dasar teori iodometri

21
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003). Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995). Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986). Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0 C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As 2 O 3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).

description

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).

Transcript of dasar teori iodometri

Page 1: dasar teori iodometri

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.  Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.  Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).

Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada       25 0C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.  Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik.  Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium.  Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).

Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).

Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari sistem reversibel:

I2(solid) 2e                  2I-

Page 2: dasar teori iodometri

adalah 0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh dengan adanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya, menjelang akhir titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid seperti kalium permanganat, ketika konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat permulaan, atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat dengan berlebih, terbentuklah ion tri-iodida:

I2(aq) + I- I3-

Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis sebagai:

I3- + 2e               3I-

Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion    tri-iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat (Bassett, J. dkk., 1994).

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion tri-iodida, I3

-. Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3

- dan bukan dengan I2, misalnya:

I3- + 2S2O3

2- = 3I- + S4O62-

akan lebih akurat daripada:

I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O6

2-

(Bassett, J. dkk., 1994).

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Underwood, 1986).

http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/

Proses oksidasi reduksi atau redoks menyangkut perubahan elektron pada zat-zat yang

bereaksi. Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron dan reduksi adalah peristiwa pengikatan

elektron. Iodium adalah oksidator lemah, sedangkan iodida merupakan suatu reduktor kuat.

Persamaan reaksi pada reaksi iodium adalah :

Page 3: dasar teori iodometri

Pada titrasi dengan menggunakan iod ada dua istilah yang lazim digunakan yaitu

iodimetri dan iodometri. Pada iodimetri, iodium digunakan untuk menitrasi reduktor-reduktor

yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalensi. Reaksi oksidasi yang berlangsung

dengan larutan iodium di antaranya dengan H2S, H2SO4, H2AsO4, Sn2+ dan S2O32-.

Dengan cara iodometri oksidator yang dianalisis direaksikan dengan iodida berlebih

dalam suasana larutan yang cocok, dan iodium yang dibebaskan secara kuantitatif dititrasi antara

lain dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cara iodometri dapat digunakan untuk menganalisa

oksidator yang kuat. Di antaranya MnO4-, Cr2O7

2-, BrO3-, IO3

-, ClO3-, HNO3, Cu2+ dan HOCl.

Pada iodimetri atau iodometri titik akhir titrasinya didasrkan atas terbentuknya iodium bebas.

Adanya iodium dapat ditunjukkan dengan adanya indikator amilum atau dengan pelarut organik

(CHCl atau CCl4) yang dapat mengekstraksi iodium dalam air. Beberapa sumber kesalahan

dalam titrasi iodimetri atau iodometri di antaranya :

a.    Iodium mudah menguap

b.   Dalam suasana asam, iodida akan dioksidasi oleh O2 dari udara.

                 

Larutan iodium dalam air yang mengandung iodida berwarna kuning sampai jingga.

Indikator kanji dengan iodium yang mengandung akan senyawa kompleks yang berwarna biru.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan indikator kanji, yaitu :

a.    Kanji tidak larut dalam air dingin

b.   Suspensi kanji tidak stabil (mudah rusak)

c.    Senyawa kompleks iodium dengan kanji keadaannya stabil (tidak reversibel), jika konsentrasi

I2nya tinggi (pekat). Penambahan indikator dilakukan setelah jumlah iodium seminimal

mungkin. Indikator lainnya yang dapat dipakai pada iodometri adalah CCl4 dan CHCl3.

Logam tembaga atau ion tembaga dapat ditetapkan kadarnya secara iodometri dengan

cara mengubahnya menjadi ion tembaga (II) dan selanjutnya direaksikan dengan iodida dan I2

yang dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.

Page 4: dasar teori iodometri

Untuk mendapatkan hasil titrasi yang sempurna dilakukan pada suasana pH larutan 4-4,5. Hal ini dilakukan dengan menambahkan asam asetat sehingga terjadinya buffer asam asetat – natrium asetat. Jika pada larutan ion tembaga (II) terdapat asam mineral, tambahkan beberapa tetes larutan natrium karbonatsampai tidak terjadi gas dan bila ada endapan tambahkan beberapa tetes asam asetat.http://ivanscay.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-kimia-analisis.html

Iodometri merupakan  analisa titrimetrik secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III / Fe(III), tembaga II / Cu (II). Titrasi  iodometri  dapat  digunakan  untukmenetapkan  senyawa-senyawa  yang  mempunyai  potensial  oksidasi  yang  lebihbesar  daripada  sistem  iodium-iodida  atau  senyawa-senyawa  yang  bersifat oksidator seperti CuSO4.%H2O.

Pada metode iodometri ini,sampel yang bersifat Oksidator akan direduksi oleh KI (kalium iodida)secara berlebih dan akan menghasilkan I2 (Iodium) yang selanjutnya akan di ttrasi oleh Na2S2O3 ( natrium thiosulfat).Banyakknya volume Na2S2O3 ( natrium thiosulfat) yang digunakan sebagai titran itu setara dengan I2 (iodium) yang dihasilkan dan setara dengan kadar sampel.

Larutan standard yang digunakan dalam metode iodometri adalah Na2S2O3( natrium thiosulfat). Garam ini biasanya berbentuk dalam bentuk pentahidrat atau Na2S2O3.5H2OLarutan tidak boleh distandaarisasi dengan cara penimbangan secara langsung,tetapi harus distandarisasi dengan standard primer.Karena Na2S2O3.5H2O tidak stabil dalam jangka penyimpanan yang lama.

Pada pemeriksaan metode iodometri perlu dijaga kestabilan pH (pondus hydrogen).Larutan harus dijaga pada pH kurang dari 8.Karena jika pH lebih dari 8 atau dalam suasana alkalis I 2akan bereaksi dengan Hidroksida(OH-) membentuk Iodida dan hyphoiodit yang selanjutnya terurai menjadi Iodida dan Iodidat yang dapat mengoksidasi thiosulfat menjadi sulfat.Sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif.

Indikator pada metode ini menggunakan amylum 1%.Amylum ini memiliki sifat sukar larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi air membentuk senyawa kompleks yang sukar larut dalam air jika bereaksi dengan iodium.Sehingga penanbahan amylum sebagai Indikator tidak boleh ditambahkan pada awal reaksi.penambahan amylum sebagai indicator sebaiknya diberikan menjelang titik akhir titrasi (pada saat larutan berwarna kuning pucat).

Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna biru menjadi larutan bening(dari warna biru sampai warna biru hilang.Jadi penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.  Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.  Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan.  Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.  Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :

Page 5: dasar teori iodometri

I3- +   2S2O3

2- 3I- +   S4O62-

S2O32- +   I3

- S2O3I- +   2I-

2S2O3I- +  I- S4O62- +  I3

-

S2O3I- +  S2O32- S4O6

2- +  I-

Natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karenaNa2S2O3.5H2O meiliki sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan tidak stabil dalam penyimpanan jangka lama.Oleh karena itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.  Natrium tiosulfat(Na2S2O3.5H2O)  merupakan suatu zat pereduksi, dengan persamaan reaksi sebagai berikut  :

2S2O32- S4O6

2- +   2e-

Pembakuan larutan natrium tiosulfat ( Na2S2O3.5H2O) dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya.  Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat( Na2S2O3.5H2O)  adalah kalium iodat (KIO3) standar.

Larutan natrium thiosulfat ( Na2S2O3.5H2O) sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu  oleh kalium iodat(KIO3) yang merupakan standar primer.  Larutan kalium iodat(KIO3)  iniharus ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening.  Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodide(I2), larutan berubah menjadi coklat kehitaman.  Fungsi penambahan asam sulfat pekat (H2SO4 PA) dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat (KIO3) dan klium iodide (KI)  berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

IO3- +  5I- +  6H+ →          3I2 +  3H2O

DAFTAR PUSTAKA

Basset.J etc. 1994.Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.: Erlangga.Jakarta

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.

Page 6: dasar teori iodometri

http://aaknasional.wordpress.com/2012/07/03/iodimetri/

Dasar Teori

Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaan kimiawi tentang jenis-jenis unsur atau

ion terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat. Setelah sifat dasar penyusun-

penyusun dari suatu contoh itu dipastikan, seringkali analisis itu kemudian diminta menetapkan

banyaknya tiap komponen atau komponen – komponen khusus yang ada di dalamnya. Penetapan

semacam ini terletak didaerah analisis kuantitatif (Bassett, 1994).

Istilah oksidasi mengacu kepada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikkan bilangan

oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron, sedangkan reduksi

memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang mengalami penurunan

bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi.

Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain.

Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa tidak kepada atomnya saja. Jika suatu

reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator, maka dikatakan zat tersebut mengalami

autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2002).

Titrasi – titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit.

Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun

demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran

juga sering digunakan. Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman, 2007).

Iodometri atau iodimetri merupakan titrasi-titrasi yang menyangkut reaksi :

I2  +  2e                   2I-

Titrasi langsung yang disebut iodimetri, larutan baku I2 dipakai sebagai titrat atau titran untuk

mengoksidasi analat, cara ini jarang dipakai sebab iodium sendiri merupakan oksidator lemah.

Titrasi tidak langsung yang disebut iodometri, KI digunakan sebagai reduktor untuk mereduksi

analat sehingga terbentuk I2 bebas, I2 bebas ini dititrasi oleh larutan baku Na2S2O3. Cara ini dapat

digunakan untuk menganalisis hampir semua oksidator yang kuat sehingga lebih sering

digunakan daripada iodimetri (Harjadi, 1993).

Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi

reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi

(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Beberapa zat

Page 7: dasar teori iodometri

merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.

Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup

kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik.

Dengan adanya kelebihan ion iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan,

yaitu dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat

(Day & Underwood, 1986).

Kelarutan iodium rendah dalam air maka larutannya dibuat dengan menambahkan KI

berlebihan, sehingga terjadi reaksi berikut :

I2 + I-                       I3-         K = = 7 x 102

Tetapan kesetimbangan proses pembentukan kompleks ini tidak begitu besar, sehingga kelebihan

ion iodida dapat menggeser reaksi ke arah kanan, akibatnya dalam larutan itu iodium berada

dalam bentuk ion tri-iodida I3- (Svehla, 1979).

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan

iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi

dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari sistem reversibel:

I2(solid) 2e                  2I-

Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh dengan adanya iod padat; reaksi

sel setengah ini akan terjadi, misalnya, menjelang akhir titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid

seperti kalium permanganat, ketika konsentrasi ion iodida menjadi relatif rendah. Dekat

permulaan, atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodida terdapat dengan berlebih,

terbentuklah ion tri-iodida:

I2(aq) + I-                I3-

karena iod mudah larut dalam larutan iodida, reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis sebagai:

I3- + 2e               3I-

Potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-iodida merupakan zat

pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium

(IV) sulfat      (Bassett, 1994).

Zat-zat pereduksi yang kuat (zat – zat potensial reduksi yang jauh lebih rendah), seperti

timah (II) klorida, asam sulfat, hidrogen sulfida, dan natrium thiosulfat, bereaksi lengkap dan

Page 8: dasar teori iodometri

cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang lemah misalnya arsen

trivalen, atau stibium trivale, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap

netral atau, sangat sedikit asam. Pada kondisi ini, potensial reduksi adalah minimum, atau daya

mereduksinya adalah maksimum (Bassett, 1994).

Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih biasa) larutan asam,

dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir bereaksi sebagai zat pereduksi, dan

oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang

ekivalen akan dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya

natrium thiosulfat (Bassett, 1994).

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai

indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada

pelarut – pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang – kadang hal ini

digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan

(dispersi koloidal) kanji karena warna biru tua dari kompleks kanji – iodium dipakai untuk suatu

uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada

larutan netral dan akan lebih besar lagi dengan adanya ion iodida (Anonim1, 2007).

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium

thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh

distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar

primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day &

Underwood,1986).

Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi dengan natrium

thiosulfat maka:

I3- + 2S2O3

2-  3I- + S4O62-

Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai berikut : S2O3

2-  + I3- 

S2O3I- + 2I- yang mana berjalan terus menjadi: S2O3I- + S2O32-  S4O6

2- +I3- Reaksi berlangsung

baik dibawah pH = 5,0 (Khopkar, 2002).

http://kuropedia.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

DISSOLVE OKSIGEN

Page 9: dasar teori iodometri

OKSIGEN TERLARUT (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organism terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relative lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (WARDOYO, 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (ANONIMOUS, 2004).

pembahasan

Penentuan oksigen secara titrimeteri dilakukan menurut metoda standar Winkler dengan menggunakan titrasi iodometri. Dengan menggunakan botol winkler atau juga metoda Iodometri, Dalam Metoda ini oksigen tidak dititrasi secara langsung akan tetapi diikat terlebih dahulu dengan pereguksi Mn(OH)2 sehingga terbentuk endapan coklat Mn(OH)2. Endapan ini dalam kondisi asam akan larut dan membebaskan I2 dari KI. I2 bebas dari dalam air akan berwarna kuning sampai kecoklatan tergantung pada jumlah molekul yang ada . Jumlah I2 bebas inilah yang akan ditentukan jumlahnya dengan jalan titrasi dengan thiosulfat (S2O3=). Karena jumlah molekul thiosulfat diketahui sebelumnya (0,025N) dan jumlah atau volume yang digunakan untuk mengikat I2 dapat dilihat pada akhir titrasi, maka kadar O2 terlarut dalam air dapat dihitung.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis BOD

a.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler

Page 10: dasar teori iodometri

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaan oksigen

terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat apabila

dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri ialah

penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya.

Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil

penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan

suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital

terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana

lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih

dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.

Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan

cara Winkler penambahan indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir

titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi

untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini

disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi iodometri

yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan

adsorpsi I2 oleh endapan.

Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).

Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada       25 0C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.  Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik.  Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium.  Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986)

Page 11: dasar teori iodometri

aDASAR TEORI

Biologycal Oxygen Demand (BOD)

BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987). Adanya bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik.

Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC. Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99 % sempurna dan dalam waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan oksidasinya mencapai 60– 70 %. Suhu 20 oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu.

OKSIGEN TERLARUT (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organism terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relative lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (WARDOYO, 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya,

Page 12: dasar teori iodometri

kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (ANONIMOUS, 2004).

Metode Analisa BOD

Definisi dari analisis kualitatif adalah pemeriksaan kimiawi tentang jenis-jenis unsur atau

ion terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat. Setelah sifat dasar penyusun-

penyusun dari suatu contoh itu dipastikan, seringkali analisis itu kemudian diminta menetapkan

banyaknya tiap komponen atau komponen – komponen khusus yang ada di dalamnya. Penetapan

semacam ini terletak didaerah analisis kuantitatif (Bassett, 1994).

Istilah oksidasi mengacu kepada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikkan bilangan

oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron, sedangkan reduksi

memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang mengalami penurunan

bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi.

Oksidasi reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain.

Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa tidak kepada atomnya saja. Jika suatu

reagen berperan baik sebagai reduktor dan oksidator, maka dikatakan zat tersebut mengalami

autooksidasi atau disproporsionasi (Khopkar, 2002).

Titrasi – titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit.

Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun

demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran

juga sering digunakan. Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu

titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman, 2007).

Iodometri atau iodimetri merupakan titrasi-titrasi yang menyangkut reaksi :

I2  +  2e                   2I-

Titrasi langsung yang disebut iodimetri, larutan baku I2 dipakai sebagai titrat atau titran

untuk mengoksidasi analat, cara ini jarang dipakai sebab iodium sendiri merupakan oksidator

lemah. Titrasi tidak langsung yang disebut iodometri, KI digunakan sebagai reduktor untuk

mereduksi analat sehingga terbentuk I2 bebas, I2 bebas ini dititrasi oleh larutan baku Na2S2O3.

Metode Pemeriksaan BOD adalah dengan metode Winkler (titrasi di laboratorium).

Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.

Page 13: dasar teori iodometri

Dengan cara iodometri oksidator yang dianalisis direaksikan dengan iodida berlebih dalam

suasana larutan yang cocok, dan iodium yang dibebaskan secara kuantitatif dititrasi antara lain

dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cara iodometri dapat digunakan untuk menganalisa

oksidator yang kuat. Di antaranya MnO4-, Cr2O7

2-, BrO3-, IO3

-, ClO3-, HNO3, Cu2+ dan HOCl.

Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga

akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi

akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan

oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium

tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).

Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan

oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk

menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi

tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai

simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami

inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau 3 hari pada suhu 25°C–27°C diukur lagi DO air

tersebut.

Perbedaan DO air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia

akan selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia akan

selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan

BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel

yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar,

dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.

Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam

penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida.

Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan Santika,

1984).

Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan–bahan organik pada suhu 200C adalah

seperti di dalam tabel berikut ini.

Tabel 10. Pengaruh waktu terhadap persentase bahan organik

http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-bod-dalam-air.html (tabelnya)

Page 14: dasar teori iodometri

http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-bod-dalam-air.html

http://aaknasional.wordpress.com/2012/06/23/metode-iodometri/