Post on 29-Jun-2019
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi landasan teori yang terkait dengan penelitian ini,
yaitu teori permintaan dan penawaran pariwisata, teori industri pariwisata yang
membahas pengertian pariwisata, wisatawan dan keterkaitannya. Selain itu di
bahas pula Tourism Led Growth Hypothesis dan pertumbuhan ekonomi, dan juga
teori yang terkait dengan variabel penelitian. Selanjutnya terdapat beberapa
penelitian empiris sebelumnya yang mendukung penelitian ini.
2.1.1 Permintaan dan Penawaran Pariwisata
Kajian tentang penawaran dan permintaan dalam konteks pariwisata
merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh mereka yang
merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Kedua aspek tersebut
saling berkaitan dan karena itu, akan berdampak pada kemampuan destinasi untuk
mampu menarik wisatawan berkunjung. Permintaan dan penawaran merupakan
dua istilah yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika wisatawan
mengunjungi destinasi wisata, mereka mengharapkan pengalaman positif
sehingga penawaran dan permintaan menjadi salah satu faktor penentu dalam
memberikan kesan positif tersebut (Payangan, 2017).
15
2.1.1.1 Permintaan Pariwisata
Permintaan wisata pada dasarnya merupakan orang-orang yang ingin
melakukan perjalanan wisata. Dari sudut pandang kuantitatif, cukup masuk akal
untuk berasumsi bahwa semakin besar jumlah penduduk negara sumber
wisatawan, semakin banyak tentunya jumlah wisatawan yang akan bepergian
(seandainya faktor-faktor lain seperti kelebihan pendapatan dan situasi politik
tetap stabil). Ditinjau dari segi daerah tujuan wisata yang ada, faktor-faktor lain
seperti pendeknya jarak dan faktor kemudahan pencapaian (accessibility) tetap
akan sangat berpengaruh. Inilah gejala konsekuensi wisatawan ke suatu tempat
tertentu (Swarbrooke dan Horner, 2001).
Karakteristik Permintaan Pariwisata
1) Dipengaruhi oleh musim. Suatu hal yang penting dalam “Tourism
Demand” adalah faktor musim (season) yang dapat mempengaruhi orang untuk
melakukan perjalanan. Oleh karena itu, kita melihat adanya waktu ramai (peak
sesason) dan waktu sepi (off-season).
2) Permintaan terpusat pada tempat-tempat tertentu. Bila kita
memperhatikan ilmu bumi pariwisata (geography of tourism), baik di dalam
maupun di luar negeri, kegiatan pariwisata terkonsentrasi pada tempat-tempat
tertentu, khususnya pada daerah-daerah “tourist resort”.
3) Permintaannya sangat elastis. Pada barang-barang yang sifatnya konkrit
biasanya permintaan selalu dipengaruhi oleh faktor harga. Harga turun akan
menyebabkan jumlah permintaan bertambah, dan sebaliknya harga naik, maka
jumlah permintaan menjadi berkurang. Jadi elastisitas permintaan menunjukkan
16
sampai di mana jumlah permintaan suatu macam barang terpengaruh oleh
perubahan harga. Permintaan dalam kepariwisataan dikatakan sangat elastis,
namun permintaannya tidak dipengaruhi oleh harga saja, tetapi juga oleh banyak
faktor lainnya. Jadi harga bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Orang
belum tentu akan berkunjung ke suatu negara ketika harga-harga menjadi murah,
bilamana daya tarik untuk berkunjung ke sana tidak ada atau ada hal lain yang
menyebabkan orang tidak senang pergi ke sana.
4) Permintaannya sangat sensitif. Permintaan dalam kepariwisataan sangat
sensitif sekali terhadap kondisi social dan politik yang dapat merubah keinginan
orang untuk melakukan perjalanan pariwisata. Adanya gejolak sosial, seringnya
terjadinya demonstrasi, perubahan-perubahan politik suatu negara akan dapat
menimbulkan keengganan orang-orang untuk mengunjungi negara tersebut.
Keadaan aman yang dimaksudkan tidak terbatas hanya selama dalam perjalanan,
tetapi penting bagi negara yang merupakan “Tourist Generating Countries” untuk
mempunyai hubungan baik dengan “Tourist Receiving Countries”. Dengan
demikian wisatawan akan merasa aman di tempat yang dikunjunginya dan
mendapat sambutan baik (welcome) oleh penduduk setempat. Bila penduduk
setempat bersikap tidak bersahabat dengan pendatang, maka dengan sendirinya
sukar bagi wisatawan untuk bersenang-senang di tempat yang dikunjunginya.
5) Permintaan tergantung waktu. Dalam kepariwisataan yang terpenting
adalah adanya waktu senggang (leisure time) bagi seseorang untuk melakukan
perjalanan pariwisata. Walau seseorang cukup banyak uang, keadaan fisik cukup
sehat, tetapi tidak ada waktu, maka perjalanan apa saja tidak mungkin dilakukan.
17
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi orang-orang untuk melakukan
perjalanan pariwisata, menurut Yoety (2001) di antaranya, yaitu: pendapatan
(income), harga (price), kualitas (quality), hubungan politik antara dua Negara
(political relationship between two countries), hubungan ekonomi antar negara,
hubungan sosio-budaya antar negara, perubahan cuaca dan iklim, faktor hari libur,
peraturan pemerintah, teknologi pengangkutan dan adanya “foreign exchange
restriction” yang dilakukan oleh beberapa Negara akan mempengaruhi keinginan
orang-orang melakukan perjalanan pariwisata.
2.1.1.2 Penawaran Pariwisata
Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata
kepada wisatawan. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi
wisata alamiah dan buatan manusia baik dalam bentuk jasa-jasa maupun barang-
barang yang kira-kira akan menarik orang untuk mengunjungi suatu negara
tertentu. Dalam hal ini “Hukum Substitusi” sangat kuat berlaku. Terdapat syarat
dalam kepariwisataan yang perlu diketahui sebagai suatu daerah tujuan wisata,
yaitu: daya tarik, amenitas atau fasilitas, aksessiblitas dan kemampuan biro
perjalanan memberikan motivasi untuk bepergian terhadap wisatawan (Salah
Wahab, 1992).
Penawaran pariwisata ditandai oleh produk pariwisata. Mc Itosh (1995)
menyebutkan bahwa aspek produk wisata dapat digolongkan kedalam empat
kategori yaitu:
18
Sumber daya alam, yang terdiri dari: udara, iklim, pegunungan, lembah,
flora dan fauna, mata air, pantai, pemandangan alam.
Infrastrutur, yang terdiri dari: sistem instalasi air bersih, sistem
pembuangan air limbah, jalur gas, sistem listrik dan telekomunikasi,
sistem drainase. Fasilitas lainnya yang mencakup jalan raya, pelabuhan
udara, kereta api, jalan, tempat parkir, taman, lampu jalan, pelabuhan laut,
stasiun bis dan kereta apai, hotel, motel, restauran, pusat perbelanjaan,
museum, tempat hiburan, pertokoan.
Transportasi yang terdiri dari pesawat terbang, kapal laut, kereta api, bis,
taksi, serta transportasi lokal seperti ojek, becak, dan delman.
Sumber daya kebudayaan dan keramahtamahan.
2.1.2 Tourism Led Growth Hypothesis (TLGH)
Hipotesis Tourism-Led Growth (TLG) dibicarakan pertama kali oleh
Balaguer & Cantavella-Jordá di tahun 2002. Sebelum tahun 2002, sudah ada
minat meneliti tentang hubungan antara kegiatan pariwisata dan pertumbuhan
pendapatan nasional atau produksi nasional, meskipun landasan teoritis dari
hubungan tersebut tidak secara eksplisit didefinisikan. Penelitian oleh Balaguer
dan Cantavella-Jorda` (2002) ini diterbitkan dalam jurnal Applied Economics, dan
merupakan penelitian yang pertama secara formal mengacu pada hipotesis
pertumbuhan pariwisata (TLGH), sehingga menawarkan hubungan teoritis dan
empiris antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Negara yang diteliti saat itu
adalah Spanyol, sebuah studi kasus yang diakui secara internasional
19
keberhasilannya dalam pengembangan pariwisata dan manfaatnya bagi
perekonomian melalui industrialisasi.
Secara teoritis, TLGH berasal dari hipotesis pertumbuhan yang dipicu
ekspor (ELGH) yang mendalilkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dihasilkan
tidak hanya dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan modal dalam ekonomi,
tetapi juga dengan memperluas ekspor. Ekspor meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan meningkatkan tingkat investasi. Keterkaitan ini disebabkan oleh
beberapa sebab seperti berkurangnya batasan devisa yang mengarah pada ekspansi
impor modal dan barang setengah jadi (McKinnon, 1964 dalam Brida et al, 2014)
dan tabungan domestik sukarela serta peluang investasi karena tabungan
pemerintah, sistem perbankan dan modal eksternal (Ghirmay, Grabowski, &
Sharma, 2001 dalam Brida et al, 2014). TLGH menganalisis hubungan temporal
yang mungkin antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Hubungan yang di analisis dalam TLG adalah:
1. Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada pariwisata (tourism led economic
growth hypothesis), yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi;
2. Hipotesis pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan
ekonomi (economic driven tourism growth hypothesis), yang menganggap
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspansi pariwisata; dan
3. Hipotesis kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis), yang
menganggap hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi
20
pariwisata bersifat dua arah (bidirectional), dimana dorongan pada kedua
variabel tersebut saling memberikan manfaat (Brida et al, 2014).
Validitas TLGH konsisten dengan fakta bahwa agen ekonomi dapat
memperoleh manfaat dengan meningkatkan kegiatan pariwisata sebagai salah satu
mekanisme peningkat pertumbuhan ekonomi. TLGH berguna bagi pemerintah
yang ingin memperluas pariwisata sebagai stimulus bagi perekonomian mereka.
(Brida et al, 2014).
2.1.3 Industri Pariwisata
Industri Pariwisata sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 10 Tahun
2009 bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan usaha yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata, dan usaha pariwisata adalah usaha
yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dan penyelenggara pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu industri
yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata dapat
dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya
interaksi dengan wisatawan, pemasok/penyedia bisnis, pemerintah tujuan wisata
serta masyarakat daerah tujuan wisata.
Pariwisata adalah gabungan kegiatan, pelayanan, dan industri yang
memberikan pengalaman perjalanan, seperti transportasi, akomodasi, makanan
dan minuman, pertokoan, fasilitas kegiatan hiburan, dan pelayanan lainnya yang
tersedia bagi individu atau kelompok yang melakukan. Pariwisata merupakan
suatu usaha yang komplek, hal ini karena terdapat banyak kegiatan yang terkait
21
dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti
usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata, usaha perjalanan, dan
usaha-usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dikaitkan dengan sarana pokok
kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung
kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (McIntos,
1980 dalam lombokutara.go.id).
Definisi Wisatawan
Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
(DTW) yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah setiap
orang yang mengunjungi suatu tempat di luar tempat tinggal kesehariannya
selama periode tertentu, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa
bermaksud untuk memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi seperti
berlibur, rekreasi, olahraga, mengunjungi teman/keluarga, menghadiri pertemuan,
konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan.
Wisatawan mancanegara (wisman) ialah setiap orang yang melakukan
perjalanan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya, kurang dari satu
tahun, didorong oleh suatu tujuan utama (berlibur, atau tujuan pribadi lainnya),
selain untuk bekerja dengan penduduk negara yang dikunjungi. Definisi ini
mencakup 2 (dua) kategori tamu mancanegara, yaitu:
a. Wisatawan (turis) ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal
paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan di
22
tempat yang dikunjungi, dengan maksud antara lain: - Personal: berlibur,
rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga, belajar atau pelatihan, kesehatan,
olah raga, keagamaan, belanja, transit, dan lainlain. - Bisnis dan profesional:
menghadiri pertemuan, konferensi atau kongres, pameran dagang, konser
pertunjukan (profesional), dan lain-lain.
b. Pelancong ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal kurang
dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passengers, yaitu
setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, di
mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut).
Jumlah Wisatawan
Jumlah wisatawan asing atau international tourist arrival, adalah jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara yang berwisata di suatu negara. Kedatangan
wisatawan dari suatu negara tersebut pastinya akan memberikan kontribusi bagi
peningkatan devisa negara yang dikunjunginya. Selain itu, semakin tinggi jumlah
wisatawan mancanegara di suatu negara maka akan berdampak pada peningkatan
permintaan transportasi, konsumsi dan akomodasi di negara tersebut (multiplier
effect) yang nantinya akan meningkatkan perekonomian negara tersebut.
Penerimaan Pariwisata
Penerimaan pariwisata adalah besarnya penerimaan sektor pariwisata (baik
secara langsung, tidak langsung maupun secara berimbas) yang di kontribusikan
untuk PDB. WTTC membagi penerimaan pariwisata ke dalam tiga kategori yaitu:
23
Penerimaan langsung (direct contribution) yaitu jumlah penerimaan pariwisata
secara langsung, termasuk penerimaan dari hotel, agen travel, pesawat, aktifitas
restoran dan industri yang berkaitan langsung dengan pariwisata juga masuk
dalam kategori penerimaan langsung sektor pariwisata.
Penerimaan tidak langsung (indirect contribution) yaitu penerimaan pariwisata
yang berasal dari pembelian kebutuhan oleh sektor-sektor yang berhubungan
langsung dengan turis, termasuk misalnya pembelian makanan dan layanan
kebersihan oleh hotel, bahan bakar dan layanan katering oleh maskapai
penerbangan, dan layanan TI oleh agen perjalanan.
Penerimaan berimbas (induced contribution) yaitu penerimaan pariwisata yang
diperoleh dari pengeluaran para pekerja yang bekerja di sektor pariwisata.
2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznet adalah kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan ekonomi
menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran
masyarakat merupakan faktor yang terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara.
24
Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa. Proses ini akan menghasilkan suatu aliran balas
jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan pertumbuhan
ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi akan
meningkat. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik
Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota.
2.1.5 Produk Domestik Bruto per Kapita (PDB per kapita)
Dalam makro ekonomika, tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
umumnya diukur dengan PDB per kapita. Kenaikan PDB per kapita
mengindikasikan peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara.
Sekalipun ukuran ini memiliki banyak kekurangan, namun dalam prakteknya
ukuran tersebut memiliki arti penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan. PDB
atau Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product - GDP) didefinisikan
sebagai jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka
waktu satu tahun dan dalam nilai mata uang domestik atau internasional. Besarnya
nilai PDB nominal adalah perkalian dari unit barang dan jasa yang diproduksi
dengan harga barang tersebut. Karena harga barang terus meningkat, biasanya
digunakan PDB riil atau PDB menggunakan harga pada tahun tertentu (tahun
dasar). PDB per kapita adalah besarnya PDB rill dibagi jumlah penduduk.
25
𝑃𝐷𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 = 𝑃𝐷𝐵
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
PDB merupakan jumlah produksi baik barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh
unit produksi di suatu daerah pada saat tertentu. PDB dapat dikatakan sebagai
indikator ekonomi suatu negara untuk mengukur jumlah total nilai produksi
dimana jumlah total ini dihasilkan oleh semua orang atau perusahaan baik yang
dimiliki oleh lokal atau asing di suatu negara. Dari penjelasan ini diketahui bahwa
PDB per kapita mengukur berapa rata-rata barang dan jasa yang dapat dikonsumsi
penduduk suatu negara. Untuk membandingkan PDB per kapita antar negara,
PDB nominal tiap negara diubah kedalam US Dollar (USD) menggunakan rata-
rata nilai pasar exchange rate dalam satu tahun lalu nilai tersebut dibagi total
populasi. Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan PDB atau PNB riil dapat
dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic
welfare) pada suatu negara. Saat PDB naik, maka diasumsikan bahwa rakyat
secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi
dengan jumlah penduduk (PDB per kapita).
Hubbard et. al (2012) menyatakan beberapa tantangan dalam penggunaan
PDB per kapita dalam mengukur kesejahteraan. Tantangan tersebut diantaranya,
ukuran PDB per kapita adalah ukuran rata-rata dalam nilai barang dan jasa yang
bisa dikonsumsi tiap warga negara maka ukuran ini tidak memperhitungkan
distribusi pendapatan, nilai dari waktu luang, kegembiraan (happiness), dan
harapan hidup yang penting bagi kesejahteraan. Karena PDB per kapita tidak
menjelaskan ukuran-ukuran tersebut bukan berarti PDB per kapita tidak dapat
digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Hubbard et. al. (2012) menyatakan
26
bahwa saat perekonomian tumbuh, pendapatan baik orang kaya dan miskin sama-
sama akan meningkat. Dollar dan Kraay (2002) dalam penelitiannya juga
sependapat bahwa saat PDB per kapita dalam suatu negara meningkat 1%,
pendapatan dari individu yang berada di 20 persen pendapatan terendah juga akan
meningkat 1%.
2.1.6 Investasi
Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2006).
Ketiadaan modal dalam pembangunan merupakan faktor penghambat terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Salah satu ciri negara sedang berkembang
adalah tidak adanya modal yang mencukupi untuk pembangunan.
Todaro (2006) menyebutkan pertumbuhan merupakan fungsi dari
investasi, hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Semakin besar investasi maka
semakin besar tingkat pertumbuhan yang dicapai. Hubungan antara investasi dan
pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya, karena untuk mengalami
pertumbuhan yang pesat, maka setiap perekonomian harus menabung dan
menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GNP-nya. Bila pertumbuhan
ekonomi suatu negara mengalami peningkatan, maka akan terjadi peningkatan
kesempatan kerja, kesejahteraan, produktivitas dan distribusi pendapatan.
27
Menurut Sadono Sukirno (2006) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Terdapat 3 fungsi penting investasi:
1. Merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat sehingga kenaikan
investasi akan meningkatkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
2. Investasi mengakibatkan pertambahan barang modal dan kapasitas produksi
3. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi
Investasi terbagi atas investasi pendidikan, investasi human capital,
investasi pariwisata ataupun investasi infrastruktur. Dalam pariwisata, WTTC
menjelaskan capital investment adalah pengeluaran investasi modal fisik yang
berhubungan langsung dengan pariwisata termasuk industri yang berkaitan
dengan pariwisata seperti akomodasi wisatawan, transportasi, restoran dan
fasilitas lainnya yang digunakan oleh wisatawan.
2.1.7 Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
Menurut Guritno (2014), Pengeluaran Pemerintah mencerminkan
kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan
untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu teori ekonomi makro dan teori ekonomi mikro. Penelitian ini
mengedepankan teori dari sisi makro. Teori ekonomi makro mengenai
perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi
28
salah satunya Wagner. Wagner dalam Basri (2003) menyadari bahwa dengan
bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri dengan industri, hubungan
industri dengan masyarakat, dan sebagainya menjadi semakin rumit atau
kompleks sehingga menurutnya peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang
terutama pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat,
hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.
2.1.8 Hubungan Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui dua
pendekatan, yaitu: pertama, pendekatan Keynesian tentang pengganda
(multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasional sebagai komponen
eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai pengaruh positif terhadap
pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja melalui proses multiplier.
Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena agak statis dan sulit untuk
menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka panjang.
Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang
penggunaannya untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza and Pigliaru (1995)
dalam Nizar (2011). Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan kondisi
maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama dari
pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih
tinggi dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan
mendorong pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar
perdagangan (terms of trade) antara pariwisata dan barang-barang manufaktur
lebih dari sekedar penyeimbang kesenjangan teknologi (technological gap) sektor
29
pariwisata. Kondisi tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara pariwisata
dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).
Selain itu, dengan mengacu pada teori hubungan perdagangan dan
pertumbuhan, hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi
diidentifikasi bersifat kausalitas, didasarkan pada tiga (3) hipotesis yang berbeda
menurut Balaguer & Cantavella-Jordá (2002), yaitu:
1. Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada pariwisata (tourism led economic
growth hypothesis), yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi;
2. Hipotesis pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan
ekonomi (economic driven tourism growth hypothesis), yang menganggap
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspansi pariwisata; dan
3. Hipotesis kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis), yang
menganggap hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi
pariwisata bersifat dua arah (bidirectional) atau saling memberikan manfaat.
Apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal antara ekspansi
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai indikasi
efektivitas strategi promosi pariwisata. Beberapa argumen lain melihat keterkaitan
antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan fokus pada dampak ekonomi
makro dari pariwisata, yaitu: Pertama, pariwisata memiliki dampak (langsung
ataupun tidak langsung) terhadap perekonomian, antara lain terhadap penciptaan
lapangan kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran.
Belanja wisatawan, sebagai bentuk alternatif dari ekspor memberikan kontribusi
30
berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran) dan pendapatan yang diperoleh
dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga dapat digunakan
untuk mengimpor barang-barang modal untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
Kedua, efek stimulasi (induced affects) terhadap pasar produk tertentu,
sektor pemerintah, pajak dan juga efek imitasi (imitation effect) terhadap
komunitas. Salah satu manfaat utama bagi komunitas lokal yang diharapkan dari
pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian daerah,
terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan baru di daerah. Pelaku bisnis di
daerah tentu memperoleh manfaat langsung dari belanja wisatawan. Karena
pelaku bisnis membayar pekerja, dan karena pelaku bisnis dan pekerja
membelanjakan kekayaan mereka yang meningkat, maka secara keseluruhan
komunitas di daerah juga memperoleh manfaat. Akibatnya uang yang
dibelanjakan oleh wisatawan adalah uang baru dalam perekonomian daerah,
bukan kekayaan sebelumnya yang digunakan kembali (recycling).
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Peneliti menemukan beberapa studi empiris yang mengeksplorasi
hubungan anatara pertumbuhan sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.
Studi empiris tersebut memiliki hasil yang beragam dan memiliki metode yang
berbeda-beda pula satu sama lainnya.
Penelitian Sequira dan Nunes (2008) yang berjudul “Does tourism
influence economic growth?” menunjukkan bahwa pariwisata adalah faktor
penentu pertumbuhan ekonomi yang positif untuk sampel dari negara-negara
31
berpenghasilan tinggi dan sampel negara-negara berpenghasilan rendah. Namun,
bertentangan dengan kontribusi sebelumnya, kontribusi pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi dirasa tidak relevan untuk skala negara berpenduduk kecil.
Penelitian ini menggunakan metode data panel yang sesuai untuk mempelajari
hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.
Penelitian oleh Nizar (2011) dengan judul “Pengaruh Pariwisata Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” ini bertujuan untuk mengetahui dampak
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tahun 1995-2000.
Berdasarkan data seri waktu triwulanan dan menggunakan model VAR, penelitian
ini mencoba untuk menganalisis pola kausal hubungan antara pertumbuhan
pariwisata (penerimaan pariwisata) dan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya
menunjukkan beberapa kesimpulan: pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan
ekonomi memiliki hubungan kausal timbal balik. Namun, dampak peningkatan
pertumbuhan pariwisata (penerimaan) akan mempercepat pertumbuhan ekonomi
dengan jeda waktu 5 - 6 kuartal, sementara peningkatan pertumbuhan PDB akan
mendorong peningkatan pertumbuhan pariwisata di kuartal berikutnya. Penelitian
ini juga menemukan bahwa kebijakan promosi pariwisata akan mempengaruhi
pariwisata pertumbuhan pada 1 - 3 kuartal berikutnya.
Penelitian Chi-Ok Oh (2003) yang berjudul “The Contribution of
Tourism Development to Economic Growth in The Korean Economy”. Studi ini
menyelidiki hubungan kausal antara pertumbuhan pariwisata dan ekspansi
ekonomi untuk ekonomi Korea dengan menggunakan Pendekatan dua tahap Engle
dan Granger dan model Vector Autoregression (VAR) bivariat. Penelitian ini
32
memberikan dua hasil. Pertama, hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan ekuilibrium jangka panjang antara pertumbuhan pariwisata dan
pertumbuhan ekonomi. Kedua, hasil tes kausalitas Granger menyiratkan hubungan
sebab-akibat satu arah pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh ekonomi.
Hipotesis dari pertumbuhan ekonomi yang dipicu pariwisata tidak berlaku dalam
ekonomi Korea yang didukung oleh hasil pengujian sensitivitas uji kausalitas.
Eugenio-Martin, et al, (2004) mengenai hubungan antara pertumbuhan
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara Amerika Latin sejak
1985 hingga 1998 yang dikelompokkan kedalam negara berpenghasilan tinggi dan
negara berpenghasilan rendah. Hasilnya, negara-negara berpenghasilan rendah
membutuhkan tingkat infrastruktur, pendidikan dan pengembangan yang memadai
untuk menarik wisatawan. Negara-negara berpenghasilan menengah
membutuhkan tingkat pembangunan sosial yang tinggi seperti layanan kesehatan
dan tingkat PDB per kapita yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode data
panel dan Arreleno Bond.
Penelitian Brida et al (2009) mengenai tinjauan mendalam atas 100 hasil
penelitian mengenai tourism and growth yang menggunakan teori tourism led
growth hypothesis (TLGH) menunjukkan agen ekonomi dapat memperoleh
manfaat dengan meningkatkan kegiatan pariwisata sebagai salah satu mekanisme
peningkat pertumbuhan ekonomi. TLGH berguna bagi pemerintah yang ingin
memperluas pariwisata sebagai stimulus bagi perekonomian mereka. Temuan
empiris ini menunjukkan bahwa pariwisata internasional secara keseluruhan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
33
Tabel 2. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Tujuan/Metode Hasil
1 The Impact of Tourism
on Economic Growth
and Development in
Africa.
Fayissa, Nsiah, dan
Tadasse (2007)
Menyelidiki kontribusi
pariwisata terhadap
pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi Afrika, dengan
menggunakan data panel 42
negara yang tersebar di Afrika
tahun 1995-2004.
Menggunakan metode data
panel, FE dan Arrelano Bond.
Penerimaan pariwisata secara
signifikan berkontribusi
kepada PDB dan
pertumbuhan ekonomi di
negara-negara Afrika yang
telah berinfestasi di bidang
fisik dan human capital.
2 Tourism and Economic
Growth in Latin
American Countries.
Martin, Morales dan
Scarpa. 2004
Menyelidiki hubungan antara
pariwisata dan pertumbuhan
ekonomi untuk negara-negara
Amerika Latin sejak 1985
hingga 1998 yang
dikelompokkan kedalam negara
berpenghasilan tinggi dan
negara berpenghasilan rendah.
Menggunakan metode data
panel
Negara-negara
berpenghasilan rendah
membutuhkan tingkat
infrastruktur, pendidikan
dan pengembangan yang
memadai untuk menarik
wisatawan.
Negara-negara
berpenghasilan menengah
membutuhkan tingkat
pembangunan sosial yang
tinggi seperti layanan
kesehatan dan tingkat PDB
per kapita yang tinggi.
Nilai tukar dan PPP tidak
relevan untuk pertumbuhan
pariwisata.
3 Does tourism influence
economic growth?
Sequira dan Nunes
(2008)
Menyelidiki pengaruh
pertumbuhan pariwisata
terhadap pertumbuhan ekonomi
dari tahun 1980-2002 pada
seluruh negara di Dunia, negara
berpenghasilan rendah, negara
kecil.
Menggunakan metode GMM
dan data panel model Fixed
Effect.
• Pariwisata adalah faktor
penentu pertumbuhan
ekonomi yang positif
• Pariwisata tidak
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di
negara berpenduduk kecil
(small countri).
• Pariwisata berpengaruh
terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara miskin
(low-income)
34
Tabel 2. Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Judul Penelitian Tujuan/Metode Hasil
4 The Contribution of
Tourism Development
to Economic Growth in
The Korean Economy.
Chi-Ok Oh (2003)
Menyelidiki hubungan kausal
antara pertumbuhan pariwisata
dan ekspansi ekonomi untuk
ekonomi Korea dengan
menggunakan data kuartal dari
tahun 1975-2001
Menggunakan Pendekatan dua
tahap Engle dan Granger.
Model Vector Autoregression
(VAR) bivariat
Hasil uji kointegrasi
menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan ekuilibrium
jangka panjang antara
pertumbuhan pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi.
Hasil tes kausalitas
Granger menyiratkan
hubungan sebab-akibat satu
arah pertumbuhan
pariwisata yang digerakkan
oleh ekonomi.
5 Tourism Development
and Economic Growth.
Lee dan Chang. 2007
Menyelidiki pengaruh
pembangunan pariwisata
terhadap pertumbuhan ekonomi
di negara-negara OECD selama
tahun 1990-2002.
Menggunakan metode panel
kointegrasi dan panel
kausalitas.
Pembangunan pariwisata
memberikan dampak yang
lebih besar terhadap
pertumbuhan PDB.
Nilai tukar rill memiliki
efek yang signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Tes kausalitas panel
menunjukkan hubungan
kausalitas searah dari
pengembangan pariwisata
untuk pertumbuhan
ekonomi negara-negara,
OECD
6 Pengaruh Pariwisata
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia
Nizar (2011)
Menganalisis pola kausal
hubungan antara pertumbuhan
pariwisata (penerimaan
pariwisata) dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia selama
tahun 1995-2000 berdasarkan
data seri waktu triwulanan.
Menggunakan model VAR
Pertumbuhan pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi
memiliki hubungan kausal
timbal balik
Dampak peningkatan
pertumbuhan pariwisata
(penerimaan) akan
mempercepat pertumbuhan
ekonomi dengan jeda
waktu 5 - 6 kuartal,
sementara peningkatan
pertumbuhan PDB akan
mendorong peningkatan
pertumbuhan pariwisata di
kuartal berikutnya.
35
2.2 Kerangka Pemikiran
Sektor pariwisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia yang menyangkut aktivitas sosial ekonomi dan salah satu motor
penggerak untuk menghasilkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja
(WTO, 2014). Pendapatan masyarakat yang meningkat, harga atas barang-barang
pokok, waktu luang yang dimiliki tiap orang akan meningkatkan keinginan
masyarakat untuk berwisata. Berwisata selain dapat melepaskan penat, juga
memberikan pengalaman baru dan pengetahuan mengenai kebudayan setiap
daerah/negara. Peningkatan keinginan berwisata ini menjadi pemicu dari
permintaan atas pariwisata. Oleh karenanya saat ini setiap negara berlomba-lomba
untuk menarik wisatawan mancanegara datang ke negaranya. Salah satunya
dengan meningkatkan keamanan, meningkatkan fasilitas transportasi, akomodasi
hingga menggali potensi alam dan budaya menjadi daya tarik tersendiri.
Peningkatan faktor pendukung (penawaran) pariwisata ini akan
meningkatkan pengeluaran pemerintah karena adanya alokasi pengembangan
potensi sumber daya alam, fasilitas, sarana dan prasarana. Meningkatnya investasi
modal di sektor pariwisata juga akan meningkatkan infrastruktur namun efeknya
akan mengundang banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung menikmati
keindahan (keunikan) negara tersebut. Ketika jumlah wisatawan mancanegara
meningkat, hal ini juga akan meningkatkan penerimaan pariwisata karena
pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan (transportasi, akomodasi, objek
wisata) di dalam negeri akan meningkatkan perekonomian lokal.
36
Ketika sektor pariwisata mengalami peningkatan, maka kontribusi sektor
tersebut terhadap PDB juga akan meningkat. Ketiga faktor ini (investasi modal,
jumlah wisatawan dan kontribusi pariwisata terhadap PDB) akan mendorong
pertumbuhan ekonomi sesuai dengan tourism led growth hypothesis. Secara
ringkas pemikiran dari model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut
ini.
Gambar 7. Kerangka Model Penelitian
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kajian empiris dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Diduga variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan, capital
investment dan pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara low income di ASEAN baik
secara parsial maupun simultan.