Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

28
PENDAHULUAN Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah

Transcript of Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Page 1: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500

gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan

kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi

BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan

dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan

kurang dari 37 minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan

menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur

memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh,

sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai

pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas,

hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah

perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul yang

berkaitan dengan berat badan lahir rendah. (1) (2) (3)

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL

merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.

Resusitasi merupakan tindakan utama pada asfiksia. (1)

Gangguan napas merupakan keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang

ditandai dengan takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping

hidung, merintih, sianosis, apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah

Page 2: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

lahir, empat gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung,

merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap pada

beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau

distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera. Manajemen spesifik

gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri

atas gangguan napas ringan, sedang dan berat. (1)

Berikut ini dilaporkan kasus mengenai bayi berat lahir rendah, asfiksia,

dan gangguan napas.

Page 3: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

KASUS

IDENTITAS

Nama : By. SS

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 11 Februari 2014 (01.40)

ANAMNESIS

Bayi baru lahir pukul 01.40 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar

Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix

(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,

tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada

ekstremitas, serta meringis. kelainan kongenital tidak ada. Partus lama tidak ada,

pendarahan antepartum abnormal tidak ada, kelainan plasenta dan tali pusat tidak

ada, rupture membrane prematur tidak ada.

Riwayat maternal: Primigravida, saat hamil usia 19 tahun, Usia kehamilan 38

minggu. ANC rutin tiap bulan di klinik. Ada riwayat demam saat usia 8 bulan

kehamilan, riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada, tidak ada

konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi

alkohol ataupun merokok selama hamil. Selama hamil, aktivitas ibu kurang.

Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil cukup.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital

Page 4: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Denyut jantung : 130x/m

Suhu : 36,8 C

Respirasi : 70 x/m

CRT : < 2 detik

Berat Badan : 2.100 gram

Panjang Badan : 45 cm

Lingkar kepala : 31 cm

Lingkar dada : 30 cm

Lingkar perut : 29 cm

Lingkar lengan : 10 cm

Sistem neurologi :

Aktivitas : pasif

Kesadaran : kompos mentis

Fontanela : datar

Sutura : memisah

Refleks cahaya : ada

Kejang : tidak ada

Tonus otot : normal

Sistem pernapasan

Sianosis : tidak ada sianosis

Merintih : ada (terdengar dengan stetoskop)

Apnea : tidak ada

Retraksi dinding dada : tidak ada

Pergerakan dinding dada : simetris

Page 5: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Cuping hidung : tidak ada

Bunyi pernapasan : bronchovesicular

Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.

Skor Down

Frekuensi Napas : 1

Merintih : 1

Sianosis : 0

Retraksi : 0

Udara Masuk : 0

Total skor : 2 (tidak ada gawat napas)

WHO : Gangguan napas sedang

Sistem hematologi :

Pucat : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Sistem kardiovaskuler

Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler

Murmur : tidak ada

Sistem Gastrointestinal

Kelainan dinding abdomen: tidak ada

Muntah : tidak ada

Diare : tidak ada

Residu lambung : tidak ada

Organomegali : tidak ada

Page 6: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Peristaltik : positif, kesan normal

Umbilikus

Pus : tidak ada

Kemerahan : tidak ada

Edema : tidak ada

Sistem Genitalia.

Keluaran : tidak ada

Anus imperforata : tidak ada

Skor Ballard

Maturitas fisik maturitas neuromuskuler

Sikap tubuh : 2 kulit : 4

Persegi jendela : 4 lanugo : 2

Recoil lengan : 4 payudara : 2

Sudut poplitea : 5 Mata/telinga : 4

Tanda selempang : 3 genital : 2

Tumit ke kuping : 4 permukaan plantar : 4

Skor : 40

Minggu : 40 minggu

Interpertasi : Bayi aterm

Page 7: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong kecil masa kehamilan

(KMK)

Kategori Sepsis Neonatorum

Kategori A: Gangguan napas

Kategori B: Gangguan minum, kurang aktif

Kesimpulan : Dugaan sepsis (1A + 2B)

RESUME :

Bayi baru lahir pukul 01.40 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar

Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix

(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,

tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada

ekstremitas, serta meringis.

Riwayat maternal: Primigravida, saat hamil usia 19 tahun, Usia kehamilan 38

minggu. Ada riwayat demam saat usia 8 bulan kehamilan.

Page 8: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 130 x/menit, suhu 36,80C,

respirasi 70 x/menit, berat badan 2.100 gram, skor down 2 (tidak ada gawat

napas), klasifikasi WHO tergolong gangguan napas sedang, Skor ballard 40 (40

minggu) bayi tergolong KMK berdasarkan kurva Lubchenco. Kriteria sepsis

tergolong dugaan sepsis (1A dan 2B)

DIAGNOSIS : Bayi Aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Gangguan napas

sedang

TERAPI :

Jaga kehangatan

Atur posisi bayi

Isap lendir

Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil

Atur posisi kembali

Melakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit

Memantau kondisi secara berkala

Injeksi Vit. K 1 mg / IV

Gentamicin tetes mata 1 tetes.

Oksigen 2-3 liter/menit

IVFD Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)

Injeksi Cefotaxime 100 mg / 12 jam / iv

Bayi dipuasakan

Anjuran pemeriksaan :

- Darah rutin

- GDS sesaat setelah lahir, 30 menit setelah lahir, setiap 2-4 jam dalam 48

jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa

normal tercapai.

- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

Page 9: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

FOLLOW UP

12 Februari 2014

S: Sesak (-),

O: - Tanda Tanda Vital:

Denyut Jantung : 108x/menit Suhu : 36,9 ºC

Pernapasan : 58x/menit CRT : < 2 detik

Berat badan : 2.050 gr

Penurunan berat badan : 2,3%

- Keadaan Umum: Sedang

- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding

dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),

Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)

- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

datar, kejang (-).

- Kriteria Sepsis: A: -

B: -

Pemeriksaan penunjang : GDS 88 mg/dl

A: Bayi aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Post Gangguan napas

P: PMK

ASI / PASI 16 cc / 2 jam

Page 10: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

13 Februari 2014

S: Sesak (-)

O: - Tanda Tanda Vital:

Denyut Jantung : 142x/menit Suhu : 36,7 ºC

Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik

Berat badan : 2.100 gr

Penurunan berat badan : 0%

Keadaan Umum: Sedang

- Sistem Pernapasan.

Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan

dinding dada simetris (+),

Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat napas) WHO: Tidak ada gangguan napas

- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)

- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

datar, kejang (-).

A: Bayi aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Post gangguan napas

P: ASI / PASI 20 cc / 2 jam

Rawat gabung

Page 11: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir cukup bulan, skor apgar 5-7,

ketuban jernih dan tidak bercampur meconium. Saat lahir bayi tidak langsung

menangis, tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru

pada ekstremitas, serta meringis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien

mengalami asfiksia.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi adalah 2.100 gram

sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR) dan pada skor ballard

didapatkan skor 40 (40 minggu) yang diinterpretasi sebagai bayi aterm.

Berdasarkan kurva lubchenco didapatkan bahwa pasien tergolong kecil masa

kehamilan (KMK). Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan tidak ada gawat napas

berdasarkan skor down dan frekuensi pernapasan 70 kali/menit disertai merintih.

Berdasarkan kriteria WHO, pasien ini tergolong gangguan napas sedang.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah

sewaktu dengan hasil pemeriksaan 88 gr/dL. Dari hasil ini dapat disimpulkan

bahwa pasien tidak mengalami hipoglikemia.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi berat lahir rendah

dengan asfiksia dan gangguan napas pada bayi aterm (KMK).

BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Bayi BBLR juga didefinisikan pada bayi dengan berat

Page 12: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

badan lahir kurang dari 2.500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa

memperhatikan umur kehamilan. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,

yaitu : prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa

disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)

sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. (1,2,4) Pada kasus ini, bayi termasuk dalam

dismaturitas.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan intrauteri adalah

sebagai berikut (2):

a. Janin

- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)

- Infeksi janin yang kronis

- Anomali kongenital

- Jejas radiasi

- Kehamilan multiple

- Aplasia pankreas

b. Plasenta

- Berat plasenta atau selularitas kurang

- Infark

- Tumor (korioangioma)

- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)

c. Ibu

- Toksemia

Page 13: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

- Penyakit hipertensi dan ginjal

- Malnutrisi

- Anemia

- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)

- Riwayat BBLR sebelumnya

- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun

Pada kasus ini, faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya BBLR adalah

usia ibu saat hamil yaitu 19 tahun. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor

risiko. Hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil,

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan

janin yang memudahkan terjadinya BBLR.

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas

secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,

hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita

asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi

baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)

Faktor resiko untuk terjadinya asfiksia neonatorum adalah (6):

a. Faktor ibu

- Preeklampsia dan eklampsia

- Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

- Partus lama atau partus macet

- Demam sebelum dan selama persalinan

- Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)

- Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)

Page 14: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

b. Faktor plasenta dan tali pusat

- Infark plasenta

- Hematom plasenta

- Lilitan tali pusat

- Tali pusat pendek

- Simpul tali pusat prolapsus tali pusat

c. Faktor bayi

- Bayi kurang bulan/ prematur (kurang 37 minggu kehamilan)

- Air ketuban bercampur mekonium

- Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi

Sedangkan menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3,

yaitu (7):

a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahan

antepartum, riwayat kehamilan neonatus sebelumnya, hipertensi pada

kehamilan.

b. Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,

preeklamsia, ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.

c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.

Asfiksia pada kasus ini disebabkan oleh faktor risiko antepartum dan bayi.

Adanya demam sebelum persalinan yaitu pada usia kehamilan 8 bulan dan juga

BBLR yang terjadi pada bayi ini. Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi

berat lahir rendah, karena bayi ini tidak mendapat dukungan plasenta secara

adekuat hingga akhir masa intrauteri, sehingga tidak ada masukan glukosa dari

Page 15: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

ibu, persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas. Bayi baru lahir yang

tidak mendapat dukungan plasenta secara adekuat untuk dapat tumbuh secara

normal pada minggu-minggu terakhir kehamilan tampaknya tidak dapat

mentoleransi kelahiran dengan baik saat aliran darah plasenta (dan oksigenasi

persalinan) berkurang akibat kontraksi uterus.

Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering

dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan, ditandai dengan takipnea, napas

cuping hidung, retraksi intercostal dan apnea. Gangguan napas yang paling sering

adalah TTN (Transient Tachypnea of Newborn), sindrom distress respirasi atau

penyakit membrane hialin dan displasia bronkopulmonar. Gangguan napas dapat

mengakibatkan gagal napas akut yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk

memelihara pertukaran gas agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh dan akan

mengakibatkan hipoksemia dan/atau hiperkarbia. (1)

Gangguan pernapasan merupakan suatu keadaan meningkatnya kerja

pernapasan yang ditandai dengan gejala : takipnea, bayi dengan sianosis sentral,

tarikan dinding dada, bayi apneu, dan merintih. Penyebab gangguan napas dapat

dibedakan menurut masa gestasi (1) (8) :

1. Pada bayi kurang bulan : penyakit membrane hialin, asfiksia, pneumonia,

kelainan atau malformasi kongenital

2. Pada bayi cukup bulan : “transient tachypnea of the newborn”, pneumonia,

aspirasi mekonium, asidosis metabolik, kelainan atau malformasi kongenital.

Bayi normal / asfiksia yang berhasil dengan resusitasi akan mengalami

gangguan napas:

Page 16: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

1. Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

lebih tanda tambahan gangguan napas.

2. Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit.

3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).

4. Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik).

Tabel 1. Klasifikasi gangguan napas(8)

Frekuensi napas

Gejala tambahan gangguan napas

Klasifikasi

> 60 kali/menit DENGAN Sianosis sentral DAN tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.

Gangguan napas berat

ATAU > 90 kali/ menit

DENGAN Sianosis sentral ATAU tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi.

ATAU < 30 kali/ menit

DENGANatau TANPA

Gejala lain dari gangguan napas.

60-90 kali/menit DENGAN Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi

Gangguan napas sedang

TetapiTANPA

Sianosis sentral

ATAU > 90 kali/ menit

TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.

60-90 kali/menit TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.

Gangguan napas ringan

60-90 kali/menit DENGAN Sianosis sentral Kelainan jantung kongenital

Page 17: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

Pada kasus ini, gangguan napas yang terjadi berkaitan dengan asfiksia, karena

bayi dengan asfiksia yang berhasil diresusitasi akan mengalami gangguan napas.

Gangguan napas yang terjadi tergolong gangguan napas sedang karena frekuensi

napas adalah 60-90 kali/menit dengan merintih.

Manajemen umum gangguan napas adalah sebagai berikut(8):

1. Pasang jalur infus intravena ,

2. Bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %

3. Pantau selalu tanda vital

4. Jaga patensi jalan napas

5. Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )

6. Jika bayi mengalami apnea:

a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

b. Lakukan penilaian lanjut

7. Bila terjadi kejang potong kejang

8. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )

9. Pemberian nutrisi adekuat

Manajemen bayi dengan gangguan napas sedang(1):

1. Lanjutkan pemberian O₂ 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih

sesak dapat diberikan O₂ 4-5 liter/menit dengan sungkup

2. Bayi jangan diberikan minum.

3. Jika ada tanda berikut, ambil sampel darah untuk kultur dan berikan

antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar

sepsis.

Page 18: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5-390C tangani untuk masalah suhu

abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam.

5. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan,

ambil sampel darah, dan berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar

sepsis.

6. Jika suhu normal, terus amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi

tahapan tersebut diatas.

7. Bila tidak ada tanda-tanda ke arah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.

Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan

setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.

8. Bila bayi sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kurangi terapi O2 secara

bertahap. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2 , mulailah melatih bayi

menyusu. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai

salah satu cara alternatif pemberian minum.

9. Amati bayi setelah 24 jam pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali

tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak

ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

Page 19: Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +Gangguan Napas

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi

edisi I. Jakarta: IDAI, 2008.

2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.

3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4.

Jakarta: EGC, 1998.

4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Palu: Ilmu

Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012.

5. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R,

Arvin, AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta:

EGC, 2000.

6. Tim Poned IDAI. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Palu: Tim Poned UKK

Perinatologi IDAI, 2009.

7. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal

Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal. Pediatrics.   2008

May;   121 (5) : e1381–e1390 .

8. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Gangguan Nafas pada Bayi Baru

Lahir. Palu: Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012