BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN...

23
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi landasan teori yang terkait dengan penelitian ini, yaitu teori permintaan dan penawaran pariwisata, teori industri pariwisata yang membahas pengertian pariwisata, wisatawan dan keterkaitannya. Selain itu di bahas pula Tourism Led Growth Hypothesis dan pertumbuhan ekonomi, dan juga teori yang terkait dengan variabel penelitian. Selanjutnya terdapat beberapa penelitian empiris sebelumnya yang mendukung penelitian ini. 2.1.1 Permintaan dan Penawaran Pariwisata Kajian tentang penawaran dan permintaan dalam konteks pariwisata merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh mereka yang merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dan karena itu, akan berdampak pada kemampuan destinasi untuk mampu menarik wisatawan berkunjung. Permintaan dan penawaran merupakan dua istilah yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika wisatawan mengunjungi destinasi wisata, mereka mengharapkan pengalaman positif sehingga penawaran dan permintaan menjadi salah satu faktor penentu dalam memberikan kesan positif tersebut (Payangan, 2017).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi landasan teori yang terkait dengan penelitian ini,

yaitu teori permintaan dan penawaran pariwisata, teori industri pariwisata yang

membahas pengertian pariwisata, wisatawan dan keterkaitannya. Selain itu di

bahas pula Tourism Led Growth Hypothesis dan pertumbuhan ekonomi, dan juga

teori yang terkait dengan variabel penelitian. Selanjutnya terdapat beberapa

penelitian empiris sebelumnya yang mendukung penelitian ini.

2.1.1 Permintaan dan Penawaran Pariwisata

Kajian tentang penawaran dan permintaan dalam konteks pariwisata

merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan oleh mereka yang

merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata. Kedua aspek tersebut

saling berkaitan dan karena itu, akan berdampak pada kemampuan destinasi untuk

mampu menarik wisatawan berkunjung. Permintaan dan penawaran merupakan

dua istilah yang saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika wisatawan

mengunjungi destinasi wisata, mereka mengharapkan pengalaman positif

sehingga penawaran dan permintaan menjadi salah satu faktor penentu dalam

memberikan kesan positif tersebut (Payangan, 2017).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

15

2.1.1.1 Permintaan Pariwisata

Permintaan wisata pada dasarnya merupakan orang-orang yang ingin

melakukan perjalanan wisata. Dari sudut pandang kuantitatif, cukup masuk akal

untuk berasumsi bahwa semakin besar jumlah penduduk negara sumber

wisatawan, semakin banyak tentunya jumlah wisatawan yang akan bepergian

(seandainya faktor-faktor lain seperti kelebihan pendapatan dan situasi politik

tetap stabil). Ditinjau dari segi daerah tujuan wisata yang ada, faktor-faktor lain

seperti pendeknya jarak dan faktor kemudahan pencapaian (accessibility) tetap

akan sangat berpengaruh. Inilah gejala konsekuensi wisatawan ke suatu tempat

tertentu (Swarbrooke dan Horner, 2001).

Karakteristik Permintaan Pariwisata

1) Dipengaruhi oleh musim. Suatu hal yang penting dalam “Tourism

Demand” adalah faktor musim (season) yang dapat mempengaruhi orang untuk

melakukan perjalanan. Oleh karena itu, kita melihat adanya waktu ramai (peak

sesason) dan waktu sepi (off-season).

2) Permintaan terpusat pada tempat-tempat tertentu. Bila kita

memperhatikan ilmu bumi pariwisata (geography of tourism), baik di dalam

maupun di luar negeri, kegiatan pariwisata terkonsentrasi pada tempat-tempat

tertentu, khususnya pada daerah-daerah “tourist resort”.

3) Permintaannya sangat elastis. Pada barang-barang yang sifatnya konkrit

biasanya permintaan selalu dipengaruhi oleh faktor harga. Harga turun akan

menyebabkan jumlah permintaan bertambah, dan sebaliknya harga naik, maka

jumlah permintaan menjadi berkurang. Jadi elastisitas permintaan menunjukkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

16

sampai di mana jumlah permintaan suatu macam barang terpengaruh oleh

perubahan harga. Permintaan dalam kepariwisataan dikatakan sangat elastis,

namun permintaannya tidak dipengaruhi oleh harga saja, tetapi juga oleh banyak

faktor lainnya. Jadi harga bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Orang

belum tentu akan berkunjung ke suatu negara ketika harga-harga menjadi murah,

bilamana daya tarik untuk berkunjung ke sana tidak ada atau ada hal lain yang

menyebabkan orang tidak senang pergi ke sana.

4) Permintaannya sangat sensitif. Permintaan dalam kepariwisataan sangat

sensitif sekali terhadap kondisi social dan politik yang dapat merubah keinginan

orang untuk melakukan perjalanan pariwisata. Adanya gejolak sosial, seringnya

terjadinya demonstrasi, perubahan-perubahan politik suatu negara akan dapat

menimbulkan keengganan orang-orang untuk mengunjungi negara tersebut.

Keadaan aman yang dimaksudkan tidak terbatas hanya selama dalam perjalanan,

tetapi penting bagi negara yang merupakan “Tourist Generating Countries” untuk

mempunyai hubungan baik dengan “Tourist Receiving Countries”. Dengan

demikian wisatawan akan merasa aman di tempat yang dikunjunginya dan

mendapat sambutan baik (welcome) oleh penduduk setempat. Bila penduduk

setempat bersikap tidak bersahabat dengan pendatang, maka dengan sendirinya

sukar bagi wisatawan untuk bersenang-senang di tempat yang dikunjunginya.

5) Permintaan tergantung waktu. Dalam kepariwisataan yang terpenting

adalah adanya waktu senggang (leisure time) bagi seseorang untuk melakukan

perjalanan pariwisata. Walau seseorang cukup banyak uang, keadaan fisik cukup

sehat, tetapi tidak ada waktu, maka perjalanan apa saja tidak mungkin dilakukan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi orang-orang untuk melakukan

perjalanan pariwisata, menurut Yoety (2001) di antaranya, yaitu: pendapatan

(income), harga (price), kualitas (quality), hubungan politik antara dua Negara

(political relationship between two countries), hubungan ekonomi antar negara,

hubungan sosio-budaya antar negara, perubahan cuaca dan iklim, faktor hari libur,

peraturan pemerintah, teknologi pengangkutan dan adanya “foreign exchange

restriction” yang dilakukan oleh beberapa Negara akan mempengaruhi keinginan

orang-orang melakukan perjalanan pariwisata.

2.1.1.2 Penawaran Pariwisata

Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata

kepada wisatawan. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi

wisata alamiah dan buatan manusia baik dalam bentuk jasa-jasa maupun barang-

barang yang kira-kira akan menarik orang untuk mengunjungi suatu negara

tertentu. Dalam hal ini “Hukum Substitusi” sangat kuat berlaku. Terdapat syarat

dalam kepariwisataan yang perlu diketahui sebagai suatu daerah tujuan wisata,

yaitu: daya tarik, amenitas atau fasilitas, aksessiblitas dan kemampuan biro

perjalanan memberikan motivasi untuk bepergian terhadap wisatawan (Salah

Wahab, 1992).

Penawaran pariwisata ditandai oleh produk pariwisata. Mc Itosh (1995)

menyebutkan bahwa aspek produk wisata dapat digolongkan kedalam empat

kategori yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

18

Sumber daya alam, yang terdiri dari: udara, iklim, pegunungan, lembah,

flora dan fauna, mata air, pantai, pemandangan alam.

Infrastrutur, yang terdiri dari: sistem instalasi air bersih, sistem

pembuangan air limbah, jalur gas, sistem listrik dan telekomunikasi,

sistem drainase. Fasilitas lainnya yang mencakup jalan raya, pelabuhan

udara, kereta api, jalan, tempat parkir, taman, lampu jalan, pelabuhan laut,

stasiun bis dan kereta apai, hotel, motel, restauran, pusat perbelanjaan,

museum, tempat hiburan, pertokoan.

Transportasi yang terdiri dari pesawat terbang, kapal laut, kereta api, bis,

taksi, serta transportasi lokal seperti ojek, becak, dan delman.

Sumber daya kebudayaan dan keramahtamahan.

2.1.2 Tourism Led Growth Hypothesis (TLGH)

Hipotesis Tourism-Led Growth (TLG) dibicarakan pertama kali oleh

Balaguer & Cantavella-Jordá di tahun 2002. Sebelum tahun 2002, sudah ada

minat meneliti tentang hubungan antara kegiatan pariwisata dan pertumbuhan

pendapatan nasional atau produksi nasional, meskipun landasan teoritis dari

hubungan tersebut tidak secara eksplisit didefinisikan. Penelitian oleh Balaguer

dan Cantavella-Jorda` (2002) ini diterbitkan dalam jurnal Applied Economics, dan

merupakan penelitian yang pertama secara formal mengacu pada hipotesis

pertumbuhan pariwisata (TLGH), sehingga menawarkan hubungan teoritis dan

empiris antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Negara yang diteliti saat itu

adalah Spanyol, sebuah studi kasus yang diakui secara internasional

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

19

keberhasilannya dalam pengembangan pariwisata dan manfaatnya bagi

perekonomian melalui industrialisasi.

Secara teoritis, TLGH berasal dari hipotesis pertumbuhan yang dipicu

ekspor (ELGH) yang mendalilkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dihasilkan

tidak hanya dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan modal dalam ekonomi,

tetapi juga dengan memperluas ekspor. Ekspor meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan meningkatkan tingkat investasi. Keterkaitan ini disebabkan oleh

beberapa sebab seperti berkurangnya batasan devisa yang mengarah pada ekspansi

impor modal dan barang setengah jadi (McKinnon, 1964 dalam Brida et al, 2014)

dan tabungan domestik sukarela serta peluang investasi karena tabungan

pemerintah, sistem perbankan dan modal eksternal (Ghirmay, Grabowski, &

Sharma, 2001 dalam Brida et al, 2014). TLGH menganalisis hubungan temporal

yang mungkin antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Hubungan yang di analisis dalam TLG adalah:

1. Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada pariwisata (tourism led economic

growth hypothesis), yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi;

2. Hipotesis pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan

ekonomi (economic driven tourism growth hypothesis), yang menganggap

pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspansi pariwisata; dan

3. Hipotesis kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis), yang

menganggap hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

20

pariwisata bersifat dua arah (bidirectional), dimana dorongan pada kedua

variabel tersebut saling memberikan manfaat (Brida et al, 2014).

Validitas TLGH konsisten dengan fakta bahwa agen ekonomi dapat

memperoleh manfaat dengan meningkatkan kegiatan pariwisata sebagai salah satu

mekanisme peningkat pertumbuhan ekonomi. TLGH berguna bagi pemerintah

yang ingin memperluas pariwisata sebagai stimulus bagi perekonomian mereka.

(Brida et al, 2014).

2.1.3 Industri Pariwisata

Industri Pariwisata sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 10 Tahun

2009 bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan usaha yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata, dan usaha pariwisata adalah usaha

yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

dan penyelenggara pariwisata. Industri pariwisata merupakan salah satu industri

yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata dapat

dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya

interaksi dengan wisatawan, pemasok/penyedia bisnis, pemerintah tujuan wisata

serta masyarakat daerah tujuan wisata.

Pariwisata adalah gabungan kegiatan, pelayanan, dan industri yang

memberikan pengalaman perjalanan, seperti transportasi, akomodasi, makanan

dan minuman, pertokoan, fasilitas kegiatan hiburan, dan pelayanan lainnya yang

tersedia bagi individu atau kelompok yang melakukan. Pariwisata merupakan

suatu usaha yang komplek, hal ini karena terdapat banyak kegiatan yang terkait

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

21

dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti

usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata, usaha perjalanan, dan

usaha-usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dikaitkan dengan sarana pokok

kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung

kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (McIntos,

1980 dalam lombokutara.go.id).

Definisi Wisatawan

Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang

atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata

(DTW) yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah setiap

orang yang mengunjungi suatu tempat di luar tempat tinggal kesehariannya

selama periode tertentu, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa

bermaksud untuk memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi seperti

berlibur, rekreasi, olahraga, mengunjungi teman/keluarga, menghadiri pertemuan,

konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan.

Wisatawan mancanegara (wisman) ialah setiap orang yang melakukan

perjalanan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya, kurang dari satu

tahun, didorong oleh suatu tujuan utama (berlibur, atau tujuan pribadi lainnya),

selain untuk bekerja dengan penduduk negara yang dikunjungi. Definisi ini

mencakup 2 (dua) kategori tamu mancanegara, yaitu:

a. Wisatawan (turis) ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal

paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan di

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

22

tempat yang dikunjungi, dengan maksud antara lain: - Personal: berlibur,

rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga, belajar atau pelatihan, kesehatan,

olah raga, keagamaan, belanja, transit, dan lainlain. - Bisnis dan profesional:

menghadiri pertemuan, konferensi atau kongres, pameran dagang, konser

pertunjukan (profesional), dan lain-lain.

b. Pelancong ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal kurang

dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passengers, yaitu

setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, di

mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut).

Jumlah Wisatawan

Jumlah wisatawan asing atau international tourist arrival, adalah jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara yang berwisata di suatu negara. Kedatangan

wisatawan dari suatu negara tersebut pastinya akan memberikan kontribusi bagi

peningkatan devisa negara yang dikunjunginya. Selain itu, semakin tinggi jumlah

wisatawan mancanegara di suatu negara maka akan berdampak pada peningkatan

permintaan transportasi, konsumsi dan akomodasi di negara tersebut (multiplier

effect) yang nantinya akan meningkatkan perekonomian negara tersebut.

Penerimaan Pariwisata

Penerimaan pariwisata adalah besarnya penerimaan sektor pariwisata (baik

secara langsung, tidak langsung maupun secara berimbas) yang di kontribusikan

untuk PDB. WTTC membagi penerimaan pariwisata ke dalam tiga kategori yaitu:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

23

Penerimaan langsung (direct contribution) yaitu jumlah penerimaan pariwisata

secara langsung, termasuk penerimaan dari hotel, agen travel, pesawat, aktifitas

restoran dan industri yang berkaitan langsung dengan pariwisata juga masuk

dalam kategori penerimaan langsung sektor pariwisata.

Penerimaan tidak langsung (indirect contribution) yaitu penerimaan pariwisata

yang berasal dari pembelian kebutuhan oleh sektor-sektor yang berhubungan

langsung dengan turis, termasuk misalnya pembelian makanan dan layanan

kebersihan oleh hotel, bahan bakar dan layanan katering oleh maskapai

penerbangan, dan layanan TI oleh agen perjalanan.

Penerimaan berimbas (induced contribution) yaitu penerimaan pariwisata yang

diperoleh dari pengeluaran para pekerja yang bekerja di sektor pariwisata.

2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznet adalah kenaikan kapasitas

dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi bagi penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,

kelembagaan, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan ekonomi

menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran

masyarakat merupakan faktor yang terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

24

Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan

masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas

perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk

menghasilkan barang dan jasa. Proses ini akan menghasilkan suatu aliran balas

jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan pertumbuhan

ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi akan

meningkat. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan

ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk nasional, seperti Produk Domestik

Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota.

2.1.5 Produk Domestik Bruto per Kapita (PDB per kapita)

Dalam makro ekonomika, tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara

umumnya diukur dengan PDB per kapita. Kenaikan PDB per kapita

mengindikasikan peningkatan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara.

Sekalipun ukuran ini memiliki banyak kekurangan, namun dalam prakteknya

ukuran tersebut memiliki arti penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan. PDB

atau Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product - GDP) didefinisikan

sebagai jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka

waktu satu tahun dan dalam nilai mata uang domestik atau internasional. Besarnya

nilai PDB nominal adalah perkalian dari unit barang dan jasa yang diproduksi

dengan harga barang tersebut. Karena harga barang terus meningkat, biasanya

digunakan PDB riil atau PDB menggunakan harga pada tahun tertentu (tahun

dasar). PDB per kapita adalah besarnya PDB rill dibagi jumlah penduduk.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

25

𝑃𝐷𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 = 𝑃𝐷𝐵

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

PDB merupakan jumlah produksi baik barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh

unit produksi di suatu daerah pada saat tertentu. PDB dapat dikatakan sebagai

indikator ekonomi suatu negara untuk mengukur jumlah total nilai produksi

dimana jumlah total ini dihasilkan oleh semua orang atau perusahaan baik yang

dimiliki oleh lokal atau asing di suatu negara. Dari penjelasan ini diketahui bahwa

PDB per kapita mengukur berapa rata-rata barang dan jasa yang dapat dikonsumsi

penduduk suatu negara. Untuk membandingkan PDB per kapita antar negara,

PDB nominal tiap negara diubah kedalam US Dollar (USD) menggunakan rata-

rata nilai pasar exchange rate dalam satu tahun lalu nilai tersebut dibagi total

populasi. Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan PDB atau PNB riil dapat

dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic

welfare) pada suatu negara. Saat PDB naik, maka diasumsikan bahwa rakyat

secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi

dengan jumlah penduduk (PDB per kapita).

Hubbard et. al (2012) menyatakan beberapa tantangan dalam penggunaan

PDB per kapita dalam mengukur kesejahteraan. Tantangan tersebut diantaranya,

ukuran PDB per kapita adalah ukuran rata-rata dalam nilai barang dan jasa yang

bisa dikonsumsi tiap warga negara maka ukuran ini tidak memperhitungkan

distribusi pendapatan, nilai dari waktu luang, kegembiraan (happiness), dan

harapan hidup yang penting bagi kesejahteraan. Karena PDB per kapita tidak

menjelaskan ukuran-ukuran tersebut bukan berarti PDB per kapita tidak dapat

digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Hubbard et. al. (2012) menyatakan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

26

bahwa saat perekonomian tumbuh, pendapatan baik orang kaya dan miskin sama-

sama akan meningkat. Dollar dan Kraay (2002) dalam penelitiannya juga

sependapat bahwa saat PDB per kapita dalam suatu negara meningkat 1%,

pendapatan dari individu yang berada di 20 persen pendapatan terendah juga akan

meningkat 1%.

2.1.6 Investasi

Investasi adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal

atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-

perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-

barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 2006).

Ketiadaan modal dalam pembangunan merupakan faktor penghambat terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Salah satu ciri negara sedang berkembang

adalah tidak adanya modal yang mencukupi untuk pembangunan.

Todaro (2006) menyebutkan pertumbuhan merupakan fungsi dari

investasi, hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Semakin besar investasi maka

semakin besar tingkat pertumbuhan yang dicapai. Hubungan antara investasi dan

pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya, karena untuk mengalami

pertumbuhan yang pesat, maka setiap perekonomian harus menabung dan

menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GNP-nya. Bila pertumbuhan

ekonomi suatu negara mengalami peningkatan, maka akan terjadi peningkatan

kesempatan kerja, kesejahteraan, produktivitas dan distribusi pendapatan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

27

Menurut Sadono Sukirno (2006) kegiatan investasi memungkinkan suatu

masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat. Terdapat 3 fungsi penting investasi:

1. Merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat sehingga kenaikan

investasi akan meningkatkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja.

2. Investasi mengakibatkan pertambahan barang modal dan kapasitas produksi

3. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi

Investasi terbagi atas investasi pendidikan, investasi human capital,

investasi pariwisata ataupun investasi infrastruktur. Dalam pariwisata, WTTC

menjelaskan capital investment adalah pengeluaran investasi modal fisik yang

berhubungan langsung dengan pariwisata termasuk industri yang berkaitan

dengan pariwisata seperti akomodasi wisatawan, transportasi, restoran dan

fasilitas lainnya yang digunakan oleh wisatawan.

2.1.7 Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)

Menurut Guritno (2014), Pengeluaran Pemerintah mencerminkan

kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan

untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya

yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian,

yaitu teori ekonomi makro dan teori ekonomi mikro. Penelitian ini

mengedepankan teori dari sisi makro. Teori ekonomi makro mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

28

salah satunya Wagner. Wagner dalam Basri (2003) menyadari bahwa dengan

bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri dengan industri, hubungan

industri dengan masyarakat, dan sebagainya menjadi semakin rumit atau

kompleks sehingga menurutnya peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang

terutama pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat,

hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

2.1.8 Hubungan Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui dua

pendekatan, yaitu: pertama, pendekatan Keynesian tentang pengganda

(multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasional sebagai komponen

eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai pengaruh positif terhadap

pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja melalui proses multiplier.

Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena agak statis dan sulit untuk

menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka panjang.

Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang

penggunaannya untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza and Pigliaru (1995)

dalam Nizar (2011). Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan kondisi

maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama dari

pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih

tinggi dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan

mendorong pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar

perdagangan (terms of trade) antara pariwisata dan barang-barang manufaktur

lebih dari sekedar penyeimbang kesenjangan teknologi (technological gap) sektor

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

29

pariwisata. Kondisi tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara pariwisata

dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).

Selain itu, dengan mengacu pada teori hubungan perdagangan dan

pertumbuhan, hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi

diidentifikasi bersifat kausalitas, didasarkan pada tiga (3) hipotesis yang berbeda

menurut Balaguer & Cantavella-Jordá (2002), yaitu:

1. Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu pada pariwisata (tourism led economic

growth hypothesis), yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi;

2. Hipotesis pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan

ekonomi (economic driven tourism growth hypothesis), yang menganggap

pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspansi pariwisata; dan

3. Hipotesis kausalitas timbal balik (reciprocal causal hypothesis), yang

menganggap hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi

pariwisata bersifat dua arah (bidirectional) atau saling memberikan manfaat.

Apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal antara ekspansi

pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai indikasi

efektivitas strategi promosi pariwisata. Beberapa argumen lain melihat keterkaitan

antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan fokus pada dampak ekonomi

makro dari pariwisata, yaitu: Pertama, pariwisata memiliki dampak (langsung

ataupun tidak langsung) terhadap perekonomian, antara lain terhadap penciptaan

lapangan kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran.

Belanja wisatawan, sebagai bentuk alternatif dari ekspor memberikan kontribusi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

30

berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran) dan pendapatan yang diperoleh

dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga dapat digunakan

untuk mengimpor barang-barang modal untuk menghasilkan barang-barang dan

jasa, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Kedua, efek stimulasi (induced affects) terhadap pasar produk tertentu,

sektor pemerintah, pajak dan juga efek imitasi (imitation effect) terhadap

komunitas. Salah satu manfaat utama bagi komunitas lokal yang diharapkan dari

pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian daerah,

terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan baru di daerah. Pelaku bisnis di

daerah tentu memperoleh manfaat langsung dari belanja wisatawan. Karena

pelaku bisnis membayar pekerja, dan karena pelaku bisnis dan pekerja

membelanjakan kekayaan mereka yang meningkat, maka secara keseluruhan

komunitas di daerah juga memperoleh manfaat. Akibatnya uang yang

dibelanjakan oleh wisatawan adalah uang baru dalam perekonomian daerah,

bukan kekayaan sebelumnya yang digunakan kembali (recycling).

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan beberapa studi empiris yang mengeksplorasi

hubungan anatara pertumbuhan sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.

Studi empiris tersebut memiliki hasil yang beragam dan memiliki metode yang

berbeda-beda pula satu sama lainnya.

Penelitian Sequira dan Nunes (2008) yang berjudul “Does tourism

influence economic growth?” menunjukkan bahwa pariwisata adalah faktor

penentu pertumbuhan ekonomi yang positif untuk sampel dari negara-negara

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

31

berpenghasilan tinggi dan sampel negara-negara berpenghasilan rendah. Namun,

bertentangan dengan kontribusi sebelumnya, kontribusi pariwisata terhadap

pertumbuhan ekonomi dirasa tidak relevan untuk skala negara berpenduduk kecil.

Penelitian ini menggunakan metode data panel yang sesuai untuk mempelajari

hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian oleh Nizar (2011) dengan judul “Pengaruh Pariwisata Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” ini bertujuan untuk mengetahui dampak

pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tahun 1995-2000.

Berdasarkan data seri waktu triwulanan dan menggunakan model VAR, penelitian

ini mencoba untuk menganalisis pola kausal hubungan antara pertumbuhan

pariwisata (penerimaan pariwisata) dan pertumbuhan ekonomi. Hasilnya

menunjukkan beberapa kesimpulan: pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan

ekonomi memiliki hubungan kausal timbal balik. Namun, dampak peningkatan

pertumbuhan pariwisata (penerimaan) akan mempercepat pertumbuhan ekonomi

dengan jeda waktu 5 - 6 kuartal, sementara peningkatan pertumbuhan PDB akan

mendorong peningkatan pertumbuhan pariwisata di kuartal berikutnya. Penelitian

ini juga menemukan bahwa kebijakan promosi pariwisata akan mempengaruhi

pariwisata pertumbuhan pada 1 - 3 kuartal berikutnya.

Penelitian Chi-Ok Oh (2003) yang berjudul “The Contribution of

Tourism Development to Economic Growth in The Korean Economy”. Studi ini

menyelidiki hubungan kausal antara pertumbuhan pariwisata dan ekspansi

ekonomi untuk ekonomi Korea dengan menggunakan Pendekatan dua tahap Engle

dan Granger dan model Vector Autoregression (VAR) bivariat. Penelitian ini

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

32

memberikan dua hasil. Pertama, hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan ekuilibrium jangka panjang antara pertumbuhan pariwisata dan

pertumbuhan ekonomi. Kedua, hasil tes kausalitas Granger menyiratkan hubungan

sebab-akibat satu arah pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh ekonomi.

Hipotesis dari pertumbuhan ekonomi yang dipicu pariwisata tidak berlaku dalam

ekonomi Korea yang didukung oleh hasil pengujian sensitivitas uji kausalitas.

Eugenio-Martin, et al, (2004) mengenai hubungan antara pertumbuhan

pariwisata dan pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara Amerika Latin sejak

1985 hingga 1998 yang dikelompokkan kedalam negara berpenghasilan tinggi dan

negara berpenghasilan rendah. Hasilnya, negara-negara berpenghasilan rendah

membutuhkan tingkat infrastruktur, pendidikan dan pengembangan yang memadai

untuk menarik wisatawan. Negara-negara berpenghasilan menengah

membutuhkan tingkat pembangunan sosial yang tinggi seperti layanan kesehatan

dan tingkat PDB per kapita yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode data

panel dan Arreleno Bond.

Penelitian Brida et al (2009) mengenai tinjauan mendalam atas 100 hasil

penelitian mengenai tourism and growth yang menggunakan teori tourism led

growth hypothesis (TLGH) menunjukkan agen ekonomi dapat memperoleh

manfaat dengan meningkatkan kegiatan pariwisata sebagai salah satu mekanisme

peningkat pertumbuhan ekonomi. TLGH berguna bagi pemerintah yang ingin

memperluas pariwisata sebagai stimulus bagi perekonomian mereka. Temuan

empiris ini menunjukkan bahwa pariwisata internasional secara keseluruhan

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

33

Tabel 2. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Tujuan/Metode Hasil

1 The Impact of Tourism

on Economic Growth

and Development in

Africa.

Fayissa, Nsiah, dan

Tadasse (2007)

Menyelidiki kontribusi

pariwisata terhadap

pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi Afrika, dengan

menggunakan data panel 42

negara yang tersebar di Afrika

tahun 1995-2004.

Menggunakan metode data

panel, FE dan Arrelano Bond.

Penerimaan pariwisata secara

signifikan berkontribusi

kepada PDB dan

pertumbuhan ekonomi di

negara-negara Afrika yang

telah berinfestasi di bidang

fisik dan human capital.

2 Tourism and Economic

Growth in Latin

American Countries.

Martin, Morales dan

Scarpa. 2004

Menyelidiki hubungan antara

pariwisata dan pertumbuhan

ekonomi untuk negara-negara

Amerika Latin sejak 1985

hingga 1998 yang

dikelompokkan kedalam negara

berpenghasilan tinggi dan

negara berpenghasilan rendah.

Menggunakan metode data

panel

Negara-negara

berpenghasilan rendah

membutuhkan tingkat

infrastruktur, pendidikan

dan pengembangan yang

memadai untuk menarik

wisatawan.

Negara-negara

berpenghasilan menengah

membutuhkan tingkat

pembangunan sosial yang

tinggi seperti layanan

kesehatan dan tingkat PDB

per kapita yang tinggi.

Nilai tukar dan PPP tidak

relevan untuk pertumbuhan

pariwisata.

3 Does tourism influence

economic growth?

Sequira dan Nunes

(2008)

Menyelidiki pengaruh

pertumbuhan pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi

dari tahun 1980-2002 pada

seluruh negara di Dunia, negara

berpenghasilan rendah, negara

kecil.

Menggunakan metode GMM

dan data panel model Fixed

Effect.

• Pariwisata adalah faktor

penentu pertumbuhan

ekonomi yang positif

• Pariwisata tidak

mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di

negara berpenduduk kecil

(small countri).

• Pariwisata berpengaruh

terhadap pertumbuhan

ekonomi di negara miskin

(low-income)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

34

Tabel 2. Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan)

No Judul Penelitian Tujuan/Metode Hasil

4 The Contribution of

Tourism Development

to Economic Growth in

The Korean Economy.

Chi-Ok Oh (2003)

Menyelidiki hubungan kausal

antara pertumbuhan pariwisata

dan ekspansi ekonomi untuk

ekonomi Korea dengan

menggunakan data kuartal dari

tahun 1975-2001

Menggunakan Pendekatan dua

tahap Engle dan Granger.

Model Vector Autoregression

(VAR) bivariat

Hasil uji kointegrasi

menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan ekuilibrium

jangka panjang antara

pertumbuhan pariwisata

dan pertumbuhan ekonomi.

Hasil tes kausalitas

Granger menyiratkan

hubungan sebab-akibat satu

arah pertumbuhan

pariwisata yang digerakkan

oleh ekonomi.

5 Tourism Development

and Economic Growth.

Lee dan Chang. 2007

Menyelidiki pengaruh

pembangunan pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi

di negara-negara OECD selama

tahun 1990-2002.

Menggunakan metode panel

kointegrasi dan panel

kausalitas.

Pembangunan pariwisata

memberikan dampak yang

lebih besar terhadap

pertumbuhan PDB.

Nilai tukar rill memiliki

efek yang signifikan

terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Tes kausalitas panel

menunjukkan hubungan

kausalitas searah dari

pengembangan pariwisata

untuk pertumbuhan

ekonomi negara-negara,

OECD

6 Pengaruh Pariwisata

Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia

Nizar (2011)

Menganalisis pola kausal

hubungan antara pertumbuhan

pariwisata (penerimaan

pariwisata) dan pertumbuhan

ekonomi di Indonesia selama

tahun 1995-2000 berdasarkan

data seri waktu triwulanan.

Menggunakan model VAR

Pertumbuhan pariwisata

dan pertumbuhan ekonomi

memiliki hubungan kausal

timbal balik

Dampak peningkatan

pertumbuhan pariwisata

(penerimaan) akan

mempercepat pertumbuhan

ekonomi dengan jeda

waktu 5 - 6 kuartal,

sementara peningkatan

pertumbuhan PDB akan

mendorong peningkatan

pertumbuhan pariwisata di

kuartal berikutnya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

35

2.2 Kerangka Pemikiran

Sektor pariwisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia yang menyangkut aktivitas sosial ekonomi dan salah satu motor

penggerak untuk menghasilkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja

(WTO, 2014). Pendapatan masyarakat yang meningkat, harga atas barang-barang

pokok, waktu luang yang dimiliki tiap orang akan meningkatkan keinginan

masyarakat untuk berwisata. Berwisata selain dapat melepaskan penat, juga

memberikan pengalaman baru dan pengetahuan mengenai kebudayan setiap

daerah/negara. Peningkatan keinginan berwisata ini menjadi pemicu dari

permintaan atas pariwisata. Oleh karenanya saat ini setiap negara berlomba-lomba

untuk menarik wisatawan mancanegara datang ke negaranya. Salah satunya

dengan meningkatkan keamanan, meningkatkan fasilitas transportasi, akomodasi

hingga menggali potensi alam dan budaya menjadi daya tarik tersendiri.

Peningkatan faktor pendukung (penawaran) pariwisata ini akan

meningkatkan pengeluaran pemerintah karena adanya alokasi pengembangan

potensi sumber daya alam, fasilitas, sarana dan prasarana. Meningkatnya investasi

modal di sektor pariwisata juga akan meningkatkan infrastruktur namun efeknya

akan mengundang banyak wisatawan mancanegara untuk berkunjung menikmati

keindahan (keunikan) negara tersebut. Ketika jumlah wisatawan mancanegara

meningkat, hal ini juga akan meningkatkan penerimaan pariwisata karena

pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan (transportasi, akomodasi, objek

wisata) di dalam negeri akan meningkatkan perekonomian lokal.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120720/2016/120720160004_2_9862.pdf · Menurut Teori Neo Klasik melalui kajian empiris, teori pertumbuhan

36

Ketika sektor pariwisata mengalami peningkatan, maka kontribusi sektor

tersebut terhadap PDB juga akan meningkat. Ketiga faktor ini (investasi modal,

jumlah wisatawan dan kontribusi pariwisata terhadap PDB) akan mendorong

pertumbuhan ekonomi sesuai dengan tourism led growth hypothesis. Secara

ringkas pemikiran dari model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut

ini.

Gambar 7. Kerangka Model Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian empiris dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:

1. Diduga variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan, capital

investment dan pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara low income di ASEAN baik

secara parsial maupun simultan.