5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara
-
Upload
sat-rahayuwati -
Category
Environment
-
view
437 -
download
8
Transcript of 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara
Penyakit Non Infeksius 2: Defisiensi Hara
Sat Rahayuwati
5. White Stripe (ketidak seimbangan N/K)Gejala1. Garis-garis warna putih memanjang sepanjang helaian
daun, terjadi di kedua sisi tulang daun.2. White stripe terjadi di bagian tengah dan atas tajuk
tanaman sawit3. Lebar garis-garis meningkat dengan semakin jeleknya
kondisi4. Pelepah yang menderita white stripe berat, bentuknya
meruncing mulai dari pangkal menuju ujung5. Daun muda berdiri tegak sedangkan daun tua terkulai ke
bawah sehingga terlihat seperti huruf X6. Produktifitas kelapa sawit menderita white stripe menurun
hingga 40%
Foto Thomas Fairhurst
White Stripe
Penyebab1. Rasio N: K di daun > 2,5 (misal N > 2,5 %; K < 1,0%)2. Terjadi defisiensi B3. Pemupukan N berlebihan4. Terjadi mineralisasi N dalam jumlah banyak, terutama
dijumpai di tanah mineral. Penyebab, leguminose LCC mati akibat tajuk sawit sudah saling menutup kemudian terdekomposisi
5. Persediaan N yang cukup banyak, terutama pada tanah gambut dengan sistem drainase baik
Pencegahan6. Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk
mengetahui rasio N: K daun
Perlakuan1. Pemupukan K dengan dosis 2,5 -4,5 kg KCl/ph/th yang
disertai penghentian pemupukan N2. Jika dijumpai gejala white stripe pada tanaman muda
maka harus dilakukan pengaturan kembali program pemupukan untuk periode berikutnya, yaitu dengan meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N
3. Pada tanaman sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th
6. Orange Frond (defisiensi Mg)Gejala KhasJika tanaman menderita defisiensi Mg maka daun-daun yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap berwarna hijau
ipni.net
Deskripsi1. Orange frond dijumpai pada daun pelepah tua. Mg dapat
bergerak dari daun tua ke daun muda2. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan
yang berubah menjadi warna pucat kekuningan di bagian ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari
3. Pada kondisi semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya mengering
4. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh cendawan sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung lembaran daun.
Penyebab1. Kadar Mg tertukarkan dalam tanah sangat rendah (<0,2
cmol/kg)2. Kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang
lapisan tanah atasnya sudah tererosi3. Pemupukan Mg tidak menukupi untuk mendukung
produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah
PencegahanPengambilan contoh daun secara rutin dan menganalisa di lab untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (< 0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Ketidakseimbangan tsb terjadi pada kelapa sawit yang tumbuh di tanah vulkanis dengan kadar Ca tertukarkan tinggi
Perlakuan1. Untuk kelapa sawit produktivitas tinggi, pemupukan
dosis 0,5 – 1 kg kieserite/ph/th2. Untuk tanah masam, dolomit dapat digunakan untuk
pupuk Mg secara rutin3. Jika defisiensi Mg sangat berat maka diberikan dosis 2-3
kg kieserite/ph/th4. Respon kelapa sawit terhadap pupuk Mg dapat
ditingkatkan jika tanaman diberikan tandan kosong terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi.
Kieserite: MgSO4.H2O sumber hara Mg dan S bagi tanaman
Dolomit: CaMg(CO3)2
7. Peat Yellows (Defisiensi Cu dan K Tanah Gambut)Deskripsi Kelainan peat yellow dijumpai pada tanah gambut di
Indonesia dan Malaysia sebagai akibat defisiensi Cu dan ketidakseimbangan hara lain.
Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan warna hijau pucat ke kuning keputihan pada daun muda yang sudah terbuka penuh.
Gejala berlanjut menyebabkan daun klorosis, dari ujung daun hingga 5-8 cm.
Tulang daun pada lembaran daun terlihat sangat kontras terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan daun dekat ke tulang daun
Pelepah daun memendek, warna daun menjadi oranye pucat, dan akhirnya mati
Gejala Peat yellow (defisiensi Cu dan K)Foto PPKS 1997
Penyebab1. Kadar K tanah rendah (< 0,15 cmol/kg)2. Kadar Cu tanah rendah (< 5 mg/kg)3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi4. Pelepasan N yang cukup tinggi akibat mineralisasi bahan
organik pada tanah gambut dengan membaiknya sistem drainase
5. Pemupukan N dengan dosis cukup tinggi6. Pemupukan P cukup tinggi tanpa pemberian K yang
mencukupi
PencegahanAnalisis daun dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan sedini mungkin sehingga segara diberi pemupukan yang tepat.
Perlakuan1. Karena penyebab peat yellow belum diketahui dengan
pasti, maka hanya rekomendasi sementara saja yang dapat diberikan
2. Koreksi defisiensi dengan cara pemupukan K dan Cu pada tanah gambut dapat menurunkan terjadinya peat yellows.
3. Hara Cu diberikan dengan dosis 25-50 g CuSO4/ph/th dan juga perlu pemberian pupuk KCl sebagai pupuk ekstra yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan Cu.
8. Defisiensi Cu Tanah Berpasir• Tanaman menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat
sangat kerdil• Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda
yang sudah terbuka• Gejala lanjut adalah warna anak daun berubah menjadi
kuning dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala nekrosis dan akhirnya kering
Defisiensi Cu: ujung anak daun nekrosis
Foto PPKS 1997
Penyebab Defisiensi Cu umumnya terjadi di tanah berpasir dan tanah
gambut Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun < 3µg/g. Daun-
daun sehat berkadar Cu sekitar 5-8 µg/g
Pencegahan1. Analisis tanah dan klasifikasi tanah dapat membantu
melengkapi indikasi terjadinya defisiensi Cu dengan mengetahui kadar Cu dalam tanah dan jenis tanahnya.
2. Perlu dilakukan analisis daun dan inspeksi lapangan secara rutin
3. Pemupukan N dan P berlebihan akan memperberat terjadinya defisiensi Cu, tetapi KCl dapat memperbaiki serapan Cu
Perlakuan1. Bibitan kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi Cu
akan efektif jika disemprot dengan cairan 200 µg Cu/ml yang dibuat dengan cara melarutkan 100 g CuSO4 dalam 200 l air.
2. Pada tanah mineral defisiensi Cu dapat dikoreksi dengan penambahan 40 g CuSO4/tanaman
3. Pada tanah gambut, penyerapan Cu melalui akar tidak efisien karena Cu dalam bentuk CuSO4 akan segera mengalami proses immobilisasi dalam tanah. Salah satu cara yang mungkin dapat dilaksankan adalah pemupukan dengan 20-25 g CuSO4/pohon yang dimasukkan ke dalam bola-bola tanah lumpur (mud balls) yang dapat dengan mudah dibuat dan murah. Cu akan dilepas ke tanah secara pelan-pelan selama bertahun-tahun
Sumber agris.upm.edu
Copper (Cu) dificiency and its correction in commercial oil palm plantation: Using mudball consisting of 1 kg clay and 100 g CuSO4
8. Defisiensi B-boronGejala Khas9. Crinkle leaf10. Hook leaf
Deskripsi11. Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun
muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata bagian atas).
12. Daun berwarna hijau gelap, rapuh, berbentuk aneh: bergelombang, seperti kait sehingga mudah diidentifikasi
Penyebab1. Kelapa sawit dipupuk dengan N, K, Ca dalam dosis
berlebihan2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah terutama
pada tanah berpasir dan tanah gambut3. Keasaman (pH) tanah < 4,5 atau > 7,54. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit
disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius kamerunicus yang tidak diimbangi pemupukan B
5. Dosis pemupukan B yang tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan produktivitas yang tinggi kelapa sawit
Pencegahan Kadar B daun optimum adalah 12-25µg/g. Kelapa sawit yang dipupuk B dalam jumlah cukup kadang-
kadang berkadar B daun diluar selang angka ini Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B
yang sangat umum digunakan dengan dosis 100-200 g sodium borate/ph/th
Perlakuan1. Kelapa sawit menderita defisiensi B berat perlu dipupuk
200 g sodium borate/ph/th.2. Pupuk B ditabur di piringan dekat pangkal batang
Boron Deficiency
Hooked leafCrinkle leaf
Early symptoms
Foto IPNI
9. Kelainan-Kelainan Lain
Orange spottingcaused by genetic
disorder
Kelapa sawit pisifera steril
karena kelainan genetik
Daun kecil diduga disebabkan oleh
patogen
All sympton depent on right analysis
Foto PPKS 1997
Deskripsi Kebun yang menanam bibit tidak terseleksi dengan baik
akan banyak dijumpai tanaman abnormal dan kerdil Tanaman-tanaman kelapa sawit ini mungkin menunjukkan
gejala menyerupai defisiensi hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh sifat gentis tanaman.
Misalnya orange spotting terlihat seperti kekurangan hara (Cu) tetapi sebenarnya karena kelainan genetik
Daun kecil terlihat seperti kekurangan hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh patogen
PenyebabBanyaknya tanaman tidak produktif seolah-olah menunjukkan gejala defisiensi adalah disebabkan tidak dilakukan seleksi dengan cermat selama di pembibitan
Pencegahan Tanaman tidak produktif di lapangan dapat dihilangkan
dengan cara seleksi ketat dan hati-hati selama di pembibitan awal, pembibitan utama (2 x sensus) dan di lapangan (2 x sensus pada tahun pertama setelah tanam)
Tanaman-tanaman kerdil di lapangan pada 2 tahun pertama setelah tanam harus diganti dengan bibit yang sehat sehingga kerapatan tanaman sesuai standar
Perlakuan1. Kelapa sawit yang menunjukkann gejala defisiensi, kerap
kali kerdil dan tidak peroduktif, harus dimonitor secara hati-hati sampai jelas diketahui bahwa tanaman-tanaman tersebut benar-benar tidak menghasilkan tandan secara ekonomis menguntungkan (> 30 kg tandan buah segar per tahaman)
2. Tanaman tersebut harus diracun dan ditebang sehingga 6 tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik
3. Hal penting: perlunya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanaman-tanaman abnormal dan menunjukkan gejala defisiensi
4. “Pupuk terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan umum dunia pertanian yang menekankan pentingnya pemeriksaan rutin semua tingkat staf kebun di lapangan
Daftar PustakaFairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman Kelapa Sawit, alih bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan
Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant Nutrition Institut (IPNI): Gerogia USA. www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf
Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan.
Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in Oil Palm. Better Crops International Vol 13 No 1.