Post on 26-Feb-2020
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN MANASIK HAJI MASSAL
PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Diajukan Oleh :
Fahrul Yusuf
1111053100012
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana S1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 September 2015
Fahrul Yusuf
i
ABSTRAK
Fahrul Yusuf, 1111053100012, Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Massal Pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015.
Penyelenggaraan Ibadah Haji di Indonesia merupakan salah satu tugas yang diemban oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008, pemerintah merupakan pelaksana dan penanggung jawab atas penyelenggaraan Ibadah Haji. Kementrian Agama Kota Jakarta Barat adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah Kota, yang melakukan penyelenggaraan Ibadah Haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan manasik haji kepada para calon jamaah haji. Maka setelah program penyelenggaraan bimbingan manasik haji dilaksanakan pihak Kementrian Agama Kota Jakarta Barat selalu melakukan evaluasi untuk menentukan berapa jumlah jamaah dan seperti apa latar belakang pendidikan, pekerjaan serta usia jamaah haji. Dan apakah pelaksanaan bimbingan manasik sesuai denga rencana dan peaturan yang ada.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui secara umum tentang penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Jakarta Barat terhadap para calon jamaah haji. perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan dan evaluasi pada penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal di Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kualitatif, yang mana metode ini menggambarkan dan menginterpertasikan objek yang sesuai dengan apa adanya.
Dari hasil penelitian ini Kementrian Agama Kota Jakarta Barat melaksanakan bimbingan manasik haji massal yang sesuai dengan peraturan pemerintah berjalan cukup lancar, dengan melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang diterbitkan oleh Pemerintah, dan sesuai dengan rencana yang dibuat. Baik dari materi, pembimbing, metode, lokasi dan waktu serta media yang digunakan. Itu semua telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan ditetapkan oleh Pemerintah. Serta mengetahui latar belakang jamaah yang terdiri dari beragam usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Kata Kunci : Evaluasi, Bimbingan Manasik Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, sujud syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas
limpahan kasih sayang, rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Sehingga
kita dapat mengembangkan kegiatan baik perkuliahan maupun pekerjaan serta
ibadah kita sehari-hari.
Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Baginda
Nabi Muhammad SAW, semoga tercurahkan limpahan rahmatnya kepada kita
semua selaku umatnya.
Alhamdulillah saya ucapkan atas rasa syukur kepada Allah SWT, atas
nikmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul
“Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Massal Pada Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015”.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun, sangat saya harapkan
untuk kesempurnaaan penyusunan yang akan datang.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut serta
membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu sebagai
rasa syukur perkenankan saya mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan
semangat baik moril maupun materil, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan tepat waktu.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA selaku
Wakil Dekan II, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
iii
4. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam perkuliahan
selama ini.
5. Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah
yang selalu memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Muamar Aditya, SE., MM, selaku Dosen Pembimbing Akademis
Program Study Manajemen Haji dan Umrah Th 2011.
7. Ibu Dra. H. Jundah Sulaiman, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan serta dukungan atas penulisan skirpsi ini.
8. Para Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Dakwah Haji dan Umrah
yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga bagi kami.
9. Kawan-kawan Manajemen Haji dan Umrah UIN Syarif Hidayatullah Tahun
2011 yang setia menemani dan memberikan dukungan atas penyusunan
skripsi ini.
10. Bapak Drs. H. Mudehir selaku Kasi Haji & Umrah Kemenag Jakarta Barat
yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.
11. Seluruh Karyawan Staff Divisi Haji dan Umrah Kemenag Jakarta Barat
atas bantuan dalam penelitian skripsi ini.
Demikianlah, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
saya selaku penyusun dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT
meridhoi dan memberkahi usaha saya untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. Aamiin.
Jakarta, September 2015
Penyusun
Fahrul Yusuf
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan & Rumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan & Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
D. Metodelogi Penelitian ................................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG EVALUASI PROGRAM DAN
BIMBINGAN MANASIK HAJI MASSAL
A. Evaluasi Program .......................................................................................... 13
1. Pengertian Evaluasi Program ................................................................... 13
2. Jenis – jenis Evaluasi ............................................................................... 16
3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi ............................................................... 20
4. Langkah – langkah Evaluasi .................................................................... 22
B. Bimbingan Manasik Haji Massal .................................................................... 24
1. Penyelanggaraan Ibadah Haji .................................................................... 24
2. Bimbingan Manasik Haji ......................................................................... 25
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji ........................................... 28
v
4. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji .......................................... 29
BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTRIAN AGAMA KOTA JAKARTA
BARAT
A. Sejarah Kementrian Agama Kota Jakarta Barat .............................................. 31
B. Visi Misi ........................................................................................................ 34
1. Visi Kantor Kemenag Jak-Bar ................................................................. 34
2. Misi Kantor Kemenag Jak-Bar ................................................................ 34
C. Struktur Organisasi ......................................................................................... 35
D. Tugas dan Fungsi .......................................................................................... 37
1. Tugas Pokok Kantor Kemenag Jak-Bar ..................................................... 37
2. Fungsi Pokok Kantor Kemang Jak-Bar ..................................................... 37
3. Tugas Fungsi Kasi Haji ............................................................................. 38
BAB IV ANALISIS BIMBINGAN MANASIK HAJI MASSAL
KEMENTRIAN AGAMA KOTA JAKARTA BARAT
A. Pelaksana dan Unsur – unsur Bimbingan Manasik Haji Massal...................... 39
B. Analisis Evaluasi Bimbingan Manasik haji Massal .......................................... 43
1. Evakuasi Input Bimbingan Manasik .......................................................... 43
2. Evaluasi Proses Bimbingan Manasik ......................................................... 53
3. Evaluasi Hasil ............................................................................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................ 60
vi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR WAWANCARA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Surat Bimbingan
2. Lampiran Surat Bukti Penelitian
3. Lampiran Daftar Wawancara Bimbingan Manasik Haji
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah Haji merupakan salah satu jenis ibadah mahdloh yang tata-cara
pelaksanaannya dianggap paling rumit, tidak sebagaimana ibadah-ibadah
mahdloh lainnya. Oleh karenanya, disamping niat yang tulus kepada Allah
SWT, melaksanakan Ibadah Haji merupakan seperangkat ilmu pengetahuan
yang memadai, setidaknya pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan
dengan Ibadah Haji tersebut.1
Indonesia adalah Negara dengan jumlah umat Islam terbesar di muka
bumi ini. Maka wajar jika jumlah jamaah haji asal Indonesia merupakan
jumlah terbesar dibandingkan dengan jamaah haji dari Negara-negara lain.
Jumlah jamaah haji asal Indonesia berjumlah 211 ribu jamaah tiap tahunnya,
dengan beragam latar belakang ekonomi, budaya dan pendidikan masing-
masing.
Bagi bangsa Indonesia, penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas
nasional karena disamping menyangkut kesejahteraan lahir batin jamaah haji,
juga menyangkut nama baik dan martabat Indonesia di luar negeri, Khususnya
Arab Saudi. Mengingat pelaksanaannya bersifat massal dan berlangsung dalam
waktu yang terbatas, penyelenggaraan Ibadah Haji memerlukan manajemen
yang baik, agar aman, tertib dan lancar.
1 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Makkah, (Madina Munawwara: Al-Rashed Printers, 2003), hal 8.
2
Oleh karena itu, dengan berbagai cara Pemerintah Indonesia dalam hal
ini pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan jamaah haji dari tahun ke tahun, sekaligus ikut mendorong
partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas Ibadah Hajinya sebagaimana
yang dituntunkan dalam syariat.
Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan Ibadah Haji, pemerintah merupakan pelaksana dan
penanggug jawab atas penyelenggaraan Ibadah Haji, maka dari itu pemerintah
secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan penyelenggaraan haji,
utamanya melalui pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk sistem
pelayanan, pembinaan dan perlindungan Ibadah Haji.
Peningkatan pelayanan pendaftaran dan perlindungan serta pembinaan
terhadap jamaah haji diupayakan melalui penyempurnaan sistem.
Penyempurnaan sistem dan manajemen tersebut dimaksudkan agar calon
jamaah haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan Ibadah Haji sesuai
dengan tuntunan agama sehingga menjadi haji yang mabrur. Upaya
peningkatan dan penyempurnaan pelayanan tersebut dilaksanakan agar tidak
terulang kembali kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya.
Untuk tercapainya maksud tersebut, diperlukan suasana yang kondusif
bagi warga Negara yang akan melaksanakan Ibadah Haji. Suasana kondusif
tersebut dapat dicapai apabila pihak penyelenggara Ibadah Haji mampu
3
memberikan pelayanan yang prima dalam pendaftaran, pembinaan dan
perlindungan kepada calon jamaah haji.2
Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan,
profesionalitas dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba. Penyelenggaraan
Ibadah Haji juga bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji. Dan pihak Pemerintah
juga memberikan kepastian hukum bagi jamaah untuk menunaikan Ibadah
Haji.
Untuk tercapainya kelancaran dan kemudahan dalam praktek ritual
Ibadah Haji berlangsung, maka jamaah harus diberikan bekal oleh Pemerintah
yang sesuai dengan kebutuhan jamaah. sesuai dengan UU No 13 Tahun 2008
maka Pemerintah harus memberikan pembinaan bimbingan manasik haji
kepada jamaah, untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta wawasan
kepada setiap jamaah haji sehingga jamaah memperoleh haji yang mabrur.
Selanjutnya dalam pelaksanaan Ibadah Haji diperlukan fisik dan mental
yang baik, tidak hanya memerlukan ilmu manasik haji saja, akan tetapi jamaah
perlu mempersiapkan kesehatan dan pengetahuan tentang perjalanan ibadah
haji baik dipesawat maupun menyiasati situasi di Tanah Suci. Maka dari itu
Pemerintah wajib memberikan pengetahuan yang akan hal seperti itu, demi
kelancaran pelaksanaan Ibadah Haji berlangsung.
2 Departemen Agama RI, Perundang-undangan Tentang Penyelenggaraan Haji, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2002), h. 19-20
4
Secara permanen puncak organisasi penyelenggara ibadah haji di tingkat
pusat duduk Mentri Agama RI selaku penanggung jawab secara nasional.
Sedangkan kegiatan hariannya dilaksankan oleh Direktur Jendral Haji.
Kemudian pada setiap tahun musim haji dibentuk organisasi panitia pelaksana
yang bersifat temporal. Antara lain panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH)
yang ditempatkan disetiap lokasi penyelenggaraan ibadah haji mulai dari
tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, embarkasi dan Arab Saudi.3
Adapun penanggung jawab tingkat propinsi adalah Gubernur selaku
coordinator. Kegiatan sehari-harinya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Propinsi selaku kepala staff penyelengaraan ibadah haji
dan dibantu oleh kepala bidang urusan haji. Sedangkan penanggung jawab
dibidang kabupaten kota adalah Bupati atau Walikota selaku coordinator
penyelenggara ibadah haji. Kegiatan sehari harinya dilaksanakan oleh kepala
kantor departemen agama selaku kepala staff penyelenggaraan ibadah haji
kabupaten kota, dibantu oleh penyelenggara bimbingan urusan haji (PBUH)
pada kantor departemen agama kabupaten kota selaku sekertaris penyelenggara
ibadah haji.
Dalam penyelenggaraan Ibadah Haji dimulai dari Kementrian Agama
tingkat Kabupaten / Kota, dimana Kemenag Kab/Kota adalah yang paling
dekat dengan masyarakat. Oleh karna itu, sebagai suatu instansi pemerintah
khususnya Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat mempunyai tugas
pokok untuk menyelenggarakan Ibadah Haji.
3 M. Basyuni, Muhammad, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK PRESS, 2008), hal 117.
5
Salah satu tugas Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta adalah
melaksanakan program bimbingan manasik haji berdasarkan amanat nyang
terkandung dalam UU No 13 Tahun 2008. Untuk mengukur bagaimana hasil
yang dicapai dalam setiap pelaksanaan bimbingan manasik haji, maka pihak
penyelenggara selalu melakukan evaluasi agar mengetahui apakah program
yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak. Berdasarkan latar
belakang masalah yang ada maka penulis akan mengkaji dalam sebuah karya
tulis “skripsi” dengan judul :
“Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Massal Pada Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015”
B. Pemabatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi
masalah yang akan dibahas pada Evaluasi Program Penyelenggaraan Haji
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015. Evaluasi hanya
meliputi bimbingan manasik haji massal.
2. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam melakukan penulisan, maka penulis membuat
perumusan masalah agar arah dan tujuan penulisan ini jelas adanya. Adapun
perumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015?
6
b. Bagaimana evaluasi dalam penyelenggaraan bimbingan manasik haji
massal Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini
antara lain adalah:
a. Untuk mengetahui penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat tahun 2015.
b. Untuk mengetahui hasil evaluasi kegiatan penyelenggaraan bimbingan
manasik haji massal Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
a. Manfaat akademis adalah dapat memberikan dan memperluas
pengetahuan tentang bagaimana penyelenggaraan bimingan manasik haji
yang baik pada umumnya dan dalam seputaran penyelenggaraan haji
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat pada khususnya.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan
atau input kepada Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat dalam
melakukan pelayanan yang baik, ramah serta santun terhadap calon
jamaah haji.
7
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriftif, berupa data-data
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.4
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta
Barat, yang merupakan dari sekumpulan orang-orang dari staff dan kasi
bidang haji yang dapat memberikan informasi refresentatif. Dan yang
menjadi objek dari penelitian ini adalah Evaluasi Bimbingan Manasik Haji
Massal Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan penulisan
skripsi ini, yaitu antara lain :
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2013), hal. 15
8
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistemastis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.5 Pengamatan mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk
melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian. Pengamatan
juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati
oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
Dan juga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui
bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.6
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi dengan cara
Tanya jawab sepihak, dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan
pada tujuan penyelidikan. Tujuan wawancara sendiri adalah
mengumpulkan data atau informasi (keadaan, gagasan/pendapat,
sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu pihak tertentu.7
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen.8 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada
5 Husin Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metedologi Penelitian Sosial (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), cet ke 4, hal. 53 6 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 175 7 Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2007), hal. 97
8 Husin Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metedologi Penelitian Sosial, cet ke 4, hal. 73
9
hubungannya dengan masalah yang dibahas. Data-data ini diperoleh
arsip-arsip dan company profil serta buku-buku yang ada di Kantor
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat. Kemudian data-data tersebut
digunakan oleh penulis untuk memaparkan kerangka awal mengenai
objek study yang ditulis.
4. Waktu dan tempat penelitian
Penulis melakukan penelitian pada 03 Juni 2015 hingga 21 Agustus 2015,
dan lokasi penelitian di Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat Jl.
Perdana No. 10 Wijaya Kusuma Jakarta Barat. Telp. (021) 5647452,
5663501 fax. 11460.
5. Teknis Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriftif yaitu suatu teknik
analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan data yang
diperoleh dari hasil pengamatan kemudian menganalisisnya dengan
berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. Dan penulis berusaha
menggambarkan obyek penelitian dengan apa adanya sesuai dengan
kenyataan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu membaca
beberapa skripsi sebagai bahan acuan dan perbandingan selanjutnya. Adapun
setelah penulis melakukan kajian kepustakaan, maka akhirnya penulis
menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang Ibadah Haji yang
10
memiliki judul hampir sama dengan judul sripsi yang akan ditulis dalam skripsi
ini. Judul-judul skripsi tersebut adalah :
1. Agus Supriyadi dengan judul. “Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Manasik Haji Pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementrian
Agama Kota Jakarta Selatan”. Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah. Dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana upaya
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan manasik haji pada calon jamaah
haji Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Selatan. Perbedaan dengan
penulisan skripsi ini antara bagaimana strategi dalam upaya memberikan
pendidikan dan pelatihan terhadap jamaah dalam bimbingan manasik haji
Kementrian Agama Kota Jakarta Selatan dengan bagaimana pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal Kementrian Agama Kota Jakarta Barat dan
evaluasi hasil penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat.
2. Karya Nurfadhilah dengan judul. “Evaluasi Program Bimbingan Manasik
Haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
Tahun 2014”. Skripsi Mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah. Dalam
skripsi ini membahas tentang evaluasi program bimbingan manasik haji di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Perbedaan
dengan penulisan skripsi ini antara evaluasi bimbingan manasik haji
klasikan pada KUA Kecamatan Jagakrasa Jakarta Selatan dengan
bagaimana pelaksanaan bimbingan manasik haji massal Kementrian Agama
11
Kota Jakarta Barat dan evaluasi bimbingan manasik haji massal pada
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
3. Karya Ishmatul Maula dengan judul. “Manajemen Penyelenggaraan
Manasik Haji Pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Ar-Rahmah Tahun
2010”. Skripsi Mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah. Dalam skripsi ini
membahas tentang manajemen penyelenggaraan bimbingan manasik haji,
perbedaan dengan skripsi ini antara analisis manajemen penyelenggaraan
bimbingan manasik haji, dan kelebihan serta kekurangan dalam manajemen
penyelenggaraan bimbingan manasik haji pada KBIH Ar-Rahmah dan
kelebihan serta kekurangan dalam manajemen penyelenggaraan bimbingan
manasik haji pada KBIH Ar-Rahmah dengan bagaimana pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal Kementrian Agama Kota Jakarta Barat dan
evaluasi bimbingan manasik haji massal pada Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membuat
sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
12
BAB II : TINJAUAN TEORI
Pada bab ini terdiri dari bebrapa hal diantaranya pengertian evaluasi,
jenis-jenis evaluasi, tujuan dan manfaat evaluasi, pengertian
pelayanan, kualitas pelayanan yang baik dan pengertian haji serta
syarat dan rukun haji.
BAB III : GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
KOTA JAKARTA BARAT
Terdiri dari : Profil atau gambaran umum Kantor Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat. Yang terdiri dari : sejarah berdirinya, visi dan
misi, struktur organisasi, tugas dan fungsi Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat.
BAB IV : ANALISIS PENELITIAN
Terdiri dari : pelaksanaan bimbingan manasik haji massal dan
evaluasi penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal Kantor
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
BAB V : PENUTUP
Berisikan kesimpulan, saran-saran dan lampiran yang diperlukan
dalam penelitian.
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evaluasi Program.
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program terdiri dari dua kata yaitu evaluasi dan program,
evaluasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan dengan penilaian.1
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu
rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi,
yaitu evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi akhir (ex-
post evaluation).2
Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode waktu
tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses
implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe
evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian
kualitas program. Evaluasi berusaha mengidenifikasi mengenai apa yang
sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.3
Menurut Suharsimi Arikunto (2004) yang ditulis oleh Nana Minarti
dalam jurnal pemikiran dan gagasan, evaluasi adalah kegiatan untuk
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998)h. 238. 2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 119.
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan, h. 119.
14
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi yang berguna bagi decision maker untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.4
Lalu menurut M. Chabib Thaha berpendapat bahwa evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan suatu instrument dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.5
Menurut H. D. Sujana evaluasi merupakan kegiatan penting untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan telah tercapai, apakah
pelaksanaan pogram sesuai dengan rencana dan atau dampak apa yang
terjadi setelah program ditentukan.6
Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi
merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan kegiatan
agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah dapat
tercapai apa belum. Dan untuk mengetahui sudah sampai mana suatu
pelayanan yang baik dapat diberikan.
4 Nana Mintarti, dkk, zakat & empowering, kajian perumusan performance indicator bagi
Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol, 2, Juni 2009), h. 23.
5 M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Garafindo Persada, 1996), h. 1.
6 H. D. Sujana, Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : Fatah Production, 2000), h.283
15
Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-
nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain evaluasi
adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuran-ukran perbaikan
bagi para pengambil keputusan.
Sedangkan pengertian program Menurut Kamus besar Bahasa
Indonesia berarti suatu rancangan mengenai asas serta usaha yang akan
dijalankan.7 Menurut Joan L. Herman dalam buku evluator’s Handbook,
program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan
harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.8
Andi Mappiare berpendapat bahwa program adalah kerangka dasar
rancangan aktifitas atau kegiatan yang dirancang untuk melaksanakan
kebijakan yang dilakasanakan untuk waktu yang tidak terbatas.9
Program juga merupakan unsur pertama yang harus ada demi
terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek,
disebutkan bahwa di dalam program dijelaskan mengenai tujuan yang akan
dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang harus
dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang
dibutuhkan dan strategi pelaksanaan.
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 278. 8 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), cet. 1,
h. 9. 9 Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006), Ed. 1, h, 254.
16
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir
dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian
program yang diuraikan.10
Setelah menjabarkan pengertian antara evaluasi dengan program,
maka evaluasi program mempunyai pengertian tersendiri yaitu proses
pengumpulan data atau informasi yang ilmiah, yang hasilnya dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam
menentukan alternatif kebijakan.
Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi program adalah suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang, guna pengambilan keputusan.11
Lalu Syamsu Mappa menjelaskan bahwa evaluasi program sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan
suatu program.12
2. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat dilakukan dikelompokan sesuai
dengan fokus penilaian suatu program, Stufflebeam membagi empat macam
10 Nurfadhilah, Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan (Jakarta : FDK 2014), h. 16. 11 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009) 12 Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2008) Ed. 2, h. 22.
17
evaluasi yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnapis dalam bukunya yang
berjudul Evaluasi Program, yaitu antara lain :
a. Evaluasi konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akana dicapai oleh program, dan
merumuskan tujuan program.
b. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan adalah evaluasi yang mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil,
rencana dan strategy yang digunakan untuk mencapai tujuan. Terdapat
tiga unsur variabel utama dalam evaluasi masukan yaitu : klien (peserta),
staff (pelaksana) dan program.
c. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah diarahkan sampai sejauh mana rencana telah
dilaksanakan yang sesuai dengan rencana. Evaluasi proses memfokuskan
diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung kepada
klien dan staf pelaksana. Evaluasi ini untuk menilai bagaimana proses
kegiatan yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang
telah dirumuskan.
d. Evaluasi Hasil
Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian
tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketetapan
18
tindakan yang diberikan dan tampak dari program.13 Kriteria
keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu
program.
Jenis-jenis evaluasi yang dapat dilakukan dikelompokan sesuai
dengan fokus penilaian suatu program, sebagai berikut :
a. Evaluasi Relevansi Program (Program Appropriateness)
Evaluasi jenis ini dilakukan untuk menilai relevansi suatu program yang
biasanya dilakukan sebelum suatu program dilaksanakan. Jenis evaluasi
ini dapat juga dilakukan secara periodik selama implementasi kebijakan
atau program, misalkan bila ada perubahan politik, ekonomi maupun
kondisi yang memerlukan kebijakan yang berbeda pada target program
semula.
b. Evaluasi Efesiensi Program
Evaluasi yang berfokus pada efesiensi lebih cenderung pada bagaimana
memperbaiki mekanisme/proses suatu program. Evaluasi berfokus
efesiensi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang program berlangsung
dan sebaiknya dilakukan secara reguler untuk memastikan bahwa
program berjalan sesuai rencana.
c. Evaluasi Efektifitas Program
Evaluasi yang berfokus pada efekifitas dilakukan pada suatu program
dengan memperhatikan apakah program tersebut telah selesai atau pada
13 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, cet. 1, h. 14.
19
tingkatan program yang telah memungkinkan untuk menghasilkan
outcome pada tingkat tertentu.
Jenis-jenis evaluasi yang dapat dilakukan dikelompokan sesuai
dengan fokus penilaian pada kinerja pekerja, secara sederhana evaluasi
kinerja berarti proses organisasi melakukan penilaian terhadap pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya.14
Jenis-jenis evaluasi kinerja sebagai berikut :
a. Evaluasi kinerja dari substansinya terdiri dari :
1) Evaluasi kinerja kuantitatif dengan standar pekerjaan berbentuk
bilangan yang ditetapkan berupa target kerja dan tenggang waktu
untuk melaksanakan dan/atau mencapai menyelesaikannya.
2) Evaluasi kinerja kualitatif dengan menggunakan standar pekerjaan
berupa kualitas atau mutu dari proses pelaksanaan pekerjaan atau
jabatan dan hasilnya.
b. Evaluasi kinerja dari segi prosesnya terdiri dari :
1) Evaluasi kinerja dengan observasi langsung dilakukan dengan
mengamati dan menilai pekerja/ karyawan pada saat mereka
melaksanakan pekerjaannya atau jabatannya.
2) Evaluasi kinerja dengan observasi tidak langsung dilakukan dengan
mengamati pelaksanaan pekerjaan melalui kondisi kerja yang
direkayasa.
14 Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2006), h. 70.
20
c. Evaluasi kinerja dari segi penilai atau evaluator terdiri dari :
1) Evaluasi kinerja subyektif yakni penilaian kinerja yang dilakukan oleh
suatu orang penilai atau evaluator, tanpa mempergunakan standar
pekerjaan sebagai pembanding, tanpa didasarkan pada pendapat
perseorangan.
2) Evaluasi kinerja obyektif yakni penilaian yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih penilai atau evaluator terhadap seseorang pekerja atau
karyawan yang dinilai, dengan menggunakan standar pekerjaan yang
sama.
d. Evaluasi kinerja dari segi sifatnya terdiri dari :
1) Evaluasi kinerja relatif dilakukan dengan membandingkan nilai skor
antar karyawan dalam satu kelompok atau unit kerja.
2) Penilaian kinerja absolut, evaluasi kinerja ini dilakukan dengan
membandingkan nilai skor yang dicapai oleh karyawan dengan nilai
skor tertinggi yang seharusnya dicapai sebagai tolok ukur yang
bersifat standar yang berlaku bagi semua pekerjaan atau jabatan
dilingkungan sebuah organisasi atau perusahaan.15
3. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein
menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan.16
Antara lain sebagai berikut :
15 Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2006), h. 80.
16 Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, h. 188.
21
a. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan dan melihat kemajuan yang dikaitkan dengan
objektif program.
c. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan agar dapat memperkuat
program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan
apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat, melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk
akal.
g. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang telah dijalankan
berhasil dengan baik.
h. Mengumpulkan informasi guna merencanakan dan mengolah kegiatan
program secara lebih baik.
i. Meningkatkan keefektifan agar dapat memberikan dampak yang lebih
luas.
j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik, karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat komunitas
fungsional dan komunitas lokal.
22
4. Langkah-langkah Evaluasi
Dalam mengevaluasi suatu kegiatan, para pelaku evaluasi (evaluator)
pastinya melakukan langkah-langkah evaluasi, adapun langkah-langkah
evaluasi sebagai berikut :
a. Perencanaan Evaluasi
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentunya harus sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh
dapat lebih maksimal. Perencanaan itu penting, karena akan
mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya, bahkan akan mempengaruhi
keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.17
b. Pelakasanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu
evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan
evaluasi telah disinggung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi.
Seperti tujuan evaluasi, model dan jenis evaluasi, objek evaluasi,
instrument evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada
tahap perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung
pada jenis evaluasi yang digunakan.
c. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Tujuan dari monitoring pelakasanaan evaluasi adalah untuk mencegah
hal-hal yang negatif dan meningkatkan pelaksanaan evaluasi. Monitoring
mempunyai dua fungsi pokok. Pertama untuk melihat relevansi
17 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 88
23
pelaksanaan dengan perencanaan evaluasi. Kedua untuk melihat hal-hal
apa saja yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi. Jika dalam
pelakasanaan evaluasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka
evaluator harus mencatat, melapor dan menganalisis faktor-faktor
penyebabnya.18
d. Pengolahan data hasil evaluasi
Prosedur pelakasanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:
1) Menskor, yakni memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat
dicapai oleh pihak bersangkutan. Untuk menskor atau memberikan
angka diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci
skoring dan pedoman konversi.
2) Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma
tertentu.
3) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau
angka.
4) Melakukan analisis soal untuk mengetahui derajat vaiditas dan
reabilitas soal, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.19
e. Pelaporan Hasil Evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti pengurus-pengurus program, aktifis dan lain
sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar proses pelaksanaan pemprograman
diketahui oleh berbagai pihak sehingga pengurus bisa menentukan sikap
18 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 88 19 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 90
24
yang objektif dan mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak
lanjut dalam laporan tersebut.
f. Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan
dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang
terlibat dalam pemrograman, baik secara langsung maupun tidak
langsung.20
Adapun kriteria keberhasilan evaluasi adalah :
a. Berorientasi pada program dan pelayanan, kriteria keberhasilan pada
umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan atau hasil dari suatu
program.
b. Berdasarkan pada jama’ah yang pada umumnya dikembangkan
berdasarkan perilaku jama’ah atau respon jama’ah.
c. Berorientasi pada kinerja pekerja atau karyawan dalam melayani
jama’ah atau konsumen.
B. Bimbingan Manasik Haji Massal.
1. Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Kegiatan penyelenggaraan Ibadah Haji mengacu pada ketentuan yang
diatur dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan Ibadah Haji. Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 penyeleggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan
pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan dan
perlindungan jamaah haji. jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang
20 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 92
25
beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.21
Penyelenggaraan Ibadah Haji meliputi pembinaan, pelayanan serta
perlindungan dan dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas
dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.
2. Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan jamaah haji merupakan salah satu tugas utama
penyelenggaraan Ibadah Haji yang telah dijabarkan secara proporsional
sesuai dengan fungsi pembinaan, meliputi penyediaan sarana penyiapan
insfratruktur, pelatih dan pembimbing serta penyempurnaan sistem
pembinaan, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah.22
Bimbingan manasik haji yang dilaksanakan oleh pihak penyelenggara
haji bertujuan memberikan bekal dan arahan kepada para jamaah haji agar
jamaah haji mampu melaksanakan ritual kegiatan Ibadah Haji dengan
mandiri. Bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata yaitu bimbingan,
manasik dan haji.
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
“guidance” yang berarti bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan
arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar (to)
guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan,
mengemudikan, menuntun orang ke jalan yang benar.23
21 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 1. 22 Kementrian Agama RI, Desain Pola Bimbingan Calon Jamaah Haji (Jakarta 2010) 23 H. M. Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung : CV Pustaka Setia
1998), Cet. Ke-1, h. 9.
26
Menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa bimbingan adalah proses bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi-
potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.24
Miller mengungkapkan bahwa bimbingan adalah proses terhadap
individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal.25
Menurut Prayitno dan Erman Amti bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendir dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.26
Sedangkan manasik adalah tata cara pelaksanaan Ibadah Haji. Kata
manasik merupakan bentuk jamak dari kata mansak yang memiliki makna
perbuatan dan syiar dalam Ibadah Haji.27 Manasik merupakan tata cara
pelakasanaan Ibadah Haji sesuai syariah, dan merupakan hak yang tidak
bisa diabaikan bagi seorang muslim yang akan melaksanakan Ibadah Haji,
24 Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, hal. 19. 25 Nurfadhilah, Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan (Jakarta : FDK 2014), h. 23. 26 Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), h. 99. 27 Dede Imadudin, Mengenal Ibadah Haji, (Jakarta : PT Mitra Aksara Panaitan, 2011), h.
18.
27
dilakukan sebelum perjalanan haji. Dengan mengikui manasik, setiap calon
jamaah haji akan mendapatkan pengetahuan tata cara beribadah haji yang
sesuai dengan anjuran Rasulullah.
Menurut Harahap Sumuran manasik adalah tata cara pelaksanaan
ibadah haji, atau hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan haji :
melaksanakan ihram dan miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wukuf di
Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah dan lain sebagainya.28
Sedangkan secara terminologis, haji ialah menyengaja (menuju)
Baitullah dalam waktu tertentu dengan niat melakukan Ibadah Haji yang
terdiri dari thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, dan sebagainya. Haji merupakan
perjalanan spritual yang diperintahkan oleh Allah SWT, kewajiban tersebut
ditunjukan bagi umat Islam yang mampu secara fisik, mental dan ekonomi.
Dengan memahami ilmu manasik itu sendiri sebagai bekal tata cara
beribadah haji.
Kata manasik dan haji itu selalu berkaitan satu sama lain sehingga
menjadi sebuah kata manasik haji yang mempunyai makna tersendiri.
Pengertian manasik haji adalah suatu ilmu yang mempelajari syarat, rukun
dan wajib haji yang harus diketahui oleh setiap jamaah yang akan berangkat.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa manasik haji adalah
suatu aktifitas yang dengan sengaja memodifikasi berbagai kondisi yang
28 Harahap Sumuran, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2008),
h. 362.
28
diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan dalam hal ini tentang manasik
haji.29
Jadi Bimbingan Manasik haji adalah proses pembekalan, arahan,
petunjuk dan pedoman untuk menuntun para calon jamaah haji dalam
melaksanakan rukun, wajib dan tata cara Ibadah Haji dengan baik dan
benar.
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan manasik haji memiliki fungsi dan tujuan, Latif Hasan dan
Nidjam Ahmad mengemukakan bahwa fungsi manasik adalah sebagai
berikut :
a. Agar semua jamaah mampu memahami semua informasi tentang
pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan dan
mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan ibadah haji.
b. Agar jamaah haji dapat mandiri dalam melaksanakan ibadah haji, baik
secara regu atau rombongan.
c. Agar jamaah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah haji baik
mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk ibadah haji yang lain.30
Adapun tujuan dari bimbingan manasik haji dalam buku tuntunan
praktis manasik haji dan umrah adalah agar jamaah yang berangkat
menunaikan ibadah haji merasa aman , tertib dan sah. Aman dalam artian
jamaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib
29 Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah, Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta, 2011), h. 16. 30 Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikrul Hakim 2003), cet
ke-2, h. 17.
29
dalam artian melaksanakan dan memenuhi syarat, rukun dan wajib haji
sesuai dengan tuntunan agama. Sah dalam artian tidak ada kekurangan
dalam menjalankan ibadah dan manasik.31
Ahmad Latif juga mengemukakan bahwa tujuan manasik haji adalah
agar jamaah haji yang berniat menunaikan Ibadah Haji dapat melaksanakan
dengan tertib, sah dan aman dalam arti jamaah haji dapat melaksanakan
perjalanannya dengan tenang, khusyu dan bebas dari kekhawatiran baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap harta bendanya. Tertib dalam arti
bahwa jamaah dapat memenuhi syarat, rukun dan wajib haji sesuai dengan
tuntunan agama. Lancar dalam arti jamaah haji dapat melaksanakan
ibadahnya dengan baik, bebas dari segala bentuk hambatan dan gangguan.
Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam ibadah haji dan kesalahan dalam
manasik. Sempurna dalam arti jamaah haji dapat melaksanakan ibadahnya
selain rukun dan wajib juga ibadah lainnya yang memiliki keutamaan.
4. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji
a. Bentuk Massal Bimbingan Manasik Haji
Bentuk massal bimbingan manasik haji adalah bimbingan kepada jamaah
secara umum, dapat dilaksanakan khusus intern kelompok terbang
sendiri, maupun bersama-sama dengan kelompok yang lebih luas dan
lebih besar, juga diartikan seluruh seluru calon haji yang terdaftar di
Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota, dilaksanakan di tempat
yang cukup memadai, dan dilakukan sebanyak 2 kali, sebagai pelaksana
31 Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan
Praktis Manasik Haji dan Umrah, (Jakarta, 2011), h. 7.
30
adalah Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan dilaksanakan 3
bulan sebelum pemberangkatan dengan tujuan memberikan bekal akhir
tentang praktek manasik haji dan pertemuan kloter.
b. Metode Bimbingan Manasik Haji
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Dengan
metode ceramah guru dapat dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Dalam hal manasik haji metode ceramah selalu
menjadi unggulan bagi para pembimbing dalam menjalankan atau
menerangkan materi tentang haji.32
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberikan kesempatan
bertanya dan guru menjawab pertanyaan-pertanyaan.33
Dalam bimbingan manasik haji metode tanya jawab selalu
dilakukan antara pemberi materi dengan jamaah haji, baik jamaah
yang bertanya ataupun sebaliknya.
32 Nurfadhilah, Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan (Jakarta : FDK 2014), h. 29. 33 Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press,
2002), h. 43.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA
JAKARTA BARAT
A. Sejarah Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
Kementerian Agama Kota Jakarta Barat pertama kali dipimpin oleh
Bapak KH. Soemantri pada tahun 1980 hingga tahun 1984 dimana pada
kepeminpinan beliau untuk pengelolaan sekolah keagamaan seperti Madrasah–
Madrasah dikelola oleh Unit Pendais dan untuk pengelolaan pemberdayaan
Masjid dikelola oleh Penais dan setiap seksi dikepalai oleh Kasi atau kepala
Seksi dan untuk sekeretariat dibawah Ka. Subag Tata Usaha dibantu oleh Kaur
atau Kepala Urusan.1
Setelah KH.Soemantri menjabat sebagai Kepala Kantor Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat Kemudian digantikan dengan H. Gusti
Abdurrahman pada masa Kepemimpinan beliau pada tahun 1984 sampai tahun
1988. pada masa kepemimpinan H.Gusti Abdurahman tidak terdapat perbedaan
dalam ruang lingkup struktural dan masih memakai kebijakan dari Kantor
Kementerian Agama Propinsi.2
Pada tahun 1988 hingga tahun 1992 Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Barat dipimpin oleh H. Ahmad Rohadi sama seperti masa–masa
sebelumnya pada kepemimpinan beliau juga tidak ada perubahan dalam ruang
1 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 2 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
32
lingkup struktural Kementerian Agama Kota Jakarta Barat dan kebijakan yang
dipakai sama seperti kebijakan–kebijakan yang dulu.3
Setelah H. Ahmad Rohadi Kementerian Agama Kota Jakarta Barat
kemudian dipimpin oleh Drs. H. Memed Parta beliau memimpin Kementerian
Agama Kota Jakarta Barat dari periode tahun 1992 hingga tahun 1996 dan
tidak banyak perubahan dengan periode–periode sebelumnya.4
Pada tahun 1996 sampai tahun 2000 pada periode ini banyak sekali
perubahan–perubahan yang terjadi diruang lingkup Kementerian Agama itu
sendiri seperti penambahan–penambahan unit kerja, pada periode ini
Kementerian Agama Kota Jakarta Barat dipimpin oleh bapak Drs. Mas’ud
Hasan, perubahan yang terjadi di Kementerian Agama Kota Jakarta Barat
disebabkan karena adanya kebijakan dari Kantor Pusat.5
Pada tahun 1997 dilakukan usaha perubahan nomenklatur Direktorat
Penerangan Islam menjadi Pendidikan Agama Islam kepada Masyarakat, yang
secara struktural ditempatkan pada Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat,
sedangkan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
akan dibentuk dua Direktorat baru yaitu Direktorat Siaran dan Tamaddhun
Islam dan Direktorat Zakat dan Waqaf namun tidak terbentuk.
Tetapi pada tahun 2000 upaya tersebut dilakukan lagi sehingga
Direktorat Pendidikan Agama Islam, Ditjen Bimas dan Urusan Haji menjadi
Direktorat Penerangan Agama Islam pada masyarakat dan Pemberdayaan
3 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 4 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 5 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
33
Masjid serta masuk dalam struktur Ditjen Kelembagaan Islam. Berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama. Jadi Peniadaan Direktorat Penerangan Agama Islam tidak ada
hubungan konsepsional sama sekali dengan peniadaan Departemen Penerangan
pada masa Pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, hal itu menjadi
momentum untuk mewujudkan cita-cita yang mulai diusahakan tahun 1997.6
Pada tahun 2000 sampai tahun 2004 Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Barat di pimpin oleh Drs. H. Damiri Mahdin, pada periode beliau
banyak sekali perubahan yang terjadi dan adanya kebijakan–kebijakan yang
baru, seperti perubahan nama untuk para kaur menjadi kordinator kerja dan
adanya penambahan seksi unit kerja, serta diperbanyaknya jabatan fungsional
sehingga adanya penambahan dalam unit kerja seperti adanya Penyelenggara
Haji dan Umroh, Penyelenggara Zakat dan Waqaf, serta Unit Penamas yang
merupakan singkatan dari Pendidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid,
serta dipisahnya Pondok Pesantren dengan Madrasah dimana keduanya tidak
lagi digabung seperti dulu, melainkan terpisah dan Penais berubah nama
menjadi Mapenda dan PK Pontren.7
Pada periode tahun 2004 sampai tahun 2010 Kementerian Agama Kota
Jakata Barat dipimpin oleh Bapak H. Sutami, M.Pd, beliau merupakan
pindahan dari Kementerian Agama Kota Jakarta timur, pada peride beliau saat
ini perubahan yang terjadi adalah diberinya kewenangan Pada Kementerian
6 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 7 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
34
Agama Kota Jakarta Barat untuk membuat Surat Keputusan, tapi dibatasi
hanya untuk golongan II dan dan karyawan Honorer dan sampai saat ini belum
ada perubahan–perubahan yang terlihat.
Pada periode tahun 2010 hingga sekarang Kementerian Agama Kota
Jakata Barat dipimpin oleh Bapak Dr. H.M. Sholahi, MM, M.Ag, pada periode
beliau saat ini perubahan yang terjadi adalah adanya kebijakan–kebijakan yang
baru seperti terbitnya PMA No.13 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi,
dimana pendidikan islam dipisahkan menjadi 3(tiga) seksi yakni pendidikan
madrasah, pendidikan diniyah dan pondok pesantren dan pendidikan agama
islam. Perubahan nama penerangan masyarakat menjadi bimbingan masyarakat
islam serta urusan agama islam menjadi penyelenggara syariah.8
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat berada di Jl. Perdana No.
10 Wijaya Kusuma. Tlp. 021-5663501, 5647452, fax. 021-5663501 Jakarta
11460.9
B. Visi Misi Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
1. Visi Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
Visi dari Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat adalah
“Tanggap dan terampil dalam mewujudkan kehidupan umat beragama yang
berkualitas dan partisipatif di Kota Jakarta Barat”.10
2. Misi Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
a. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi dan manajemen.
8 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 9 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 10 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
35
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan bidang syariah.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan dan Bimbingan Haji dan Umroh.
d. Meningkatkan kualitas pelayanaan dan bimbingan penyelengaraan
pendidikan Madrasah dan pendidikan Agama Islam pada sekolah Umum
serta sekolah luar biasa.
e. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan penyelengaraan
pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
f. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelengaraan pendidikan Agama
Islam.
g. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan Umat Budha.
h. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan Umat Kristen.
i. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan masyarakat islam.11
C. Struktur Organisasi Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
Struktur Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama dan secara formal
dalam suatu ikatan hirarki, sehingga terdapat suatu hubungan seseorang yang
disebut pimpinan, dalam suatu organisasi diperlukan sekali adanya bentuk atau
struktur yang terorganisir, susunan yang logis sehingga dapat mewujudkan
rangkaian tata hubungan kerja, pembagian tugas, wewenang masing–masing
individu dari organisasi tersebut dapat tercapai dengan baik. Untuk struktur
organisasi pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat dapat dilihat pada
gambar III.1 dan III.2
11Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
36
Gambar III.1 Struktur Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
Kepala Kandepag Jakbar Dr. H. M. Sholahi. MM.
MA.
Sumber : Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
Gambar III.2 Struktur Kantor Urusan Agama Kota Jakarta Barat
Kepala Kandepag Jakbar Dr. H. M. Sholahi. MM.
MA.
Sumber : Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
Ka. Subag TU Marga Ahmadin
Kasi Peny. Kristen Seti Harefa. S.Pak
Kasi Pend. Madrasah Ahmad Jahid. M.Pd
Ka Pen. Agama Islam Drs. Syamsuri
Kasi Haji & Umrah Drs. H. Mudehir
Kasi Peny. Syariah H. Anshori. S.Ag
Kasi Pend. Diniyah H. M. Sholeh. SH
Bimas Islam H.Murdimin. MM
Kasi Peny. Budha Suratman. S.Ag
KUA Cengkareng H.Mawardi. S.Ag
KUA Grogol H.Syarif Hidayat
KUA Kalideres M. Arudin
KUA Tamansari Abd. Syakur. S.Ag
KUA Tambora H.Jayadih. S.Ag KUA Palmerah
H.Zaini. MA
KUA Kebon Jeruk H.Andi. S.Ag
KUA Kembangan H.Lukman
37
D. Tugas dan Fungsi.
1. Tugas Pokok Kementrian Agama Jakarta Barat
Menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan
dibidang Agama di wilayah Kota Jakarta Barat sesuai dengan keputusan
Mentri Agama No. 45 Tahun 1981.12
2. Fungsi Pokok Kementrian Agama Jakarta Barat
a. Perumusan visi, misi serta kebijakan teknis di bidang pelayanan dan
bimbingan kehidupan beragama;
b. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang bimbingan masyarakat
Islam, pelayanan Haji dan Umrah, Pendidikan diniyah dan pondok
pesantren, pendidikan agama islam, pendidikan madrasah, syariah,
bimbingan masyarakat Kristen, bimbingan masyarakat Budha sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan
informasi keagamaan;
d. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat beragama;
e. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program;
f. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan
lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian
Agama di Kota Jakarta Barat.13
12Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga 13Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
38
3. Tugas fungsi Kasi Haji
a. Melaksanakan bimbingan dan pelayanan penyuluhan haji dan umrah.
b. Melaksanakan bimbingan dan pelayanan jamaah dan petugas haji.
c. Melaksanakan penelaahan dan memecahkan masalah serta
pengembangan system dan teknis pelaksanaan tugas dibidang
penyelenggaraan Ibadah Haji dan umrah.14
14 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
39
BAB IV
ANALISIS BIMBINGAN MANASIK HAJI MASSAL KEMENTRIAN
AGAMA KOTA JAKARTA BARAT
A. Pelaksanaan dan Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji Massal.
Sebelum melakukan analisis evaluasi penyelengaraan bimbingan
manasik haji massal pada Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat,
penulis akan memaparkan terlebih dahulu pelaksanaan bimbingan manasik haji
yang diberikan oleh Kementrian Agama Kota Jakarta Barat terhadap para calon
jamaah haji.
Bimbingan manasik haji pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
dibagi menjadi dua sistem yaitu, bimbingan manasik haji massal yang
dilaksanakan di Kabupaten/Kota sebanyak dua kali pertemuan. Dan bimbingan
manasik haji kelompok (klasikal) dilaksanakan di KUA Kecamatan sebanyak
tujuh kali pertemuan.
Bimbingan manasik haji merupakan pembinaan yang diberikan kepada
para calon jamaah haji, dimana bimbingan manasik ini adalah bekal yang
sangat penting yang harus dimiliki oleh para calon jamaah haji. Agar calon
jamaah haji siap dan mampu melaksanakan Ibadah Hajinya dengan sempurna.
Pelayanan bimbingan manasik haji ini dilakukan ditingkat
kabupaten/kota dan dilakukan oleh tingkat kecamatan secara berkelompok
sesuai domisili tempat tinggal para calon jamaah haji. Bimbingan manasik haji
dilaksanakan dengan memberikan materi-materi yang sesuai dengan keperluan
40
jamaah dalam melaksanakan Ibadah Haji, baik tentang fiqih haji, kesehatan
jamaah haji dan persiapan-persiapan jamaah haji sebelum berangkat ke Tanah
Suci maupun Setelah kembali dari melaksanakan Ibadah Haji.
Pelaksanaan bimbingan manasik haji massal yang dilakukan oleh
Kementrian Agama Jakarta Barat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
oleh Direktur Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama
Republik Indonesia (dirjen haji). Dimana pelaksanaannya dilakukan sebanyak
dua kali bimbingan manasik haji massal.1 Dengan metode bimbingan
andragogi yaitu seperti brainstroming, curah pendapat, praktek, ceramah, dll.2
Sehubungan kouta haji Kota Jakarta Barat sebanyak 1.021 (seribu dua
puluh satu) calon jamaah dan yang telah melunasi BPIH berjumlah 948 jamaah
haji. Maka yang mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji massal sekitar
948 calon jamaah haji, dan pelaksanaannya dilakukan di lokasi yang memiliki
kapasitas yang besar untuk menampung jumlah jamaah yang ada.
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat melaksanakan bimbingan
manasik haji massal di lokasi Aula Yayasan Pendidikan Al-Kamal yang
beralamat Jl. Kamal Raya Kelurahan Kedoya Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Selain kapasitas aula tersebut dapat memenuhi jumlah jamaah juga letak
aula tersebut sangat strategis karena berada dipertengahan dari delapan
1 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015) 2 Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Mudehir, Kepala seksi Haji Kemenag Jakbar
(Jakarta : 19 Agustus 2015)
41
kecamatan yang ada di Kota Jakarta Barat.3 Disamping aula yang dimiliki
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat yang tidak dapat menampung
jumlah jamaah tersebut.
Waktu pelaksanaan bimbingan manasik haji massal yang pertama
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 Mei 2015, dan Waktu pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal yang kedua dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 01 Agustus 2015. Adapun unsur-unsur bimbingan manasik haji massal
pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat antara lain :
1. Pembimbing
Pembimbing merupakan hal yang sangat diutamakan dalam
pelaksanaan bimbingan manasik haji massal, dimana pembimbing
merupakan salah satu yang sangat dibutuhkan oleh para calon jamaah haji
agar para calon jamaah haji dapat mengetahui berbagai ilmu manasik haji
yang harus dimiliki oleh para calon jamaah haji.
Pada pelaksanaan bimbingan manasik haji massal di Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat, pembimbing yang memberikan materi antara
lain :
a. Kepala Bidang Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi DKI Jakarta.
b. Seksi PMKS Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.
c. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
d. PT. Garuda Indonesia Airlines.
3 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
42
e. Kepala seksi penyelenggara haji dan umrah Kantor Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat.
2. Peserta Bimbingan Manasik Haji Massal
Peserta bimbingan manasik haji massal adalah para calon jamaah haji
itu sendiri, pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat peserta bimbingan
manasik haji massal terdapat 948 jamaah (yang melakukan pelunasan bpih),
yang terdiri dari berbagai macam latar belakang usia, pendidikan dan
pekerjaan.
3. Materi
materi adalah salah satu hal pokok yang harus disampaikan oleh pihak
penyelenggara kepada calon jamaah, dimana materi merupakan bekal yang
harus diketahui oleh jamaah agar jamaah dapat melaksanakan ritual Ibadah
Haji dengan lancar dan membuat jamaah itu lebih mandiri.
adapun materi yang diberikan saat manasik haji massal pada
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat yaitu :
a. Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Kebijakan teknis pelayanan kesehatan jamaah haji.
c. Bimbingan perjalanan haji.
d. Bimbingan keselamatan penerbangan.
e. Hikmah haji dan pelestarian haji.
f. Pembentukan ketua regu, ketua rombongan dan ketua kloter.4
4. Metode dan media
4 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
43
Metode yang digunakan saat pelaksanaan bimbingan manasik massal
pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat adalah metode ceramah dan
tanya jawab (diskusi) antara pemateri dengan para calon jamaah haji. Dan
media yang digunakan adalah laptop, infocus dan sound sistem serta buku
bimbingan manasik haji.5
5. Tujuan dan Pengaruh
Tujuan dari pelaksanaan bimbingan manasik haji massal agar para
jamaah haji mampu mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan ibadah haji baik dari tata cara manasik, fiqih haji dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji itu sendiri.
Adapun pengaruh dari pelaksanaan bimbingan manasik haji massal itu
sendiri adalah jamaah haji memiliki ilmu manasik haji yang baik dan benar,
jamaah haji menjadi lebih mandiri dan jamaah haji saling kenal dengan
jamaah haji lainnya.
B. Analisis Evaluasi Dalam Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji
Massal.
Analisis evluasi penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal Kantor
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat berdasarkan evaluasi input, proses dan
hasil.
1. Evaluasi Input Bimbingan Manasik Haji
a. Evaluasi Pemimbing Berdasarkan Pengalaman dan Profesi
5 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
44
Sehubungan dengan penyelenggaraan bimbingan manasik haji
massal, maka pelaksanaannya harus dilakukan dengan baik, baik dari
tingkat kecerdasan dan kecakapan ilmu para pembimbing maupun dari
materi bimbingan yang diberikan kepada jamaah haji. Karna standar
seorang pembimbing harus sesuai dengan peraturan pemerintah dengan
standar keilmuan dalam ibadah haji harus sangat matang dan seorang
pembimbing ibadah haji harus berpengalaman.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan data
tentang pembimbing manasik haji massal pada Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat. Dari tingkat pengalaman pembimbing dalam
penyelenggaraan Ibadah Haji dikatakan sangat berpengalaman, para
pembimbing berasal dari Kementrian Agama yang membimbing dalam
hal tata cara pelaksanaan dan fiqih hajinya, dsb. Pembimbing dari
Kementrian Kesehatan yang memberikan arahan serta pengetahuan
tentang kesehatan jamaah haji agar mempersiapkan kondisi tubuh yang
fit dan segar untuk mengikuti proses pelaksanaan Ibadah Haji. Dan
pembimbing dari pihak maskapai penerbangan untuk memberikan
pengetahuan dalam perjalanan penerbangan Ibadah Haji.
b. Evaluasi Pemimbing Berdasarkan Pendidikan
Pembimbing manasik haji massal pada Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat terdapat lima orang pembimbing yang terbagi pada dua sesi
bimbingan manasik haji massal. Pada bimbingan manasik haji massal
pertama terdapat empat orang pembimbing, dan yang kedua terdapat dua
45
orang pembimbing. Dengan latar belakang pembimbing sesuai dengan
peraturan yang ada.
Latar belakang pendidikan pembimbing khusus di lingkungan
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Barat minimal Strata 1. Dari
tingkat pendidikan para pembimbing, mereka berpendidikan hingga
jenjang perguruan tinggi bahka hingga strata tiga. Dalam tingkat
pendidikan mereka tidak diragukan lagi, karna pedidikan para
pembimbing manasik haji massal minimal pada tingkat strata 1.
c. Evaluasi Jamaah Berdasarkan Usia
Dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji massal Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat pada tahun 2015 diikuti sebanyak 948 jamaah
dengan tingkat kehadiran sebanyak 85% dari jumlah keseluruhan jamaah.
Dengan tingkat usia para jamaah mayoritas diatas empat puluh tahun.
Idealnya usia jamaah haji adalah pada tingkat usia 25 hingga 45
tahun, dimana kondisi fisik pada usia tersebut masih sangat kuat dan
segar sehingga mampu melaksanakan ritual Ibadah Haji dengan
makasimal.6
6 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
46
Tabel 4.1
Jamaah berdasarkan usia
N
O KECAMATAN
USIA
18-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
1 CENGKARENG 5 14 37 53 25 5 1
2 GROGOL
PETAMBURAN 1 8 20 21 19 5 1
3 TAMBORA 3 0 0 6 21 3 0
4 TAMAN SARI 0 0 2 5 0 1 0
5 KEBON JERUK 8 25 68 77 32 7 1
6 KALIDERES 4 30 56 52 25 4 0
7 PALMERAH 0 11 28 41 10 5 1
8 KEMBANGAN 1 15 42 62 32 13 2
JUMLAH 22 109 274 338 156 43 6
Sumber : wawancara dengan Bpk. M. Reza staff penyusun bimsik haji Kantor Kemenag Jakbar
Dari tabel diatas, tercatat jamaah yang berusia diatas empat puluh
tahun berjumlah 817 jamaah, dan yang berusia dibawah empat puluh
tahun berjumlah 131 jamaah.
Para petugas dari pihak penyelenggara membimbing jamaah haji
yang telah berusia lanjut dengan baik dan secara bertahap yang bertujuan
untuk menolong jamaah tersebut.
d. Evaluasi Jamaah Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksaan
ritual Ibadah Haji, dimana pendidikan merupak suatu hal pendukung
47
keberhasilan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji. Pendidikan di
Indonesia terbagi dalam beberapa jenjang mulai dari pendidikan anak
usia dini, sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas hingga
perguruan tinggi.
Dalam melakukan penelitian ini penulis mendapatkan data latar
belakang jamaah berdasarkan pendidikan.
Tabel 4.2
Jamaah berdasarkan pendidikan
N
O KECAMATAN
PENDIDIKAN
SD SMP SMA D1-D4 S1 S2 -
1 CENGKARENG 25 30 47 3 33 2 -
2 GROGOL
PETAMBURAN 14 12 21 7 16 5 -
3 TAMBORA 33 12 19 2 7 0 -
4 TAMAN SARI 2 2 3 0 1 0 -
5 KEBON JERUK 47 36 78 12 41 4 -
6 KALIDERES 41 25 52 13 36 4 -
7 PALMERAH 14 8 34 10 25 5 -
8 KEMBANGAN 53 21 43 5 35 10 -
JUMLAH 229 146 297 52 194 30 -
Sumber : wawancara dengan Bpk. M. Reza staff penyusun bimsik haji Kantor Kemenag Jakbar
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kebanyakan latar belakang
pendidikan para jamaah haji yang mengikuti kegiatan bimbingan
manasik haji massal pada Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
48
adalah dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan menengah
atas dengan jumlah 672 jamaah, dan sebanyak 276 jamaah tingkat
pendidikannya diatas sekolah menengah atas (SMA).
Dari latar belakang pendidikan jamaah haji yang mengikuti
kegiatan bimbingan manasik haji massal pada Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat dapat dikatakan sudah terbilang baik, karna mayoritas
jamaah berpendidikan sampai sekolah menengah atas hingga strata dua
dengan jumlah 583 jamaah.
e. Evaluasi Jamaah Berdasarkan Profesi/Pekerjaan
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pihak divisi
haji Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, penulis mendapatkan data
profesi atau pekerjaan para calon jamaah haji yang mngikuti kegiatan
bimbingan manasik haji massal. Terdapat beragam profesi dari calon
jamaah haji yang mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji massal
antara lain :
1) Karyawan swasta
2) Ibu rumah tangga
3) Pegawai negri sipil
4) Polisi/TNI
5) Pedagang
6) Nelayan/Petani
7) Bumn
8) Pelajar/Mahasiswa
49
9) Pensiunan7
Berikut adalah tabel data latar belakang profesi/pekerjaan calon
jamaah haji yang mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji massal
pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
Tabel 4.3
Jamaah berdasarkan profesi/pekerjaan
NO KECAMATAN
PEKERJAAN
K.
SWA
STA
PLJ/
MH
S
PNS
POLIS
I/ABR
I
DAG
ANG
TAN
I/NE
LAY
AN
BUM
N
PEN
SIUN
AN
IR
T
-
1 CENGKARENG 43 2 22 3 12 0 2 5 51 -
2 GROGOL
PETAMBURAN 21 1 10 1 3 0 4
7 28 -
3 TAMBORA 21 1 4 0 8 1 0 0 38 -
4 TAMAN SARI 2 0 0 0 3 0 0 0 3 -
5 KEBON JERUK 57 4 22 2 30 0 8 8 87 -
6 KALIDERES 56 2 23 2 10 1 3 6 68 -
7 PALMERAH 33 0 14 0 10 0 4 4 31 -
8 KEMBANGAN 41 1 27 1 13 2 1 14 67 -
JUMLAH 274 11 122 9 89 4 22 44 373
Sumber : wawancara dengan Bpk. M. Reza staff penyusun bimsik haji Kantor Kemenag Jakbar
7 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
50
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jamaah yang mengikuti
kegiatan bimbingan manasik haji massal adalah ibu rumah tangga,
karyawan swasta dan pegawai negri sipil.
Maka dari itu kegiatan bimbingan manasik haji massal tidak
dihadiri oleh semua jamaah, dikarenakan kesibukan dari jamaah itu
sendiri, baik kesibukan dari pekerjaan atau urusan keluarga.8
f. Evaluasi Materi Bimbingan Manasik Haji Massal
Dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji materi adalah salah
satu hal pokok yang harus disampaikan oleh pihak penyelenggara kepada
calon jamaah, dimana materi merupakan bekal yang harus diketahui oleh
jamaah agar jamaah dapat melaksanakan ritual Ibadah Haji dengan lancar
dan membuat jamaah itu lebih mandiri.
Materi yang diberikan sesuai dengan yang diperlukan oleh calon
jamaah haji, baik dari materi fiqih haji maupun materi-materi yang
berkaitan dengan Ibadah Haji yang harus diketahui oleh calon jamaah
haji.9 Dan waktu pemberian materipun harus sesuai dengan kondisi
jamaah agar jamaah tidak merasa bosan saat pelaksanaan bimbingan
manasik haji massal. Adapun materi bimbingan manasik haji massal
pertama antara lain:
1) Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji.
2) Kebijakan teknis pelayanan kesehatan jamaah haji.
8 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015) 9 Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Mudehir, Kepala seksi Haji Kemenag Jakbar
(Jakarta : 19 Agustus 2015)
51
3) Bimbingan perjalanan haji.
4) Bimbingan keselamatan penerbangan
Dengan pemberi materi yang sesuai dengan bidangnya masing-
masing, yaitu antara lain :
1) Kepala Bidang Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi DKI Jakarta.
2) Seksi PMKS Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.
3) Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
4) PT. Garuda Indonesia Airlines
Dengan masing-masing pemateri memberikan materi selama satu jam.
Pada bimbingan manasik haji massal yang kedua jamaah diberikan
dua materi bimbingan yaitu :
1) Hikmah haji dan pelestarian haji. Yang disampaikan oleh Kepala
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, dengan durasi waktu
selama dua jam.
2) Pembentukan ketua regu, ketua rombongan dan ketua kloter. Yang
disampaikan oleh Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, dengan durasi waktu
selama dua jam.
Pemberian materi manasik haji massal pada Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat sesuai dengan materi dan waktu yang ditentukan. Dan
sesuai dengan surat edaran yang diterbitkan oleh Direktur Jendral
Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia.
52
g. Evaluasi Tempat Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan bimbingan manasik haji massal pada Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat dilakukan sebanyak dua kali sesuai peraturan
yang ada, pelaksanaan tersebut dilaksanakan untuk memberikan bekal
yang penting untuk diketahui dan dimiliki oleh para jamaah haji.10
Pelaksanaan bimingan manasik haji massal dilaksanakan di lokasi
yang memiliki kapasitas yang mencukupi, sesuai dengan jumlah jamaah
yang ada yaitu dilaksanakan di Aula Yayasan Pendidikan Al-Kamal,
dimana lokasi ini dapat mencukupi jumlah jamaah yang ada dan lokasi
aula tersebut sangat strategis. Yaitu dipertengahan delapan Kecamatan
yang ada di Kota Jakarta Barat.11
Adapun alat atau media yang digunakan saat pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal adalah laptop, infocus dan sound sistem
serta buku bimbingan manasik haji. Alat yang digunakan saat
pelaksanaan bimbingan manasik haji massal memiliki tujuan agar jamaah
dapat melihat materi serta membaca materi yang diberikan, kalau hanya
mendengarkan pemateri maka jamaah akan merasa bosan dan
mengantuk. Saat pelaksanaan bimbingan manasik haji massal hanya
kurang alat seperti miniatur ka’bah, dimana ka’bah merupak suatu objek
dalam pelaksanaan kegiatan ritual Ibadah Haji.
10 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015) 11 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
53
2. Evaluasi Proses Bimbingan Manasik Haji
Evaluasi proses diarahkan sampai sejauh mana rencana telah
dilaksanakan yang sesuai dengan rencana. Evaluasi proses memfokuskan
diri pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung kepada klien
dan staf pelaksana. Evaluasi ini untuk menilai bagaimana proses kegiatan
yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah
dirumuskan. Adapun indikator dalam evaluasi proses bimbingan manasik
haji massal yaitu metode, waktu pelaksanaan, materi bimbingan,
pembimbing, dan lokasi bimbingan manasik haji massal.
Evaluasi proses diawali dari pemberian layanan saat pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal dilakukan, bimbingan manasik haji massal
dilakukan sebanyak dua kali dengan materi yang diberikan kepada jamaah
sesuai dengan keperluan dan kebutuhan jamaah yang sesuai dengan
peraturan yang ada. Pada pertemuan pertama bimbingan manasik haji
massal diisi oleh empat orang pemateri yang masing-masing sesuai dengan
bidangnya. Dan materi yang diberikan meliputi kebijakan pemerintah dalam
penyelenggaraan ibadah haji agar jamaah mengetahui apa saja kebijakan
pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji, serta kesehatan yang harus
dipersiapkan oleh jamaah dan pengetahuan dalam perjalanan haji baik saat
dalam penerbangan dan pelaksanaan ritual haji dilakukan.12
Adapun proses bimbingan manasik haji massal pada pertemuan
pertama pemateri meliputi Kepala Bidang Haji dan Umrah Kantor Wilayah
12 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
54
Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Seksi PMKS Sudin Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Barat. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat. PT. Garuda Indonesia Airlines.13
Metode yang digunakan saat pelaksanaan bimbingan manasik haji
massal yaitu dengan menggunakan metode andragogi, meliputi
brainstroming, curah pendapat, praktek, ceramah dan diskusi (tanya jawab).
Dengan lokasi tempat bimbingan manasik yaitu aula yayasan Al-Kamal
Kebon Jeruk Jakarta Barat, dan waktu pelaksanaan selama empat jam.
Pada pertemuan kedua diisi oleh dua orang pemateri yang
memberikan ilmu dalam melestarikan dan hikmah ibadah haji serta
pembentukan ketua regu, rombongan dan ketua kloter. Dengan tujuan agar
jamaah haji saling mengenal satu sama lain dan mengetahu regu,
rombongan serta ketua kloter yang akan membimbing saat pelaksanaan
ritual ibadah haji. Adapun pemateri saat bimbingan manasik haji massal
kedua yaitu Yang disampaikan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat, dengan durasi waktu selama dua jam dan Kepala Seksi
Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta
Barat, dengan durasi waktu selama dua jam.
Metode yang digunakan saat pelaksanaan bimbingan manasik haji
massal kedua yaitu sama dengan metode yang digunakan saat bimbingan
manasik haji massal pertama, yaitu menggunakan metode andragogi,
13 Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan
Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
55
meliputi brainstroming, curah pendapat, praktek, ceramah dan diskusi (tanya
jawab). Dengan lokasi tempat bimbingan manasik yaitu aula yayasan Al-
Kamal Kebon Jeruk Jakarta Barat, dan waktu pelaksanaan selama empat
jam.14
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil ini merupakan evaluasi yang diartikan pada keseluruhan
dampak atau hasil dari suatu program terhadap penerima layanan.
a. Analisis pencapaian tujuan dalam bimbingan manasik haji.
Tujuan diadakannya bimbingan manasik haji adalah agar calon
jamaah haji menjadi lebih paham dan mengerti tentang tata cara
pelaksanaan Ibadah Haji. Dan lebih mandiri dan siap dalam menjalankan
berbagai rangkaian Ibadah Haji baik saat di Tanah Air maupun di Arab
Saudi nantinya.
Dan tujuan lain dari bimbingan manasik haji ini adalah keilmuan
jamaah haji dapat bertambah, karena Ibadah Haji bukan hanya harus
memiliki ilmu fiqih hajinya saja, melainkan harus memiliki pengetahuan
tentang perjalanan dan kesehatan diri jamaah itu sendiri.
Dari hasil pelaksanaan bimbingan manasik haji massal ini jamaah
menjadi lebih paham mengenai pelaksanaan ibadah haji baik dari ilmu
fiqih haji seperti rukun, wajib serta syarat haji. Dan hal-hal yang
berkaitan dengan ibadah haji seperti menjaga kesehatan jamaah dan
14 Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Mudehir, Kepala seksi Haji Kemenag Jakbar
(Jakarta : 19 Agustus 2015)
56
jamaah haji menjadi lebih mandiri dari yang belum tahu menjadi tahu,
dan lain sebagainya.
Dari keseluruhan jamaah yang mengikuti kegiatan pelaksanaan
bimbingan manasik haji massal terdapat sekitar 80 % jamaah yang sudah
lebih paham dalam bimbingan manasik haji massal, yang dilihat dari
praktek yang dilakukan setelah pemeberian materi serta tanya jawab
antara jamaah dengan pembimbing, dan yang belum terlalu paham
mereka meliputi jamaah yang telah lanjut usia, tetapi mereka dapat
dibantu dengan jamaah lainnya agar dapat melaksanakan ibadah haji
dengan lancar.
Dan analisis dari hasil pencapaian pelaksanaan bimbingan manasik
haji massal yaitu telah mencapai apa yang direncanakan dan apa yang
telah ditentukan, baik dari perencanaan pada Kementrian Agama Kota
Jakarta Barat itu sendiri maupun apa yang telah ditentukan atau diatur
oleh Pemerintah.
b. Upaya-upaya perbaikan.
Pihak Kementriana Agama Kota Jakarta Barat selalu berupaya
melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji tiap
tahunnya. Agar kesalahan-kesalahan yang telah terjadi tidak akan
terulang kembali, dan kekurangan-kekurangan dalam penyelenggaraan
Ibadah Haji dapat terpenuhi nantinya.
Upaya perbaikan dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji
massal meliputi penambahan sarana atau fasilitas seperti miniatur ka’bah,
57
agar jamaah dapat langsung mempraktekan kegiatan manasik haji sesuai
dengan yang lokasi tempat ritual ibadah haji nantinya. Dan perbaikan
dari kehadiran jamaah harus dimaksimalkan dengan tujuan agar jamaah
seluruhnya dapat hadir dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji
massal, dan seluruh jamaah dapat mengetahui apa saja bekal yang
diberikan saat bimbingan manasik haji berlangsung.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada pembahasan sebelumnya, maka penulis
berkesimpulan bahwa :
1. Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia melibatkan tugas-tugas pokok, baik
dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah. Pada tahun ini
penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal pada Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat berjalan cukup lancar, dengan melaksanakan tugasnya
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang diterbitkan oleh
Pemerintah, dan sesuai dengan rencana yang dibuat.
Baik dari materi, pembimbing, metode, lokasi dan waktu serta media yang
digunakan. Itu semua telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan
ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Dalam hal evaluasi penyelenggaraan bimbingan manasik haji massal dapat
ditarik kesimpulan :
a. Evaluasi jamaah haji memiliki latar belakang usia yang beragam
dengan mayoritas berusia diatas empat puluh tahun, dengan artian
bahwa dengan banyaknya jamaah yang berusia lanjut maka saat
mengikuti bimbingan manasik haji massal jamaah sedikit sulit dalam
memahami materi yang diberikan saat manasik berlangsung. Dan
latar belakang pendidikan lebih banyak hanya sampai tingkat sekolah
dasar dan sekolah menengah atas, maka dengan latar belakang
59
pendidikan jamaah, maka para jamaah yang berpendidikan tinggi
dapat membantu jamaah yang berpendidikan rendah untuk
memahami materi yang diberikan oleh pembimbing. Serta latar
belakang profesi jamaah adalah karyawan swasta dan ibu rumah
tangga.
b. Evaluasi pembimbing saat pelaksanaan bimbingan manasik haji
massal pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat telah sesuai
dengan standar operasional yang ada, dengan menghadirkan para
pemateri yang ahli dan berpengalaman dalam pelaksanaan ibadah
haji.
c. Evaluasi waktu dan lokasi bimbingan manasik haji massal pada
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat sudah sangat baik, dengan
menyediakan lokasi yang sesuai dengan jumlah jamaah yang ada, dan
waktu yang dilakukan dalam bimbingan manasik haji massal sesuai
dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral
Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama RI.
d. Evaluasi proses bimbingan manasik haji massal Kementrian Agama
Kota Jakarta Barat pada tahun ini diikuti oleh jamaah sebanyak 948
jamaah dengan tingkat kehadiran 85%, dan pemateri bimbingan
manasik haji merupakan para pemateri yang ahli dan berpengalaman
dalam penyelenggaraan Ibadah Haji. serta lokasi dan materi
bimbinannya sangat baik, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para
jamaah dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.
60
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat memberikan saran yang
mudah-mudahan bisa menjadikan suatu masukan (input) kepada pihak
Kementrian Agama Kota Jakarat Barat dan pihak-pihak terkait dalam
penyelenggaraan Ibadah Haji.
Adapun saran tersebut adalah :
1. Pihak Kementrian Agama Kota Jakarta Barat khususnya pada bidang
Haji dan Umrah untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap para
calon jamaah haji.
2. Memberikan fasilitas sarana yang lebih baik lagi, agar dapat
memudahkan calon jamaah haji untuk mengikuti kegiatan sebelum
pelaksanaan Ibadah Haji itu Berlangsung.
3. Kepada calon jamaah haji yang berdomisili Kota Jakarta Barat agar
tetap mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji massal pada
Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, karena dalam bimbingan
manasik haji massal jamaah dapat mengetahui berbagai ilmu dan
peraturan pemerintah tentang penyelenggaran ibadah haji.
4. Menambahkan alat peraga yang dapat mendukung jalannya kegiatan
bimbingan manasik haji massal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani, Muhammad Ilyas, Sejarah Makkah, (Madina Munawwara: Al-Rashed Printers, 2003).
Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012).
Basyiruddin, Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002).
Departemen Agama RI, Perundang-undangan Tentang Penyelenggaraan Haji, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2002).
Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Praktis Manasik Haji dan Umrah, (Jakarta, 2011).
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat, Profil Lembaga
H. M. Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung : CV Pustaka Setia 1998), Cet. Ke-1.
Hasan, Latif, dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta : Zikrul Hakim 2003), cet ke-2.
Imadudin, Dede, Mengenal Ibadah Haji, (Jakarta : PT Mitra Aksara Panaitan, 2011).
Kementrian Agama RI, Desain Pola Bimbingan Calon Jamaah Haji (Jakarta 2010).
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umrah, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji, (Jakarta, 2011).
Mappiare, Andi, Kamus Istilah Konseling dan Terapi (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. 1.
Mintarti, Nana, dkk, zakat & empowering, kajian perumusan performance indicator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol, 2, Juni 2009).
Moleong, Lexy J, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010).
Nawawi, Hadari, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2006)
Nurfadhilah, Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Kantor Urusan Agama Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan (Jakarta : FDK 2014).
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2013).
Subyantoro, Arief, dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2007).
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005).
Sudjana, Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008) Ed. 2.
Sukardi, Dewa Ketut, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet ke-1.
Sumuran, Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2008).
Thaha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Garafindo Persada, 1996).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998).
Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), cet. 1.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 1. Usman, Husin dan Purnomo Setiady Akbar, Metedologi Penelitian Sosial (Jakarta
: PT. Bumi Aksara, 2003), cet ke 4.
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Mudehir, Kepala seksi Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 19 Agustus 2015)
Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Reza, Staff Penyusun Materi Bimbingan Haji Kemenag Jakbar (Jakarta : 29 Juli 2015)
HASIL WAWANCARA
Nama : Muhammad Reza
Jabatan : Staff Manasik Haji
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juli 2015
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat
A. Program bimbingan manasik haji massal
1. Dalam hal evaluasi, biasanya dikaitkan dengan jenis-jenis evaluasi dan
jenis-jenis program pelayanan yang ada. Dalam hal ini bagaimana evaluasi
terhadap pelayanan manasik haji massal?
Evaluasi dilakukan 2 hari setelah pelaksanaan bimbingan dilaksanakan
dan dilaksanakan dihari kerja, selama dua kali pelaksanaan tersebut
calon jamaah haji tingkat kehadirannya sebesar 85 % dan 15 % ada
yang izin ada acara bersamaan dll.
2. Apakah proses bimbingan manasik haji massal sesuai dengan prosedur
yang ada?
Proses bimbingan manasik haji massal harus sesuai dengan prosedur
yang ada dan telah ditetapkan oleh Direktur Jendral Penyelenggara Haji
dan Umrah Kementrian Agama Republik Indonesia. Dimana
pelaksanaannya dilakukan sebanyak dua kali bimbingan manasik haji
massal.
3. Dimanakah pelaksanaan bimbingan manasik haji massal dilaksanakan?
Sehubungan dengan kuota haji Kota Jakarta Barat sebanyak 1.021
(seribu dua puluh satu) calon jamaah haji pada tahun 1436 H / 2015 M,
maka kami melaksanakannya di aula yang dapat menampung dengan
jumlah tersebut yakni di aula yayasan Al Kamal. Jl. Kamal Raya
Kelurahan Kedoya Kecamatan Kebon Jeruk – Jakarta Barat. Selain
kapasitas aula tersebut dapat menampung jumlah jamaah, letak aula
tersebut juga sangat strategis dimana berada pada pertengahan dari
delapan kecamatan yang ada di Jakarta Barat.
4. Kapan waktu pelaksanaan bimbingan manasik haji massal dilaksanakan?
Bimbingan manasik haji massal pertama dilaksanakan pada hari sabtu,
tanggal 23 Mei 2015.
Bimbingan manasik haji massal kedua dilaksanakan pada hari sabtu,
tanggal 01 Agustus 2015
5. Materi apa saja yang diberikan kepada para calon jamaah haji saat manasik
haji massal berlangsung?
materi yang diberikan saat manasik haji massal pertama yaitu:
a. Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji.
b. Kebijakan teknis pelayanan kesehatan jamaah haji.
c. Bimbingan perjalanan haji.
d. Bimbingan keselamatan penerbangan.
materi yang diberikan saat manasik haji massal kedua yaitu:
a. Hikmah haji dan pelestarian haji.
b. Pembentukan ketua regu, ketua rombongan dan ketua kloter.
6. Siapakah yang mengisi materi saat bimbingan manasik haji massal
dilaksanakan?
Dan yang mengisi materi bimbingan massal pertama antara lain :
a. Kepala Bidang Haji dan Umrah Kantor Wilayah Kementrian
Agama Provinsi DKI Jakarta.
b. Seksi PMKS Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat.
c. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
d. PT. Garuda Indonesia Airlines.
Adapun yang mengisi materi bimbingan massal kedua antara lain:
a. Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat.
b. Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementrian
Agama Kota Jakarta Barat.
7. Media dan metode apa saja yang digunakan saat bimbingan manasik haji
massal dilaksanakan?
Metode yang digunakan saat pelaksanaan bimbingan manasik massal
adalah dengan metode ceramah dan tanya jawab (diskusi) antara
pemateri dengan para calon jamaah haji. Dan alat pembantu yang
digunakan adalah laptop, infocus dan sound sistem serta buku
bimbingan manasik haji.
8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat saat bimbingan manasik haji
massal dilaksanakan?
Faktor pendukungnya adalah semangat para calon jamaah haji yang
selalu mengikuti kegiatan manasik haji massal.
Faktor penghambatnya adalah sulitnya membimbing calon jamaah haji
yang berusia lanjut dan berpendidikan rendah.
STAFF HAJI
KEMENAG JAK-BAR
MUHAMMAD REZA