110060868-64647712-LAPORAN-IODOMETRI-IODOMETRI

26
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI O L E H KELOMPOK : I (SATU) GOLONGAN : II (DUA) LABORATORIUM KIMIA FARMASI JURUSAN FARMASI FIKES UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA   GOWA 2011

description

LAPORAN-IODOMETRI-IODOMETRI

Transcript of 110060868-64647712-LAPORAN-IODOMETRI-IODOMETRI

  • LAPORAN LENGKAP

    PRAKTIKUM

    KIMIA ANALISIS FARMASI

    O L E H

    KELOMPOK : I (SATU)

    GOLONGAN : II (DUA)

    LABORATORIUM KIMIA FARMASI

    JURUSAN FARMASI FIKES

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

    SAMATA GOWA

    2011

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi

    kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli

    kimia anaitik. Tetapi dalam kimia analitik modern, aspek-aspeknya juga

    meliputi identifikasi suatu zat, elusidasi struktur dan analisa kuantitatif

    komposisinya.

    Dalam analisa kimia farmasi kuantitatif, dikenal dua metode yakni

    analisis gravimetric dan analisis titrimetri. Pada percobaan ini yang dilakukan

    adalah analisis titrimetrik. Dimana, metode titrimetri masih digunakan secara

    luas karena merupakan metode yang tahan, mudah, dan mampu memberikan

    ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode

    titrimetri kurang spesifik.

    Selanjutnya, salah satu metode titrasi yang akan digunakan adalah

    reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Dasar yang digunakan adalah perpindahan

    electron. Penetapan kadar senyawa berdasarkan reaksi ini digunakan secara

    luas seperti permanganometri, serimetri iodo-iodi. Titrasi iodometri

    digunakan untuk menentukan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor

    dengan titrasi langsung. Sedangkan untuk titrasi iodimetri adalah kebaliknya.

    Titrasi iodometri-iodimetri ini sering digunakan dalam industri

    farmasi. Khususnya pada penentuan kadar zat-zat uji yang bersifat reduktor

    dan oksidator. Adapun dalam farmakope Indonesia, titrasi iodometri

    digunakan untuk menetapkan kadar dari asam askorbat, natrium askorbat,

    metampiron (antalgin), natrium tiosulfat, dan lain-lain.

  • B. Maksud dan tujuan

    1. Maksud percobaan

    Mengetahui dan memahami penentuan kadar suatu senyawa dengan

    menggunakan metode titrimetri/volumetri.

    2. Tujuan percobaan

    Menentukan kadar vitamin C dengan metode iodimetri, dan

    menentukan kadar CuSO4.5H2O dengan metode iodometri.

    C. Prinsip percobaan

    Penentuan kadar vitamin C berdasarkan reaksi redoks menggunakan

    metode iodimetri dalam suasana asam, kemudian dititrasi dengan larutan baku

    iodin dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator dan titik akhir titrasi

    ditandai dengan adanya perubahan warna dari bening menjadi biru kehitaman.

    Penentuan kadar CuSO4.5H2O berdasarkan reaksi redoks

    menggunakan metode iodometri dalam suasana asam dengan penambahan KI,

    dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 dan penambahan larutan kanji

    menjelang titik akhir titrasi dan ditandai dengan perubahan warna menjadi

    biru tepat hilang.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori umum

    Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan

    secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari beberapa unsure-unsur dapat

    hadir dalam kondisi oksidator yang berbeda-beda, menghasilkan

    kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi

    syarat untuk dipergunakan dalam analisis titrimetrik dan penerapn.

    Penerapannya cukup banyak, iodometri adalah salah satu analisa titrimetrik

    yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III),

    dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.

    Iodine yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku

    tiosulfat.

    Oksidasi + KI I2 + 2e

    I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6

    Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara

    langsung digunakana untuk zat indikator tau natrium tiosulfat dengan

    menggunakan larutan iodine atau dengan penambahan larutan baku

    berlebihan. Kelebihan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan.

    Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.

    Reduktor + I2 2I-

    Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6

    Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan warna dimana terjadi

    kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap

    penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai bilangan

    elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidasi adalah senyawa

    dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi.

    Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan

    bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan

  • saling mengkompersasi satu sama lain. Istilah oksidator-reduktor mengacu

    kepada suatu senyawa tidak mengacu kepadanya atom saja.(Khopkar.2003;

    42)

    Sistemredoks ion (triiodida-Iodida)

    I3 + 2e 3I-

    mempunyai potensial standar besar +0,54 V. Karena itu, Iodin adalah sebuah

    pengoksidasi yang juh lebih lemah daripada kalium permanganat. Senyawa

    serum (IV) dan kalium dikromat. Dilain pihak, ion iodide adalah agem

    pereduksi yang termasuk kuat. Lebih kuat, sebagai contoh dari pada ion Fe

    (II). Dalam proses analisis, iodin dipergunakan sebagai agen pengoksidasi

    (iodimetri). Dapat dikatakan bahwa hanya sedikit substansi yang cukup kuat

    sebagai reduksi untuk titrasi langsung dengan iodin, karena itu jumlah dari

    penentuan-penentuan adalah sedikit.

    Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromide, perak

    merkuri (I), merkurium (II) tembaga (I) dan timbal iodida adalah garam-

    garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan

    larutan kalium iodide 0,1 M.

    Penggunaan metode titrasi dengan iodida-iodium sering dibagi

    menjadi dua, yaitu :

    1. Titrasi langsung (Iodimetri)

    Iodium merupakan oksidator yang sedikit/relative kuat dengan nilai

    potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi osidasi, iodium

    akan direduksi menjadi iodide sesuai dengan reaksi :

    I2 + 2e 2I-

    Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai

    potensial reduksi yang lebih kecil dari pada iodium sehingga dapat

    dilakukan titrasi langsung dengan iodium.

  • 2. Titrasi tidak langsung (Iodometri)

    Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk

    menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang

    lebihbesar dari pada sistem Iodium-Iodida atau senyawa-senyawa yang

    bersifat oksidator, seperti CuSO4.5H2O, garam besi (III), dimana zat-zzat

    oksidator ini direduksi lebih dulu dengan ICI, dan iodin yang dihasilkan

    dalam jumlah yang setara ditentukan kembali dengan larutan baku

    natrium tiosulfat. (Rohman.2007; 105).

    Larutan iodium sendiri dapat digunakan sebagai indikator suatu tetes

    larutan iodium 0,1 mL air memberikan warna pucat yang masih dapat diamati.

    Supaya lebih peka, digunsksn larutan kanji sebagai indicator, dimana kanji

    dengan iodium membentuk kompleks yang berwarna biru dan masih dapat

    diamati pada kadar yang sangat rendah. Ada juga dapat bahwa warna biru

    adalah disebabkan absorbs iodium atau ion triiodia pada permukaan

    makromolekul kanji.

    Komponen utama dari kanji ada dua yaitu: amilosa dan amilopektin

    yang perbandingannya pada setiap tumbuh-tumbuhan berbeda. Amilosa,

    senyawa yang mempunyai rantai lurus dan dapat banyak/sedikit terdapat

    dalam kentang dan memberikan rantai bercabang memebentuk warna merah

    violet, mungkin karena absorbs. Indikator kanji bersifat reversible, artinya

    warna biru yang timbul akan hilang lagi apabila yodium direduksi oleh

    natrium tiosulfat atau reduktor lainnya. Selain indikatornya tersebut, maka

    untuk menetapkan titik akhir titrasi dapat juga digunakan pelarut-pelarut

    organik ini penting terutama sebagai berikut :

    Susunan sangat asam sehingga kanji terhidrolisis

    Titrasi berjalan lambat

    Larutannya sangat encer

  • Kerugian pemakaian pelarut organik antara lain :

    Harus dipakailabu tertutup gelap

    Harus digojong kuat-kuat untuk memisahkan yodium dari

    air. (Harjadi.1993; 53)

    Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi

    (iodimetri) dan iodide digunakan sebagai pereaksi reduksi yang cukup kuat

    untuk titrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan

    iodometri adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup untuk

    bereaksi sempurna dengan iodida dan ada banyak penggunaan iodimetri.

    Salah satu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang

    ditentukan dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan

    larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung

    secara sempurna. (Underwood.1986; 96)

    Larutan hanya sedikit larut dalam air, tetapi agak sukar larut dalam

    larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat

    dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol

    volumetric. Iodium dimurnikan dengan cara rublimasi dan ditambahkan

    dengan larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah

    penambahan iodium. Akan tetapi larutan distandarisasikan dengan suatu

    standar primer, As2O3 yang paling bias digunakan. (Underwood.1986;78)

    Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses

    iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai

    pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan ini tidak boleh distandarisasi dengan

    penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar

    primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.

    Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium

    tiosulfat iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang

    digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan, lebih

  • sering digunakan pereaksi kuat membebaskan iodium dan iodide, suatu proses

    iodometri. (Underwood.1986.83)

    Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan

    iodimetri) mengacu kepada titrasi yaitu larutan iod standar. Metode titrasi

    iodimetri tak langsung kadang-kadanf dinamakan (iodometri) adalah

    berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dari reaksi kimia. Potensial

    reduksi normal dari sistem reversible.

    I2(solid) + 2e 2I- = 0,5345 Volt

    Persamaan diatas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh dengan

    adanya iod padat. Reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya menjelang

    akhir titrasi iodide dengan suatu iod pengoksid seperti kalium permanganate.

    Ketika konsentrasi ion iodide menjadi relatif rendah. Dekat permulaan atau

    dalam kebanyakan titrasi iodometri , bila ion iodida terdapat dengan berlebih,

    maka akan terbentuklah in tri iodida.

    I2(aq) + I- I3

    -

    Karena iod mudah larut dalam larutan iodide. Reaksi sel setengah itu

    lebih baik ditulis sebagai

    I3- + 2e 3I

    -

    Dalam potensial reduksi standarnya adalah 0,535 Volt. Maka iod atau

    ion tri-iodida merupakan zat pengoksida yang jauh lebih lemah dibandingkan

    dengan kalium permanganate,kalium dikromat dan serium (IV) sulfat.

    (Besset.1994; 34).

    I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodide secara relatife merupakan

    reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan tri-

    iodida. Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi, ia larut dalam KI dan

    harus disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap. Berkurangnya iodium

    akibat penguapan dan oksidasi udara menyebabkan banyaknya kesalahan

    analisis.

  • Larutan tiosulfat distandarisasi terlebihdahulu terhadap K2CrO4.

    Biasanya indicator yang digunakan adalah kanjiamilum. Iodide pada

    konsentrasi

  • Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak

    berwarna, jika dipanaskan kedalam air menimbulkan

    panas

    Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,

    menimbulakan panas

    Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : Pemberi suasana Asam

    3. Asam asetat (Dirjen POM.1979; 41)

    Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

    Nama lain : Asam asetat

    Berat molekul : 60,05

    Rumus molekul : CH3COOH

    Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa

    asam, tajam.

    Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, dan

    dengan gliserol P.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : Pemberi suasana asam

    4. Asam askorbat (Dirjen POM.1979; 47)

    Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM

    Nama lain : Asam askorbat, Vit C

    Berat molekul : 176,13

    Rumus molekul : C8H8O6

    Pemerian : Serbuk atau habur, putih atau agak kuning, tidak

    berbau, rasa asm. Oleh pengaruh cahaya lambat laun

    menjadi gelap. Dalam keadaan kering. Mantap di

    udara, dalam larutan cepat teroksidasi.

  • Kelarutan : Mudah larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol

    (95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam

    eter P dan dalam benzene P.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

    Kadar : Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%

    C6H8O6

    Kegunaan : Sebagai sampel Iodimetri

    5. Iodium (Dirjen POM.1979; 316)

    Nama resmi : IODIUM

    Nama lain : Iodium

    Berat molekul : 126,91

    Rumus molekul : I2

    Pemerian : Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam

    kelabu, bau khas

    Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam

    iodida, mudah larut dalam etanol (95%)

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : Sebagai larutan baku

    6. Kalium iodida (Dirjen POM.1979; 330)

    Nama resmi : KALLI IODIDUM

    Nama lain : Kalium iodide

    Berat molekul : 166,00

    Rumus molekul : KI

    Pemerian : Hablur heksahedral,transparan atau tidak berwarna

    opak dan putih, atau serbuk butiran putih,

    higroskopik.

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,lebih mudah larut

    dalam air mendidih

    Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

  • Kegunaan : Pemberi I2

    7. Natrium tiosulfat (Dirjen POM.1979; 428)

    Nama resmi : NATRII THIOSULFAS

    Nama lain : Natrium tisulfat

    Berat molekul : 248,17

    Rumus molekul : Na2C2O3

    Pemerian : Hablur besar tidak berwarna dan serbuk hablur kasar.

    Dalam udara lembab meleleh basah, dalam hampa

    udara pada suhu diatas 330 merapuh

    Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam

    etanol (95%)

    Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : Sebagai larutan baku

    8. Tembaga (II) sulfat (Dirjen POM.1979; 731)

    Nama resmi : CUPRII SULFAS

    Nama lain : Tembaga (II) sulfat

    Berat molekul : 249,68

    Rumus molekul : CuSO4.5H2O

    Pemerian : Prisma terbalik atau serbuk hablur, biru

    Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol, sangat

    sukar larut dalam etanol (95%)P

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

    Kadar : Tembaga (II) sulfat mengandung tidak kurang dari

    98,5 % dan tidak lebih dari 101,0 % CuSO4.5H2O

    C. Prosedur kerja

    1. Pembuatan dan standarisasi larutan

    a. Pembuatan larutan baku Iodin 0,1 N

    Timbang dengan teliti 12,7 Iodin dalam botol timbang,

    masukkan ke dalam gelas piala. Timbang 18 g KI dan larutkan dalam

  • 50 mL air suling. Tambahkan ke dalam gelas piala yang berisi 12,7 g

    Iodin, aduk hingga semua iodine larut. Pindahkan ke dalam labu ukur,

    cukupkan volumenya hingga 1000 mL, lalu homogenkan. Simpan

    dalam botol tertutup dan berwarna coklat pada tempat yang gelap.

    b. Satndarisasi larutan Iodin 0,1 N dengan As2O3

    Timbang seksama 150 mg As2O3 murni, pindahkan ke dalam

    gelas piala 400 mL. Larutkan dalam 20 mL NaOH 0,1 N denga sedikit

    pemanasan. Encerkan dengan 40 mL air suling, tambahkan 2 tetes

    jingga metil dan tetesi dengan HCl hingga larutan berubah warna dari

    kuning menjadi jingga. Tambahkan 2 g Natrium Karbonat dan

    tambahkan 50 mL air suling. Tambahkan 3 mL larutan kanji dan titrasi

    dengan larutan Iodin hingga warna biru yang stabil. Ualngi perlakuan

    2 kali lagi. Hitung normalitas larutan Iodin tersebut.

    Tiap mL Iodin 0,1 N setara dengan 49,96 mg As2O3

    c. Pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,1 N

    Larutkan 25 g Kristal Natrium Tiosulfat pentahidrat ke dalam

    1000 mL air yang baru saja didihkan dan didinginkan. Tambahkan 0,2

    g Natrium karbonat sebagai pengawet dan simpan dalam sebuah botol

    yang bersih.

    d. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N dengan K2Cr2O7

    Timbang tiga porsi kalium bikromat murni dan kering masing-

    masing 200 mg, dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL. larutkan

    dengan 100 mL air suling dan tambahkan 4 mL asam sulfat pekat.

    Tambhakan 2 g Natrium karbonat, aduk perlahan-lahan. Tambahkan 5

    g Kalium Iodida yang dilarutkan dalam 5 mL air. Tutup Erlenmeyer

    sekitar 3 menit. Encerkan dengan air hingga 200 mL. titrasi dengan

    Natrium tiosulfat sampai warna kuning dari kuning dari Iodium

    hampir hilang. Tambahkan 3 mL larutan kanji dan lanjutkan titrasi

    warna biru hilang. Warna terakhir akan berwarna hijau zamrud jernih.

  • 2. Penetapan sampel

    a. Penetapan kadar Antalgin dengan Iodimetri

    Timbang seksama 200 mg antalgin, masukan dalam

    Erlenmeyer 250 mL, larutkan dalam 5 mL air suling. Tambahkan 5 mL

    HCl 0,02 N dan segera titrasi dengan larutan Iodin 0,1 N menggunakan

    indicator kanji. Kocok sekali-kali hingga terjadi warna biru mantap

    selama 2 menit. Ulangi perlakuan 2 kali lagi. Hitung kadar antalgin

    dalam sampel.

    Tiap mL Iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg C13H16N3NaO4S.

    b. Penetapan kadar Vitamin C secara Iodometri

    Timbang teliti 300 mg sampel vitamin C.larutkan dalam 20 mL

    air yang telah dididihkan dan didinginkan. Tambahkan 5 mL asam

    sulfat 10 % dan segera tambahkan 50 mL larutan Iodin 0,1 N dan

    titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat dengan menggunakan indikator

    kanji. Ulangi perlakuan 2 kali lagi,lakukan juga penetapan blanko.

    Hitung kadar vitamin C dalam sampel.

    Tiap mL I2 0,1 N setara dengan 8,8 mg Vitamin C

    c. Penetapan kadar CuSO4 secara Iodometri

    Timbang seksama 1 g garam terusi, larutkan dalam 50 mL air

    suling, tambahan 4 mL asam asetat dan 3 g KI. Titrasi Iodin yang

    bebas dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator

    kanji. Ulangi perlakuan 2 kali lagi, dihitung kadar CuSO4 dalam

    sampel.

    Tiap mL Na2S2O3 0,1 N setara dengan 24,97 CuSO4.5H2O

  • BAB III

    METODE KERJA

    A. Alat dan bahan

    Adapun alat yang digunakan adalah buret, erlenmeyer, gelas kimia,

    gelas ukur, neraca analitik, pipet tetes, statif dan klem, sendok tanduk, kompor

    listrik.

    Bahan yang digunakan adalah aluminium foil, aquadest, asam asetat,

    asam sulfat 10 %, CuSO4.5H2O, indicator kanji, kertas perkamen, KI, larutan

    baku Na2S2O3 0,1067 N, larutan baku I2 0,0960 N, Vit C, dan tissue.

    B. Cara kerja

    1. Penetapan kadar Vit C secara Iodimetri

    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang 600 mg

    sampel Vit C lalu dilarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 10 mL

    kemudian ditambahkan 5 ml H2SO4 2 M setelah itu dititrasi dengan

    larutan I2 0,0060 dengan menggunakan indicator kanji hingga terjadi

    perubahan warna dari bening menjadi biru mantap. Selanjutnya dihitung

    kadar Vit C.

    2. Penetapan kadar CuSO4.5H2O secara Iodometri

    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang sampel

    CuSO4.5H2O 150 mg lalu dilarutkan dalam 25 mL aquadest kemudian

    ditambahkan 3 mL asam asetat. Setelah itu ditambahkan KI sebanyak 500

    mg lalu dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1067 N hingga berubah

    warna menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan beberapa tetes

    indicator kanji lalu dititrasi lagi dengan Na2S2O3 hingga berubah warna

    menjadi biru tepat hilang. Selanjutnya dihitung kadar CuSO4.5H2O.

  • BAB IV

    HASIL PENGAMATAN

    A. Tabel pengamatan

    1. Iodimetri

    Sampel Berat sampel Vol. titran Perubahan warna

    Asam askorbat 0,6025 10,5 Kuning biru hitam

    2. Iodometri

    Sampel Berat sampel Vol. titran Perubahan warna

    CuSO4.5H2O 0,1572 6 Kuning pucat

    + KI 0,5031 3 Biru tepat hilang

    B. Perhitungan

    1. Iodimetri

    Mg rek sampel Mg rek larutan baku

    Mg/BE = V.N

    Mg = V.N.BE

    = 10,5.0,1025.88

    = 94,7 mg

    = 0,0947 g

    % kadar =

    100%

    =

    100%

    = 15,717 %

  • 2. Iodometri

    Mg rek sampel Mg rek larutan baku

    Mg/BE = V.N

    Mg = V. N. BE

    = 6.0,1067.249,68

    = 159,84 mg

    = 0,1598 g

    % kadar =

    100%

    =

    = 101,65 %

    C. Reaksi

    1. Iodimetri

    + C2H5OH + 2HI

    4-ethyl-2,3 dihydroxy-cyclopent-2-enone-4-etyhlcyclopentane 1,2,3 trione

    2. Iodometri

    CuSO4.5H2O+2KI CuI+K2SO4+

    I2

    I2+2Na2S2O3 2NaI+Na2S4O6

    + nI2

  • Kompleks I2 kanji ( biru )

    CH2OH

    H + Na2S2O3

    + 2NaI + Na2S4O6

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    Iodimetri merupakan cara analisis volumetrik untuk zat-zat reduktor, seperti

    natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan baku iodine yang secara

    langsung, tetapi dapat juga langsung dengan cara penambahan larutan baku iodine

    berlebihan, dan kelebihan larutan iodine dititrasi kembali dengan larutan baku

    tiosulfat. Sedangkan iodometri adalah cara analisa volumetric secara tidak langsung

    untuk zat-zat reduktor seperti garam besi (III), tembaga (II) dimana zat-zat oksidator

    ini direduksi lebif dahulu dengan KI, dan iodin yang dihasilkan dalam jumlah yang

    setara dititrasi kembali dengan larutan baku Na2S2O3.

    Dalam praktikum iodimetri, sampel yang ditentukan kadarnya adalah vitamin

    C dengan metode titrasi secara langsung dan CuSO4.5H2O dengan metode titrasi

    tidak langsung. Untuk memulai percobaan ini, mula-mla disiapkan terlebih dahulu

    alat-alat yang akan digunakan. Ditimbang sampel vitamin C sebanyak 600 mg

    kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dalam aquadest bebas

    CO2 sebanyak 25 mL. Aquadest disini diperoleh dari hasil didihkan lalu didinginkan.

    Penambahan air bebas ini bertujuan untuk menghilangkan CO2 yang terdapat di

    dalam air dalam bentuk asam karbonat yang bereaksi seperti asam-asam lain.

    Kemudian ditambahkan 5 mL H2SO4 2 M. Penambahan ini dimaksudkan untuk

    memberi suasana asam karena bias dilakukan dalam suasana basa. Iodin bereaksi

    dengan ion hidroksida yang mula-mula membentuk ion hipoidit. Yang kemudian

    membentuk ion iodat dan ion-ion ini mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion

    sulfat. Sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi. Lalu ditambahkan beberapa tetes

    indicator kanji. Penambahan ini dimasudkan dimana Iodin akan bereaksi pada

    permukaan beta-amilosa dari kanji yang berwarna biru intensif. Kemudian dititrasi

    dengan larutan baku I2 0.1025 N dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan

    warna dari kuning kebiru hitam. Ketika titran I2 berlebih maka sampel Vit C akan

  • habis bereaksi, sehingga terbentuklah ikatan indikator kanji dengan I2 yang stabil

    sehingga dapat menyebebkan perubahan warna dari bening kebiru.

    Dalam praktikum Iodometri, sampel yang digunakan adalah CuSO4.5H2O .

    Langkah awal dalam percobaan ini yaitu ditimbang sebanyak 0,1572 g lalu

    dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan asam asetat 2 mL, kemudian

    ditambahkan 2 mL KI 0,5031 g .

    Penambahan ini dengan maksud untuk membebaskan ion Iodida dari KI

    sehingga penambahan ini dapat bereaksi dengan asam sulfat yang dibebaskan dari

    cuprii sulfat. Selain itu juga penambahan asam asetat untuk yaitu untuk memberi

    suasana asam pada larutan tersebut. Selanjutnya pada sampel CuSO4.5H2O ini yang

    bersifat oksidator kuat akan direduksi dengan kalium iodida berlebihan. Setelah itu

    dititrasi dengan Na2S2O3 0,0987 N sampai larutan berwarna kuning pucat. Adapun

    penambahan indikator kanji harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi, agar

    amilum tidak membungkus Iod dan menyebabkan sangat sukar lepas kembali. Hal ini

    akan berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi.

    Setelah penambahan indikator kanji, lalu dititrasi kembali dengan larutan baku

    NaS2O3 sampai larutan menjadi bening.

    Adapun alasan dilakukan titrasi kembali, yakni :

    1. Ketika I2 masih banyak, otomatis ketika penambahan langsung dengan

    indikator kanji maka akan menyebabkan ikatan yang terbentuk menjadi

    sukar untuk terlepas.

    2. Dengan iod memberi sesuatu yang kompleks yang tak dapat larut dalam

    air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi.

    Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh %kadar asam askorbat sebesar

    15,717 % dan CuSO.5H2O sebesar 101,65 %. Namun hasil tersebut tidak sesuai

    dengan literatur, dimana pada pustaka FI edisi III hal 47 menyatakan bahwa asam

    askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H2O6. Sedangkan pada pustaka FI

    edisi III hal 731 menyatakan bahwa tembaga (II) sulfat mengandung tidak kurang

    dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,0 %.

  • Dalam percobaan ini redapat beberapa faktor kesalahan yakni, kurang tekanan

    yang diberikan terlalu besar, kurangnya ketelitian praktikan ketika sedang menitrasi.

    Adapun penggunaan metode Idimetri dan Iodometri dalam bidang farmasi

    salah satunya yaitu dalam menetapkan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor

    dan oksidator, seperti asam askorbat, metampiron (antalgin) serta natrium tiosulfat

    dan sediaan tabletnya.

  • BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

    dimana pada penetapan kadar Vit C yaitu 15,717 %, sedangkan pada literatur

    dari FI edisi III yaitu tidak kurang dari 99,0%.

    Untuk penetapan kadar tembaga (II) sulfat yaitu 101,65 %,sedangkan

    pada literature FI edisi III hal 731 tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih

    dari 101,5 %.

    B. Saran

    1. Untuk laboratorium

    Mohon dilengkapi alat dan bahannya

    2. Untuk asisten

    Tolong keaktifannya dalam membimbing praktikan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Day, R. A. dan A. L. Underwood. . Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:Jakarta.1981

    Dirjen pom.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.1979

    Harjadi, W.. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga: Jakarta.1993.

    Haeriah. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. UIN Alauddin : Makassar.2011.

    Khopkar S. M. . Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. 1990

    Sudjaji. Kimia Farmasi Analisis . Pustaka pelajar : Yoyakarta.2007

  • SKEMA KERJA

    1. Iodimetri

    Vit C 0,6025 g

    Larutkan dalam 20 mL H2O bebas CO2

    + 3 mL H2SO4 10 %

    + Indikator kanji

    Titrasi dengan I2

    Hit. Kadar Vit C

    2. Iodometri

    CuSO4.5H2O 0,1572 g

    Larutkan dalam 20 mL H2O

    +2 mL CH3COOH

    +0,5031 g KI

    Titrasi dengan Na2S2O3

    + Indikator kanji

    Titrasi dengan Na2S2O3

    Hit. Kadar CuSO4.5H2

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    KIMIA ANALISIS

    PERCOBAAN

    IODIMETRI-IODOMETRI

    O L E H

    KELOMPOK : I

    GOLONGAN : II

    ASISTEN : YASSIR ARAFAT, S. Farm., Apt.

    JURUSAN FARMASI FIKES

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

    SAMATA GOWA

    2011