Post on 01-Jun-2015
ASKEP CRUSH SYNDROMA
CAUSES CRUSH INJURY
Ns. M. Shodikin, M.Kep, Sp.Kep.MB
DEFINISI
Crush syndrome = traumatic rhabdomyolysis = Bywaters' syndrome) is a medical condition characterized by major shock and renal failure after a crushing injury to skeletal muscle.
CRUSH INJURY
Compression of body part causing localyzed muscle and nerve damage.
Crush injury sering ditemukan pada kejadian alam ( gempa bumi, badai tornado,sunami ) dan juga buatan manusia ( kecelakaan industri, bom dll)
CRUSH SYNDROME
“CRUSH SYNDROME” pertama kali dilaporkan saat bombing di london pada saat perang dunia ke dua.
5 orang mengalami shock, bengkak pada extremitas dan urinnya berwarna gelap.
Semua pasien meninggal karena gagal ginjal.
Crush injury lokal dapat menunjukkan adanya manifestasi sistemik.
Efek/manifestasi sistemik terjadi disebabkan adanya trauma/kerusakan otot dan pelepasan komponen toksis dari sel otot dan elektrolit ke dalam sistem peredaran sistemik.
CRUSH SYNDROME COMMON IN EARTHQUAKES
Insiden crush injury akibat erathquakes 2-15 %
50% korban mengalami gagal ginjal 50 % korban memerlukan hemodialisis > 50 % membutuhkan tindakan fasiotomi
Incidence berdasarkan lokasi crush injury.
Lower extremity : 74 % Upper extermity : 10 % Trunk : 9 %
Component of crush syndrome
Local tissue injury Organs of dysfungsion Metabolic ab-normalites
PATHOFISIOLOGI
CRUSH INJURYMuscle ischemia and nicrosis
from prolonged pressure
CRUSH SYNDROME(systemic Effects)
Fluid retention
in extremity
Myoglobinuria
Metabolic abnormalities (electrolytes)
acidocis,hyperkalemia,hypocalc
emia
Secondary complicatio
n
Hypotension Renal Failure Cardiac Arrhythmia
Compartement syndrome
MANAGEMENT CRUSH SYNDROME
A. PRINSIP UTAMA: Adequate fluid resuscitation is
critical in treating victime of crush injury.
Ideal resuscitation fluid : Normal Saline
B. SECONDARY TREATMENT MODALITIES :
Bicarbonate Manitol ( no proven benefits but no
significant deleterious effects )
GOAL FLUID THERAPY
Preven tubular precipitation of myoglobin
Decrease risk of hyperkalemia Correct acidemia
Early Mortality in Crush Syndrome
Hipovolemia Hiperkalemia
Late Mortality in Crush Syndrome
Sepsis Multiple Organ Failure
Factor Impacting Mortality and Morbidity
Severity of the crush injury Timing of the treatment Initial treatment provided to the
victim
INITIAL MANAGEMENT
Assessment of 'Airway, Breathing and Circulation.
Perhatikan adanya cedera yang mengancam jiwa.
Venous access harus diperoleh sedini mungkin.
Pada orang dewasa infus dengan normal saline 1,500 ml/jam.
Pasang kateter Because of the very high risk of acute kidney injury.
Bila diperlukan cari vena sentral.
TINDAKAN LANJUT
Urin harus dipertahankan pada 300 ml / jam sampai myoglobinuria telah berhenti.
Diuresis manitol untuk melindungi kerusakan ginjal dari mioglobin dan dapat mengurangi risiko hiperkalemia, mannitol melindungi ginjal dengan meningkatkan perfusi ginjal dan juga dapat mengurangi cedera otot .
Natrium bikarbonat dapat membantu mencegah gagal ginjal akut.
Dialisis ginjal mungkin diperlukan. Plasma dan trombosit segar untuk mencegah
terjadinya Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) .
PEMBEDAHAN
Amputasi anggota gerak yang mengalami crush injury berat dapat menjadi tindakan pilihan, sebab Amputation at an early stage may prevent crush syndrome.
Contoh penatalaksanaan/Pembedahan crush injury.
COMPLICATIONS
Hyperkalaemia. Infection . Acute kidney injury.. Compartment syndrome. Disseminated intravascular
coagulation (DIC)
PREHOSPITAL THE MANAGEMENT OF VICTIMS WITH CRUSH INJURY
PENATALAKSANAAN SECARA UMUM
Rehidrasi 1 -2 liters normal saline before releasing crush jika memungkinkan.
Jika tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk memasang tourniquet pada ekstremitas yang cedera dengan memberikan terapi cairan IV sebagai pertolongan pertama.
METABOLIC ABNORMALITIES :Acidosis : IV Sodium
Bicarbonate to prevent myoglobin deposites in kidneys
Hyperkalemia : calcium, natrium bicarbonate, insulin/D5W
Hypocalcemia : calciumDelays of hydration for longer than
12 hours increase the incidence of renal failure
Late treatment : Dialysis
COMPARTEMENT SYNDROMA Pasca traumatic injury organ – organ dalam
compartement (nerves.vascular and muscle) dapat mengalami bengkak, tertekan, ischemia yang bersifat irreversible.
Compartement syndrome adalah kondisi emergency.
Pertimbangkan kemungkinan compartement syndrome dapat terjadi dalam waktu kurang dari 1 jam.
Keadaan fraktur tidak selalu akan terjadi compartement syndrome.
Upper extremity compartement syndrome
Forearm and hand are at highest risk.
Lower extremity compartement syndrome
Anterior and lateral compartements of the lower leg (calf) are at highest risk.
FASCIOTOMY
Keputusan untuk melakukan fasiotomy harus dibuat berdasarkan indek atau kecurigaan yang tinggi dari sindrom compartemen pada pasien dengan cedera ekstremitas yang kompleks.
Fasiotomi
Figure apparatus for measuring compartment pressure.
WHITESIDES
Tekanan Intra-compartement Tekanan normal
0-4 mm Hg 8-10 mmHg setelah excercise
Tekanan absolut secara teoritis 30 mm Hg - Mubarak 45 mm Hg - Matsen
Perkiraan tekanan secara teoritis < 20 mm Hg of diastolic pressure –
Whitesides (McQueen, et al)
Kemampuan adaptasi dari jaringan
Otot 3-4 hours - reversible changes 6 hours - variable damage 8 hours - irreversible changes
Saraf 2 hours - looses nerve conduction 4 hours - neuropraxia 8 hours - irreversible changes
Kematian jaringan
Mechanism and local pathology
Compartment syndrome is due to a vicious circle.
diagnosa
Tanda klasik "5 P“ : 1. Pain :
▪ Severe/berat, deep/dalam, konstant dan sukar melokalisir tempatnya (diffuse)
▪ >> stretching dari kelompok otot yang ada didalam kompartemen yg terkena
▪ Analgetik (ec. Morphin) tidak berpengaruh
2. Paraesteshia3. Pallor4. Paralysis5. Pulselessness6. Poikilothermia (akral dingin) dan kulit
tampak tegang serta mengkilat
TERIMAKASIH