ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK...

16
ISSN : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum 1) , Soffi Handayani 2) 1), 2) Program Studi D3 Rekam Medik dan Informasi Kesehatan STIKes Widya Cipta Husada Malang [email protected] ABSTRACK Efficiency is one of the parameters / performance indicators that theoretically underlies the entire performance of an organization in this case is the hospital service. One of the services provided in the hospital is hospitalization. Assessment of hospital efficiency, can use Barber Johnson chart. In this graph there is an area called the efficiency area. Gondanglegi Islamic Hospital in 2017 still does not meet the predefined Barber Johnson chart standards and in 2017 decreased bed usage levels. The purpose of this study is to analyze the efficiency of Gondanglegi Islamic Hospital service in 2017 through the Barber Barber approach. The research method is using descriptive research with quantitative approach. The results explain that the meeting point at Barber Johnson Graph is outside the efficiency area. Factors that cause services in Gondanglegi Islamic Hospital is not efficient is the utilization of SIMRS less than the maximum, the number of patients is still a little because of the promotion of the management is still minimal. Keywords: Efficiency analysis, hospital, barber charts johnson PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Adapun tujuan rumah sakit, rumah sakit mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselama- tan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit dan memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya supaya dapat menjalankan kegiatan dan pengembangan rumah sakit diperlukan surplus atau pemasukan yang lebih dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang efisien[1]. Efisiensi merupakan salah satu parameter indikator kinerja yang secara teorits mendasari seluruh kinerja suatu organisasi dalam hal ini rumah sakit. efisiensi dapat digunakan untuk pengalokasian sumber daya dengan lebih tepat sasaran sehingga sumber daya yang datang dari pemegang saham dapat dioptimalkan[2]. Pemanfaatan sumber daya yang berdaya guna dan berhasil guna juga berpengaruh terhadap efisiensi rumah sakit. Menurut George R. Terry Sumber daya tersebut meliputi : man, metode, materials, machines, money, markets. Man adalah faktor dari manusia yang bekerja pada rumah sakit tersebut. Pada petugas pelaporan terdapat 2 petugas di RSI Gondanglegi. Methode yaitu suatu tata cara yang diperlukan untuk memperlancar suatu usaha atau pekerjaan. Pelaporan/pembuatan Grafik Barber Johnson RSI Gondanglegi tidak dilakukan secara rutin (tiap bulan). Salah satu yang juga berpengaruh terhadap efisiensi yaitu teknologi. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia[3]. Oleh karena itu, nilai efisiensi sangat penting untuk diukur dan diketahui oleh manajemen rumah sakit, untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit yang biasa digunakan adalah grafik Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat suatu daerah yang disebut sebagai daerah efisien. Daerah efisien digunakan untuk membantu pembaca untuk menentukan apakah dengan nilai-nilai keempat parameter tersebut,

Transcript of ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK

BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI

RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum

1), Soffi Handayani2)

1), 2) Program Studi D3 Rekam Medik dan Informasi Kesehatan

STIKes Widya Cipta Husada Malang

[email protected]

ABSTRACK

Efficiency is one of the parameters /

performance indicators that theoretically

underlies the entire performance of an

organization in this case is the hospital service.

One of the services provided in the hospital is

hospitalization. Assessment of hospital

efficiency, can use Barber Johnson chart.

In this graph there is an area called the

efficiency area. Gondanglegi Islamic Hospital

in 2017 still does not meet the predefined

Barber Johnson chart standards and in 2017

decreased bed usage levels. The purpose of this

study is to analyze the efficiency of

Gondanglegi Islamic Hospital service in

2017 through the Barber Barber approach. The

research method is using descriptive research

with quantitative approach. The results explain

that the meeting point at Barber Johnson Graph

is outside the efficiency area. Factors that cause

services in Gondanglegi Islamic Hospital is not

efficient is the utilization of SIMRS less than

the maximum, the number of patients is still a

little because of the promotion of the

management is still minimal.

Keywords: Efficiency analysis, hospital, barber

charts johnson

PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat. Adapun tujuan rumah sakit,

rumah sakit mempermudah akses masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,

memberikan perlindungan terhadap keselama-

tan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit

dan sumber daya manusia di rumah sakit,

meningkatkan mutu dan mempertahankan

standar pelayanan rumah sakit dan memberikan

kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,

sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah

Sakit. Namun untuk menjaga kelangsungan

hidupnya supaya dapat menjalankan kegiatan

dan pengembangan rumah sakit diperlukan

surplus atau pemasukan yang lebih dan

penggunaan sarana pelayanan kesehatan

yang efisien[1]. Efisiensi merupakan salah satu

parameter indikator kinerja yang secara teorits

mendasari seluruh kinerja suatu organisasi

dalam hal ini rumah sakit. efisiensi dapat

digunakan untuk pengalokasian sumber daya

dengan lebih tepat sasaran sehingga sumber

daya yang datang dari pemegang saham dapat

dioptimalkan[2].

Pemanfaatan sumber daya yang berdaya guna

dan berhasil guna juga berpengaruh terhadap

efisiensi rumah sakit. Menurut George R. Terry

Sumber daya tersebut meliputi : man, metode,

materials, machines, money, markets. Man

adalah faktor dari manusia yang bekerja pada

rumah sakit tersebut. Pada petugas pelaporan

terdapat 2 petugas di RSI Gondanglegi.

Methode yaitu suatu tata cara yang diperlukan

untuk memperlancar suatu usaha atau

pekerjaan. Pelaporan/pembuatan Grafik Barber

Johnson RSI Gondanglegi tidak dilakukan

secara rutin (tiap bulan). Salah satu yang juga

berpengaruh terhadap efisiensi yaitu teknologi.

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk

menyediakan barang-barang yang diperlukan

bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup

manusia[3].

Oleh karena itu, nilai efisiensi sangat penting

untuk diukur dan diketahui oleh manajemen

rumah sakit, untuk mengukur tingkat efisiensi

rumah sakit yang biasa digunakan adalah grafik

Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat

suatu daerah yang disebut sebagai daerah

efisien. Daerah efisien digunakan untuk

membantu pembaca untuk menentukan apakah

dengan nilai-nilai keempat parameter tersebut,

Page 2: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

pemakaian tempat tidur di sebuah rumah sakit

sudah efisien atau tidak. Grafik Barber Johnson

sebagai salah satu indikator efisiensi

pengolahan rumah sakit berguna untuk

membandingkan tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur, memonitor perkembangan target

efisiensi penggunaan tempat tidur dan

membandingkan tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur antar unit. Indikator yang dapat

dgunakan untuk mengukur efisiensi yaitu

dengan menggunakan parameter BOR (Bed

Occuparty Rate), LOS (Lenght of Stay),

TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed

Turn Over). Apabila titik temu keempat

garis tersebut berada pada daerah efisien,

maka pemanfaatan tempat tidur sudah

efisien, begitu pula sebaliknya.

Grafik Barber Johnson memiliki indikator yang

sama dengan yang telah ditetapkan Depkes RI

(2005) dan Sudra (2010), namun memiliki

standar yang berbeda. Menurut Depkes RI yaitu

BOR 60-85%, ALOS 6-9 hari, TOI 1-3 hari,

dan BTO 40-50 kali. Sedangkan menurut

Sudra (2010), BOR 75-85%, ALOS 3-12

hari, TOI 1-3 hari, dan BTO 30 kali.

2. Rumusan Masalah Bagaimana tingkat efisiensi Rumah Sakit

Islam Gondanglegi berdasarkan Grafik

Barber Johnson di Rumah Sakit Islam

Gondanglegi ?

3. Tujuan

3.1. Tujuan Umum Menganalisa efisiensi pelayanan rawat inap

berdasarkan Grafik Barber Johnson pada

Rumah Sakit Islam Gondanglegi.

3.2. Tujuan Khusus 1. Analisa Tingkat Efisisensi Rumah Sakit

Islam Gondanglegi Tahun 2016

Berdasarkan Grafik Barber Johnson.

(Indikator BOR, ALOS, TOI, dan BTO)

2. Identifikasi faktor pemanfaatan efisiensi

sumber daya di Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016 (Man, Methode,

dan Teknologi) dalam pembuatan laporan.

4. Manfaat

4.1 Manfaat bagi STIKes Widya Cipta

Husada

Sebagai acuan dan kajian untuk mahasiswa

yang ingin melakukan penelitian lebih

lanjut tentang Grafik Barber Johnson.

4.2. Manfaat bagi Rumah Sakit Sebagai bahan analisa pihak Rumah Sakit

Islam Gondanglegi dalam efisiensi

pelayanan rawat inap serta dapat menjadi

bahan pertimbangan untuk memenuhi

standar mutu pelayanan rawat inap.

5. Batasan Penelitian Faktor yang mempenggaruhi efisiensi

rumah sakit yaitu man, money,

methode, machine, material, market, dan

teknologi. Namun karena keterbatasan

waktu peneliti hanya meneliti tiga faktor

yaitu man, methode, dan teknologi.

TINJAUAN PUSTAKA 1 Konsep Dasar

1.1 Rumah sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44

Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

1.2 Pelayanan rawat inap Menurut Rustiyanto (2010), pelayanan

Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien

yang melakukan observasi, diagnosis,

terapi atau rehabilitasi yang perlu menginap

dan menggunakan tempat tidur serta

mendapat makanan dan pelayanan perawat

terus menerus.

1.2 Pelaporan rumah sakit Menurut Surat Keputusan Menteri

Kesehatan (Kepmenkes) RI No 1711

/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem

Informasi Rumah Sakit pada tanggal 15

juni 2011 bahwa setiap rumah sakit wajib

untuk membuat pelaporan rumah sakit,

pelaporan rumah sakit adalah suatu alat

organisasi yang bertujuan untuk dapat

Page 3: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

menghasilkan laporan secara cepat, tepat

dan akurat. Jenis pelaporan di rumah sakit

dibedakan menjadi 2 yaitu laporan intern

rumah sakit dan laporan ekstern rumah

sakit.

1. Laporan Intern rumah Sakit Yaitu

laporan yang dibuat sebagai masukan

untuk menyusun konsep rancangan

dasar sistem informasi manajemen

rumah sakit. Jenis laporan tersebut

adalah :

a. Sensus harian

b. Perhitungan statistik rumah sakit

c. Kegiatan persalinan

d. Kegiatan rawat jalan

2. Laporan Ekstern rumah Sakit Yaitu

laporan yang wajib dibuat oleh rumah

sakit sesuai dengan peraturan yang

berlaku, ditujukan kepada Departemen

Kesehatan (Depkes) RI, Kanwil

Depkes RI. Jenis laporan tersebut

adalah:

a. Data kegiatan rumah sakit

Rekapitulasi Laporan (RL 1)

b. Data keadaan morbiditas pasien

rawat inap (RL 2a)

c. Data keadaan morbiditas penyakit

khusus pasien rawat inap (RL 2a1)

d. Data keadaan morbiditas pasien

rawat jalan (RL 2b)

e. Data keadaan morbiditas penyakit

khusus pasien rawat jalan (RL 2b1)

f. Data status imunisasi (RL 2c)

g. Data individual morbiditas pasien

rawat inap pasien umum (RL 2.1)

h. Data individual morbiditas pasien

rawat inap pasien obstetri (RL 2.2)

i. Data individual morbiditas pasien

rawat inap bayi baru lahir/lahir mati (RL 2.3)

j. Data dasar rumah sakit (RL 3)

k. Data ketenagaan rumah sakit (RL 4)

l. Data peralatan medik rumah sakit dan

data kegiatan kesehatan lngkungan (RL

5)

m. Data infeksi nosokomial rumah sakit

(RL 6)

1.4 Statistik rumah sakit

Statistik rumah sakit menurut Sudra (2010)

yaitu “statistik yang menggunakan dan

mengolah sumber data dari pelayanan

kesehatan di rumah sakit untuk

menghasilkan informasi, fakta dan

pengetahuan berkaitan dengan pelayanan

kesehatan di rumah sakit”. Dalam

pelayanan pasien di rumah sakit, data

dikumpullkan setiap hari dari pasien rawat

inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Data

tersebut berguna untuk memantau

perawatan pasien setiap hari, mingguan,

bulanan dan lain-lain. Menurut Sudra

(2010:3) informasi dari statistik rumah sakit

digunakan untuk berbagai kepentingan,

antara lain :

1. Perencanaan, pemantauan pendapatan

dan pengeluaran dari pasien oleh pihak

manajemen rumah sakit

2. Pemantauan kinerja medis

3. Pemantauan kinerja non medis.

1.5 Rekam medis

Menurut PERMENKES No. 269/MENKES

/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa

rekam medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan

dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Menurut Hatta (2011),

rekam medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan

dan pelayanan lain kepada pasien pada

sarana pelayanan kesehatan.

1.6 Efisiensi Menurut Hatta (2011) efisiensi merupakan

salah satu parameter/indikator kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja

suatu organisasi dalam hal ini adalah rumah

sakit. Tanpa pengawasan terhadap efisiensi,

masalah dapat muncul dari sisi manajemen

yang berujung pada tindakan-tindakan

penyimpangan. Begitu pula efisiensi dapat

digunakan untuk mengalokasikan sumber

daya dengan lebih tepat sasaran sehingga

sumber daya yang datang dari pemegang

saham dapat dimanfaatkan secara optimal.

Page 4: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

METODE PENELITIAN 1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Metode penelitian deskriptif

merupakan metode yang memberikan

gambaran secara tepat tentang gejala-gejala

dari obyek yang diteliti, sedangkan metode

penelitian kuantitatif merupakan metode

penelitian yang berdasarkan pada filsafat

positifme karena pada data penelitian

berupa angka-angka dan analisa data

menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).

Metode penelitian ini bertujuan untuk

memberiakan gambaran tentang analisa

indikator efisiensi rumah sakit di unit rawat

inap RSI Gondanglegi.

2 Kerangka Operasional

2.1 Tahap persiapan Pada tahap persiapan ini penelitian dimulai

dengan menentukan topik penelitian yang

akan diteliti, kemudian mengajukan surat

ijin studi pendahuluan agar dapat

melakukan studi pendahuluan di Rumah

Sakit Islam Gondanglegi. Peneliti

mempersiapkan alat untuk penunjang

dalam melaksanakan penelitian.

2.2 Tahap pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

April sampai dengan Juli di Rumah Sakit

Islam Gondanglegi yang memfokuskan

pada analisa 30 indikator efisiensi rumah

sakit di unit rawat inap pada tahun 2016

ditinjau dari parameter Barber Johnson

yaitu BOR, ALOS, TOI dan

BTO. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi

observasi, pengumpulan data dan

pengolahan data.

2.3 Tahap penyusunan laporan Tahap penyusunan laporan dilakukan

dengan cara menganalisa dan mengolah

data yang telah diperoleh dan disajikan

dalam bentuk grafik yang menggambarkan

efisiensi indikator rumah sakit pada rawat

inap tahun 2016 sesuai dengan parameter

statistik Rumah Sakit Islam Gondanglegi.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.1 Tempat pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Rekam

medis bagian pelaporan rawat inap RSI

Gondanglegi yang beralamat di Jalan

Hayam Wuruk no. 66 Gondanglegi Malang.

3.2 Waktu pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

April 2017 sampai bulan Juni 2017.

4. Subjek dan Objek Penelitian

4.1 Subjek Subjek yang digunakan pada peneliatian ini

adalah 2 orang petugas yang bekerja di

bagian pelaporan rekam medis dan staf

penunjang medis di RSI Gondanglegi.

4.2 Objek Dalam penelitian ini yang menjadi objek

penelitian adalah pelaporan yang ada pada

RSI Gondanglegi meliputi data sensus

harian pasien rawat inap ( Hari Perawatan/

HP, jumlah pasien keluar (hidup+mati),

jumlah tempat tidur) pada tahun 2016.

5. Variabel Penelitian Menurut Notoadmojo (2010), variabel

merupakan sesuatu yang digunakan sebagai

ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh

suatu penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu. Variabel pada

penelitian ini menggunakan variabel bebas

atau independent karena dalam penelitian

ini menggunakan jenis penelitian deskriptif,

yaitu hanya menceritakan atau

menggambarkan variabel tersebut yang

akan diteliti. Adapun variabel yang akan

diteliti adalah tingkat efisiensi berdasarkan

Grafik Barber Johnson dengan 4 indikator BOR, ALOS, TOI dan BTO.

Page 5: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

6 Definisi Operasiaonal

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N

o

Var

iab

el

Defi

nisi

Cara

ukur

Hasil

ukur

Sk

ala

1 Pelap

oran

ruma

h

sakit

(Graf

ik

Barb

er

johns

on)

Pengol

ahan

data

yang

bersum

ber

dari

sensus

harian

dan

progra

m

Obser

vasi

- BOR

-

ALOS

- TOI

- BTO

Wawa

ncara

Efisien,

jika

sesuai

dengan

standar

BOR

60%-

80%

ALOS

6-9 hari

TOI 1-

3 hari

BTO

40-50

kali

Tidak

efisien,

jika

melebihi

atau

kurang

dari

standar

Nom

inal

7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai proses yang

menggambarkan pengumpulan data yang

dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif.

7.1 Observasi Observasi dalam penelitian ini adalah

peneliti melakukan pengamatan langsung

di Rumah Sakit Islam Gondanglegi

khususnya pelaporan di unit rekam medis.

7.2 Wawancara Menurut Sugiyono (2011), wawancara

dapat dilakukan secara terstruktur maupun

tidak terstruktur, dan dapat dilakukan

melalui tatap muka (face to face) maupun

dengan menggunakan telepon. Pada

penelitian ini wawancara dilakukan dengan

tatap muka dengan memberikan beberapa

pertanyaan langsung kepada kepala unit

rekam medis untuk menunjang data-data

terkait pemakaian Tempat Tidur (TT).

7.3 Instrumen penelitian

1. Checklist Checklist merupakan suatu

daftar variabel yang akan dikumpulkan

datanya (Sugiyono, 2010). Checklist juga

berfungsi untuk memperoleh data secara

mudah.

8. Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisa univariat atau

analisa deskriptif. Analisa univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian, dilakukan pada tiap

variabel dari hasil penelitian (Notoadmojo,

2010).

8.1. Tabulasi Analisa data dalam bentuk tabel atau daftar

untuk memudahkan pengamatan dan

evaluasi. Tabulasi data berupa data sensus

pasien rawat inap di RSI Gondanglegi.

8.2 Editing Hasil dari data yang dikumpulkan harus

dilakukan penyuntingan (editing). Editing

adalah kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan suatu data (Notoadmodjo, 2012).

Peneliti melakukan pengecekan kembali

data-data yang tidak lengkap dan

memperbaiki data yang dibutuhkan.

8.3 Penyajian Penyajian data merupakan salah satu

kegiatan dalam pembuatan laporan hasil

penelitian yang telah dilakukan agar dapat

dipahami dan di analisa sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Data yang

disajikan harus sederhana dan jelas agar

mudah dibaca. Penyajian data juga

dimaksudkan agar para pengamat dapat

dengan mudah memahami apa yang kita sajikan untuk selanjutnya dilakukan

penilaian atau perbandingan dan lain lain.

9. Etika Penelitian Dalam penelitian penulis berusaha untuk

memperhatikan etika yang harus dipatuhi

dalam pelaksanaanya, mengingat bahwa

penelitian kesehatan akan berlangsung

dengan manusia. Masalah etika kesehatan

meliputi :

Page 6: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

1. Right to full disclosure (hak untuk

mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan) Penelitian akan memberikan

penjelasan secara rinci tentang penelitian

yang akan dilakukan serta bertanggung

jawab kepada subyek penelitian jika ada

sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang

dilakukan.

2. Inform consent (lembar persetujuan)

Merupakan lembar persetujuan yang

memuat penjelasan-penjelasan tentang

maksud dan tujuan penelitian. Apabila

responden telah mengerti dan bersedia

maka responden diminta menandatangani

surat persetujuan menjadi responden.

Namun apabila responden menolak, maka

peneliti tidak akan memaksa.

3. Confidentiality (kerahasiaan) Informasi

yang diberikan oleh rumah sakit serta

semua data yang terkumpul akan dijamin

kerahasiannya dan hanya menjadi koleksi si

peneliti. Informasi yang diberikan oleh unit

rekam medis tidak akan di sebarluaskan

atau diberikan kepada orang lain tanpa

seijin rumah sakit.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

a. Analisa tingkat efisisensi Rumah

Sakit Islam Gondanglegi

berdasarkan Grafik Barber Johnson

Tabel 4.1 Data Sensus Harian Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit

Gondanglegi Tahun 2016

Dari data diatas dapat diketahui jumlah tempat tidur yang dimliki oleh Rumah Sakit

Islam Gondanglegi tahun 2016 yaitu

sebanyak 1017 buah. Dengan jumlah pasien

keluar sebanyak 6011 pasien. Hasil

perhitungan BOR, ALOS, TOI dan BTO

adalah sebagai berikut :

1. Analisa Indikator BOR

BOR merupakan persentase pemakaian

tempat tidur pada periode

waktu tertentu. Hasil perhitungan BOR

Rumah Sakit Gondanglegi

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 BOR Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016

BOR (Bed Occupancy Rate) adalah

prosentase pemakaian tempat tidur pada

satu satuan waktu tertentu. Indikator ini

memberikan gambaran tinggi rendahnya

tingkat pemanfaatan TT rumah sakit. Dari

hasil diatas, bahwa BOR atau jumlah

prosentase pemakaian tempat tidur di

Rumah Sakit Gondanglegi yaitu 56%.

BOR pada tahn 2016 ini belum efisien

karena belum memenuhi standar yang telah

ditentukan oleh Barber Johnson yaitu 75-

85% maupun menurut Depkes RI yaitu 60-

85 %.

2. Analisa ALOS

ALOS merupakan rata-rata jumlah hari

pasien dirawat inap yang tinggal di rumah

sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Hasil

perhitungan ALOS Rumah Sakit

Gondanglegi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 ALOS Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016

Dari hasil diatas, bahwa ALOS atau jumlah

rata-rat pasien dirawat di Rumah Sakit

Gondanglegi yaitu 2,8 hari. ALOS pada

tahun 2016 ini belum efisien karena belum

Page 7: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

memenuhi standar yang telah ditentukan

oleh Barber Johnson yaitu 3-12 hari

maupun menurut Depkes yaitu 6-9 hari.

3. Analisa TOI

TOI merupakan rata-rata hari dimana

tempat tidur tidak ditempati

dari telah diisi ke saat untuk TOI terisi

berikutnya. Hasil perhitungan

TOI Rumah Sakit Gondanglegi adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.4 TOI Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016

Dari hasil perhitungan diatas, bahwa TOI

atau rata-rata waktu luang tempat tidur

tidak terisi di unit rawat inap Rumah Sakit

Islam Gondanglegi yaitu 2,3 hari. Dari

hasil perhitungan menunjukkan TOI sudah

efisien karena sudah sesuai standar yang di

tentukan oleh Barber Johnson yaitu 1-3

hari maupun dari Depkes RI yaitu 1-3 hari.

4. Analisa BTO

BTO merupakan frekuensi pemakaian

tempat tidur pada satu

periode, beberapa kali tempat tidur dipakai

dalam satu satuan waktu

tertentu. Hasil perhitungan TOI Rumah

Sakit Gondanglegi adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.5 BTO Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016

Dari hasil perhitungan diatas, bahwa BTO

atau frekuensi pemakaian tempat tidur di

unit rawat inap rumah sakit gondanglegi

yaitu 70 kali dan dari hasil perhitungan

menunjukan BTO tidak efisien karena lebih

dari batas yang ditentukan oleh Barber

Johnson 30 kali maupun menurut Depkes

RI yaitu 40-50 kali.

5. Analisa Barber Johnson

Tabel 4.6 Indikator Efisiensi dan Mutu

Pelayanan Rumah Sakit Islam

Gondanglegi

Sumber : Indikator Efisiensi dan Mutu

Pelayanan RS Islam Gondanglegi

Dari analisa Grafik Barber Johnson diatas

dapat diketahui bahwa indikator rumah

sakit yang terdiri dari BOR 54,9 %, ALOS

2,8 hari, TOI 2,3 hari dan BTO 70 kali tidak

bertemu satu titik di daerah efisien.

b. Identifikasi faktor pemanfaatan

efisiensi sumber daya (man, methode dan

teknologi) Dalam hal ini man, methode dan teknologi

hanya dari sisi pembuatan pelaporan

statistik rumah sakit.

1. Man (manusia/petugas) Faktor sumber daya manusia Jumlah

sumber daya manusia yang ada di Rumah

Page 8: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

Sakit Islam Gondanglegi adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.7 Data SDM Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016

No Data Jumlah Pernah

pelatihan

Jumlah SDM yang

ada di RSIG

Medis 32 32

Perawat 112 112

Bidan 14 14

Apoteker 3 3

Asisten apoteker 11 11

Perekam medis 14 14

Radiografer 3 3

Analisa 9 9

Sanitarian 1 1

Teknik elektromedik 1 1

Gizi 3 3

Non kesehatan 105 105

Jumla

h

300 300

Sumber : Data sekunder jumlah karyawan

RSIG tahun 2016

Dari data diatas dapat diketahui jumlah

SDM yang terdapat di RSIG sebanyak 300

orang. Dari 300 orang yang pernah

mengikuti pelatihan ada 300 orang. Dari

tabel diatas terdapat petugas rekam medis

dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.8 Data SDM Unit Rekam Medis

di Rumah Sakit Islam Gondanglegi

Tahun 2016

N

o

Data Juml

ah

Pendidikan Perna

h

pelati

han

SMA D3

RMIK

Jumlah SDM yang

ada di RSIG

Kepala unit 1 1 1

Pendaftaran

umum 7 5 2 7

Pendaftaran BPJS 1 1 1

Filing 2 2 2

Pengolahan klaim

BPJS 1 1 1

Pelaporan 2 1 1 2

Jumlah 14 8 6 14

Sumber :data sekunder karyawan yang ada di unit RM

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah

SDM di unit Rekam Medis terdapat 14

orang, yang pernah mengikuti pelatihan ada

14 orang.

Faktor sumber daya yang terlibat dalam

pembuatan statistik rumah sakit yaitu

perawat dan perekam medis. Perawat dalam

hal ini bertugas sebagai pembuatan sensus

harian di ruang rawat inap Rumah Sakit

Islam Gondanglegi. Sedangkan perekam

medis bertugas sebagai merekap sensus

harian yang sudah di kerjakan oleh setiap

perawat ruangan dan perekam medis juga

bertugas entri data dan mengolah data.

Dalam pembuatan laporan statistik petugas

tidak membutuhkan waktu yang lama dan

tidak mengalami kesulitan untuk

menyelesaiakannya. Dalam hal ini peneliti

melakukan wawancara tentang berapa lama

petugas menyelesaiakan pelaporan statistik

dan apakah ada kesulitan? Dan responden

menyatakan “ tidak membutuhkan waktu

yang lama, lima menit selesai karena sudah

menggunakan komputer jadi tinggal

memasukkan data dari rekapitulasi sensus

harian rawat inap”.

Dalam merekapitulasi sensus harian

petugas tidak melakukan secara teratur

karena perawat yang tidak menyetorkan

kepada petugas rekam medis. Dalam

pembuatan pelaporan petugas tidak

mengalamai kesulitan dan tidak

membutuhkan waktu yang lama.

2. Methode Metode atau cara yang

digunakan petugas untuk pembuatan

laporan.

Tabel 4.9 Hasil Observasi Metode

Pembuatan Laporan di Rumah

Sakit Islam Gondanglegi Tahun 2016

Page 9: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

Dari hasil penelitian, dalam pembuatan

sensus harian rawat inap dan rekapitulasi

sensus harian rawat inap petugas sudah

melakukannya sesuai dengan SPO yang ada

di Rumah Sakit Islam Gondanglegi

begitupun juga dalam pembutana grafik

Barber Johnson yaitu sensus harian dari

masing-masing ruang rawat inap disetorkan

ke bagian pelaporan unit rekam medis

setiap hari. Petugas pelaporan melakukan

kroscek ketepatan pengisian data sensus

harian untuk selanjutnya dilakuakan

rekapitulasi. Apabila terdapat ketidak

tepatan pengisisan, maka petugas pelaporan

melakukan konfirmasi ke ruang perawatan

terkait. Hasil dari rekapitulasi harian

direkap kembali menjadi rekapitulasi

bulanan. Pastikan data rekapitulasi telah

terhitung dengan benar. Data hasil

rekapitulasi bulanan digunakan untuk

perhitungan BOR, ALOS, TOI,

BTO, NDR, GDR. Namun dalam

pembuatan laporan statistik masih belum

ada SPO tentang pembuatan laporan

statistik rumah sakit. Dari hasil wawancara

laporan statistik tidak dibuat secara rutin

termasuk grafik barber johnson. Grafik

Barber Johnson hanya di buat jika

dibutuhkan atau diminta oleh direktur.

Pembuatan sensus harian dan rekapitulasi

sensus harian rawat inap sudah sesuai

dengan SPO namun tidak dengan

pembuatan laporan statistik karena belum

ada SPO, grafik Barber

Johnson tidak dibuat secara rutin.

3. Teknologi Teknologi disini meruakan pemanfaatan

komputer dan SIMRS di Rumah Sakit

Islam Gondanglegi

Tabel 4.9 Data Jumlah Komputer di

Unit Rekam Medis dan

Rawat inap di Rumah Sakit Islam

GondanglegiTahun 2016

Sumber : data sekunder jumlah komputer pada unit

RM dan ruang perawatan di RSIG

Dari hasil penelitian saat ini di Rumah Sakit

Islam Gondanglegi sudah menggunakan

sistem informasi rumah sakit, dimana

komputer di pendaftaran sudah terhubung

dalam setiap komputer di rawat inap yang

masing-masing ruang rawat inap memiliki

satu unit komputer. Namun dalam

pembuatan laporan atau sensus harian

masih manual dan untuk informasi laporan

statistik rumah sakit juga belum

terkomputerisasi. Dalam pembuatan

laporan statistik rumah sakit petugas tidak

ada kesulitan dalam penggunaan komputer

dan menurut mereka dengan menggunakan

komputer lebih memudahkan. Pembuatan

laporan statistik rumah sakit sudah

menggunakan komputer namun dalam

pengambilan data masih manual dan belum

bisa terkomputerisasi. Dalam pembuatan

laporan statistik rumah sakit belum bisa

secara otomatis dimana SIMRS masih

belum bisa digunakan secara maksimal

namun dalam pembuatannya sudah

menggunakan komputer dan petugas tidak

kesulitan untuk itu.

2. Pembahasan

a. Analisa tingkat efisisensi Rumah Sakit

Islam Gondanglegi tahun 2016 berdasar-

kan Grafik Barber Johnson

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa

rata-rata tempat tidur yang dimiliki oleh

Rumah Sakit Islam Gondanglegi sebanyak

85 buah dan rata-rata tempat tidur terisi

Page 10: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

sebanyak 47 buah. Dengan jumlah pasien

keluar sebanyak 6011 pasien dan jumlah

hari perawatan sebanyak 17105 hari dalam

tahun 2016. Analisa indikator efisiensi

adalah sebagai berikut :

1. BOR (Bed Occupancy Rate)

BOR merupakan angka yang menunjukan

persentase tingkat penggunaan tempat tidur

pada satuan waktu tertentu pada unit rawat

inap. Dengan rata-rata tempat tidur terisi di

Rumah Sakit Islam Gondanglegi yaitu 47

TT dan Jumlah tempat tidur yaitu 85 buah,

maka dapat di hasilkan indikator BOR yaitu

54,9 %, hasil tersebut menunjukan bahwa

indikator BOR belum efisien karena belum

memenuhi standar yang telah ditentukan

oleh Barber Johnson yaitu 75-85% maupun

menurut Depkes RI yaitu 60-85 %. Menurut

Depkes RI (2005), BOR merupakan

persentase pemakaian tempat tidur pada

periode waktu tertentu. Indikator ini

berfungsi untuk memberikan gambaran

tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan

tempat tidur (TT) rumah sakit. Nilai ideal

untuk BOR adalah 60%-80%. Sedangkan

menurut Sudra (2010) BOR merupakan

angka yang menunjukkan persentase

penggunaan tempat tidur di unit rawat inap

(bangsal). Secara statistik semakin tinggi

BOR berarti semakin tinggi pula

penggunaan tempat tidur yang ada untuk

perawatan pasien. Disisi lain, semakin

rendah BOR berarti semakin sedikit tempat

tidur yang digunakan untuk merawat pasien

dibandingkan dengan tempat tidur yang

telah disediakan. Jumlah pasien yang

sedikit dapat 49 menimbulkan kesulitan

pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal untuk BOR adalah 75%-

85%. Dari hasil diatas BOR 54,9% yang

berarti rata-rata pemakaian tempat tidur

yang rendah. Hal ini sependapat dengan

Sudra (2010) bahwa semakin tinggi BOR

berarti semakin tinggi pula penggunaan

tempat tidur yang ada untuk perawatan

pasien. Disisi lain, semakin rendah BOR

berarti semakin sedikit tempat tidur yang

digunakan untuk merawat pasien

dibandingkan dengan tempat tidur yang

telah disediakan. Menurut Dwianto dalam

jurnal Sari (2015) nilai BOR yang

semakin rendah maka semakin sedikit tempat

tidur yang digunakan pasien. Penggunaan

tempat tidur yang rendah menyebabkan

kesulitan pada aspek pendapatan ekonomi

bagi pihak rumah sakit. Maka dari itu agar

BOR efisien perlu dilakukan peningkatan

BOR dengan cara mempromosikan rumah

sakit lebih luas lagi agar ada peningkatan

dalam jumlah pasien atau dengan

pengalokasian tempat tidur.

2. ALOS (Average Lenght Of Stay)

ALOS merupakan jumlah rata-rata pasien

dirawat. Dengan ratarata tempat tidur terisi

47 buah dan jumlah pasien keluar (H+M)

6011 pasien dalam waktu 366 hari maka

dapat diperoleh hasil ALOS yaitu 2,8 hari.

ALOS pada tahun 2016 ini belum efisien

karena belum memenuhi standar yang telah

ditentukan oleh Barber Johnson yaitu 3-12

hari maupun menurut Depkes yaitu 6-9

hari. Menurut Depkes RI (2005) ALOS

merupakan rata-rata jumlah hari pasien

dirawat inap yang tinggal di rumah sakit,

tidak termasuk bayi baru lahir. Indikator ini

berfungsi untuk memberikan gambaran

tingkat mutu pelayanan. Nilai ideal ALOS

adalah 6-9 hari. Sedangkan menurut Sudra

(2010) ALOS merupakan jumlah kalender

dimana pasien mendapat perawatan rawat

inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai

pasien rawat hingga keluar dari rumah

sakit. ALOS ini dapat digunakan untuk

menghitung tingkat penggunaan sarana dan

untuk kepentingan finansial. Dilihat dari

aspek medis, semakin panjang ALOS maka

bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang, sedangkan dari aspek

ekonomis semakin panjang ALOS berarti

semakin tinggi biaya yang akan diterima

oleh rumah sakit. Dari aspek medis,

semakin rendah LOS maka menunjukan

kinerja kualitas medis yang kurang baik

karena pasien dirawat sebentar. Dari aspek

ekonomis, semakin rendah LOS

berarti semakin rendah biaya yang nantinya

harus dibayar oleh pasien (Sudra, 2010).

Nilai ideal untuk ALOS adalah 3-12 hari.

Page 11: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

Dari hasil diatas ALOS 2,8 hari belum

efisien karena masih di bawah standar.

Maka dari itu perlu adanya peningkatan

pelayanan perawatan. Agar memperoleh

nilai LOS yang sesuai standar sehingga

menimbulkan efisiensi pelayanan dapat

dilakukan melalui penetapan standar

pelayanan yang disepakati oleh dokter yang

bekerja di Rumah Sakit Islam Gondanglegi.

Standar pelayanan ini mencakup indikasi

perawatan rumah sakit, prosedur dan proses

pelayanan yang selayaknya harus

dilaksanakan.

3. TOI (Turn Over Interval)

TOI merupakan rata-rata waktu luang

tempat tidur tidak terisi di unit rawat inap.

Dengan rata-rata tempat tidur terisi 47 buah

dari jumlah tempat tidur 85 buah dan

jumlah pasien keluar (H+M) 6011 pasien

dalam waktu 366 hari dapat diperoleh hasil

TOI yaitu 2,3 hari. Dari hasil perhitungan

menunjukkan TOI sudah efisien karena

sudah sesuai standar yang di tentukan oleh

Barber Johnson yaitu 1-3 hari maupun dari

Depkes RI yaitu 1 -3 hari. Menurut Depkes

RI (2005) TOImerupakan rata-rata hari

dimana tempat tidur tidak ditempati dari

telah diisi ke saat untuk TOI terisi

berikutnya. Indikator ini berfungsi untuk

memberikan gambaran tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur. Nilai ideal TOI

adalah 1 -3 hari. Sedangkan menurut Sudra

(2010) TOI merupakan rata-rata jumlah hari

sebuah tempat tidur tidak ditempati untuk

perawatan pasien. Nilai ideal untuk TOI 1-

3 hari, semakin besar angka TOI berarti

tempat tidur tidak produktif, dari kondisi

tersebut dilihat dari segi ekonomi sangat tidak menguntungkan untuk manajemen

rumah sakit, sedangkan semakin kecil

angka TOI maka semakin singkat saat

tempat tidur menunggu pasien berikutnya.

Hal ini berarti tempat tidur sangat

produktif, hal ini sangat menguntungkan

secara ekonomi bagi pihak manajemen

rumah sakit. Akibatnya, kejadian infeksi

nosokomial mungkin bisa meningkat

sehingga beban kerja tim medis semakin

meningkat. Dari hasil diatas TOI 2,3 hari

sudah efisien. Karena TOI 2 hari berarti

pemakaian tempat tidur sudah produktif

dan infeksi nosokomial bisa dihindari.

Maka dari itu mempertahankan dan

meningkatkan angka TOI dengan cara

melakukan manajemen organisasi yang

baik yaitu menyesuaikan besarnya kegiatan

dan beban kerja rumah sakit. Disamping itu

pembagian tugas dan fungsi rumah sakit

dan melakukan promosi kepada masyarakat

agar jumlah permintaan tempat tidur dapat

ditingkatkan.

4. BTO (Bed Turn Over)

BTO merupakan frekuensi pemakaian

tempat tidur di unit rawat inap Rumah Sakit

Gondanglegi. Dengan jumlah pasien keluar

(H+M) 6011 pasien dan jumlah tempat

tidur 85 buah dapat diperoleh hasil BTO

yaitu 70 kali. Dari hasil perhitungan

menunjukan BTO tidak efisien karena lebih

dari batas yang ditentukan oleh Barber

Johnson 30 kali maupun menurut Depkes

RI yaitu 40-50 kali. BTO merupakan

frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, beberapa kali tempat tidur dipakai

dalam satu satuan waktu tertentu. Nilai

ideal BTO adalah 40-50 kali (Depkes RI,

2005). Sedangkan menurut Sudra (2010),

BTO merupakan rata-rata jumlah pasien

yang menggunakan setiap tempat tidur

dalam periode tertentu. Secara logika,

semakin tinggi angka BTO berarti setiap

tempat tidur yang tersedia digunakan oleh

banyak pasien bergantian. Hal ini tentu

menguntungkan bagi pihak rumah sakit,

tetapi disisi lain bila dalam 1 bulan 1 tempat

tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-

rata setiap pasien menggunakan tempat tidur tersebut adalah 2 hari dan tidak ada

hari dimana tempat tidur tersebut

menganggur. Hal ini berarti semakin 53

menambah beban kerja tim perawatan dan

tempat tidur tidak sempat dibersihkan

karena terus digunakan pasien secara

bergantian. Kondisi tersebut dapat

menimbulkan ketidakpuasan pasien,

menurunkan kualitas kinerja tim medis dan

dapat meningkatkan infeksi nosokomial.

Dari hasil diatas BTO 70 kali tidak efisien.

Page 12: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

Sedangkan menurut Depkes RI pemakaian

tempat tidur dipakai 40-50 kali dan menurut

Barber Johnson 30 kali. Maka dari itu perlu

adanya pengurangan angka BTO, yaitu

dengan selalu melihat laporan statistik agar

pemakaian tempat tidur bisa terkontrol dan

dengan cara pengalokasian tempat tidur. 5.

Grafik Barber Johnson Dari analisa grafik

Barber Johnson diatas dapat diketahui

bahwa indikator rumah sakit yang terdiri

dari BOR 54,9 % yang masih di bawah

standar dari Depkes RI yaitu 60-85% dan

dari Barber Johnson yaitu 75- 85%, ALOS

2,8 hari yang masih dibawah standar dari

Depkes RI yaitu 6-9 hari dan dari Barber

Johnson yaitu 3-12 hari, TOI 2,3 dimana

sudah sesuai dengan standar dari Depkes RI

yaitu 1-3 hari dan dari Barber

Johnson yaitu 1-3 hari dan BTO 70 kali

yang melebihi dari standar dari dari Depkes

RI yaitu 40-50 hari dan dari Barber

Johnson 30 kali, maka dalam titik pada

grafik barber johnson tidak bertemu di

dalam daerah efisien. Barry Barber, M.A,

Ph.D, Finst P, AFIMA dan David Johnson

M.sc pada tahun 1973 berusaha

merumuskan dan memadukan empat

parameter untuk memantau dan menilai

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur

untuk bangsal perawatan pasien. Keempat

parameter yang 54 dipadukan tersebut yaitu

BOR, ALOS, TOI, BTO. Perpaduan

keempat parameter tersebut lalu

diwujudkan dalam bentuk grafik yang

akhirnya dikenal sebagai grafik Barber

Johnson (Sudra, 2010). Menurut

Rustiyanto (2010), grafik Barber Johnson

digunakan untuk memantau dan menilai

tingkat efisiensi rawat inap dan mengetahui tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit.

Apabila titik Barber Johnson berada di luar

daerah efisien maka pelayanan kesehatan

belum efisien. Menurut Rustiyanto (2010),

grafik Barber Johnson digunakan untuk

memantau dan menilai tingkat efisiensi

rawat inap dan mengetahui tingkat efisiensi

pelayanan rumah sakit. Apabila titik Barber

Johnson berada di luar daerah efisien maka

pelayanan kesehatan belum efisien.

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui

bahwa penggunaan tempat tidur tidak

efisien karena titik koordinat grafik Barber

Johnson berada di luar daerah efisien, hal

ini didasari oleh teori dari Rustiyanto

(2010), grafik Barber Johnson digunakan

untuk memantau dan menilai tingkat

efisiensi rawat inap dan mengetahui tingkat

efisiensi pelayanan rumah sakit. Apabila

titik Barber Johnson berada di luar daerah

efisien maka pelayanan kesehatan belum

efisien. Kondisi tidak efisien ini

diakibatkan oleh jumlah pasien yang sedikit

dan kurangnya pengalokasian tempat tidur.

Maka dari itu perlu adanya promosi kepada

masyarakat dan pembuatan laporan statistik

rumah sakit secara teratur agar dapat

digunakan untuk mengontrol pemakaian

tempat tidur.

b. Identifikasi faktor pemanfaatan

efisiensi sumber daya (man, methode

dan teknologi)

1. Man / Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di

Rumah Sakit Islam Gondanglegi yaitu 300

orang. Yang terdiri dari medis 32 orang,

perawat 112 orang, bidan 14 orang,

apoteker 3 orang, asisten apoteker 11 orang,

perekam medis 14 orang, radiografer 3

orang, analisa 9 orang, sanitarian 1 orang,

teknik elektromedik 1 orang, gizi 3 orang

dan non kesehatan 105 orang, dengan

jumlah yang pernah mengikuti pelatihan

yaitu 300 orang. Berdasarkan hal diatas

jumlah pelatihan untuk SDM di Rumah

Sakit Islam Gondanglegi sudah sesuai

dengan Kepmenkes Nomor 129 tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal rumah

Sakit. SPM adalah ketentuan tentang jenis

dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

urusan wajib daerah yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal. Juga

merupakan spesifikasi teknis tentang tolak

ukur pelayanan minimum yang diberikan

oleh Badan Layanan Umum kepada

masyarakat. Dimana pada SPM unit

administrasi dan manajemen disebutkan

bahwa karyawan mendapat pelatihan

minimal 20 jam setahun. Dalam hal ini

Page 13: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

rumah sakit lebih meningkatkan lagi dalam

pelatihan SDM dan lebih mewajibkan

pelatihan bagi SDM sesuai dengan bidang

pekerjaan SDM dan diutamakan mengikuti

pelatihan tentang komunikasi efektif,

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI), KPRS 56 dan tanggap bencana sesuai

dengan peraturan yang terdapat pada KARS

(Komisi Akreditasi Rumah Sakit) tahun

2013. Berdasarkan dari hasil penelitian

yang terlibat dalam pembuatan pelaporan

statistik rumah sakit yaitu perawat ruangan

dan 2 petugas pelaporan di bagian unit

rekam medis. Dalam hal ini 1 petugas

bertugas dalam rekapitulasi sensus harian

rawat inap dengan latar belakang

pendidikan SMA namun memiliki

pengalaman kerja yang cukup lama dan 1

petugas bertugas dalam input data dan

pembuatan pelaporan statistik rumah sakit

dengan latar belakang pendidikan D3

Rekam Medis. Ditinjau dari segi kualitas

SDM baik perawat dan perekam medis

telah sesuai dengan kompetensi karena latar

belakang pendidikan mendukung jabatan

atau tupoksinya Kualitas SDM perawat dan

perekam medis sejalan dengan teori

manajemen oleh Hasibuan dalam jurnal

Sari (2015), yaitu dalam asas pengisian

jabatan, penempatan orang-orang yang

tepat pada tempat yang tepat dan

penempatan orangorang yang tepat pada

pekerjaan yang tepat untuk menghindari

terjadinya kesalahan pengelolaan.

Penempatan orang-orang yang terlibat

dalam pembuatan statistik dasar Rumah

Sakit Islam Gondanglegi berpedoman

kepada job description atau uraian

tugastugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan pada jabatan itu. Petugas

rekam medis dalam mengerjakan

rekapitulasi sensus harian tidak dilakukan

setiap hari karena perawat ruangan tidak

memberikan sensus harian kepada petugas

rekam medis setiap hari dikarenakan

perawat ruangan tidak sempat membuat

sensus harian dan petugas rekam medis

tidak mengambilnya dan juga dalam

pembuatan Grafik Barber Johnson tidak di

buat secara teratur. Berdasarkan hal diatas

pelaksanaan sensus harian, rekapitulasi

sensus harian, dan pembuatan grafik

Barber Johnson tidak dilaksankan secara

teratur. Hal itu tidak sejalan dengan teori

dari Depkes (1994) yaitu sensus harian

rawat inap adalah kegiatan pencacahan atau

penghitungan pasien rawat inap yang

dilakukan setiap hari pada suatu ruang

rawat inap. Sensus harian berisi tentang

mutasi keluar masuk pasien selama 24 jam

mulai dari pukul 00.00 s/d 24.00.

Tujuannya adalah untuk mengetahui

memperoleh informasi semua pasien yang

masuk dan keluar rumah sakit selama 24

jam (Depkes RI, 1994). Rekapitulasi sensus

harian rawat inap adalah formulir perantara

untuk menghitung dan merekap pasien

rawat inap setiap hari yang diterima dari

masing-masing ruang rawat inap.

Tujuannya adalah untuk memperoleh

informasi semua pasien yang dirawat inap

di rumah sakit secara keseluruhan maupun

pada masing-masing ruang rawat inap

dalam menunjang perencanaan,

pengawasan dan evaluasi (Depkes, 1994).

Kegunaan dari rekapitulasi sensus harian

rawat inap menurut Depkes (1994) adalah

untuk : 1. Mengetahui jumlah pasien

dirawat pada hari yang bersangkutan. 2.

Mengetahui tingkat penggunaan tempat

tidur. 58 Merupakan data dasar mengenai

pasien dirawat pada hari yang bersangkutan

yang harus segera dikirim kepada Direktur

Rumah Sakit, Bidang Perawatan dan unit

lain yang membutuhkan. Agar informasi

tentang pasien dan tingkat penggunaan

tempat tidur pada rawat inap dapat

diketahui dan kemudian dapat dilakukan

evaluasi jika terdapat masalah penggunaan tempat tidur, maka dari itu seharusnya

petugas rekam medis lebih memperhatikan

rekapitulasi sensus harian dan mengambil

sensus harian di setiap ruangan rawat inap

dan membuat Grafik Barber Johnson

secara rutin agar pemakaian tempat tidur

bisa terkontrol.

2. Methode

Methode / cara atau langkah dalam

pembuatan pelaporan statistik rumah sakit

Page 14: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

di Rumah Sakit Islam Gondanglegi pada

pembuatan sensus harian rawat inap dan

rekapitulasi sensus harian rawat inap sudah

sesuai dengan SPO yang ada di Rumah

Sakit Islam Gondanglegi yaitu sensus

harian dari masing-masing ruang rawat inap

disetorkan ke bagian pelaporan unit rekam

medis setiap hari. Petugas pelaporan

melakukan kroscek ketepatan pengisian

data sensus harian untuk selanjutnya

dilakuakan rekapitulasi. Apabila terdapat

ketidaktepatan pengisian, maka petugas

pelaporan melakukan konfirmasi ke ruang

perawatan terkait. Hasil dari rekapitulasi

harian direkap kembali menjadi

rekapitulasi bulanan. Pastikan data

rekapitulasi telah terhitung dengan benar.

Data hasil rekapitulasi bulanan digunakan

untuk perhitungan BOR, ALOS, TOI, BTO,

NDR, GDR. Namun dalam pembuatan

pelaporan statistik belum ada SPO nya.

Dalam pembuatan laporan statistik Rumah

Sakit Islam Gondanglegi belum ada

metode/ cara yang mengatur karena di

Rumah Sakit Islam Gondanglegi belum ada

SPO tentang pembuatan pelaporan rumah

sakit dengan adanya SPO tentang

pembuatan laporan statistik rumah sakit

akan mempermudah petugas dalam

pembuatannya. Hal ini tidak sesuai dengan

teori dari George R Terry di kutip Dinkes

Lumajang (2013) dalam pelaksanaan kerja

diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata

cara kerja yang baik akan memperlancar

jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat

dinyatakan sebagai penetapan cara

pelaksanaan kerja suatu tugas dengan

memberikan berbagai pertimbangan-

pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan

waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu

diingat meskipun metode baik, sedangkan

orang yang melaksanakannya tidak

mengerti atau tidak mempunyai

pengalaman maka hasilnya tidak akan

memuaskan. Peranan utama dalam

manajemen tetap manusianya sendiri.

Tidak adanya SPO tentang pembuatan

laporan statistik rumah sakit, maka dari itu

seharusnya kepala unit rekam medis

membuat SPO tentang pembuatan laporan

statistik rumah sakit agar memudahkan

petugas dalam pembuatannya dan petugas

mempunyai acuan untuk membuat

pelaporan statistik rumah sakit.

3. Teknologi Teknologi disini yaitu teknologi yang

berhubungan dengan pelaporan statistik

rumah sakit, yaitu tentang Sistem Informasi

Rumah Sakit. Komputer yang ada di

Rumah Sakit Islam Gondanglegi dalam

ruang lingkup pembuatan laporan statistik

berjumlah 10 komputer dimana setiap

ruang rawat inap memiliki satu unit

komputer dan pada bagian unit rekam

medis terdapat 4 unit komputer. Komputer

yang ada pada pendaftaran sudah terhubung

ke setiap komputer yang ada di ruang rawat

inap. Namun dalam pembuatan sensus

harian dan rekapitulasi sensus harian masih

menggunakan manual dan juga untuk

informasi yang berhubungan dengan

indikator efisiensi rumah sakit dan

pelaporan satistik rumah sakit belum bisa

didapatkan secara online dan

perhitunganpun masih manual. Sedangkan

Rumah Sakit Islam Gondanglegi sudah

menggunakan SIMRS. Petugas dalam

pembuatan laporan statistik rumah sakit

yang manual tidak mengalami kesulitan

karena sudah menggunakan komputer.

Berdasarkan hal diatas bahwa pembuatan

sensus harian dan rekapitulasi masih

menggunakan manual. Pembuatan sensus

harian dan rekapitulasi sensus harian yang

manual ini membutuhkan waktu yang lama.

Dalam penyajian laporan statistik rumah

sakit dan grafik Barber Johnson masih menggunakan manual belum bisa

didapatkan secara online. Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit belum di

manfaatkan secara maksimal. Hal ini tidak

sependapat dengan teori dari Rustiyanto

(2011) tujuan SIMRS yaitu memberikan

informasi yang akurat, tepat waktu untuk

pengambilan keputusan diseluruh tingkat

administrasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian

dan penilaian (evaluasi) di rumah sakit.

Page 15: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

Manfaat SIMRS digunakan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal

memberikan nilai tambah dengan

meningkatkan kemudahan pekerjaan

administrasi. Peranan TI (Teknologi

Informasi) yaitu membantu dalam proses

pengolahan informasi, dengan TI untuk

melakukan proses mengolah suatu data

menjadi informasi dapat dilakukan dalam

hitungan perhari atau setelah pelayanan

kesehatan kepada pasien selesai langsung

dapat diketahui informasi yang ada tanpa

harus menunggu lama. Menurut Sunyoto

(2014), sistem informasi manajemen

berjalan baik apabila semua proses

didukung dengan teknologi yang tinggi,

sumber daya yang berkualitas, dan yang

paling penting komitmen perusahaan.

Sistem informasi berfungsi untuk

pengendalian operasional yaitu proses

pemantapan agar kegiatan operasional

dilaksanakan secara efektif dan efisien

menggunakan prosedur dan aturan khusus

yang sudah ditentukan. Peranan TI

(Teknologi Informasi) menurut teori

Rustiyanto (2011) yaitu membantu dalam

proses pengolahan informasi, dengan TI

untuk melakukan proses mengolah suatu

data menjadi informasi dapat dilakukan

dalam hitungan perhari atau setelah

pelayanan kesehatan kepada pasien selesai

langsung dapat diketahui informasi yang

ada tanpa harus menunggu lama.

Pembuatan sensus harian dan rekapitulasi

sensus harian dengan cara manual hal itu

membutuhkan waktu yang cukup lama

dibandingkan yang sudah menggunakan

SIMRS. Begitupun dalam pembuatan

laporan statistik rumah sakit dan pembuatan grafik barber johnson. Maka dari itu

seharusnya pemanfaatan SIMRS lebih

ditingkatkan lagi dan sistem SIMRS lebih

diperbaiki lagi dari pembuatan maupun dari

pengunaannya.

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Analisa Tingkat Efisisensi Rumah Sakit

Islam Gondanglegi Tahun 2016

Berdasarkan Grafik Barber Johnson yaitu

Jumlah BOR di Rumah Sakit Islam

Gondanglegi yaitu 56%. ALOS di Rumah

Sakit Gondanglegi yaitu 2,8 hari. TOI yaitu

2,3 hari. BTO 70 kali. Dari data indikator

tersebut didapatkan titik grafik Barber

Johnson tidak berada di daerah efisien yang

artinya pemanfaatan tempat tidur belum

maksimal.

2. Identifikasi faktor pemanfaatan efisiensi

sumber daya di Rumah Sakit Islam

Gondanglegi Tahun 2016 ( Man, Methode,

dan Teknologi) dalam pembuatan laporan

yaitu man/sumberdaya manusia petugas

dalam melakukan merekapitulasi sensus

harian dan pembuatan Grafik Barber

Johnson tidak melakukan secara teratur,

untuk metode pembuatan sensus harian

rawat inap maupun rekaptulasi sensus

harian rawat inap sudah sesuai dengan SPO

yang ada di RSIG namun untuk pembuatan

laporan belum ada SPO yang mengatur,

dalam hal teknologi, komputer setiap unit

sudah terhubung, namun untuk pembuatan

sensus harian dan rekapitulasi masih

manual, dalam hal ini SIMRS masih belum

dipergunakan dengan maksimal.

5.2 Saran 1. Dari analisa tingkat efisisensi Rumah

Sakit Islam Gondanglegi Tahun 2016 titik

grafik Barber Johnson tidak berada di

daerah efisien maka perlu dilakukan : a.

Mempromosikan Rumah Sakit lebih luas

lagi agar ada peningkatan dalam jumlah

pasien atau dengan pengalokasian tempat

tidur. b. Penetapan standar pelayanan yang

disepakati oleh dokter yang bekerja di

Rumah sakit Islam Gondanglegi. Standar pelayanan ini mencakup indikasi perawatan

rumah sakit, prosedur dan proses pelayanan

yang selayaknya harus dilaksanakan. c.

Melakukan manajemen organisasi yang

baik yaitu menyesuaikan besarnya kegiatan

dan beban kerja rumah sakit dan pembagian

tugas. d. Melihat laporan statistik agar

pemakaian tempat tidur bisa terkontrol dan

cara pengalokasian tempat tidur. e.

Membuat laporan statistik rumah sakit

Page 16: ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT … : 2089-4228 ANALISIS EFISIENSI RUMAH SAKIT BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON TAHUN 2017 DI RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI Miftachul Ulum1), Soffi

ISSN : 2089-4228

secara teratur agar dapat digunakan untuk

mengontrol pemakaian tempat tidur.

2. pemanfaatan efisiensi sumber daya di

Rumah Sakit Islam Gondanglegi Tahun

2016 agar berjalan dengan baik maka perlu

dilakukan : a. Peningkatan pelatihan SDM.

b. Pembuatan rekapitulasi sensus harian

rawat inap secara rutin. c. Membuat SPO

tentang cara pembuatan laporan statistik.

Meningkatkan sistem SIMRS dan lebih

memanfaatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2005 Tentang Statistik rumah

Sakit

Dewi, Maya. 2016 Analisa Efisiensi

Pengelolaan tempat Tidur rumah sakit

Berdasarkan Grafik Barber Johnson di

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

tahun 2015. Media Ilmu Kesehatan,

Volume 5, No.3, Desember 2016.

Dinkes Lumajang http://dinkes.lumajang

kab.go.id/pengantar-manajemenkese-

hatan/

Dwianto, dan Lestari. 2013. Analisa

Efisiensi Pelayanan Rawat Inap

Berdasarkan Grafik Barber Johnson

pada Bangsal Kelas III di RSUD

Pandan Arang Boyolali Periode

Triwulan tahun 2012.

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan

Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.1,

No.2, Oktober 2013

Edi, Susilo. Efisiensi Pendayagunaan

Tempat Tidur dengan Metode Grafik

Barber Johnson di Rs Lancang

Kuning. Vol. 1, No. 4, Mei 2012. Hatta, Gemala, 2012. Pedoman Manajemen

Informasi Kesehatan di Sarana

Pelayanan Kesehatan. Jakarta :UI-

Press

Indriani, Peni dan Sugiarti, Ida. 2014.

Gambaran Effisiensi Penggunaan

Tempat Tidur Ruang Perawatan Kelas

III di Rumah Sakit Umum Daerah

Tasikmalaya Tahun 2011 dan 2012.

Jurnal Manajemen Informasi

Kesehatan Indonesia. Volume 2, No.1,

Hal 72.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129

tahun 2008 Tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 340

Tahun 2010 Tentang Klasifikasi

Rumah Sakit. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1711

/MENKES/PER/VI/2011 Tentang

Sistem Informasi Rumah Sakit. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269

tahun 2008 Tentang Rekam Medis

Rinjani, Viki. 2016.Analisa Efisiensi

Penggunaan Tempat Tidur Per

Ruangan Berdasarkan Indikator

DEPKES dan Barber Johnson di

rumah sakit Singaparna Medika Citra

Utama Kabupaten Tasikmalaya

Triwulan 1 Tahun 2016. Vol 4, No.2

Oktober 2016

Rustiyanto, Eri. Statistik Rumah Sakit

Untuk Pengambilan Keputusan.

Jakarta: Graha Ilmu. 2010

Sari. 2015. Analisis Pelaksanaan Hospital

Information System Dalam Pelaporan

Statistik Dasar Rumah Sakit di Rumah

Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2014.

Sudra, Rano Indradi, 2010. Statistik Rumah

Sakit. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.

Bandung:Alfabeta,cv.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan. Jakarta

Verawati, Bertha Rosanica. 2009.

Gambaran Manajemen Pelatihan

Tenaga Perawat di Bidang

Keperawatan RSU Kabupaten

Tangerang Tahun 2008. Depok : FKM

UI.