SKRIPSI
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DANAPLIKASI KONSEP SYARIAH ENTERPRISE THEORY
PADA PERBANKAN SYARIAH(STUDI KASUS PADA PT. BANK SULSELBAR SYARIAH
CABANG MAKASSAR)
SAMSIDAR1057 303727 12
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2016
i
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DANAPLIKASI KONSEP SYARIAH ENTERPRISE THEORY
PADA PERBANKAN SYARIAH(STUDI KASUS PADA PT. BANK SULSELBAR SYARIAH
CABANG MAKASSAR)
SAMSIDAR1057 303727 12
Skripsi Sarjana Lengkap Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2016
vii
ABSTRAK
Samsidar, 1057 3037 2712. Implementasi Corporate Social ResponsibilityDan Aplikasi Konsep Syariah Enterprise Theory Pada Perbankan Syariah (StudiKasus Pada PT. Bank Sulselbar Syariah cabang Makassar), dibimbing olehA Ifayani Haanurat (Pembimbing I) dan Andi Arman (Pembimbing II).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laporan tanggungjawab sosialperusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) pada perbankan syariah danaplikasi konsep syariah enterprise theory. Penelitian ini dilakukan denganmenganalisis bagaimana Bank Sulselbar Syariah melaporkan tanggung jawab sosialperusahaannya.
Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode studikasus pada laporan tahunan Bank Sulselbar dan analisis didasarkan pada item-itempengungkapan tanggung jawab sosial berdasarkan syariah enterprise theory.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaporan tanggung jawab sosialBank Sulselbar masih sangat terbatas secara sukarela, serta masih belum sesuaidengan syariah enterprise theory karena masih mengedepankan profit dalam tujuanusahanya.
Kata kunci : Corporate Social Responsibility, bank syariah, Syariah Enterprise
Theory, Bank Sulselbar Syariah
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Kiranya tiada sepatah kata pun yang pantas penulis ucapkan kecuali
memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Corporate Social
Responsibility Dan Aplikasi Konsep Syariah Enterprise Theory Pada Perbankan
Syariah (Studi Kasus Pada Laporan Tahunan PT. Bank Sulselbar Syariah cabang
Makassar)”.
Shalawat dan taslim kepada Baginda Rasulullah saw, uswah umat manusia
dalam segala hal, shalawat dan taslim semoga juga senantiasa tercurah kepada
keluarga, sahabat dan seluruh umat manusia yang senantiasa istiqamah di jalan-
Nya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak dan mama tercinta, Herman Lili dan Syamsiah, atas segala
pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta doa tiada henti hingga
akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
v
2. Ibu Dr. Ir. A. Ifayani Hanurat, MM sebagai pembimbing I, sangatlah
istimewa bisa dibimbing oleh beliau. Terima kasih atas bimbingan baik
berupa dukungan moril yang diberikan kepada penulis sebagai anak didik.
3. Bapak Andi Arman, SE.,M.Si.Ak.Ca sebagai pembimbing II penulis, atas
kesediaan waktu mengarahkan dan berbagi pengetahuan dengan penulis.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman
tentunya akan sangat bermanfaat untuk kedepannya.
5. Kakakku tersayang Syarifah, semoga kita menjadi anak-anak yang sukses
dan berhasil, soleha, rendah hati, dan selalu memanjatkan rasa syukur atas
apa yang kita peroleh hari ini.
6. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan, doa,
semangat, dan kekeluargaan yang begitu hangat.
7. Sahabatku “THESEVENT” yaitu Resky Amelia Sari, Musdalipah
Syamsuddin, Karmila.Z, Syarifha Yuni Nurfatiah Skg, Restu Suratmi,
Hardianti Hamzah yang telah menjadi keluarga kedua penulis, terima
kasih atas segala bantuan dan semangatnya
8. Teman-teman kelasku yang tergabung dalam “AK 5-12” khususnya
Asnidar Asmi, Rahmawati, Saleha Tahir. Terima kasih untuk
kebersamaan, bantuan, dan kekeluargaan selama ini.
9. Serta semua pihak yang telah membentu penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih.
vi
Penulis menyadari akan kekurang sempurnaan penulisan skripsi ini. Oleh
sebab itu segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar kelak dikemudiaan hari dapat menghasilkan kerja yang lebih baik.
Pada akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Makassar, Mei 2016
Penulis ,
Samsidar
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halam Judul .......................................................................................................iHalam Persetujuan Pembimbing ....................................................................... iiAbstrak ..............................................................................................................iiiKata pengantar ..................................................................................................ivDaftar isi ........................................................................................................... viiDaftar Gambar ................................................................................................... xDaftar Tabel ......................................................................................................xiDaftar Lampiran ............................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN1.1.Latar Belakang Masalah............................................................................... 11.2.Rumusan Masalah ........................................................................................ 81.3.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 81.4.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 91.5.Sistematika Penulisan .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Kajian Teori .............................................................................................. 11
2.1.1.Konsep tentang Corporate Social Responsibilty (CSR) .................. 112.1.1.1.Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ............. 112.1.1.2. Prinsip Corporate social Responsibilty (CSR) ................... 132.1.1.3. Triple Boton lines ................................................................ 142.1.1.4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) ) ............. 152.1.1.5. Pro Kontra Tanggung Jawab Perusahaan ............................ 16
2.1.2. Teori-Teori tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ......... 182.1.2.1 Agency theory....................................................................... 182.1.2.2. Legitimacy Theory .............................................................. 202.1.2.3. Stakeholder Theory.............................................................. 21
2.1.3. Nilai-Nilai Syariah........................................................................... 222.1.3.1. Prinsip Berbagi dengan Adil................................................ 222.1.3.2. Prinsip Rahmatan Lil‘alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam).242.1.3.3. Prinsip Maslahah (Kepentingan Masyarakat) ..................... 25
2.1.4.Syariah Enterprise Theory (SET) .................................................... 272.1.5.Konsep dan Karakteristik Syariah Enterprise Theory dalampengungkapan laporan tahunan .................................................................312.1.6. Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ..................................33
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 342.3. Kerangka Pemikiran................................................................................... 39
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian............................................................................................ 433.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 433.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 443.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 443.5 Metode Analisis Data.................................................................................. 45
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN4.1. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar Syariah ............................................. 494.2. Visi & Misi................................................................................................. 524.3. Struktur Organisasi .................................................................................... 534.4. Uraian Tugas .............................................................................................. 54
BAB V PEMBAHASAN5.1. Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Bank Sulselbar Syariah. 60
5.1.1. Dasar Pelaksanaan CSR Bank Sulselbar ......................................... 615.1.2. Manfaat Penerapan CSR menurut Bank Sulselbar .......................... 625.1.3. Dampak CSR pada Bank Sulselbar ................................................ 635.1.4. Strategi dan Kebijakan .................................................................... 645.1.5. Pengelolaan CSR Bank Sulselbar.................................................... 645.1.6. Kriteria Penyaluran CSR ................................................................ 655.1.7. Prinsip Pelaksanaan CSR................................................................ 655.1.8. Program CSR Bank Sulselbar.......................................................... 655.1.9. Penggunaan Dana CSR Bank Sulselbar Tahun 2015 ..................... 66
5.2. Tinjauan Aplikasi Konsep SET pada Laporan Tahunan Bank SulselbarSyariah .............................................................................................................. 67
5.2.1. Akuntabilitas Vertical : Allah SWT ................................................ 675.2.2. Akuntabilitas Horisontal : Direct stakeholder ................................. 68
5.2.2.1. Akuntabilitas Horisontal Terhadap Nasabah ..................... 685.2.2.2. Akuntabilitas Horisontal Terhadap Karyawan................... 73
5.2.2.2.1 Pengembangan Pegawai .................................... 755.2.2.2.2 Kebijakan Upah dan Remunerasi ...................... 785.2.2.2.3 Perlakuan Adil dan Kesejahteraan kerja............ 79
5.2.3. Akuntabilitas Horisontal : Indirect Stakeholders ........................... 835.2.4. Akuntabilitas Horisontal : Alam...................................................... 875.2.5. Keseimbangan.................................................................................. 89
BAB VI PENUTUP6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 966.2. Saran........................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Piramida Maslahah...................................................................... 26
Gambar 2.2. Kerangka Pikir.............................................................................. 39
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang
Makassar ...................................................................................... 39
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Agency Theory, Legitimacy Theory, Stakeholders Theory,
dengan Syariah Enterprise Theory (SET) ..............................................................31
Tabel 5.1. Susunan Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Sulselbar
Periode 31 desember 2015 ...................................................................69
Tabel 5.2. Riwayat Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Sulselbar.......................69
Tabel 5.3. Rangkap Jabatan sebagai DPS pada Lembaga Keuangan Syariah .... ..70
Tabel 5.4. Jenis Remunerasi Anggota DPS tahun 2015 PT. Bank Sulselbar...... ..70
Tabel 5.5. Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit bagi Unit Usaha Syariah .... ..71
Tabel 5.6. Dana Kegiatan CSR PT. Bank Sulselbar per 31 desember 2015....…..72
Tabel 5.7. Komposisi SDM Sulselbar Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan.76
Tabel 5.8. Biaya pendidikan dan Tenaga kerja Bank Sulselbar tahun 2015.... ….78
Tabel 5.9. Program Pendidikan dan jumlah peserta Bank Sulselbar tahun 2015..78
Tabel 5.10. Kebijakan Gaji Komisaris Hingga Tenaga Outsourching.............. ....79
Tabel 5.11. Hasil Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) berdasarkan Syariah Enterprise Theory (SET) pada laporan
Tahunan PT. Bank Sulselbar Tahun 2015 (Akuntabilitas terhadap
Tuhan dan Direct Stakeholders)... ............................................……….92
Tabel 5.12. Hasil Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) berdasarkan Syariah Enterprise Theory (SET) pada laporan
Tahunan PT. Bank Sulselbar Tahun 2015 (Akuntabilitas terhadap
Indirect Stakeholders dan Alam). .............................................……….94
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1Surat Keputusan Pengangakatn Dosen PembimbingSurat Balasan Izin Penelitian Bank Sulselbar Syariah Gbg.Mks
LAMPIRAN IIPedoman Wawancara
LAMPIRAN IIITabel Realisasi Dana CSR Bank SulselbarFoto-Foto Kegiatan CSRLaporan Keuangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Fenomena munculnya tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lazim
disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu
perkembangan dari sistem ekonomi politik global. Tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk nyata
kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan sekitarnya. Saat ini, konsep
dan pelaksanaan CSR semakin berkembang di Indonesia. Hal ini tentu
menggembirakan dan telah menjadi fenomena global. Di Geneva, Swiss, pada 5
Juli 2007 telah dilangsungkan konferensi UN Global Compact, dihadiri lebih 600
eksekutif senior korporasi dunia. Tujuan konferensi adalah memperbaiki praktik
bisnis dengan memperhatikan lingkungan hidup dan aspek sosial di dalam dan di
luar perusahaan. Korporasi diminta memperlihatkan kepedulian dan
tanggungjawab kemasyarakatan lebih besar. Fenomena global ini juga melanda
Indonesia. Perkembangan pelaksanaan CSR di Indonesia ditandai, sudah banyak
perusahaan mengimplementasikan CSR (Muchtar Effendi Harahap: 2014).
Di Indonesia kewajiban perusahaan untuk melakukan CSR ini
diundangkan dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang
sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Hal ini menjadi pro dan konta apakah pelaporan CSR menjadi sebuah kewajiban
2
perusahaan atau sekedar atas dasar sukarela semata. Pernyataan mengenai
mengapa CSR penting, tidak cukup dijawab dengan menyatakan bahwa CSR telah
diamanatkan Undang-undang. Jika CSR dianggap penting hanya karena Undang-
undan, perusahaan akan cenderung terpaksa dan setengah hati melaksanakan CSR
(Suharto, 2016).
Reaksi pro dan kontra tentang CSR terebut, dapat dipahami bahwa
pemahaman sebagian dunia usaha terhadap konsep CSR masih lemah, karena
CSR dianggap sebagai suatu kegiatan yang bersifat sukarela yang dilaksanakan
dalam bentuk kedermawanan, kemurahan hati, dan promosi perusahaan yang
dikemas dalam bentuk pemberian bantuan (Azheri, 2012:10). Kamandanu,
(2014:30) mengatakan CSR dilakukan untuk memulihkan atau paling tidak bisa
meminimalkan dampak yang ditimbulkan perusahaan terhadap kondisi
lingkungan, sosial maupun ekonomi masyarakat setempat. Seharusnya CSR
dilakukan atas dasar rasa tanggung jawab dari dalam perusahaan sendiri, bukan
karena diwajibkan secara khusus oleh peraturan. Kartini (2009:37) kemudian
mengatakan bahwa presepsi yang masih awam mengenai CSR itu sendiri bisa
diperbaiki dengan secara utuh memahami apa itu CSR. Secara umum apa saja
yang menjadi pendorong CSR tersebut.
Harus ada pemahaman filosofis dan komitmen etis tentang CSR.
Pentingnya CSR perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang
adanya jurang yang semakin menganga antara kemakmuran dan kemaralatan, baik
pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu, diwajibkan atau tidak CSR
harus merupakan komitmen dan kepedulian genui dari para pelaku bisnis untuk
3
ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan (Suharto, 2008:6). Defenisi formal
dari tanggung jawab sosial (social responsibility) adalah kewajiban manajemen
untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang berperan dalam
mewujudkan kesejahteraan dan masyarakat (Fahmi, 2013:81).
Praktik pengungkapan CSR telah banyak diterapkan oleh perusahaan
publik di Indonesia. Walaupun secara umum CSR telah banyak dilakukan oleh
perusahaan tambang maupun manufaktur, namun saat ini industri perbankan juga
telah menyebutkan aspek pertanggungjawaban sosial dalam laporan tahunannya
walaupun dalam bentuk yang relatif sederhana. Menurut mulyana (2009:7), alasan
perusahaan khususnya di bidang perbankan melakukan pelaporan sosial adalah
karena perubahan paradigma pertanggungjawaban, dari manajemen ke pemilik
saham menjadi manajemen kepada seluruh stakeholder wujud bukti kepedulian
para ahli akuntansi dapat dilihat melalui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 (revisi 2009) paragraf
sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab
akan masalah lingkungan dan sosial.
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporanmengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranpenting dan bagi industri yang mengganggap karyawan sebagai kelompokpengguna laporan yang memegang peran penting. Laporan tambahan tersebutdi luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”
Selain itu, menurut Mulyanita (2009: 7), tantangan untuk menjaga citra
perusahaan di masyarakan menjadi alasan mengapa suatu bank di Indonesia
melakukan pelaporan sosial. Tidak hanya dilakukan oleh perbankan konvensional
4
tetapi juga dilakukan oleh perbankan syariah. Perbankan syariah merupakan
sektor yang patut diperhitungkan. Menurut Meutia (2010: 3), bank syariah
seharusnya memiliki dimensi spiritual yang lebih banyak. Dimensi spriritual ini
tidak hanya menghendaki bisnis yang non riba, namun juga mampu memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat luas, terutama bagi golongan masyarakat ekonomi
lemah. Menurut Yusuf (2010: 99) posisi bank syariah sebagai lembaga keuangan
yang sudah eksis di ringkat nasional maupun internasional harus menjadi lembaga
keuangan percontohan dalam menggerakkan program CSR. Pelaksanaan program
CSR bank syariah bukan hanya untuk memenuhi amanah undang-undang, akan
tetapi lebih jauh dari itu bahwa tanggung jawab sosial bank syariah dibangun atas
dasar falsafah dan tasawwur (gambaran) islam yang kuat untuk menjadi salah satu
lembaga keuangan yang dapat mensejahterakan masyarakat. Yusuf (2010: 100)
menambahkan, program CSR perbankan syariah harus benar-benar menyentuh
kebutuhan asasi masyarakat untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan
ekonomi bagi masyarakat.
Bagi umat Islam kegiatan bisnis termasuk bisnis perbankan tidak akan
pernah terlepas dari ikatan etika syariah. Muhammad (2005: 11) menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan akuntansi syariah adalah “konsep dimana nilai-nilai
Al-Quran harus dijadikan prinsip dasar dalam aplikasiakuntansi”. Menurut Yusuf
(2010: 101-102), CSR dalam Islam bukanlah sesuatu yang baru, tanggung jawab
sosial sangat sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Seperti firman Allah:
5
وإذا تولى سعى في الأرض لیفسد فیھا ویھلك الحرث والنسل ◌ و لا یحب الفساد
“dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk melakukankerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan
Allah tidak menyukai kebinasaan” (QS. Al-Baqarah (2) : 205).Q.S. Al-A’raaf 56:
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)memperbaiki dan berdoalah kepada-Nya” (QS. Al-A’Raaf (7): 56.
Ayat di atas menggambarkan secara nyata bagaimana Islam sangat
memperhatikan kelestarian alam. Segala usaha, baik dalam bentuk bisnis maupun
non-bisnis harus menjamin kelestarian alam. Pada sisi kebajikan, islam sangat
menganjurkan kedermawanan sosial kepada orang-orang yang memerlukan
melalui pintu sedekah.
Ayat di atas menjelaskan tanggungjawab seorang muslim untuk menolong
sesama melaui sumbangan, segala bentuk kecongkakan dan kekikiran adalah
perbuatan yang sangat dibenci dalam Islam. Ayat ini pula menyatakan bahwa
setiap transaksi dalam Islam, baik tunai maupun kredit, harus dilakukan proses
pencatatan, atau dengan kata lain akuntansi. Hal ini dimaksudkan agar penjual
maupun pembeli lebih mudah dalam mempertanggungjawabkannya. Peranan
yang diharapkan dari Perbankan Syariah berdasarkan visi dan misi Perbankan
Syariah pada UU No. 10 Tahun 1998 adalah :
1. Memberdayakan ekonomi umat dengan melakukan operasi secara
transparansi
6
2. Memberikan return yang lebih baik
3. Mendorong pemerataan pendapatan
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan
5. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana
6. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggara usaha bank
. Pelaksanaan CSR oleh perbankan syariah merupakan proses penting
dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis baik secara
internal (pekerja, stakeholders dan penanam modal) maupun eksternal
(kelembagaan, anggota-anggota masyarakat dan perusahaan lain). Alasan
penting mengapa perbankan syariah harus melakukan CSR, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan sosial, kesinambungan usaha, dan pengelolaan
sumber daya alam serta pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana telah
tercantum dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang mengatur tentang pelaksanaan fungsi sosial Perbankan Syariah
yang dapat dilakukan melalui Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS)
sebagai unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah didalam negeri maupun yang
beroperasi diluar negeri.
Perkembangan bank syariah selama hampir 25 (dua pulih lima) tahun
kehadirannya di Indonesia menunjukkan kinerja yang semakin membaik, baik dari
sisi kelembagaan maupun kinerja keuangan termasuk peningkatan jumlah nasabah
bank syariah.
7
Meutia (2010: 11) dalam mansyur (2012: 7) pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate sosial responsibilty) merupakan suatu cara
bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan kepada para stakeholder bahwa
perusahaan memberi perhatian pada pengaruh sosial dan lingkungan yang
ditimbulkan perusahaan. Pengungkapan ini bertujuan untuk memperlihatkan
aktivitas yang dilakukan perusahaan dan pengaruhnya bagi masyarakat.
Disamping itu bila dilihat dari sistem laporan keuangan internasional
financial Reporting Standars (IFRS) yang dirumuskan oleh Internasional
Accounting Standards Board (IASB) merupakan standar akuntansi internasional
yang juga berlaku di Indonesia IFRS dikembangkan berdasarkan konsep Entity
Theory. Kam (1990) mengemukakan Entity Theory sebagai berikut :
“Perusahaan beroperasi untuk pemegang saham, yaitu orang-orang yangmenanamkan dananyadalam perusahaan. Sebuah entitas adalah bisnis untukdirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup danperkembangannya” (dalam Triyuwono 2012).
Maka Entity Theory kurang sesuai dengan islam, yang lebih sesuai adalah
Enterprise Theory dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada peningkatan
kesejahteraan pemilik perusahaan, tetapi juga mempunyai tanggung jawab
terhadap lingkungan dan masyarakat. Hal ini karena Enterprise Theory
mengandung bahwa eksistensi perusahaan tidak terlepas dari para partisipan
(karyawan, kreditor, pemerintah, dan masyarakat). (Triyuwono: 2012)
Triyuwono (2012) mengajukan konsep Syariah Enterprise Theory yang
dikembangkan berdasarkan metafora zakat yang pada dasarnya memiliki karakter
keseimbangan. Secara umum, nilai keseimbangan yang dimaksud adalah
8
keseimbangan antara nilai-nilai maskulin dan nilai-nilai feminim. Syariah
Enterprise Theory menyeimbangkan nilai egoistik (maskulin) dengan nilai sosial
(feminim), nilai materi (maskulin) dan nilai spiritual (feminim).
Atas argumen di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan
analisis deskriptif kualitatif terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan dan penerapan Stariah Enterprise Theory yaitu pada organisasi
perbankan syariah dalam hal ini pada laporan tahunan PT Bank Syariah Mandiri,
maka penelitian ini di beri judul “Implementasi Corporate Social
Responsibility Dan Aplikasi Konsep Syariah Enterprise Theory Pada
Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Laporan Tahunan PT. Bank
Sulselbar Syariah cabang Makassar)”
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibilty (CSR) pada PT.
Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
2. Bagaimana aplikasi konsep Syariah Enterprise Theory (SET) pada laporan
tahunan PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami penerapan CSR yang dilakukan PT. Bank
Sulselbar Syariah Cabang Makassar.
9
2. Memahami dan menganalisis seberapa besar kesesuaian laporan tahunan
PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar dengan menggunakan
konsep Syariah Enterprise Theory (SET).
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa atau pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang masalah yang diangkat dalam penelitian
ini.
2. Bagi kalangan akademisi atau peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan
tambahan referensi dan dasar untuk melakukan penelitian yang sejenis
pada masa yang akan datang.
3. Bagi kalangan praktisi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan praktik pengungkapan tanggung jawab sosial bagi bank
syariah.
4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang masalah yang diteliti.
1.5. Sistematika Penulisan
Proposal ini terdiri dari empat bab yang disusun secara deskriptif:
Bab I. Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan
Bab II. Tinjauan Pustaka
10
Memuat kajian teori yang relevan dengan masalah yang diteliti,
penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.
Bab III. Metoda Penelitian
Berisikan metoda penelitian yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini, yang berisi lokasi dan waktu penelitian, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan metoda analisis data.
Bab IV. Gambaran Umum Perusahaan
Berisi sejarah perusahaan PT. Bank sulselbar cabang syariah, Visi
dan misi perusahaan, struktur organisasi, serta uraian tugas
Bab V. Pembahasan
Menyajikan hasil analisis terhadap pengungkapan CSR yang
dilakukan Aank Sulselbar dalam laporan tahunannya
Bab VI. Penutup
Berisikan simpulan yang dapat diambil dan saran penulis
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian teori
2.1.1. Konsep tentang Corporate Social Responsibilty (CSR)
2.1.1.1.Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagai suatu konsep yang menjadi popular, Corporate Social
Responsibilty (CSR) belum memiliki batasan yang sepadan. Sampai saat ini belum
adanya kesatuan bahasa terhadap CSR, namun secara empiris CSR ini telah
diterapkan oleh berbagai bentuk kegiatan yang didasarkan atas kesukarelaan,
meskipun telah menjadi trend yang semakin ramai diperbincangkan. Banyak ahli,
praktisi dn peneliti belum memiliki kesamaan dalam memberikan definisi
meskipun dalam banyak hal memiliki kesamaan esensi, Hadi (2011: 46).
Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian
sumber daya perusahaan.Menurut CSR Forum (Wibisono, 2007) Corporate Social
Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara
transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung
tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibilty)
merupakan salah satu dari beberapa tnggung jawab perusahaan kepada pemangku
12
kepentingan (stakeholder). Pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang
atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai
keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan atau pihak eksternal dan
internal, Solihin (2009: 2).
Dalam bukunya Cannibals ith forks: The Triple Bottom Line of 21Century Business (1997), John Eklington mengemukakan bahwa perusahaan yang
menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian pada
kemajuan masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta lingkungan
hidup/bumi (planet), dan peningkatan kualitas perusahaan (profit). (Mursita,
2011: 23).
Jamali dan Mirshak (2007) mengutip definisi CSR oleh The World
Business Councill for Sustainable Development (WBSCD) mendefinisikan CSR
sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja sama dengan para pekerja, keluarga mereka dan komunitas
lokal, Mursitama (2011: 26). Sementara itu, menurut Suhandari M. Putri dalam
artikelnya Schema CSR dalam kompas, 4 Agustus 2007 yang dikutip oleh
Untung, dalam bukunya “Corporate Social Responsibilty” (2008: 1)
“Corporate Social Responcibilty adalah komitmen perusahaan atau duniabisnis untuk berkontribusi dalam perkembangan ekonomi yangberkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaanyang menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspekekonomis, sosial, dan lingkungan."
Dari beberapa pengertian CSR di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu bentuk tindakan atau
13
kesadaran perusahaan/dunia bisnis yang diwujudkan dalam sebuah kepedulian
terhadap internal dan ekternal perushaan, dalam hal ini perusahan tidak hanya
berorientasi pada pencapaian keuntungan semata tetapi juga mampu
memerhatikan kesejahteraan bagi komunitas sekitarnya, yang meliputi karyawan,
masyarakat, dan alam sekitar perusahaan.
2.1.1.2. Prinsip Corporate social Responsibilty (CSR)
Menurut Alyson (dalam Aprilianitha, 2008) prinsip-prinsip CSR meliputi
beberapa hal,diantaranya: Prioritas Korporat yang Mengakui tanggung jawab
sosial sebagai prioritas tertinggi korporatdan penentu utama pembangunan
berkelanjutan. Sehingga korporat bisa membuatkebijakan,program dan prakterk
dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara
social. Selanjutnya, Informasi Publik yang memberikan informasidan mendidik
pelanggan, distributor, dan publik tentang penggunaan yang aman,
transportasi,penyimpanan, dan pembuangan produk serta jasa. Siaga Menghadapi
Darurat yang menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat,
dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat,
instansi berwenang dan komunitas local. Sekaligus potensi bahaya yang muncul.
Transfer Best Practice yang berkontribusi pada pengembangan dan transfer
praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan
sektor publik. Memberi Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan
kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen
pemerintah sertalembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang
14
tanggung jawab sosial (CSR). Selain itu menumbuhkembangkan keterbukaan dan
dialog dengan pekerja danpublik mengantisipasi dan memberi respon terhadap
potential hazard, dan dampak operasi,produk, limbah dan jasa. Mengevaluasi
kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secaraberkala dan menguji pencapaian
berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan
menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegangsaham, pekerja
dan publik juga merupakan salah satu prinsip Corporate Social Responsibility.
2.1.1.3. Triple Boton lines
CSR merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek
bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya
kesejahteran stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga dapat
meningkatkan harga saham. CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari
tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu: Profit
(keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan) oleh Eklinton
(Amalia, 2007: 11):
1. Profit. Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari
setiap kegiatan usaha. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari
keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan
berkembang. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit
antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi
15
biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat
memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.
2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia. Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan
salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan
masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan
hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Misalnya, pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar
perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, serta penguatan
kapasitas ekonomi lokal.
3. Planet. Hubungan perusahaan dengan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat, dimana jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan
akan memberikan manfaat kepada perusahaan. Sudah kewajiban
perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Misalnya, penghijauan lingkungan hidup, perbaikan
pemukiman, serta pengembangan pariwisata (ekoturisme).
2.1.1.4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya dengan menerapkan CSR ada banyak manfaat yang akan
diterima. Ini sebagaimana dikatakan oleh Suhandari Fahmi (2013: 83)
menyatakan bahwa manfaat CSR pagi perusahaan antara lain:
16
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra perusahaan
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara social
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembangunan limbah
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat produktifitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan
Manfaat lain yang akan dirasa oleh pihak perusahaan dengan menerapkan
CSR berdampak jangka panjang. Salah satunya jika ternyata perusahaan
menemukan potensi lain di daerah tersebut maka masyarakat dan pemerintah
disana akan dengan cepat mendukung keberadaan perusahaan tersebut.
2.1.1.5. Pro Kontra Tanggung Jawab Perusahaan
Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab social
atau tidak, masih terus diperdebatkan. Masing-masing mengumumkan pendapat
dan dukungannya dan mengklaim bahwa ide masing-masing yang benar. Berikut
ini ada alas an para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung
jawab sosial (Mulyana, 2009: 28):
17
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan
perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,
masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati
pelanggan, simpati karyawan, investor dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan.
Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat
menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai
yang berlaku didalam masyarakat. Sehingga mendapat simpati dari
masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini public.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat terhadap perusahaan yang
melakukan kegiatan yang ternyata dampak dapat menimbulkan kebencian
pada masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan
lain-lain.
Dipihak lain yang menyatakan ketidaksetujuan terhdap konsep tanggung
jawab sosial perusahaan. Alasannya antara lain (Mulyanita, 2009: 29):
18
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dan tujuan utamanya dalam
memaksimalkan laba. Ini akan menimbulkan pemborosan.
2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan
atau politik secara belebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
3. Dapat menimbulkan linkungan bisnis yang monotik bukan yang bersifat
pluralistic.
4. Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga uang cukup besar yang
tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat
menimbulkan kebangkrutan, atau menurunkan tingkat pertumbuhan
perusahaan.
5. Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan
tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
2.1.2. Teori-Teori tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Ada beberapa alasan perusahaan untuk melakukan atau tidak melakukan
pengungkapan CSR. Alasan-alasan tersebut dapat dijelaskan menggunakan
agency theory, legitimacy theory, dan stakeholders theory (Sembiring, 2003: 2).
2.1.2.1 Agency theory
Agency theory (teori keagenan) menjelaskan tentang hubungan antara dua
pihak dimana salah stu pihak menjadi agen dan pihak yang lain bertindak sebagai
principal (Sembiring, 2003: 2). Teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan
timbul ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agen) untuk
19
melakukan beberapa jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian
beberapa otoritas pembuat keputusan kepada agen (Jansen dan Mecking, dalam
Saleh, 2008: 38). Yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham atau
investor, sedangkan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola
perusahaan.
Jansen dan Macking, dalam Saleh (2008: 38) menjelaskan adanya konflik
kepentingan dalam hubungan keagenan. Konflik kepentingan ini terjadi
dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak. Adanya perbedaan
tujuan antara principal dan agen serta adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan akan menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai
dengan keinginan principal. Akibatnya, manajer akan mengambil tindakan yang
dapat memperbaiki kesejahteraannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan
pemegang saham. Menurut Nugroho (2011: 40), kondisi ini terjadi karena asimetri
informasi ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan
stokeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika
terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal
yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi
akuntansi.
Berdasarkan teori agensi, pemimpin perusahaan memiliki pandangan
bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat secara
luas. Tanggung jawab sosial perusahaan hanyalah menjelaskan bisnis sesuai
20
dengan keinginan pemilik perusahaan, yakni memaksimalkan laba, Kartini (2009:
10). Pada ssat yang sama, agen juga harus menjaga hubungan baik dengan
pemasok dan pelanggan. Semua hubungan baik tersebut dikembangkan oleh agen
dalam rangka pengupayakan terciptanya maksimasi laba (Friedman dalam Kartini,
2009: 12). Dengan demikian perusahaan menggunakan retorika Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai salah satu strategi dalam memaksimalkan laba.
2.1.2.2. Legitimacy Theory
Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi
pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu, dan kelompok
masyarakat, menurut Hadi (2011: 88). Menurut yang dijelaskan Meutia (2010:
78), legitimasi adalah menyamankan presepsi bahwa tindakan yang dilakukan
oleh suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai
dengan system norma, nilai kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan secara
sosial. Untuk mencapai tujuan ini organisasi berusaha untuk mengembangkan
keselarasan antara nilai-nilai sosial yang dihubungkan dengan kegiatannya dan
norma-norma dari perilaku yang diterima dalam sistem sosial yang lebih besar
dimana organisasi itu berada serta bagiannya.
Ada beberapa upaya yang perlu dilakukan perusahaan dalam mengelola
legitimasi agar efektif (Dowling dan pfeffer, dalam Hadi. 2011: 91-92):
1. Melakukan identifikasi dan komunikasi serta dialog dengan publik.
21
2. Melakukan komunikasi atau dialog tentang masalah nilai sosial
kemasyarakatan dan lingkungan, serta membangun persepsi tentang
perusahaan.
3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan terkait dengan CSR.
CSR dipandang sebagai suatu kebijakan yang disetujui antara perusahaan
dengan masyarakat dalam konteks tersebut. Masyarakat yang dimaksud di sini
adalah masyarakat yang telah memberikan izin kepada perusahaan untuk
menggunakan sumber daya alam dan manusianya serta izin untuk melakukan
fungsi produksinya. Jadi dalam pelaporan CSR perusahaan harus mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Karna itu, CSR merupakan suatu
kewajiban asasi perusahaan yang tidak berifat sukarela. Namun harus diingat
bahwa izin tersebut tidaklah tetap sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan
dari perusahaan bergantung pada bagaimana perusahaan secara terus menerus
berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan keiginan dan tuntutan dari
masyarakat.
2.1.2.3. Stakeholder Theory
Stakeholders Theory (Teori Stakeholder), mengasumsikan bahwa
eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha
mencari pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi
perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula
kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para
22
stakeholdersnya (Sembiring, 2003:2). Menurut Thomas dan Andrew, dalam Nor
Hadi (2011: 94), Stakeholders Theory memiliki beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Perusahaan memiliki hubungan dengan banyak kelompok stakeholders
yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan perusahaan.
2. Teori ini ditekankan pada sifat alami hubungan dalam proses dan keluaran
bagi perusahaan dan stakeholdersnya.
3. Kepentingan seluruh legitimasi stakeholders memiliki nilai secara hakiki,
dan tidak membentuk kepentingan yang didominasi satu sama lain.
4. Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan manajerial.
Teori stakeholder menjelaskan pengungkapan CSR perusahaan sebagai
cara untuk berkomunikasi dengan stakeholders. Implikasinya adalah perusahaan
akan secara sukarela melaksanakan CSR, karena pelaksanaan CSR adalah
merupakan bagian dari peran perusahaan ke stakeholders. Teori ini jika diterapkan
akan mendorong perusahaan melaksanakan CSR. Dengan pelaksanaan CSR
diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan
menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya.
Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai
keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability).
2.1.3. Nilai-Nilai Syariah
Menurut Meutia (2010: 187), terdapat beberapa prinsip yang sebetulnya
menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan Penciptanya, yaitu Allah
SWT. Prinsip-prinsip ini adalah berbagi dengan adil, rahmatan lil alamin (rahmat
23
bagi seluruh alam), Dan maslaha (kepentingan masyarakat). Menurut AlGhazali,
prinsip-prinsip ini sebetulnya punya keterkaitan yang kuat dengan tujuan ekonomi
syariah yang mengedepankan kepentingan masyarakat banyak (Chapra, 2007: 6).
2.1.3.1. Prinsip Berbagi dengan Adil
Menurut Meutia (2010: 189), kata berbagi dalam Islam dinyatakan dalam
banyak perintah Allah melalui zakat, infak, dan sedekah. Konsep ini, mengajarkan
bahwa dalam setiap harta ada bagian atau hak untuk makhluk Allah yang lain.
Selain itu, berbagi juga dimaknai sebagai berbagi hal yang non-materiil, seperti
berbagi kebaikan serta menjalankan amar ma’ruf nahi munkar (saling menasehati
atau mengajurkan berbuat kebaikan dan mencegah kejahatan). Dalam praktik
perbankan syariah, hal ini bias dimaknai sebagai aktivitas untuk ikut mendukung
program-program kebaikan bagi manusia dan lingkungan ataupun ikut serta
mencegah timbulnya kerusakan di muka bumi. Dalam ajaran Islam, banyak sekali
perintah yang mengingatkan manusia untuk berbagi kepada sesama, antara lain:
“Hai orang-orang beriman, infakkanlah sebagian rezeki yang telah Kamiberikan kepadamu sebelum dating hari ketika tidak ada lagi jual beli,tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat.” (QS. Al-Baqarah (2): 254)
“yaitu orang-orang yang melaksanakan zakat dan menginfakkan sebagianrezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal (8):3)
24
“Orang-orang yang jika Kami berikan kedudukan di bumi, merekamelaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuatma’ruf (baik), dan mencegah dari yang munkar (jahat), dan kepada Allahlah kembali semua urusan.” (QS. Al Hajj(22):41)
Prinsip berbagi dalam hal ini terkait erat dengan konsep “keadilan” yang
dikatakan oleh Ahmad (2003) merupakan inti nilai dalam Islam. Keadilan
merupakan salah satu komponen penting yang membentuk cara pendang islam
mengenai masyarakat, karenanya suatu masyarakat ideal tidak mungkin tewujud
tanpa adanya keadilan (Chapra, 2007: 16). Konsep islam mengenai keadilan
menurut Kamali (2005) tidak sama dengan konsep formal mengenai keadilan,
keadilan dalam islam merupakan bagian dari iman, karakter, dan kepribadian
manusia. Keadilan merupakan karakteristik dari suatu system dan merupakan
bagian yang sangat diperlukan dalam suatu sistem hukum, sosial, dan ekonomi
(Ahmad, 2003). Menurut Sahidin (2012), keadilan dalam kegiatan ekonomi
ditetapkan dalam kaidah fiqih, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.
Prinsip keadilan Islam sangat kentara dalam praktik mudharabah (berbagi
keuntungan dan kerugian), di mana pemilik modal dan pengguna modal (pekerja)
ditempatkan pada posisi yang sejajar. Prinsip adil dalam Islam adalah tidak
menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasinya dalam aktivitas ekonomi ialah bahwa
pelaku ekonomi tidak dibenarkan mengejar keuntungan pribadi, seandainya hal
tersebut merusak atau merugikan pihak lain.
25
2.1.3.2. Prinsip Rahmatan Lil‘alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam)
Prinsip rahmatan lil’alamin bermakna keberadaan manusia seharusnya
bisa menjadi manfaat bagi makhluk Allah lainnya. Dalam kerangka bank syariah,
maka manfaat keberadaan bank syariah seharusnya dapat dirasakan oleh semua
pihak baik yang terlibat maupun tidak terlibat langsung dalam aktivitas perbankan
syariah. Menurut Meutia (2010: 221), bentuk rahmat atau keberpihakan ini dapat
berupa pemberian zakat, infak, dan sedekah maupun pemberian pembiayaan
kepada para pengusaha kecil. Prinsip rahmatan lil’alamin ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Al-Quran:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk(menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin).” (QS. Al-Anbiya (21)’: 107)
Sebagai agama yang rahmatan lil’alamin, agama Islam penuh dengan
nilai-nilai persaudaraan, persatuan, cinta, dan kasih sayang sesama manusia.
Agama Islam sangat menganjurkan untuk saling menjaga dan memelihara sesama
manusia. Hal ini termasuk menjaga kelestarian lingkungan alam maupun menjaga
kehidupan sesama manusia. Meutia (2010: 194) menjelaskan bahwa
meningkatkan kesejahteraan stakeholders merupakan bagian dari upaya menjadi
rahmatan lil’alamin dan menjadi tujuan ekonomi syariah. Kesejahteraan yang
dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual (nafs, faith, intellect,
posterity, dan wealth). Kesejahteraan dalam tujuan syariah, dinyatakan Al Ghazali
26
(2012: 3), tidak diperuntukkan bagi pemilik modal saja, namun bagi kepentingan
semua stakeholders (maslahah).
2.1.3.3. Prinsip Maslahah (Kepentingan Masyarakat)
Al-Shatibi mengkategorikan maslahah dalam tiga kelompok yaitu:
essentials (daruriyyat), complementary (hajiyyat), dan embellishment
(tahsiniyyat). Secara sederhana digambarkan sebagi berikut (Dusuki, 2007: 32-33)
Level yang pertama yaitu daruriyyat didefinisikan oleh Al-Shatiby sebagai
pemenuhan kepentingan-kepentingan pokok dalam hidup yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan syariah yaitu melindungi faith (iman), life (kehidupan), intellect
(akal), posterity (keturunan), dan wealth (harta). Komponen daruriyyat dalam
piramida maslahah berada pada lapisan pertama, hal ini menunjukkan bahwa
pemenuha kebutuhan atau melindungi kepentingan yang berkaitan dengan
daruriyat merupakan prioritas yang harus dilakukan. Implikasinya dalam tanggung
jawab soosial perusahaan adalah bank syariah harus mengutamakan kepentingan
yang berkaitanndengan daruriyyat merupakan prioritas yang harus dilakukan.
Adapun level kedua adalah hajiyyat dijelaskan oleh Al-Shatiby merujuk
pada kepentingan tambahan yang apabila diabaikan akan menimbulkan kesulitan
tapi tidak sampai merusak kehidupan normal. Dengan kata lain, kepentingan perlu
dipertimbangkan untuk mengurangi kesulitan atau mempermudah sehingga
kehidupan akan terhindar dari kesusahan.
27
Level ketiga dari piramida maslahah adalah prinsip tahsiniyyat.
Kepentingan yang harus dipertimbangkan pada level ini adalah kepentingan yang
berfungsi menyempurnakan kepentingan pada level sebelumnya. Dalam level ini
bank syariah diharapkan menjalankan kewajiban tanggung jawabsosial dengan
melakukan hal-hal yang dapat membantu menyempurnakan kondisi kehidupan
stakeholdernya.
Menurut Meutia (2010: 196), mengutamakan kepentingan masyarakat
(umat) dalam bentuk menjaga keimanan, kehidupan, keturunan, intelektual, dan
kesejahteraan merupakan tujuan ekonomi syariah, yang seharusnya menjadi
prioritas dari bank syariah. Penggunaan prinsip maslahah sangat penting dalam
praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. Menurut Meutia
(2010: 229) dalam hal ini level maslahah yang diajukan Al-Shatibi dapat
memberikan panduan yang jelas mengenai kepentingan apa dan siapa yang harus
didahulukan supaya tidak timbul ketidakadilan. Dusuki (2007) menilai bahwa
klasifikasi maslahah berhubungan dan punya keterkaitan yang erat dengan tujuan
syariah yaitu memastikan bahwa kepentingan masyarakat dilindungi secara baik.
Tahsiniyyat(Embellishment)
Hajiyyat(Complementary)
Daruriyat(Essentials)
Gambar 2.1.Piramida Maslahah
Sumber: Duzuki (2007: 5)
28
2.1.4.Syariah Enterprise Theory (SET)
Syariah Enterprise Theory merupakan enterprise theory yang telah
diinternalisasi dengan nilai-nilai Islam guna menghasilkan teori yang
transendental dan lebih humanis. Enterprise theory, seperti telah dibahas oleh
Triyuwono (2007: 4), merupakan teori yang mengakui adanya
pertanggungjawaban tidak hanya kepada pemilik perusahaan saja melainkan
kepada kelompok stakeholders yang lebih luas. Enterprise theory mampu
mewadahi kemajemukan masyarakat (stakeholders), hal yang tidak mampu
dilakukan oleh proprietary theory dan entity theory. Hal ini karena konsep
enterprise theory menunjukkan bahwa kekuasaan ekonomi tidak lagi berada di
satu tangan (shareholders), melainkan berada pada banyak tangan, yaitu
stakeholders. Konsep enterprise theory lebih menyerupai stakeholders theory,
karena kedua teori ini mengakui keberadaan stakeholder sebagai pemegang
kepentingan dan tanggung jawab perusahaan. Kedua konsep ini lebih sarat
dengan nilai-nilai kapitalisme. Selain itu, dalam teori tersebut mencakup nilai-
nilai syariah (keadilan, rahmatan lil alamin, dan maslahah), karena dalam konsep
enterprise theory dan stakeholders theory dijelaskan bahwa kesejahteraan tidak
hanya diperuntukkan bagi pemilik modal, melainkan bagi kepentingan semua
stakeholder (manusia). Menurut para ahli, enterprise theory ini lebih tepat untuk
suatu sistem ekonomi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai syariah, karena
menekankan akuntabilitas yang lebih luas. Hal ini sebagaimana dinyatakan
Triyuwono (2007: 2) bahwa diversifikasi kekuasaan ekonomi ini dalam konsep
29
syari’ah sangat direkomendasikan, mengingat syariah melarang beredarnya
kekayaan hanya di kalangan tertentu saja. Namun demikian, enterpise theory perlu
dikembangkan lagi agar memiliki bentuk yang lebih dekat lagi dengan syari’ah.
Pengembangan dilakukan sedemikian rupa, hingga akhirnya diperoleh bentuk
teori dikenal dengan istilah Syariah Enterprise Theory (SET) Triyuwono (2007:
3). Syariah Enterprise Theory (SET) tidak hanya peduli pada kepentingan
individu (dalam hal ini pemegang saham), tetapi juga pihak-pihak lainnya. Oleh
karena itu, SET memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders yang luas.
Menurut SET, stakeholders meliputi Allah, manusia, dan alam. Triyuwono (2007:
4-5) Allah merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu-satunya tujuan hidup
manusia. Dengan menempatkan Allah sebagai stakeholder tertinggi, maka tali
penghubung agar akuntansi syari’ah tetap bertujuan pada “membangkitkan
kesadaran ketuhanan” para penggunanya tetap terjamin. Konsekuensi menetapkan
Allah sebagai stakeholder tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai
basis bagi konstruksi akuntansi syari’ah. Intinya adalah bahwa dengan
sunnatullah ini, akuntansi syari’ah hanya dibangun berdasarkan pada tata-aturan
atau hukum-hukum Allah. Stakeholder kedua dari SET adalah manusia. Di sini
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu direct-stakeholders dan indirect–
stakeholders. Direct-stakeholders adalah pihak-pihak yang secara langsung
memberikan kontribusi pada perusahaan, baik dalam bentuk kontribusi keuangan
(financial contribution) maupun non-keuangan (non-financial contribution).
Karena mereka telah memberikan kontribusi kepada perusahaan, maka mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Sementara,
30
yang dimaksud dengan indirect-stakeholders adalah pihak-pihak yang sama sekali
tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan (baik secara keuangan maupun
non-keuangan), tetapi secara syari’ah mereka adalah pihak yang memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Golongan stakeholder terakhir
dari SET adalah alam. Alam adalah pihak yang memberikan kontribusi bagi mati-
hidupnya perusahaan sebagaimana pihak Allah dan manusia. Perusahaan eksis
secara fisik karena didirikan di atas bumi, menggunakan energi yang tersebar di
alam, memproduksi dengan menggunakan bahan baku dari alam, memberikan
jasa kepada pihak lain dengan menggunakan energy yang tersedia di alam, dan
lain-lainnya. Namun demikian, alam tidak menghendaki distribusi kesejahteraan
dari perusahaan dalam bentuk uang sebagaimana yang diinginkan manusia.
Wujud distribusi kesejahteraan berupa kepedulian perusahaan terhadap kelestarian
alam, pencegahan pencemaran, dan lain-lainnya. Meutia (2010: 49) menyatakan
bahwa teori yang paling tepat untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial
perusahaan, dalam hal ini bank syariah, adalah Syariah Enterprise Theory (SET).
Hal ini karena dalam syariah enterprise theory, Allah adalah sumber amanah
utama. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders adalah
amanah dari Allah yang di dalamnya melekat sebuah tanggung jawab untuk
menggunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi
Amanah. Syariah enterprise theory merupakan penyempurnaan dari tiga teori
motivasi CSR, yaitu agency theory, legitimacy theory, dan stakeholder theory.
Agency theory yang mana teori ini hanya mengedepankan kepentingan principal
(pemegang saham). Legitimacy theory merupakan teori yang berdasarkan nilai-
31
nilai sosial atau peraturan yang berlaku di masyarakat. Sedangkan stakeholder
theory merupakan teori yang mengutamakan kepentingan stakeholders, akan
tetapi stakaholders yang dimaksud dalam teori tersebut adalah manusia. Berbeda
dengan stakeholders yang dimaksud dalam syariah enterprise theory yaitu Allah,
manusia, dan alam.
Secara implisit dapat kita pahami bahwa SET tidak mendudukkan manusia
sebagai pusat dari segala sesuatu sebagaimana dipahami oleh antroposentrisme.
Tapi sebaliknya, SET menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu. Allah
menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta. Oleh karena itu,
manusia di sini hanya sebagai wakilNya (khalitullah fil ardh) yang memiliki
konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Allah. Kepatuhan manusia (dan
alam) semata-mata dalam rangka kembali kepada Allah dengan jiwa yang tenang.
Proses kembali ke Allah memerlukan proses penyatuan melekat di dalamnya.
(Triyuwono, 2007: 5). Berikut ini lebih jelas di gambarkan dalam table 2.1
perbedaan keempat teori-teori tersebut pada halaman berikutnya.
32
Table 2.1.Perbedaan Agency Theory, Legitimacy Theory, Stakeholders Theory, dengan
Syariah Enterprise Theory (SET)
Agency Theory LegitimacyTheory
StakeholdersTheory
Syariah EnterpriseTheory (SET)
Manajerbertanggung jawabmenjalankanperusahaansesuaikeinginanprincipal(pemilikperusahaan)
Berorientasimemaksimalkan labaperusahaan.
PerusahaanmelaporkanCSR hanyauntukmenjagahubunganbaik denganstakeholders.
Perusahaanbertanggungjawabkepadamasyarakat.
Menjalankanperusahaansesuaidenganaturan-aturan yangberlakudalammasyarakat.
PengukuranCSR bersifatmandatory(wajib)denganmempertimbangkan hak-hak publicsecaraumum.
Perusahaanbertanggungjawab kepadaparastakeholders(manusia)
Berorientasipadakesejahteraanstakeholdersperusahaan.
Pengungkapan CSRsebagai alatuntukberkomunikasi denganstakeholders.
Allah sebagaipusatpertanggungjawaban.
Menjalankanperusahaansesuai dengancara & tujuansyariah
Kepedulianterhadapstakeholdersyang luas (AllahSWT, manusia& alam)
PengungkapanCSR sebagaiwujudpertanggungjawabanterhadapamanah dariAllah SWT.
Sumber Syuhada Mansyur (2012)
2.1.5. Konsep dan Karakteristik Syariah Enterprise Theory dalam
pengungkapan laporan Tahunannya.
33
Menurut akuntansi syariah idealis, digunakannya syariah enterprise theory
sebagai konsep dasar teoritis berdampak pada kekhasan pencatatan transaksi dan
akuntabilitas laporan. Konsekuensi dari diterimanya syariah enterprise theory
sebagai dasar pengembangan teori syariah adalah pengakuan income dalam
bentuk nilai tambah (value-added), bukan income dalam pegertian laba (profit).
Syariah nterprise theory memiliki cakupan akuntabilitas yang lebih luas
dibandingkan dengan entity theory. Akuntabilitas yang dimaksud adalah
akuntabilitas kepada Tuhan, manusia, dan alam (Triyuwono: 2006a). Bentuk
akuntabilitas semacam ini berfungsi sebagai tali pengikat agar akuntansi syariah
selalu terhubung dengan nilai-nilai yang dapat “membangkitkan kesadaran
ketuhanan.” Konsep dari syariah enterprise theory yaitu tujuan laporan keuangan
syari’ah yang didefinisikan sebagai realisasi akuntabilitas dan penyampaian
informasi sesuai tujuan akuntansi syari’ah yang terekam dalam bentuk laporan
keuangan syariah dan memiliki prinsip-prinsip maupun karakter khas.
Karakter syariah enterprise theory dalam laporan keuangan memiliki sifat
material-spiritual, egoistis-altruistis, kuantitatif-kualitatif dan ketundukan-
kreativitas. Prinsip dan Karakter laporan keuangan inilah yang menjadi dasar
terbentuknya teknologi akuntansi syariah dan sekaligus terbentuk dari realitas
bisnis masyarakat Muslim. Teknologi tersebut dinamakan Trilogi Laporan
Keuangan Syariah. Menurut Aji Dedi Mulawarman (2006) Trilogi Laporan
Keuangan Syari’ah merupakan kesatuan alur ma’isyah (bekerja) untuk mencari
rezeki (rizq) penuh barokah sehingga berdampak pada maal (kekayaan). Kesatuan
alur memiliki tujuan laporan keuangan untuk merealisasikan akuntabilitas dan
34
penyampaian informasi sesuai tujuan akuntansi syari’ah yang terekam dalam
bentuk laporan arus kas syari’ah berbasis ma’isyah, laporan nilai tambah syari’ah
berbasis rizq, dan neraca syariah berbasis maal.
2.1.6. Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Meutia (2010: 243) mengatakan terdapat beberapa dimensi yang
ditawarkan oleh syariah enterprise theory dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan, terutama oleh perbankan syariah. Dimensi-dimensi tersebut,
adalah akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas vertical ini, ditujukan hanya kepada Allah. Beberapa contoh
item yang bertujuan menunjukkan akuntabilitas vertical kepada Allah menurut
syariah enterprise theory adalah adanya opini Dewan Pengawas Syariah dan
adanya pengungkapan mengenai fatwa dan aspek operasional yang dipatuhi dan
tidak dipatuhi beserta alasannya. Sedangkan akuntabilitas horizontal,
ditujukankepada tiga pihak, yaitu direct stakeholders, indirect stakeholders, dan
alam. Pihak-pihak yang disebut direct stakeholders menurut syariah enterprise
theory adalah nasabah dan karyawan. Sedangkan pihak yang termasuk indirect
stakeholders menurut syariah enterprise theory adalah komunitas.
Beberapa item pengungkapan tanggung jawab sosial yang menunjukkan
akuntabilitas horizontal kepada nasabah menurut syariah enterprise theory adalah
adanya pengungkapan kualifikasi danpengalaman anggota Dewan Pengawas
Syariah (DPS), laporan tentang dana zakat dan qardhu lhasan serta audit yang
dilakukan terhadap laporan tersebut, informasi produk dan konsep syariah yang
35
mendasarinya, penjelasan tentang pembiayaan dengan skema Profit and Loss
Sharing (PLS), dan penjelasan tentangkebijakan/usaha untuk mengurangi
transaksi non-syariah di masa mendatang. Sedangkan, beberapa item yang
mengungkapkan adanya akuntabilitas horizontal kepada karyawan menurut
syariah enterprise theory adalah adanya pengungkapan mengenai kebijakan
tentang upah dan renumerasi, kebijakan mengenai pelatihan yang meningkatkan
kualitas spiritual karyawan dan keluarganya, ketersediaan layanan kesehatan dan
konseling bagi karyawan, dan kebijakan non dikriminasi yang diterapkan pada
karyawan dalam hal upah, training, dan kesempatan meningkatkan karir.
Beberapa item yang menunjukkan akuntabilitas kepada indirect
stakeholders, dalam hal ini komunitas, berdasarkan syariah enterprise theory.
Item tersebut antara lain adanya pengungkapan tentang inisiatif untuk
meningkatkan akses masyarakat luas atas jasa keuangan bank Islam, kebijakan
pembiayaan yang mempertimbangkan isu-isu diskriminasi dan HAM, kebijakan
pembiayaan yang mempertimbangkan kepentingan masyarakat banyak, dan
kontribusi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dibidang agama, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan item pengungkapan yang
menunjukkan akuntabilitas horizontal kepada alam menurut syariah enterprise
theory adalah adanya pengungkapan tentang kebijakan pembiayaan yang
mempertimbangkan isu-isu lingkungan, menyebutkan jumlah pembiayaan yang
diberikan kepada usaha-usaha yang berpotensi merusak lingkungan dan alasan
memberikan pembiayaan tersebut, dan usaha-usaha untuk meningkatkan
kesadaran lingkungan pada pegawai.
36
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan baik di Indonesia
maupun di negara lainnya. Penelitian-penelitian tersebut meneliti tentang berbagai
aspek tentang CSR, mulai dari motivasi dan praktik tanggung jawab sosial, hingga
hal-hal yang mempengaruhi bentuk praktik dan pengungkapan CSR. Berikut ini
adalah beberapa contoh penelitian terdahulu tentang CSR:
Patten (1992) memfokuskan pada perubahan tingkat pengungkapan
lingkungan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan minyak Amerika Utara,
selain hanya Exxon Oil Company, baik sebelum dan sesudah kejadian Exxon
Valdez di Alaska pada tahun 1989. Dia berargumen bahwa jika tumpahan minyak
Alaska mengakibatkan ancaman bagi legitimasi industry perminyakan, dan tidak
hanya untuk Exxon, maka teori legitimasi akan menunjukkan bahwa perusahaan
yang beroperasi dalam industri tersebutakan merespon dengan meningkatkan
jumlah pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan mereka. Hasil Patten
menunjukkan bahwa ada peningkatan pengungkapan lingkungan oleh perusahaan-
perusahaan minyak untuk periode pasca-1989, konsisten dengan perspektif
legitimasi.
Gray et al. (1995) melakukan penelitian mengenai Corporate Social
Responsibility Disclosure dengan studi longitudinal pengungkapan sosial dan
lingkungan Inggeris 1979-1991 terkait tren untuk teori legitimasi, dengan
referensi khusus untuk strategi Lindblom. Hasil penelitian tersebut menyatakan
37
bahwa teori legitimasi lebih tepat untuk menjelaskan alasan pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan.
Deegan dan Gordon (1996) menggunakan teori legitimasi untuk
menjelaskan bagaimana pengungkapan sosial dalam laporan tahunan berubah
tren dari waktu ke waktu, serta pengungkapan lingkungan yang berkaitan
dengan masalah kelompok lingkungan. Mereka menemukan pengungkapan
meningkat dari waktu ke waktu terkait dengan keanggotaan kelompok lingkungan
yang meningkat. Pengungkapan kebanyakan ada hubungan positif antara
sensitivitas lingkungan industry dan pengungkapan.
Zappi (2007) melakukan penelitian tentang CSR, dari sudut pandang
Asosiasi Perbankan Italia (Associazione Bancaria Italiana – ABI) sebagai
manajemen strategic perusahaan, yang berorientasi multistakeholder dan berhati-
hati dalam menghasilkan nilai bagi pihak-pihak yang berhubungan dan
bertransaksi sehari-hari. Penelitian ini menghasilkan pendekatan modular bagi
CSR dan kebutuhan akan CSR terintegrasi bagi bank yang “ berorientasi strategik
fundamental”, untuk 39 mengarahkan CSR ke jantung teori dan praktek bisnis.
Penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa teori stakeholders adalah
teori yang sangat cocok untuk mendorong praktik CSR yang dilakukan
perusahaan.
Achua (2008) berusaha untuk memaparkan teori tentang CSR dan
meninjaunya pada peraturan dan praktik yang berkaitan dengan sistem
perbankan di Nigeria. Penelitian ini menemukan bahwa sifat mementingkan diri
sendiri, lemahnya kebijakan yang dibuat, lingkungan makro ekonomi yang tidak
38
menguntungkan, dan praktik korupsi pada system perekonomian menjadi
hambatan utama pelaksanaan CSR pada sistem perbankan Nigeria. Penelitian
ini menjelaskan bahwa stakeholders theory merupakan motivasi yang baik bagi
perusahaan untuk melaksanakan pelaporan CSR, jika dibandingkan dengan
agency theory dan legitimacy theory. Penelitian-penelitian di atas menjelaskan
tentang stakeholders theory dan legitimacy theory yang menjadi motivasi
perusahaan untuk melaporkan CSR. Selain penelitian CSR yang ditinjau dari teori
yang menjadi motivasinya, ada juga penelitian yang menjelaskan pelaporan CSR
yang berhubungan dengan nilai-nilai syariah. Penelitian tersebut meneliti tentang
pelaporan CSR pada lembaga keuangan islam, dan bentuk-bentuk pelaporan
CSR yang seharusnya dilakukan oleh lembaga keuangan islam. Berikut beberapa
contoh penelitian tentang CSR dalam perspektifislam:
Farook dan Lanis (2005) meneliti transparansi pengungkapan CSR pada
perbankan syariah. Tidak jauh berbeda dengan Farook dan Lanis (2005),
penelitian Maali dkk (2006) juga membahas tentang transparansi pengungkapan
CSR perbankan syariah di Iran. Hasil dari penelitian keduanya adalah bank
syariah yang disurvei mempunyai komitmen yang rendah dan terbatas terhadap
praktek CSR, terutama terhadap isu lingkungan.
Dusuki dan Dar (2005) meneliti tentang persepsi stakeholders terhadap
pelaksanaan CSR perbankan syariah Malaysia. Hasil dari penelitian ini adalah
stakeholders memiliki persepsi positif terhadap pengungkapan CSR perbankan
syariah, karena mereka beranggapan bahwa pengungkapan CSR merupakan salah
satu hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih jasa perbankan.
39
Sairally (2005) meneliti pelaksanaan CSR 250 lembaga keuangan syariah
di dunia. Hasilnya adalah 87,5% lembaga keuangan mengalokasikan dana yang
sedikit untuk menjalankan CSR. Menurut Sairally alokasi dana yang minimum
ini menunjukkan bahwa semangat pelaksanaan CSR lembaga keuangan islam di
dunia sangat rendah.
Muhammad Yasir Yusuf (2010), melakukan penelitian tentang
bagaimana bentuk kebijakan yang seharusnya dilaksanakan oleh perbankan
syariah dalam menjadikan CSR bermanfaat untuk menciptakan pemerataan
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah penggunanan
Maslahah dan Maqasid Syariah dalam penentuan 41 kebijakan pelaksanaan CSR
dapat membantu pengelolah bank syariah untuk menyelesaikan pilihan-pilihan
rumit, konflik kepentingan antara stakeholders dan benturan-benturan dalam
pelaksanaan program CSR.
Astarini (2014), meneliti tentang peran penyaluran dana CSR
terhadap kepercayaan nasabah bank Syariah Mandiri. Penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif dengan sampel 50 orang nasabah bank Syariah
Mandiri cabang Makassar. Hasilnya adalah CSR terbukti meningkatkan
kepercayaan nasabah bank syariah Mandiri. Dari penelitian-penelitian di atas
ditemukan bahwa, sebagian besar alasan perusahaan melaporkan CSR adalah
berdasarkan legitimacy theory dan stakeholder theory. Beberapa penelitian di atas
juga membahas bagaimana transparansi, dan bentuk kebijakan dalam pelaksanaan
CSR.
40
Beberapa penelitian di atas, belum ada penelitian yang mengkaji tentang
kesesuaian pelaksanaan pelaporan CSR perbankan syariah dan nilai-nilai islam
dalam laporan keuangannya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melakukan
analisis deskriptif terhadap praktik pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dan penerapan konsep Syariah Enterprise Theory pada laporan
tahunan PT Bank Sulselbar Syariah cabang Makassar.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka merupakan suatu model dari hasil pengetahuan terhadap
fenomena bisnis yang dipadukan dengan teori yang dipergunakan, Purhantara
(2010: 35). Peneliti merumuskan pemikiran pada gambar berikut.
Catatan: Arah panah dan gambar tidak menunjukkan korelasi, tetapi menunjukkan
logika berfikir dalam memahami & menganalisis pengungkapan CSR
perbankan syariah.
CSR
kesimpulan
PT. Bank Sulselbar SyariahCbg Makassar
Pengungkapan CSR &Laporan Tahunan
Syariah EnterpriseTheory
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Rekomendasi
41
Penerapan lebih detail mengenai bagan alur kerangka pemikiran pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. CSR, menurut para ahli Corporate Socia Responsibilty (CSR) adalah suatu
bentuk tindakan etis perusahaan/bisnis yang diarahkan untuk
meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup
bagi karyawan, masyarakat dan alam sekitar perusahaan.
2. PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar (Perbankan Syariah),
menurut undang-undang perbankan syariah No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah pasal 1 disebutkan bahwa perbankan syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut perbankan syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
3. Pemungkapan CSR , implementasi CSR membutuhkan pelaporan yang
berguna dalam menginformasikan serta mengkomunikasikan bentuk
pertanggungjawaban kepada stakeholder. Untuk itu pengungkapan CSR
begitu strategis menginisiasi opini stakeholder agar meningkatkan repotasi
dan kontribusi perusahaan secara nyata.
4. Set, Meutia (2010: 49) dalam Mansyur (2012: 42) menyatakan bahwa teori
yang paling tepat untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial
perusahaan, dalam hal ini bank syariah, adalah Syariah Enterprise Theory
(SET). Hal ini karena dalam syariah enterprise theory, Allah adalah
sumber amanah utama. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para
stakeholders adalah amanah dari Allah yang di dalamnya melekat sebuah
42
tanggung jawab untuk menggunakan dengan cara dan tujuan yang
ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Amanah. SET mengakui bahwa
stakeholders meliputi Allah, manusia, dan alam.
5. Peneliti melakukan analisis deskriptif kualitatif terhadap pengungkapan
CSR dan aplikasi konsep syariah enterprise theory yang dilakukan oleh
perbankan syariah dalam laporan CSR dan laporan keuangan tahunannya
untuk menemukan kesesuaian dari tujuan yang ingin dicapai peneliti.
Analisis dilakukan secara bertahap sampai ke pengungkapan interpertasi
dan kesimpulan, selanjutnya peneliti merumuskan rekomendasi kepada
pihak perbankan syariah dalam hal ini Bank Sulselbar Syariah cabang
Makassar untuk mengembangkan praktik pngungkapan CSR dan laporan
keuangan secara syariah.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif, agar relevan dengan
tujuan dalam penelitian ini, maka desain penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif sebagai metode analisis utama. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana
peneliti adalah elemen kunci. Metode kualitatif (Strauss dan Corbin, 2003),
digunakan untuk mengungkap dan meneliti sesuatu dibalik fenomena yang
sedikit pun belum diketahui. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku yang
dapat diamati dari suatu individu, kelompok sosial, dan komunitas tertentu.
Dalam penelitian ini tidak dirumuskan hipotesis terlebih dahulu karena
peneliti berusaha mengamati bagaimana penerapan CSR yang dilakukan oleh
Bank Syariah Mandiri Juga hubungan antara variabel tidak akan di uji
kebenarannya baik secara vertical maupun evaluatif karena metode analisis utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar yang
berlokasi di Jalan Sam Ratulangi No. 7 Makassar, dengan menggunakan
44
Corporate Social Responsibilty Report pada laporan tahun 2015. Adapun waktu
penilitian kurang lebih memerlukan waktu selama 1 bulan.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang
merupakan data yang disajikan dalam kata-kata yang mengandung makna.
Sedangkan sumber data penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer, peneliti meneliti secara langsung pada objek penelitian dengan cara
mengadakan wawancara langsung pada bagian manajemen terkait laporan CSR.
Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Corporate Social
Responsibility milik PT. Bank Sulselbar Syariah yang diperoleh situs resmi PT.
Bank Sulselbar Syariah. Corporate Social Responsibilty Report PT. Bank
Sulselbar Syariah tahun 2015. Menurut Purhantara (2010: 79) data sekunder
merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian yang bersifat publik, yang terdiri atas struktur organisasi data kearsipan,
dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan
dengn penelitian
.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara yaitu dengan melakukan komunikasi secara langsung pada
pihak terkait yang dalam hal ini yaitu Bank Sulselbar Syariah dengan
45
cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan
informasi secara jelas dan lengkap.
2. Dokumenter, dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyalin,
melihat, serta mengevaluasi laporan serta dokumen-dokumen yang
terkait dengan objek penelitian.
3. Studi Pustaka, data dan informasi yang bersifat kualitatif diperoleh
dengan memperkaya bacaan yang berasal dari berbagai literatur.
Sebagian literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
buku-buku, jurnal penelitian, makalah penelitian, dan internet resesrch
3.5. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis tingkat kesesuaian Corporate Social Responsibilty
(CSR) dan aplikasi syaiah enterprise theory pada perbankan syariah, penulis
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Menurut Widi (2010: 80), penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek/objek penelitian
kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan
masalahnya.
Purhantara (2010: 39) mengatakan analisis data kualitatif di dalam
penelitian bisnis sangat dipengaruhi oleh fungsi dan aktifitas bisnis.
46
Meutia (2010: 243) dalam Mansyur (2012: 35) merumuskan daftar item
mengenai pengungkapan CSR pada perbankan syariah yang terbagi menjadi dua
dimensi, yaitu:
1. Akuntabilitas Vertikal (Tuhan)
2. Akuntabilitas Horisontal, terdiri dari Direct dan Indirect
Stakeholders serta alam.
Terdapat 47 item pengungkapan CSR secara keseluruhan dari dua dimensi
yang dirumuskan dalam perbankan syariah. Untuk menemukan kesesuaian
pengungkapan CSR dan aplikasi konsep SET oleh Bank Sulselbar Syariah, penulis
melakukan analisis terhadap laporan tahunan CSR pada Bank Sulselbar Syariah.
Analisis dilakukan dengan cara melakukan Cross Check terhadap item-item yang
diungkapkan dalam laporan tahunan CSR Bank Sulselbar Syariah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas Vertikal (Tuhan): Terdiri dari 2 item dengan prioritas D
2. Akuntansi Horisontal
a. Direct Stakeholder (Nasabah): Terdiri dari 17 item dengan prioritas
D dan H
b. Direct Stakeholder (Karyawan): Terdiri dari 10 item dengan
prioritas D, H, dan T
c. Indirect Stakeholder (Masyarakat): Terdiri dari 9 item dengan
prioritas D, H, dan T
d. Akuntabilitas Horisontal (Alam): Terdiri dari 9 item dengan
prioritas D, H, dan T
47
Keterangan :
D = Daruriyyat (Sangat Penting)
H = Hajiyyat (Pelengkap)
T = Tahsiniyyat (Hiasan)
Sedangkan untuk menganalisis aplikasi konsep SET pada laporan tahunan
Bank Syariah Mandiri penulis menggunakan metode analisis data kuantitatif yaitu
dengan menganalisis laporan nilai tambah Sulselbar Syariah.
1. Tahap Analisis Data
Lankah-langkah pokok yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Membaca dan menganalisis praktek laporan tanggung jawab sosial
perusahaan yang telah dilakukan Bank Sulselbar Syariah.
2. Membuat suatu uraian terperinci mengenai pelaporan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) Bank Sulselbar Syariah.
3. Menurunkan konsep teoritis pengungkapan CSR berdasarkan konsep
Syariah sebagai pijakan dasar pelaporan CSR Bank Sulselbar Syariah.
4. Menganalisis kesesuaian pelaporan CSR dan laporan keuangan
perbankan syariah dengan teori yang diajukan. Analisis dilakukan
dengan menggunakan konsep-konsep dalam Syariah Enterprise
Theory (SET) yang telah dilakukan Bank Sulselbar Syariah.
5. Memberikan kesimpulan atas penerapan CSR dan pengungkapan
laporan keuangan perbankan syariah, apakah sudah sesuai atau tidak.
Pada tahap ini, penulis juga dapat memberikan saran bagaimana
48
penerapan CSR dan pengungkapan laporan tahunan yang sesuai
dengan konsep Syariah Enterprise Theory (SET).
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar Syariah
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada
tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Selatan Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiman di Jakarta No. 95
tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiman
No. 67 tanggal 13 Juli 1961 nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan
Tenggara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.
002 tahun 1964 tanggal 12 Februari 1964, nama Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar Rp250.000.000. Dengan
pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi
Tingkat I Sulawesi Tenggara, maka pada akhirnya Bank berganti nama menjadi
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.
Dengan lahirnya Peraturan Daerah No. 01 tahun 1993 dan penetapan
modal dasar menjadi Rp25 milyar, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan
dengan sebutan Bank BPD Sulsel dan berstatus Perusahaan Daerah (PD).
50
Selanjutnya dalam rangka perubahan status dari Perusahaan Daerah (PD)
menjadi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Peraturan Daerah No. 13 tahun
2003 tentang Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan dari PD menjadi PT dengan Modal Dasar Rp. 650.000.000.000
yang akta Pendirian PT telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C-31541.HT.01.01 tanggal
29 Desember 2004 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah
diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 15 Februari
2005, Tambahan No. 1655/2005.
Pada tanggal 10 Februari 2011, telah dilakukan Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPS LB) yang dilakukan secara circular resolution dan
Keputusan RUPS LB tersebut telah disetujui secara bulat oleh para pemegang
saham. Keputusan RUPS LB tersebut telah dibuatkan aktanya oleh Notaris
Rakhmawati Laica Marzuki, SH dengan Akta Pernyataan Tentang Keputusan Para
Pemegang Saham sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan
Terbatas PT. Bank Sulsel, Nomor 16 Tanggal 10 Februari 2011. Dimana dalam
Akta tersebut para pemegang saham memutuskan untuk merubah nama PT. Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat PT. Bank Sulsel menjadi PT.
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat disingkat PT.
Bank Sulselbar.
Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-11765.AH.01.02. Tahun 2011 Tentang
51
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan. Disamping itu, perubahan
nama ini juga telah memperoleh Persetujuan Bank Indonesia berdasarkan kepada
Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 13/32/KEP. GBI/2011 Tentang
Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas nama PT. Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan Disingkat PT. Bank Sulsel Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT.
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Disingkat PT.
Bank Sulselbar.
Pada tahun 2007, PT. Bank Sulselbar telah membentuk Unit Usaha
Syariah. Berkaitan dengan hal tersebut telah dibentuk Dewan Pengawas Syariah
sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sulsel No. SK/029/DIR tanggal
26 April 2007 tentang pengangkatan Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Sulsel
dan SK Direksi No. SK/034/DIR tanggal 11 Mei 2007 tentang Personalia Dewan
Pengawas Syariah PT. Bank Sulsel, telah ditunjuk personalia sebagai berikut :
1. Prof. DR. H. Halide = Ketua
2. AG. H. Sanusi Baco, Lc = Anggota
3. DR. Mukhlis Sufri, SE, M.Si = Anggota
Bank Sulselbar Syariah merupakan Unit Usaha Syariah dari PT. Bank
Sulsel. Unit ini mulai beroperasi pada bulan April 2007 dengan modal awal
Rp.10.328.992.500, kini memiliki aset sebesar Rp.21.893.000.000, dengan dana
pihak ketiga yang berhasil dihimpun sejumlah Rp.7.678.000.000, dan penyaluran
pembiayaan sebesar Rp.9.261.000.000, laba yang dihasilkan berjumlah
Rp.3.886.007.500. Adapun strategi yang ditempuah guna pengembangan Unit
Usaha Syariah ini antara lain :
52
1. Menyalurkan pembiayaan syariah secara intensif baik melalui pola
executing, channeling, maupun aliansi dengan perbankan syariah yang ada
kepada sektor konsumtif maupun produktif terutama dengan pola
mudharabah.
2. Mengintensifkan penghimpun dana masyarakat berjangka panjang secara
berimbang dengan penyaluran pembiayaan syariah yang diberikan.
3. Mengembangkan produk simpanan berjangka dengan pola Mudharabah
yang mendukung penyediaan dana berjangka panjang.
4. Membuka akses layanan masyarakat yang lebih luas dengan office
channeling, pembukaan kantor cabang syariah baru serta kerja sama ATM.
5. Melakukan sosialisasi dan promosi secara intensif kepada masyarakat baik
melalui kerjasama dengan para ulama maupun media promosi dan
sosialisasi lainnya.
6. Meningkatkan kepada sumber daya manusia dalam service excellent serta
pemahaman konsep dan produk perbankan syariah.
7. Menerapkan Good Corporate Governance untuk menjaga citra perusahaan
di masyarakat dan menciptakan perbankan yang sehat dan terpercaya.
8. Meningkatkan permodalan Unit Usaha Syariah melalui mekanisme
internal maupun tambahan alokasi modal.
4.2. Visi dan Misi
Visi Bank Sulselbar adalah menjadi bank yang terbaik di kawasan
Indonesia Timur dengan dukungan manajemen dan sumber daya manusia yang
53
profesional serta memberikan nilai tambah kepada Pemda dan masyarakat. Misi
Bank Sulselbar adalah :
1. Penggerak dan pendorong laju pembangunan ekonomi daerah.
2. Pemegang kas daerah dan atau melaksanakan penyimpanan uang daerah.
3. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
4.3. Strutur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan pekerjaan untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi serta wewenang dan tanggung jawab tiap-
tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan. Selain itu struktur organisasi juga
sering disebut bagan atau skema organisasi yang merupakan gambaran skematis
tentang hubungan pekerjaan antara orang-orang yang terdapat dalam suatu badan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pencapaian sasaran suatu bank dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya sangat tergantung pada struktur organisasi
yang harus dibuat secara sederhana, efektif dan efisien. Berdasarkan uraian di
atas, maka akan disajikan struktur organisasi pada Bank Sulselbar Syariah, yang
dapat dilihat pada gambar 4.1 dihalaman berikutnya:
54
Gambar 4.1.Struktur Organisasi PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar
4.4. Uraian Tugas
Adapun perincian tugas (fungsi) dari masing-masing bagian yang ada dalam
perusahaan dapat dijelaskan satu persatu berikut ini:
1. Pemimpin Cabang
a. Bertanggung jawab terhadap pencapaian seluruh target cabang
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
PIMPINAN CABANG
PIMPINAN SEKSIUMUM DAN
PERSONALIA
SERVICE ASSISTANCE
PIMPINAN SEKSIPEMASARAN &
TREASURY
DRIVER
PIMPINAN SEKSIAKUNTANSI DAN
PELAPORAN
HEAD TELLER
FUNDING TELLER
SECURITY
Sumber : PT. Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar
55
b. Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas operasional cabang.
c. Melakukan supervisi terhadap setiap unit/seksi di cabang
pelaksanaan pencapaian target pemasaran dan operasional sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Bertanggung jawab terhadap penyaluran pembiayaan yang
disalurkan melalui cabang dan melakukan monitoring dan
pengawasan agar tetap comply-with dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas SDM cabang.
f. Bertanggung jawab atas kondisi cabang agar tetap kondusif.
g. Bertanggung jawab atas monitoring dan pembinaan terhadap
nasabah pembiayaan.
h. Penanggung jawab User Pimpinan Cabang.
i. Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan cabang.
j. Membangun dan meningkatkan relationship dengan semua share-
holder dan stake-holder di wilayah kerja cabang
2. Pemimpin Seksi Umum & Personalia
a. Memonitoring pegawai
b. Membuat daftar gaji
c. Membuat daftar uang makan
d. Membuat surat-surat keluar
e. Mengagenda surat masuk
f. Menjaga barang inventaris kantor
56
g. Membuat daftar ATI dan penyusutannya
h. Melaksanakan taksasi jaminan
i. Memonitoring kebutuhan ATC/ATK/ATI
j. Penanggungjawab User Kasie Umum
3. Pemimpin Seksi Pemasaran & Treasurya.
a. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pembiayaan dan
targettarget operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
b. Menerima berkas permohonan pembiayaan.
c. Melakukan sosialisasi terhadap permohonan yang masuk.
d. Membuat usulan pembiayaan yang dinilai layak untuk diberikan
fasilitas pembiayaan.
e. Membina dan mengawasi seluruh account pembiayaan yang telah
disalurkan.
f. Menyampaikan laporan bulanan cabang ke kantor pusat ataupun ke
Bank Indonesia.
g. Membantu kasir pemasaran dalam pencapaian target funding.
h. Bertanggungjawab dalam proses pemberian pembiayaan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan pedoman produk
pembiayaan Bank Sulselbar.
4. Pemimpin Seksi Akuntansi dan Pelaporan
a. Memonitoring mutasi pada neraca dan laba rugi
b. Melakukan review transaksi teller
57
c. Berkoordinasi dengan Teller, SA dan penanggungjawab VBS
secara langsung.
d. Melakukan konsolidasi RAK ataupun giro antar Bank dengan
Divisi UUS.
e. Melakukan koordinasi dengan kasie umum – pemasaran perihal
putusan pembiayaan.
f. Menjaga stabilitas cabang
g. Menjaga keharmonisan kinerja secara internal dan secara eksternal.
h. Menyampaikan laporan bulanan Cabang ke kantor pusat ataupun
ke Bank Indonesia.
i. Anggota komite kantor cabang
j. Penanggung jawab User Kasie Akuntansi dan Pelaporan
k. Penanggung jawab Kunci Ruang Khasanah
l. Penanggung jawab Kunci Brangkas
5. Head Teller
a. Melakukan transaksi tunai dan non tunai
b. Membuat laporan kas
c. Memonitoring posisi saldo kas
d. Pemegang kunci brankas
e. Penanggung jawab Usel Teller
6. Teller
Memberikan pelayanan dalam menghitung, mengontrol dana yang masuk
dan keluar kas dan bertanggung jawab kepada Head Teller.
58
7. Service Assistance
a. Bertanggungjawab atas pelayanan kepada seluruh nasabah secara
prima.
b. Menjelaskan berbagai produk simpanan/pembiayaan kepada
nasabah secara efisien dan efektif dan tetap menjaga kerahasiaan
bank.
c. Memonitoring pembukaan rek. Simpanan secara reguler.
d. Melakukan koordinasi dengan Kasie Keuangan dan Teller perihal
Aktivasi Rek. Simpanan.
e. Menjaga keharmonisan kerja dengan seluruh bagian.
f. Mengupdate pengetahuan mengenai produk perbankan syariah,
menguasai materi KYC (Know Your Customer) pada saat
melakukan aktivasi pembukaan rekening simpanan.
g. Bertanggungjawab terhadap pencapaian target pendanaan dan
targettarget operasional lainnya yang telah ditetapkan oleh cabang.
h. Penanggungjawab user SA.
i. Memonitoring penggunaan materai.
8. Fungsi dan Tugas Security
a. Menjaga keamanan kantor dan sekitarnya
b. Mengontrol pegawai dan absensinya
c. Mengontrol lalulintas tamu
d. Menjaga barang inventaris kantor
e. Menjaga barang/kendaraan pegawai
59
f. Membersihkan kantor dan halaman kantor
g. Membantu pegawai
h. Melaksanakan tugas tambahan yang diberikan oleh atasan
langsung.
i. Pengamanan terhadap cover dana
9. Driver
a. Mengantar pimpinan cabang
b. Mengantar pegawai
c. Memelihara kendaraan dinas
d. Membersihkan Kantor dan Halaman Kantor.
60
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Corporate Social Responcibility (CSR) menurut Bank Sulselbar
Syariah
Corporate Social Responsibility (CSR) merujuk pada semua hubungan
yang terjadi antara perusahaan dengan semua stakeholders, termasuk pelanggan,
pegawai, komunitas, pemilik, pemerintah, supplier bahkan competitor. CSR
merupakan konsep di mana Bank Sulselbar secara sukarela menyumbangkan
sesuatu ke arah masyarakat yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih
besih. Bank Sulselbar dalam menjalankan aktivitas bisnisnya selain berorientasi
pada profit atau keuntungan untuk kelangsungan bisnis, juga tetap memperhatikan
pembangunan lingkungan sosial ekonomi sebagai bentuk kepedulian Bank
Sulselbar dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan di sekitar wilayah
operasionalnya. Upaya tersebut dilakukan Bank Sulselbar melalui pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Bank Sulselbar berkomitmen untuk dapat berperan serta dalam pembangunan
sosial dan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Dengan mengembalikan sebagian keuntungan kepada
masyarakat melalui bantuan CSR, Bank Sulselbar meyakini bahwa masyarakat
akan senantiasa memberikan dukungan bagi kelangsungan atau keberlanjutan
(sustainability) perusahaanya dalam jangka panjang. Program CSR mulai
61
dilaksanakan Bank Sulselbar sejak 10 Februari 2011, yaitu dalam Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB). Dimana dalam akta tersebut para
pemegan saham memutuskan untuk merubah nama PT. Bank Pembangunan
Daerah Sulawesi Selatan disingkat PT. Bank Sulsel menjadi PT. Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat disingkat PT. Bank
Sulselbar. Dan mulailah kegiatan-kegiatan CSR dilakukan secara lebih terpadu,
sistematik dan terkoordinasi di bawah kendali Tim Pengelola CSR PT. Bank
Sulselbar.
5.1.1. Dasar pelaksanaan CSR Bank Sulselbar
Adapun yang menjadi dasar pelaksanaan CSR Bank Sulselbar adalah :
a. Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
b. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang
program Kementrian Badan Usaha Milik Negara dengan usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan
c. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Govermance bagi Bank Umum
d. Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
e. Akta Hasil Rapat Umum Pemegang Saham No. 60 tanggal 30
f. Akta Hasil Rapat Umum Pemegang Saham No. tanggal 02 Desember 2011
62
g. Surat Dewan Komisaris Nomor SR/121/DKBPDSS/9/2010 Tanggal 22
September 2010
Program CSR Bank Sulselbar dalam rangka pemberdayaan masyarakat
pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Dewan Direksi No.
066/DIR/V/2012 tanggal 25 Mei 2012 tentang Pengelolaan Dana Corporate
Social Responsibility PT. Bank Sulselbar.
5.1.2. Manfaat penerapan CSR menurut Bank Sulselbar
Corporate Social Responsibility akan membawa konsekuensi logis bagi
keberadaan Perseroan di lingkuangan masyarakat yang akan mendorong Bank
Sulselbar menjadi lebih proaktif mengambil inisiatif dalam melaksanakan
kegiatan CSR. Hal ini akan berdampak pada reputasi dan pencitraan positif
terhadap perseroan dan terciptanya lingkungan yang harmonis antara perseroan
dengan masyarakat di sekitar wilayah operasional Bank Sulselbar.
a. Manfaat bagi Perseroan
Program CSR akan menciptakan citra positif dari masyarakat terhadap
keberadaan Bank Sulselbar. Aktivitas perseroan dalam jangka panjang senantiasa
akan dianggap sebagai konstribusi yang positif bagi masyarakat di sekitarnya
sekaligus membantu perekonomian masyarakat. Dengan demikian, Bank
Sulselbar akan memperoleh respon dan penerimaan yang sangat baik setiap kali
akan menawarkan sesuatu yang baru kepada masyarakat dan masyarakat pun akan
menganggap Bank Sulselbar membawa kemaslahatan bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar.
63
b. Manfaat bagi Masyarakat
Aktivitas CSR Bank Sulselbar akan membentuk hubungan kemitraan yang
sangat baik antara Perseroan dengan Bank Sulselbar, yang tidak hanya terbatas
pada bidang ekonomi, tetapi juga kehidupan sosial kemasyaratan, kesehatan,
kerohanian, pendidikan, pembangunan dan lain-lain.
c. Manfaat bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah
tatanan masyarakat kea rah yang lebih baik akan mendapatkan mitra dalam
mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat
dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini oleh perseroan.
5.1.3. Dampak CSR pada bank Sulselbar
Bank Sulselbar dalam menjalankan aktivitas bisnisnya selain derorientasi
pada profit atau keuntungan untuk kelangsungan bisnis, juga tetap memperhatikan
pembangunan lingkungan sosial ekonomi sebagai bentuk kepedulian Bank
Sulselbar dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan disekitar wilayah
operasionalnya. Dengan mengembalikan sebagian keuntungan kepada masyarakat
melalui bantuan CSR, Bank sulselbar menyakini bahwa masyarakat akan
senantiasa memberikan dukungan bagi kelangsungan Bank Sulselbar. Dampak
yang ditimbulkan dari penerapan CSR yang dilakukan Bank Sulselbar yaitu,
naiknya branding dan nilai tawar bagi masyarakat sosial di sekitar bank,
menunjukkan existensi bank di lingkungan masyarakat, dan membantu
memelihara kelestarian serta kebersihan lingkungan hidup sesuai amanat stake
64
holder bank. Dan juga dalam hal citra bank otomatis makin kinclong di
masyarakat karena setiap bidang bantuan dimasuki juga setiap kota dan kabupaten
tersentuh csr bank.
5.1.4. Strategi dan Kebijakan
Program CSR merupakan pendekatan yang mensinergikan CSR dengan
strategi perseroan secara keseluruhan. Atau dengan kata lain CSR adalah bagian
dari strategi perseroan guna mencapai tujuan untuk meningkatkan profit. Program
CSR akan memperkuat keberlanjutan perseroan dengan membangun partnership
antar stakeholder, yang difasilitasi perseroan dengan menyusun program-program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sehingga meningkatkan
kemampuan perseroan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan
stakeholder, baik local maupun nasional. Karenanya pembangunan CSR Bank
Sulselbar ke depannya akan mengacu pada konsep pembangunan yang
berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.
5.1.5. Pengelolaan CSR Bank Sulselbar
Untuk mendukung pelaksanaan CSR sebagai program yang mendukung
kelangsungan dan keberlanjutan bisnis Bank Sulselbar, maka telah ditunjuk unit
kerja yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan CSR Perseroan yaitu,
Tim Pengelola CSR PT. Bank Sulselbar di bawah garis koordinasi dan supervisi
dari Grup Corporate Secretary (Grup Corsec) di Kantor Pusat yang terdiri dari 3
orang presidium dan 6 orang anggota.
65
5.1.6. Kriteria Penyaluran CSR
Penyaluran dana untuk kegiatan CSR dilakukan secara proporsional,
menyeimbangkan antara program yang direncanakan dengan permohonan
diterima, sesuai dengan kondisi masyarakat di sekitar lingkungan operasional
perusahaan.
5.1.7. Prinsip pelaksanaan CSR
1. Perusahaan harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Perusahaan melakukan berbagai aktivitas dalam community development dan
community services seperti bantuan untuk korban bencana alam, pengembangan
prasarana dan sarana umum,sarana ibadah, bakti sosial, dan lain-lain.
3. Perusahaan berpartisipasi aktif dalam pengembangan pendidikan dengan
memberikan/menyediakan bantuan bea siswa, balai latihan kerja dan lain-lain
5.1.8. Program CSR Bank Sulselbar
Pelaksanaan Program CSR Bank Sulselbar terbagi dalam 4 (empat)
program utama, sebagai berikut :
a. Tanggung Jawab Sosial terhadap Lingkungan Hidup Pengelolaan dan
pelestarian lingkungan hidup dilakukan sebagai upaya terpadu untuk
memanfaatkan sumber daya secara bijaksana untuk diolah secara optimal
untuk kesejahteraan rakyat.
66
b. Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ketenagakerjaan,
kesehatan dan kesalamatan kerja dilakukan melalui kesetaraan dan
kesempatan kerja yang sama, pelatihan dan pengembangan pegawai.
c. Tanggung jawab terhadap pelanggan/konsumen dilakukan melalui
beberapa program yaitu edukasi perbankan dan pengaduan nasabah.
d. Pengembangan sosial kemasyarakatan dibagi menjadi 3 (tiga) aspek
utama, yaitu program pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat,
sosial kemasyarakatan atau pembinaan hubungan dengan masyarakat.
5.1.9. Penggunaan Dana CSR Bank Sulselbar Tahun 2015
Dan yang dialokasikan untuk penggunaan CSR merupakan dana yang di
ambil dari 2,5 % dri laba bersih PT. Bank Sulselbar yaitu, 2,5% dari
Rp.504.760.606.173 (lima ratus empat milyar tujuh ratus enam puluh juta enam
ratus enam ribu seratus tujuh puluh tiga rupiah) adalah Rp.12.619.015.154 (dua
belas milyar enam ratus sembilan belas juta lima belas ribu seratus lima puluh
empat rupiah). Namun penggunaan dana CSR selama tahun 2015 terealisasi
sebesar Rp.9.085.831.115,- (Sembilan milyar delapan puluh lima juta delapan
ratus tiga puluh satu ribu seratus lima belas rupiah). Sisanya dialokasikan untuk
pendanaan CSR tahun berikutnya. Adapun penggunaan dana tersebut digunakan
dalam bidang sarana publik, sosial, kesehatan, pendidikan, PKBL Mikro, dan
lingkungan hidup.
Pemberian dana untuk kegiatan sosial dilakukan dalam bentuk CSR
(Corporate Social Responsibility). Kegiatan CSR PT. Bank Sulselbar
67
direncanakan setiap tahunnya dengan dana yang diperoleh dari 2.5% Laba PT.
Bank Sulselbar. Pelaksanaan CSR berpedoman kepada Sistem Operasional
Prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi melalui Surat Keputusannya dengan
terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris.
5.2 Tinjauan Aplikasi Konsep Syariah Enterprise Theory pada Laporan
Tahunan Bank Sulselbar Syariah
5.2.1. Akuntabilitas Vertical : Allah SWT
Akuntabilitas terhadap Tuhan yang dapat dianggap sebagai upaya bank
untuk memenuhi prinsip syariah antara lain dapat dilihat melalui keberadaan opini
Dewan Pengawasan Syariah (DPS). Meskipun sebenarnya opini ini lebih pada
menjelaskan kepatuhan bank terhadap fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
Triyuwono (2012:57) menjelaskan bahwa akuntabilitas terhadap Allah
dapat dilihat dari kepatuhan terhadap opini Dewan Pengawasan Syariah. Laporan
Dewan Pengawasan Syariah dalam hal ini memberikan jaminan bahwa
operasional dan produk bank syariah telah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia, dan opini DPS. Dilihat dari pengertian
di atas maka Bank Sulselbar Cabang Syariah dalam hal ini dapat dikatakan telah
memenuhi akuntabilitas terhadap Allah melalui keberadaan opini Dewan
Pengawasan Syariah (DPS) dalam laporan tahunannya.
68
5.2.2. Akuntabilitas Horisontal : Direct Stakeholde
5.2.2.1. Akuntabilitas Horisontal Terhadap Nasabah
Berkaitan dengan akuntabilitas terhadap nasabah Bank Sulselbar
memberikan perhatian yang cukup besar, baik dalam Bank Umum konvensional
maupun Unit Usaha Syariahnya. Karena salah satu dari nilai-nilai dasar yang
diterapkan Bank Sulselbar berupa Prioritas Prima yang salah satunya adalah
“Layanan Prima” yang artinya Bank Sulselbar selalu berusaha memberikan
pelayanan dengan sepenuh hati, berperilaku 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun), memberikan solusi dan layanan yang tepat, serta memahami kebutuhan
dan keinginan nasabah. Dalam hal peningkatan kepercayaan nasabah terhadap
kualifikasi anggota DPS, Bank Sulselbar Cabang Syariah mengungkapkan
mengenai latar belakang pendidikan, pengalaman, tugas, remunerasi dan rangkap
jabatan anggota DPS. Hal ini sesuai dengan tema Syariah Enterprise Theory
(SET) yang diajukan Meutia (2010) bahwa selain mengungkapkan opini DPS,
bank syariah harus mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan
pendidikan, pengalaman, tugas, remunerasi, dan rangkap jabatan anggota DPS
seperti yang terlihat pada lampiran tabel 5.1, tabel 5.2, tabel 5.3 dan tabel 5.4 di
halaman selanjutnya.
69
Tabel 5.1Susunan Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Sulselbar per 31 desember 2015
Nama JabatanProf. DR. H. Halide Ketua
DR. (Hc) K.H. Sanusi Baco, Lc AnggotaDR. Mukhlis Sufri, M.Si Anggota
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
Tabel 5.2Riwayat Dewan Pengawas Syariah PT. Bank Sulselbar
Prof. DR. H. Halide
Warga Negara Indonesia, 79 tahun, lahir diMakassar tanggal 29 September 1936, MenjadiKetua Dewan Pengawasan Bank Sulselbar sejaktahun 2007. Meraih gelar doktor bidang ekonomidari institut pertanian Bogor (IPB). Sebelummenjadi ketua dewan pengawas syariah di unitusaha syariah bank sulselbar pernah menjadipengajar pada Universitas Hasanuddin diMakassar menjadi sebagai pembantu rektor IIIUniversitas Hasanuddin, menjadi atase pendidikan& kebudayaan Kedubes RI Kerajaan Arab Saudi diRiyadh dan ketua dewan pendidikan Sulsel sampaidengan 31 Desember 2012. memiliki rangkapjabatan sebagai DPS PT. Amanah Finance dan DPSBPRS Niaga Madani
DR. (Hc) K.H. Sanusi Baco, Lc
Warga Negara Indonesia, 78 tahun, lahir di Marostanggal 3 April 1937, Menjadi Ketua DewanPengawasan Bank Sulselbar sejak tahun 2007.Meraih gelar S2 Lc dari Fakultas Syariah Al-AzharMesir. Sebelum menjadi anggota dewanpengawas syariah di unit usaha syariah banksulselbar adalah pengajar pada Institut AgamaIslam Negeri (IAIN) Alauddin di Makassar danmenjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia(MUI) Sulsel. Sampai dengan 31 Desember 2012,memiliki lembaga keuangan syariah yakni pada PT.Amanah Finance dan merangkap jabatan sebagaiKetua MES Makassar, Dosen tetap UMI, Tim kerjaPemprov
70
Tabel 5.3Rangkap Jabatan sebagai DPS pada Lembaga Keuangan Syariah
Tabel 5.4Jenis Remunerasi Anggota DPS tahun 2015 PT. Bank Sulselbar
Sedangkan dalam kelompok pembiayaan UUS Bank Sulselbar dapat
dilihat pada tabel 5.5 pada halaman berikutnya.
DR. Mukhlis Sufri, M.Si
Warga Negara Indonesia, 54 tahun, Lahir di Palopotahun 1962 menjadi Anggota Dewan PengawasBank Sulselbar sejak tahun 2007. Meraih gelardoktor bidang ekonomi dari Universitas AirlanggaSurabaya. Sebelum menjadi Anggota DewanPengawas Syariah di Unit Usaha Syariah BankSulselbar adalah pengajar pada UniversitasMuslim Indonesia di Makassar, Ketua jurusan IlmuEkonomi & Studi Pembangunan FE-UMI, KetuaKajian & Da'wah Pascasarjana, tenaga ahli DPRDProv. Sulsel. dan memiliki rangkap jabatan sebagaiKetua MUI Sulsel dan DPS PT. Amanah Finance
Nama Jabatan Instansi Periode
DPS PT. Amanah Finance 2010-sekarangDPS BPRS Niaga Madani 2007-sekarang
Ketua MES Makassar 2010-sekarangDosen tetap UMI 2013-sekarang
Tim kerja Pemprov 2009-sekarang
Ketua MUI Sulsel 2013-sekarangDPS PT. Amanah Finance 1996-sekarangAnggota Dewan Pengawas SyariahDR. Mukhlis Sufri, M.Si
Prof. DR. H. Halide Ketua Dewan Pengawas Syariah
DR. (Hc) K.H. Sanusi Baco, Lc Anggota Dewan Pengawas Syariah
Nama Jabatan GajiProf. DR. H. Halide Ketua 7.000.000
DR. (Hc) K.H. Sanusi Baco, Lc Anggota 5.000.000DR. Mukhlis Sufri, M.Si Anggota 5.000.000
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
71
Tabel 5.5Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit bagi Unit Usaha Syariah
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015 *) coret yang tidak perlu
Jenis pembiayaan UUS Bank Sulselbar meliputi piutang
murabahah,istishna, musyarakah, mudharabah, dan mudharabah muqayyadah
yang merupakan produk baru UUS Bank Sulselbar.
Kegiatan Sosial Bank Sulselbar dilaporkan pada bab 7 halaman 552
dengan judul Tanggung Sosial Perusahaan. Sumber dana CSR Bank Sulselbar
adalah sebesar 2,5 % (Dua Koma Lima Persen) dari keuntungan. Penetapan dana
CSR tersebut merupakan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dana yang disisihkan untuk program CSR Bank Sulselbar adalah 2,5 % dari laba
No Faktor Peringkat(a)
Bobot(b)
Nilai(a) x (b)
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung JawabDirektur Utama Bank Sulselbar
1 20.00% 0.20
2. Pelaksanaan tugas dan Tanggung JawabDewan Pengawas Syariah
2 35.00% 0.70
3. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatanpenghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa
2 10.00% 0.20
4. Penyaluran dana kepada nasabahpembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh
Deposan inti
2 10.00% 0.20
5. Transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan, laporan pelaksanaan GCG dan
pelaporan internal.
2 25.00% 0.50
Nilai Komposit 100.00%
1.80
Predikat : Sangat baik/Baik /Cukup baik/Kurang baik/Tidak baik*)
72
bersih tahun 2015, yakni Rp.9.085.831.115,- (Sembilan milyar delapan puluh lima
juta delapan ratus tiga puluh satu ribu seratus lima belas rupiah). Rincian
penggunaan dana CSR dapat di lihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6Dana Kegiatan CSR PT. Bank Sulselbar per 31 desember 2015
Bidang Realisasi %Sarana Publik Rp. 5.638.348.365,- 62,06%
sosial Rp. 723.000.000,- 7,96%Kesehatan Rp. 1.813.041.759,- 19,95%Pendidikan Rp. 305. 421.000,- 3,36%PKBL Mikro Rp. 550.820.000,- 6,06%
Lingkungan Hidup Rp. 55.200.000,- 0,61%Total Rp. 9.085.831.115 100%
Program CSR Bank Sulselbar tahun 2015 rangkaian kegiatannya sebagai
berikut :
1. Lingkungan Hidup
Kepedulian Bank Sulselbar terhadap lingkungan dapat dilihat dalam
pengungkapan laporan tahunannya. Untuk memelihara dan menjaga lingkungan
yang aman dan bersih, Bank Sulselbar melakukan pengawasan terhadap program-
program:
a. Kampanye ‘Bank Sulselbar Peduli Lingkungan’ Pada kegiatan “Bank
Sulselbar Peduli Lingkungan”, Bank telah melakukan berbagai kegiatan di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, seperti menjadi
prakarsa pelaksana kegiatan Gerakan Bank Menanam, Program
Penghijauan Taman Kota Makassar, Pemberian Mobil Pengangkut
Sampah Hidrolik, pemberian gerobak dan sepeda motor roda tiga untuk
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
73
mengangkut sampah, serta bantuan pengadaan tempat sampah baik untuk
wilayah Sulawesi Selatan maupun di wilayah Sulawesi Barat.
b. Konsep ‘green office’ Pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup dari
sisi internal Bank Sulselbar dilakukan dengan menerapkan konsep green
office yang bertujuan agar gedung dan seluruh ruangan kantor, serta tamu
yang berkunjung senantiasa peduli akan kegiatan yang ramah lingkungan.
Green office berupaya menciptakan lingkungan kerja kantor yang
bersih,indah, nyaman dan sehat serta tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya. Walaupun masih sederhana, green office Bank Sulselbar
diupayakan untuk dapat dilaksanakan dengan konsisten dan
berkesinambungan.
2. Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang terkait dengan
ketenagakerjaan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah tanggung jawab
terhadap internal perusahaan yang meliputi praktek terbaik atas karyawan,
jaminan kesehatan, keselamatan kerja yang berhubungan dengan persamaan hak,
kesempatan kerja, sarana dan keselamatan kerja, tingkat kecelakaan kerja,
pendidikan dan pelatihan.
5.2.2.2. Akuntabilitas Horisontal Terhadap Karyawan
Unit usaha Syariah Bank Sulselbar memandang bahwa Sumber Daya
Insani (SDI) yang berkualitas merupakan penopang bagi perkembangan bisnis
UUS Bank Sulselbar untuk melayani kebutuhan nasabah dan masyarakat akan
74
perbankan berlandaskan prinsip syariah. Untuk itu, UUS Bank Sulselbar dikelola
oleh SDI yang memiliki profesionalisme dan memahami dengan baik operasional
perbankan syariah, terutama sebagai unit usaha syariah yang beroperasi atas dasar
prinsip syariah islam. Pengembangan SDI Unit Usaha Syariah Bank Sulselbar
melalui pendidikan dan pelatihan serta memberiksn kesempatan pengembangan
berkarir bagi seluruh karyawan. Untuk melahirkan SDI yang unggul, UUS Bank
Sulselbar menumbuhkembangkan budaya pembelajaran secara berkelanjutan
melalui pendidikan dan pelatihan di segala bidang, terutama di bidang analisa dan
proses pembiayaan, baik yang diselenggarakan secara internal maupun eksternal.
Pelaksanaan program pendidikan pelatihan bekerjasama antara lain dengan
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), bussines consulting, dan
lain sebagainya.
Keberhasilan Bank Sulselbar dalm menjalankan kegiatan bisnisnya tidak
terlepas dari dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk
mengelola berbagai fungsi organisasi dan menghadapi berbagai tantangan. Bank
Sulselbar secara konsisten dan berkesinambungan terus berupaya membentuk dan
mengembangkan potensi human capital yang dimiliki karena perusahaan
memandang bahwa SDM yang berkualitas merupakan asset penting bagi
kelangsungan dan keberhasilan Bank Sulselbar di masa mendatang. Oleh karena
itu, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menjaga kualitas SDM Bank Sulselbar
agar sesuai dengan kebutuhan bisnis dengan cara yang efektif.
Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Sulselbar dikelola melaui melalui
Grup Sumber Daya Manusia yang fungsinya mengembangkan potensi dan
75
kualitas SDM agar menjadi ahli dan unggul dibidangnya. Grup SDM senantiasa
berupaya menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan, baik dalam jumlah maupun
kualitas SDM yang diharapkan dapat berperan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
organisasi secara maksimal. Dan secara keseluruhan, grup SDM Bank Sulselbar
bertanggung jawab terhadap pengelolaan SDM secara komprehensif meliputi
rekrutmen, pengembangan kompetensi, manajemen karir, dan peningkatan
kesejahteraan.
5.2.2.2.1 Pengembangan pegawai
Perencanaan sumber daya manusia oleh Bank Sulselbar ditunjukkan untuk
memenuhi kebutuhan SDM dalam upaya mencapai tujuan strategi bank.
Ketersediaan SDM yang memiliki kompetensi, baik kualitatif maupun kuantitatif,
merupakan dasar yang kuat untuk menjaga keberlangsungan bisnis untuk terus
bertumbuh optimal. Oleh karena itu, pemenuhan ketersediaan SDM yang
kompeten prosesnya telah dilakukan sejak awal yaitu melalui program rekruitmen
yang terencana. Selain rekruitmen perencanaan SDM Bank Sulselbar juga
mencakup kompensasi, pendidikan dan pelatihan, struktur kerja dan promosi.
Jumlah total pegawai mengalami penurunan 9,97% pada tahun 2015 sebanyak
1.047 orang dibandingkan tahun 2014 sebanyak 1.163 pegawai. Sampai dengan
31 Desember 2015, jumlah pegawai tetap Bank Sulselbar mencapai 1.035 orang.
Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah
1.069 orang. Penurunan tersebut diakibatkan karena terdapat pegawai yang
76
diberhentikan dengan hormat yaitu memasuki masa pensiun, pengunduran diri dan
tutup usia serta pemberhentian dengan tidak hormat (PHK).
Pada tahun 2015, pegawai kontrak atau tidak tetap berjumlah 9 orang,
terjadi penurunan/peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu
sebanyak 94 orang. Hal ini diakibatkan tidak diperpanjangnya atau berakhirnya
masa kontrak pegawai tersebut dengan Bank, selain itu kontrak pegawai Kas
Daerah yang ditempatkan di Bank Sulselbar tidak termasuk lagi sebagai Kontrak
Bank.
Sementara pertumbuhan tenaga outsourcing, seperti satuan pengamanan,
sopir dan pesuruh pada tahun 2015 sebanyak 302 orang atau menurun dari tahun
2014 yang tercatat sebanyak 428 orang. Hal ini diakibatkan oleh adanya
penyesuaian/standarisasi jumlah tenaga alih daya (outsourching) oleh internal
bank. Komposisi Bank Sulselbar berdasarkan pendidikan, status kepegawaian,
jenis kelamin dan usia terlampir pada tabel 5.7 pada halaman berikutnya.
Tabel 5.7Komposisi SDM Sulselbar Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber Daya Manusia 2015 2014
Pasca Sarjan (S2) 29 32Sarjana Diploma (S1/D3) 711 764
SMA 289 347SD 18 20
Jumlah 1.047 1.163
Bank Sulselbar senantiasa meningkatkan kompetensi dan produktivitas
pegawai guna mendukung kelangsungan bisnis dan pencapaian target perusahaan
yang optimal. Selain itu, lingkungan kerja yang sehat juga memiliki peran penting
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
77
guna memotivasi pegawai untuk terus memberikan sumbangsih yang terbaik bagi
perusahaan. Program-program terkait dengan pengelolaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang telah dilaksanakan tahun 2015, antara lain :
a. Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia berdasarkan training need analysis dengan
memperhatikan kompetensi yang dibutuhkan, job description dan perkembangan
bisnis dan organisasi. Pendidikan dan pelatihan kepada pegawai dilakukan
secarainhousemaupun exhouse training.
b. Pendidikan karir yang dilaksanakan secara regular yang bertujuan untuk
mengantisipasi rencana pengembangan organisasi dan jaringan kantor cabang,
serta pengembangan karir. Bank Sulselbar telah melaksanakan program ini
dengan baik diantaranya adalah pelatihan manajer lini pertama, manajer madya,
sertifikasi pemimpin cabang konvensional dan syariah, pelatihan ALMA, sekolah
staf dan pimpinan bank (Sepibank), dll. Pegawai yang diikut sertakan dalam
pendidikan karir pada tahun 2015 sebanyak 632 orang.
c. Pendidikan dan pelatihan dibidang teknis perbankan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keahlian pegawai, antara lain Pendidikan Akuntansi Bank,
Analisis Kredit, Account Office, dll. Terdapat 1.047 pegawai yang diikut sertakan
dalam pendidikan dan pelatihan teknis perbankan pada tahun 2015.
d. Pelatihan maupun sosialisasi, seminar dan workshop terkait dengan
transpormasi organisasi dan pengembangan jaringan yang diikuti oleh 838 orang.
e. Pendidikan lainnya diikuti oleh 551 orang.
78
Adapun anggaran dan program pendidikan serta pelatihan SDM
dilampirkan pada tabel 5.8 dan tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.8Biaya pendidikan dan Tenaga kerja Bank Sulselbar tahun 2015
Tabel 5.9Program Pendidikan dan jumlah peserta Bank Sulselbar tahun 2015
5.2.2.2.2 Kebijakan Upah dan Remunerasi
Program kesejahteraan bagi pegawai sangat penting dan bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan mental pegawai serta keluarganya. Upaya yang
dilakukan dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan
mental pegawai untuk meningkatkan produktifitas, motivasi, semangat kerja, dan
Tahun Biaya Pendidikan Biaya Tenaga Kerja Proporsi (%)
2015 11.358 416.347 2,73%2014 11.017 337.008 3,27%2013 11.746 312.355 3,76%2012 7.192 275.279 2,61%2011 8.552 207.785 4,12%2010 7.1 224.39 3,16%2009 5.392 177.022 3,05%2008 5.746 170.933 3,36%2007 2.257 133.526 1,69%
Jenis Pendidikan Jumlah Peserta Tahun 2015 Jumlah Peserta Tahun 2014
Pendidikan Karir 632 39Pendidikan Teknis 1.047 1230
Seminar, sosialisasi & Workshop 838 479Pendidikan Lainnya 551 268
Total 2.799 2.016
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
79
loyalitas pegawai, serta mempertahankan pegawai agar tidak pindak ke
perusahaan lain yakni melalui program kesejahteraan pegawai yang disusun
berdasarkan peraturan legal, berdasarkan keadilan dan kelayakan serta
berpedoman kepada kemampuan perusahaan. Adapun kisaran penghasilan
pegawai bank Sulselbar mulai dati Komisaris Utama sampai dengan tenaga
outsourcing (per 31 desember 2015) sebagai berikut:
Tabel 5.10Kebijakan Gaji Komisaris Hingga Tenaga Outsourching
no Jabatan PenghasilanTerendah Tertinggi
Pengurus dan Pegawai1 Dewan Komisaris 50.010.535 52.642.6682 Direksi 67.683.434 75.203.8173 Pimpinan Grup 17.766.062 27.839.3084 Piminan Cabang Utama/Khusus 23.376.989 28.023.0495 Pimpinan Cabang Kelas I 17.235.013 23.652.4936 Pimpinan Cabang Kelas II 15.860.254 22.025.7817 Pimpinan Cabang Syariah/Pembantu 14.411.250 17.860.0198 Manajer & Setara 11.414.476 21.905.8049 Analis & Setara 6.342.203 18.329.264
10 Staf & Setara 3.629.998 16.193.704Pegawai Kontrak dan Outsourching11 Kontrak Tenaga Ahli 7.000.000 10.000.00012 Kontrak Magang 1.908.000 2.112.00013 Tenaga Outsourching 1.873.000 2.077.813
5.2.2.2.3 Perlakuan Adil dan Kesejahteraan Kerja
5.2.2.2.3. Perlakuan Adil dan Kesejahteraan Kerja
Bank Sulselbar memberikan kesempatan yang sama dan setara kepada
seluruh pegawai dalam mengembangkan karir dan melaksanakan tugasnya secara
professional tanpa membedakan gender, golongan, suku, agama, ras, dan kondisi
Sumber data : Annual Report Bank Sulselbar 2015
80
fisik. Setiap pegawai yang telah memenuhi persyaratan memiliki hak yang sama
untuk menduduki posisi atau jabatan yang lebih tinggi setelah melalui tahapan
seleksi yang keputusannya menjadi kewenangan manajemen.
Dalam hal kesejahteraan, sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3989), maka Bank Sulselbar memiliki Serikat Pekerja
yang telah terdaftar pada Kantor Departemen tenaga kerja Republik Indonesia
dengan Nomor Tanda Bukti Pencatatan dari Dinas Tenaga Kerja adalah
560.568/1162/T.Kerja Tanggal 22 September 2005. Serikat Pekerja dibentuk
dalam rangka menjamin dan menciptakan hubungan kerja yang harmonis,
dinamis, berkeadilan dan kondusif antara Bank dan Pegawai sehingga dapat
mendorong peningkatan kinerja bank, kinerja pegawai dan kesejahteraan pegawai
yang selaras dengan pelaksanaan visi, misi dan nilai-nilai budaya bank serta dapat
menciptakan peningkatan produktifitas dan usaha yang berkesinambungan.
Selain pendaftaran serikat pekerja, Bank Sulselbar juga menggodok
kebijakan tentang dana pension pegawai. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Nehara Republik
Indonesia Nomor 3477), Perseroan mendirikan Dana Pensiun Bank BPD
Sulawesi Selatan yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dengan
Surat Keputusan No. Kep-72/KM.6/2002 tentang pengesahaan atas peraturan dana
pension dari dana pensiun Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan
81
sebagaimana diumumkan dalam Berita Negara No. 73 tanggal 10 September 2002
beserta tambahan Berita Negara No.34.
Bank Sulselbar memberikan penghargaan kepada pegawai atas dedikasi
dan pengabdian kepada bank dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta
sebagai motivasi agar terus meningkatkan kinerja dan pengabdian terbaik bagi
bank. Penghargaan yang diberikan kepada pegawai berdasarkan Peraturan
Direksi Bank Sulsel No. 002/PD-PT Bank Sulsel/ XI/2008 tanggal 24 November
2008 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya Manusia pada PT Bank Sulsel,
sebagai berikut :
1. Penghargaan Karena Prestasi.
Penghargaan ini diberikan kepada pegawai yang telah menunjukkan
prestasi luar biasa dan atau berjasa bagi pengembangan bank sehingga dapat
dijadikan teladan bagi pegawai lainnya. Penghargaan yang diberikan berupa
kenaikan pangkat istimewa berdasarkan Paraturan Direksi yang berlaku dan
hadiah lainnya yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi.
2. Penghargaan Karena Masa Kerja
Manajemen memberikan penghargaan dan tanda jasa kepada :
Pegawai yang memiliki masa kerja 15 tahun dan hasil penilaian karya
selama 2 tahun terakhir menunjukkan minimal rata – rata baik , diberikan
penghargaan minimal 3 kali penghasilan kotor terakhir ditambah piagam
dengan tulisan warna hitam.
Pegawai yang memiliki masa kerja 25 tahun dan hasil penilain karya
selama 2 tahun terakhir menunjukkan minimal rata – rata baik , diberikan
82
penghargaan minimal 5 kali penghasilan kotor terakhir ditambah piagam
dengan tulisan warna perak dan cinderamata berupa logo emas seberat 10
gram.
Pegawai yang memiliki masa kerja 30 tahun dan hasil penilaian karya
selama 2 tahun terakhir menunjukkan minimal rata – rata baik , diberikan
penghargaan minimal 6 kali penghasilan kotor terakhir ditambah piagam
dengan tulisan warna emas dan cinderamata berupa cincin emas seberat
10 gram.
3. Penghargaan Karena Masa Kerja Proporsional
Penghargaan ini diberikan kepada pegawai yang berhenti dengan hormat
dan berhak atas pensiun yang dipercepat serta hasil penilaian karya selama 2
tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata minimal baik, sedangkan masa
kerjanya diatas 15 tahun.
Pegawai yang memiliki masa kerja di atas 15 tahun namun kurang dari 20
tahun, diberikan penghargaan minimal 3 kali penghasilan.
Pegawai yang memiliki masa kerja di atas 25 tahun namun kurang dari 30
tahun, diberikan penghargaan minimal 5 kali penghasilan.
Pegawai yang memiliki masa kerja di atas 30 tahun, diberikan
penghargaan minimal 6 kali penghasilan
4. Penghargaan Karena Memasuki Masa Pensiun
Pegawai yang memasuki masa pensiun diberikan penghargaan minimal 5
kali penghasilan kotor terakhir sebagai imbalan jasa, yang dibayarkan pada saat
83
yang bersangkutan memasuki pensiun dan cinderamata berupa cincin emas
seberat 10 gram.
Jasa produksi diberikan atas kinerja selama 1 (satu) tahun penuh
Pencapaian dan pelampauan target Rencana Bisnis akan diberikan bonus
kepada pegawai dan dibebankan setiap akhir semester.
5.2.3. Akuntabilitas Horisontal : Indirect Stakeholders
Perhatian Bank Sulselbar terhadap isu tanggung jawab sosial secara
khusus pada segmen komunitas dapat diamati melalui laporan tahunan dengan
adanya pengungkapan atas pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Pengungkapan
atas jenis pembiayaan, skim pembiayaan, dan jumlah dana yang disalurkan serta
jumlah unit usaha yang menerima pembiayaan setidaknya menunjukkan bahwa
Bank Sulselbar mempunyai perhatian lebih atas usaha mikro dan kecil.
Bank Sulselbar senantiasa berupaya menjaga komitmen untuk mendukung
program pemerintah dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui penyaluran
kredit dan pembiayaan untuk sektor mikro, kecil dan menengah (UKM), sektor
UKM memiliki peranan penting dalam perekonomian secara komprehensif karena
dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun dalam penyerapan tenaga
kerja. Bank Sulselbar mengkategorikan nasabah UKM dengan mengacu pada
Peraturan Bank Indonesia No. 14/22/PBI/2012 tentang pemberian kredit atau
pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pembangunan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
84
Nasabah usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dan atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000.- (tiga ratus juta rupiah)
Nasabah usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik yang memiliki kekayaan bersih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan atau memiliki hasil
penjualan tahun lebih dari 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Nasabah usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian bank langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta) sampai dengan
paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).
85
Produk perbankan mikro Bank Sulselbar sumber pembiayaan selain
berasal dari internal Bank Sulselbar, ada juga yang sumber pembiayaannya
berasal dari subsidi atau bantuan dana dari pihak eksternal, terutama pemerintah.
Kredit UKM yang sumber dana pembiayaan berasal dari internal Bank
Sulselbar sebagai berikut :
a. Kredit Pundi Usaha Rakyat (PUR)
b. Linkage Program Pola Executing
Kredit UKM yang merupakan Kredit Program yang sumber
pembiayaannya berasal dari subsidi atau bantuan dana dari pihak eksternal,
terutama pemerintah, sebagai berikut :
a. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
b. Kredit Program PUNDI (pustaka mandiri)
c. Kredit program SUP 005
Kepedulian Bank Sulselbar terhadap peningkatan kualitas hidup dan
pengetahuan masyarakat juga terlihat dari beberapa proglam lain, seperti program
edukasi perbankan. Program edukasi perbankan yang diselenggarakan Bank
Sulselbar bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
layanan produk dan jasa Bank Sulselbar. Selain itu, Sulselbar juga aktif
menyelenggarakan kegiatan pengembangan sosial kemasyarakatan dengan
memberikan bantuan, yaitu:
1) Bidang sosial, meliputi antara lain:
Bantuan korban kebakaran di Kec. Rappocini Makassar
Bantuan Korban bencana Angin Puting Beliung di Sidrap dan Bulukumba
86
Bantuan Pembangunan Gedung Panti Asuhan Al-Ikhlas Makassar
2) Bidang kesehatan, meliputi antara lain:
Pemberian sarana kesehatan (alat medis, mobil ambulan)
Pengobatan umum
Bantuan Kegiatan Donor Darah
3) Bidang Pengembangan Prasarana dan Sarana umum, meliputi antara lain:
Perbaikan/pembangunan sarana ibadah, sarana kesehatan
Perbaikan/pembangunan sarana jalan dan jembatan
Program penghijauan, Pengelolaan air dan Penyehatan lingkungan
Bantuan penyaluran listrik kepada 100 rumah tangga di daerah terpencil
dan kegiatan ini akan terus dilanjutkan karena berdampak besar, yaitu
meningkatkan perekonomian dan pendidikan masyarakat. Penyaluran
listrik ini dilakukan di desa Bantaeng, Sulawesi Selatan bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah setempat, Ibu-ibu PKK, Mitra Sulselbar, dan
Yayasan Pilar Kebangsaan di Bandung.
Bantuan Kegiatan Bedah Rumah di Kabupaten Polman
4) Bidang Pendidikan, meliputi antara lain:
Bantuan sarana pendidikan: perbaikan/pembangunan sekolah/pesantren
Bantuan perpustakaan sekolah
Bantuan pelatihan keterampilan
87
5.2.4. Akuntabilitas Horisontal : Alam
Kepedulian Bank Sulselbar terhadap lingkungan dapat dilihat dalam
pengungkapan pada laporan tahunannya. Pengelolaan dan pelestarian lingkungan
hidup dilakukan sebagai upaya terpadu untuk memanfaatkan sumber daya secara
bijaksana untuk diolah secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Perhatian
yang ditunjukkan oleh Bank Sulselbar terhadap lingkungan antara lain ;
1. Kampanye ‘Bank Sulselbar Peduli Lingkungan’
Pada kegiatan “Bank Sulselbar Peduli Lingkungan”, Bank telah
melakukanberbagai kegiatan di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat, seperti menjadi prakarsa pelaksana kegiatan Gerakan Bank Menanam,
Program Penghijauan Taman Kota Makassar, Pemberian Mobil Pengangkut
Sampah Hidrolik, pemberian gerobak dan sepeda motor roda tiga untuk
mengangkut sampah, serta bantuan pengadaan tempat sampah baik untuk wilayah
Sulawesi Selatan maupun di wilayah Sulawesi Barat.
2. Konsep ‘green office’
Pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup dari sisi internal Bank
Sulselbar dilakukan dengan menerapkan konsep green office yang bertujuan agar
gedung dan seluruh ruangan kantor, serta tamu yang berkunjung senantiasa peduli
akan kegiatan yang ramah lingkungan. Green office berupaya menciptakan
lingkungan kerja kantor yang bersih, indah, nyaman dan sehat serta tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya. Walaupun masih sederhana, green office
Bank Sulselbar diupayakan untuk dapat dilaksanakan dengan konsisten dan
berkesinambungan.
88
Green office Bank Sulselbar dilaksanakan dengan konsisten dan
berkesinambungan. Konsep green office merupakan salah satu langkah nyata
meningkatkan efesiensi untuk mengoptimalkan pencapaian profit. Dengan
implementasi green office, banyak hal yang dapat dikelola dengan efisien baik
dari aspek financial maupun dalam bentuk penghematan pemakaian sumber daya
alam dan pengurangan pencemaran alam. Aktivitas green office yang telah
dilasnakan Bank Sulselbar tahun 2015 dan berdampak secara langsung terhadap
efisiensi antara lain :
Membeli dan menggunakan alat tulis kantor yang ramah lingkungan.
Mengaktifkan setting energy saver atau hemat energi dalam penggunaan
komputer dan alat elektronik lainnya.
Menggunakan pendingin udara (AC) sesuai dengan kebutuhan.
Menggunakan air secara efisien.
Melakukan reduce, reuse, dan recycle barang-barang yang dipergunakan.
Mendukung Program Pemerintah dalam penghematan penggunaan listrik
dalam melaksanakan operasional perusahaan dalam mendukung program
pemerintah.
Pengolahan limbah sampah perusahaan.
Penghematan penggunaan listrik antara pukul 19.00-08.00.
Green office yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap efisiensi perseroan
antara lain :
Dengan menggunakan kertas, tinta dan toner yang ramah lingkungan akan
mengurangi limbah yang menumpuk jadi sampah
89
Penggunaan kertas daur ulang dapat mengurangi jumlah pohon yang
ditebang sehingga dapat mengurangi pemanasan global
Green office akan mempengaruhi pegawai, baik langsung maupun tidak
langsung, untuk berperilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-
hari.
Memberikan perhatian pada lingkungan bukan perioritas bagi bank
syariah, sekalipun mungkin pelaku bank syariah mengakui bahwa isu kerusakan
lingkungan adalah isu yang sangat penting. Begitu pula menurut Syariah
Enterprise Theory (SET), alam merupakan salah satu stakeholders yang harus
mendapat perhatian dan memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan. Seperti
halnya perhatian yang diberikan oleh Bank Sulselbar terhadap alam cukup banyak
diungkapkan dalam laporan tahunannya. Upaya untuk melestarikan atau ikut serta
memperbaiki kondisi alam agar menjadi tempat yang lebih baik bagi keturunan
mendatang mendapat perhatian yang lebih seperti yang ditemukan dalam
pengungkapan yang dilakukan oleh Bank Sulselbar.
5.2.5. Keseimbangan
Laporan thunan Bank Sulselbar tahun 2015 terdiri dari 570 halaman.
Laporan ini masih didominasi oleh informasi-informasi keuangan. Informasi
keuangan berupa total asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Laba yang diperoleh merupakan
informasi yang banyak diungkapkan oleh Bank Sulselbar dalam laporan
tahunannya.
90
Berbagai informasi mengenai keberhasilan perusahaan mendapatkan
berbagai penghargaan disajikan sebagai gambaran keberhasilan perusahaan seperti
yang terlihat pada bagian lampiran. Namun dari semua penghargaan yang
diperoleh tersebut lebih berkaitan dengan keberhasilan fisik materialisme.
Penghargaan-penghargaaan ini secara tidak langsung menunjukkan apa yang
menjadi ukuran keberhasilan suatu bank yang berlabel syariah. Tidak heran jika
bank syariah lebih terpacu untuk mengejar penghargaan-penghargaan tersebut dan
sebagai akibatnya informasi keuangan menjadi penguasa dalam laporan tahunan.
Informasi yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial dalam hal ini terkesan
hanya menjadi tameng sosial.
Selain itu, Bank Sulselbar Unit Usaha Syariah yang menjadi objek
penelitian dari peneliti dalam hal ini laporan CSR ternyata dalam hal penyaluran,
jumlah pendanaan dan ketentuan lainnya disampaikan oleh Bank Sulselbar
Konvensional secara menyatu dalam laporan tahunannya, karena Bank Sulselbar
Cabang Syariah Makassar merupakan unit usaha syariah dari Bank Sulselbar
sehingga keakuratan dan fokus utama terhadap tanggungjawab sosial perusahaan
oleh bank syariah disatukan dan didominasi oleh bank konvensional. Dari
pengungkapan informasi mengenai perhatian bank melalui program-program
kegiatan CSR yang dilkukan Bank Sulselbar, dapat dikatakan bahwa Bank
Sulselbar telah berupaya memberikan perhatian terhadap seluruh stakeholder
terutama lingkungan beserta alas an penyalurannya, selain itu Bank Sulselbar
mengungkapkan jumlah rupiah yang diberikan atas penyaluran dana dari program
kegiatan tersebut. Paling tidak pengungkapan Bank Sulselbar terhadap laporan
91
tanggungjawab sosialnya telah sesuai dengan yang diajukan Meutia; (2010-239)
dalam Mansyur; (2012:87) bahwa pengungkapan yang bersifat kualitatif,
melainkan juga yang bersifat kuantitatif. Yaitu bank dalam hal ini
mengungkapkan dasar pelaksannan tanggungjawab sosialnya serta jumlah
penyaluran dan program kegiatan di dlam laporan tahunannya.
Keseimbangan merupakan salah satu dari karakteristik SET yang
menghendaki adanya perhatian terhadap hal yang bersifat material dan spiritual
dalam hal ini pengungkapan yang dilakukan oleh Bank Sulselbar belum cukup
banyak diaplikasikan. Dalam laporan tahunannya Bank Sulselbar telah berusaha
menunjukkan kepedulian besar terhadap tanggungjawab sosialnya, meskipun
masih sedikit dari pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan menurut SET.
Dalam hal item-item yang diungkapkan pada akuntabilitas terhadap direct,
indirect stakeholder dan alam telah dipenuhi meskipun belum seluruhnya, tetapi
hal ini cukup sesuai dengan konsep dan karakteristik pengungkapan CSR
berdasarkan SET. Meskipun demikian data-data yang diungkapkan dalam laporan
tahunan ini masih perlu dilengkapi untuk menjadi suatu informasi
pertanggungjawaban sosial yang dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan
konsep Syariah Enterprise Theory (SET). Adapun rincian lebih lanjut tentang
hasil pengungkapan CSR yang diungkapkan Bank Sulselbar pada laporan
tahunannya berdasarkan syariah enterprise theory dapat di lihat pada lampiran
tabel 5.11 dan 5.12 di halaman berikutnya
96
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Laporan Tahunan
Bank Sulselbar dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan Bank
Sulselbar sudah cukup baik, tetapi masih sangat terbatas secara sukarela
karna mengedepankan profit dalam tujuan usahanya. Disamping itu
Pengungkapan CSR Bank Sulselbar Syariah dilaporkan dan dilakukan
menyatu secara keseluruhan dalam Laporan Tahunan Bank Sulselbar
Konvensional.
2. Aplikasi konsep Syariah Enterprise Theory (SET) pada laporan tahunan
Bank Sulselbar di lihat pada bagian CSR masih belum sesuai, terutama
pada bagian akuntabilitas horizontal terhadap nasabah sebagai direct
stakeholder dalam hal pelaporan pendapatan non halal dan
pendistribusiannya, serta laporan dana zakat dan qarhul hasan yang tidak
di tampilkan pada laporan tahunannya. Selain itu peningkatan kualitas
spriritual karyawan juga kurang mendapat perhatian lebih.
6.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, pembahasan, dan merumuskan kesimpulan
dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan
97
dengan penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan
pertimbangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi kalangan praktisi, penulis menyarankan agar Bank Sulselbar lebih
memperhatikan akuntabilitas terhadap nasabah sebagai pihak yang
memberikan konstribusi langsung terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Penulis juga menyarankan agar Bank Sulselbar dapat
menciptakan keseimbangan informasi guna meningkatkan kesejahteraan
seluruh stakeholders. Keseimbangan informasi tersebut dapat dilakukan
dengan mengaplikasikan konsep Syariah Enterprise Theory (SET) untuk
melakukan kegiatan CSR. Selain itu, penulis berharap Bank Sulselbar
Cabang Syariah untuk membuat dan melaporkan tanggungjawab sosial
dan informasi unit usaha syariah secara terpisah dalam laporan tahunannya
dengan Bank Sulselbar Konvensional, Meskipun merupakan unit usaha
syariah.
2. Bagi penulis selanjutnya, Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
mempunyai keterbatasan. Jumlah bank yang diteliti hanya satu bank
syariah, itupun merupakan unit usaha syariah dari bank Konvensional
bukan bank umum syariah sehingga terbatas dalam generalisasi data hasil
penelitian. Penulis mengharapkan, untuk penelitian selanjutnya jumlah
objek penelitian diperbanyak sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian
lebih menggambarkan keadaan sebenarnya dan objek penelitian sebaiknya
bank umum syariah.
98
98
DAFTAR PUSTAKA
Achua, Joseph K. (2008). Corporate social responsibility in Nigerin bankingsyestam. Society and Busnis Review, Vol. 3 Iss 1, pp.57 – 71
Achmad, Corporate Social Responsibilty tanggung jawab sosial atau strategiperusahaan – CSR (online), (http://www.academia.edu/1993517. Diakses16 Februari 2015.
Al Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia.
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada
Dowling, J dan Pfeffe, J. 1975. Organisasi Legitimacy: Social values andOrganizational Behaviour. Pacific Sociological Review. Vol. 18. Pp. 122-136
Dusuki, Ansyarif Wajidi and Dar, Humayon. 2005. Stakeholders’ Perceptions ofCorporate Social Responsibility of Islamic Banks: Evidence fromMalaysia Economic. The 6 Internasional Confrence on IslamicEconomic and Finance.
Dusuki, Asyraf Wajidi dan Abdullah, Nurdianawati Irwan. 227. Maqasid al-Shari’ah, Maslahah, and Corporate Social Responsibilty. The AmaricanJournal of Islamic Social Sciences 24:1
Effendi Harahap, Muchtar. Perkembangan Corporate Social Responsibiltyekonomi global– CSR (online), (http://www.academia.edu/1993517 Diakses
16 Februari 2015.
Eklington, J. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Botton Line of 21 CenturyBusiness. Capstone: oxford.
Fahmi, 2013. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung
Farook, Sayd and Lanis, Roman. 2005. Banking on Islam? Determinants ofCorporate Social Responsibility Disclosure. The 6th InternationalConfrence on Islamic Economic and Finance.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility (CSR). Yogyakarta: Graha Ilmu
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK No. 01 (Revisi 2009). (online),(http://staff.blog.ui.ac.id., diakses pada 19 Februari 2016).
99
Jamali, Dima dan Mirshak, Ramez. (2007). Corporate Social Responsibility(CSR): Theory and Practice in a Developping Country Context. Journal ofBusiness Ethics 72 (3):243 – 262.
Kamandanu, Bob. 2014. Dari krisis menuju pemenang. Majalah CSR Indonesiaedisi Januari 2014. Bogor: PT Caraka Swara Raharja.
Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility: Transformasi KonsepSustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Jakarta:Refika Aditama.
Kotler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The MostGood For Your Company and Your Cause. Best Practices From HewlettPackard, Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley &Sons, Inc. United States of America.
Mansyur, Syuhada. 2012. Pelaporan Crporate Social Responsibility PerbankanSyariah dalam Prespektif Syariah Enterprise Theory: Studi Kasus padaLaporan Tahunan Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar. Skripsi tidakditerbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Meutia, Intern. 2010. Menata Pengungkapan CSR di Bank Islam (SuatuPendekatan Kritis). Jakarta: Citra Pustaka Indonesia.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat
Mulyanita, Sugesty. 2009. Pengaruh Biaya Tangung Jawab SosialPerusahaanterhadap Kinerja Perusahaan Perbankan. Skripsi tidakditerbitkan. Lampung: Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Mursitama, Tirta, dkk. 2011. Corporate Social Responsibility di Indonesia (Teoridan Implementasi). Institute for Development of Economic and Finance(INDEF)
Nugroho, Firmansyah FA. 2011. Analisis Hubungan antara PengungkapanCorporate Social Responsibility (CSR) dan Karakteristik Tata KelolaPerusahaan pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Skripsi tidakditerbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Purhantara, Wahyu.2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta:Graha Ilmu
Prayogo, Dody. 2011. Socially Responsible Corporation: Peta tanggung jawabsosial dan pembangunan komunitas pada industry tambang dan migas.Jakarta: UI Press. Hlm 65.
100
Sahidin, Ahmad. Membaca Naskah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Online),(http://albanduni.wordpress.com, diakses 16 Februari 2016).
Sairally, Salma. 2005. Evaluating the ‘Social Responsibility’ of Islamic Finance:Learning From the Experiences of Socially Responsible Investment Funds.The 6th International Confrence on Islamic Economic and Finance.
Sembiring, Edi Rismanda. 2003. Faktor-faktor yang MempengaruhiPengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jumal TelaahAkuntansi, Volume: 01 Juni 2003, hal 01-21.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR). Jakarta: SalembaEmpat
Strauss, Anselm & Juliet Corbin, 2003.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi. Tanggung Jawab Social Perusahaan, (Online),(http://www.tekmira.esdm.go.id, diakses 22 Februari 2016).
Triyuwono, Iwan. 2012. Akuntansi Syariah: perspektif, Metodologi, dan Teori.Jakarta: Rajawali Pers.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 1998.Jakarta: Departemen Hukum dan HAM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas. 2005. Jakarta: Departemen Hukum dan HAM.
Yusuf, yasir. Aplikasi CSR pada bank syariah: suatu pendekatan maslahah danMaqasid syariah. EKSIBISI, Vol 4, Juni 2010. 98-115
Zappi, Gianna. (2007). Corporate responsibility in the Italian banking industry:creating value through listening to stakeholders. Corporate Governance,Vol. 7 Iss: 4, pp.471 –475
RIWAYAT HIDUP
Samsidar panggilan Sidar lahir di Makassar pada tanggal 27
Maret 1994 dari pasangan suami istri Bapak Herman dan Ibu
Guni . Peneliti adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Peneliti
sekarang bertempat tinggal di Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lrg. 2 Kabupaten. Gowa, Sulawesi Selatan.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Imp. Gotong-Gotong II
Makassar lulus tahun 2006, SMP Negeri 2 Makassar lulus tahun 2009, SMA Negeri
16 Makassar lulus tahun 2012, dan mulai tahun 2012 mengikuti program S1
Akuntansi Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang.
Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswi
Program S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Top Related