7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
1/7
REVIEW
URTICARIA DAN ANGIOEDEMA
Amin Kanani1, Robert chellenberg1, Richard Warrington2
Abstrak
Urtikaria (hives) adalah kelainan yang umum dan sering menunjukkan angioedema
(pembengkakan yang terjadi dibawah kulit). Umumnya dikelompokkan menjadi akut,
kronik atau fisik. Obat generasi kedua, non sedating H1 receptor anti histamin
merupakan terapi utama untuk urticaria akut dan kronis. Angioedema dapat terjadi
tanpa urtikaria dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor yang
menyebabkan angioedema dan angioedema idiopatik merupakan penyebab umum.
Penyebab yang jarang adalah angioedema herediter (Hae) atau angioedema yang
didapat/ herediter (AAE). Meskipun angioedema yang berhubungan dengan
gangguan ini terbatas, keterlibatan laringyang dapat mnyebabkan asfiksia pada
beberapa kasus. Manajemen dari HAE dan AAE melibatkan profilaksis untuk
mencegah serangan dari angioedema (misalnya menghindari pemicu, penggunaan
androgen yang dilemahkan, asam traneksamat, dan plasma- derifat C1 inhibitor
replacement therapy) serta intervensi farmakologis untuk pengobatan saat serangan
akut (misalnya, C1 inhibitor therapy, ecallantide dan icatibant). Pada artikel ini,
penulis meninjau penyebab, diagnosis dan manajemen urtikaria (dengan atau tanpa
angioedema) dan manajemen isolated angioedema yang bervariasi dari angioedema
yang terjadi dengan urtikaria.
Pendahuluan
Urtikaria (hives) adalah keluhan yang umum, terjadi 1-25% dari individu pada
kehidupannya [1,2]. Karakteristiknya berupa gatal yang berulang, lesi warna merah
muda sampai merah dengan pembengkakan yang sering diikuti dengan inti yang
pucat (wheals) (gambar 1). Diameter lesi bervariasi dari beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter, dan sering bersifat sementara, berlangsung kurang dari 48 jam
[1-4]. Sekitar 40% dari pasien urtikaria juga mengalami angioedema (pembengkakan
yang terjadidi bawah kulit) [1]. Sel Mast adalah efektor utama dalam urtikaria
dan banyak kasus angioedema. Sel ini terdapat di kulit, mukosa, dan daerah lain
tubuh, memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor imunoglobulin E (IgE). Degranulasi
sel mast mengarah ke pelepasan mediator inflamasi, seperti histamin, leukotrien dan
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
2/7
prostaglandin, yang menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran plasma dan di bawah
kulit. Terdapat juga delayed secretion/sekresi tipe lambat (4-8 jam) dari sitokin
inflamasi (misalnya, tumor necrosis factor, interleukin 4 dan 5) yang berpotensi
mengarah pada respon inflamasi dan lesi yang lama [1].
Urtikaria umumnya diklasifikasikan menjadi akut, kronis atau fisik, tergantung
pada durasi gejala dan ada atau tidaknya pencetus (lihat Gambar 2). Urtikaria akut
mengacu pada lesi kurang dari 6 minggu, dan urtikaria kronis untuk lesi yang lebih
dari 6 minggu, biasanya diasumsikan bahwa lesi yang ada terjadi setiap hari dalam
seminggu [5]. Kasus terbanyak adalah urtikaria yang akut sekitar 30% kemudian
menjadi kronis. Urtikaria fisik merupakan urtikaria yang berbeda dari subkelompok
urtikaria kronis yang disebabkan oleh rangsangan fisik eksternal eksternal seperti
menggaruk (dermatographism, bentuk umum dari urtikaria fisik), dingin, panas, sinar
matahari dan tekanan.
Meskipun urtikaria akut umumnya mudah diterapi dan mempunyai prognosis
yang baik, urtikaria kronis atau urtikaria parah sering dikaitkan dengan morbiditas
dan penurunan kualitas hidup [6]. Urtikaria fisik juga cenderung lebih parah dan
tahan lama, dan sulit untuk diobati [1,3].
Bagian pertama dari artikel ini akan fokus pada penyebab, diagnosis dan
manajemen dari jenis urtikaria yang umum (dengan atau tanpa angioedema).
Seperti dijelaskan sebelumnya, angioedema biasanya terjadi dengan urtikaria,
evaluasi serta manajemen sama dengan urtikaria. Bagian selanjutnya akan
meninjau work-up dan manajemen isolated angioedema, yang bervariasi jauh dari
diagnosis dan pengobatan angioedema yang terjadi dengan urtikaria.
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
3/7
Klasifikasi dan etiologi
Urtikaria kronis
Urtikaria kronis lebih sering terjadi pada orang dewasa, dan lebih sering pada
wanita daripada laki-laki [1,4]. Secara umum, urtikaria kronis diklasifikasikan sebagai
urtikaria autoimun kronis atau idiopatik urtikaria kronis (lihat Gambar 2) [4,5]. Dalam
urtikaria autoimun kronis, imunoglobulin G (IgG) bersirkulasi dengan autoantibodies
dan bereaksi terhadap high affinity IgE receptor pada sel mast di dermis dan basofil,
yang mengarah ke stimulasi sel dan melepaskan histamin dan mediator inflamasi
lain yang menyebabkan urtikaria dan angioedema [2,5]. Autoimun urtikaria kronisjuga dikaitkan dengan antibodi antitiroid pada 27% kasus, serta kondisi autoimun
lain seperti vitiligo (gangguan kronis yang menyebabkan depigmentasi kulit) dan
rheumatoid arthritis [1,2,5]. Hal ini juga telah diusulkan bahwa Helicobacter pylori (H.
pylori), memiliki sel amplop yang sifatnya immunologis, mungkin berperan secara
tidak langsung pada etiologi urtikaria autoimun kronis denan menurunkan kekebalan
tubuh dan merangsang pembentukan autoantibodi. Namun, penting untuk dicatat
bahwa terbatanya studi yang dilakukan di daerah dapat menyebabkan hasil yangbertentangan [7,8].
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
4/7
Pasien dengan urtikaria idiopatik kronis tidak memiliki bukti pada
autoimunitas. Bentuk urtikaria yang muncul, terlihat dengan adanya aktivasi dari sel
mast, tetapi mekanisme yang memicu sel mast tidak diketahui. Meskipun jarang,
urtikaria kronis mungkin juga merupakan manifestasi dari suatu penyakit sistemik
[1,3].
Urtikaria akut
Penyebab yang paling sering dari urtikaria akut (dengan atau tanpa angioedema)
adalah obat-obatan, makanan, infeksi virus, parasit infeksi, racun serangga, dan
kontak alergen, khususnya hipersensitivitas pada latex. Obat-obatan yang sering
menyebabkan urtikaria angioedema adalah antibiotik (terutama penisilin, dan
sulfonamid), non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID), asetilsalisilat acid (ASA),
opiat, dan narkotika. Makanan yang dominan menyebabkan urtikaria adalah susu,
telur, kacang tanah, pohon kacang-kacangan, ikan, dan kerang. Sekitar 50% pasien
dengan urtikaria akut, penyebabnya tidak diketahui (idiopathic urticaria) [1,2,9].
Urtikaria fisik
Seperti disebutkan sebelumnya, urtikaria fisik dipicu oleh rangsangan fisik. Urtikaria
fisik yang paling sering adalah dermatographism (juga dikenal sebagai "tulisan
kulit"), dimana lesi diciptakan atau "tertulis" pada kulit dengan menggosokatau
menggaruk kulit. Urtikaria kolinergik adalah juga banyak dan berasal dari
peningkatan suhu basal tubuh yang terjadi setelah aktifitas fisik atau terpapar oleh
panas. Stimulus fisik lainnya yaitu paparan dingin (cold-induced urtikaria), sinar
ultraviolet (urtikaria solar), air (aquagenic urticaria) dan olahraga. Lesi yang
dihasilkan oleh rangsangan fisik biasanya terlokalisir pada area yang terstimulasi
dan membaik dalam waktu 2 jam. Namun, pada beberapa pasien mungkin
mengalami keterlambatan urtikaria/ delayed pressure urticaria dimana datang
perlahan setelah tekanan ( biasanya 30 menit sampai 2 jam) dapat berlangsung
beberapa jam atau berhari-hari. Contoh tempat yang biasanya terjadi adalah di
pinggang (setelah memakai celana ketat) dan daerah dari pergelangan kaki atau
betis yang kontak dengan kaos kaki [1-3,5].
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
5/7
Diagnosis
Diagnosis urtikaria (dengan atau tanpa angioedema) berdasarkan pada gejala klinis
menyeluruh dan pemeriksaan fisik. Uji tes diagnostik juga dapat dipertimbangkan
untuk membantu konfirmasi dari diagnosis akut, kronis atau urtikaria fisik.
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus mecakup informasi rinci mengenai:
frekuensi, waktu, durasi dan pola kekambuhan, bentuk, ukuran, lokasi dan distribusi
lesi, allergen (misalnya, makanan, obat-obatan, rangsangan fisik, infeksi, sengatan
serangga), riwayat terapi sebelumnya dan riwayat pribadi atau keluarga atopi [1,3].
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
6/7
Banyak kondisi dapat dengan sulit dibedakan dengan urtikaria, terutama urtikaria
vaskulitis dan mastositosis sistemik (lihat Tabel 1 untuk kondisi yang
dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari urtikaria). Pada vaskulitis urtikaria,
lesi biasanya lebih sakit dibandingkan pruritus, lebih dari 48 jam, dan meninggalkan
bekas memar atau perubahan warna pada kulit [1,10]. Mastosistoss sistemik (juga
disebut penyakit sel mast sistemik) adalah kondisi yang langka dimana melibatkan
organ-organ interna selain kulit. Dalam gangguan ini, sel mast atipikal berkumpul di
berbagai jaringan yang mempengaruhi hati, limpa, kelenjar getah bening, sumsum
tulang dan organ lainnya [1,9].
Tes diagnostik
Skin prick test (SPTS) dan tes serum-IgE spesifik dapat membantu mengkonfirmasi
diagnosis urtikaria akut yang dihasilkan dari alergi atau reaksi IgE-mediated (tipe I)
dari makanan alergen, alergi lateks, sengatan serangga dan antibiotik. Tes ini baik
dilakukan oleh allergists dengan pengalaman dalam menafsirkan hasil tes dan
disesuaikan dengan kondisi klinis yang tepat. Tes diagnostik dapat membantu dalam
diagnosis dan diferensial diagnosis dari urticaria, termasuk: hitung darah lengkap
(CBC), protein serum elektroforesis (SPE), serum uji kulit (ASST), tes aktivasi
basofil, tiroid autoantibodies, H. pylori, antinuclear antibodi (ANA), dan tingkat
sedimentasi eritrosit (ESR). SPE dapat digunakan untuk mengidentifikasi
peningkatan IgG, karena itu dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis penyakit
autoimun kronis. Adanya autoantibodi tiroid juga sugestif pada kejadian urtikaria
autoimun kronis. Peningkatan dari ESR atau ANA menunjukkan adanya penyakit
sistemik yang mendasari seperti infeksi kronis atau vaskulitis [2]. ASST saat ini salah
satu tes yang paling indikatif untuk diagnosis urtikaria autoimun kronis (Sensitivitas:
65-81%, spesifisitas: 71-78%) [11]. Melibatkan injeksi intradermal dari serum pasien
sendiri (diambil saat ada gejala urtikaria) .
Sebuah wheal positif dan flare reaction dianggap indikasi adanya yang beredar ke
afinistas tertinggi pada reseptor IgE di sel mast. Namun, perlu dicatat bahwa ASST
tidak tersedia luas dan sulit digunakan pada anak kecil karena ketidaknyamanan
pada suntikan intradermal [3]. Saat sel basofil terlibat dalam urtikaria kronis, test
aktivitas dari basofil (kuantifikasi aktifitas basofil dengan sitometri) berguna untuk
skrining pada penyakit autoimmun. Namun, studi konfirmasi dibutuhkan sebelum
dilakukan tes ini sebelum secara luas digunakan sebagai alat diagnostik [2].
7/28/2019 Urticaria Dan Angioedema
7/7
Tantangan pengujian, dimana keterpaparan pada rangsangan, dalam lingkungan
klinis diawasi,sering digunakan untuk diagnosis penunjang dari urtikaria fisik.
Urtikaria dingin / cold urtikaria biasanya dikonfirmasi menggunakan uji es batu
(yaitu, menempatkan es batu dalam kantong plastik di atas lengan bawah selama 5-
10 menit).
Dermatographism
dapat dikonfirmasi oleh ringan menggaruk
Top Related