Post on 09-Aug-2015
15. DERMATITIS VENENATA (DERMATITIS KONTAK IRITAN)
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena
kulit telah terpapar oleh bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan
tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling
sering menyebabkan DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan
keadaan yang dinamakan ³diaper dermatitis´, reaksi kulit di daerah yang
terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia
alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi di sekitar
mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang
dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang
ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat
dan lepuhan kulit. Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal
(vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung
dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya
ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-
anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena
pemakaian losyen badan).
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa
hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan
cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal
dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama
beberapa hari atau minggu.
Pengobatan
a. Hidrocortisone 1%
Lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi bersifat ringan
b. Dexamethason
Diberikan secara oral jika ada tanda perdangan berat
c. Siproheptadin (sedasi sedang)
Berisi AH1, antiserotonin
Sediaan : 4 mg
Indikasi : alergi ringan dan tidak terkomplikasi berupa urtikaria
dengan angioderma kulit
Mekanisme : mencegah degranulasi sel mast
ResepR/ Hidrocortisone 1% cream tube No. I
∫ 2 dd I u.e
R/ Dexamethason tab mg 0,5 No. X
∫ 3 dd tab I
R/ Siproheptadin tab mg 4 No. X
∫ 3 dd tab I
Pro : Tn. D (30 tahun)
16. RHINITIS ALERGI
A. Definisi
Rhinitis alergi adalah kelainan yang merupakan manifestasi klinis
reaksi hipersensitifitas tipeI (Gell& Coombs) dengan mukosa hidung
sebagai organ sasaran. Berdasarkan sifat berlangsungnya, rhinitis alergi
dibagi menjadi 2 :
1. rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis). Hanya di
negara dengan 4 musim.
2. rhinitis alergi sepanjang tahun
Gejala rhinitis alergi sepanjang tahun berlangsung terus-menerus
atau intermitten. Meskipun lebih ringan dari rhinitis alergi musiman, tapi
karena lebih presisten, komplikasinya lebih sering ditemukan. Dapat
timbul pada semua golongan umur, terutama anak dan dewasa muda.
Namun berkurang seiring bertambahnya umur. Faktor herediter berperan,
sedangkan jenis kelamin, golongan etnis dan ras tidak berpengaruh.
B. Gejala Klinis
1. Bersin lebih dari 5 kali dalam satu serangan
2. Rhinore yang encer, banyak, hidung tersumbat, lakrimasi
3. Bila penyakit telah berlangsung lama (> 2 tahun), ada bayangan gelap
di bawah mata (allergic shiner), allergic salute pada hidung, allergic
crease.
4. Sering disertai asma, urtikaria, eksem
5. Pada rhinoskopi anterior didapatkan mukosa edema basah, pucat atau
livid, disertai banyak sekret encer.
C. Pengobatan
Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab
dan eliminasi. Terapi simptomatis dengan pemberian antihistamin dengan
atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau lokal. Preparat
yang dipakai adalah agonis alfa adrenoreseptor terutama untuk mengatasi
sumbatan hidung, diberikan per oral biasanya dalam kombinasi dengan
antihistamin seperti pseudoefedrin fenil propanolamin. Pemberian topikal
harus hemat jangka pendek (4-10 hari). Efek kortikosteroid baru terasa
setelah pemakaian agak lama. Pemakaian per oral dengan pemberian
intermitten atau tappering off hanya untuk kasus berat, diberikan 2 minggu
sebelum pemberian topikal agar efektif.
Pada kasus yang berat dan lama, dapat dilakukan imunoterapi
melalui desensitasi, hiposensititasi atau netralisasi.
Contoh penulisan resep:
R/ Loratadine tab mg 10 NoVII
S 1 dd tab I
R/ Otrivin lag No.I
S 2 dd gtt I nasales
R/ Becerfort tab No. XXI
S 3 dd tab 1
Pro : Sdr. S (23th)
D. Pembahasan Obat
Loratadin
Merupakan obat anti histamin 1 golongan piperidin. Reaksi anafilaksis dan
reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1, karena bukan hanya
histamin saja yang dilepaskan, namun juga autokoid lainnya.
Efektivitasnya bergantung beratnya gejala akibat histamin. Loratadin
merupakan antihistamin non sedatif.
Otrivin
Berisi Xylometazolin HCL yang termasuk dalam golongan adrenergik
imidazolin alfa 2 agonis. Bekerja sebagai vasokonstriktor lokal pada mata
dan lapisan mukosa hidung.
Becerfort
Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg, vitamin E yang dapat
meningkatkan pertahanan tubuh.
17. SKABIESA. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiesi varian hominis dan produknya.
Skabies memiliki sinonim kudis, The Itch, gudig, gudukan, atau gatal
agogo.
B. Gejala Klinis
Diagnosis skabies dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal:
1. Pruritus nocturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
C. Pengobatan
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati
termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai
pada pengobatan skabies yaitu:
1. Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup
tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat
digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun.
Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam
kemudian dicuci bersih.
2. Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga
hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
4. Sulfur.
Dalam bentuk lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat
ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selam 2–3 hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi
iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil
karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio.
Merupakan obat pilihan. Mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal.
Contoh penulisan resep:
R/ Scabimite cream g 30 No. II
S ue (malam) 10 jam 1 minggu sekali
R/ Cetirizine tab salut selaput mg 10 No. XIV
S 2 dd tab 1
Pro : Sdr. N (19 th)
D. Pembahasan Obat
Obat pilihan yang disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite
cream dengan bahan aktifnya permethrin 5%. Permethrin bekerja dengan
cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan
dengan natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan
akhirnya terjadi paralisis parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di
kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi
melalui urine. Pengobatan terdiri dari aplikasi tunggal selama 8-12 jam.
Kemudian bisa diulangi dalam kurun 1 minggu. Permethrin efektif
membunuh tungau namun tidak dapat memusnahkan telur, sehingga
dengan penggunaan yang diberi selang waktu 1 minggu diharapkan telur
sudah menetas dan larva dapat dibunuh pada pengolesan permethrine pada
minggu kedua.
Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif
mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat
antialergi. Cetirizine dipilih karena diharapkan tidak menimbulkan efek
mengantuk yang dapat mengganggu aktivitas. Cetirizine adalah reseptor
H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan,
bebas dari efek antikolinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat
mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi
sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon
alergi yang sudah lama.
Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit
setelah pemberian Cetirizine 10 mg. Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
Absorpsi cetirizine sangat konsisten pada semua subjek. Cetirizine terikat
kuat pada protein plasma. Pengeluaran melalui ginjal 30 ml/menit dan
waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam.
18. SKIZOFRENIA
A. Definisi
Skizofrenia adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi
pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul. Skizofrenia terjadi karena kemunduran intelegensi
sebelum waktunya sehingga disebut dimensia prekoks/muda. Skizofrenia
adalah suatu sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan dalam isi
dan organisasai pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan
afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan
untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
B. Gejala klinis
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu
fase prodromal, fase aktif, dan fase residual. Pada fase prodromal
biasanya timbul gejala nonspesifik yang lamanya bisa minggu, bulan
ataupun lebih dari satu tahu sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala
tersebut meliputi: hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan
ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman,
mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin
lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala
positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi,
waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang
berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala-gejala
tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus
bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual di mana gejalanya
sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah
berkurang. Di samping gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas,
penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan
berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan, dan eksekutif
(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
C. Pengobatan
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis
ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons
klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat,
dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dari golongan yang
tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan
obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya
ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila
gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat
antipsikosis atipikal. Sebaliknya, bila gejala positif lebih menonjol
dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-
pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis
atipikal. Obat antipsikotik yang beredar di pasaran dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan
antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I dapat dibagi lagi menjadi
potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg
di antaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan
pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis
dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan
halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg di antaranya
adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan
gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering
disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik
atipikal. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine,
olanzapine, quetiapine dan risperidon.
Pada pemberian obat APG I perlu ditambahkan obat antikolinergik
golongan triheksipenidil untuk mengatasi efek samping.
Contoh penulisan resep:
R/ Haldol tab mg 2 No. X
∫ 3 dd tab I
R/ Artane tab mg 2 No. X
∫ 3 dd tab I
Pro: Tn. D (40 th)
D. Pembahasan Obat
Haldol berisi haloperidol yang merupakan obat antipsikotik
golongan I yang bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,
mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat
menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek
samping. Oleh karena itu, diberikan artane yang berisi trihexyphenidil
untuk mengatasi efek sampingnya yang berupa timbulnya efek
ekstrapiramidal.
19. EPILEPSI
A. Definisi
Epilepsi yakni cetusan muatan neuron SSP abnormal, berlebihan,
sinkron, intermiten, paroksismal, unprovoked.
B. Gejala klinis
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian
otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita
mengalami sensasi, gerakan, atau kelainan psikis yang abnormal,
tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak
yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan
bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis
anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat
menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang
mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa pernah
mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh
tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota
gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya
kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.
Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan
cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak
berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak
bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti
dengan penyembuhan total.
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai
dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan
listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan
seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik
abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan
penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang
sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang
konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat
dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi
dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih.
Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara
dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa
yang terjadi selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya
sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari
grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot
wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan
respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun
menyentak-nyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, di mana
kejang terjadi terus-menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat,
tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam
otaknya menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan
jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
C. Pengobatan
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun
natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih
dahulu.
Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak
memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau
dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk
mencegah terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita
mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali
serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang
mengalami kejang kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-
kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang
sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu
diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak
menyebabkan hiperaktivitas.Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin
untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang
diminum berdasarkan resep dari dokter.Pemakaian obat lain bersamaan
dengan obat anti-kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena
bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam darah.
Contoh penulisan resep:
R/ Diazepam inj amp mg 5 No. I
Cum disposable syringe cc 3 No. I
∫ imm
R/ Fenitoin Na cap mg 100 No.XXI
∫ 3 dd cap I
Pro: Tn.D (40 th)
D. Mekanisme Kerja Obat
Diazepam
1. Bentuk sediaan obat : ampul
2. Nama paten : valium 100 mg/cap; valdimex 5 mg/ml
3. Dosis :
Untuk mengatasi status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan 0,2
mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit secara lambat. Dosis ini dapat
diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa
jam. Dosis maksimal 20-30 mg.sedangkan pada anak-anak dapat diberikan
diazepam IV dengan dosis 0,15-0,3 mg/kgBB selama 2 menit dan dosis
maksimal 5-10 mg.
4. Mekanisme kerja : peningkatan inhibisi GABA. Diazepam berikatan
dengan reseptor GABA menyebabkan pembukaan kanal klorida. Klorida
masuk ke dalam sel dalam jumlah yang banyak mengakibatkan
peningkatan potensiasi elektrik sepanjang membran. Hal ini berarti sel
sukar teraktivasi.
5. Indikasi : status epileptikus
6. Kontraindikasi : asma
7. Efek samping :
Efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam
IV adalah obstrusi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Di
samping itu dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi,
henti jantung, kantuk.
Natrium fenitoin
1. Bentuk sediaan obat : capsul (100 mg) dan ampul (50 mg/ml)
2. Nama paten : dilantin cap
3. Dosis : dewasa 300 mg/hari; anak-anak 5 mg/kgBB/hari
4. Mekanisme kerja :
Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP dengan cara
inhibisi kanan Na+ pada membran sel akson. Fenitoin juga mempengaruhi
perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya
menggiatkan pompa Na+, K+, Ca2+ neuron dan mengubah neurotransmitor
NEPI, asetilkolin, GABA.
5. Metabolisme : absorbsi fenitoin diberikan secara peroral berlangsung
lambat, sesekali tidak lengkap; 10% dari dosis diekskresi bersama ginjal
dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam.
6. Indikasi :
a. Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal
b. Epilepsi psikomotor
c. Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal
d. Status epileptikus
7. Efek samping :
a. Pada susunan saraf pusat : diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus,
tremor
b. Pada saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati, anoreksia, mual
muntah, edema gusi
c. Pada kulit : ruam morbiliform
d. Lain-lain : hepatotoksisitas (ikterus, hepatitis), anemia
megaloblastik.
20. URETRITIS GONORHEA
A. Definisi
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram
negatif yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya
pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum (saluran uretra). Infeksi ini
hampir selalu menular melalui aktivitas seksual.
B. Gejala Klinis
Uretritis gonore masa tunasnya sulit ditentukan oleh karena pada
umumnya asimtomatis, hal ini disebabkan keadaan anatomi dan fisiologi
organ genital pada wanita berbeda dengan pria. Pada pria gejala awal
biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya
berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian
diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari
mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah
beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer
serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul
komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Penderita sering
berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang
penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami
gejala lokal setelah 10 hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari
endoserviks melalui vagina tidak ditemukan, baik pada keadaan akut
maupun kronis. Gejala subyektif ini jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapat kelainan obyektif. Umumnya penderita datang bila sudah
ada komplikasi atau ditemukan saat pemeriksaan antenatal maupun
keluarga berencana.
Apabila terdapat gejala, dapat berupa kombinasi peningkatan duh
tubuh yang keluar dari vagina, disuria, perdarahan uterus intermenstrual
dan menoragia. Duh tubuh yang keluar dari serviks sifatnya purulen atau
mukopurulen.
C. Pengobatan
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi
Harga murah
Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima
Diberikan dalam dosis tunggal
Cara pemberian peroral
Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat
dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain :
Rincian pengobatan Uretritis GO
Siprofloksasin : 500 mg per oral, dosis tunggal, atau
Seftriakson : 250 mg i.m. , dosis tunggal, atau
Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal
Tiamfenikol* : 3,5 mg per oral, dosis tunggal atau
Ofloksasin* : 400 mg per oral, dosis tunggal, atau
Kanamisin : 2 g i.m. dosis tunggal, atau
Spektinomisin : 2 g i.m. dosis tunggal
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12
tahun dan remaja.
Contoh penulisan resep:
Penghasil penisilinase
R/ Ceftriaxone inj mg 250 No I
S imm
Pro: Tn A (30 thn)
Ceftriaxone merupakan cefalosporin generasi 3 yg sensitif terhadap bakteri
penghasil penisilinase
Bukan penghasil penisilinase
R/ ampicilin tab mg 500 No. XX
S 4 dd tab I a.c
R/ probenesid tab mg 250 No.X
S 2 dd tab I p.c
Pro Tn. A (30 thn)
Keterangan :
Ampicilin spektrum luas.
Probenesid AINS anti pirai (untuk gejala sistemik nyeri sendi)
D. Mekanisme Obat
Ceftriaxone (Seftriakson) (Biotrax, Bioxon, Broadced, Cefarin, Cefsix,
Ceftriaxone, Cefxon, Cephaflox, Criax, Ecotrixon, Elpicef, Foricef,
Gracef, Intrix, Icephin, Rocephin, Socef, Terfacef, Termicef, Tricefin,
Truec, Trixon, Tyason, Zeftrix)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi
Antibakteri Vial 1 gram Pengobatan infeksi yang disebabkan
kuman gram positif dan negatif.
Indikasi : Untuk infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-
kuman gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap
antibiotika lainnya, misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran
kemih, infeksi gonoreal, septisemia bakteri, infeksi tulang dan jaringan,
dan infeksi kulit.
Kontraindikasi : bayi dibawah 6 bulan
Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan
dan menyusui (tetapi boleh digunakan), positif palsu untuk glukosa urin
(pada pengujian untuk mengurangi jumlah obat), positif palsu pada uji
Coombs.
Dosis :
1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra
vascular), lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
Dosis maksimum: 4 gr/hari
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 gram sehari secara intra vena
Bayi dan ank-anak dibawah 12 tahun :
- Bayi 14 hari : 20 – 50 mg/kg bb sehari
- Bayi 15 hari sampai 12 tahun : 20 – 80 mg/kg bb sehari
- Anak-anak dengan BB 50 kg atau lebih : dosis dewasa melalui infus paling
sedikit 30 menit
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kliren kreatinin tidak lebih
dari 10 ml/menit, dosis tidak lebih dari 2 gram perhari.
Efek samping :
Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus
besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy,
convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan
hati juga terjadi, dapat terjadi pergeseran bilirubin dari ikatan plasma.
Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated
partial thromboplastin time), dan atauhypoprothrombinemia (dengan atau
tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan
rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.
Ampicilin (Ampisilin) ( aktoralin, amcilin, ampi, bannsipen,
biopenam, boadapen, corsacillin, dancillin, decapen, erphacillin,
atebiotic, hufam, itrapen, kalpicilin, kemocil, lactapen, medipen,
megapen, metacillin, mycill, opicillin, parpicillin, penbiotic, penbritin,
popypen, rampicillin, ronexol, sanpicilin, varicillin, viccilin,xepacillin,
yekacillin)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan
Antibiotik
beta
laktam
Kapsul/
tablet :
250mg,
500mg
Sirup kering
:
125mg/5ml
Serbuk
untuk
injeksi :
500mg, 1
gram dalam
vial
Pengobatan infeksi
akibat organism
yang sesuai
termasuk :
peritonitis,
meningitis,
endokarditis. Pola
resistensi antibiotik
lokal perlu
dipertimbangkan
Antibiotik
penisillin
spektrum luas
Menggantikan
Ampisillin
karena
penyerapan
yang lebih
baik, efek
samping lebih
sedikit
Indikasi : Mastoiditis, infeksi ginekologis, septicema, endokarditis,
mengitis, cholecystitis, osteomyelitis
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin
Perhatian : Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam kemerahan pada
demam kelenjar (glandular fever), leukemia limfositik akut atau kronik,
dan infeksi sitomegalovirus. Tidak diketahui berbahaya pada kehamilan,
pada air susu jumlah sangat sedikit.
Interaksi :
Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat
amoxicillin atau ampicillin diberikan
bersama Allupurinol
Antibakteri Absorbsi phenoxymetilpenicillin
berkurang oleh neomycin
Antikoagulan INR dapat terganggu dengan pemberian
penisillin spectrum luas seperti ampicillin,
meskipun studi gagal menunjukkan
interaksi dengan coumarin atau
phenindione
Sitotoksik Penisillin mengurangi pengeluaran
metotrexate (meningkatkan risiko
toksisitas)
Probenesid Pengeluaran/ ekskresi penisilin dikurangi
oleh probenesid (risiko kecil)
Esterogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi
dari esterogen
Sulfinpirazone Pengeluaran penisillin dikurangi oleh
sulfinpirazone
Dosis:
Injeksi intramuskuler, injeksi intravena lambat atau melalui infus
intravena: Infeksi berat oleh organism yang sensitive. DEWASA 500mg
setiap 4-6 jam, ANAK dibawah 10 tahun, setengah dosis dewasa
Meningitis, dengan injeksi intravena lambat, DEWASA 1-2gr setiap 3-6
jam (maksimal 14gr sehari); ANAK 120-200mg/kg sehari dalam dosis
terbagi
Efek samping : mual, muntah, diare, ruam (hipersensivitas atau respon
toksik-dapat menjadi reaksi yang serius, hentikan pengobatan); respon
hipersensitivits termasuk urtikaria, angiodema, anafilaksis, reaksi
menyerupai penyakit serum sickness), anemia hemolitik, nefritis
interstitial.
21. FLUOR ALBUS
A. Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah nama
gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat genital
wanita yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada
serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan
bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin.
Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang
hidup pada vagina yang normal.
B. Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret
vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah
sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah
mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
2. Sekret vagina yang bertambah banyak
3. Rasa panas saat kencing
4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang
menusuk
Vaginosis bacterial, sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu
hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin
bertambah setelah hubungan seksual.
Trikomoniasis, sekret vagina biasanya sangat banyak kuning
kehijauan, berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis, sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari
sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah
genital Tidak ada komplikasi yang serius.
Infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan
vagina yang abnormal.
C. Pengobatan
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti
krem yang dioleskan dan ovula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi
juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi
medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi
pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di
atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset
sebelum menggunakannya.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari
Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi
sekunder
6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative
inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
Contoh penulisan resep:
R/ Nystatin tab vag No.VII
ʃ 1 dd tab I ante noctum per vaginam
R/ Metronidazole tab mg 500 No.XX
ʃ 4 dd tab 1
Pro: Ny. A (35th)
D. Mekanisme Obat
Nystatin (Nistatin) (Candistin,cazetin, fungatin, kandistin, mycostatin,
nystin)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan
Antijamur Tablet: 100.000
IU, 500.000 IU
Ovula: 100.000 U
Pengobatan
Candidiasis kulit
dan membran
mukosa
Efektif untuk
pengobatan
candidiasis oral,
kulit dan vagina
Indikasi : Candidiosis mulut (oral), oesophagus, usus, vagina dan kulit
Kontraindikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap nystatin
Perhatian : kehamilan dan menyusui
Dosis :
Kandidiosis vaginalis, per vaginal, DEWASA masukkan 1-2 ovula saat
malam minimal 2 minggu
Kandidiosis oral, per oral, DEWASA dan ANAK >1 bulan 100.000 U
setelah makan 4x sehari biasanya untuk 7 hari, dilanjutkan selama 48jam
setelah lesi/gangguan menghilang
Kandidiosis usus dan oesophagus, per oral, DEWASA 500.000U 4x/hari;
ANAK >1 bulan 100.000U 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah
penyembuhan klinis
Efek samping : mual, muntah, diare pada dosis tinggi; iritasi mulut dan
sensitisasi; ruam dan jarang terjadi eritem multiforme (Sindrome Steven
Johnson)
Metronidazole (Metronidazol) (Anmerob, Biatron, Corsagyl, Farizol,
Farnat, Fladex, Flagyl, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, Heronid, Mebazid,
Metrofusin, Metrolet, Novagyl, Promuba, Ragyl Forte, Tismazol,
Trichodazol, Trinida, Troglar, Trogyl, Yekatrizol-F)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan
penggunaan
Antibakteri lain Injeksi :
500mg
dalam vial
100ml
Cairan oral :
200mg/5ml
Supositoria :
500mg;1gr
Tablet : 200-
500 mg
Infeksi
anaerob
Aktivitas tinggi
terhadap bakteri
anaerob
Metronidazole memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan
protozoa. Metronidazole melalui per rectal adalah alternatif efektif
terhadap rute intravena bila rute per oral tidak mungkin.
Indikasi : Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi (ginggivitis) dan
infeksi mulut lainnya, penyakit radang panggul-pelvic inflammatory
disease (dengan ceftriaxone dan doksisiklin), tetanus, septicemia,
peritonitis, abses otak, pneumonia nekrotikans, colitis berhubungan
antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus dan profilaksis bedah, bacterial
vaginosis; Infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan giardiasis, eradikasi
Helocobacter pylori Amubiasis invasif dan Giardiasis
Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol kronik
Perhatian: Efek seperti Disulfiram pada penggunaan pada alkohol;
gangguan hati dan ensefalopati hepatikum, pemantauan klinis dan
laboratorium pada pemberian lebih dari 10 hari. Pada kehamilan, pabrik
menyarankan penghindaran dosis tinggi. Pada kondisi menyusui, jumlah
yang signifikan di ASI, pabrik menyarankan menghindari dosis tunggal
yang besar.
Interaksi :
Alkohol : Reaksi menyerupai disulfiram saat metronidazol diberikan
dengan alkohol
Antikoagulan : Metronidazole meningkatkan efek antikoagulan koumarin
Antiepilepsi : Metronidazole menghambat metabolisme fenitoin
(meningkatkan kadar dalam darah); metabolisme metronidazole
ditingkatkan oleh pirimidone (menurunkan kadar dalam darah)
Barbiturate : Metabolisme Metronidazole ditingkatkan oleh barbiturat
( menurunkan kadar dalam darah)
Sitotoksik : Metronidazole meningkatkan kadar busulfan dalam darah
( meningkatkan resiko toksisitas), metronidazole menghambat
metabolisme fluorurasil (meningkatkan toksisitas); metronidazole
mungkin menurunkan bioavailibilitas mycophenolate.
Disulfiram : Reaksi psikotik dilaporkan saat metronidazole diberikan
bersama disulfiram
Litium : Metronidazole meningkatkan risiko toksisitas litium
Esterogen : Mungkin menurunkan efek kontrasepsi esterogen
Obat untuk ulkus : Metabolisme metronidazole dihambat oleh Cimetidine
(meningkatkan kadar dalam darah)
Vaksin : Antibakterial menginaktifkan vaksi tifoid oral.
Dosis : 500mg/hari (4-7 hari)
Efek samping : mual, muntah, rasa tidak nyaman seperti metal, lidah
berselaput dan gangguan saluran cerna, jarang: sakit kepala, pusing,
ataksia, urin menjadi gelap, seperti mengantuk, eritema multiforme,
pruritus, urtikaria, angiodema, dan anafilaksis, gangguan fungsi hati,
hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastik, mialgia, artralgia,
neuropati perifer, kejang epileptiformis, leukopenia, pada dosis tinggi atau
lebih lama.