebut?
Terapi Besi Oral
Pada sebagian besar kasus, pengobatan yang disarankan adalah
terapi besi oral dengan garam fero. Bentuk fero sulfat, suksinat,
laktat, fumarat, glutamate, dan glikonat, semua memiliki
penyerapan yang sama. Sebaiknya digunakan tablet yang bukan
salut enterik dan atau lepas lambat. Penyerapan besi paling
maksimal terjadi dalam suasana asam. Suasana asam menjaga
besi dalam bentuk larutnya sehingga mudah diserap. Bentuk
sediaan lepas lambat atau salut enterik baru terdisolusi sempurna
di usus halus (suasana basa). Dalam suasana basa besi berada
dalam bentuk tidak larutnya sehingga absorbsinya menurun dan
dapat terjadi efek hematinik.
25
Dosis yang diberikan adalah 200 mg besi elemental sehari dalam
dua atau tiga dosis terbagi. Jika dosis tersebut tidak dapat ditolerir,
maka dosis dapat diturunkan hingga 110-120 mg besi elemental
walaupun penyembuhan lambat.
Beberapa produk besi mengandung asam askorbat untuk
meningkatkan absorbsi besi atau pelunak feses (contoh : docusate)
untuk menurunkan efek kostipasi besi.
Besi sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan karena makanan
mengganggu absorbsi besi. namun jika merasa mual maka dapat
dikonsumsi bersama makanan, tetapi absorbsinya dapat menurun
hingga setengahnya. Obat yang berinteraksi dengan besi harus
dipisahkan 2-4 jam.
Jika, ditangani dengan baik respon harus sudah terlihat dalam 7-10
hari dan nilai hemoglobin sudah meningkat menjadi 1 g/dL per
minggu. Jika tidak ada peningkatan sampai 2 g/dL dalam 3 minggu
maka harus dilakukan penilaian ulang.
Besi Parenteral
Besi parenteral mungkin dibutuhkan oleh pasien dengan
malabsorbsi besi, tidak dapat mentolerir terapi besi oral, atau yang
terus mengalami pendarahan. Efek samping lebih jarang terjadi.
Terdapat empat sediaan parenteral besi yaitu besi dekstran,
kompleks natrium feri glukonat dalam sukrosa, besi sukrosa, dan
26
ferumoksitol. Sediaan ini memiliki efikasi yang sama tetapi memiliki
sifat farmakologi, farmakokinetik, dan keamanan yang berbeda.
Besi dekstran paling umum digunakan pada pasien dengan sakit
ginjal kronis/pasien hemodialisis. Besi dekstran harus diproses oleh
makrofag agar besi dapat tersedia secara biologi. Pemberiannya
dapat secara intramuskular mingguan atau injeksi IV atau sebagai
infus IV besi parenteral (infus dosis total). Besi dekstran sering
menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitif. Selain itu, besi
dekstran telah dihubungkan dengan kematian akibat reaksi
anafilaksis. Dosis uji sebanyaknya 25 mg dilarutkan dalam 50 ml
larutan saline dan diinfuskan selama 5 menit untuk mengetahui
adanya efek samping dalam waktu 60 menit. Jika tidak terjadi
reaksi maka total dosis dapat diberikan dalam 1000 ml larutan
saline lebih dari 6 jam, dengan pengamatan ketat terhadap kondisi
pasien.
Perhitungan total dosis besi berdasarkan bobot badan dan
hemoglobin :
Besi dekstran (ml) = 0,0442 x [(Hgbdiinginkan – Hgbdiaamati) x
BB ideal (kg)] + (0,26 x BB ideal)
BB ideal pria = 50 kg + (2.3 x inchi lebih dari 5 kaki) BB ideal wanita = 45.5 kg + (2.3 × inchi lebih dari 5 kaki)
Total dosis besi menunjukkan perkiraan jumlah besi yang setara
dengan kekurangan total besi pasien. Sebagian besar kompleks
besi dekstran diambil dan disimpan di berbagai sel
27
retikuloendotelial dan dilepaskan perlahan dalam jumlah yang
dapat diikat oleh transferin. Akibatnya, kadar mingguan hemoglobin
meningkat dengan laju yang sama dengan besi oral (1-2 g/dL per
minggu)
Sediaan besi sukrosa dan natrium besi glukonat lebih aman
digunakan dibanding besi dekstran. Natrium besi glukonat tersedia
dalam bentuk larutan aqueous diberikan dalam bentuk ampul 5 ml
mengandung 62,5 mg besi elemental. Tidak ada transfer besi
langsung dari besi glukonat ke transferin. Kompleks tersebut
langsung diambil oelh system fagositik mononuklear dan
mempunyai waktu paro sekitar 1 jam dalam aliran darah. Tidak
dibutuhkan dosis uji. Efek anafilaksis Natrium besi glukonat lebih
sedikit dibanding besi dekstran.
Besi sukrosa tersedia dalam bentuk vial dosis tunggal 5 ml. Tiap
vial mengandung 100 mg besi sukrosa (20 mg/ml). Waktu paronya
kira-kira 6 jam dengan volume distribusi yang sama dengan besi
dekstran. Besi sukrosa dapat ditoleransi dengan baik namun
efeknya kurang dari yang diharapkan dalam mempertahankan
Hgb>11 g/dL dan saturasi transferin >25%. Namun, secara
keseluruhan besi sukrosa terbukti aman dan efektif.
Transfusi
Transfusi darah baru diberikan jika pasien mengalami anemia
parah yang harus segera ditangani. Biasanya pasien dengan
28
konsentrasi hemoglobin 1-8 g/dL ( 70-80 g/L atau 4,34-4,96 mmol/l)
adalah kandidat untuk transfuse.
Transfusi pada anemia krinik dapat meningkatkan konsentrasi
hemoglobin dalam waktu singkat namun tidak mengatasi gangguan
yang ada.
4. Gambaran optimal mengenai rencana farmakoterapi untuk pasien :
Dosis lazim ferro sulfat, 300-325 mg peroral 3 kali sehari, lebih
diutamakan untuk diberikan sebelum makan, selama 3-6 bulan.
Terapi ini diajukan pada dosis rendah untuk mengurangi efek
samping pada gastrointestinal dan dapat diberikan dengan
makanan jika terjadi gangguan pencernaan (GI). Pasien anemia
membutuhkan kira-kira 200mg asupan besi per hari.
Terapi lain yang dapat diterima termasuk ferous glukonat 325 mg
atau ferrous fumarat 200 mg mg per oral 3 kali sehari sebelum
makan selama kurang lebih 6 bulan. Kedua terapi alternatif ini
memberikan sekurang-kurangnya asupan besi per hari tetapi
dapat juga menurunkan intoleransi pada GI. Terapi ini dapat
diberikan secara seimbang dalam jangka waktu lebih lama untuk
memastikan anemia dengan dosis yang diturunkan.
Pemberian iron dextran secara parenteral dengan 'total dosis zat
besi', merupakan metode yang tepat untuk diberikan pada sekali
waktu untuk memenuhi kebutuhan zat besi.
29
Karena pada pasien yang utamanya memiliki OA symptom
merasakan sakit bukan nyeri,maka disarankan untuk
menggunakan asetaminofen sebagai obat alternatif atau
suplemen untuk NSAID sebagai obat tambahan untuk penghilang
rasa nyeri pada dosis rendah maksimum 2 g per hari. Percobaan
terapeutik lain yang dapat dianjurkan dengan glukosamin atau non
asetilsalisilat seperti kolin magnesium salisilat atau magnesium
salisilat yang dapat menyebabkan kurangnya efek samping pada
GI (meminimalkan efek gastropati).
PPI diindikasikan pada pasien untuk mnyembuhkan ulser pada
bagian gastro/lambung dan profilaksis pada gastro dalam jangka
waktu yang lama .
5. Apakah parameter klinikal dan laboratorium dibutuhkan untuk
mengevaluasi terapi yang digunakan berdasarkan hasil teraputik
yang diinginkan untuk mendeteksi dan mencegah efek samping :
Simptomatik dapat diketahui berdasarkan keluhan
langsung yang dinyatakan oleh pasien. Contoh : lemah, lesu,
sakit kepala
Peningkatan retikulosit selama 3-10 hari setelah terapi
dimulai, retikulositosis dapat digunakan setelah dikonfirmasi dan
pasien yang menerima dosis obat zat besi secara oral. Terapi ini
diajukan dan terlihat stelah pemberian 2 minggu pertama
30
selama pengobatan dan tidak boleh digunakan sebagai
monitoring parameter setelah itu.
Keadaan normal untuk hemoglobin, hematokrit, RBC,
MCV, MCH, MHCH, RDW, serum besi, TIBC, saturasi transterin
dan serum feritrin dengan interval waktu berbeda. Nilai
hemoglobin akan meningkat 1-2g/dL per minggu sampai terjadi
normalisasi. Setelah hemoglobin dan hematokrit normal, serum
feritrin dapat normal kembali 6bln-1thn.
Efek samping: potensial efek GI dengan pemberian oral :
mual, muntah, konstipasi, diare, iritasi GI, rasa tidak nyaman
pada bagian abdomen dan dark stools. Pemberian ini dengan
makanan mungkin dibutuhkan jika timbul efek samping pada GI
walaupun akan menurunkan absorpsi zat besi dalam tubuh.
5. Informasi yang dapat diajukan pada pasien untuk meningkatkan
kebutuhan, menjamin keberhasilan terapi dan meminimalkan
efek samping :
Terapi zat besi secara oral :
Sangat penting untuk digunakan dengan semua takaran dosis
zat besi dan dilanjutkan dengan terapi yang diresepkan dalam
jangka waktu yang lama, umumnya 3-6 bulan. Walaupun beberapa
dari hasil tes darah seperti hemoglobin dan hematokrit mungkin
akan kembali ke normal pada pemberian minggu pertama, dalam
31
jangka waktu 3-6 bulan untuk melengkapi kebutuhan zat besi
dalam tubuh.
Menggunakan pengobatan ini 3x1 sehari dalam keadaan perut
kosong (1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan)
Menggunakan masing-masing dosis dengan takaran sendok
penuh.
Dosis dengan efek samping yang mungkin terjadi termasuk
muntah, mual, iritasi lambung, nyeri perut, wajah memerah,
konstipasi atau diare. Efek ini biasanya sembuh dengan terapi
kontinyu. Jika efek samping pada bagian abdomen (nyeri perut)
berlanjut, gunakan obat ini bersama dengan makanan tetapi
absorpsi zat besi akan berkurang dalam tubuh. Obat ini
menyebabkan dark stools.
Hindari konsumsi obat dengan susu atau dairy product seperti
diet fiber karena dapat menyebabkan absorpsi zat besi berkurang.
Obat yang diketahui dapat menurunkan absorpsi zat besi
termasuk antasida, tetrasiklin, suplemen kalsium, bifosfat ,zat-zat
asam sekuisteran seperti kolestiramin dan suplemen enzim
pankreas.
Jika obat antasida dibutuhkan/sedang dikonsumsi maka obat
zat besi dapat dikonsumsi 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
mengkonsumsi obat antasida.
32
Jika pasien lupa mengkonsumsi obat sesuai waktunya maka
ketika pasien telah mengingat sebaiknya langsung dikonsumsi
kembali. Obat dengan zat besi sebaiknya dikonsumsi sesuai
aturan pemakaian berdasarkan selang wktu.
Ikuti saran diet dengan hati-hati berdasarkan pentingnya asupan
zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak karena dapat
menyebabkan overdosis pada anak-anak dan sgat berbahaya bagi
anak-anak.
Pengkonsumsian obat harus berdasarkan aturan/anjuran
dokter.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Bruce M. Camitta. Nelson Textbook of Pediatric,”Anemia”. 17th
edition. United State of America;Saunders;2004
2. Sylvia A.P. Patofisiologi”Sel Darah Merah”. Edisi 4. EGC;1994
3. Raspati H., Reniarti L., Susanah S. Buku Ajar Hematologi Onkologi
Anak. “Anemia”. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005
4. Supandiman.I. Hematologi Klinik. “Anemia” Edisi 2. Alumni 1997
5.Wijaya,Yoppi.Anemia Defisiensi Besi .Universitas Wijaya
Kusuma.Surabaya.2007.hal 1-12
6. Marlina Eva Riyanti 2 Koredianto Usman, ST, MSc. 3 Achmad
Rizal, ST, MT.. deteksi dan klasifikasi penyakit anemia (defisiensi
besi, hemolitik dan hemoglobinopati) berdasarkan struktur fisis sel
darah merah menggunakan pengolahan citra digital.Insititut
Tehnologi Telkom.Bandung.hal 1-9
7. Kartamijaya,Emi.Anemia Defisiensi Besi. Universitas Wijaya
Kusuma.Surabaya.2007.hal 1-8