Post on 08-Dec-2014
LAPORAN KASUS
BBLRPembimbing: dr. H. Tatang A. Hidayat , SpA
OLEH:
Dyah Mayang RamadhaniH1A007015
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK RSU MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2012
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Bayi H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 hari
BBL : 1400 gram
A – S : 7 - 9
Tanggal Lahir : 05 Sepetember 2012 pukul 05.55 WITA
No. MR : 054756
Ibu Ayah
Nama Ny. Hafifah Tn. Salman
Umur 23 th 26 th
Pendidikan/Berapa tahun SD SLTP
Pekerjaan IRT Swasta
II. Keluhan Utama :
Berat badan lahir rendah.
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir di ruang bersalin RSUP NTB dengan keluhan lahir tanpa menangis dan
belum cukup bulan. Bayi dilahirkan manual aid dengan indikasi KPD gagal konservatif
dengan A-S 7-9. Bayi masuk NICU dengan tangis merintih, kecepatan nafas tidak teratur,
tampak retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, tampak kebiruan serta suhu tubuh di
bawah normal.
IV. Riwayat Kehamilan Ibu Sekarang:
Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Selama hamil ibu
pasien mengaku menjalani ANC di Polindes sebanyak 3 kali, pada trimester pertama dan
trimester kedua kehamilan dan ibu pasien mengaku tidak ada masalah dalam
kehamilannya maupun kesehatannya secara umum dan hanya diberikan obat penambah
darah oleh petugas di Polindes. HPHT lupa. Sebelum melahirkan, ibu pasien mengalami
1
riwayat keluar air dari jalan lahir, banyak, jernih dan tidak berbau, serta disertai dengan
perut yang mules seperti ingin melahirkan sejak tanggal 1 September 2012. Menurut
perhitungannya, ibu pasien mengaku kehamilannya belum cukup bulan. Selama hamil,
ibu pasien mengaku pernah mengalami sakit seperti panas, batuk, pilek, namun tidak
pernah di obati dan sembuh sendiri. Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat
perdarahan melalui jalan lahir (-). Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama
kehamilan (-).
V. Riwayat Persalinan Sekarang:
Bayi lahir manual aid dengan indikasi kala KPD gagal konservatif, BBL 1400
gram. Apgar skor 7-9, tangis (+), kecepatan nafas tidak teratur, tampak retraksi dinding
dada minimal, serta suhu tubuh di bawah normal. Suntikan Vit. K dan salep mata (+).
Bayi lahir dengan kondisi belum cukup bulan.
VI. Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya:
Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu pasien tahu
kehamilannya saat sudah berumur 2 bulan. Ibu pasien biasa ANC di polindes yang
diperiksa oleh bidan. HPHT lupa. Selama hamil, ibu os sering sakit sakit (panas, batuk,
pilek) namun tidak pernah di obati.
VII. Riwayat Keluarga:
Riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga (-), penyakit asma (-), penyakit
DM (-), hipertensi (-).
VIII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : letargi
Ballard score : 31 (37 minggu)
SpO2 : saat datang tidak dievaluasi
GDS stik : saat datang tidak dievaluasi
2
1. Tanda – Tanda Vital :
Suhu : 36 oC
DJ : 142 x/menit
Respirasi : 38 x/menit
2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan : 1400 gram
Panjang Badan : 35 cm
Lingkar Kepala : 28 cm
Lingkar Lengan Atas : 7 cm
3. Penampakan Umum :
Aktivitas : menurun
Warna kulit : kemerahan
Cacat bawaan yang tampak : (-)
4. Kepala:
Bentuk kepala : normocephali, kelainan (-), fontanella datar, sutura normal, caput
succedaneum (-), dan cephal hematom (-),
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-), pupil isokor, refleks
cahaya +/+, miosis (-), midriasis (-), sekret mata (-)
Telinga : dalam batas normal
Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Mukosa sianosis (+)
5. Leher:
Pembesaran kel. Tiroid (-).
6. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Cor: S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
3
7. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus Normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
8. Umbilicus
Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),
kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
9. Genitalia
Normal.
10. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
11. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), gerakan sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-).
12. Vertebrae
Kelainan (-)
13. Kulit
Kulit: Tampak pucat, ikterus (-), sianosis (+).
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap 05 September 2012:
Hemoglobin : 17,1 g/dL
RBC : 4,84 x 10ˆ6/uL
HCT : 53,5 %
MCV : 110, [fL]
MCH : 35,4 [pg]
MCHC : 32 g/dL
WBC :13,5 x 10ˆ3/uL
PLT : 242 x 10ˆ3/uL
4
IX. Diagnosis Kerja
BBLR
X. Rencana Terapi
IVFD D10% 5 tts/menit (mikro)
Ampicilin inj 2 x 50 mg
Gentamycine inj 1 x 7,5 mg
Oxigen dengan kanul 1-2 lpm
Observasi kondisi umum & tanda vital; jaga kehangatan (suhu: 36,5-37,5 ˚C).
XI. Pemeriksaan
Saturasi oksigen.
Darah lengkap.
Gula darah sewaktu
FOLLOW UP
Hari/ tgl S O A PI
13/09/2012 Aktifitas (+) Menangis (+) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)
RR: 48 x/m HR: 168 x/m T : 34,7’C SpO2: 97% Retraksi (-) Sianosis (-) Distensi (-) BB: 1400 g
BBLR + hipotermi
D10% 5 ttsµ/m Ampicillin 2x50
mg. Gentamycine
1x7,5 mg. Oxygen 1 lpm.
II14/09/2012
Aktifitas (+) Menangis (+) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)
RR: 42 x/m N: 164 x/m T : 37,5’C Retraksi (-). Sianosis (-) Distensi (-) BB: 1390 g
BBLR D10% 5 ttsµ/m Cefotaxime 2x7,5
mg. Gentamycine
1x7,5 mg. Aminophilin
2x3mg O2 2 lpm.
5
III15/09/2012
Aktifitas (-) Menangis (-) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)
RR: 36 x/m apnea (+)N: 100 x/m.T:36,4’CSpO2 95% dengan O2
GDS : 72 g/dlRetraksi (-)BB: 1380 g.
BBLR + Asfiksia berat.
D10% 5 ttsµ/m Cefotaxime 2x75
mg. Gentamycine
1x7,5 mg. Aminophilin
2x3mg Ibu minta pulang
paksa.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
Definisi:
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir.
Klasifikasi:
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
7
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
o Hipotermia
o Hipoglikemia
o Gangguan cairan dan elektrolit
o Hiperbilirubinemia
o Sindroma gawat nafas
8
o Paten duktus arteriosus
o Infeksi
o Perdarahan intraventrikuler
o Apnea of Prematurity
o Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
9
2). Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o Berat badan <2500 gr
o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.
Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang
3). Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
10
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
11
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
12
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
13
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
14
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
o Awasi adanya kelainan bawaan.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
15
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes
dari payudara yg lain.
Indikasi bayi BBLR pulang:
o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
Cara menghangatkan bayiCara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain
16
tidak mungkin dilakukan.KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)
Berat (g)Umur (hari)
1 2 3 4 5+>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150
Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499
PemberianUmur (hari)
1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
17
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC
Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta. EGC.
IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).
Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,
edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
RSUP Sanglah, Denpasar.
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
18
19