perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SDN KUDAILE 04 KECAMATAN SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
WARYONO
NIM.X4711261
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Waryono
NIM : X4711261
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Olahraga dan kesehatan/ Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN
BERMAIN PADA SISWA KELAS V SDN KUDAILE 04 KECAMATAN
SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini
Benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan
Waryono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SDN KUDAILE 04 KECAMATAN SLAWI
KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2011/2012
Oleh :
WARYONO
NIM.X4711261
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Jurusan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I
Drs. SUNARDI, M Kes.
NIP.195811211990031004
Surakarta , 11 Juli 2012
Pembimbing II
Drs. SUGIYOTO, M.Pd
NIP.195411121984031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 30 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang : Tanda Tangan
Ketua : Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes
Sekretaris : Drs. Tri Aprilijanto Utomo, M.Kes
Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes
Anggota II : Drs. Sugiyoto, M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Waryono. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT
40 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA
KELAS V SDN KUDAILE 04 KECAMATAN SLAWI KABUPATEN
TEGAL TAHUN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Lari cepat melalui pendekatan bermain siswa kelas V SD Negeri
Kudaile 04 Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Penelitian
tindakan kelas terdiri atas dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok lari cepat. Setiap siklus mencakup
empat tahapan yaitu Perencanaan,tindakan,pengamatan dan refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri Kudaile 04 Kelas V dengan 28 Siswa. Teknik
pengumpulan data adalah dengan tes,dokementasi dan observasi. Analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif presentase.
Data penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang meliputi ranah afektif,
kognitif, dan psikomotor. Dengan hasil siswa dari siklus ke siklus menunjukan
hasil berikut :
1. Siswa aktif selama pembelajaran 54.845-83.87%
2. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar 55.02%-87.10%
3. Siswa yang mampu melakukan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter
70.35%-96%
4. Siswa yang mampu melakukan test ketrampilan 67.74%-96.78%
5. Hasil kartu ceria 87.10% -100%
Dengan demikian hasil dari siklus terjadi kenaikan yang riil.
Hasil penelitian menunjukan hasil belajar penjasorkes dengan pendekatan
bermain diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter pada
siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04 Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tahun
Pelajaran 2011/2012 meningkat dari siklus I ke Siklus II. Sehingga dapat
disimpulkan melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa
baik ranah kognitif, psikomotorik dan afektif.
Kata kunci : Melalui pendekatan bermain pembelajaran Lari Cepat 40 Meter,
hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Kebijakan dan kebajikan adalah perisai terbaik. (Aspinal)
Bunga yang tidak akan layu sepanjang jaman adalah kebajikan.(William
Cowper)
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah
dilaksanakan atau diperbuatnya. ( Ali Bin Abi Thalib )
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat
baik terhadap diri sendiri. ( Benyamin Franklin )
Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. (Ibu Kartini )
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Hanya kebodohan meremehkan pendidikan. ( P.Syrus )
Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan. (Herodotus )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini dipersembahkan kepada :
1. Istri dan anak-anak ku tercinta
2. Dosen-dosen pembimbing yang telah memberi arahan kepada penulis
3. Rekan-rekan guru Penjas yang punya perhatian untuk keberhasilan
pendidikan bangsa, khususnya pendidikan jasmani
4. Pembaca yang budiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan
dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi
sebagian persyaratan mendapat gelar sarjana pendidikan. Selama pembuatan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis ucapkan terimaksih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk memperoleh pendidikan formal di Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dekan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
4. Drs. Sunardi, M. Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Sugiyoto, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan ijin
penulisan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret yang secara
tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Bpk. Kepala SDN Kudaile 04 yang telah memberikan ijin penelitian
8. Keluargaku yang selalu memberikan semangat.
9. Rekan – rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Siswa siswi SDN Kudaile 04 yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan Pendidikan di
Indonesia pada umumnya, dan Pendidikan Jasmani pada khususnya.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Kegiatan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 5
A. Kajian Teori ......................................................................................... 5
B. Kerangka Berfikir................................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 17
A. Seting Penelitian .................................................................................. 17
B. Rancangan Penelitian ........................................................................... 18
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 19
D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 19
E. Analisis Data ........................................................................................ 21
F. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 22
A. Survei Awal .......................................................................................... 22
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus.................................................. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Pembahasan .......................................................................................... 36
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 44
A. Simpulan ............................................................................................. 44
B. Implikasi ............................................................................................... 45
C. Saran ..................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran : Halaman
1. RPP Penjasorkes siklus I ........................................................................... 49
2. RPP Penjasorkes Siklus II ......................................................................... 60
3. Rekapitulasi Hasil Tingkat kepuasan siswa ............................................. 74
4. Lembar Observasi ..................................................................................... 75
5. Lembar penilaian siklus I .......................................................................... 77
6. Lembar penilaian siklus II......................................................................... 78
7. Surat Keterangan ....................................................................................... 79
8. Surat Ijin Penelitian ................................................................................... 80
Daftar Gambar
9. Refleksi Kegiatan Siklus I......................................................................... 81
10. Refleksi Kegiatan Siklus II ....................................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang
lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, karena gerak
sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan
dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan
zaman. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-
sportifitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang
seimbang.
Seorang guru akan merasa puas jika siswanya belajar dengan kesungguhan
hati, semangat serta kesadaran diri yang tinggi. Hal ini akan dapat dicapai apabila
guru memiliki sikap dan kemampuan secara professional untuk mengelola proses
belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif. Dalam kegiatan belajar
mengajar terjadi suatu proses komunikasi. Proses komunikasi harus diciptakan
atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau
informasi oleh setiap guru kepada peserta didik. Melalui proses komunikasi, peran
atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Supaya tidak ada kesesatan
dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana atau alat untuk membantu
proses belajar mengajar tersebut.
Dari sekian banyak kemampuan yang harus dimiliki dengan baik oleh
seorang guru adalah kemampuan membuat perencanaan pembelajaran dengan
baik, mampu menyajikan rencana pembelajaran secara tepat, mampu mengadakan
evaluasi terhadap hasil proses pembelajaran serta mampu melaksanakan tindak
lanjut.
Pada kenyataannya tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah,
bahkan ada guru yang mendiamkan begitu saja masalah dikarenakan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tuntutan target dan keterbatasan waktu. Akibatnya siswa tidak memperoleh
pengetahuan belajar yang cukup, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang
dilakukan setiap proses pembelajaran berlangsung. Apabila permasalahan tersebut
dibiarkan terus-menerus dan tidak segera diatasi, akan berdampak pada kualitas
pembelajaran berikutnya, baik dalam proses maupun pembelajaran siswa. Oleh
karena itu seorang guru yang profesional dituntut jujur pada diri sendiri, mau dan
mampu mengungkapkan adanya permasalahan pembelajaran yang dikelolanya.
Berbekal kejujuran dan kesadaran tersebut, peneliti mencoba merenung,
merefleksikan diri dan akhirnya mencoba mengidentifikasi masalah yang terjadi
dalam pembelajaran yang dilakukan.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi
pembelajaran oleh siswa. Ketika dilakukan tes formatif mata pelajaran pendidikan
jasmani dengan materi cabang lari pada siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04
terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hanya 5 siswa saja dari 28
siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Ini membuktikan
rendahnya tingkat penyerapan materi yang diajarkan. Jika kondisi ini dibiarkan
jelas akan berdampak buruk bagi siswa dalam proses dan pembelajaran
selanjutnya. Sadar akan keadaan tersebut, peneliti mencoba melakukan upaya
peningkatkan pembelajaran lari 40 meter melalui pendekatan bermain.
Menurut pengamatan peneliti, siswa-siswa di Sekolah dasar dalam
melakukan lari langkah-langkah kakinya masih kurang baik, sehingga hasil yang
dicapai kurang optimal. Secara umum dapat dikemukakan bahwa, unsur utama
penyebab kurangnya pencapaian kecepatan lari pada siswa adalah langkahnya
kurang panjang dan kurang cepat. Faktor penyebabnya adalah kurangnya power
otot tungkai yang dimiliki dan kurang baiknya teknik langkah yang digunakan.
Selain teknik langkah, juga harus memiliki kemampuan teknik start dan masuk
finish yang baik Dalam upaya meningkatkan teknik dasar lari, perlu
memperhatikan faktor-faktor dasar penyebabnya. Pada umumnya, kekurangan
yang dimiliki siswa pada saat lari yaitu teknik langkahnya kurang baik dan power
tungkainya kurang mendukung. Power tungkai dan teknik langkah yang kurang
baik menyebabkan Langkah menjadi pendek dan kurang cepat, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecepatan lari yang dicapai menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut perlu upaya
pemecahan. Salah satu upaya pemecahan yang dapat dilakukan yaitu, dengan
memberikan pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki teknik langkah dan
meningkatkan kecepatan serta panjang langkah.
Salah satu masalah menarik dalam peningkatan teknik dasar lari adalah
menyangkut metode pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan
sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Dalam praktik pembelajaran lari
di sekolah, umumnya guru hanya menekankan pada pencapaian hasil, tanpa
berusaha memperbaiki metode dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran
teknik dasar lari yang dilakukan para guru pendidikan jasmani di sekolah.
pelaksanaannya hanya ke lapangan, lalu siswa diberikan materi teknik lari,
kemudian siswa disuruh mempraktikkan secara berulang-ulang dan diukur
hasilnya, lalu sudah selesai. Tetapi model pembelajaran seperti itu seringkali tidak
menarik dan membosankan, sehingga siswa malas mempelajari gerakannya
sehingga hasilnyapun menjadi kurang optimal.
Guru perlu mencoba mengadakan pembaharuan dalam pembelajaran,
dengan menyesuaikan karakteristik siswa sehingga siswa lebih tertarik untuk aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Anak akan merasa senang jika
melaksanakan kegiatan yang sifatnya menggembirakan. Pembelajaran teknik
dasar lari dapat dilakukan dengan bentuk lain yang menyerupai dan mengarah
pada pembentukan gerak keterampilan lari. Bentuk pembelajaran seperti ini dapat
disebut pembelajaran dengan metode tidak langsung. Salah satu bentuk
pembelajaran secara tidak langsung adalah metode bermain. Berdasarkan uraian
di atas, maka peneliti berkeinginan meneliti upaya peningkatan pembelajaran lari
cepat menggunakan metode bermain pada siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04
kecamatan Slawi kabupaten Tegal.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalahnya
yaitu: Bagaimanakah pendekatan bermain dapat meningkatkan pembelajaran
gerak dasar lari cepat 40 meter pada siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04
Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah
melalui pendekatan bermain untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter
siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04 Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tahun
Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengajar atletik dan
kreatif khususnya mengajar gerak dasar lari cepat, agar proses belajar mengajar
berlangsung secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
2. Bagi siswa, akan meningkatkan kualitas belajar atletik khususnya gerak dasar
lari menggunakan metode bermain secara berkelompok.
3. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan bahwa salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat adalah metode bermain
secara berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran
Pembelajaran terdiri atas proses mengajar dan belajar, dimana
mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang saling berkaitan. Dalam
penelitian ini akan diuarikan secara terpisah antara pengertian mengajar dan
belajar. Hubungan pembelajaran adalah suatu proses yang timbal balik,
dimana terjadi suatu komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah
pengajar dan siswa yang diajar. Terjadinya proses komunikasi adalah mutlak
untuk berhasilnya suatu proses yaitu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
dalam pembelajaran.
Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang
memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar,
untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, atau ketangkasan. Kegiatan
mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan
atau keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan
menghubungkannya dengan subjek yang sedang belajar. Sedangkan kegiatan
belajar merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri masing-masing
individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu, apabila terdapat
perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik dan pada sebelumnya.
Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan dan sikap. Berkaitan dengan belajar Sudjarwo (1992:232)
mengemukakan, belajar adalah merupakan sesuatu yang kompleks, yang
menyangkut bukan hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan,
melainkan juga menyangkut gerak tubuh dan emosi serta perasaan, misalnya
dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, tidak bisa melompat menjadi
bisa melompat. Perubahan yang terjadi pada seseorang dari pembelajaran
relatif lebih permanen sebagai akibat dan pengalaman, latihan atau belajar
secara terus menerus dalam waktu tertentu. Dalam proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terdapat komponen siswa dalam proses belajar dan guru yang memberikan
materi pembelajaran (mengajar). Untuk menyajikan seperangkat kegiatan
pembelajaran yang bertujuan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan, salah
satunya menerapkan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Metode
pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang
terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut
merupakan pendekatan yang membantu tercapainya tujuan dengan mengacu
pada metode pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-
seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang
telah dirumuskan.
Metode pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat
mempengaruhi pencapaian pembelajaran. Berhasil dan tidaknya tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan
guru atau pelatih. Dalam memilih metode pembelajaran banyak pertimbangan
yang dapat dipergunakan, secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar
dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik,
membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan
segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina
sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses
pendidikan pada umumnya.
Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian pembelajaran lebih
optimal.
Menurut Winarno Surakhmad (1984: 69), metode adalah suatu cara
yang dalam fungsinya merupakan alat suatu mencapai tujuan. Sedangkan
menurut Aip Syarifuddin (1992: 185) bahwa, metode adalah cara atau jalan
atau aturan untuk mencapai tujuan. Suatu metode atau cara yang dipilih
tentunya telah dipikirkan dengan seksama sehingga merupakan pola tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian metode yang
dikemukakan oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode adalah
suatu cara yang dipilih serta yang dilakukan untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya. Dalam hal ini metode pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan lari.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan
pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum, selama
maupun sesudah terjadinya proses atau situasi belajar mengajar. Guru harus
mengambil keputusan-keputusan tentang apa, bagaimana, kapan, untuk apa dan
sebagainya mengenai setiap situasi atau kondisi belajar yang perlu diciptakan.
Termasuk mengambil keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang telah
dibuat, dan mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan rencana. Berhasil
tidaknya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah
dilakukan kegiatan evaluasi. Disamping itu, hasil evaluasi bisa juga digunakan
sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program selanjutnya.
Kegiatan yang paling strategis dalam proses pembelajaran adalah
pemilihan dan penetapan metode pembelajaran sebelum proses tersebut
dilaksanakan. Untuk kepentingan penyusunan strategi proses belajar
mengajar perlu dipahami tentang segala hal yang bersangkutan dengan proses
tersebut. Unsur-unsur metode yang berkenaan dengan strategi belajar
mengajar merupakan unsur penting. Metode pembelajaran dalam pendidikan
jasmani sangat kompleks dan banyak macamnya. Rusli Lutan (1994 : 39),
menyatakan bahwa, "Metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu
metode mengajar langsung dan tidak langsung". Metode mengajar langsung
meliputi : metode mengajar komando, metode mengajar individual, metode
mengajar resiprokal, metode mengajar inklusi. Sedangkan yang dikategorikan
sebagai metode mengajar tidak langsung adalah metode mengajar eksplorasi,
metode guide diseovery, metode mengajar divergent production. Sedangkan
Supandi (1992 : 24-42), menyatakan bahwa "Secara garis besarnya berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
metode proses belajar mengajar pendidikan jasmani itu meliputi : metode
komando, metode tugas, metode resiprokal, metode mandiri berstruktur,
metode diskoveri terbimbing dan metode pemecahan masalah".
3. Metode Bermain
Menurut John Dewey dalam Soetoto Pontjopoetro (2004: 1.3)
berpendapat bahwa, bermain adalah suatu pandangan atau sikap hidup yang
dapat dilakukan dalam segala situasi. Bermain merupakan bentuk aktivitas
permainan. Permainan merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi tiap
orang, terutama bagi anak-anak. Rusli Lutan (1991: 4) memberikan batasan
tentang permainan sebagai berikut, Bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam
batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Permainan merupakan dorongan
naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan
biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Perlu dipahami dan dimengerti,
setiap metode pembelajaran tentu memiliki ciri tersendiri. Demikian juga
metode pembelajaran bermain juga memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut
Husdarta dan Yudha M. Saputra (1999:74-75) mengemukakan mengenai ciri-
ciri bermain sebagai berikut:
a. Permainan merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan suka rela.
b. Permainan bukanlah kehidupan "bisa" atau yang "nyata". Karena itu bila
diamati secara seksama perilaku anak selama permainan, mereka berbuat
berpura-pura atau tidak sungguhan.
c. Permainan berbeda dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam tempat
dan waktu. Permainan selalu bermula dan berakhir, dan dilakukan di
tempat tertentu. Bertalian dengan syarat di atas, permainan memerlukan
peraturan.
d. Permainan memiliki tujuan yang terdapat dalam kegiatan itu, dan tak
berkaitan dengan perolehan keuntungan material.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan
dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain jika aktivitas itu dilakukan secara
sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat
dengan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh keuntungan material, dan
terikat pada peraturan tertentu yang harus dipatuhi bersama.
Bermain dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pembelajaran lari,
khususnya di Sekolah Dasar. Penyajian pelajaran di SD perlu kreatifitas guru,
agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan pemberian
pelajaran di SD, Depdikbud (1993:4) mengemukakan bahwa, cara
pelaksanaannya dapat dengan pembelajaran, menirukan, permainan,
perlombaan, pertandingan, dan atau tes. Sedangkan pengertian pendekatan
permainan menurut Wahjoedi (199:121) adalah pembelajaran yang diberikan
dalam bentuk atau situasi permainan.
Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa di Sekolah Dasar,
pembelajaran gerak dasar lari untuk siswa di Sekolah Dasar dapat diberikan
dalam bentuk permainan, menirukan atau perlombaan. Bentuk permainan
yang diterapkan dalam pembelajaran lari dapat berupa perlombaan. Bentuk
permainan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan dapat disebut agon.
Rusli Lutan (1991: 5) menyatakan bahwa, "agon merupakan jenis
permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat
pertandingan atau perlombaan". Bentuk bermain dan perlombaan untuk
pembelajaran teknik lari, khususnya bagi siswa SD, menurut Aip Syarifuddin
(l992:55) antara lain adalah:
1. Lari dalam bentuk permainan hijau-hitam.
2. Lari bolak-balik memindahkan benda.
3. Lari melewati bangku-bangku pendek (bangku swedia jika ada).
4. Lari sambil menggendong temannya secara bergantian.
5. Lari dengan ujung kaki sambil mengangkat lutut atau paha.
6. Lari menirukan binatang (kijang).
7. Lari sambil melompat-lompat dengan langkah panjang.
8. Lari pada lubang-lubang ban mobil bekas atau simpai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan bentuk bermain yang dapat digunakan melatih kecepatan
menurut Soetoto Pontjopoetro,dkk (2004) diantaranya adalah :
1) Ambil balok dari lingkaran tengah
2) Mengibarkan sapu tangan
3) Main galah (gobak sodor)
4) Cepat dapat
5) Orang kaya dan si miskin
6) Memindahkan balok ke sana ke sini
7) Lari melewati lorong
Pada pembelajaran lari dapat dilakukan dengan permainan. Permainan
yang dilaksanakan pada penelitian ini dalam bentuk lomba atau kompetisi
secara berkelompok. Bagi siswa sekolah dasar permainan merupakan
kegiatan yang menarik dan menyenangkan, sehingga bentuk permainan akan
dapat meningkatkan gairah dan motivasi mereka untuk menguasai teknik
yang diberikan. Pembelajaran ini harus dirancang secara sederhana dengan
aturan-aturan yang dapat dipahami oleh anak sehingga mereka dapat
permainan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Bermain merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetitif pada
siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah
disepakati terlebih dahulu. Motivasi atau dorongan belajar berperanan penting
bagi tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu pelajar perlu
ditumbuhkan motivasi dan semangat belajarnya. Motivasi belajar dapat
ditumbuhkan diantaranya melalui penciptaan rasa kompetitif. Sugiyanto
(1998:330) mengemukakan bahwa, mengenai semangat berusaha bisa
ditimbulkan atau ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana
kompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana kompetitif, pelajar akan
berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang
lain.
Adanya sifat kompetitif ini membawa peserta merasa tertantang untuk
memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam permainan. Sedangkan dengan adanya peraturan dapat menumbuh
kembangkan sikap disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab dalam
mentaati peraturan yang berlaku secara seksama. Terciptanya situasi yang
kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk
melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran lari dengan metode bermain merupakan cara belajar yang
dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk permainan. Pembelajaran lari
dengan metode bermain adalah cara belajar yang menuntut kemandirian
siswa. Kreativitas, inisiatif, kemampuan siswa untuk berpikir dan memahami
pola permainan serta memecahkan masalah yang terjadi di dalam permainan
sangat dituntut. Siswa berperan penting untuk mengambil keputusan yang
tepat sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam permainan.
Manfaat permainan bagi anak-anak tidak dapat diragukan lagi. Sesuai
pendapat Gustmuts, Monessori dan Frobel dalam Soetoto Pontjopoetro
(2004: 1.12) menyatakan bahwa permainan menjadi alat pendidikan yang
utama bagi anak-anak. Adapun kegunaan permaian itu adalah:
1. Permainan merupakan alat penting untuk menumbuhkan sifat ssosial untuk
hidup bermasyarakat, karena dengan bermain,anak dapat mengenal
bermacam-macam aturan dan macam-macam tingkah laku.
2. Permainan merupakan alat untuk mengembangkan fantasi, bakat dan
kreasi.
3. Permainan dapat mendatangkan berbagai macam perasaan, antara lain
perasaan senang dalam melakukan permainan.
4. Permainan bersama dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin
karena anak harus mentaati peraturan-peraturan.
Salah satu karakteristik siswa seusia sekolah dasar adalah hasrat
bergerak atau senang bermain. Besar kecilnya hasrat bergerak tiap anak itu
berlainan, karena sudah merupakan pembawaan masing-masing. Yang dapat
kita diberikan hanyalah pengaruh terhadap tujuan hasrat bergerak itu, dengan
jalan memberikan permainan-permainan yang menarik perhatian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bermanfaat. Menurut Soetoto Pontjoputro (2004: 1.7) menyebutkan anak-
anak suka bermain karena :
1. Ingin bergaul dengan orang lain.
2. Ingin tahu akan prestasi sendiri, dibanding dengan prestasi orang lain atau
prestasi sendiri yang dahulu.
3. Ingin mengalami suatu kejadian yang tidak sungguh-sungguh yaitu dalam
permainan fantasi dan permainan meniru.
4. Ingin mengadu kecakapannya, keberaniannya, untuk nasibnya dengan
orang lain.
4. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Menurut Nursidik Kurniawan bahwa ada beberapa karakteristik anak di
usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui
keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru
harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan
siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan
kebutuhan peserta didik. Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik
dibahas sebagai berikut:
Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di
dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius
tapi santai.
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat
duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh
anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai
siksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja
dalam kelompok. Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar
bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar
keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru
harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari
apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa
membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru
tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri,
sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi
pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan
kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-
tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam
melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematangan fisik
diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar mengangkap dan
menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan
dirinya,. Beberapa tugas pekembangan terutama bersumber dari kebudayaan
seperti belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar tanggung jawab
sebagai warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber
dari nilai-nlai kepribadian individu diantaranya memilih dan mempersiapkan
untuk bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu :
(1) Kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok
sebaya
(2) Kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang
memperlukan keterampilan fisik, dan
(3) Kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan ligika
dan simbolis dan komunikasi orang dewasa.
Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan
tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk
menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang
tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak itu sendiri.
B. Kerangka Berfikir
Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi dari hasil ulangan harian
dengan materi gerak dasar lari pada siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04
Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal yang tingkat penyerapan materi yang
diajarkan masih rendah. Untuk memperbaiki tingkat penyerapan materi gerak
dasar lari tersebut, guru melakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan
mengganti metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Metode yang
dipilih adalah metode yang di sesuaikan dengan karakteristik anak yaitu bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan terutama bagi
anak-anak. Apalagi bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat
untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan keterampilan gerak anak.
Melalui bermain anak juga akan mendapatkan pengalaman belajar yang sangat
berharga. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkap
perasaannya sesama teman menyalurkan bakatnya.
Dengan mengetahui manfaat bermain bagi anak, diharapkan guru dapat
melahirkan ide mengenai bagaimana cara mengemas kegiatan bermain untuk
mengembangkan keterampilan gerak dasar pada anak, termasuk didalamnya
keterampilan gerak dasar sikap lari. Agar bermain memberikan sumbangan yang
positif bagi peningkatan pembelajaran gerak dasar lari, maka guru dituntut dapat
merancang kegiatan bermain yang menarik, menyenangkan dan mengandung
unsur-unsur peningkatan gerak yang menunjang keterampilan gerak dasar lari.
Melalui metode bermain siswa mengalami suasana kompetitif. Adanya sifat
kompetitif ini membawa siswa merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan
dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan.
Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan
motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.
Untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar sikap lari dengan
menggunakan metode bermain, dalam penelitian ini peneliti membuat langkah-
langkah penelitian menggunakan 2 siklus dengan 2 perlakuan. Perlakuan pertama:
siswa melakukan permainan yang mengarah pada pengembangan unsur-unsur
keterampilan gerak dasar sikap lari cepat yaitu mengangkat paha ke atas, gerakan
langkah panjang dan ayunan tangan. Perlakuan ke dua : siswa melakukan
permainan yang mengarah pada kordinasi gerakan angkat paha ke atas, langkah
panjang dan ayunan tangan. Agar supaya kerangka berpikir ini lebih mudah
dipahami, peneliti membuat skema kerangka berpikir sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Perlakuan
Penelitian
Kondisi
Akhir
Guru belum menerapkan pembelajaran keterampilan gerak dasar dengan bermain
Hasil belajar gerak dasar lari siswa
masih rendah
Penerapan metode bermain dalam
pembelajaran gerak dasar lari
PERLAKUAN I
-Berbagai pola gerak lokomotor dengan cepat.
Diduga melalui metode bermain dapat meningkat-kan gerak dasar lari
PERLAKUAN II
-Lari melompati bilah, ban dan
-Lari melompati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SD Negeri Kudaile 04 Kecamatan
Slawi Kabupaten Tegal.
2. Waktu Penelitian
Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2012 sampai selesai.
Dalam satu minggu dilaksanakan satu kali pertemuan sesuai jadwal mata
pelajaran penjasorkes kelas V SD Negeri Kudaile 04 Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal.
Tabel 1. Rincian Kegiatan waktu dan jenis kegiatan
No Rancangan Kegiatan Waktu (Bulan)
April Mei Juni Juli
1 Persiapan
a. Observasi V
b. Identifikasi masalah V
c. Penentuan Tindakan V
d. Pengajuan Judul V
e. Penysusunan Proposal V
f. Pengajuan Ijin Penelitian V
2. Pelaksanaan V
a. Seminar Proposal V
b. Pengumpulan Data
Penelitian atau
Pelaksanaan Tindakan
V
3. Penyusunan Laporan V
Penulisan laporan V
4. Ujian Skripsi V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan dua
siklus:
1. Siklus Pertama
Pada siklus pertama pembelajaran dilakukan dalam satu kali pertemuan (2
x 35 menit) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Perencanaan
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan
analisis nilai pembelajaran dan refleksi awal sebagai bahan untuk
merencanakan tindakan yang dilakukan dalam penelitian, menyusun
sekenario tindakan yang akan dilaksanakan dan memilih materi yang
hendak disajikan.
2) Menyusun tes formatif
3) Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan observer
b. Pelaksanaan
Dengan dilandasi dengan hasil studi awal pembelajaran gerak dasar lari
cepat pada siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04 Kecamatan Slawi yang
menunjukkan masih banyak siswa belum tuntas, maka peneliti mencoba
mencari metode lain untuk pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk
menyelaraskan antara materi yang diajarkan dengan pendekatan belajar
yang memungkinkan.
c. Refleksi
Berdasar hasil refleksi peneliti dan observer pada siklus pertama belum
mencapai kriteria yang ditentukan, maka pada proses perbaikan
pembelajaran siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali
persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses
pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Siklus Kedua ( 2 x 35 menit)
a. Perencanaan
- Meneliti dengan observer berkolaborasi membuat rencana
pembelajaran tentang pembelajaran teknik dasar lari dengan
bermain.
- Mempersiapkan lembar evaluasi
b. Pelaksanaan
Upaya yang dilakukan pada siklus pertama tetap dilaksanakan, upaya
tambahan pada siklus kedua dengan terlebih dahulu menggali persepsi
awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Dari persepsi awal inilah akan
dikembangkan proses pembelajarannya.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer dan peneliti pada saat pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berlangsung sejak awal hingga akhir dengan
menggunakan lembar evaluasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil tes formatif diadakan analisis dan refleksi.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Kudaile 04, sejumlah 28
siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 12 siswa putri pada tahun ajaran 2011/2012.
D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Praktik pembelajaran gerak dasar lari cepat dengan metode bermain,
dengan aspek pengamatan meliputi:
1. Unjuk kerja psikhomotor dengan indikator :
a. Angkat paha
b. Langkah panjang
c. Ayunan lengan
d. Kombinasi (irama lari cepat / ritme)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Aspek sikap (afektif) dengan indikator :
a. Semangat
b. Disiplin
c. Kerjasama
3. Aspek pemahaman konsep (kognitif)
Lembar evaluasi untuk mengungkap hasil belajar siswa, dengan bentuk soal
pilihan ganda.
Adapun tenik penilaian yang digunakan dengan kriteria :
Baik Sekali ≥ 80
Baik 75 – 79
Cukup 65 – 74
Kurang ≤ 64
Deskripsi nilai sempurna (baik sekali) pada masing-masing aspek :
1) Psikhomotor
a. Lari dengan mengangkat paha yaitu :
- Paha diangkat hingga lurus ke depan.
- Seperti sikap lari kijang.
b. Lari dengan langkah panjang yaitu :
- Sebelum paha turun gerakan tungkai bawah menyepak kedepan.
- Salah satu kaki menapak di tanah.
c. Sikap dengan ayunan lengan yaitu :
- Gerakan atau ayunan bersumber pada persendian bahu.
- Ayunan kedepan harus lebih aktif dari pada ayunan kebelakang.
- Siku membentuk sudut 90°.
- Jari-jari tangan setengah mengepal dan rilek.
d. Irama atau ritme lari yaitu :
- Adanya kombinasi langkah kaki dan ayunan lengan yang selaras.
- Adanya kecepatan langkah kaki dan ayunan lengan.
2) Afektif (sikap)
a. Semangat yaitu :
- Antusias dalam mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Selalu ingin dapat melakukan dengan hasil baik.
b. Disiplin yaitu :
- Datang tepat waktu.
- Selalu mentaati peraturan.
- Melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh.
c. Kerjasama yaitu :
- Kekompakan dalam bermain.
d. Kognitif yaitu :
- Nilai dari hasil pengerjaan soal
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembarobservasi
angket siswa dan tes hasil belajar.
1. Analisis data Lembar Observasi
Data obesrvasi diperoleh pada setiap tindakan untuk menilai ada
tidaknya perubahan sikap siswa pada setiap siklus. Data ini disajikan
secara deskriptif pada hasil penelitian.
2. Analisis Data Angket
Setiap butir pertanyaan angket di kelompokkan sesuai aspek yang
diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir. Jumlah hasil
skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai dengan jawaban
hasil engket pendapat siswa.
3. Analisis Hasil Tes Belajar
Hasil tes belajar yang dilaksanakan pada akhir pertemuan dihitung
nilai rata-rata, kemudian dikategorikan dalam nilai batas ketuntasan siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan.
F. Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator dari peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan
kelas ini meliputi perubahan dalam proses pembelajaran khususnya sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran lari cepat dan peningkatan hasil belajar siswa
berdasarkan nilai pembelajaran sebelumnya. Artinya penelitian tindakan kelas ini
tidak hanya mengejar hasil yang tinggi, tetapi lebih ke proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melakukan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
survei awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil dari
kegiatan survei awal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi
pembelajaran oleh siswa. Ketika dilakukan tes formatif mata pelajaran
pendidikan jasmani dengan materi cabang lari pada siswa kelas V SD Negeri
Kudaile 04 terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hanya 5
siswa saja dari 28 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yaitu
75. Ini membuktikan rendahnya tingkat penyerapan materi yang diajarkan.
Jika kondisi ini dibiarkan jelas akan berdampak buruk bagi siswa dalam
proses dan pembelajaran selanjutnya. Sadar akan keadaan tersebut, peneliti
mencoba melakukan upaya peningkatkan pembelajaran lari 40 meter melalui
pendekatan bermain.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana penjas.
Terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran penjas.
Hal ini terbukti dengan sedikitnya alat olahraga yang dimiliki sekolah untuk
pembelajaran penjas.
3. Guru kurang kreatif dalam memodifikasi alat untuk pembelajaran penjas. Hal
tersebut dapat dilihat bahwa selama ini pembelajaran penjas dilakukan guru
hanya dengan alat seadanya, sehingga pada waktu pembelajaran banyak siswa
yang kurang berminat.
4. Guru kesulitan dalam menemukan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam setiap pembelajaran penjas siswa
menunjukan siswa kurang berminat dan antusias. Siswa merasa bosan dan
tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada pelajaran karena model
pembelajaran monoton. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa
dengan memberikan pendekatan secara langsung dan menegur siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak memperhatikan pelajaran, namun cara ini belum mampu
membangkitkan minat siswa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2012 di SDN Kudaile 04.
Peneliti ( sekaligus sebagai guru penjas), dan rekan guru yang lain
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses
penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan selama 2 x pertemuan yakni hari selasa pada
tahap sebelumnya, hari senin guru bersama peneliti mengukur
kemampuan gerak dasar lari cepat 40 meter sebagai tes awal. Berdasar
hasil pengukuran tersebut guru bersama peneliti merencanakan tindakan I,
kegiatan tersebut sebagai berikut :
1. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran
memodifikasi alat bantu meningkatkan kemampuan gerak lari cepat
40 meter dengan metode bermain yaitu dengan langkah sebagai
berikut :
a. Peneliti menjelaskan materi lari cepat 40 meter
b. Peneliti memberi contoh gerak start, lari dan cara menyentuh garis
finish
c. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar
mengajar yang telah dilakukan.
2. Peniliti dan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
untuk materi pokok lari cepat 40 meter dengan metode pendekatan
bermain.
3. Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam
pembelajaran lari cepat 40 meter. Media tersebut yaitu kardus bekas
dan ban motor bekas
4. Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa tes dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil lari cepat 40 meter sedangkan
instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan tindakan I
Pelaksanaan ini direncanakan brlangsung selama 1 x pertemuan yaitu hari
senin 14 Mei 2012 dihalaman sekolah. Masing-masing pertemuan
dilaksanakan selama 2x35 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dan sekaligus melakukan observasi yang di bantu
oleh guru mitra. Materi pelaksanaan tindakan I pada pertemuan I Senin 14
Mei 2012 adalah model pembelajaran dengan alat bantu, tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan pada gerak lari cepat 40 meter urutan
pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut :
1. Pendahuluan yaitu siswa dibariskan 2 bersap, guru memimpin berdoa
dilanjutkan presensi dengan mengabsen siswa satu persatu, siswa
masuk semua. Setelah absensi guru menjelaskan materi lari cepat 40
meter dengan pendekatan bermain. Penjelasan diawali dengan cara
start sikap waktu lari, cara menyentuh garis finish. Siswa sebagian
besar memperhatikan guru, tetapi ada siswa yang mengobrol sendiri.
Kegiatan berikutnya adalah pemanasan yang dipimpin oleh guru, guru
memberi contoh dan mengoreksi siswa yang gerakannya salah,
menegur siswa yang tidak serius dalam melakukan pemanasan.
Pemanasan berupa gerakan lari ditempat permainan hijau hitam.
Waktu yang diperlukan kurang lebih 10 menit.
2. Kegiatan inti, waktu yang digunakan dalam kegiatan ini kurang lebih
50 menit. Kegiatan inti ini diawali dengan :
1. Melakukan lari melompati ban motor bekas
2. Lari melompati kardus
3. Lari memindahkan kardus
Gerak selanjutnya adalah melakukan start, sikap waktu lari,
melakukan gerakan cara menyentuh kardus. Kegiatan ini memakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waktu kurang lebih 50 menit. Gerakan diawali dari barisan depan
sampai barisan terakhir. Adapun gerak selanjutnya adalah sebagai
berikut :
1. Cara melakukan start
setelah aba-aba ”bersedia” terdengar langsung persiapan dari garis
start diukur 1 setengah telapak kaki, badan dibagi seimbang pada
lutut belakang dan tangan. Jarak antara tempurung kanan telapak
kaki kiri 1 kepal telapak tangan. Lengan direntangkan selebar bahu,
dan tangan berada dibelakang garis. Jari dan ibu jari membentuk
huruf V bahu didorong kedepan. Semua kegiatan dilakukan dengan
teliti, tekun dan sungguh-sungguh.
Dalam posisi ”siap” bokong diangkat sehingga membentuk sudut,
berat badan ditopang oleh kaki dan tangan
Saat bunyi ”ya” kaki yang depan diluruskan dengan kuat dan lutut
kaki yang dibelakang digerakan kedepan.
Siswa melakukan langkah-langkah start jongkok. Semua kegiatan
dilakukan dengan teliti, tekun dan sungguh-sungguh.
2. Sikap waktu lari
Sikap waktu lari siswa dengan pandangan kedepan lari dengan
kecepatan tinggi sambil melihat garis finish.
3. Cara menyentuh garis finish
Sikap badan seolah-olah condong ke depan sambil menabrak garis
finish.
Siswa melakukan lari cepat dan menyentuh garis finish dilakukan dua
anak dengan berbaris 2 berbanjar. Dalam proses ini siswa masih
banyak melakukan kesalahan. Gerakan yang lain siswa melakukan lari
cepat 40 meter dari start, lari , garis finish sudah mendekati benar.
Dilakukan dua orang berbaris dua berbanjar kebelakang sampai
terakhir. Siswa sudah mulai memahami dan tidak merasa takut
walaupun ada beberapa siswa yang masih terlihat tegang dan suka
berbincang sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran selanjutnya adalah Gerak dasar, geakan dasar ini terdiri
dari 3 tahap :
a. Start
b. Lari
c. Menyentuh garis finish
Teknik pertama guru menjelaskan kembali cara melakukan start,
selanjutnya guru menjelaskan cara lari yang harus dipahami oleh
siswa dengan benar. Berikutnya adalah cara menyentuh garis finish
dengan cara lari secepat-cepatnya badan condong ke depan tidak
boleh melompak tindakan keamanan harus dijaga, oleh karena itu
tetap menjaga disiplin sesuai arahan guru. Guru menekankan kepada
siswa agar tidak bercanda dalam melakukan lari cepat 40 meter karena
cukup berbahaya pada lari sambil bicara tengok kanan tengok kiri bisa
terjadi jatuh atau kesandung. Selanjutnya guru meminta siswa
mempraktekkan cara start, cara lari cepat, cara menyentuh garis finish
dengan benar. Siswa dibagi 2 sap dalam melakukan gerkan bergantian
dari baris 1 kemudian ke baris berikutnya. Cara selanjutnya adalah
pembelajaran cara melakukan start, lari, cara menyentuh garis finish.
3. Kegiatan penutup
Siswa dibariskan 2 bersap guru memberi evaluasi dan koreksi serta
memuji siswa yang melakukan tolakan dengan benar, pembelajaran di
tutup dengan doa selanjutnya siswa dibubarkan.
c. Observasi
Penelitian ini proses pembelajaran dengan bermain mempunyai tujuan
untuk meningkatkan gerak dasar dengan benar pada pertemuan pertama
4 April 2012 selama 2 x 35 menit, peneliti mengajarkan pengenalan lari
cepat 40 meter, melakukan start,dan cara menyentuh garis finish. Siswa
diminta untuk melakukan gerak seperti diatas, pada pertemuan berikutnya
yaitu tanggal 14 april 2012 ( waktu 2x35 menit), peneliti menyajikan
model pembelajaran dengan pendekatan bermain seperti pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertama. Pada pertemuan kedua ini, sama seperti pada pertemuan satu
yaitu lari cepat 40 meter dengan pendekatan bermain alat tersebut berupa
kardus dan ban bekas motor. Siswa sangat antusias sekali untuk
melakukan lompatan yang disajikan oleh guru. Model bermain ini disertai
kompetensi dengan tujuan untuk lebih memotifikasi siswa. Dari kegiatan
tersebut dapat diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar
mengajar sebagai model pembelajaran modifikasi dengan bermain.
Sebagai berikut :
1) Sebelum mengajar peneliti dan guru telah membuat rencana
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam mengajar.
2) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran lari cepat 40
meter dengan metode bermain, yaitu dengan cara mengajar yang
sesuai, jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran peneliti sudah
menguraikan bagaimana menerapkan model pembelajaran dengan
modifikasi bermain untuk meningkatkan teknik kemampuan
kecepatan. Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan
dengan materi lari cepat 40 meter.
Pada pertemuan I ( 2 x 35 ), peneliti menjelaskan materi lari cepat 40
meter dengan diberi contoh dari guru secara klasikal, siswa meniru
gerakan yang dicontokan. Pada pertemuan ke II ( 2 x 35 ), guru
menjelaskan kembali materi lari cepat 40 meter seperti pada
pertemuan I. Siswa memahami dan ada perubahan secara individu
materi lari cepat 40 meter yang sudah diberikan. Siswa merespon
pembelajaran tersebut, terbukti adanya siswa yang ingin mencoba
kembali gerakan teknik lari cepat 40 meter agar benar. Bahkan ada
yang mau bertanya karena belum jelas. Maka gurupun berusaha
menguraikan kembali pembelajaran tersebut di akhir pembelajaran,
guru memberikan kartu ceria untuk mengetahui apakah anak merasa
senang, biasa, atau merasa tidak tenang, setelah diberi pembelajaran
lari cepat 40 meter dengan metode bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Peneliti memotivikasi siswa, agar siswa antusias dan aktif dalam
melakukan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter dengan metode
bermain. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar
mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu :
a. Siswa yang aktif selama pemberian materi lari cepat 40 meter
sebesar 82,1 % sedangkan yang 17,9% tampak berbincang-bncang
sendiri. Pada saat peneliti memberikan materi, guru mengitung
siswa yang aktif dan tidak aktif serta guru membantu menilainya.
Tabel 1 : Hasil keaktifan siswa saat pemberian materi
pembelajaran
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76-80
71,75
10
7
38,71 %
16,31 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
71-74
11
-
45,16 %
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 55,02 %
Tuntas
b. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
sebesar 48,39% sedangkan 51,16% kurang memperhatikan
penjelasan dari guru, posisi peneliti, kadang didepan, kadang
dibelakang, tujuannya untuk mengoreksi siswa.
Tabel 2 : Keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76-80
71-77
12
5
38,71 %
16,31 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
-
11
-
45,61 %
-% Tidak tuntas
Jumlah 28 100 %
48,39 % Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun berdasarkan hasil ketrampilan siswa dapat di identifikasi :
1) Siswa yang sudah mampu melakukan pembelajaran dengan
baik sebesar 48,39 % dan yang lain melakukan pembelajaran
tidak disertai gerakan yang benar sebesar 51,61 %. Guru ikut
membantu peneliti dalam menilai siswa saat melakukan
pembelajaran
Tabel 3 : Hasil siswa yang mampu melakukan pembelajaran
dalam pembelajaran.
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76,80
74,77
2
13
6,45 %
41,94 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
71-73
12
-
51,61%
- Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 48,39 %
Tuntas
2) Siswa yang dapat melakukan tes ketrampilan lari cepat 40
meter dengan baik dan benar 67,74 % telah menguasai
sedangkan 32,26% dianggap belum menguasai.
Tabel 4 : Hasil siswa yang mampu melakukan tes ketrampilan
lari cepat 40 meter
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76,80
71,75
5
13
16,13 %
51,61 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
-
10
-
32,26%
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 67,74 %
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) 87,86 % siswa merasa senang dengan model pembelajaran
bermain. Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti
adalah :
a) Peneliti masih belumdapat membangkitkan semangat siswa
untuk mau melakukan pembelajaran maupun teknik dengan
benar.
b) Posisi peneliti lebih banyak di depan, sehingga barisan
belakang kurang terkontrol.
Sedangakan dari siswa siswi ditemukan beberapa kekurangan :
a) Siswa masih asing dan kesulitan dalam melakukan start
jongkok saat mau melakukan lari cepat.
b) Siswa yang dibariskan belakang masih ada yang bicara
sendiri dengan rekannya.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti melakukan analisis dan refleksi
sebagai berikut :
1. Agar siswa tidak merasa asing dengan pembelajaran yang disajikan, maka
peneliti memberikan penjelasan cara lari dengan benar.
2. Peneliti tidak harus selalu di depan saat memberi penjelasan kepada
siswa. Sehingga mengetahui siswa yang mengobrol sendiri terutama
barisan belakang.
3. Peneliti harus memberikan pemahaman dan motivasi sistem pembelajaran
yang berorientasi pada media alat bantu
4. Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan pembelajaran,
sebaiknya peneliti memberikan reward/hadiah. Contoh berupa pujian
dengan memberi nilai tambah kepada siswa.
2. Siklus II
a. Perencanaan tindakan
Pada hari senin tanggal 4 April 2012 di SD Kudaile 04 peneliti sekaligus
rekan guru penjas dan kelompok 5 mengadakan diskusi. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyampaikan analisis hasil observasi terhadap siswa kelas 5 yang
dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan
kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran lari cepat 40
meter dengan metode bermain pada siklus I. Untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang ada, akhirnya peniliti dan guru penjas mengambil
keputusan :
1) Peneliti memberi pola pembelajaran pada siklus I sebanyak tiga
macam, di siklus 2 pun 3 macam dengan tujuan agar anak tidak bosan
dan anak dapat melakukan dengan baik.
2) Peneliti saat memberikan penjelasan harus disertai contoh yang benar,
sehingga siswa cepat mengerti.
3) Posisi peneliti saat mengajar selalu berpindah pindah mendekatii
siswa yang kurang bersemangat / kurang perhatian dan memberi
koreksi gerakan yang salah.
4) Peneliti selalu memberi motifasi kepada siswa serta memberi
kesempatan untuk bertanya tentang pembelajaran yang kurang di
mengerti.
5) Peneliti memberikan hadiah / reward bagi siswa yang aktif dan
memperoleh nilai tertinggi saat berlangsungnya pembelajaran.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran lari cepat 40
meter dengan metode bermain untuk meningkatkan hasil kemampuan lari
cepat 40 meter yaitu :
a. Peneliti menjelaskan materi lari cepat 40 meter yang akan diajarkan
siswa memperhatikan
b. Peneliti memberikan contoh cara melakukan start,lari,dan finish
dengan baik dan benar.
c. Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar
mengajar yang telah di tentukan.
2. peneiliti dan guru menyusun RPP untuk materi yang berkaitan dengan
lari cepat 40 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. guru dan peneliti membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran
media itu adalah Ban motor bekas, kardus dan tali rafia.
4. peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa tes dan non
tes.
b. Pelaksanaan tindakan II
Siswa dibariskan dengan formasi dua sap, guru memimpin do’a dilakukan
dengan presensi dengan mengabsen siswa satu persatu, dari jumlah 28
siswa hadir semua. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan
disajikan. Pelakasanaan siklus ke II ini dilaksanakan pada hari Jum’at
Juni 2012 . Pembelajaran dimulai 7.30 – 08.40 di halaman sekolah.
Pelaksanaan tindakan yang ke 2 ini menggunakan Ban motor bekas,
kardus, tali rafia dan bendera kecil. Penjelasan materipun dimulai, yang
isinya mengenai gerakan start,lari dan finish pada lari cepat 40 meter dan
mengambil nilai. Waktu yang dibutuhkan dari mulai baris sampai
penjelasan materi kurang lebih 20 menit. Dilanjutkan pemanasan yang
dipimpin oleh guru, guru memberi contoh dari gerakan start lari dan finish
contoh dari gerakan dan siswa menirukan.
Kegiatan selanjutnya adalah inti pelajaran, yaitu meliputi kegiatan dengan
metode bermain gerakan start, lari dan cara menyentuh garis finish dan
pengambilan nilai. Adapun bentuk pembelajaran yang pertama adalah
cara melakukan start, sikap lari, cara menyentuh garis finish guru
memberikan contoh dan siswa menirukannya. Bentuk pembelajaran yang
lain adalah dengan sikap saat menyentuh garis finish yaitu pandangan
siswa ke depan penuh konsentrasi kemudian siswa menyentuh rafia
sebagai garis finish dengan cara lari secepat-cepatnya pandangan tertuju
pada garis finish. Guru tetap memberi contoh dan mengoreksi kesalahan
siswa untuk bertanya. Siswa sangat semangat dan aktif untuk melakukan
gerak lari cepat 40 meter tersebut.
Jenis pembelajaran di siklus II ini cukup menantang, sehingga siswa
berupaya untuk melakukan rangkaian gerak lari cepat 40 meter dengan
sesungguhnya. Di siklus II ini tidak ada siswa yang terlihat bicara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa tidak merasa kesulitan dalam melakukan tugas yang diberikan
guru. Bagi siswa yang belum dapat melakukan gerak lari cepat 40 meter
terlihat semangat dan berusaha agar dapat melakukan gerak lari cepat 40
meter dengan benar, siswa merasa puas.
Kegiatan berikutnya adalah pendalaman materi gerak start , lari , dan
menyentuh garis finish. Guru memberi contoh, secara klasikal siswa
meniru gerak yang dicontohkan guru. Gerakan dimulai dari start
kemudian lari ( sikap pada saat lari ) samapai cara melewati garis finish.
Dimulai dari baris pertama kemudian baris berikutnya melakukan gerak
secara benar. Siswa kelihatan serius pada saat guru memberi contoh
maupun penjelasan. Siswa merespon kegiatan tersebut, terbukti siswa
ingin mencoba lagi dan guru disuruh mengulang lagi untuk memberi
contoh. Penilaian dilakukan oleh guru penjas. Guru memanggil satu
persatu siswa untuk malekukan tes. Nilai yang diberikan sebagai nilai
akhir yaitu nilai yang terbaik dari kesempatan yang diberikan. Diakhir
pembelajran siswa diberi kartu ceria oleh peniliti.
c. Observasi dan interpretasi
Peneiliti mengajar sekaligus melakukan observasi pada siswa kelas V SD
Negeri Kudaile 04. Kegiatan observasi dimaksud untuk mendiskripsikan
apakah kekurangan pada siklus I sudah bisa diatasi atau belum. Suasana
dilapangan sangat kondusif, tertib, dan siswa terlihat bersemangat.
Sebelum pengambilan nilai dilaksanakan, guru memberikan pembelajaran
dan mengulang materi, dalam mengikuti pembelajaran siswa sangat
antusias, keadaan tidak jauh berbeda ketika mengulang cara sebelumnya
( urutan gerak start, lari, finish ). Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, bahkan ada yang ingin mencoba kembali, artinya siswa sangat
merespon pelajaran yang sedang dlaksanakan.
Pada pengambilan nilai, banyak siswa yang mampu melakukan rangkaian
gerak lari 40 meter dengan baik dan benar, namun masih ada yang belum
melakukan dengan baik dan benar. Terutama pada siswa putri. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengambilan nilai dengan memanggil satu persatu siswa yang nomer
absennya berurutan, mulai dari absen pertama sampai absen akhir, siswa
yang belum melakukan menunggu giliran dan mengamati temannya yang
melakukan tes, bahkan ada yang dapat mengoreksi kekeliruan temannya.
Yang perlu dibenahi adalah pada cara lari cepat 40 meter yang benar yang
berorientasi pada pandangan ke depan agar pada saat melakukan
rangkaian lari cepat 40 meter dengan benar. Keadaan ini memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada umumnya kesalahan yang
sering dilakukan siswa adalah kurang konsentrasi pada saat melakukan
start lari dan menyentuh garis finish. Tapi, dapat diatasi dengan
mengadakan remidi diluar jam pelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran dapat diperoleh data
penelitian pada siklus II, sebagai berikut :
a) Siswa aktif selama pemberian materi sebesar 83,87 % sedangkan
16,13 % masih ada sedikit yang suka ngobrol sendiri. Siswa
beralasan pelajaran di mulai terlalu siang sehingga cuaca panas karena
beraada di lapangan terbuka.
Tabel : Siswa aktif Selama Pemberian Materi
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76,80
75,77
10
16
32,26 %
51,61 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
71-74
2
-
16,13 %
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 83 % Tuntas
b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
sebesar 87,10 % sedangkan 12,90 % kurang memperhatikan
penjelasan dari guru, siswa masih ada yang jongkok dengan temannya
dengan alasan cuaca yang sangat panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel : Siswa Aktif Selama Kegiatan Belajar Mengajar
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76-80
71,77
10
17
32,26 %
54,84 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
72-74
1
-
12,90 %
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 87,10 %
Tuntas
Adapu hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi :
1. Siswa yang mampu melakukan gerakan start , lari, melewati garis
finish sebesar 100%
Tabel : Siswa yang mampu melakukan gerak start,lari dan finish
Dengan metode bermain
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76,80
75,77
10
17
32,26 %
64,52 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
72-74
1
-
3,22 %
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 % 96,78 %
Tuntas
2. Siswa yang dapat melakukan gerakan start lari dan finish
mendapat nilai baik ( 75 keatas ) 98,78% dan siswa lain 3,22%
kurang hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No Nilai Jumlah
siswa Prosentase
Kriteria
ketuntasan
1
2
76-80
71,75
15
13
51,61 %
48,39 %
Terlampaui
Tuntas
3
4
65-70
71-74
0
-
0 %
- % Tidak tuntas
Jumlah 28 100 %
100 % Tuntas
3. 100 % siswa merasa senang dengan model pembelajaran metode
bermain.
d. Analisis dan Refleksi.
Secara umum semua kesalahan yang ada dalam proses pembelajaran
dengan metode bermain pada siklus II sudah dapat diatasi dengan baik.
Peneliti sudah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran khususnya lari cepat 40 meter dengan metode bermain yang
dilaksanakan dengan tertib. Peneliti mampu merespon siswa terhadap
stimulus yang diberikan. Siswa semangat untuk melaksanakan
pembelajaran yang disajikan denganbaik, meskipun masih ada
kekurangannya.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat
dinyatakan, bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran ( baik proses
maupun hasil ) kemampuan gerak dasar dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No Kegiatan Siklus I Siklus II Selisih kenaikan
1. Siswa yang aktif
selama pemberian
materi lari cepat 40
meter
54,84% 83,87% 29,03 %
2. Siswa yang aktif
selama kegiatan
belajar mengajar
55,02 % 87,10% 32,08%
3. Siswa yang mampu
melakukan kegiatan
lari cepat 40 meter
48,39 % 96,78% 48,39 %
4. Siswa yang mampu
melakukan tes
ketrampilan lari cepat
40 meter dengan baik
dan benar
67,74 % 96,78 % 29,04 %
5. Hasil kartu ceria
setelah pembelajaran 87,10 100% 12,90
Peneliti Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) dilaksanakan selama 2
siklus. Setiap siklus ada 4 tahap, yaitu :
1) Tahap perencanaan
2) Tahap pelaksanaan tindakan
3) Tahap observasi
4) Tahap analisis dan refleksi
Adapun deskripsi hasil penelitian dan siklus I dan siklus II dapat dijelaskan secara
singkat pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siklus Rencana Tindakan Pelaksanaan
Tindakan
Hasil Kekurangan /
kelamahan
I. a. Peneliti dan guru
menyusun
skenario
pembelajaran
b. Peneliti dan guru
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP) untuk
materi Lari cepat
40 meter
c. peneliti dan guru
menyiapkan
media/alat
pembelajaran
d. peneliti dan
guru menyusun
instrument
a. Peneliti
memberikan
gerakan
pemanasan
pada siswa
b. Peneliti
menjelaskan
materi
pembelajaran
lari cepat 40
meter
c. Peneliti
memberikan
contoh
melakukan
model
pembelajaan
dengan
metode
bermain
d. Siswa
melakukan
model
pembelajaran
dengan
a. 54,84% siswa
aktif dalam
pembelajaran
lari cepat 40
meter
b. 55,02% siswa
aktif selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung
c. 48,39%
mampu
melakukan
pembelajaran
lari cepat 40
meter
d. 67,74% siswa
mendapat
nilai yang
baik
Posisi
peneliti
lebih
banyak di
depan
sehingga
siswa
kurang
kontrol,
terutama
barisan
belakang
Alat yang
digunakan
untuk
pembelajar
an
mencukupi.
Tetapi
siswa masih
asing
Siswa
masih
kesulitan
dalam
melakukan
pembelajar
anmaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e.kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan2x
pertemuan
metode
bermain
e. Pada akhir
pembelajaran
siswa
kelihatan
antusias
e. 87,10%
teknik
Siswa
masih
kurang
antusias
dalam
mengikuti
pembelajar
an
II a. Untuk
mengurangi
kekurangan dan
kelamahan pada
siklus I, peneliti
memberikan
penjelasan yang
mudah dipahami
oleh siswa
dengan cara
memberi contoh
secara langsung
b. Peniliti akan
memberikan
hukuman
kepada siswa
yang kurang
mampu dalam
melaksanakan
pembelajaran
c. Peneliti tetap
a. Peneliti
memberikan
gerkan
pemanasan
kepada siswa
b. Peneliti
menjelaskan
materi
pembelajaran
yaitu lari
cepat 40
meter
c. Peneliti
83,87% siswa
aktif selama
pemberian
materi
87,10% siswa
aktif selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung
96,78% siswa
Secara umum
semua
kelamahan
yang ada
dalam proses
pembelajaran
dengan metode
bermain
meningkatkan
kemampuan
pembelajaran
lari cepat 40
meter dengan
pendekatan
pembelajaran
pada siklus I
ini telah dapat
diatasi dengan
baik. Peneliti
telah berhasil
membangkitka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memacu siswa
agar berusaha
untuk
melakukan lari
cepat 40 meter
dengan metode
bermain
d. Peneliti memberi
nilai kepada
siswa dengan
nilai tambah
pada
pembelajaran
lari cepat 40
meter
e. Peneiliti ikut
dalam pembelajaran
tersebut sehingga
siswa menjadi lebih
semangat
memberi
contoh,
melakukan
pembelajaran
alat bantu
d. Siswa sudah
banyak yang
mampu
melaksanaka
n rangkaian
gerakan lari
cepat 40
meter
e. Peneliti
memberikan
motivasi
kepada siswa
agar
mempunyai
semangat
dalam
melakukan
model
pembelajaran
bermain
melakukan
pembelajaran
yang menantang
96,78% siswa
mendapat nilai
yang baik
100% siswa
senang dengan
model
pembelajaran
gerak dasar.
n semangat
siswa untuk
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar
dengan tertib.
Peneliti telah
memancing
respon siswa
terhadap
stimulus yang
diberikannya.
Siswa yang
sudah mampu
melakukan
pembelajaran.
Siswa yang
sudah mampu
melakukan lari
cepat 40 meter
dengan
pendekatan
pembelajaran
bermain
dengan
baik,meskipun
masih ada
beberapa
kuang baik.
Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
indikator ini
dapat dilihat
dari nilai siswa
pada tes yang
dilakukan pada
siklus I sampai
siklus II.
Dengan
demikian dapat
dikatakan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran
bermain untuk
meningkatkan
kemampuan
lari cepat 40
meter itu telah
berhasil dan
menunjukan
peningkatan
baik dari segi
proses maupun
hasil belajar
siswa.
Sebelum melakukan siklus I , peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui kondisi yang ada dilapangan. Dari hasil kegiatan survei ini peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menentukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran yang berkaitan dengan
kemampuan lari cepat 40 meter. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru
penjas dan dosen pembimbing berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menerapkan model pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan lari
cepat 40 meter. Kemudian peneliti, guru penjas dan dosen pembimbing menyusun
rencana guna melaksanakan siklus I. Siklus pertama penerapan model
pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter.
Ternyata masih terdapat beberapa kekurangan/kelemahan yang ada selama proses
pembelajaran bermain. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi
kekurangan/kelemahan yang ada pada siklus I. Selain itu siklus II juga
menerapkan siklus yang menguatkan hasil dari penerapan model pembelajaran
bermain untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter. Siklus yang
dilakukan pada penelitian ini hanya dua siklus dikarenakan jika dilaksankan tiga
siklus akan bertabrakan dengan ujian sekolah kelas VI.
Berdasarkan tindakan tersebut, peneliti telah berhasil menerapkan model
pembelajaran bermain untuk menarik siswa dan meningkatkan kemampuan lari
cepat 40 meter.Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan
kinerja guru lebih efektif dan menarik dalam melaksanakan pembelajaran di
lapangan. Keberhasilan penerapan modelpembelajaran bermain digunakan untuk
meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter ini dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut :
1) Siswa sudah mampu melaksanakan pembelajaran bermain
Pengambilan nilai dari hasil tes yang dilakukan disetiap materi pembelajaran
dengan model alat bantu bermain yang diberikan telah meningkatkan
peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Pada awalnya siswa kesulitan
dalam melakukan model pembelajaran bermain ini ntetapi peneliti selalu
mengulang - ulang gerakan yang dianggap sukar dan selalu menanyakan
kepada siswa bagian mana yang siap untuk dilakukan. Laluu peneliti
menjelaskan gerakan yang sukar tersebut dan memberikan contoh yang baik
dan benar. Dengan demikian siswa menjadi mengerti dan mengetahui
kesalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Guru penjas sudah mampu membangkitkan semangat dan minat siswa.
Semangat dan minat siswa terhadap pembelajaran bermain dapat dikatakan
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran model
bermain, dimana siswa terlihat lebih semangat dan antusias, selain itu model
pembelajaran bermain inin juga meningkatkan kreatifitas dan menciptakan
lingkungan belajar yang usias, selain itu model pembelajaran bermain inin
juga meningkatkan kreatifitas dan menciptakan lingkungan belajar yang
gembira. Hal ini terjadi karena guru penjas berusaha membangkitkan
semangat dan minat siswa dengan memberikan rewawrd / hadiah berupa
pujian dan nilai tambah.
3) Siswa terlihat tertarik dalam mengikuti pembelajaran lari cepat 40 meter.
Siswa tSiswa terlihat tertarik tertarik dengan model pembelajaran teknik lari
cepat 40 meter. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan antusias siswa saat
proses pembelajaran teknik lari cepat 40 meter. Selain itu ketertarikan siswa
dapat juga dilihat dengan kartu ceria yang derlihat tertarik tertarik dengan
model pembelajaran teknik lari cepat 40 meter. Hal ini dapat dilihat dari
semangat dan antusias siswa saat proses pembelajaran teknik lari cepat 40
meter. Selain itu ketertarikan siswa dapat juga dilihat dengan kartu ceria yang
diberikan oleh peneliti setelah pembelajaiberikan oleh peneliti setelah
pembelajaran berakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SDN Kudaile 04
terdapat dua siklus. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakana dalam 2 siklus dan
setiap siklus yang dilaksanakan terdapat 4 tahapan yaitu (1) perencanaan (2)
Pelaksanaan (3) Observasi dan interpretasi (4) analisis dan refleksi.
Simpulan hasil penelitian secara singkat yaitu terdapatnya peningkatan
kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa kelas V SDN Kudaile 04 peningkatan
tersebut terjadi setelah peneliti melakukan beberapa upaya yaitu :
1. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan bermain sebagai media untuk
meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter.
2. Penerapan model pembelajaran model bermain dilakukan berbeda-beda
dengan tujuan siswa tidak merasa brapan model pembelajaran model bermain
dilakukan berbeda-beda dengan tujuan siswa tidak merasa bosan.
3. Peneliti selalu memberi semangat dan reward / hadiah kepada siswa berupa
pujian dan nilai tambahan.
4. Peneliti menjelaskan kesulitan yang dialami siswa sehingga siswa mengetahui
kesalahannya.
5. Peneliti tidak segan untuk ikut dalam pembelajaran yng dilakukan siswa agar
lebih semangat.
Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan bermain
untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 40 meter pada siswa kelas
V SDN Kudaile 04. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian berikut :
1. Siswa terlihat aktif, tertarik dan semangat dalam mengikuti pembelajaran
melalui pendekatan bermain. Ini dapat dilihat dari hasil yang ditunjukan pada
siklus I : 75% dan siklus II meningkat rata-rata 85% ketuntasan meningkat
menjadi 100%.
2. Siswa terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Ini dapat dilihat dari
hasil yang ditunjukan pada siklus I : 75% dan siklus II meningkat rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85% ketuntasan meningkat menjadi 100%.
3. Siswa yang mampu melakukan pembelajaran lari cepat 40 meter dengan
metode bermain hal ini dapat dilihat pada hasil yang ditimbulkan pada siklus
I : 75% dan siklus II meningkat rata-rata 85% ketuntasan meningkat menjadi
100%.
4. Siswa yang mampu melakukan tes ketrampilan / teknik lari cepat 40 meter
dengan baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang ditunjukan pada
siklus I : 75% dan siklus II meningkat rata-rata 85% ketuntasan meningkat
menjadi 100%.
5. Siswa senang dengan pembelajaran lari cepat 40 meter. Hal ini dapat dilihat
dari hasil yang ditunjukan pada siklus I : 75% dan siklus II meningkat rata-
rata 85% ketuntasan meningkat menjadi 100%.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan, secara umum mengalami kenaikan rata-rata 20 %.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
dalam pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
berasal dari guru dan siswa. Faktor dari pihak guru antara lain metode yang
digunakan dalam pembelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, teknik yang digunakan sebagai sarana
untuk menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengembangkan materi.
Sedangkan faktor dari sisi adalah motivasi dan minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Faktor – faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan semaksimal mungkin agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar. Jika guru mengelola kelas dengan baik, mengembangkan materi,
mengembangkan strategi/teknik sebagai sarana untuk menyampaikan materi
dengan baik sehingga siswa mudah menerima materi, dan siswa pun memiliki
minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran maka
proses belajar mengajar akan lebih efektif, lancar dan efesien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan adanya
penerapan pembelajaran melalui pendekatan bermain ini dapat meningkatkan
kemampuan lari cepat 40 meter ( baik dari proses sampai hasilnya) sehingga
penelitian ini dapat digunakan guru sebagai media yang berupa alat,Ban motor
bekas, Kardus,tali rafia, bendera kecil, stop watch sebagai media alternatif untuk
pembelajaran lari cepat 40 meter. Bagi guru penjas, hasil pembelajaran penjas
agar lebih efektif dan efesien, siswa menjadi aktif dalam pembelajaran penjas,
dan menarik siswa agar lebih senang dengan pembelajaran penjas. Apalagi bagi
guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model
pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuan tersebut dan
memanfaatkan fasilitas yang ada dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai
seorang pendidik yang lebih inovatif dan profesional.
Dengan diterapkannya pembelajaran melalui pendekatan bermain dapat
meningkatkan kemampuan teknik lari cepat 40 meter maka siswa akan
memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran teknik lari
cepat 40 meter. Dimana siswa yang biasanya bosan dengan pembelajaran teknik
lari cepat 40 meter maka dengar adanya penerapan pembelajaran melalui
pendekatan bermain ini siswa menjadi lebih tertarik dan senang dalam
pembelajaran penjas. Teknik penerapan model pembelajaran bermain ini sesekali
perlu diterapkan dalam pembelajran penjas agar siswa lebih aktif.
Pemberian tindakan dari siklus I ke siklus II mendeskripsikan bahwa
terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan siklus berikutnya.
Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran, dapat dijelaskan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses
maupun hasil dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran melaui pendekatan
bermain ini dapat merangsang aspek kognitif, afektif dan terutama psikomotor
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Guru sebaiknya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran
penjas.
2. Bagi kepala Sekolah hendaknya berusaha memberikan sarana dan prasarana
yang lengkap pada mata pelajaran penjas sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan lancar.
3. Bagi guru sekolah lain yang belum menerapkan model pembelajaran bermain
sebaiknya mulai diterapkan model pembelajaran tersebut agar siswa lebih
menyukai lagi mata pelajaran penjas dan pembelajaran lebih efektif.
Top Related