Post on 10-Aug-2019
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Data
Data merupakan fakta yang mengandung arti dapat berupa apa saja dan dapat
ditemui dimana saja (www.artikel.total.or.id).
Data adalah fakta mentah (kasar) atau deskripsi dasar tentang suatu hal, kejadian,
dan transaksi yang diambil, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan, tetapi tidak diatur
untuk memberikan arti yang lebih khusus. (Turban 2001, p131).
Data merupakan fakta-fakta atau observasi mengenai fenomena fisik atau transaksi
bisnis. Lebih jauh lagi, data adalah ukuran objektif dari atribut (karakteristik) dari entitas
seperti orang-orang, tempat, benda, atau kejadian. (O’brien 2006, p38).
2.1.2 Informasi
Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai
arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar
untuk mengambil keputusan (www.artikel.total.or.id).
Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti. (McLeod
2001, p15). Sedangkan menurut O’Brien (2003, p13) Informasi adalah data yang diubah
kedalam konteks yang berarti dan berguna bagi penggunaan akhir. Jadi informasi adalah
data yang telah diolah, memiliki arti dan berguna bagi penggunanya.
12
2.1.3 Sistem
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran tertentu (www.artikel.total.or.id).
Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai tujuan. Dimana unsur-unsur dari sistem meliputi input, transformasi,
output, mekanisme pengendalian, tujuan dan umpan balik. (McLeod 2001, p11)
Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan dengan
menerima input dan menghasilkan output melalui proses tertentu. Dapat disimpulkan
bahwa pengertian sistem adalah kumpulan beberapa elemen atau komponen yang saling
terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, yang didalamnya harus
terdapat proses input - proses - output.
2.1.4 Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat
manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
tertentu dengan laporan yang diperlukan (www.artikel.total.or.id).
O’Brien (2003, p7) berpendapat bahwa sistem informasi adalah kombinasi sumber
daya - sumber daya yang terorganisir dari manusia, perangkat keras, piranti lunak,
jaringan komputer, dan data yang mengumpulkan, mengubah dan mendistribusikan
informasi pada suatu organisasi.
Sebuah sistem dapat mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganaliasa, dan
menyebarkan informasi untuk tujuan spesifik (Turban, Rainer, Potter, 2001, p17).
13
Sistem informasi menurut O'Brien (2003, G-10) adalah kumpulan orang, prosedur
dan sumber daya yang mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi dalam
perusahaan; sistem yang menerima data sebagai input dan mengolahnya menjadi
informasi sebagai output.
Sistem informasi menurut Turban (2001, G-8) adalah sistem yang mengumpulkan,
mengolah, menyimpan dan menganalisa data, dan menyebarkan informasi untuk tujuan-
tujuan tertentu.
2.1.5 Proses Bisnis
Proses bisnis dapat didefinisikan sebagai kelompok-kelompok dari keputusan-
keputusan yang terkait dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mengelola
sumberdaya - sumberdaya bisnis (IBM-BSP, 1984).
Sementara itu, Menurut Manganelli & Klein (1994), proses bisnis didefinisikan
sebagai: “Interrelated series of activities that convert business input into business
output”. Masukkan dapat berupa material, peralatan, objek terukur lainnya, ataupun
berbagai macam informasi yang kemudian diubah menjadi sejumlah keluaran yang
diperlukan oleh penerima. Penerima terbagi menjadi konsumen internal (internal
consumer) dan konsumen luar (eksternal consumer). Konsumen internal dapat berupa
departemen, kelompok, atau sejumlah peralatan dan mesin. Sedangkan konsumen luar
adalah orang atau organisasi yang membayar untuk mendapatkan produk atau pelayanan
yang diperlukan. Selain itu penerima juga dapat berupa lokasi tempat keluaran disimpan
untuk kebutuhan yang akan datang.
Business process is a group of logically related activities that uses the resources of
the organization to provide defined result in supports of the organization ’s objectives
hal tersebut dapat didefinisikan bahwa sebuah proses bisnis yang baik tidak hanya
14
sebuah proses bisnis yang menghasilkan biaya yang lebih murah, proses yang lebih
cepat, dan hasil yang lebih terpercaya. Hubungan antar perusahaan dengan pihak lain
juga memegang peranan dalam proses bisnis, hubungan yang baik akan menunjang
proses bisnis yang semakin baik sedangkan hubungan yang buruk akan memberikan
nilai minus terhadap proses bisnis yang bernilai plus.
2.1.6 Teknologi Informasi
Menurut Williams dan Sawyer (2003) teknologi informasi merupakan teknologi
yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi yang membawa
data, suara ataupun video. Teknologi Informasi merupakan subsistem dari sistem
informasi terutama dalam tinjauan dari sudut pandang teknologinya
(www.artikel.total.or.id).
Teknologi Informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut
akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya (wikipedia
bahasa indonesia).
Menurut Alter (1999, p42) teknologi informasi merupakan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan oleh seperangkat sistem
informasi.
Sedangkan menurut Haag, Cummings, McCubbrey (2005, p14) teknologi informasi
adalah komputer apa saja yang berbasiskan perangkat yang digunakan oleh orang
(people) untuk bekerja dengan informasi dan mendukung informasi dan kebutuhan
proses informasi dari sebuah organisasi.
15
Teknologi informasi menurut James O'Brien (2006, hal 5) adalah hardware,
software, jaringan, manajemen database dan teknologi pengolah informasi lainnya yang
digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Teknologi informasi menurut Turban (2001, G-9) adalah komponen - komponen
tertentu dalam sistem informasi berbasis komputer.
2.1.7 Investasi Teknologi Informasi
Investasi Teknologi Informasi merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi
untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan
harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu/mencapai nilai dari apa yang
diharapkan.
Investasi Teknologi Informasi (TI) mencakup semua investasi yang berkaitan
dengan TI dan sumberdaya informasi, termasuk juga semua jenis biaya siklus hidup,
misalnya peralatan, perangkat lunak, jasa di bidang TI, perancangan sistem informasi
atau aplikasi, pengembangan, dan pemeliharaan, baik yang dilakukan oleh pihak
pemerintah maupun non-pemerintah.
Investasi menurut Reily (1986, p708) adalah komitmen pendanaan untuk periode
waktu tertentu yang akan memberikan hasil sebagai kompensasi bagi investor selama
selang waktu tersebut, tingkat inflasi selama periode waktu tersebut dan resiko yang
termasuk di dalamnya.
Investasi (http://www.rms.net) adalah biaya yang jarang terjadi (misalnya
mendirikan gedung), dan menawarkan manfaat jangka panjang (misalnya meningkatkan
kepuasan pelanggan). Investasi Teknologi informasi adalah perangkat keras dan piranti
lunak yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menyelesaikan fungsi bisnis terlepas
dari teknologi yang dilibatkan baik itu komputer, telekomunikasi, ataupun lain-lainnya.
16
Suatu investasi teknologi informasi (TI) merupakan pengeluaran yang dilakukan
organisasi berupa pengeluaran untuk sistem operasi, software, telekomunikasi, jaringan,
operasi dan pemeliharaan terhadap infrastruktur dan pusat data yang tersedia, yang dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai visi dan misi, meningkatkan
performa proses dan operasi bisnis, dukungan pengambilan keputusan bagi pihak
manajemen, dan mendukung berbagai strategi bisnis untuk mencapai keunggulan
kompetitif.
Menurut e-bursa.com, investasi diartikan sebagai suatu bentuk penundaan
konsumsi dari masa sekarang untuk masa yang akan datang, yang di dalamnya
terkandung risiko ketidakpastian. Untuk itu dibutuhkan suatu kompensasi atas
penundaan tersebut yang biasa dikenal dengan istilah keuntungan dari investasi atau
gain.
Menurut Simarmata (1995, p155), investasi merupakan pengertian yang luas,
terutama bila dikaitkan dengan kegiatan pasar modal yang sekarang. Setiap kegiatan
yang hendak menanamkan uang dengan aman termasuk investasi. Tetapi dalam
kebiasaan umum, pembicaraan pengertian investasi dikaitkan dengan penggunaan uang
bagi peningkatan kapasitas sistem produksi atau dengan kata lain peningkatan asset
capital. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), investasi diartikan sebagai
penanaman modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk memperoleh keuntungan.
W. E. Martin (2002, pl), mendefinisikan teknologi informasi sebagai ”Computer
Technology (either H/W and SW) for processing and storing information, as well as
communications tech for transmitting information. Definisi tersebut diterjemahkan
sebagai teknologi komputer untuk memproses dan menyimpan informasi, sama baiknya
dengan teknologi komunikasi untuk transmisi informasi.
17
Jadi dapat disimpulkan investasi teknologi informasi adalah cara penanaman
modal di bidang teknologi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam memproses
dan menyimpan informasi, sehingga bisa didapatkan manfaat tertentu sebagai hasil
penanaman modal tersebut.
Investasi Teknologi Informasi meliputi :
- Hardware, adalah semua mesin dan peralatan dalam sistem komputer. Contoh PC,
mouse, keyboard, dan sebagainya.
- Software, adalah instruksi elektronik step-by-step yang memberitahukan perangkat
keras komputer apa untuk melakukan sebuah tugas. Contoh operating system, utility
system, dan application software.
- Network/jaringan, adalah sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan dua atau
lebih komputer; internet adalah jaringan terbesar. Contoh LAN, WAN dan MAN
- Brainware, adalah pemakai komputer atau orang yang mengoperasikan komputer
(user) maka komputer tersebut dapat digunakan. Contoh operator, programmer,
system analyst, database administrator.
- Fasilitas. Contoh ruangan, AC dan sebagainya.
2.1.8 Supply Chain Management
Pada saat ini banyak perusahaan yang menerapkan SCM (Supply Chain
Management) untuk meningkatkan daya saing perusahaan dengan yang lainnya. SCM
merupakan suatu alat bersaing strategik bagi perusahaan yang menjadikan masalah
logistik sebagai strategi bersainganya untuk dapat memenangkan persaingan. Tujuan
utama dari SCM adalah untuk mengelola secara efisien proses-proses yang ada seperti
mendapatkan produk yang tepat pada tempat yang tepat dalam waktu yang tepat dengan
memperkirakan permintaan, mengendalikan persediaan, meningkatkan jaringan
18
Responsivitas dan akuntabilitas pelanggan
Distribusi dan kemitraan saluran yang efektif
Sasaran Nilai BisnisPemenuhan permintaan dengan cepat dan pelaksanaan kerja
sama rantai pasokan
Sasaran Nilai PelangganMemberi para pelanggan apa yang mereka inginkan, pada saat dan dengan cara yang diinginkan mereka, dengan
biaya terendah
Koordinasi antar perusahaan dalam proses
bisnis dan produksi
hubungan bisnis perusahaan dengan para pelanggan, pemasok, distributor dan
perusahaan lainnya serta menerima respon atas status setiap hubungan dalam rantai
pasokan. Agar dapat mencapai tujuan ini banyak perusahaan berpaling ke teknologi
internet untuk menjalankan rantai pasokan mereka, pengambilan keputusan dan arus
informasi melalui web (teknologi internet).
Menurut Kalakota, SCM adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk
diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply
chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan di mana
organisasi mempertahankan dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber
produksi dalam menyampaikan kepada konsumen.(Kalakota, 2000, h197). Tujuan yang
hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang
dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi akan
meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.
Rantai pasokan perusahaan merupakan sebuah hubungan antara pemasok
pelanggan, distributor dan perusahaan lainnya yang dibutuhkan untuk mendesain,
membangun, dan menjual produk membentuk sebuah jaringan yang membentuk entitas
bisnis.
Gambar 2.1 Tujuan dari manajemen rantai pasokan
19
Apa saja penyebab masalah dalam manajemen rantai pasokan, beberapa faktor
yang ada yaitu kurangnya pengetahuan perencanaan permintaan yang memadai, data
produksi, persediaan dan data bisnis lainnya yang tidak akurat yang disediakan oleh
sistem informasi perusahaan lainnya seringkali merupakan penyebab masalah SCM.
Dari proses diatas kita dapat melihat bahwa untuk mencapai sasaran/kepuasan nilai
pelanggan yang baik aliran koordinasi perusahaan dan aliran distribusi baik barang
maupun data kepada pelanggan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan,
dimana adanya kebutuhan pelanggan di ciptakan melalui proses demand kepada sebuah
produk dan bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan tersebut menjadi sebuah
supply, sehingga tercipta sebuah hubungan supply and demand order.
2.1.9 Supply and Demand Order
Supply (penyediaan) dan Demand (permintaan) adalah sebuah hal dasar dari
ekonomi konsep dan ini adalah kekuatan dari market ekonomi. Demand menunjuk ke
arah berapa banyak barang/jasa yang di minta oleh pembeli, sedangkan supply
menggambarkan bagaimana pasar dapat memenuhinya. Dalam SCM mengatur
bagaimana supply dan demand dapat saling berhubungan sehingga konsumen yang
membutuhkan barang dapat merasa terpenuhi. Dalam hal ini proses distribusilah yang
memegang peranan bagaimana aliran dari supply dan demand.
2.1.10 SWOT
Analisis SWOT (singkatan dari strengths, weaknesses, opportunities, dan threats)
menurut Freddy Rangkuti (1997) adalah identifikasi berbagai faktor-faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
20
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis
(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut
dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi ini adalah
Analisis SWOT.
Strength (kekuatan) adalah sumberdaya, keahlian atau keunggulan lain yang relatif
dengan pesaing dan kebutuhan pasar (konsumen) dimana perusahaan beroperasi atau
berharap akan beroperasi. Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya, keahlian, dan kemampuan yang mengganggu keefektifan kinerja
perusahaan. Opportunity (peluang) adalah situasi menguntungkan yang utama dalam
lingkungan perusahaan. Tren kunci dan perubahan merupakan salah satu sumber
peluang. Threats (tantangan) adalah Situasi tidak menguntungkan yang utama dalam
lingkungan perusahaan. Tantangan merupakan penghambat untuk mencapai posisi saat
ini atau yang diharapkan perusahaan.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Information Economics
Sebuah penilaian investasi diperlukan untuk menentukan waktu pengembangan
proyek-proyek pada sebuah perusahaan. Pada saat perusahaan akan mengembangkan
beberapa proyek SI, maka perusahaan tersebut haruslah menentukan prioritas mana saja
yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Kecenderungannya, proyek yang mempunyai
nilai ekonomis tertinggi dan sesuai dengan anggaran perusahaanlah yang akan
dikembangkan terlebih dahulu. Metodologi yang akan digunakan untuk menilai dan
justifikasi terhadap suatu investasi SI adalah Information economics yang dikembangkan
21
oleh Parker untuk menghubungkan kinerja bisnis dengan teknologi informasi. Pada
model ini manfaat ditentukan melalui kombinasi dari analisis enhanced ROI, penilaian
bidang bisnis dan bidang teknologi.
Information economics menurut Parker (1988, p101) adalah sebuah metode untuk
mengevaluasi investasi teknologi informasi dalam sebuah perusahaan dan untuk
menguantifikasikan biaya (cost) dan manfaat (benefit) pada proyek - proyek TI yang
hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat pada perusahaan, dimana pada akhir
penilaian akan didapatkan sebuah skor angka yang menunjukan nilai ekonomis dari
suatu investasi SI.
Menurut (Parker, 1988, p102) terdapat tiga komponen utama dalam menghitung
score atau nilai suatu proyek yaitu :
1. Perhitungan ROI (Return of Investment) dalam hal ini menggunakan pendekatan
finansial.
2. Penilaian pada business domain yang menggunakan pendekatan non finansial.
3. Penilaian pada technology domain yang menggunakan pendekatan non finansial.
Gambar 2.2 Formula perhitungan skor proyek
Weighted simple ROI dalam perhitungannya menggunakan lima variabel yang
dipertimbangkan (Parker, 1988:hal 102) yaitu traditional cost benefit analysis (TCBA),
value acceleration, value linking, value resctructuring, dan innovation valuation.
Traditional cost benefit mutlak dilakukan sedangkan keempat faktor lainnya tergantung
Weighted business domain
Weighted technology domain
Weighted Simple ROI
Skor Proyek
+ + =
22
IS/IT PROJECTS
Analysis of Tangible Values
Analysis of Quasi
Intangible Values
Analysis of Tangible Values
SimpleROI-1 TCBA
SimpleROI-5VL
SimpleROI-3VA
SimpleROI-4VR
SimpleROI-5
IV
Business Domain Assesment Scores (0-5)
Technology Domain Assesment Scores (0-5)
SM CA MI CROR SA DU IRTU
Financial Approach
Non-Financial Approach-Business & Technology Domain Scores
IS/IT PROJECTS
Non-Financial Approach
dari sifat teknologi informasi yang dilakukan. Gambar 2.3 memperlihatkan hubungan
anatara kelima variabel dalam traditional ROI yaitu :
Gambar 2.3 Teknik perhitungan Information Economics dengan Simple ROI
Untuk mendapatkan skor business domain dan technology domain terdapat
beberapa variabel yang menjadi komponen-komponen penilaian dari keduanya. Variabel
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini yaitu :
Category Business Domain Technology DomainStrategic match Strategic IS architectureCompetitive advantageManagement information supportCompetitive responseProject or Organization Risk Defitional Uncertainty
Technical UncertaintyInfrastructure Risk
Starategic Value
Organizational Risk & Uncertainty
Tabel 2.1 Variabel-variabel business domain dan technology domain
Dari hal diatas kita dapat menggambarkan kerangka dari information economics
yaitu :
Gambar 2.4 Kerangka Information Economics dengan Weighted Simple ROI
Value linking
Traditional ROI
Simple ROI
+ +
Value Acceleration = +
Value Restructuring
Innovation Valuation
linking +
23
Dalam analisis information economics digunakan analisa dua segi, yaitu segi
bisnis dan segi teknologi, sehingga dapat dibedakan dari justifikasi biaya tradisional
yang berangkat dari analisa biaya dan manfaat (Cost and Benefit Analysis).
Pengaplikasian Cost-Benefit Analysis (CBA) berkaitan erat dengan tiga hal penting
yang saling berhubungan yaitu:
1. Biaya (Cost) Domain Teknologi adalah berupa biaya tetap dan biaya variabel yang
diperlukan untuk membangun sistem.
2. Manfaat (benefit) Domain Bisnis adalah berwujud penurunan biaya dan atau
peningkatan kinerja atau revenue.
3. Nilai (Value) adalah manfaat yang diperoleh atas pembangunan TI, yang tercermin
pada peningkatan kinerja organisasi pada saat sekarang maupun masa mendatang.
Menurut Parker (1988, p15), alasan digunakannya Information Economics dalam
melakukan penilaian investasi TI adalah:
1. Jenis dan tingkat nilai-nilai yang diperoleh melalui investasi TI pada suatu
perusahaan bervariasi.
2. Adanya keterbatasan sumber daya dalam melakukan investasi TI yang dikaitkan
dengan aspek-aspek bisnis lainnya atau diantara proyek-proyek TI itu sendiri.
3. Perusahaan perlu melakukan alokasi keputusan dengan efektif dan juga
mempertimbangkan hasil yang akan di dapat (baik langsung maupun tidak langsung)
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
4. Analisis Biaya dan Manfaat tradisional (CBA) tidak cukup untuk memperhitungkan
semua aspek dan dampak dari TI sehingga dibutuhkan perangkat lain yang memadai.
Information Economics dapat digunakan sebagai kerangka dasar untuk membantu
pihak manajemen dalam membuat keputusan investasi TI sesuai dengan
24
kelayakannya.
Dalam metode Information Economics dikenal empat tahapan yang dapat
dilakukan dalam mendapatkan keputusan terbaik untuk investasi produk IT (Parker,
1988, p11), yaitu:
1. Identifikasi nilai dan total biaya dari setiap proyek.
2. Menerapkan kriteria ekonomi sementara dalam proses pembuatan keputusan.
3. Memperkirakan alternatif-alternatif yang mungkin terjadi.
4. Alokasi sumber daya yang berharga untuk proyek yang berharga.
2.2.2 Value (Nilai)
Value (nilai) dapat dikatakan sebagai subtitusi untuk manfaat (benefit). Menurut
Parker (1988, p64), Nilai didasarkan pada keuntungan dari persaingan yang dicerminkan
dalam kinerja masa sekarang dan masa yang akan datang.
Nilai (value) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yang terdiri dari :
1. Return on Investment, diperoleh dari analisis biaya-manfaat tradisional dan
merefleksikan usul-usul lanjut dalam menggambarkan efek-efek finansial (baik
biaya dan manfaat) dan teknologi informasi.
2. Strategic Match, manfaat teknologi informasi diukur melalui seberapa besar
dukungannnya terhadap pencapaian tujuan strategis organisasi atau besarnya
kontribusi terhadap kegiatan – kegiatan operasional untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Competitive Advantage, manfaat teknologi informasi informasi diukur melalui
kontribusinya terhadap pencapaian keuntungan kompetitif organisasi. Penggunaan
potensial teknologi informasi adalah untuk menciptakan rintangan persaingan.
Dengan demikian, proyek-proyek teknologi yang mendukung sistem antar organisasi
(inter-organizational system) memiliki manfaat yang lebih tinggi.
25
4. Management Information Support, kategori ini menilai kontribusi proyek-proyek
teknologi informasi terhadap kebutuhan manajemen akan informasi dalam
pengambilan keputusan.
5. Competitive Response, manfaat proyek-proyek teknologi informasi diukur melalui
seberapabesar resiko persaingan jika proyek tersebut tertunda atau tidak
dilaksanakan. Semakin proyek tersebut tidak dapat ditunda, maka manfaatnya
semakin tinggi.
6. Strategic IS Architecture, manfaat proyek SI/TI diukur melalui tingkat kesesuaian
proyek tersebut terhadap perencanaan SI/TI secara keseluruhan.
2.2.3 Cost (biaya)
Menurut Parker (1988, p90), Biaya merupakan sebuah pengukuran atas sejumlah
sumber daya yang diperlukan dalam menghasilkan produk. Biaya dinyatakan
berdasarkan ukuran (jenis) mata uang misalnya rupiah. Dalam information economics,
terdapat dua macam biaya yaitu biaya pengembangan (development cost) dan biaya
berjalan (ongoing cost). Biaya pemeliharaan (maintenance) termasuk biaya berjalan.
2.2.4 Benefit (manfaat)
Benefit (manfaat) lebih berupa suatu bentuk penghematan, pengurangan biaya,
perolehan keuntungan, peningkatan efektifitas atau produktivitas kerja para karyawan.
Menurut Remenyi (1995, p40), manfaat teknologi informasi adalah suatu keuntungan
yang diperoleh perusahaan yang bersedia untuk membayar atas penggunaan TI tersebut.
Parker mengklasifikasikan manfaat kedalam tiga bagian (Parker, 1988) yaitu:
1. Tangible benefit, manfaat nyata atau yang berpengaruh secara langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Contohnya meningkatkan produktivitas, mengurangi
penggunaan kertas, dan sebagainya. Analisis terhadap tangible benefit atau yang
26
bersifat kuantitatif menggunakan perhitungan dengan metode simpleROI-
Traditional Cost-Benefit Analysis (TCBA)
2. Quasi benefit, manfaat yang berada di ruang “abu-abu”, atau yang berpengaruh
langsung terhadap keuntungan tetapi susah dihitung ataupun sebaliknya, tidak
berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan tetapi dapat dihitung. Contohnya
memperbaiki proses perencanaan, perbaikan pengambilan keputusan, dan
sebagainya.
3. Intangible benefit, manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat mempunyai dampak
positif bagi perusahaan, tetapi tidak secara langsung berpengaruh pada keuntungan.
Contohnya meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan moral pegawai, dan
sebagainya.
Gambar 2.5 Relevansi antara IT Benefit Matrix (Remenyi) dan 3 Tipe Manfaat (Parker)
Sedangkan menurut Remenyi (1955, p42), mengelompokkan lebih lanjut kedua
jenis manfaat tersebut dalam IT benefit matrics. Pengelompokan tersebut
mengembangkan dua jenis manfaat menjadi empat jenis manfaat Tangible dibagi
menjadi high tangible (tangible) dan low tangible (intangible), sedangkan measurable
dibagi menjadi high measurable (measurable) dan low measurable (unmeasurable).
27
Gambar 2.6 Matriks Benefit
Adapun pengelompokan tersebut adalah :
1. Tangible measureable merupakaan manfaat yang membawa dampak langsung
terhadap keuntungan perusahaan dan efek tersebut dapat diukur secara objektif.
Contohnya : pengurangan biaya dan peningkatan keuntungan
2. Tangible unmeasureable, merupakaan manfaat yang membawa dampak langsung
terhadap keuntungan perusahaan tetapi sulit untuk dapat diukur secara langsung.
Contohnya: informasi yang lebih baik dan resiko yang lebih rendah serta
peningkatan keamanan.
3. Intangible measureable, merupakan manfaat yang dapat diukur tetapi dampaknya
tidak secara langsung dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan. Contohnya:
peningkatan kepuasan konsumen atau karyawan, penyampaian informasi yang lebih
cepat.
4. Intangible unmeasureable, merupakan manfat yang sulit diukur tetapi dampaknya
tidak secara langsung dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan, contohnya:
persepsi konsumen dan calon karyawan terhadap produk perusahaan, perubahan
pasar.
28
Berdasarkan pengertian diatas dan telah di sesuaikan dengan teori information
economics, maka manfaat tangible measureable dapat dikategorikan sebagai manfaat
tangible; manfaat tangible unmeasureable dan intangible measureable dikategorikan
sebagai manfaat quasi-benefit; dan manfaat intangible unmeasureable dikategorikan
sebagai manfaat intangible.
Untuk biaya pada quasi-intangible berkemungkinan mempunyai beberapa elemen
manfaat yang bisa diukur langsung, tetapi untuk biaya pada intangible hanya
mempunyai nilai yang dapat diukur secara tidak langsung. Biaya-biaya yang akan
dihitung dengan menggunakan lembar kerja biaya pengembangan dan lembar kerja
biaya yang berjalan. Sedangkan manfaat akan dihitung dengan menggunakan teknik-
teknik value linking, value acceleration, value restructuring dan value innovation.
2.2.4.1 Tangible Benefit
Cost Benefit Analys (CBA), menurut Remenyi (2001, p296) didefinisikan sebagai
“the process of comparing the various cost associated with an investment with the
benefits and profits that it return”. Definisi CBA diatas dapat diterjemahkan sebagai
proses yang membandingkan bermacam - macam biaya yang berhubungan dengan
investasi dengan manfaat dan keuntungan yang dikembalikan.
Menurut Parker (1988, p90) CBA merupakan teknik yang paling umum yang
digunakan dalam melakukan perhitungan finansial dari suatu proyek. Dalam CBA
perhitungan yang dilakukan terhadap biaya pengembangan proyek (seperti biaya
hardware, biaya software, biaya training, dan lain-lain), biaya berjalan dan
penghematan atau pengurangan biaya uang mungkin terjadi.
29
2.2.4.2 Quasi tangble benefit
2.2.4.2.1 Value Linking dan Value Acceleration
Parker (1988, p111) mengatakan bahwa “value linking is used to evaluate
financially the combined effects of improving performance of a function and any
consequential results from a separate function”. Dari definisi tersebut dapat
diterjemahkan sebagai berikut : value linking digunakan untuk mengevaluasi secara
finansial efek dari perubahan performa sebuah fungsi atau proses atau pengaruh terhadap
peningkatan kinerja perusahaan, dimana nilai tersebut tidak tergantung terhadap waktu.
Parker (1988, p111) mengatakan bahwa “value acceleration is used to evaluate
financially any time acceleration of benefits (and cost) because of linking two
departements or function in a cause effect relationship”. Dari definisi tersebut dapat
diterjemahkan sebagai berikut : value acceleration digunakan untuk mengevaluasi
keuangan perusahaan dimana percepatan perolehan manfaat dan penghematan biaya
karena hubungan dua fungsi dalam hubungan sebab akibat, biasanya dipicu oleh suatu
waktu atau perbaikan di bagian lain (ripple effect) sedangakn pada value linking sama
dengan value acceleration tetapi tidak bergantung pada waktu
2.2.4.2.2 Value Restructuring
Parker (1988, p122) menyatakan bahwa “Value restructuring ties the effects of
information technology to result measured through increased productivity it assesses the
movement of job activity from lower value function to higher value function”. Dari
definisi diatas dapat diterjemahkan bahwa value restructuring mengacu pada nilai yang
berhubungan dengan suatu pekerjaan atau fungsi bagian; diukur dengan peningkatan
produktivitas yang didapat dari usaha pada suatu bagian dari aktivitas dengan manfaat
yang lebih rendah menjadi meningkat lebih tinggi.
30
2.2.4.2.3 Innovation Valuation
Parker (1988, p134) menyatakan bahwa “Innovation creates new functions within
the business domain, it changes the way the enterprise conducts its business”. Inovasi
menghasilkan fungsi baru yang dapat mengubah cara suatu perusahaan dalam
melakukan bisnis. Aplikasi SI yang inovatif menjadi penggerak dalam perubahan
strategi bisnis, produk dan layanan, serta domain bisnis dari organisasi.
Tehnik innovation valuation lebih berfokus pada orgnisasi dibandingkan kepada
biaya dan resiko teknologi. Tehnik ini sangat berguna untuk melakukan evaluasi pada
teknologi baru yang belum pernah diterapkan.
2.2.4.3 Intangible Benefit
Menurut Parker (1988, p101), contoh intangible benefit adalah informasi yang
lebih tepat waktu (menyediakan peringatan perubahan yang lebih cepat), meningkatan
perencanaan organisasional (membuat organisasi lebih adaptif untuk perubahan),
meningkatan fleksibilitas organisasional (mengijinkan organisasi untuk berubah lebih
cepat), promosi dari pembelajaran dan pemahaman organisasional (meningkatkan
kemampuan organisasional yang diperlukan untuk menyukseskan perubahan),
ketersediaan informasi yang baru, lebih baik dan lebih banyak (memberikan kesempatan
untuk bersaing lebih efektif), meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan moral
pegawai, dan sebagainya. Atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai manfaat tidak
nyata atau yang dapat dilihat mempunyai dampak yang positif bagi perusahaan, tetapi
tidak secara langsung berpengaruh pada keuntungan.
2.2.5 Analisis Business Domain dan Technology Domain
Dalam hal ini perusahaan digambarkan dalam dua bagian yaitu : aktivitas bisnis
dan aktivitas pendukung teknologi. Domain saat ini digunakan untuk
31
mengkarakteristikan dua aktivitas yang berbeda. Tujuan dari pembagian ini untuk
menekankan peran yang berbeda dari manajemen dan perencanaan dalam bisnis dan
teknologi. Domain bisnis adalah pengguna (user) dari teknologi informasi. Domain
Teknologi adalah penyedia layanan teknologi informasi. Penyedia layanan bisa dari
departemen SI atau spesialis teknikal didalam organisasi bisnis yang bertanggung jawab
termasuk personal computing. Di dalam domain bisnis, kegunaan dari sistem komputer
untuk menyimpan dan mengatur data personal yang dapat membuat beberapa tanggung
jawab manajemen domain teknologi, seperti: desain sistem, pengembangan software,
pengaturan data yang berlebihan, keamanan dari informasi, dan wewenang untuk staff
agar mendapatkan dan menggunakan informasi didalam sistem.
Analisis business dan technology domain merupakan model yang menekankan
perbedaan biaya (cost) dan nilai (value) dalam dua domain. Dari perspektif domain
bisnis, value diciptakan dengan penggunaan teknologi informasi untuk menghasilkan
pendapatan, mengurangi biaya, dan meningkatkan keefektifan. Dari perspektif domain
teknologi, value merupakan investasi pada domain teknologi yang dibutuhkan untuk
menciptakan layanan.
Biaya dalam domain bisnis didefinisikan sebagai pembayaran untuk penggunaan
sumber daya teknologi yang diaplikasikan untuk memproduksi value, termasuk resiko.
Biaya yang dimaksud dalam domain bisnis adalah biaya atas sumber daya proyek yang
digunakan bersama dengan proyek lainnya (shared resource), misalnya penggunaan
jaringan komunikasi data atau komputer main-frame. Sedangkan biaya dalam domain
teknologi didefinisikan sebagai biaya atas penggunaan sumber daya sebenarnya yang
digunakan langsung untuk layanan ke domain bisnis, termasuk resiko.
32
Domain Bisnis Domain TeknologiNilai : Biaya :Dihasilkan dari penggunaan teknologi Menguraikan sumber daya yang digunakaninformasi. Menghasilkan laba, mengurangi untuk memberikan pelayanan jasa kepada biaya dan meningkatkan efektivitas dari domain bisnis, termasuk didalamnya resiko.nilai.
Biaya : Nilai :Diuraikan sbagai atribut teknologi dan bisnisuntuk sumber daya yang digunakan untuk Biaya direcover atau keuntungan dihasilkanmenghasilkan nilai. Termasuk didalamnya atau investasi yang dibuat dalam domainresiko. teknologi.
Nilai bersih yang dihasilkan : Nilai pendukung yang dihasilkan :Kelayakan bisnis dan justifikasi ekonomis Kelayakan teknis dan kelangsungan ekonomisuntuk proyek berdasarkan bisnis performance. proyek berdasarkan kelangsungan teknologi.
Jasa menciptakan nilai bisnis
Pembalik dari jasa & fasilitas
Gambar 2.7 Analisa Business and Technology Domain
2.2.5.1 Business Domain
Business domain adalah variabel yang ditambahkan dalam menghitung nilai total
dari sebuah proyek TI dalam membuat ranking keseluruhan dari proyek menjadi
realistis. Variabel ini di tambahkan untuk menghitung faktor-faktor yang tidak dapat
secara langsung dihitung oleh ROI sederhana dengan kata lain untuk menghitung
manfaat-manfaat yang bersifat intangible.
Menurut Parker (1966,p144) faktor–faktor dalam business domain antara lain:
1. Strategic Match (SM)
Manfaat teknologi informasi diukur melalui seberapa besar dukungannya terhadap
pencapaian tujuan strategis organisasi atau besarnya kontribusi terhadap kegiatan–
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Competitive Advantage (CA)
Manfaat teknologi informasi diukur melalui kontribusinya terhadap pencapaian
keuntungan kompetitif organisasi. Penggunaan potensial teknologi informasi adalah
untuk menciptakan rintangan persaingan. Dengan demikian, proyek-proyek teknologi
33
yang mendukung sistem antar organisasi (inter-organizational system) memiliki manfaat
yang lebih tinggi.
Ada tiga tujuan dasar yang harus dicapai perusahaan, jika perusahaan
menginginkan peningkatan CA yaitu :
Perusahaan harus memposisikan diri untuk mengubah struktur industri. Contohnya
yaitu : Mengubah kapasitas produksi barang.
Perusahaan harus memperbaiki posisi perusahaan dalam bisnis yang dijalani.
Perusahaan harus mendukung inisiatif yang merubah lingkup persaingan dari bisnis.
Contohnya: Menciptakan suatu barang yang unik, dimana keunikan tersebut
mempunyai nilai lebih dimata pelanggan.
Perusahaan harus menciptakan kesempatan bisnis baru.
3. Competitive Response (CR)
CR mengukur tingkat dimana kegagalan sistem dapat menciptakan ancaman
persaingan bagi perusahaan atau dapat dikatakan manfaat proyek-proyek teknologi
informasi diukur melalui seberapa besar resiko persaingan jika proyek tersebut tertunda
atau tidak dilaksanakan. Semakin proyek tersebut tidak dapat ditunda, maka manfaatnya
semakin tinggi. Hal ini dapat muncul dikarenakan pesaing telah terlebih dahulu
menyediakan pelayanan, produk, pertukaran data serta beberapa otoritas dalam
menjalankan sistem sebagai kondisi dari jalannya suatu aktivitas bisnis.
4. Management Information for CSF’s (MI)
Kategori ini menilai kontribusi proyek-proyek teknologi informasi terhadap
kebutuhan manajemen akan informasi dalam pengambilan keputusan. MI berfokus pada
seberapa jauh proyek TI atau SIM akan menyediakan informasi manajemen kepada
kegiatan inti perusahaan atau Line of Business perusahaan. (Management Information
34
Support of Core Activities). Penilaian (skor) dalam kategori ini tergantung dari derajat
dimana inisiatif dalam menyediakan informasi manajemen yang mengijinkan pembuat
keputusan untuk menaksir operasi dan untuk membuat mereka menjadi lebih efektif, dan
menguntungkan bagi perusahaan secara materiil.
5. Project or Organizational Risk
Project or Organizational Risk memfokuskan diri pada kemampuan perusahaan
untuk beradaptasi dengan perubahan atas perencanaan bisnis organisasi. Proses evaluasi
memfokuskan kepada bisnis domain organisasi bukan kepada teknik dari suatu
organisasi. Project or Organizational Risk ini merupakan resiko jangka pendek yang
cocok dengan BPR (Business Proses Reenginering) dan restrukturasi organisasi. Hal
tersebut merefleksikan tingkatan dari sejumlah komponen bisnis organisasi yang terkait.
Ini termasuk rencana bisnis in-place, perubahan sistem manajemen, rencana kontigensi,
dan kebutuhan pasar yang telah didefinisikan dan dimengerti dengan baik.
2.2.5.2 Domain Teknologi
Variabel yang terdapat dalam domain teknologi lebih membahas pada resiko dan
keuntungan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi pada sebuah proyek. Menurut
Parker (1988), terdapat 4 variabel dalam domain teknologi yang digunakan untuk
menghitung manfaat-manfaat maupun resiko yang bersifat intangible yaitu :
1. Strategic IT Architecture (SITA)
Manfaat proyek SI/TI diukur melalui tingkat kesesuaian proyek tersebut terhadap
perencanaan SI/TI secara keseluruhan. SITA berfokus pada keterkaitan antara
implementasi TI yang sudah dilakukan dengan perencanaan strategis TI perusahaan
secara keseluruhan. Aliansi ini direfleksikan dalam perencanaan TI (blueprint), yang
menyediakan struktur kedalam data masa depan, sistem, kecocokan inisiatif dan
35
mengidentifikasikan prioritas. Suatu implementasi TI yang baik harus mampu
menunjang strategi sistem informasi secara keseluruhan untuk merefleksikan rencana TI
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Definitional Uncertanty (DU)
Manfaat proyek SI/TI diukur dari seberapa besar ketidakpastian akibat perubahan
dari target, DU mendefinisikan ketidakpastian yang membebani spesifikasi dari tujuan
perusahaan (user atau bisnis) yang dikomunikasikan pada staff proyek TI. Ketika user
tidak dapat mendeskripsikan masalah dengan baik, atau masalah terus berubah secara
konstan, kelompok TI ditekan untuk menjawab dengan jawaban yang benar dan layak.
Jika kebutuhan sudah ditetapkan dengan tepat tanpa terjadi perubahan lagi, maka akan
lebih mudah bagi staff TI untuk menyediakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan para
user.
3. Technical Uncertanty (TU)
Manfaat proyek SI/TI diukur dari seberapa besar ketergantungan proyek terhadap
empat faktor yaitu keahlian, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan
sistem.
4. Infrastructure Risk (IR)
Manfaat proyek SI/TI diukur dari seberapa pentingnya investasi non-proyek untuk
mengakomodasi proyek ini. Hal ini merupakan sebuah penilaian lingkungan yang
meliputi faktor-faktor seperti administrasi data (seperti kebutuhan kamus data),
komunikasi (adanya bentuk komunikasi yang baru) dan sistem yang tersebar (seperti
metode akses yang baru).
36
2.2.6 Analisa Biaya Manfaat
Analisa biaya manfaat dapat digunakan dalam dua cara, yang pertama adalah
sebagai alat perencana yang membantu dalam pengambilan keputusan apakah suatu
sistem layak atau tidak layak. Kedua, analisa biaya manfaat digunakan sebagai alat
evaluasi apakah proyek sistem informasi sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis biaya
manfaat ini. Pertama adalah studi kelayakan untuk proyek. Kedua, pada tahap akhir
proyek. Dan terakhir kepentingan bagi proyek besar. Analisis biaya manfaat ini
dikerjakan setelah implementasi yang digunakan untuk menilai keberhasilan finansial
suatu proyek.
Menurut Parker (1988, p90), Biaya (Cost) merupakan sejumlah sumber daya yang
dikeluarkan atau dihabiskan untuk membiayai proyek yang dibangun. Manfaat lebih
berupa suatu bentuk penghematan, pengurangan biaya, perolehan keuntungan,
peningkatan efektifitas atau produktivitas kerja para karyawan.
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan hubungan antara
biaya dan manfaat, di antaranya: Simple Return on Investment (Simple ROI), Discounted
Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan lain–lain.
2.2.6.1 Simple Return on Investment (Simple ROI)
Simple ROI, tehnik ini yang disebut juga dengan accounting rate of return. Simple
ROI adalah rasio pendapatan bersih rata-rata proyek terhadap investasi internal proyek
itu. Metode ini sangat baik untuk proyek pemrosesan data atau sistem informasi. Biaya
implementasi dan operasional serta manfaat yang diharapkan akan ditentukan untuk
tahun-tahun mendatang. Titik ketika akumulatif manfaat melebihi akumulatif biaya
adalah titik dimana dasar ROI diperoleh.
37
2.2.6.2 Lembar Kerja untuk Menghitung ROI
Parker (1988, p95), Untuk menghitung ROI sederhana, digunakan tiga lembar
kerja (worksheet) :
1. Development Cost Worksheet (Lembar Kerja Biaya Pengembangan)
Lembar kerja berisi semua biaya awal pembangunan proyek pada tahun pertama.
Dalam lembar kerja biaya pengembangan ini, terdiri atas lima kategori:
1. Development Effort (usaha pengembangan), mencakup biaya peningkatan sistem dan
pemrograman, biaya peningkatan adanya tambahan karyawan, seperti data
administrasi.
2. New Hardware (perangkat keras baru), mencakup biaya-biaya tambahan untuk
berbagai peralatan, seperti terminal, printer, monitor, jaringan komunikasi, dan
sebagainya.
3. New Purchased Software (pembelian perangkat lunak baru), mencakup semua biaya
yang berkaitan dengan adanya tambahan software baru dalam perusahaan.
4. User Training (pelatihan user), mencakup keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan pelatihan bagi pengguna dengan adanya suatu sistem yang baru.
5. Other Costs (biaya lain-lain), mencakup semua biaya lain yang dikeluarkan, termasuk
juga biaya pengujian sistem baru pada saat sistem tersebut diimplementasikan.
38
Gambar 2.8 Development Cost Worksheet
2. Ongoing Expenses Worksheet (Lembar Kerja Biaya Berjalan)
Lembar kerja berisi biaya berjalan dan biaya yang akan datang dari awal proyek
hingga tahun terakhir proyek. Untuk lembar kerja biaya berjalan dibagi menjadi enam
kategori, yaitu :
1. Apllication Software Maintenance (pemeliharaan aplikasi perangkat lunak)
2. Incramental Data Storage Expanses (penambahan biaya data storage)
3. Incramental Communications (penambahan komunikasi)
4. New Software and Hardware Leases (penyewaan perangkat lunak dan perangkat
keras)
5. Supplies (persediaan)
6. Others (lainnya).
39
Gambar 2.9 Ongoing Expenses Worksheet
Biaya pemeliharaan aplikasi perangkat lunak diperoleh dari penghitungan jumlah
hari pengembangan (dari lembar kerja biaya pengembangan). Biaya penambahan data
storage adalah hasil dari penghitungan jumlah megabytes dengan penghitungan biaya
megabytes. Biaya penambahan komunikasi adalah biaya yang berhubungan dengan
sambungan telepon, pesan-pesan, dan sebagainya. Biaya yang berhubungan dengan
penyewaan perangkat lunak dan perangkat keras yang baru diketahui bersamaan dengan
pasokan dan biaya-biaya lainnya. Seperti lembar kerja biaya pengembangan, lembar
kerja biaya berjalan harus dikembangkan setiap tahunnya, sehingga biaya diharapkan
dapat diperoleh.
40
3. Economic Impact Worksheet (Lembar Kerja Dampak Ekonomis)
Lembar kerja ke tiga merangkum dampak ekonomis dari proyek. Penilaian
dampak ekonomis didasarkan pada hubungan garis lurus untuk menghitung ROI
sederhana dari periode aliran kas bersih selama 5 tahun.
Bagian utama lembar kerja ini adalah pertama, membuat biaya bersih investasi
yang dibutuhkan (net investment required) yang diambil langsung dari Development
Cost Worksheet. Kedua, membuat alur dana tahunan (yearly cash flows) yang didapat
langsung dari manfaat ekonomis bersih (net economic benefit), dijumlahkan dengan
pengurangan biaya operasional (operating cost reduction) menghasilkan pendapatan
sebelum pajak (pre tax income). Lalu di kurangi ongoing expenses. Simple ROI
dikalkulasi dari pembagian rata-rata net cash flow selama 5 tahun dibagi net investment
required. Setelah mendapat simple ROI, maka skor proyek dapat ditentukan
Gambar 2.10 Economic Impact Worksheet
41
2.2.7 Analisa Corporate Values
Menurut Parker (1996, p311), banyak nilai (value) penting yang terlewatkan jika
hanya menggunakan kuantifikasi seperti return on investment (ROI). Beberapa nilai
tersebut bersifat unik pada domain teknologi dan beberapa lainnya unik dalam domain
bisnis.
Category Business Domain Technology Domain
Financial Values Return On Investments
Strategic Values - Strategic Match
- Competitive Advantage
- Competitive Response
- Management Information
for CSF
Strategic IT Architecture
OrganizationalRisk
and Uncertainty
Project or Organization Risk - Definitional Uncertainty
- Technical and Uncertainty
- Infrastruktur Risk Tabel 2.2 Corporate Value and Risk
1. Financial Values
Financial values merupakan manfaat yang dapat diukur dengan dasar akuntansi.
Nilai yang terdapat pada domain bisnis adalah business based financial value (nilai
keuangan berbasis bisnis). Business based financial value memperhitungkàn biaya dan
manfaat yang tangible. Manfaat dan biaya yang diharapkan dalam implementasi suatu
sistem harus ditentukan. Sedangkan untuk hubungan antara manfaat dan biaya
ditentukan pada simple ROI (Parker, 1996, p312), pengukuran nilai ROI mengambil dari
nilai project yang paling penting dari semua faktor, sehingga memiliki nilai yang paling
besar.
42
2. Strategic Values
Strategic values merupakan ni1ai yang didapat dari tindakan yang mengkontribusi
pencapaian tujuan perusahaan yang bersifat eksternal. Nilai-nilai ini adalah orientasi
pasar dan produk, yang sering kali dideskripsikan sebagai pangsa pasar, penciptaan
pasar, diferensiasi produk, hubungan dengan pelanggan, dan lain-lain. Strategic values
berfokus pada pencapaian pasar-pasar spesifik, strategi produk dan pelanggan (strategic
match), penciptaan pasar baru atau memperluas pangsa pasar yang ada (competitive
advantage), dan mempertahankan pangsa pasar yang ada (competitive response), juga
ketersediaan informasi berkualitas untuk pengambilan keputusan (management
information for CSFs).
• Strategic Match
Strategic match berfokus pada derajat dukungan perusahaan atau selaras
dengan tujuan perusahaan (lini bisnis). Nilai ini mendukung peningkatan skor
dan aplikasi inovatif yang secara langsung mendukung pencapaian tujuan- tujuan
perusahaan. Skor ini mempunyai rentang dari 0 (tidak ada hubungan dengan
tujuan strategis bisnis) sampai 5 (mempunyai hubungan langsung dengan tujuan
strategis bisnis).
• Competitive Advantage
Untuk memasukkan keunggulan bersaing (competitive advantage) sebagai
bagian dan nilai strategis (strategic values), perusahaan harus bisa memilih
strategi dan memperkirakan kontribusinya. Nilai skor atas competitive advantage
bergantung pada tingkat dimana tindakan yang diusulkan berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap kemampuan bersaing perusahaan.
43
• Competitive Response
Competitive response mengukur tingkat kegagalan yang berakibat terhadap
penurunan kemampuan bersaing perusahaan. Meskipun memiliki konsep yang
sama dengan competitive advantage, competitive response mengikutsertakan
resiko kehilangan pangsa pasar yang mana jika itu terjadi maka akan sangat sulit
atau bahkan tidak mungkin untuk mendapatkanya kembali.
• Management Information for Critical Success Factors
Kemampuan manajemen untuk menyebarkan inforniasi tentang keputusan
yang diambil adalah sangat penting bagi perusahaan. Management Information
for CSFs merupakan perkiraan atas kontribusi tindakan terhadap kebutuhan
manajemen akan informasi tentáng aktivitas kritis.
Pemberian skor bergantung dari tingkat kemampuan dalam menyediakan
informasi yang membantu pengambil keputusan dan membuat mereka menjadi
lebih efektif dan menguntungkan bagi perusahaan. Pernberian skor juga
bergantung pada perluasan di mana manajemen informasi mendukung kunci-
kunci sukses yang telah ditetapkan sebelumnya dan aktivitas-aktivitas kunci.
• Strategic IT Architecture
Strategic IT architecture rnengevaluasi tingkat dimana tindakan (inisiatif)
selaras dengan keseluruhan strategi teknologi. Keselarasan ini merefleksikan
rencana IT (blueprint) yang menyediakan struktur yang mana data, sistem, dan
inisiatif yang cocok dan mengidentifikasi prioritas.
44
3. Organizational Risk and Uncertainty
Kata risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara
bergantian dan mengatakan bahwa kedua kata ini sama saja. Tetapi menurut Parker
(1996, p 235) kedua kata ini dibedakan pengertiannya.
Risk terjadi ketika hasil dari tindakan dan situasi tidak pasti, dimana rentang dan
hasil yang mungkin diketahui dan kemungkinan yang diasosiasikan dengan hasil ini
diketahui dan diperkirakan dengan tingkat keakuratan. Uncertainty berhubungan dengan
tindakan dan situasi ketika rentang hasil diketahui tetapi kemungkinan dari hasil adalah
sulit untuk diperkirakan secara akurat, atau dalam situasi ekstrim bahkan kemungkinan
hasil tidak diketahui sama sekali.
• Project or Organizational Risk
Project or Organizational Risk memfokuskan diri pada kemampuan
perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan atas perencanaan bisnis
organisasi. Proses evaluasi memfokuskan kepada bisnis domain organisasi bukan
kepada teknik dari suatu organisasi. Project or Organizational Risk ini
merupakan resiko jangka pendek yang cocok dengan BPR (Business Proses
Reenginering) dan restrukturasi organisasi. Hal tersebut merefleksikan tingkatan
dari sejumlah komponen bisnis organisasi yang terkait. Ini termasuk rencana
bisnis in-place, perubahan sistem manajemen, rencana kontigensi, dan kebutuhan
pasar yang telah didefinisikan dan dimengerti dengan baik.
• Definitional Uncertainty
IT definitional uncertainty, bersamaan dengan IT technical and
implementation risk dan IT services delivery risk menekankan pada resiko
45
implementasi dan penyampaian dan mengekspresikan tingkat stabilitas dan
lingkungan yang ada. Pada umumnya, definisi ketidakpastian (definitional
uncertainty) memperkirakan spesifikasi tujuan organisasi (user atau business)
yang dikomunikasikan terhadap proyek personal teknologi informasi. Karena itu
ketika user dan bisnis tidak secara tepat mendefinisikan suatu masalah maka
pihak teknologi informasi pun tidak akan bisa mencarikan suatu solusi yang
tepat.
• Technical and Uncertainty :
Technical and uncertainty menekankan pada risiko organisasional jangka
pendek yang berkembang di seputar keahlian yang ada, ketergantungan terhadap
teknologi baru atau yang belum pernah dicoba diterapkan yang mungkin
melibatkan teknologi tunggal atau kombinasi dan sekumpulan keahlian teknis
baru, dan peralatan perangkat keras dan lunak.
Resiko teknis dan implementasi merefleksikan 5 komponen resiko dalam
proyek IT, yaitu:
a. Kebutuhan, keahlian rnerefleksikan tingkat keahlian kritis yang diperlukan
terhadap ketersediaan manajemen dan staf.
b. Ketergantungan perangkat keras, merefleksikan kebutuhan perangkat keras
terhadap yang tersedia sekarang atau yang sedang digunakan.
c. Ketergantungan perangkat lunak (selain aplikasi perangkat lunak),
memperkirakan secara langsung terhadap kemajuan teknologi.
d. Aplikasi perangkat lunak, merefleksikan keadaan yang secara komersial
tersedia atau yang ada terhadap keadaan baru, walaupun didapat melalui
subkontrak.
46
e. Ketergantungan imp1ementasi aplikasi, merefleksikan tingkat kompleksitas
implementasi termasuk lama proyek, teknologi baru, keakurasian perkiraan,
dan kompleksitas dan pelaksanaan organisasi.
Bisnis dapat (bisa tidak) memasukkan resiko ini sebagai bagian dan kriteria
dalam pengambilan keputusan dalam membuat strategi. namun, apapun
keputusan bisnis tersebut, organisasi IT harus memasukkan penilaian ini dalam
pembangunan strateginya.
• Infrastructure Risk
Manfaat proyek SI/TI diukur dari seberapa pentingnya investasi non-
proyek untuk mengakomodasi proyek ini Skor ini mempunyai rentang dari 0
sampai 5.