110060868-64647712-LAPORAN-IODOMETRI-IODOMETRI
-
Upload
sutan-siregar -
Category
Documents
-
view
964 -
download
2
description
Transcript of 110060868-64647712-LAPORAN-IODOMETRI-IODOMETRI
-
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS FARMASI
O L E H
KELOMPOK : I (SATU)
GOLONGAN : II (DUA)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
JURUSAN FARMASI FIKES
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA GOWA
2011
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi
kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli
kimia anaitik. Tetapi dalam kimia analitik modern, aspek-aspeknya juga
meliputi identifikasi suatu zat, elusidasi struktur dan analisa kuantitatif
komposisinya.
Dalam analisa kimia farmasi kuantitatif, dikenal dua metode yakni
analisis gravimetric dan analisis titrimetri. Pada percobaan ini yang dilakukan
adalah analisis titrimetrik. Dimana, metode titrimetri masih digunakan secara
luas karena merupakan metode yang tahan, mudah, dan mampu memberikan
ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode
titrimetri kurang spesifik.
Selanjutnya, salah satu metode titrasi yang akan digunakan adalah
reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Dasar yang digunakan adalah perpindahan
electron. Penetapan kadar senyawa berdasarkan reaksi ini digunakan secara
luas seperti permanganometri, serimetri iodo-iodi. Titrasi iodometri
digunakan untuk menentukan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor
dengan titrasi langsung. Sedangkan untuk titrasi iodimetri adalah kebaliknya.
Titrasi iodometri-iodimetri ini sering digunakan dalam industri
farmasi. Khususnya pada penentuan kadar zat-zat uji yang bersifat reduktor
dan oksidator. Adapun dalam farmakope Indonesia, titrasi iodometri
digunakan untuk menetapkan kadar dari asam askorbat, natrium askorbat,
metampiron (antalgin), natrium tiosulfat, dan lain-lain.
-
B. Maksud dan tujuan
1. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami penentuan kadar suatu senyawa dengan
menggunakan metode titrimetri/volumetri.
2. Tujuan percobaan
Menentukan kadar vitamin C dengan metode iodimetri, dan
menentukan kadar CuSO4.5H2O dengan metode iodometri.
C. Prinsip percobaan
Penentuan kadar vitamin C berdasarkan reaksi redoks menggunakan
metode iodimetri dalam suasana asam, kemudian dititrasi dengan larutan baku
iodin dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator dan titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna dari bening menjadi biru kehitaman.
Penentuan kadar CuSO4.5H2O berdasarkan reaksi redoks
menggunakan metode iodometri dalam suasana asam dengan penambahan KI,
dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 dan penambahan larutan kanji
menjelang titik akhir titrasi dan ditandai dengan perubahan warna menjadi
biru tepat hilang.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan
secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari beberapa unsure-unsur dapat
hadir dalam kondisi oksidator yang berbeda-beda, menghasilkan
kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi
syarat untuk dipergunakan dalam analisis titrimetrik dan penerapn.
Penerapannya cukup banyak, iodometri adalah salah satu analisa titrimetrik
yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III),
dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
Iodine yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat.
Oksidasi + KI I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara
langsung digunakana untuk zat indikator tau natrium tiosulfat dengan
menggunakan larutan iodine atau dengan penambahan larutan baku
berlebihan. Kelebihan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan.
Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.
Reduktor + I2 2I-
Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan warna dimana terjadi
kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap
penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai bilangan
elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidasi adalah senyawa
dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi.
Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan
-
saling mengkompersasi satu sama lain. Istilah oksidator-reduktor mengacu
kepada suatu senyawa tidak mengacu kepadanya atom saja.(Khopkar.2003;
42)
Sistemredoks ion (triiodida-Iodida)
I3 + 2e 3I-
mempunyai potensial standar besar +0,54 V. Karena itu, Iodin adalah sebuah
pengoksidasi yang juh lebih lemah daripada kalium permanganat. Senyawa
serum (IV) dan kalium dikromat. Dilain pihak, ion iodide adalah agem
pereduksi yang termasuk kuat. Lebih kuat, sebagai contoh dari pada ion Fe
(II). Dalam proses analisis, iodin dipergunakan sebagai agen pengoksidasi
(iodimetri). Dapat dikatakan bahwa hanya sedikit substansi yang cukup kuat
sebagai reduksi untuk titrasi langsung dengan iodin, karena itu jumlah dari
penentuan-penentuan adalah sedikit.
Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromide, perak
merkuri (I), merkurium (II) tembaga (I) dan timbal iodida adalah garam-
garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan
larutan kalium iodide 0,1 M.
Penggunaan metode titrasi dengan iodida-iodium sering dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Titrasi langsung (Iodimetri)
Iodium merupakan oksidator yang sedikit/relative kuat dengan nilai
potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi osidasi, iodium
akan direduksi menjadi iodide sesuai dengan reaksi :
I2 + 2e 2I-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dari pada iodium sehingga dapat
dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
-
2. Titrasi tidak langsung (Iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebihbesar dari pada sistem Iodium-Iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator, seperti CuSO4.5H2O, garam besi (III), dimana zat-zzat
oksidator ini direduksi lebih dulu dengan ICI, dan iodin yang dihasilkan
dalam jumlah yang setara ditentukan kembali dengan larutan baku
natrium tiosulfat. (Rohman.2007; 105).
Larutan iodium sendiri dapat digunakan sebagai indikator suatu tetes
larutan iodium 0,1 mL air memberikan warna pucat yang masih dapat diamati.
Supaya lebih peka, digunsksn larutan kanji sebagai indicator, dimana kanji
dengan iodium membentuk kompleks yang berwarna biru dan masih dapat
diamati pada kadar yang sangat rendah. Ada juga dapat bahwa warna biru
adalah disebabkan absorbs iodium atau ion triiodia pada permukaan
makromolekul kanji.
Komponen utama dari kanji ada dua yaitu: amilosa dan amilopektin
yang perbandingannya pada setiap tumbuh-tumbuhan berbeda. Amilosa,
senyawa yang mempunyai rantai lurus dan dapat banyak/sedikit terdapat
dalam kentang dan memberikan rantai bercabang memebentuk warna merah
violet, mungkin karena absorbs. Indikator kanji bersifat reversible, artinya
warna biru yang timbul akan hilang lagi apabila yodium direduksi oleh
natrium tiosulfat atau reduktor lainnya. Selain indikatornya tersebut, maka
untuk menetapkan titik akhir titrasi dapat juga digunakan pelarut-pelarut
organik ini penting terutama sebagai berikut :
Susunan sangat asam sehingga kanji terhidrolisis
Titrasi berjalan lambat
Larutannya sangat encer
-
Kerugian pemakaian pelarut organik antara lain :
Harus dipakailabu tertutup gelap
Harus digojong kuat-kuat untuk memisahkan yodium dari
air. (Harjadi.1993; 53)
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan iodide digunakan sebagai pereaksi reduksi yang cukup kuat
untuk titrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan
iodometri adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup untuk
bereaksi sempurna dengan iodida dan ada banyak penggunaan iodimetri.
Salah satu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung
secara sempurna. (Underwood.1986; 96)
Larutan hanya sedikit larut dalam air, tetapi agak sukar larut dalam
larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat
dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol
volumetric. Iodium dimurnikan dengan cara rublimasi dan ditambahkan
dengan larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah
penambahan iodium. Akan tetapi larutan distandarisasikan dengan suatu
standar primer, As2O3 yang paling bias digunakan. (Underwood.1986;78)
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses
iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan ini tidak boleh distandarisasi dengan
penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar
primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium
tiosulfat iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang
digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan, lebih
-
sering digunakan pereaksi kuat membebaskan iodium dan iodide, suatu proses
iodometri. (Underwood.1986.83)
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan
iodimetri) mengacu kepada titrasi yaitu larutan iod standar. Metode titrasi
iodimetri tak langsung kadang-kadanf dinamakan (iodometri) adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dari reaksi kimia. Potensial
reduksi normal dari sistem reversible.
I2(solid) + 2e 2I- = 0,5345 Volt
Persamaan diatas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh dengan
adanya iod padat. Reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya menjelang
akhir titrasi iodide dengan suatu iod pengoksid seperti kalium permanganate.
Ketika konsentrasi ion iodide menjadi relatif rendah. Dekat permulaan atau
dalam kebanyakan titrasi iodometri , bila ion iodida terdapat dengan berlebih,
maka akan terbentuklah in tri iodida.
I2(aq) + I- I3
-
Karena iod mudah larut dalam larutan iodide. Reaksi sel setengah itu
lebih baik ditulis sebagai
I3- + 2e 3I
-
Dalam potensial reduksi standarnya adalah 0,535 Volt. Maka iod atau
ion tri-iodida merupakan zat pengoksida yang jauh lebih lemah dibandingkan
dengan kalium permanganate,kalium dikromat dan serium (IV) sulfat.
(Besset.1994; 34).
I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodide secara relatife merupakan
reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan tri-
iodida. Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi, ia larut dalam KI dan
harus disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap. Berkurangnya iodium
akibat penguapan dan oksidasi udara menyebabkan banyaknya kesalahan
analisis.
-
Larutan tiosulfat distandarisasi terlebihdahulu terhadap K2CrO4.
Biasanya indicator yang digunakan adalah kanjiamilum. Iodide pada
konsentrasi
-
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, jika dipanaskan kedalam air menimbulkan
panas
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol,
menimbulakan panas
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pemberi suasana Asam
3. Asam asetat (Dirjen POM.1979; 41)
Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat
Berat molekul : 60,05
Rumus molekul : CH3COOH
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam, tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) P, dan
dengan gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pemberi suasana asam
4. Asam askorbat (Dirjen POM.1979; 47)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain : Asam askorbat, Vit C
Berat molekul : 176,13
Rumus molekul : C8H8O6
Pemerian : Serbuk atau habur, putih atau agak kuning, tidak
berbau, rasa asm. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering. Mantap di
udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
-
Kelarutan : Mudah larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol
(95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam
eter P dan dalam benzene P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kadar : Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%
C6H8O6
Kegunaan : Sebagai sampel Iodimetri
5. Iodium (Dirjen POM.1979; 316)
Nama resmi : IODIUM
Nama lain : Iodium
Berat molekul : 126,91
Rumus molekul : I2
Pemerian : Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam
kelabu, bau khas
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam
iodida, mudah larut dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku
6. Kalium iodida (Dirjen POM.1979; 330)
Nama resmi : KALLI IODIDUM
Nama lain : Kalium iodide
Berat molekul : 166,00
Rumus molekul : KI
Pemerian : Hablur heksahedral,transparan atau tidak berwarna
opak dan putih, atau serbuk butiran putih,
higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik
-
Kegunaan : Pemberi I2
7. Natrium tiosulfat (Dirjen POM.1979; 428)
Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tisulfat
Berat molekul : 248,17
Rumus molekul : Na2C2O3
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna dan serbuk hablur kasar.
Dalam udara lembab meleleh basah, dalam hampa
udara pada suhu diatas 330 merapuh
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam
etanol (95%)
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku
8. Tembaga (II) sulfat (Dirjen POM.1979; 731)
Nama resmi : CUPRII SULFAS
Nama lain : Tembaga (II) sulfat
Berat molekul : 249,68
Rumus molekul : CuSO4.5H2O
Pemerian : Prisma terbalik atau serbuk hablur, biru
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol, sangat
sukar larut dalam etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kadar : Tembaga (II) sulfat mengandung tidak kurang dari
98,5 % dan tidak lebih dari 101,0 % CuSO4.5H2O
C. Prosedur kerja
1. Pembuatan dan standarisasi larutan
a. Pembuatan larutan baku Iodin 0,1 N
Timbang dengan teliti 12,7 Iodin dalam botol timbang,
masukkan ke dalam gelas piala. Timbang 18 g KI dan larutkan dalam
-
50 mL air suling. Tambahkan ke dalam gelas piala yang berisi 12,7 g
Iodin, aduk hingga semua iodine larut. Pindahkan ke dalam labu ukur,
cukupkan volumenya hingga 1000 mL, lalu homogenkan. Simpan
dalam botol tertutup dan berwarna coklat pada tempat yang gelap.
b. Satndarisasi larutan Iodin 0,1 N dengan As2O3
Timbang seksama 150 mg As2O3 murni, pindahkan ke dalam
gelas piala 400 mL. Larutkan dalam 20 mL NaOH 0,1 N denga sedikit
pemanasan. Encerkan dengan 40 mL air suling, tambahkan 2 tetes
jingga metil dan tetesi dengan HCl hingga larutan berubah warna dari
kuning menjadi jingga. Tambahkan 2 g Natrium Karbonat dan
tambahkan 50 mL air suling. Tambahkan 3 mL larutan kanji dan titrasi
dengan larutan Iodin hingga warna biru yang stabil. Ualngi perlakuan
2 kali lagi. Hitung normalitas larutan Iodin tersebut.
Tiap mL Iodin 0,1 N setara dengan 49,96 mg As2O3
c. Pembuatan larutan baku Na2S2O3 0,1 N
Larutkan 25 g Kristal Natrium Tiosulfat pentahidrat ke dalam
1000 mL air yang baru saja didihkan dan didinginkan. Tambahkan 0,2
g Natrium karbonat sebagai pengawet dan simpan dalam sebuah botol
yang bersih.
d. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N dengan K2Cr2O7
Timbang tiga porsi kalium bikromat murni dan kering masing-
masing 200 mg, dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL. larutkan
dengan 100 mL air suling dan tambahkan 4 mL asam sulfat pekat.
Tambhakan 2 g Natrium karbonat, aduk perlahan-lahan. Tambahkan 5
g Kalium Iodida yang dilarutkan dalam 5 mL air. Tutup Erlenmeyer
sekitar 3 menit. Encerkan dengan air hingga 200 mL. titrasi dengan
Natrium tiosulfat sampai warna kuning dari kuning dari Iodium
hampir hilang. Tambahkan 3 mL larutan kanji dan lanjutkan titrasi
warna biru hilang. Warna terakhir akan berwarna hijau zamrud jernih.
-
2. Penetapan sampel
a. Penetapan kadar Antalgin dengan Iodimetri
Timbang seksama 200 mg antalgin, masukan dalam
Erlenmeyer 250 mL, larutkan dalam 5 mL air suling. Tambahkan 5 mL
HCl 0,02 N dan segera titrasi dengan larutan Iodin 0,1 N menggunakan
indicator kanji. Kocok sekali-kali hingga terjadi warna biru mantap
selama 2 menit. Ulangi perlakuan 2 kali lagi. Hitung kadar antalgin
dalam sampel.
Tiap mL Iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg C13H16N3NaO4S.
b. Penetapan kadar Vitamin C secara Iodometri
Timbang teliti 300 mg sampel vitamin C.larutkan dalam 20 mL
air yang telah dididihkan dan didinginkan. Tambahkan 5 mL asam
sulfat 10 % dan segera tambahkan 50 mL larutan Iodin 0,1 N dan
titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat dengan menggunakan indikator
kanji. Ulangi perlakuan 2 kali lagi,lakukan juga penetapan blanko.
Hitung kadar vitamin C dalam sampel.
Tiap mL I2 0,1 N setara dengan 8,8 mg Vitamin C
c. Penetapan kadar CuSO4 secara Iodometri
Timbang seksama 1 g garam terusi, larutkan dalam 50 mL air
suling, tambahan 4 mL asam asetat dan 3 g KI. Titrasi Iodin yang
bebas dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator
kanji. Ulangi perlakuan 2 kali lagi, dihitung kadar CuSO4 dalam
sampel.
Tiap mL Na2S2O3 0,1 N setara dengan 24,97 CuSO4.5H2O
-
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan adalah buret, erlenmeyer, gelas kimia,
gelas ukur, neraca analitik, pipet tetes, statif dan klem, sendok tanduk, kompor
listrik.
Bahan yang digunakan adalah aluminium foil, aquadest, asam asetat,
asam sulfat 10 %, CuSO4.5H2O, indicator kanji, kertas perkamen, KI, larutan
baku Na2S2O3 0,1067 N, larutan baku I2 0,0960 N, Vit C, dan tissue.
B. Cara kerja
1. Penetapan kadar Vit C secara Iodimetri
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang 600 mg
sampel Vit C lalu dilarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 10 mL
kemudian ditambahkan 5 ml H2SO4 2 M setelah itu dititrasi dengan
larutan I2 0,0060 dengan menggunakan indicator kanji hingga terjadi
perubahan warna dari bening menjadi biru mantap. Selanjutnya dihitung
kadar Vit C.
2. Penetapan kadar CuSO4.5H2O secara Iodometri
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang sampel
CuSO4.5H2O 150 mg lalu dilarutkan dalam 25 mL aquadest kemudian
ditambahkan 3 mL asam asetat. Setelah itu ditambahkan KI sebanyak 500
mg lalu dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1067 N hingga berubah
warna menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan beberapa tetes
indicator kanji lalu dititrasi lagi dengan Na2S2O3 hingga berubah warna
menjadi biru tepat hilang. Selanjutnya dihitung kadar CuSO4.5H2O.
-
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel pengamatan
1. Iodimetri
Sampel Berat sampel Vol. titran Perubahan warna
Asam askorbat 0,6025 10,5 Kuning biru hitam
2. Iodometri
Sampel Berat sampel Vol. titran Perubahan warna
CuSO4.5H2O 0,1572 6 Kuning pucat
+ KI 0,5031 3 Biru tepat hilang
B. Perhitungan
1. Iodimetri
Mg rek sampel Mg rek larutan baku
Mg/BE = V.N
Mg = V.N.BE
= 10,5.0,1025.88
= 94,7 mg
= 0,0947 g
% kadar =
100%
=
100%
= 15,717 %
-
2. Iodometri
Mg rek sampel Mg rek larutan baku
Mg/BE = V.N
Mg = V. N. BE
= 6.0,1067.249,68
= 159,84 mg
= 0,1598 g
% kadar =
100%
=
= 101,65 %
C. Reaksi
1. Iodimetri
+ C2H5OH + 2HI
4-ethyl-2,3 dihydroxy-cyclopent-2-enone-4-etyhlcyclopentane 1,2,3 trione
2. Iodometri
CuSO4.5H2O+2KI CuI+K2SO4+
I2
I2+2Na2S2O3 2NaI+Na2S4O6
+ nI2
-
Kompleks I2 kanji ( biru )
CH2OH
H + Na2S2O3
+ 2NaI + Na2S4O6
-
BAB V
PEMBAHASAN
Iodimetri merupakan cara analisis volumetrik untuk zat-zat reduktor, seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan baku iodine yang secara
langsung, tetapi dapat juga langsung dengan cara penambahan larutan baku iodine
berlebihan, dan kelebihan larutan iodine dititrasi kembali dengan larutan baku
tiosulfat. Sedangkan iodometri adalah cara analisa volumetric secara tidak langsung
untuk zat-zat reduktor seperti garam besi (III), tembaga (II) dimana zat-zat oksidator
ini direduksi lebif dahulu dengan KI, dan iodin yang dihasilkan dalam jumlah yang
setara dititrasi kembali dengan larutan baku Na2S2O3.
Dalam praktikum iodimetri, sampel yang ditentukan kadarnya adalah vitamin
C dengan metode titrasi secara langsung dan CuSO4.5H2O dengan metode titrasi
tidak langsung. Untuk memulai percobaan ini, mula-mla disiapkan terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan. Ditimbang sampel vitamin C sebanyak 600 mg
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dalam aquadest bebas
CO2 sebanyak 25 mL. Aquadest disini diperoleh dari hasil didihkan lalu didinginkan.
Penambahan air bebas ini bertujuan untuk menghilangkan CO2 yang terdapat di
dalam air dalam bentuk asam karbonat yang bereaksi seperti asam-asam lain.
Kemudian ditambahkan 5 mL H2SO4 2 M. Penambahan ini dimaksudkan untuk
memberi suasana asam karena bias dilakukan dalam suasana basa. Iodin bereaksi
dengan ion hidroksida yang mula-mula membentuk ion hipoidit. Yang kemudian
membentuk ion iodat dan ion-ion ini mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion
sulfat. Sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi. Lalu ditambahkan beberapa tetes
indicator kanji. Penambahan ini dimasudkan dimana Iodin akan bereaksi pada
permukaan beta-amilosa dari kanji yang berwarna biru intensif. Kemudian dititrasi
dengan larutan baku I2 0.1025 N dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna dari kuning kebiru hitam. Ketika titran I2 berlebih maka sampel Vit C akan
-
habis bereaksi, sehingga terbentuklah ikatan indikator kanji dengan I2 yang stabil
sehingga dapat menyebebkan perubahan warna dari bening kebiru.
Dalam praktikum Iodometri, sampel yang digunakan adalah CuSO4.5H2O .
Langkah awal dalam percobaan ini yaitu ditimbang sebanyak 0,1572 g lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan asam asetat 2 mL, kemudian
ditambahkan 2 mL KI 0,5031 g .
Penambahan ini dengan maksud untuk membebaskan ion Iodida dari KI
sehingga penambahan ini dapat bereaksi dengan asam sulfat yang dibebaskan dari
cuprii sulfat. Selain itu juga penambahan asam asetat untuk yaitu untuk memberi
suasana asam pada larutan tersebut. Selanjutnya pada sampel CuSO4.5H2O ini yang
bersifat oksidator kuat akan direduksi dengan kalium iodida berlebihan. Setelah itu
dititrasi dengan Na2S2O3 0,0987 N sampai larutan berwarna kuning pucat. Adapun
penambahan indikator kanji harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi, agar
amilum tidak membungkus Iod dan menyebabkan sangat sukar lepas kembali. Hal ini
akan berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi.
Setelah penambahan indikator kanji, lalu dititrasi kembali dengan larutan baku
NaS2O3 sampai larutan menjadi bening.
Adapun alasan dilakukan titrasi kembali, yakni :
1. Ketika I2 masih banyak, otomatis ketika penambahan langsung dengan
indikator kanji maka akan menyebabkan ikatan yang terbentuk menjadi
sukar untuk terlepas.
2. Dengan iod memberi sesuatu yang kompleks yang tak dapat larut dalam
air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh %kadar asam askorbat sebesar
15,717 % dan CuSO.5H2O sebesar 101,65 %. Namun hasil tersebut tidak sesuai
dengan literatur, dimana pada pustaka FI edisi III hal 47 menyatakan bahwa asam
askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H2O6. Sedangkan pada pustaka FI
edisi III hal 731 menyatakan bahwa tembaga (II) sulfat mengandung tidak kurang
dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101,0 %.
-
Dalam percobaan ini redapat beberapa faktor kesalahan yakni, kurang tekanan
yang diberikan terlalu besar, kurangnya ketelitian praktikan ketika sedang menitrasi.
Adapun penggunaan metode Idimetri dan Iodometri dalam bidang farmasi
salah satunya yaitu dalam menetapkan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor
dan oksidator, seperti asam askorbat, metampiron (antalgin) serta natrium tiosulfat
dan sediaan tabletnya.
-
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
dimana pada penetapan kadar Vit C yaitu 15,717 %, sedangkan pada literatur
dari FI edisi III yaitu tidak kurang dari 99,0%.
Untuk penetapan kadar tembaga (II) sulfat yaitu 101,65 %,sedangkan
pada literature FI edisi III hal 731 tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih
dari 101,5 %.
B. Saran
1. Untuk laboratorium
Mohon dilengkapi alat dan bahannya
2. Untuk asisten
Tolong keaktifannya dalam membimbing praktikan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. dan A. L. Underwood. . Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:Jakarta.1981
Dirjen pom.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.1979
Harjadi, W.. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga: Jakarta.1993.
Haeriah. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. UIN Alauddin : Makassar.2011.
Khopkar S. M. . Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. 1990
Sudjaji. Kimia Farmasi Analisis . Pustaka pelajar : Yoyakarta.2007
-
SKEMA KERJA
1. Iodimetri
Vit C 0,6025 g
Larutkan dalam 20 mL H2O bebas CO2
+ 3 mL H2SO4 10 %
+ Indikator kanji
Titrasi dengan I2
Hit. Kadar Vit C
2. Iodometri
CuSO4.5H2O 0,1572 g
Larutkan dalam 20 mL H2O
+2 mL CH3COOH
+0,5031 g KI
Titrasi dengan Na2S2O3
+ Indikator kanji
Titrasi dengan Na2S2O3
Hit. Kadar CuSO4.5H2
-
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN
IODIMETRI-IODOMETRI
O L E H
KELOMPOK : I
GOLONGAN : II
ASISTEN : YASSIR ARAFAT, S. Farm., Apt.
JURUSAN FARMASI FIKES
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA GOWA
2011