Post on 28-Nov-2021
BADAN STANDARDISASI NASIONAL
PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2019
TENTANG
SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL
INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK,
OLAHRAGA DAN HIBURAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang
Sistem Standardisasi dan Peniiaian Kesesuaian Nasional
perlu menetapkan Peraturan Badan Standardisasi
Nasional tentang Skema Peniiaian Kesesuaian Terhadap
Standar Nasional Indonesia Sektor Peralatan Rumah
Tangga Non Elektronik, Olahraga dan Hiburan
Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang
Standardisasi dan Peniiaian Kesesuaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5584);
-6-
Agax setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 April 2019
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal / IS)
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDO0O AHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR
-6-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 April 2019
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ^^ (9
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBpieiNDGNESIA,
TJAHJANA
BERITA N: CGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR
-19-
5 Penandaan Pada kemasan hams
dicantumkan nama produk,
merek dagang, nama dan alamat
pemsahaan, dan Iain-lain sesuai
ketentuan yang berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-19-
5 Penandaan Pada kemasan hams
dicantumkan nama produk,
merek dagang, nama dan alamat
pemsahaan, dan Iain-Iain sesuai
ketentuan yang berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
-32-
6. Pewamaan (biladilakukan)
Pewamaan dilakukan dengan menggunakan
cat yang sesuai dengan persyaratan untuk
mendapatkan warna produk akhlr yang
diinginkan
7. Pengemasan Pensil harus dikemas dengan baik, aman
selama transportasi dan penyimpanan
8. Penandaan Pada label kemasan, minimum harus
dicantumkan :
1. Merek/nama dagang; dan
2. Nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
-32-
6. Pewarnaan (biladilakukan)
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan
cat yang sesuai dengan persyaratan untuk
mendapatkan warna produk akhir yang
diinginkan
7. Pengemasan Pensil harus dikemas dengan baik, aman
selama transportasi dan penjdmpanan
8. Penandaan Pada label kemasan, minimum harus
dicantumkan :
1. Merek/nama dagang; dan
2. Nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-45-
2. Perendaman
agel
Pengeringan
agel
Pengemasan
baku dilakukan
untuk memastikan
daun agel berasal
dari pucuk (daun
muda) pohon
gebang {Corypha
gebangan BL)
Perendstman agel
dilakukan dengan
metode tertentu
yang dikendalikan
untuk mendapatkan
agel yang
mempunyai
kekuatan tarik
maupun mulur
sesuai persyaratan.
Pengeringan agel
dilakukan dengan
metode tertentu
yang dikendalikan
untuk
menghasilkan agel
dengan kadar air
sesuai yang
dipersyaratkan.
Tali agel digulung
dengan berat tidak
kurang dari 500 g.
Berlaku
Berlaku
Berlaku
Berlaku
Tidak
berlaku
Tidak
berlaku
Berlaku
Berlaku
Berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
-45-
baku dilakukan
untuk memastikan
daun agel berasal
dari pucuk {daun
muda) pohon
gebang (Corypha
gebangan BL)
Perendaman
agel
Perendaman agel
dilakukan dengan
metode tertentu
yang dikendalikan
untuk mendapatkan
agel yang
mempunyai
kekuatan tarik
maupun mulur
sesuai persyaratan.
Berlaku Berlaku Berlaku
Pengeringan
agel
Pengeringan agel
dilakukan dengan
metode tertentu
yang dikendalikan
untuk
menghasilkan agel
dengan kadar air
sesuai yang
dipersyaratkan.
Berlaku Berlaku Berlaku
Pengemasan Tali agel digulung
dengan berat tidak
kurang dari 500 g.
Tidak
berlaku
Tidak
berlaku
Berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-59-
3. Mesin laminasi dan press (khusus bahan kayu non-solid)
4. Mesin edging (khusus bahan baku kayu non solid)
5. Alat pengukur dimensi
6. Alat amplas (khusus kayu)
7. finishing
8. Alat bending (logam)
9. Mesin las (jika melakukan pengelasan)
10. Perangkat pembersih permukaan logam (khusus produksi
komponen logam)
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
-59-
3. Mesin iaminasi dan press (khusus bahan kayu non-solid)
4. Mesin edging (khusus bahan baku kayu non solid)
5. Alat pengukur dimensi
6. Alat amplas (khusus kayu)
7. Alat finishing
8. Alat bending (logam)
9. Mesin las [jika melakukan pengelasan)
10. Perangkat pembersih permukaan logam (khusus produksi
komponen logam)
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-71 -
Keterangan:y = llxr = 0,5x
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Sarung Tangan dari
Kulit Sapi untuk Kerja Berat
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan
1. Pemilihan
bahan
Bahan baku kulit sapi samak krom
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Persyaratan mutu bahan hams memenuhi
SNI 06-0652-2005 klausul 7 tabel 2.
2. Pembuatan pola
dan
pemotongan
Pembuatan pola dan pemotongan dilakukan
dengan metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan bentuk dan ukuran
sesuai dengan persyaratan.
4. Penjahitan Penjahitan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
memperoleh hasil jahitan yang rapi, tidak
meloncat, tidak menumpuk, dijahit 4-5
stik/cm
5. Finishing Finishing dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk memperoleh
produk akhir yang sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
6. Pengemasan
dan penandaan
Produk dikemas dan diberi tanda pengenal
minimum mencantumkan:
a merek dagang,
b ukuran.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
'jl^^BAMBANG PRASETYA
-71 -
G.
Keterangan:y = llxr = 0,5x
Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Sarung Tangan dari
Kulit Sapi untuk Kerja Berat
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan
1. Pemilihan
bahan
Bahan baku kulit sapi samak krora
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Persyaratan mutu bahan harus memenuhi
SNI 06-0652-2005 klausul 7 tabel 2.
2. Pembuatan pola
dan
pemotongan
Pembuatan pola dan pemotongan dilakukan
dengan metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan bentuk dan ukuran
sesuai dengan persyaratan.
4. Penjahitan Penjahitan dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk
memperoleh hasil jahitan yang rapi, tidak
meloncat, tidak menumpuk, dijahit 4-5
stik/cm
5. Finishing Finishing dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk memperoleh
produk akhir yang sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
6. Pengemasan
dan penandaan
Produk dikemas dan diberi tanda pengenal
minimum mencantumkan:
a merek dagang,
b ukuran.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
BAMBANG PRASETYA
84
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Arang
No Tahapan kritis proses produksi Penjelasan Tahapan Kritis1 Pemilihan bahan baku Bahan baku harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan2 Pengarangan Pengarangan dilakukan melalui proses karbonisasi/pirolisis dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk menghasilkan arang yang memenuhipersyaratan yang ditetapkan
3 Pembuatan bubuk arang (hanya
untuk bubuk arang tempurung
kelapa)
Pembuatan bubuk arang dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikanuntuk mendapatkan ukuran butir yang lolos ayakan 60 mesh
4 Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai persyaratan SNI
5 Penandaan Penandaan dilakukan pada kemasan sesuai persyaratan SNI
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
84
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Arang
No Tahapan kritis proses produksi Penjelasan Tahapan Kritis
1 Pemilihan bahan baku Bahan baku hams memenuhi persyaratan yang ditetapkan
2 Pengarangan Pengarangan dilakukan melalui proses karbonisasi/pirolisis dengan metode
tertentu yang dikendalikan untuk menghasilkan arang yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan
3 Pembuatan bubuk arang (hanya
untuk bubuk arang tempurung
kelapa)
Pembuatan bubuk arang dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikan
untuk mendapatkan ukuran butir yang lolos ayakan 60 mesh
4 Pengemasan Pengemasan dilakukan sesuai persyaratan SNI
5 Penandaan Penandaan dilakukan pada kemasan sesuai persyaratan SNI
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA.
BAMBANG PRASETYA
98
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
8 Penandaan Penandaan pada setiap meja:
1. nama pabrik dan atau nama
merek perusahaan
2. ukuran
3. buatan Indonesia
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
I^BAMBANG PRASETYA
98
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
8 Penandaan Penandaan pada setiap meja:
1. nama pabrik dan atau nama
merek perusahaan
2. ukuran
3. buatan Indonesia
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
111
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
5. Perakitan Perakitan dilakukan dengan
metode tertentu, agar dihasilkan
konstruksi produk yang kokoh
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
111
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
5. Perakitan Perakitan dilakukan dengan
metode tertentu, agar dihasilkan
konstruksi produk yang kokoh
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
124
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
4. Tempa panas badan katup Tempa panas badan katup dilakukan
pada suhu, tekanan, dan waktu yang
dikendalikan untuk menghasilkan
badan katup yang bebas retak/robek
5. Pembubutan Pembubutan dilakukan dengan mesin
CnC bubut untuk mencapai persyaratan
konstruksi yang ditetapkan
6. Blasting dan pencucian Blasting dan pencucian dilakukan
menggunakan mesin blasting dan
pencucian untuk menghilangkan
pengotor pada permukaan produk
7. Perakitan katup Proses perakitan badan katup dengan
komponen lain dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menghasilkan bentuk katup
secara utuh
8. Pengujian dan inspeksi rutin Pengujian dan inspeksi rutin saat
produksi dilakukan sesuai Lampiran B
SNI 7659:2011
9. Penandaan Penandaan dilakukan pada produk dan
kemasan sesuai persyaratan SNI
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
I^^BAMBANG PRASETYA
124
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
4. Tempa panas badan katup Tempa panas badan katup dilakukan
pada suhu, tekanan, dan waktu yang
dikendalikan untuk menghasilkan
badan katup yang bebas retak/robek
5. Pembubutan Pembubutan dilakukan dengan mesin
CnC bubut untuk mencapai persyaratan
konstruksi yang ditetapkan
6. Blasting dan pencucian Blasting dan pencucian dilakukan
menggunakan mesin blasting dan
pencucian untuk menghilangkan
pengotor pada permukaan produk
7. Perakitan katup Proses perakitan badan katup dengan
komponen lain dilakukan dengan
metode tertentu yang dikendalikan
untuk menghasilkan bentuk katup
secara utuh
8, Pengujian dan inspeksi rutin Pengujian dan inspeksi rutin saat
produksi dilakukan sesuai Lampiran B
SNI 7659:2011
9. Penandaan Penandaan dilakukan pada produk dan
kemasan sesuai persyaratan SNI
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
137
8. Tanggal pemeriksaan
9. Segel tutup kemasan.
3. Pengemasan produk akhir Pengemasan dilakukan sebagai berikut:
1. Setiap 10 lembar@ 50/100
keping perangko dikemas dalam
satu sampul I;
2. Setiap 10 sampul I dikemas
dalam satu sampul II;
3. Setiap 10 sampul II dikemas
menjadi satu kemasan.
KEPALA BADAN STANDARDISASl NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
137
8. Tanggal pemeriksaan
9. Segel tutup kemasan.
3. Pengemasan produk akhir Pengemasan diiakukan sebagai berikut:
1. Setiap 10 lembar @50/100
keping perangko dikemas dalam
satu sampul I;
2. Setiap 10 sampul I dikemas
dalam satu sampul II;
3. Setiap 10 sampul 11 dikemas
menjadi satu kemasan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REFUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
152
6. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan penandaan pada SNI
sebagairaana dimaksud dalam huruf
A
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^ BAMBANG PRASETYA
152
6. Penandaan Penandaan dilakukan sesuai dengan
persyaratan penandaan pada SNI
sebagaimana dimaksud dalam huruf
A
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
165
5 Penandaan Pada kemasan harus dicantumkan
nama produk merek dagang, kode
produksi, nama dan alamat
perusahaan, ukuran, jumlah isi dan
Iain-lain sesuai ketentuan yang
berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
fBAMBANG PRASETYA
165
5 Penandaan Pada kemasan hams dicantumkan
nama produk merek dagang, kode
produksi, nama dan alamat
pemsahaan, ukuran, jumlah isi dan
Iain-lain sesuai ketentuan yang
berlaku
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
179
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
untuk menghasilkan bentuk
komponen metal sesuai persyaratan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan
kantong plastik/busa plastik dan
karton gelombang ganda dan diikat
dengan pita plastik
5. Penandaan Pada setiap produk minimal
mencantumkan penandaan:
a. nama perusahaan,
b. merek dagang,
c. kode produksi,
d. tipe dan kapasitas
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBUK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
179
No Tahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dengan
kantong plastik/busa plastik dan
karton gelombang ganda dan diikat
dengan pita plastik
5. Penandaan Pada setiap produk minimal
mencantumkan penandaan:
a. nama perusahaan,
b. merek dagang,
c. kode produksi,
d. tipe dan kapasitas
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
BAMBANG PRASETYA
192
6. Pengemasan Bola tenis meja dikemas dalam wadah
yang terbuat dari karton, plastik atau
bahan lain yang sesuai
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
/^BAMBANG PRASETYA
192
6. Pengemasan Bola tenis meja dikemas dalam wadah
yang terbuat dari karton, plastik atau
bahan lain yang sesuai
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
205
dikendalikan untuk mendapatkan
produk cakram yang halus, rata,
tidak ada bagian yang rusak yang
dapat mengganggu dan
membahayakan pengguna serta
guna memperolah berat dan
ukuran yang sesuai.
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan daiam
pembungkus plastik atau bahan
lain yang sesuai dan diberi
informasi sesuai klasifikasi
pemakai, merek dan nama
perusahaan.
5. Penandaan Penandaaan paling sedikit
mencantumkan informasi berat.
KEPALA BADAN STANDARDISASi NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
205
dikendalikan untuk mendapatkan
produk cakram yang halus, rata,
tidak ada bagian yang rusak yang
dapat mengganggu dan
membahayakan pengguna serta
guna memperolah berat dan
ukuran yang sesuai.
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam
pembungkus plastik atau bahan
Iain yang sesuai dan diberi
informasi sesuai klasifikasi
pemakai, merek dan nama
perusahaan.
5. Penandaan Penandaaan paling sedikit
mencantumkan informasi berat.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
218
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Meja Tenis Meja
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
1. Pemilihan bahan
baku
1. Bahan baku harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
2. Bahan baku daun meja dianjurkan tidak
terdapat sambungan. Apabila daun meja
terdapat sambungan, daya pantul daun
meja pada sambungan harus memenuhi
persyaratan.
2. Pengecatan papan Pengecatan dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan sehingga tidak
menghasilkan cacat pada produk akhir seperti
blocking, cloudy dan retak rambut [cracking)
yang mempengaruhi daya pantul daun meja.
3. Penandaan Pemasangan label (merek/nama perusahaan)
yang dibubuhkan pada kaki meja atau sisi
meja harus permanen/tidak mudah hilang.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
218
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Meja Tenis Meja
NoTahapan kritis
proses produksiPenjelasan tahapan kritis
1. Pemilihan bahan
baku
1. Bahan baku harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
2. Bahan baku daun meja dianjurkan tidak
terdapat sambungan. Apabila daun meja
terdapat sambungan, daya pantul daun
meja pada sambungan harus memenuhi
persyaratan.
2. Pengecatan papan Pengecatan dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan sehingga tidak
menghasilkan cacat pada produk akhir seperti
blocking, cloudy dan retak rambut {cracking)
yang mempengaruhi daya pantul daun meja.
3. Penandaan Pemasangan label (merek/nama perusahaan)
yang dibubuhkan pada kaki meja atau sisi
meja harus permanen/tidak mudah hilang.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
231
ukuran kepala, batang dan
tangkai raket memenuhi
persyaratan.
3. Penandaan Penandaan pada tangkai raket
bulu tangkis minimal keterangan
yang menjelaskan tentang
merek/nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
%BAMBANG PRASETYA
231
ukuran kepala, batang dan
tangkai raket memenuhi
persyaratan.
3. Penandaan Penandaan pada tangkai raket
bulu tangkis minimal keterangan
yang menjelaskan tentang
merek/nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
244
3. Bila menggunakan spon/karet
busa sebagai tempat menempel
karet berbintil, tebal produk hams
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
2. Perekatan lapisan
karet berbintil pada
daun raket
Perekatan lapisan karet berbintil pada
daun raket dilalcukan dengan metode
tertentu sehingga tidak mudah lepas.
3. Penandaan Penandaaan minimal menjelaskan
merk/nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
244
3. Bila menggunakan spon/karet
busa sebagai tempat menempel
karet berbintil, tebal produk harus
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
2. Perekatan lapisan
karet berbintil pada
daun raket
Perekatan lapisan karet berbintil pada
daun raket dilakukan dengan metode
tertentu sehingga tidak mudah lepas.
3. Penandaan Penandaaan minimal menjelaskan
merk/nama perusahaan.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^^ItBAMBANG PRASETYA
257
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Peluru Tolak Peluru
NoTahapan kritis proses
produksiPenjelasan
1. Pemilihan bahan baku Bahan baku hams memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
2. Pencetakan peluru
tolak peluru
Pencetakan pelum tolak pelum
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk mendapatkan
bentuk yang sesuai,
3. Penghalusan badan
peluru tolak peluru
Proses penghalusan peluru tolak
pelum dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan dilakukan
untuk memastikan permukaan produk
rata.
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam
pembungkus plastik atau bahan lain
yang sesuai dengan kuat.
5. Penandaan Penandaan pada produk paling sedikit
mencantumkan informasi nama/logo
pemsahaan dan ukuran produk.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
257
G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Peluru Tolak Peluru
NoTahapan kritis proses
produksiPenjelasan
1. Pemilihan bahan baku Bahan baku harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
2. Pencetakan peluru
tolak peluru
Pencetakan peluru tolak peluru
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk mendapatkan
bentuk yang sesuai,
3. Penghalusan badan
peluru tolak peluru
Proses penghalusan peluru tolak
peluru dilakukan dengan metode
tertentu yang dikendalikan dilakukan
untuk memastikan permukaan produk
rata.
4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam
pembungkus plastik atau bahan lain
yang sesuai dengan kuat.
5. Penandaan Penandaan pada produk paling sedikit
mencantumkan informasi nama/logo
perusahaan dan ukuran produk.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-271 -
H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan
pengendalian mutu produk bola
No. Produk Peralatan
1. Bola Sepak Jahit mesin potong untuk material non metal,
perlengkapan penyatuan panel
(jahit/lem/thenna? molding), alat pompa udara,
alat pengukur berat bola, alat pengukur keliling
bola
2. Bola Sepak Press mesin potong untuk material non metal,
perlengkapan penyatuan panel
(jahit/Iem/therma/ molding], alat pompa udara,
mesin pelilit benang {winding), alat pengukur
berat bola, alat pengukur keliling bola
3. Bola Voli peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel {jahit/\em/thermal molding], alat pompa
udara, mesin pelilit benang [winding], alat
pengukur berat bola, alat pengukur keliling bola
4. Bola Futsal Jahit peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel [jahit/lem/thermal molding], alat pompa
udara, alat pengukur berat bola, alat pengukur
keliling bola
5. Bola Futsal Press peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel (jahit/lem/thermal molding], mesin pelilit
benang (winding], alat pompa udara, alat
pengukur berat bola, alat pengukur keliling bola
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-271 -
H, Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan
pengendalian mutu produk bola
No. Produk Peralatan
1. Bola Sepak Jahit mesin potong untuk material non metal,
perlengkapan penyatuan panel
(jahit/lem/therma/ molding], alat pompa udara,
alat pengukur berat bola, alat pengukur keliling
bola
2. Bola Sepak Press mesin potong untuk material non metal,
perlengkapan penyatuan panel
(jahit/lem/therma? molding), alat pompa udara,
mesin pelilit benang [wijiding], alat pengukur
berat bola, alat pengukur keliling bola
3. Bola Voli peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel {iahit/lem/thermal molding), alat pompa
udara, mesin pelilit benang (winding), alat
pengukur berat bola, alat pengukur keliling bola
4. Bola Futsal Jahit peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel (jahit/lem/thermaZ molding), alat pompa
udara, alat pengukur berat bola, alat pengukur
keliling bola
5. Bola Futsal Press peralatan produksi: mesin potong untuk
material non metal, perlengkapan penyatuan
panel ijahit/lem/thermal molding), mesin pelilit
benang (winding), alat pompa udara, alat
pengukur berat bola, alat pengukur keliling bola
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-285-
H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan
pengendalian mutu produk pemukul bola untuk keperluan olahraga
No. Produk Peralatan
1. Pemukul
berbahan kayu
Mesin/alat pemotong kayu, mesin bubut
ka3ai, fasilitas/alat pengering kayu,
mesin/alat amplas, alat pengukur panjang,
berat, dan kadar air
2. Pemukul
berbahan
komposit
Mesin hot roller press, mesin pemanas,
mesin molding^ mesin amplas, alat
pengukur panjang dan berat, cetakan
pemukul,
3. Pemukul
berbahan
aluminium
solid
Mesin/alat pemotong logam, mesin bor
logam, mesin ekstrusi, mesin/alat amplas,
alat pengukur panjang dan berat
4. Pemukul
berbahan pipa
aluminium
Mesin/alat pemotong logam, mesin
swagging, mesin/alat amplas, alat
pengukur panjang dan berat
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^ BAMBANG PRASETYA
285-
H. Kelengkapan minimal peralatan produksi termasuk peralatan
pengendalian mutu produk pemukul bola untuk keperluan olahraga
No. Produk Peralatan
1. Pemukul
berbahan kayu
Mesin/alat pemotong kayu, mesin bubut
kayu, fasilitas/alat pengering kayu,
mesin/alat amplas, alat pengukur panjang,
berat, dan kadar air
2. Pemukul
berbahan
komposit
Mesin hot roller press, mesin pemanas,
mesin molding, mesin amplas, alat
pengukur panjang dan berat, cetakan
pemukul,
3. Pemukul
berbahan
aluminium
solid
Mesin/alat pemotong logam, mesin bor
logam, mesin ekstrusi, mesin/alat amplas,
alat pengukur panjang dan berat
4. Pemukul
berbahan pipa
aluminium
Mesin/alat pemotong logam, mesin
siuagging, mesin/alat amplas, alat
pengukur panjang dan berat
KEPALA BADAN STANDARD! SASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-298
3. Penggabungan bagian
lembing
Penggabungan bagian lembing
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mencapai persyaratan berat dan
kekuatan hasil penggabungan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam
pembungkus plastik atau bahan
lain yang sesuai dengan dilengkapi
pelindung kepala dan ekor.
5.
1
Penandaan Pada batang lembing diberi label
yang tidak mudah hilang paling
sedikit memuat tanda :
a) Nama/logo perusahaan;
b) Ukuran.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
'JltBAMBANG PRASETYA
-298-
3. Penggabungan bagian
lembing
Penggabungan bagian lembing
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mencapai persyaratan berat dan
kekuatan hasil penggabungan
yang ditetapkan
4. Pengemasan Produk dikemas dalam
pembungkus plastik atau bahan
lain yang sesuai dengan dilengkapi
pelindung kepala dan ekor.
5. Penandaan Pada batang lembing diberi label
yang tidak mudah hilang paling
sedikit memuat tanda :
a) Nama/logo perusahaan;
b) Ukuran.
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBUK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-311 -
dikendalikan untuk menghasilkan
bull! yang lurus
4. Pelubangan kepala bola bulu
tanglds
pelubangan dilakukan dengan
metode tertentu yang
dikendalikan untuk menghasilkan
lubang yang teratur sesuai
persyaratan
5. Pengeleman dan penjahitan pengeleman dan penjahitan
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mencapai kesatuan antar bagian
bola yang kuat
6. Pengemasan produk dikemas dalam kemasan
yang terbuat dari karton kuat
atau bahan lain yang sesuai
dengan tutup bagian atas dan
bawah
7. Penandaan a. pada bagian kemasan diberi
label yang tidak mudah
hilang, minimal memuat:
merek/cap/nama perusahaan
dan jumlah isi.
b. pada bola bulu tangkis diberi
label: merek/cap/nama
perusahaan
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-311 -
dikendalikan untuk menghasilkan
bulu yang lurus
4. Pelubangan kepala bola bulu
tangkis
pelubangan dilakukan dengan
metode tertentu yang
dikendalikan untuk menghasilkan
lubang yang teratur sesuai
persyaratan
5. Pengeleman dan penjahitan pengeleman dan penjahitan
dilakukan dengan metode tertentu
yang dikendalikan untuk
mencapai kesatuan antar bagian
bola yang kuat
6. Pengemasan produk dikemas dalam kemasan
yang terbuat dari karton kuat
atau bahan lain yang sesuai
dengan tutup bagian atas dan
bawah
7. Penandaan a. pada bagian kemasan diberi
label yang tidak mudah
hilang, minimal memuat:
merek/cap/nama perusahaan
dan jumlah isi.
b. pada bola bulu tangkis diberi
label: merek/cap/nama
perusahaan
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-324-
G. Tahapan Titik Kritis Proses Produksi Produk Jaring Olahraga
NoTitik kritis proses
produksiPenjelasan
1. Pemiiihan Bahan baku
termasuk bahan
tambahan
Pemiiihan bahan baku
dilakukan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
2. Perajutan / Penganyaman Perajutan/penganyaman
dilakukan dengan metode yang
dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang
ditetapkan
3. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dalam pembukus plastik atau
bahan lain yang sesuai, kuat
serta melindung isinya dan
mencantumkan merek dan
nama perusahaan
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
^BAMBANG PRASETYA
-324-
G. Tahapan Titik Kritis Proses Produksi Produk Jaring Olahraga
NoTitik kritis proses
produksiPenjelasan
1. Pemilihan Bahan baku
termasuk bahan
tambahan
Pemilihan bahan baku
dilakukan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan
2. Perajutan / Penganyaman Perajutan / penganyaman
dilakukan dengan metode yang
dikendalikan untuk
mendapatkan produk sesuai
dengan persyaratan yang
ditetapkan
3. Pengemasan Pengemasan produk dilakukan
dalam pembukus plastik atau
bahan lain yang sesuai, kuat
serta melindung isinya dan
mencantumkan merek dan
nama perusahaan
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-336-
K. Penggunaan tanda SNI
1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat
persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang
dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan
Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah
memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
Dengan ukuran:
7x
Keterangan:y = llxr = 0,5x
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
'^BAMBANG PRASETYA
-336-
F. Penggunaan tanda SNI
1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat
persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang
dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan
Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI.
2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah
memenuhi SNI adalah sebagai berikut:
Dengan ukuran:
7x
Keterangan:y = llxr = 0,5x
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
BAMBANG PRASETYA
-337-
Lembar Kendali
Peraturan Badan Standardisasi Nasional tentang Skema Sertifikasi Produk
Penanggungj awab Paraf Tanggal Keterangan
Pembuat Konsep
Diperiksa Direktur Pengusul
Disetujui Deputi Pengusul <J,C<
Disetujui Karo SDMOH 1Disetujui Sestama