Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
188
Review: Peluang Pengembangan Imbuhan Pakan Fitogenik Sebagai Pengganti
Antibiotika dalam Ransum Ayam Pedaging di Indonesia
Cecep Hidayat1, Rahman2* 1Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
2Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma, Jl. H.E.A. Mokodompit, Anduonohu, Kendari 93232
*Email korespondensi: [email protected]
(Diterima: 19-02-2019; disetujui 18-04-2019)
ABSTRAK
Seiring dengan telah dilarangnya penggunaan antibiotic growth promotor (AGP) dalam pakan oleh
pemerintah Indonesia, maka pencarian pengganti AGP mejadi penting saat ini. Imbuhan pakan fitogenik
menjadi salah satu pengganti AGP potensial. Makalah ini ditulis untuk mengungkap peluang pengembangan imbuhan pakan fitogenik sebagai pengganti AGP dalam ransum ayam pedaging di
Indonesia. Metode penulisan makalah dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama, tahap
persiapan, dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca jurnal, makalah prosiding, buku yang diperoleh dari hasil dari pencarian pada internet. Dilanjutkan dengan memilih dan menentukan jurnal hasil
penelitian, makalah ilmiah pada prosiding, buku terkait dengan topik yang sudah ditentukan. Tahapan ke
dua, penyusunan outline makalah yang akan ditulis, dimana pada tahapan ini untuk menentukan skema berfikir penulis terkait dengan topik yang akan di bahas. Tahapan ke tiga, mengembangkan kerangka
makalah dengan menggunakan literatur ilmiah, teori, hasil penelitian yang sudah diperoleh. Tahapan ke
empat, pemeriksaan terhadap isi makalah yang sudah ditulis, baik secara substansi maupun redaksional.
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan disimpulkan bahwa imbuhan pakan fitogenik dari berbagai jenis tanaman potensial digunakan sebagai pengganti AGP dalam pakan ayam pedaging. Kebutuhan akan
daging ayam nasional yang semakin tinggi setiap tahunnya, menjadi peluang betapa besarnya pasar akan
kebutuhan pengganti AGP di Indonesia. Sinergisme antara lembaga penelitian-perguruan tinggi dengan pelaku industri pakan dan imbuhan pakan menjadi penopang utama dalam pengembangan imbuhan pakan
fitogenik di Indonesia.
Kata Kunci: imbuhan pakan fitogenik, ayam pedaging
ABSTRACT
The use of antibiotic growth promoter (AGP) in feed has been banned by the Indonesian
government. Therefore, the search for alternative AGP continues to be carried out. The addition of phytogenic is one of the potential alternatives because it has the same ability as AGP. This paper was
written to reveal the opportunities for developing phytogenic feed additives as a substitute for antibiotics
in broiler diet in Indonesia. The method of writing this paper was done in several stages. The first stage, the preparation, is done by searching and reading journals, proceedings, books obtained from the internet.
The second method is the preparation of the outline of the paper to be written, to determine the author's
thinking scheme related to the topic to be discussed. The third method is developing a framework of
thought by using scientific literature obtained and read before. Fourth method is examination of the contents of papers that have been written, both substantially and editorially. Based on the literature study,
it was concluded that the phytogenic feed additives from various types of plants should be considered as a
substitute for AGP in broiler diet. The need for national chicken meat which is getting higher every year becomes an opportunity for how big the market will be for AGP's replacement in Indonesia. Synergism
between university-research institutions and feed industry is the main support in developing phytogenic
feed additives in Indonesia.
p-ISSN: 2406-7489 e-ISSN: 2406-9337
Terakreditasi
Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti
Keputusan No: 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis,
Mei 2019, 6(2):188-213
DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v6i2.7139
http://ojs.uho.ac.id/index.php/peternakan-tropis
Keywords: pytogenic feed additive, broiler chicken
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
189
PENDAHULUAN
Kondisi negara Indonesia sebagai negara
tropis, dimana dijumpai dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Keadaan tersebut mengakibatkan kondisi suhu dan kelembaban yang
berbeda, dimana apabila dikaitkan dengan aspek
budidaya peternakan ayam pedaging, memiliki
dampak yang besar terhadap kinerja produksi dan kesehatan ternak. Pada musim penghujan misalnya,
yang mempunyai keadaan kelembaban tinggi, akan
berdampak dalam memicu tumbuh suburnya bibit penyakit. Sementara itu, pada kondisi musim
kemarau, dijumpai suhu lingkungan yang tinggi,
dimana hal tersebut dapat memicu stress akibat
suhu panas, serta terjadinya infeksi pada saluran pernapasan. Hafni et al. (2015) mengatakan bahwa
pada negara dengan iklim tropis, suhu udara
berfluktuasi dari kondisi suhu rendah ke suhu tinggi, kemudian turun kembali ke suhu rendah,
suhu udara akan terus berfluktuasi dalam 24 jam
penuh sebagai bentuk pertukaran energi yang terjadi dilapisan atmosfer. Rataan suhu harian
daerah tropis di Indonesia berkisar antara 23-28ºC
(BPS, 2017).
Bell & Weaver (2002) melaporkan bahwa untuk menunjang kinerja produksi (pertumbuhan)
optimum ayam pedaging, maka diperlukan suhu
lingkungan yang nyaman untuk ayam pedaging, yaitu 18-23ºC. Kondisi peternak umumnya di
Indonesia, yang masih banyak menggunakan
kandang terbuka (open house), maka suhu lingkungan yang tinggi akan sangat mempengaruhi
kinerja dan kesehatan ternak. Selama ini, untuk
menekan dampak negatif stressor lingkungan
seperti di atas, sehingga diperoleh kinerja produksi optimum serta terjaganya daya tahan
tubuh ternak ayam pedaging dari serangan
penyakit, dalam pakan ayam pedaging selalu diberikan suplementasi antibiotika (Lin et al.,
2013).
Tantangan kemudian hadir, ketika dimulai
pada bulan Januari 2018, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian secara resmi telah
melarang penggunaan antibiotik sebagai imbuhan
pakan ternak. Larangan penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan tertuang dalam pasal 16
Permentan No 14/2017 tentang klasifikasi obat
hewan. Penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan dilarang, karena antibiotik berpotensi ikut
terserap pada produk hasil peternakan, dan secara
tidak langsung konsumen akan memperoleh
antibiotik dalam konsentrasi rendah, yang mampu
meningkatkan resistensi bakteri serta residu kimia,
dan mampu menimbulkan efek alergi pada manusia (Kompiang 2009). Sebelum Indonesia,
pelarangan penggunaan antibiotika dalam pakan
juga sudah marak secara global. Atas dasar
tersebut, maka pencarian alternatif pemacu pertumbuhan yang dapat digunakan dalam ransum
ayam pedaging semakin gencar dilakukan akhir-
akhir ini. Hal ini terlihat dari topik topik penelitian nutrisi unggas yang banyak mengambil tema
terkait hal tersebut. Salah satu alternatif potensial
yang banyak diteliti adalah penggunaan imbuhan pakan yang bersumber dari tanaman sebagai
sumber senyawa-senyawa fitogenik, yang pada
dosis tertentu dapat bermanfaat secara positif
sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkat daya tahan tubuh ayam pedaging.
Secara definisi imbuhan pakan fitogenik
(sering juga disebut fitobiotik atau botanicals) biasanya didefinisikan sebagai senyawa tambahan
yang merupakan hasil dari metabolit sekunder
tanaman (baik mengandung senyawa bernilai nutrisi, tidak bernutrisi, ataupun anti-nutrisi) yang
dimasukkan ke dalam ransum untuk meningkatkan
produktivitas ternak melalui perbaikan sifat pakan,
meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dengan mengkontrol bakteri patogen,
meningkatkan kinerja produksi, dan meningkatkan
kualitas produk ternak (Ganguly 2013; Hashemi & Davoodi, 2011). Murugesan et al. (2015)
mengemukakan bahwa imbuhan pakan fitogenik
potensial digunakan sebagai alternatif pemacu
pertumbuhan untuk ternak ayam pedaging karena memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda
dengan antibiotik dalam menjaga kesehatan saluran
pencernaan ternak unggas, akan tetapi imbuhan pakan fitogenik memiliki kelebihan, yaitu tidak
menimbulkan efek negatif seperti yang diakibatkan
oleh antibiotika (Hashemi et al., 2008). Beberapa laporan penelitian menunjukkan
bahwa imbuhan pakan fitogenik terbukti
meningkatkan kinerja pertumbuhan, memperbaiki
konversi ransum, meningkatkan kualitas karkas, meningkatkan keamanan produk pangan asal
ternak, mengurangi respon stres, dan meningkatkan
respon imun ternak (Dhama et al., 2015; Stanacev et al., 201; Li et al., 2012; Zhang et al., 2012; Zhou
et al., 2013). Disamping itu, imbuhan pakan
fitogenik juga dilaporkan memiliki kemampuan sifat anti-inflamasi, antiseptik, obat penenang,
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
190
bakterisida, fungisida, antivirus, antioksidan,
peningkat palatabilitas ransum, memperbaiki
fungsi usus, menstimulasi kekebalan tubuh, menstimulasi sekresi enzim pencernaan dan
penyerapan zat nutrisi (Fascina et al., 2010; 2012;
Steiner, 2009; McReynolds et al., 2009; Miguel et
al., 2009; Cross et al., 2007; García et al., 2007). Atas dasar dampak positif yang dihasilkan oleh
imbuhan pakan fitogenik maka Mathe & Mathe
(2008) memberikan analisa bahwa imbuhan pakan fitogenik dalam ransum ternak akan semakin
banyak diaplikasikan ke depannya. Dalam rangka
upaya mengkaji dampak penggunaan imbuhan pakan fitogenik dalam ransum ayam pedaging,
terutama terkait dengan fungsinya sebagai pemacu
pertumbuhan, anti bakteri alami dan immuno-
stimulan yang berdampak positif dalam menunjang kinerja produksi ayam pedaging, maka makalah ini
ditulis dengan tujuan untuk mengungkap peluang
pengembangan imbuhan pakan fitogenik, sebagai pengganti antibiotika dalam ransum ayam
pedaging di Indonesia, untuk dijadikan salah satu
solusi atas dilarangnya penggunaan antibiotika dalam pakan, agar tetap menunjang kinerja
produksi optimum ayam pedaging yang dipelihara
di negara tropis seperti di Indonesia.
MATERI DAN METODE
Sumber Literatur
Literatur yang digunakan dalam makalah ini merupakan makalah yang diperoleh dari hasil
pencaria menggunakan mesin pencarian karya
ilmiah “Google Scholar” dengan menggunakan kata kunci “phytogenic supplementation on broiler
diet”. Kriteria pemilihan sumber pustaka adalah
berasal dari hasil penelitian atau teori dasar yang sudah dipublikasikann dalam bentuk jurnal,
makalah prosiding dan buku.
Prosedur Penyusunan Makalah
Proses penyusunan makalah dilakukan
dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama, tahap persiapan, dilakukan dengan mengumpulkan dan
membaca jurnal, makalah prosiding, buku yang
diperoleh dari hasil pencarian. Dilanjutkan dengan
memilih dan menentukan jurnal hasil penelitian, makalah ilmiah pada prosiding, buku terkait
dengan topik yang sudah ditentukan, yaitu sesuai
dengan judul makalah yang akan dibuat “Peluang pengembangan imbuhan pakan fitogenik sebagai
pengganti antibiotik dalam ransum ayam pedaging
di Indonesia”. Tahapan ke dua, penyusunan outline
makalah yang akan ditulis, dimana pada tahapan
ini untuk menentukan skema berfikir penulis terkait dengan topik yang akan di bahas. Tahapan
ke tiga, mengembangkan kerangka pemikiran
dalam penyusunan makalah dengan menggunakan
informasi ilmiah, teori, hasil penelitian yang diperoleh dari pustaka yang sudah di peroleh
sebelumnya untuk kemudian dibuat menjadi
sebuah makalah ilmiah. Tahapan ke empat, pemeriksaan terhadap isi makalah yang sudah
ditulis, baik secara substansi maupun redaksional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi dan Komponen Aktif Fitogenik
Sebagai Imbuhan Pakan
Adanya larangan penggunaan antibiotik
growth promotor (AGP) dalam pakan unggas
secara global, telah banyak mengundang para peneliti, untuk mencari alternatif pemacu
pertumbuhan lainnya, disamping menunjang
keamanan pangan, juga memiliki kemampuan
aktivitas sebagaimana antibiotika dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam
broiler (Barreto et al., 2008). Pemacu pertumbuhan
alternatif yang paling sering digunakan dalam pakan ayam broiler adalah probiotik, prebiotik,
enzim, acidifier, antioksidan dan imbuhan pakan
fitogenik (Perić et al., 2009). Silva Cardoso et al.
(2012) mengatakan bahwa imbuhan pakan fitogenik sebagai senyawa alami, telah diakui
sebagai solusi alternatif yang sangat menjanjikan,
karena memenuhi persyaratan yang diminta oleh konsumen terkait keamanan pangan, dan
memecahkan masalah terkait resistensi bakteri
yang terjadi pada penggunaan antibiotik. Karaskova et al. (2015) mengklasifikasikan
imbuhan pakan fitogenik diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok, yaitu aditif sensorik (aditif
pakan yang mempengaruhi sifat sensorik produk hewani), aditif teknologi (antioksidan, zat-zat yang
mengurangi kontaminasi mikotoksin pada pakan
dll.), aditif zootechnical (imunomodulator, immunostimulan, pemacu pertumbuhan, zat yang
mampu meningkatkan kinerja atau kualitas produk
hewani, dll.), dan aditif nutrisi (vitamin, mineral, enzim tanaman, dll.). Windisch et al. (2008; 2006)
menjelaskan bahwa memperhatikan derivasi
biologis, formulasi, deskripsi kimia, serta
kemurniannya, imbuhan pakan fitogenik dapat
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
191
dikategorikan: 1) herbal (tanaman berbunga,
tanaman tidak berkayu dan tanaman tidak
persisten), 2) botani (seluruh atau bagian yang diproses dari suatu tanaman, misalnya, akar, daun,
kulit kayu), 3) minyak esensial (ekstrak destilasi
hidro dari senyawa tanaman yang mudah
menguap), dan 4) oleoresin (ekstrak menggunakan bukan pelarut air). Kandungan zat aktif dalam
imbuhan pakan fitogenik sangat bervariasi
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan (misalnya biji, daun, akar atau kulit kayu), musim
panen, dan asal geografis. Teknik pemrosesan
(misalnya distilasi uap, ekstraksi dengan non pelarut berair dll) memodifikasi zat aktif dan
senyawa yang terkait dalam produk akhir imbuhan
pakan fitogenik (Windisch et al., 2008; Jacela et
al., 2010). Sementara itu, Huyghebaert et al. (2011)
melaporkan bahwa komposisi kimia imbuhan
pakan fitogenik bervariasi tergantung kepada bahan yang digunakan, lokasi pengambilan bahan,
kondisi iklim, umur panen dan teknik
penyimpanan. Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktivitas komponen aktif fitogenik
tanaman adalah bagian tanaman yang digunakan,
sifat fisik, variasi genetik tanaman, usia tanaman,
dosis yang digunakan, metode ekstraksi, waktu panen, dan kompatibilitas dengan bahan lainnya
(Yang et al., 2009). Beberapa peneliti melaporkan
terkait kandungan bahan bio aktif pada herbal atau ekstrak tanaman yang digunakan sebagai imbuhan
pakan fitogenik yaitu alkaloid, bitter, flavonoid,
glikosida, getah, saponin, tanin fenolat, polifenol,
terpenoid, polipeptida, timol, cineole, linalool, anethole, allicin, capsaicin, allyl isothiocyanate,
minyak atsiri, dan piperine (Al-Yasiry &
Kiczorowska, 2016; Kiczorowska et al., 2015; Magdalena et al., 2012; Grashorn, 2010; Windisch
et al., 2008; Wenk, 2006). Komponen aktif
fitogenik dilaporkan memberikan fungsi tertentu. Minyak atsiri dilaporkan meningkatkan fungsi
usus dengan merangsang sekresi enzim
pencernaan, empedu dan mukosa, senyawa
terpenoid dan fenolik membantu ternak dalam memerangi stress oksidatif, senyawa seperti
carvacrol, terpenoid dan aldehida memberikan
fungsi sebagai antimikroba (Mathlouthi et al., 2012; Burt, 2004; Platel & Srinivasan, 2004).
Mountzouris et al. (2010) mengatakan bahwa
manfaat yang baik fitogenik tersebut umumnya berasal dari molekul bioaktif carvacrol, thymol,
capsaicin, cineole, dll. Mekanisme kerja imbuhan
pakan fitogenik dilaporkan melalui kemampuan-
nya dalam mengendalikan bakteri patogen potensial dalam usus. Hal ini terlihat dari laporan
bahwa beberapa ekstrak tanamandi laporkan
memiliki sifat antimikroba, antiviral, anticoccidial,
fungicidal, dan antioksidan (Applegate et al., 2010).
Imbuhan Pakan Fitogenik Sebagai Antioksidan
Pengendali Stres Panas pada Ayam Pedaging
Dampak dari suhu lingkungan yang tinggi
yang ada pada negara tropis seperti Indonesia, terhadap proses produksi budidaya ayam pedaging,
adalah suhu lingkungan yang tinggi tersebut akan
mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman
panas. Bird et al. (2003) mengatakan bahwa
mekanisme pembuangan panas dari dalam tubuh ternak unggas dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara sensible heat loss dan insensible heat loss.
Sensible heat loss adalah hilangnya panas tubuh
melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi, sedangkan secara insensible heat loss adalah
hilangnya panas tubuh melalui proses panting.
Pada suhu pemeliharaan 23oC 75% panas tubuh dibuang secara sensible, selebihnya (25%)
dikeluarkan secara insensible, sebaliknya bila suhu
lingkungan meningkat sampai 35oC sebanyak 75%
panas tubuh dibuang melalui proses insensible dan sisanya sebanyak 25% dibuang secara sensible
(Tamzil et al., 2014).
Beberapa peneliti melaporkan terkait dampak cekaman panas pada ayam pedaging, dari
mulai mengakibatkan menurunnya konsumsi
ransum, hingga menurunnya tingkat pertumbuhan, meningkatkan suhu tubuh, terjadinya variasi pH
darah akibat ketidak seimbangan elektrolit,
menurunnya kekebalan tubuh, perubahan fungsi
reproduksi, dilaporkan lebih sedikitnya energi yang tersedia untuk sel, ketidakseimbangan dalam
kecernaaan dan metabolisme beberapa zat nutrisi,
terganggunya mikroflora usus dan mukosa usus (Lara & Rostagno, 2013; Renaudeau et al., 2012;
Syafwan et al., 2011). Suhu lingkungan tinggi
tersebut juga dilaporkan menyebabkan terjadinya cekaman oksidatif dalam tubuh ayam, yang
menimbulkan munculnya radikal bebas yang
berlebihan (Rahman 2003). Mempertegas hasil
tersebut, Mujahid et al. (2005) mengatakan bahwa kenaikan suhu lingkungan 5oC yang melebihi
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
192
kisaran zona nyaman ayam broiler dapat
menyebabkan stres oksidatif (kondisi aktvitas
radikal bebas melebihi antioksidan) pada ayam broiler. Lin et al. (2006) menyatakan bahwa stres
oksidatif dianggap sebagai salah satu faktor utama
penyebab menurunnya kinerja produksi pada
industri ternak unggas dan menjadi faktor utama penyebab beberapa penyakit serius (Kris-Etherton
et al., 2004).
Radikal bebas merupakan suatu molekul, atom, atau grup beberapa atom yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan akan menarik
elektron dari senyawa lain di sekitarnya, misalnya dari protein, lipid, karbohidrat, dan DNA
(deoxyribo nucleat acid), yaitu senyawa yang
terdapat dalam inti sel, sehingga sel-sel ini akan
mengalami kerusakan yang akhirnya akan menyebabkan berbagai macam penyakit (Chludil et
al., 2008). Dalam konsentrasi yang tinggi, radikal
bebas akan menyebabkan stres oksidatif, suatu proses penghancuran yang dapat merusak seluruh
sel tubuh (Pham-Huy et al., 2008). Radikal bebas
secara alami sudah terbentuk di dalam tubuh melalui berbagai proses kimiawi yang kompleks.
Kondisi ini merupakan hasil sampingan dari proses
oksidasi atau pembakaran di dalam sel. Proses
kerusakan tubuh ini terjadi bila tidak diimbangi dengan kadar antioksidan tubuh yang baik.
Sehingga, untuk menekan terjadinya stres akibat
cekaman panas dapat dilakukan suplementasi antioksidan dalam pakan/air minum ayam
pedaging. Antioksidan merupakan inhibitor yang
bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi
dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil atau senyawa
yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal
bebas oksigen reaktif (Laguerre et al., 2007) atau secara sederhana antioksidan berfungsi merubah
senyawa berbahaya dalam tubuh menjadi tidak
berbahaya. Mekanisme bagaimana suhu lingkungan
yang tinggi (cekaman panas) menyebabkan stress
oksidatif pada ternak ayam pedaging adalah
dikarenakan cekaman panas dapat menyebabkan gangguan homeostasis sel dimana gangguan
homeostasis sel tersebut dimediasi oleh reactive
oxygen species (ROS) yang diproduksi oleh sel sebagai respon terhadap stressor (cekaman panas)
(Afanas’ev et al., 2010; Rocha et al., 2010). Chirag
et al. (2013) menjelaskan bahwa yang paling umum dari bentuk ROS adalah anion superoksida
(O2), hidrogen peroksida (H2O2), radikal peroxyl
(ROO) dan radikal hidroksil reaktif (OH). Izyumov
et al. (2010) melaporkan bahwa cekaman panas selain memicu produksi ROS (Reactive Oxygen
Spesies), pada saat yang sama juga memicu
produksi antioksidant enzymatic seperti catalase
(CAT), hydroperosidase (HPx), superoksida dismutase (SOD). Apabila produksi ROS melebihi
kapasitas antioksidan yang ada, maka akan
menyebabkan terjadinya stress oxidative (Turan et al., 2010; Botham et al., 2009). Meskipun
demikian, masih tetap ada ROS yang terbentuk
meskipun dalam jumlah yang kecil, oleh karena itu perlu antioksidan tambahan lain seperti vitamin E,
vitamin C, flavonoid, asam urat, dll, mengingat
rantai reaksi ROS hanya dapat dihentikan dengan
reaksi dua ROS secara bersama sehingga dua electron yang tidak berpasangan menjadi
berpasangan.
Salah satu upaya yang banyak dilakukan dalam mengatasi cekaman panas pada ayam
pedaging adalah melalui pemberian imbuhan pakan
fitogenik dari beberapa tanaman. Santos-Cervantes et al. (2007) menyatakan bahwa tanaman adalah
sumber utama metabolit bioaktif dengan aktivitas
antimutagenik dan anti karsinogenik (misalnya
fenol, quinon, glukosinolat, allyl sulfida, terpenoid, dan alkaloid), dan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki
kapasitas sebagai antioksidan. Zhang et al. (2009) mengatakan bahwa penggunaan antioksidan alami
dari ekstrak tanaman, terus mengalami peningkatan
seiring dengan pembatasan penggunaan komponen
sintesis secara global. Sahin et al. (2013) melaporkan bahwa senyawa fitogenik dalam
tanaman mampu menekan dampak negatif yang
diakibatkan oleh cekaman panas pada ternak ayam pedaging. Sementara itu, Chrpová et al. (2010)
mengemukakan bahwa komponen aktif tanaman,
yaitu polifenol, memiliki kapasitas sebagai antioksidan yang kuat. Tanin terhidrolisasi sebagai
bagian dari polifenol juga dilaporkan merupakan
sumber antioksidan yang kuat (Madrigal-Carballo
et al., 2009). Beberapa laporan terkait penggunaan imbuhan pakan fitogenik sebagai antioksidan
dalam ransum ayam pedaging sudah banyak
dilaporkan, diantaranya adalah tanaman antanan/pegagan (Centella asiatica (L.) Urban),
merupakan salah satu tanaman yang memiliki zat
aktif asam asiatik, asiatikosida, dan asam madekasik yang terbukti dapat mengatasi cekaman
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
193
pada tikus (Kumar & Gupta, 2003). Kusnadi
(2008) melaporkan bahwa penggunaan antanan
sebanyak 5 dan 10% dalam ransum dapat menekan cekaman oksidatif ayam broiler yang tercermin
dari turunnya kandungan Malondialdehyde (MDA)
hati, lemak karkas dan kolesterol plasma pada
ayam broiler yang mengalami cekaman. Tanaman kunyit juga dilaporkan memiliki fungsi sebagai
antioksidan pada ayam pedaging. Sejati (2002)
mengatakan bahwa kunyit mengandung 3% kurkumin dan 3% minyak atsiri. Ariyanto et al.
(2013) melaporkan bagaimana mekanisme kerja
kunyit pada tubuh ayam pedaging sebagai berikut, yaitu melalui peningkatan kerja organ pencernaan,
merangsang keluarnya getah pankreas yang
mengandung enzim amilase, lipase, dan protease.
Kurkumin, senyawa yang terkandung pada kunyit, berfungsi sebagai antioksidan yang bekerja pada
jaringan, terutama jaringan hati, dengan
mengurangi oksidan pada tubuh (Sidiq & Wardani, 2014). Pratikno (2010) merekomendasikan
penambahan kunyit sebanyak 400 mg/kg dalam
ransum ayam pedaging. Zhang et al. (2009) melaporkan bahwa
tanaman jahe meningkatkan aktivitas enzim
antioksidan; glutathione peroxidase (GSHPx),
superoxide dismutase (SOD), dan menurunkan tingkat Malondialdehyde (MDA) ayam broiler
yang diberi pakan dengan suplementasi jahe pada
dosis 5 g/kg. Sahin et al. (2008) melaporkan bahwa lycopene dari tomat dapat digunakan
sebagai sumber antioksidan pada pakan ayam
pedaging dan memberikan dampak positif pada
peningkatan kinerja pertumbuhan serta menekan peroksidasi lemak. Lycopene adalah pigmen
karotenoid yang dominan secara umum ditemukan
dalam buah dan sayuran, terutama tanaman tomat. Sahin et al. (2006a; 2006b) melaporkan bahwa
suplementasi lycopene memberikan dampak positif
terhadap status antioksidan dan kinerja pertumbuhan ternak puyuh yang diberi cekaman
panas. Sementara itu, Selim et al. (2013)
mengemukakan hasil penelitian pada ayam broiler
yang diberi cekaman panas, dimana dilaporkan bahwa suplementasi 5% lycopene dalam ransum
dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan, bahkan
pada level yang lebih rendah (1%), mampu meningkatkan kapasitas antioksidan total dan
menurunkan tingkat MDA. Soares et al. (2008)
melaporkan bahwa kulit buah apel kaya senyawa polifenol yang mengandung senyawa antioksidan.
Sementara itu, Heidarisafar et al. (2016)
menunjukkan bahwa penggunaan limbah kulit
apel (maximum 50 g/kg) pada pakan grower ayam pedaging memberikan dampak positif terhadap
kinerja pertumbuhan, dan memiliki potensi sebagai
antioksidan karena memiliki kemampuan dalam
menurunkan MDA serum. Sumber tanaman yang potensial lainnya
sebagai sumber antioksidan adalah daun jambu biji
(Lee et al., 2012; Rivai et al., 2010). Bintarti (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi
air daun jambu biji mempunyai aktifitas
antioksidan berkategori kuat, pada fraksi n-heksan dan etil asetat mempunyai antioksidan berkategori
sedang. Maulana et al. (2016) melaporkan bahwa
senyawa golongan flavonoid yang teridentifikasi
dalam ekstrak daun jambu biji putih (Psidium Guajava Linn) merupakan golongan senyawa
flavon yang memiliki gugus fungsi yaitu CH
alifatik, CH aromatik, C = C aromatik, C = O, OH dan C – O, dan kemungkinan gugus OH di nomor
atom C-2’, C-3 dan terdapat gugus ortodihidroksi
di nomor atom C-4’,C-5’; C-5’,C-6, serta pada atom C-7 terdapat gugus O-glikosida, dimana
hasil uji aktivitas antioksidan terhadap DPPH dari
ekstrak n-butanol daun jambu biji putih (Psidium
Guajava Linn) dapat digunakan sebagai antioksidan karena memiliki nilai IC50 sebesar
37,1402 ppm. Qian et al. (2004) melaporkan
bahwa ekstrak etanol dan ekstrak air daun jambu biji (P. guajava) mengandung kandungan total
fenol yang tinggi (575,3 ± 5,5 dan 511,6 ± 6,2 mg
ekivalen asam galat /g). Aktivitas antioksidan dari
berbagai pelarut (air, etanol, metanol, dan berbagai konsentrasi hidroethanol) untuk daun jambu biji
(P. Guajava) telah menunjukkan adanya hubungan
yang kuat antara kemampuan antioksidan ekstrak daun jambu biji dengan senyawa fenolik saat
dibandingkan dengan konten flavonoid (Seo et al.,
2014).
Imbuhan Pakan Fitogenik Sebagai Antimikroba
Alami Peternakan ayam pedaging rentan terhadap
serangan penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, parasit, jamur, lingkungan dan kekurangan
salah satu unsur nutrisi. Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh ayam pedaging terhadap serangan
penyakit, selama ini digunakan antibiotik pada
pakan. Soares et al. (2012) mengatakan bahwa
antibiotika adalah zat yang diproduksi oleh
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
194
berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur,
actinomycetes) yang mampu menekan pertumbuh-
an dan membunuh mikroorganisme lain yang
merugikan. Penggunaan antibiotika dalam pakan
juga dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
ternak. Penggunaan antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan mulai dilakukan sejak tahun 1950-an
(Schmieder & Edwards, 2012). Beberapa jenis
antibiotik yang digunakan sebagai pemacu
pertumbuhan adalah penisilin, makrolida,
sulfonamid, tetrasiklin, pleuromutilin, polipeptida,
streptogramin, carbadox, bambermycin (Becker,
2010). Tetracycline, chlortetracycline dan
oksitetrasiklin menjadi jenis antibiotika paling
banyak sering digunakan pada unggas (Ambrožič
Avguštin, 2012).
Milanov et al. (2016) menjelaskan
mekanisme yang tepat dari manfaat antibiotik
sebagai pemacu pertumbuhan ternak adalah
sebagai berikut, yaitu di sampaikan bahwa pada
hewan monogastrik, pada saluran pencernaannya,
terdapat 400-500 spesies bakteri yang berbeda,
terutama obligat anaerob seperti Bacteroides,
Bifidobacterium dan Clostridium, tetapi juga
beberapa aerob dan anaerob fakultatif (lactobacilli,
streptococci, Escherichia coli) (Richards et al.,
2005). Jumlah bakteri meningkat sepanjang bagian
saluran pencernaan, pada bagian proksimal
terdapat 103-105 CFU/gram digesta dan dalam isi
kolon sebanyak 1010-1012 CFU/g (Richards et al.,
2005; Dibner & Richards, 2005). Beberapa peneliti
melaporkan bahwa mikrobiota pada saluran
pencernaan melakukan fungsi penting dalam
proses metabolisme, sintesis asam lemak rantai
pendek dan vitamin esensial (B dan K), dan
mempengaruhi kesehatan dan kinerja dari hewan
monogastrik inang (Richards et al., 2005; Dibner
& Richards, 2005). Proporsi mikrobia saluran
pencernaan terhadap jumlah sel-sel usus ternak
inang rata-rata 10:1, itulah sebabnya mengapa
mikrobiota saluran pencernaan bersaing dengan
sel inang dalam pemanfaatan zat gizi pakan.
Dengan demikian, pemberian antibiotik untuk
menekan jumlah mikrobiota saluran pencernaan
akan menghasilkan lebih banyak komponen pakan
yang tersedia untuk ternak inang. Selain hal
tersebut, Modi et al. (2011) melaporkan bahwa
beberapa produk metabolisme mikrobiota pada
saluran pencernaan juga dilaporkan merupakan
senyawa beracun, seperti amonia, amina, fenol dan
indola, yang semuanya akan menghambat
pertumbuhan ternak. Bahkan, keberadaan
mikrobiota menyebabkan penebalan lamina propria
di dinding usus dan villi, sehingga berdampak pada
menurunnya kecernaan nutrisi zat gizi pakan.
Maraknya pelarangan penggunaan anti-
biotika dalam pakan secara global, telah banyak
merangsang para peneliti untuk mencari alternatif
antibiotika alami. De Lange et al. (2010)
mengatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah
penelitian yang signifikan yang difokuskan pada
pencarian alternatif antibiotik sebagai antimikroba
dan pemacu pertumbuhan yang memiliki efek
serupa dengan antibiotika namun tidak menyebab-
kan resistensi bakteri dan menimbulkan dampak
negatif berupa efek samping yang merugikan pada
ternak. Diantaranya adalah dengan menggunakan
asam organik (De Lange et al., 2010), enzim
(Bedford & Cowieson, 2012), probiotik (Musa et
al., 2009), prebiotik (Gibson et al., 2004), peptida
antimikroba (Choi et al., 2013) dan senyawa
fitogenik (Gong et al., 2014; Randrianarivelo et
al., 2010; Windisch et al., 2008), yang telah secara
luas diakui sebagai alternatif potensial untuk
antibiotik dalam pakan. Athanasiadou et al. (2007)
melaporkan bahwa imbuhan pakan fitogenik
potensial untuk menjadi alternatif pengganti
antibiotika karena mampu menekan bakteri
patogen dalam usus.
Aktivitas antimikroba imbuhan pakan
fitogenik sangat ditentukan oleh karakteristik
fisiko-kimia senyawa tanaman (Muthusamy &
Sankar, 2015). Hasil studi menunjukkan bahwa
aktivitas antibiotika dalam mengkontrol bakteri
patogen melalui penyerangan mesin biosintesis
dari dinding sel bakteri yang menjadi target paling
banyak yang diserang oleh senyawa antimikroba
(Faleiro, 2011; Yap et al., 2014). Minyak esensial
sebagai komponen fitogenik dari ekstrak tanaman
dilaporkan juga dapat merusak kedua dinding sel
bakteri (termasuk membran) dan sitoplasma.
Sehingga dengan sifatnya tersebut minyak
essensial dari ekstrak tanaman dianggap potensial
sebagai alternatif antibiotik dalam sistem produksi
ternak (Delaquis et al., 2002). Beberapa peneliti
juga telah melaporkan bahwa minyak essensial
yang terkandung dalam imbuhan pakan fitogenik
mengandung sebagian besar zat bioaktif dari
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
195
tanaman yang meliputi carvacrol, eugenol, thymol,
capsaicin, cineole dan sebagainya yang banyak
dilaporkan memiliki sifat sebagai antibakteri,
antijamur, antiviral dan anti coccidial (Farag et al.,
2016; Patil & Patil, 2016; Dragan et al., 2014;
Gopi et al., 2014; Oyuntsetseg et al., 2014;
Giannenas & Kyriajakis, 2009; Windisch et al.,
2008). Minyak esensial yang mengandung
persentase komponen fenolik yang tinggi
(misalnya carvacrol dan thymol) menunjukkan
memiliki kapasitas penghambatan bakteri yang
lebih tinggi dibandingkan dengan minyak essensial
yang mengandung, sebagai contoh monoterpenis
alkohol linalool alkohol (Penalver et al., 2005).
Ultee et al. (2002) menjelaskan bahwa
minyak esensial mampu meningkatkan
permeabilitas membran sel bakteri yang
mengakibatkan kebocoran isi sel dan akhirnya
membunuh sel. Kebocoran biasanya terjadi melalui
degradasi dinding sel, kerusakan membran
sitoplasma, koagulasi sitoplasma dan
penghancuran protein membran. Kemampuan
menekan bakteri dari minyak essensial terhadap
bakteri gram positif dan negatif berbeda, seperti
dijelaskan oleh Trombetta et al. (2005), yang
menyatakan bahwa sekitar 90-95% dinding sel
bakteri Gram-positif (G+), terdiri dari
peptidoglikan yang memungkinkan molekul
hidrofobik, dengan mudah menembus sel, dan
menyerang pada dinding sel, atau sitoplasma. Saat
memasuki sel, senyawa fenolik dapat mengganggu
enzim yang terlibat dalam produksi energi pada
konsentrasi yang lebih rendah, dan mendenaturasi
protein pada konsentrasi yang lebih tinggi. Di sisi
lain, lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram-
negatif (G−) tebalnya hanya 2-3 mm, dan hanya
membentuk 20% dari berat kering sel. Terdapat
suatu membran yang terletak di luar lapisan
peptidoglikan, dimana terdiri dari lapisan ganda
fosfolipid, yang dihubungkan erat oleh lipoprotein
Braun ke membran dalam. Umumnya, bakteri
bakteri gram negatif, lebih tahan terhadap minyak
essensial daripada bakteri bakteri gram positif, hal
ini dikarenakan terdapatnya membran luar tebal
dalam bakteri gram negatif, yang membuatnya
memiliki lapisan tambahan perlindungan. Lambert
et al. (2001) menerangkan bahwa aktivitas minyak
essensial pada sel mikroba bervariasi tergantung
lokasi gugus hidroksil atau alkil fungsional
mereka. Misalnya, timol dan carvacrol, dua
terpenoid umum, memiliki efek antimikroba, yang
serupa tetapi bertindak berbeda terhadap bakteri G
+ atau G−, tergantung pada lokasi dari satu atau
lebih grup fungsional dalam dua molekul tersebut.
Grup hidroksil dari terpenoid fenolik, dan
terdapatnya elektron terdelokalisasi, merupakan
elemen penting pada seberapa besar kemampuan
aktiivitas antimikroba minyak essensial (Ultee et
al., 2002; Lambert et al., 2001).
Beberapa peneliti melaporkan terkait
pengujian aktivitas antimikroba dari minyak
essensial secara in vitro yang mampu menghambat
bakteri E. coli, Salmonella sp, Clostridium
perfringens (C. Perfringens) (Jugl-Chizzola et al.
2005; Penalver et al. 2005; Ben Arfa et al. 2006).
Beberapa penelitian dengan ternak unggas
menunjukkan secara jelas bahwa terjadi
pengurangan C. Perfringens di jejunum dan sekum
ayam pedaging yang diberi campuran komponen
minyak essensial (Mitschet et al., 2004). Sebuah
penelitian untuk menguji efisiensi carvacrol,
thymol, trans-cinnamaldehyde dan tetrasodium
pyrophosphate pada radiosensitisasi E. coli dan
Salmonella typhi pada dada ayam, menunjukkan
bahwa senyawa aktif ini membantu mengurangi
secara signifikan jumlah E. coli dan S. typhi
(Lacroix et al., 2004). Sehingga, penambahan
minyak essensial ke dalam pakan memberikan dua
manfaat sekaligus, yaitu mengurangi mikroba
dalam saluran pencernaan juga meningkatkan
kehigienisan karkas yang dihasilkan dari mikroba
(Aksit et al., 2006).
Laporan penelitian terkait penggunaan
ekstrak tanaman sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan C. Perfringens sudah
banyak dilaporkan. Dahiya et al. (2006)
melaporkan bahwa minyak essensial dari rhizoma
kunyit (Curcuma longa) dan Eugenol dari cengkeh
(Syzygium aromaticum) mampu menekan
pertumbuhan C. Perfringens. Bakteri C.
Perfringens juga dilaporkan dapat dihambat oleh
Astaxanthin dari alga merah (Haematococcus
Pluvalis) (Waldenstedt et al., 2003), Lupulone dari
tanaman hops (Humulus lupulus) (Siragusa et al.,
2008). Becker & Galletti (2008) melaporkan
bahwa beberapa tanaman mampu menekan
pertumbuhan bakteri E. coli, yaitu Artichoke
(Cynara cardunculus var scolymus); biji wijen
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
196
(Sesamum indicum); ekstrak Palm kernel
(Aracaceae elais); tomat (Solanum lycopersicum).
Bakteri E. coli juga dilaporkan dapat ditekan
pertumbuhannya oleh ekstrak jambu biji (Psidium
Guajava) (Geidam et al., 2005).
Daun jambu biji (Psidium guajava L)
dilaporkan oleh Biswas (2013) sebagai bagian dari
tanaman yang mengandung senyawa antimikroba,
yaitu tanin, minyak essensial (eugenol), minyak
lemak, resin, triterpenoid, flavonoid, asam malat.
Senyawa antimikroba pada daun jambu biji
memiliki kemampuan dalam menekan bakteri gram
positif dan negatif (Biswas, 2013). Kaneria &
Chanda (2011) mengatakan juga bahwa daun
jambu biji mengandung fitokimia dengan spektrum
yang luas termasuk mineral, enzim, protein,
alcohol sesquiterpenoid, asam triterpenoid,
alkaloid, glikosida, steroid, flavanoids, tanin,
saponin (Haida et al., 2011). Ryu et al. (2012) juga
melaporkan bahwa jambu biji sangat kaya akan
lutein, zeaxanthine, dan lycopene. Selain itu, tiga
flavonoid (quercetin, avicularin, dan guaijaverin)
dilaporkan terkandung pada daun jambu biji
(Psidium guajava) (Huang et al., 2011). Flavonoid
yang diekstrak dari daun jambu biji termasuk
morin-3-O-lyxoside, morin-3-O-arabinoside,
quercetin, dan quercetin-3-O-arabinoside dilapor-
kan memiliki aktivitas antibakteri yang kuat
(Arima & Danno 2002). Secara kuantitatif, daun
jambu biji (Psidium guajava) mengandung
sejumlah besar polifenolik terlarut (mg/g) asam
galat (348), catechin (102), epicatechin (60), rutin
(100), quercetin (102), dan rutin (100) (Chen et al.,
2009).
Gallocatechin yang diisolasi dari ekstrak
metanol daun jambu biji menunjukkan aktivitas
antimutagenik terhadap Escherichia coli (Manosroi
et al., 2006). Limsong et al. (2004) melaporkan
bahwa Senyawa flavonoid aktif - quercetin-3-
Oalpha- l-arabinopyranoside (guaijaverin) – yang
diekstraksi dari daun jambu biji mampu
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
Lin et al. (2002) melaporkan bahwa ekstrak daun
jambu biji (P. Guajava) menunjukkan aktivitas
penghambatan terhadap tiga spesies Salmonella;
Shigella flexneri, Shigella virchow, dan Shigella
dysenteriae, dan dua varietas E. coli enteropatik.
Hasil penelitian lainnya, menunjukkan bahwa
jambu biji menunjukkan aktivitas antibakteri yang
signifikan terhadap bakteri penyebab diare yang
disebabkan oleh bakteri seperti Staphylococcus
spp., Shigella spp., Salmonella spp., Bacillus spp.,
E. coli, Clostridium spp., dan bakteri pembusuk
makanan seperti Pseudomonas spp. (Hidetoshi &
Danrio, 2002; Abdeirahirn et al., 2002). Ekstrak air
dari jambu biji (Psidium Guajava) dilaporkan
lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
patogen Proteus mirabilis, Streptococcus
pyogenes, Escherichia coli, Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa daripada ekstrak
organik (Abubakar, 2009).
Imbuhan Pakan Fitogenik Sebagai
Immunostimulan Ternak ayam pedaging, seperti hewan lain,
memiliki mekanisme pertahanan tubuh melalui
sistem pertahanan berupa respon imun nonspesifik
dan spesifik untuk merespon adanya potensi
infeksi ancaman dari bakteri, virus, parasit, dan
bahan antigenik lainnya. Dua jenis respon imun
adalah yang bersifat bawaan (innate) (tidak
spesifik), serta yang diperoleh dari luar (acquaired)
(spesifik). Kedua tipe respons ini biasanya
terkoordinasi; serangan patogen awalnya diproses
oleh sistem imun bawaan (innate), dan, jika perlu,
acquaired respons kemudian diaktifkan (Erf,
2004). Tanaman obat dilaporkan dapat mem-
pengaruhi mekanisme pertahanan atau sistem
imunitas tubuh yang meliputi sistem imunitas
spesifik dan nonspesifik (Spelman et al., 2006).
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak dari
serangan penyakit, tanaman sebagai sumber
imbuhan pakan fitogenik banyak digunakan
sebagai immunostimulan dalam pakan.
Imunostimulan merupakan zat yang mendorong
dan menopang sistem kekebalan tubuh dalam
merespon benda asing yang masuk ke dalam tubuh,
zat imunostimulan tersebut dapat berupa alami dan
buatan (Baratawidjaja, 2002).
Kidd (2004) menegaskan bahwa zat gizi dari
pakan merupakan sumber penopang kekebalan
utama pada ternak unggas. Wallace et al. (2010)
menjelaskan bahwa mekanisme imbuhan pakan
fitogenik dalam meningkatkan kekebalan tubuh
ternak dapat dijelaskan secara umum sebagai
akibat dari meningkatnya kesehatan usus, sehingga
ternak inang tidak terpapar oleh racun mikroba
atau metabolit lain yang tidak diinginkan,
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
197
misalnya, amonia dan amina biogenik (produk
fermentasi mikroba dalam usus). Konsekuaensi-
nya, imbuhan pakan fitogenik dapat meningkatkan
kemampuan usus dalam menyerap zat nutrisi,
dimana dengan demikian, membantu ternak
tumbuh lebih baik di dalam potensi genetiknya.
Dengan kata lain, dalam pandangan Block & Mead
(2003), penggunaan imbuhan pakan fitogenik
sebagai imunostimulant, bermaksud menekan atau
mengurangi efek virus dan bakteri intraseluler,
mengatasi imunodefisiensi, serta merangsang
pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam
sistem imunitas.
Tizard (2000) mengatakan bahwa bahan
yang dapat menstimulasi sistem imun disebut
biological response modifiers (BRM), dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu bahan biologis dan
sintetik. Yang termasuk bahan biologis diantaranya
adalah sitokin (interferon), hormon timus dan
antibodi monoklonal, sedangkan bahan sintetik
antara lain adalah senyawa muramil dipeptida
(MDP) dan levamisol. Wiedosari (2007)
menjelaskan bahwa secara prinsip, kerja sistem
imun dalam menghadapi invasi bahan asing dari
luar tubuh bekerja secara serempak, dengan sel
limfosit T-helper (Th)CD4+ sebagai pengatur
utamanya. Dengan kata lain, suseptibilitas dan
resistensi hewan terhadap infeksi mikroba sangat
tergantung pada aktivasi dari sel ThCD4+ yang
berdiferensiasi menjadi 2 kelompok berdasarkan
pola sekresi sitokin, yakni pola respon Th1 dan
pola respon Th2. Tizard (2000) mengatakan
bahwa sitokin merupakan protein pembawa pesan
kimiawi, atau mediator komunikasi interseluler
yang berperan mengendalikan respon imun baik
pada sistem imunitas seluler maupun humoral.
Beberapa tanaman/herbal dan minyak
essensial dilaporkan memiliki kemampuan
meningkatkan kekebalan tubuh seperti ekspresi
limfosit, fagositosis, modulasi sitokin dan sekresi
imunoglobulin, pelepasan histamin dan sebagainya
(Mahima et al., 2012). Tanaman herbal memiliki
beberapa efek pada sistem kekebalan tubuh ternak
melalui stimulasi dan penekanan pada indikator
mekanisme pertahanan non-spesifik, humoral dan
kekebalan seluler (Talazadeh et al., 2016).
Kiczorowska et al. (2017) mengatakan bahwa pada
ternak monogastrik, mukosa saluran pencernaan
adalah garis pertahanan dalam melawan patogen.
Untuk melawan agen infeksi dan agen yang
berpotensi berbahaya, sistem kompleks dari
jaringan limfatik submukosa dan mukosa (GALT -
Gutassociated lymphoid tissue) telah berkembang
di usus. GALT terdiri lebih dari 75% dari semua
sel limfoid dari seluruh sistem kekebalan tubuh.
Sekitar 80% dari semuanya, imunoglobulin, dan
50% limfosit diproduksi di usus. Ciri khas sistem
GALT adalah produksi antibodi IgA, yang
disekresikan pada permukaan mukosa, dengan
fungsi utama untuk menangkap antigen, dan
mencegah lintasan antigen melalui mukosa.
Antigen ditangkap oleh antigen presenting cells
(APC) khusus, yang mengeluarkan sitokin yang
sesuai (Butler & Sinkora, 2013; Uddin et al.,
2013). Penggunaan imbuhan pakan fitogenik,
sebagai immunostimulant pada ternak, dapat
berkontribusi pada modifikasi morfologi dan
histologi saluran pencernaan, melalui
pemanjangan villi dan pendalaman bagian dalam
usus, aktivasi tol-like reseptor, menangkap
luminal oleh sel dendritik, atau stimulasi sel epitel
dan pelepasan sitokin proinflamasi di mukosa
(Kumar et al., 2014).
Frankic et al. (2009) mengatakan bahwa
sistem kekebalan tubuh umumnya mendapat
manfaat dari tanaman yang kaya vitamin C,
karotenoid, dan flavonoid, tanaman dengan
komponen aktif tersebut yang tinggi, dapat
meningkatkan aktivitas limfosit, makrofag, dan sel
Natural Killer (NK), juga meningkatkan fagositosis
atau merangsang sintesis interferon. Beberapa
ekstrak tanaman dilaporkan memiliki efek yang
positif dalam meningkatkan imunitas ayam
pedaging. Polisavone dari ekstrak alfalfa,
meningkatkan Imunitas ayam pedaging (Dong et
al., 2007). Hikosaka et al. (2007) melaporkan
bahwa aktivitas fagositik leukosit darah ayam yang
diberikan ekstrak gula tebu atau fraksi kaya
polifenol dari ekstrak tebu (500 mg/kg/hari) selama
3 hari berturut-turut meningkat secara nyata bila
dibandingkan dengan kontrol. Tan et al. (2004)
melaporkan bahwa saponin ginseng steroid dapat
merangsang sistem kekebalan tubuh dengan
produksi sitokin (TNF-α, IL-2, IL6, dan INF-γ),
limfosit dan aktivitas makrofag. Pramod-rawat et
al. (2012) telah membuat daftar tanaman yang
memiliki sifat sebagai immunostimulan, yaitu
sebagai berikut: lidah buaya (Aloe vera); bawang
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
198
putih (Allium sativam); seungumcho (Angelica
gigas); shatavari akar (Asparagus racemosus);
mimba (Azadirachta Indica); kunyit (Curcuma
longa) ; malaka (Emblica officinalis); beringin
india (Ficus benghalensis); daun pepe (Gymnema
sylvestre); mangga (Magnifera indica) srigading
(Nyctanthes Arbortristis); kemangi (Ocimum
sanctum); ginseng (Panax ginseng); kemloko
(Phylanthus Emblica); jarak (Ricinus communis) ;
brotowali (Tinospora cordifolia); Tricosanthes
dioica; pulutan (Urena lobata); ginseng india
(Withania somnifera).
Ramuan tanaman obat alami (jahe merah,
sambiloto, temulawak, kunyit, temuireng, daun dan
buah mengkudu) sebagai imbuhan pakan (feed
additives) dilaporkan mengandung zat aktif yang
dapat berfungsi sebagai immunostimulant
(Zainuddin et al., 2013). Bahan dari tanaman
lainnya yang potensial sebagai sumber
immunostimulan adalah daun jambu biji. Noer
Laily et al. (2015) melaporkan bahwa senyawa
polifenol dalam ekstrak daun jambu biji dapat
bertindak sebagai imunostimulan yang dapat
menyebabkan peningkatan sistem kekebalan tubuh.
Daun jambu biji memiliki potensi besar untuk
dikembangkan sebagai immunostimulant, karena
pertama, banyak dan mudah tersedia. Kedua,
proses ekstraksi daun jambu biji bisa dilakukan
dengan mudah, dengan biaya murah. Ketiga,
ekstrak daun jambu biji mengandung antioksidan
tingkat tinggi (78-201 (mg BHA eqv/g), senyawa
fenolik (101 mg GAE/g) dan aktivitas biologis
sebagai agen imunostimulan. Berdasarkan hasil
pengukuran kadar total fenol, aktivitas antioksidan
dan imunostimulan, senyawa aktif daun jambu biji
yang diduga memiliki aktivitas sebagai agen
imunostimulan tidak hanya polifenol semata (Noer
Laily et al., 2015). Shabbir et al. (2016)
menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji
memiliki efek imunostimulan pada kedua
komponen sistem kekebalan tubuh yaitu imunitas
seluler dan humoral.
Fitogenik bermanfaat pada peningkatan
kinerja ternak unggas dan meningkatkan aktivitas
kekebalan tubuh, dan potensial sebagai anti-
inflamasi (Acamovic & Brooker 2005).
Hashemipour et al. (2013) melaporkan bahwa
suplementasi pakan dengan timol dan carvacrol
meningkatkan respon imun ayam pedaging.
Mohiti-Asli & Ghanaatparast-Rashti (2017)
melaporkan hasil pengujian pada ayam pedaging
bahwa titer antibodi terhadap SRBC (sheep red
blood cell) meningkat dengan suplementasi 300
ppm minyak essensial oregano (Origanum
vulgare subsp. Hirtum). Penggunaan imbuhan
pakan bubuk ketumbar dan kunyit kering pada
level 0,75% atau campuran keduanya memiliki
efek immuno-modulatory pada ayam broiler dan
bisa digunakan di daerah dengan risiko tinggi
infeksi virus karena akan membantu memaksimal-
kan manfaat vaksin (Zaki et al. 2016). Attia et al.
(2017) melaporkan bahwa imbuhan pakan
fitogenik kunyit (Curcuma longa Linn.) dapat
digunakan pada 1 kg / ton pakan ayam pedaging
sebagai alternatif pengganti mangan oligosakarida
(MOS) atau oxytetracyclines (OTC) dengan
indeks efisiensi produksi dan status kesehatan
ayam broiler yang tidak berbeda. Suplementasi 1%
biji kelor (Moringa oleifera) di dalam pakan ayam
broiler menunjukkan dampak positif pada
pertumbuhan, kekebalan dan biokimia serum
(Ahmad et al., 2018).
Al-Mufarrej (2014) menunjukkan bahwa
suplemen biji jintan hitam pada dosis 1% atau
1,4% akan meningkatkan daya respon imun pada
ayam broiler. Penambahan aditif kunyit 0,5%
berupa tepung kunyit, fermentasi ampas kunyit dan
ampas kunyit dalam ransum dapat meningkatkan
total leukosit, limfosit dan eosinofil namun
menurunkan neutrofil pada ayam kampung super
(Setiyanto et al., 2017). Begum et al. (2014)
melaporkan bahwa terjadi peningkatan IgG pada
broiler ketika dilakukan suplementasi 0,1%
campuran herbal yang terdiri dari Phlomis
umbrosa Turez, Cynancum wilfordii Hem,
Zingiber officinale Rosc dan Platycodi Radix pada
ransum. Laporan penelitian (Mushtaq et al., 2012;
Pant et al., 2012) menunjukkan bahwa
penambahan 10 atau 20 g ekstrak tanaman ginseng
india (Withania somnifer, mengandung senyawa
bioaktif withanolides (lakton steroid)) per liter air
yang diberikan pada ayam broiler memiliki
manfaat dalam meningkatkan hemoglobin, jumlah
sel darah putih dan titer antibodi melawan penyakit
virus seperti infectious bursal disease (IBD) dan
infectious bronchitis yang menunjukkan
peningkatan profil hematologi dan status
imunologi ternak unggas. Hasil penelitian
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
199
melaporkan bahwa penambahan 6 gram biji adas
anis (Pimpinella anisum) per kilogram ransum
memberikan dampak pada peningkatan titer
antibodi terhadap virus penyakit newcastle desease
(ND) dan infectious bronchitis (IB) pada ayam
broiler (Alhajj et al., 2014).
Imbuhan Pakan Fitogenik Sebagai Pemacu
Pertumbuhan Beberapa peneliti (Stanacev et al., 2011;
Dhama et al., 2014; 2015) melaporkan bahwa
penggunaan imbuhan pakan fitogenik dala m
pakan dapat meningkatkan kinerja, memperbaiki
konversi pakan, dan meningkatkan keamanan dan kualitas daging yang dihasilkan. Dampak positif
penggunaan imbuhan pakan fitogenik dalam
meningkatkan kinerja pertumbuhan terkait dengan kemampuannya yang memiliki efek menguntung-
kan pada pemanfaatan zat nutrisi melalui dengan
kemampuannya dalam menstimulasi enzim pencernaan seperti lipase, amilase, atau protease
(Platel & Srinivasan, 2004) serta meningkatkan
ekosistem mikrobiota dengan mengkontrol bakteri
patogen pada saluran pencernaan (Hashemi & Davoodi, 2011; Jamroz et al., 2006).
Penggunaan imbuhan pakan fitogenik dalam
ransum ayam pedaging sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti, berikut adalah dosis penggunaan
imbuhan pakan fitogenik yang memberikan
dampak positif bagi peningkatan kinerja produksi.
0,3 g/kg Ekstrak oregano atau ekstrak rosemary (Basmacioglu et al. 2004), 0,1 g/kg ekstrak timol
atau 0,2 g/kg carvacol (Lee et al., 2003), 1 g/kg
ekstrak thyme (Sarica et al., 2005), 0,2 % Cinnamon (Al-Kassie, 2009), 0,2 % minyak
essensial thyme (Denli et al., 2004), 1% biji jinten
hitam (Khalaji et al., 2011). Untuk melihat sejauh mana dampak penggunaan imbuhan pakan
fitogenik dalam meningkatkan kinerja produksi
(peningkatan pertambahan bobot hidup dan
efisiensi penggunaan ransum), penulis sajikan daftar pengaruh penggunaan imbuhan pakan
fitogenik dalam ransum terhadap kinerja produksi
ayam pedaging pada Tabel 1. Pada daftar Tabel 1 ditunjukkan bahwa imbuhan pakan fitogenik di
beberapa negara sudah diproduksi secara
komersial, hal itu terlihat dari banyaknya laporan studi terkait penggunaan imbuhan pakan fitogenik
komersial, dengan merek dagang tertentu, yang
diujicobakan pada ransum ayam pedaging. Hal ini
sebagai bukti bahwa imbuhan pakan fitogenik
secara global sudah dijadikan salah satu alternatif
pengganti antibiotika yang serius dikembangkan
serta sudah di industrialisasi. Imbuhan pakan fitogenik komersial diproduksi dengan mengguna-
kan bahan dari senyawa senyawa fitogenik
tanaman yang umumnya mengandung minyak
esensial, thymol, carvacrol, anethol, limonen, sebagai bahan aktif utama. Penggunaan imbuhan
pakan fitogenik bervariasi antar setiap jenis
imbuhan pakan fitogenik dengan dampak peningkatan terhadap kinerja produksi ayam
broiler yang juga variatif. Daun jambu biji dan biji
jintan hitam juga dilaporkan pula memiliki dampak positif bagi peningkatan kinerja produksi ayam
broiler (Tabel 1).
Peluang Pengembangan Imbuhan Pakan
Fitogenik di Indonesia
Secara nasional di Indonesia, dalam kurun waktu 20 tahun (1994-2015), produksi daging asal
ternak unggas memiliki pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daging asal ternak
sapi/kerbau maupun kambing/domba, seiring dengan semakin membaiknya pendapatan
masyarakat, membuat konsumsi terhadap produk
peternakan cenderung turut meningkat (Priyono & Priyanti, 2018). Secara khusus Priyono & Priyanti
(2018) meberikan penegasan bahwa daging ayam
ras pedaging memiliki laju pertumbuhan yang
paling tinggi sebesar 6,67%/tahun dibandingkan dengan daging lainnya. Hal ini selaras dengan
industri perunggasan yang berkembang sangat
pesat dalam memenuhi kebutuhan daging masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.
Data statitika peternakan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian mencatat bahwa
produksi daging dari ternak ayam pedaging secara
nasional di tahun 2016 mencatat sebesar 1,9 juta
ton. Besarnya data produksi daging ayam pedaging serta kenaikan produksi daging unggas dan ayam
pedaging yang besar di atas, menunjukkan bahwa
betapa besarnya kenaikan produksi daging unggas dan daging ayam pedaging secara nasional, dalam
setiap tahunnya. Seluruh proses produksi budidaya
dalam memproduksi daging unggas dan daging ayam pedaging tersebut, seluruhnya dilakukan di
dalam negeri. Artinya kebutuhan dalam negeri
akan alternatif pengganti antibiotika dalam pakan
unggas atau ayam pedaging sangat besar adanya.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
200
Tabel 1. Pengaruh penggunaan imbuhan pakan fitogenik dalam ransum terhadap kinerja produksi ayam pedaging
No Jenis tanaman/ senyawa aktif Dosis
Pengaruh perlakuan
dibandingkan Kontrol 1) Pustaka
Pertambahan
Bobot Hidup
Efisiensi
Penggunaan
Ransum
1 Minyak esensial thyme dan adas anis 250 g/kg + 3,72 % + 5,75 % Cho et al., 2014
2 Campuran oregano, adas manis dan minyak
esensial jeruk dengan carvacrol, anethol dan
limonen sebagai bahan aktif utama dan
frukto-oligosakarida yang bertindak sebagai
carrier
125
mg/kg
+ 2,57 % + 6,75 Mountzouris et al.,
2011
3 Kombinasi dari ekstrak tanaman Foeniculum
vulgarae var.dulcemil; Melissa officinalis L;
Mentha arvensis L.; Pimpinella anisum L.;
Quercus cortex; Syzy-gium aromaticum L.
dan Thymusvulgaris L.
150
mg/kg
+ 6,20 9,94 Wati et al., 2015
4 Minyak essensial dari tanaman mint
(Mentha arvensis), adas bintang (Illicium verum) dan
cengkeh (Syzygium aromaticum), dicampur
dengan (silicium dioxide)
dan natrium klorida) sebagai agen pembawa.
100
mg/kg
+ 7,5 % + 5,17% Paraskeuas et al.,
2017
5 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
Bedgen 40® yang mengandung ekstrak
Cynara scolymus dan kolin klorida
150 g/ton + 3,8% + 3.5% Hassan et al., 2015
6 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
BIOSTRONG® 510, (Austria)yang berasal
dari campuran minyak esensial, dengan
timol dan anethole sebagai zat aktif utama.
150
mg/kg
+ 1,7% + 3,26% Amad et al., 2013
7 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
Biomin PEP 1000 (Biomin® GmbH
Austria) yang berasal dari minyak essesnail oregano, adas manis, dan minyak jeruk
1000
g/ton
+ 2,5% + 2,8% Vukić-Vranješ et
al., 2013
8 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
Imunostart®, M Cassab (terdiri dari ekstrak
kunyit, ekstrak jeruk, dan ekstrak biji
anggur).
500-700
g/ton
+ 0,65% + 1,16 % Pelícia et al., 2013
9 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
BIOSTRONG® 510, (Austria)yang berasal
dari campuran minyak esensial, dengan
timol dan anethole sebagai zat aktif utama.
1500
mg/kg
+ 3% + 7,2% Amad et al., 2011
10 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
Biomin PEP 1000 (Biomin® GmbH Austria)
yang berasal dari minyak essesnail oregano,
adas manis, dan minyak jeruk
125 g/ton + 3,5% + 2% Peric et al., 2010
11 Biji jintan hitam 5% + 8,71 + 11,31 Khan et al., 2012
12 Imbuhan pakan fitogenik komersial merek
BIOSTRONG® 510, (Austria) yang berasal
dari campuran minyak esensial, dengan
timol dan anethole sebagai zat aktif utama.
250
mg/kg
+ 3,72% + 5,75% Cho et al., 2014
13 Daun jambu biji 1% + 4,18 + 9,09 Mahmoud et al.,
2013
Keterangan : 1) Mengalami kenaikan/perbaikan
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
201
Peluang Pengembangan Imbuhan Pakan
Fitogenik di Indonesia
Secara nasional di Indonesia, dalam kurun
waktu 20 tahun (1994-2015), produksi daging asal
ternak unggas memiliki pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daging asal ternak
sapi/kerbau maupun kambing/domba, seiring
dengan semakin membaiknya pendapatan
masyarakat, membuat konsumsi terhadap produk
peternakan cenderung turut meningkat (Priyono &
Priyanti, 2018). Secara khusus Priyono & Priyanti
(2018) meberikan penegasan bahwa daging ayam
ras pedaging memiliki laju pertumbuhan yang
paling tinggi sebesar 6,67%/tahun dibandingkan
dengan daging lainnya. Hal ini selaras dengan
industri perunggasan yang berkembang sangat
pesat dalam memenuhi kebutuhan daging
masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.
Data statitika peternakan yang dikeluarkan oleh
direktorat jenderal peternakan dan kesehatan
hewan, kementerian pertanian mencatat bahwa
produksi daging dari ternak ayam pedaging secara
nasional di tahun 2016 mencatat sebesar 1,9 juta
ton. Besarnya data produksi daging ayam pedaging
serta kenaikan produksi daging unggas dan ayam
pedaging yang besar di atas, menunjukkan bahwa
betapa besarnya kenaikan produksi daging unggas
dan daging ayam pedaging secara nasional, dalam
setiap tahunnya. Dimana seluruh proses produksi
budidaya dalam memproduksi daging unggas dan
daging ayam pedaging tersebut, seluruhnya
dilakukan di dalam negeri. Artinya kebutuhan
dalam negeri akan alternatif pengganti antibiotika
dalam pakan unggas atau ayam pedaging sangat
besar adanya.
Penelitian terkait pencarian jenis tanaman
yang potensial untuk digunakan sebagai bahan
imbuhan pakan fitogenik sebagai pengganti
antibiotika dalam pakan dilaporkan sudah cukup
lama dilakukan oleh para peneliti di Indonesia,
khususnya di Balai Penelitian Ternak, lembaga
penelitian nasional yang memiliki mandat dalam
melakukan penelitian terkait peternakan. Beberapa
tanaman yang telah diteliti adalah tanaman Aloe
vera (Purwadaria et al., 2001; Bintang et al., 2001;
Sinurat et al., 2003; Sinurat et al., 2004; Sinurat,
2013), Curcuma xanthorrhiza (Sinurat et al.,
2009), jahe merah, sambiloto, temulawak, kunyit,
temuireng, daun dan buah mengkudu (Zainuddin et
al., 2013). Sinurat et al. (2018) melaporkan telah
melakukan kajian kemampuan dari beberapa
ekstrak tanaman dalam kaitannya sebagai alternatif
pengganti AGP, tanaman yang diteliti adalah daun
Binahong (A. cordifolia), daun cengkeh (S.
aromaticum), daun jambu biji (P. Guajava), biji
lerak (S. rarak), kulit buah (G. mangostana), daun
meniran (P. Urinaria), kulit kacang mete (A.
occidetale), daun Neem (A. indica), daun mindi
(M. Azedarach), minyak biji kapok (C. pentandra),
daun salam (S. polyanthum), daun sirih (P. betel)
dimana di laporkan bahwa asap cair dari kulit
kacang mete dan ekstrak daun cengkeh dilaporkan
memiliki potensi tertinggi sebagai antioksidan,
antibiotik dan anti-jamur (Sinurat et al., 2018).
Sinurat et al. (2018) mengatakan bahwa
sebagian besar penelitian pencarian jenis tanaman
sebagai pengganti antibiotika mempelajari
efektivitas bioaktif yang diperoleh dari bahan
tunggal dan hasilnya belum diterapkan dalam
industri peternakan secara komersial karena
beberapa faktor seperti: variabilitas pada
efektivitas, biaya produksi tinggi atau terlalu mahal
jika dibandingkan dengan antibiotic growth
promotor (AGP) komersial, hal ini apabila
dibandingkan ketika penggunaan AGP masih
diperbolehkan di Indonesia. Saat ini penggunaan
AGP sudah dilarang, sehingga terbuka peluang
penggunaan imbuhan pakan fitogenik dalam
ransum unggas serta terbukanya juga peluang
untuk industrialisasi atau komersialisasi imbuhan
pakan fitogenik di Indonesia.
Dalam mendukung produksi optimum ayam
pedaging di Indonesia sebagai negara tropis, maka
imbuhan pakan fitogenik yang diharapkan adalah,
pertama, memiliki kemampuan sebagai antioksidan
yang kuat untuk menghambat terjadinya stress
oksidatif ketika terjadi cekaman panas akibat suhu
lingkungan yang tinggi. Kedua, memiliki
kemampuan sebagai immunostimulant, dalam
rangka meningkatkan daya tahan tubuh ayam
pedaging terutama ketika kondisi musim hujan
yang rentan dengan serangan penyakit akibat dari
virus, bakteri dan jamur sebagai dampak dari
buruknya kondisi lingkungan. Ketiga, memiliki
aktivitas sebagai anti bakteri yang kuat, untuk
menunjang kesehatan saluran pencernaan usus
ayam pedaging. Sehubungan kesehatan saluran
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
202
pencernaan merupakan pangkal dari tercapainya
kinerja produksi optimum serta diraihnya kesehtan
ternak yang optimum pula. Karena kondisi
kesehatan saluran pencernaan merupakan salah
satu faktor utama dari besaran asupan zat gizi ke
dalam tubuh yang memberikan bahan dalam proses
metabolisme ternak untuk hidup pokok, tumbuh
dan menjaga daya tahan tubuh dari serangan
sumber penyakit sehingga menentukan tingkat
kesehatan tubuh ternak.
Sinergisme antara lembaga penelitian
dengan perusahaan komersial yang terjun dibidang
industri imbuhan pakan menjadi tonggak penting
dalam pengembangan produksi imbuhan pakan
fitogenik secara komersial. Indutrialisasi imbuhan
pakan fitogenik menjadi kata kunci yang penting
sebagai solusi dalam menghadapi situasi dimana
saat ini penggunaan AGP dilarang dalam pakan,
sementara itu tuntutan dari pelaku industri pakan
untuk segera memperoleh alternatif penggantinya
yang setara dengan antibiotika, juga tuntutan dari
peternak ayam pedaging agar kinerja produksi
ayam pedaging peliharaannya tetap terjaga stabil
setelah dilarangnya penggunaan AGP dalam
pakan. Tuntutan yang lainnya adalah tuntutan
terkait harus terjaminnya keamanan pangan yang
dihasilkan dari ternak ayam pedaging yang
digaungkan oleh pihak konsumen, terutama dari
residu penggunaan antibiotika. Tuntutan-tuntutan
tersebut di atas menjadikan bahwa kebutuhan
imbuhan pakan alternatif pengganti AGP menjadi
sangat penting dan genting adanya.
Sebagai negara yang kaya dengan
biodiversitas tanaman, maka kekayaan alam
Indonesia, yang diakui dunia sebagai salah satu
surga bagi keanekeragaman hayati, menjadi
modal utama bahwa Indonesia layak dan
seharusnya mampu dalam memproduksi imbuhan
pakan fitogenik dengan menggunakan bahan-bahan
dari sumber daya alam lokal. Lembaga-lembaga
penelitian beserta perguruan tinggi telah banyak
melakukan penelitian terkait penggunaan senyawa
tanaman (fitogenik) sebagai imbuhan pakan bagi
ternak ayam pedaging. Hasil hasil penelitian
tersebut kemudian bisa di kompilasi dan
diworkshopkan dengan melibatkan pelaku industri
pakan, pelaku industri imbuhan pakan, dan
peternak ayam pedaging, dalam rangka
mensinergikan antara kebutuhan dari pelaku
industri pakan, termasuk pula industri imbuhan
pakan, pihak peternak ayam pedaging dengan
hasil hasil penelitian terkait penggunaan imbuhan
pakan fitogenik yang sudah dicapai saat ini. Hasil
penelitian terkait penggunaan imbuhan pakan
fitogenik berbasis tanaman lokal yang diujicobakan
pada ayam pedaging dengan kondisi pemeliharaan
yang dilakukan di Indonesia lebih memiliki
kekuatan landasan ilmiah bahwa bahan imbuhan
pakan fitogenik tersebut potensial di gunakan oleh
para peternak, sehingga potensial untuk
diindustrialisasi secara komersial di Indonesia.
KESIMPULAN
Pencarian alternatif pengganti Antibiotic
growth promotor (AGP) dalam pakan ayam
pedaging terus dilakukan seiring dengan telah
dilarangnya pengggunaan AGP dalam pakan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
imbuhan pakan fitogenik dari berbagai jenis
tanaman, potensial untuk dijadikan sebagai salah
satu alternatif pengganti AGP dalam pakan ayam
pedaging. Sebagai negara yang kaya dengan
biodiversitas tanaman, Indonesia idealnya memiliki
kemampuan dalam memproduksi imbuhan pakan
fitogenik berbasis sumber daya lokal yang ada.
Kondisi Indonesia sebagai negara tropis, dimana
suhu udara lebih tinggi dari suhu zona nyama bagi
pemeliharaan ayam pedaging, maka imbuhan
pakan fitogenik yang dibutuhkan adalah yang
memiliki kemampuan setidaknya sebagai
antioksidan, antimikroba, dan immunostimulan
yang kuat. Sinergisme antara lembaga penelitian
dan perguruan tinggi dengan para pelaku industri
imbuhan pakan serta pelaku industri pakan,
menjadi tonggak penting dalam pengembangan
imbuhan pakan fitogenik ke depan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdeirahirn S.I., A.Z. Almadboul, M.E.A. Omer,
& A. Elegami. 2002. Antimicrobial activity of Psidium Guajava L. Fitoterapia 73:713-
715.
Abubakar, E.M.M. 2009. The use of Psidium Guajava Linn. in treating wound, skin and
soft tissue infections. Sci Res Essays 4:605-
611.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
203
Acamovic, T. & J.D. Brooker. 2005. Biochemistry
of plant secondary metabolites and their
effects in animals. Proc Nutr Soc. 64:403-
412.
Afanas’ev I. 2010. Signaling by Reactive Oxygen
and Nitrogen Species in Skin Diseases. Curr
Drug Metab. 11:409-414.
Ahmad, S., A. Khalique, T.N. Pasha, S.
Mehmood, K. Hussain, S. Ahmad, B.
Rasheed, M.M. Awais, & S.A. Bhatti. 2018. Influence of Feeding Moringa oleifera Pods
as Phytogenic Feed Additive on
Performance, Blood Metabolites, Chemical Composition and Bioactive Compounds of
Breast Meat in Broiler’. Kafkas Univ Vet
Fak Derg 24(2):195-202.
Aksit, M., E. Goksoy, F. Kok, D. Ozdemir, & M. Ozdogan. 2006. The impacts of organic acid
and essential oil supplementations to diets
on the microbiological quality of chicken
carcasses. Arch Geflugelkd 70: 168-173.
Al- Yasiry, A.R.M. & B. Kiczorowska. 2016.
Frankincense therapeutic properties. Postep
Hig Med Dosw 70:380-391.
Al-Hajj, N., H.X. Oaid Wang, Ma C, Lou, Z.
Bashari, & M.R. Thabit. 2014.
Antimicrobial and antioxidant activities of the essential oils of some aromatic medicinal
plants (Pulicariainuloides- Asteraceae and
Ocimumforskolei- Lamiaceae). Trop J
Pharm Res. 13 (8):1287-1293.
Al-Kassie, G.A. 2009. Influence of two plant
extracts derived from thyme and cinnamon
on broiler performance. Pak Vet J. 29(4):
169-173.
Al-Mufarrej, S.I. 2014. Immune-responsiveness
and performance of broiler chickens fed black cumin (Nigella sativa L.) powder.
Journal of the Saudi Society of Agricultural
Sciences 13:75-80.
Amad, A.A., K. Manner, K.R. Wendler, K.
Neumann, & J. Zentek. 2011. Effects of a
phytogenic feed additive on growth
performance and ileal nutrient digestibility
in broiler chickens. Poult Sci. 90:2811-2816.
Amad, A.A., K.R. Wendler, & J. Zentek. 2013.
Effects of a phytogenic feed additive on
growth performance, selected blood criteria
and jejunal morphology in broiler chickens.
Emir. J Food Agric. 25(7):549-554.
Ambrožič Avguštin J. 2012. Animal production
systems as a selective environment for
antibiotic resistance genes. Acta Agric Slov.
100(1):7-17.
Applegate, T.J., V. Klose, T. Steiner, A. Ganner, &
G. Schatzmayr. 2010. Probiotics and
phytogenics for poultry: myth or reality?. J
Appl Poult Res. 19:194-210.
Arima, H. & G. Danno. 2002. Isolation of
antimicrobial compounds from guava (Psidium guajava L.). Biosci Biotechnol
Biochem. 66:1727-1730.
Ariyanto, A.N., N. Iriyanti, & M. Mufti. 2013.
Pemanfaatan tepung kunyit (Curcuma domestica Val) dan sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) dalam
pakan terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan bobot badan broiler. JIP 1(2):
471-478.
Athanasiadou, S., J. Githiori, & I. Kyriazakis. 2007. Medicinal plants for helminthes
parasite control: facts and fiction. Animal.
1(9):1392-1400.
Attiaa, Y.A., M.A. Al-Harthia, & S.S. Hassan. 2017. Turmeric (Curcuma longa Linn.) as a
phytogenic growth promoter alternative for
antibiotic and comparable to mannan oligosaccharides for broiler chicks. Rev Mex
Cienc Pecu. 8(1):11-21.
Baratawidjaja, K.G. 2002. Imunologi Dasar.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Barreto, M.S.R., J.F.M. Menten, A.M.C.
Racanicci, P.W.C. Pereira, & P.V. Rizzo. 2008. Plant Extracts used as Growth
Promoters in Broilers. Bra J Poult Sci.
10:109-115.
Basmacioglu, H., O. Tokusoglu, & M. Ergul. 2004.
The effect of oregano and rosemary essential
oils or alphatocopheryl acetate on
performance and lipid oxidation of meat enriched with n-3 PUFAs in broilers.
S Afr J Anim Sci. 34: 197-210.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
204
Becker, G.S. 2010. Antibiotic use in agriculture:
background and legislation. Congressional
Research Service, 7-5700, R40739. CRS
Report for Congress. January 7, 2010.
Becker, P.M. & S. Galletti. 2008. Food and feed
components for gut health-promoting
adhesion of E. coli and Salmonella enterica.
J Sci Food Agric. 88:2026-2035.
Bedford, M.R. & A.J. Cowieson. 2012. Exogenous
enzymes and their effects on intestinal microbiology. Anim Feed Sci Technol. 173:
76-85.
Begum, M., M.M. Hossain, & I.H. Kim. 2014. Effects of the plant extract YGF251 on
growth performance, meat quality, relative
organ weight, nutrient digestibility and
blood profiles in broiler chickens: possible role of insulin-like growth factor. Vet Med.
59(9):415-423
Bell, D.D. & W.D. Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production.
Academic Pub-lisher, United States of
America.
Ben Arfa A., S. Combes, L. Preziosi-Belloy, N.
Gontard, & P. Chalier. 2006. Antimicrobial
activity of carvacrol related to its chemical
structure. Lett Appl Microbiol. 43:149-154.
Bintang I.A.K., A.P. Sinurat, T. Purwadaria, M.H.
Togatorop, J. Rosida, H. Hamid, & Saulina.
2001. Pengaruh pemberian bioaktif dalam lidah buaya (Aloevera) terhadap penampilan
ayam broiler. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Bintarti, T. 2014. Skrining fitokimia dan uji kemampuan sebagai antioksidan dari daun
jambu biji (Psidium guajava. L).
PANNMED 9(1):40-44.
Bird, N.A., P. Hunton, W.D. Morrison, & L.J.
Weber. 2003. Heat stress in cage layer.
Ministry of Agriculture and Food. Ontario
(Canada).
Biswas, B., K. Rogers, F. McLaughlin, D. Daniels,
& A. Yadav. 2013. Antimicrobial activities
of leaf extract of Guava (Psidium guajava L) on Two Gram-Negatif and Gram-Positiv
Bacteria. Int J Microbiol. Article ID 746165.
Block, K.I. & M.N. Mead. 2003. Immune system
effects of Echinaceae, Ginseng and
Astragalus: A review. ICT 2(3):247-267.
Botham, K.M. & P.A. Mayes. 2009. The repiratory
chain & Oxidative Phosphorilation. In:
Murray K, Bender DA, Botham KM, et al.
Eds. Harper’s Illuustrated Biochemistry, Ed
28th Mc Graw Hill Lange. 103-12.
BPS. 2017. Suhu minimum rata-rata dan
maksimum di stasiun pengamatan BMKG oc 2011-2015. https://www.bps.go.id/tatictable/
2017/02/09/1961/suhu-minimum-rata-rata-
dan-maksimum-di-stasiun-pengamatan-
bmkg-oc-2011-2015.html (9 April 2019).
Burt S. 2004. Essential oils: the iranti bacterial
properties and potential applications in foods
- a review. Int J Food Microbiol. 94:223–53.
Butler, J.E. & M. Sinkora. 2013. The enigma of the
lower gut-associated lymphoid tissue
(GALT). J Leukocyte Biol. 94:259-270.
Chen, K.C., C.L. Hsieh, K.D. Huang, Y.B. Ker,
C.C. Chyau, & R.Y. Peng. 2009. Anticancer
activity of rhamnoallosan against DU-145 cells is kinetically complementary to
coexisting polyphenolics in Psidium guajava
budding leaves. J Agric Food Chem. 57:
6114-6122.
Chirag, P.J., S. Tyagi, N. Halligudi, J. Yadav, S.
Pathak, S.P. Singh, A. Pandey, D.S.
Kamboj, & P. Shankar. 2013. Antioxidant activity of herbal plants: a recent review.
JDDT 1(8):01-08.
Chludil, H.D., G.B. Corbino, & S.R. Leicarh.
2008. Soil quality effects on chenopodium album flavonoid content and antioxidant
potential. J Agric Food Chem. 56(13):5050-
5056.
Cho, J.H., H.J. Kim, & I.H. Kim. 2014. Effects of
phytogenic feed additive on growth
performance, digestibility, blood metabolites, intestinal microbiota, meat
color and relative organ weight after oral
challenge with Clostridium perfringens in
broilers. Livest Sci. 160:82-88.
Choi, S.C., S.L. Ingale, J.S. Kim, Y.K. Park, I.K.
Kwon, & B.J. Chae. 2013. An antimicrobial
peptide-A: Effects on growth performance,
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
205
nutrient retention, intestinal and faecal
microflora and intestinal morphology of
broilers. Br Poult Sci. 54:738-746.
Chrpová, D., L. Kourimská, M.H. Gordon, V.
Heřmanová, I. Roubičková, & J. Panek.
2010. Antioxidant activity of selected
phenols and herbs used in diets for medical conditions. Czech J Food Sci. 28(4):317-
325.
Cross, D.E., R.M. McDevitt, K. Hillman, & T. Acamovic. 2007. The effect of herbs and
their associated essential oils on
performance, dietary digestibility and gut microflora in chickens from 7 to 28 days of
age. Brit Poultry Sci. 48:496-506.
Dahiya, J.P., D. Hoehler, D.C. Wilkie, A.G. Van
Kessel, & M.D. Drew. 2005. Effect of dietary glycine on intestinal Clostridium
perfringens populations and a-toxin
production in broiler chickens. Poult Sci.
84:94.
De Lange, C.F.M., J.R. Pluske, J. Gong, & C.M.
Nyachoti. 2010. Strategic use of feed ingredients and feed additives to stimulate
gut health and development in young pigs.
Livest Sci. 134:124-134.
Delaquis, R.J., K. Stanich, B. Girard, & G. Massa. 2002. Anti-microbial activity of individual
and mixed fractions of dill, cilantro,
coriander and eucalyptus essential oils. Int J
Food Microbiol. 74:101-109.
Denli, M., F. Okan, & A.N. Uluocak. 2004. Effect
of dietary supplementation of herb essential
oils on the growth performance, carcass and intestinal characteristics of quail
(Coturnixcoturnix japonica). S Afr J Anim
Sci. 34:174-179.
Dhama, K., S. Chakraborty, R. Tiwari, A.K.
Verma, M. Saminathan, Y.S. Amarpalmalik,
Z. Nikousefat, M. Javdani, & R.U. Khan. 2014. A concept paper on novel
technologies boosting production and
safeguarding health of humans and animals.
Res Opin Anim Vet Sci. 4:353-370.
Dhama, K., S.K. Latheef, S. Manis, H.A. Samad,
K. Kartik, R. Tiwari, R.U. Khan, M. Al-
agawany, M.R. Farag, G.M. Alam, Laudadio
V, Tu & V. Farelli. 2015. Multiple
beneficial applications and modes of action
of herbs in poultry health and production –
A review. Int J Pharmacol. 11:152-176.
Dibner, J.J. & J.D. Richards. 2005. Antibiotic
growth promoters in agriculture: History and
mode of action. Poult Sci. 84:634-643.
Dong, X.F., W. Gao W.W., J.M. Tong, H.Q. Jia,
R.N. Sa, & Q.. 2007. Effect of polysavone
(alfalfa extract) on abdominal fat deposition and immunity in broiler chickens. Poult Sci.
86:1955-1959
Dragan, L., A. Gyorke, J.F. Ferreira, I.A. Pop, I. Dunca, M. Dragan, V. Mircean, I. Dan, & V.
Cozma. 2014. Effects of Artemisia annua
and Foeniculum vulgare on chickens highly
infected with Eimeria tenella (Phylum
Apicomplexa). Acta Vet Scand. 56(22).
Erf, G.F. 2004. Cell-mediated immunity in poultry.
Poult Sci. 83:580-590.
Faleiro, M.L. 2011. The mode of antibacterial
action of essential oils. In Science Against
Microbial Pathogens: Communicating Current Research and Technological
Advances; Mendez-Villas, A., Ed.;
Formatex: Badajoz, Spain. pp. 1143–1156.
Farag, M.R., M. Alagawany, & V. Tufarelli. 2016. In vitro antioxidant activities of resveratrol,
cinnamaldehyde and their synergistic effect
against cyadox-induced cytotoxicity in rabbit erythrocytes. Drug Chem Toxicol.
17:1-10.
Fascina, L., J.R. Sartori, F.B. Carvalho, L.A.
Pereira, A.S. Carrijo, & P.C. Araujo. 2010. Digestibilidade de nutrientes da dieta em
frangos de corte alimentado scom aditivos
fitogênicos e ácidos orgânicos na fase de crescimento [cd rom]. Anais da Conferência
APINCO de Ciência e Tecnologia Avícolas.
Campina: FACTA. Santos, São Paulo.
Brasil.
Fascina, L., J.R. Sartori, E. Gonzales, F.B.
Carvalho, G.V. Polycarpo, & I.M.G.P.
Souza. 2012. Phytogenic additives and organic acids in broiler chicken diets. R Bras
Zootec. 41(10):2189-2197.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
206
Frankic, T., M. Voljg, J. Salobir, & V. Rezar.
2009. Use of herbs and spices and their
extracts in animal nutrition. Acta Agric Slov.
92:95-102.
Ganguly, S. 2013. Phytogenic Growth Promoter as
Replacers for Antibiotic Growth Promoter in
Poultry Birds. Adv Pharmacoepidem Drug
Safety. 2:e119.
García, V., P. Catalá-Gregori, F. Hernández, M.D.
Megías, & J. Madrid. 2007. Effect of formic acid and plant extracts on growth, nutrient
digestibility, intestine mucosa morphology,
and meat yield of broilers. J Appl Poult Res.
16:555-562.
Geidam, Y.A., H. Usman, M. Abubakar, & B.
Ibrahim. 2007. Effects of aqueous leaf
extracts of Psidium guajava on bacteria isolated from the navel of day-old chicks.
Res J Microb. 2:960-965.
Giannenas, I.A. & I. Kyriazakis. 2009. Phytobased products for the control of intestinal diseases
in chickens in the post antibiotic era. In:
Phytogenics in animal nutrition: natural concepts to optimize gut health and
performance, Steiner T. (ed.). Nottingham
University Press, UK, pp. 61-85.
Gibson, G.R., H.M. Probert, J.V. Loo, R.A. Rastall, & M.B. Roberfroid. 2004. Dietary
modulation of the human colonic
microbiota: Updating the concept of
prebiotics. Nutr Res Rev. 17:259-275.
Gong, J., F. Yin, Y. Hou, & Y. Yin. 2014. Chinese
herbs as alternatives to antibiotics in feed for
swine and poultry production: Potential and challenges in application. Can J Anim Sci.
94:223-241.
Gopi, M., K. Karthik, H.V. Manjunathachar, P. Tamilmahan, M. Kesavan, M. Dash-
Prakash, B.L. Balaraju, & M.R.
Purushothaman. 2014. Essential oils as a feed additive in poultry nutrition. Adv Anim
Vet Sci. 2:1-7.
Grashorn, M.A. 2010. Use of phytobiotics in
broiler nutrition – an alternative to in feed
antibiotics?. J Anim Feed Sci. 19:338-347.
Hafni, W., D. Pujiastuti, & W. Harjupa. 2015.
Analisis variabilitas temperatur udara di
daerah Kototabang periode 2003-2012. J
Fisika Unand 4(2):185-192.
Haida, K.S., A. Baron, & K.S. Haida. 2011. Phenolic compounds and antioxidant activity
of two varieties of guava and rue. Rev Bras
CiêncSaúde. 28:11-19.
Hashemi, S.R. & H. Davoodi. 2011. Herbal plants and their derivatives as growth and health
promoters in animal nutrition. Vet Res
Commun. 35:169-180.
Hashemi, S.R., I. Zulkifli, M.H. Bejo, A. Farida, &
M.N. Somchit. 2008. Acute toxicity study
and phytochemical screening of selected herbal aqueous extract in broiler chickens.
Int J Pharmacol. 4:352-360.
Hashemipour, H., H. Kermanshahi, A. Golian, &
T. Veldkamp. 2013. Effect of thymol and carvacrol feed supplementation on
performance, antioxidant enzyme activities,
fatty acid composition, digestive enzyme activities, and immune response in broiler
chickens. Poult Sci. 92:2059-2069.
Hassan, H.M.A., A.W. Youssef, H.M. Ali, & M.A. Mohamed. 2015. Adding phytogenic
material and/or organic acids to broiler diets:
effect on performance, nutrient digestibility
and net profit. Asian J Poult Sci. 9(2):97-
105.
Hidetoshi, A. & G. Danrio. 2002. Isolation of
antimi-crobial compounds from guava (Psidium guajava L.) and their structural
elucidation. Biosci Biotech. Biochem.
66:1727- 1730.
Hikosaka, K., M. El-Abasy, Y. Koyama, M. Motobu, K. Koge, T. Isobe, C.B. Kang, H.
Hayashidani, T. Onodera, P.C. Wang, M.
Matsumura, & Y. Hirota. 2007. Immuno-stimulating effects of the polyphenol-rich
fraction of sugar cane (Saccharum
officinarum L.) extract in chickens.
Phytother Res. 21(2):120-5.
Huang, C.S., M.C. Yin, & L.C. Chiu. 2011.
Antihyperglycemic and antioxidative
potential of Psidium guajava fruit in Streptozotocin- induced diabetic rats. Food
Chem Toxicol. 49:2189-2195.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
207
Huyghebaert, G., R. Ducatelle, & F. Van
Immerseel F. 2011. An update on
alternatives to antimicrobial growth
promoters for broilers. Vet J. 187:182-188.
Izyumov, D.S., L.V. Domnina, & O.K.
Nepryakhina. 2010. Mitochondria as Source
of Reactive Oxygen Species under Oxidative Stress. Study with Novel Mitochondria
Targeted Antioxidants the “Skulachev Ion”
Derivatives. Biochem (Mosc). 75(2):123-
129.
Jacela, J.Y., J.M. DeRouchey, M.D. Tokach, R.D.
Goodband, D. Robert, J.L. Nelssen, D.G. Renter, & S.S. Dritz. 2010. Feed additives
for swine: Fact sheets flavors and mold:
inhibitors, mycotoxin binders, and
antioxidants. JSHAP 18(1):27-32.
Jamroz, D., A. Wiliczkiewicz, T. Wertelecki, J.
Orda, & J. Scorupinska. 2005. Use of active
substances of plant origin in chicken diets based on maize and domestic grains. Br
Poult Sci. 46:485-93.
Jugl-Chizzola, M., J. Spergser, F. Schilcher, J. Novak, A. Bucher, C. Gabler, W.
Hagmuller, & K. Zitterleglseer. 2005.
Effects of Thymus vulgaris L. as feed
additive in piglets and against haemolytic E-coli in vitro. Berl Munch Tierarztl 118:495-
501.
Kaneria, M. & S. Chanda. 2011. Phytochemical and Pharmacognostic Evaluation of Leaves
of Psidium Guajava L. (Myrtaceae).
Pharmacognos 23:32-41.
Karaskova, K., P. Suchy, & E. Strakova. 2015. Current use of phytogenic feed additives in
animal nutrition: a review. Czech J Anim
Sci. 60 (12):521-530. DOI:10.17221/8594-
CJAS.
Khalaji, S., M. Zaghari, K.H. Hatami, S. Hedari-
Dastjerdi, L. Lotfi, & H. Nazarian. 2011. Black cumin seeds, Artemisia leaves
(Artemisia sieberi), and Camellia L. plant
extract as phytogenic products in broiler
diets and their effects on performance, blood constituents, immunity, and cecal microbial
population. Poultry Science 90(11):2500-
2510.
Khan, S.H., J. Ansari, A.U. Haq, & G. Abbas.
2012. Black cumin seeds as phytogenic
product in broiler diets and its effects on performance, blood constituents, immunity
and caecal microbial population. Ital J Anim
Sci.11 e77:438-444.
Kiczorowska, B., W. Samolińska, A.R.M. Al-Yasiry, P. Kiczorowski, & A. Winiarska-
Mieczan. 2017. The natural feed additives as
immunostimulants in monogastric animal nutrition - a review. Ann Anim Sci.
17(3):605-625.
Kiczorowska, B., R. Klebaniuk, M. Bakowski, A.R.M. Yasiry. 2015. Culinary herbs
nutritive value and content of minerals. J
Elem. 20:599-608.
Kidd, M.T. 2004. Nutritional modulation of immune function in broilers. Poult Sci.
83:650-657.
Kompiang, I.P. 2009. Pemanfaatan mikro-organisme sebagai probiotik untuk
meningkatkan produksi ternak unggas di
Indonesia. JPIP 2(3):177-191.
Kris-Etherton, P.M., M. Lefevre, G.R. Beecher,
M.D. Gross, C.L. Keen, & T.D. Etherton.
2004. Bioactive compounds in nutrition and
health-research methodologies for establish-ing biological function: The antioxidant and
anti-inflammatory effects of flavonoids on
atherosclerosis. Annu Rev Nutr. 24:511-538.
Kumar, M., V. Kumar, D. Roy, R. Kushwaha, & S.
Vaiswani. 2014. Application of herbal feed
additives in animal nutrition - a review. Int J
Livest Res. 4:1-8.
Kumar, V.M.H. & Y.K. Gupta. 2003. Effect of
Centella asiatica on cognition and oxidative
stress in an intracerebroventricular streptozotocin model of Alzheimers disease
in rat. Clin Exp Pharmacol Physiol. 30:336-
342.
Kusnadi, E. 2008. Peredaman cekaman oksidatif
ayam broiler yang diberi antanan (Centella
asiatica) dan vitamin C serta kaitannya
dalam menurunkan kadar lemak karkas dan
kolesterol plasma. JITV 13(1):1-6.
Lacroix, M. & F. Chiasson. 2004. The influence of
MAP condition and active compounds on
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
208
the radiosensitization of Escherichia coli
and Salmonella typhi present in chicken
breast. Radiat Phys Chem. 71:69-72.
Laguerre, M., J. Lacomte, & P. Villeneuve. 2007.
Evaluation of the ability of antioxidants to
counteract lipid oxidation: existing methods,
new trends and challenges. Prog Lipid Res.
46:244-282.
Lambert, R.J.W., P.N. Skandamis, P.J. Coote, &
G.J.E. Nychas. 2001. A study of the minimum inhibitory concentration and mode
of action of oregano essential oil, thymol
and carvacrol. Appl Microbiol. 91:453-462.
Lara, L.J. & M.H. Rostagno. 2013. Impact of heat
stress on poultry production. Animals.
3:356-369.
Lee, K.W., H. Everts, H.J. Kappert, M. Frehner, R. Losa, & A.C. Beyen. 2003. Effects of
dietary essential oil components on growth
performance, digestive enzymes and lipid metabolism in female broiler chickens. Bri
Poult Sci. 44: 450-457.
Lee, W.C., R. Mahmud, S. Pillai, S. Perumal, & S. Ismail. 2012. Antioxidant Activities of
Essential Oil of Psidium guajava L. Leaves.
APCBEE Procedia. 2:86-91.
Li, P., X. Piao, X. Han, L. Xue, & H. Zhang. 2012. Effects of adding essential oil to the diet of
weaned pigs on performance, nutrient
utilization, immune response and intestinal health. Asian-Australas J Anim Sci. 25:
1617-1626.
Li, S.Y., Y.J. Ru, M. Liu, B. Xu, A. Peron, & X.G.
Shi. 2012. The effect of essential oils on performance, immunity and gut microbial
population in weaner pigs. Livest Sci.
145:119-123.
Limsong, J., K.E. Benjavong, & J.
Kuvataanasuchati. 2004. Inhibitory effects
of some herbal extracts on adherence of S.
mutans. J Ethnopharmcol. 92(2-3):281-289.
Lin, H., D. Eddy, & B. Johan. 2006. Acute heat
stress induces oxidative stress in broiler
chickens. Comp Biochem Physiol. A 144:
11-17.
Lin, J., A.A. Hunkapiller, A.C. Layton, Y.J.
Chang, & K.R. Robbins. 2013. Response of
intestinal microbiota to antibiotic growth promoters in chickens. Foodborne Pathog
Dis. 10:331-337.
Lin, J., T. Puckree, & T.P. Mvelase. 2002. Anti-
diarrhoeal evaluation of some medicinal plants used by Zulu traditional healers. J
Ethnopharmacol 79(1):53-56.
Madrigal-Carballo, S., G. Rodriguez, C.G. Krueger, M. Dreher, & J.D. Reed. 2009.
Pomegranate (Punicagranatum) supplements
:authenticity, antioxidant and polyphenol
composition. J Funct Foods. 1:324-329.
Magdalena, S., G.H. Natadiputri, F. Nailufar, & T.
Purwadaria. 2013. Pemanfaatan produk
alami sebagai pakan fungsional. Wartazoa.
23(1):31-40.
Mahima, A. Rahal, R. Deb, S.K. Latheef, Abdul
Samad H, R. Tiwari, A.K. Verma, A. Kumar, & K. Dhama. 2012. Immuno-
modulatory and therapeutic potentials of
herbal, traditional/indigenous and ethno-veterinary medicines. Pak J Biol Sci.
15(16):754-74.
Mahmoud, R.E., I. Doaa, & M.E. Badawi. 2013.
Effect of supplementation of broiler diets with guava leaves and/or olive oil on
growth, meat composition, blood
metabolites and immune response. Benha
Vet Med J. 25(2):23‐32.
Manosroi, J., P. Dhumtanom, & A. Manosroi,
2006. Anti-proliferative activity of essential
oil extracted from Thai medicinal plants on KB and P38 cell lines. Cancer Lett. 235(1
8):114-120.
Máthé, Á. & I. Máthé. 2008. Quality Assurance of Cultivated and Gathered Medicinal Plants.
Acta Hor. 765:67-76.
Mathlouthi, N., T. Bouzaienne, T. Oueslati, F. Recoquillay, M. Hamdi, & M. Urdaci. 2012.
Use of rosemary, oregano, and commercial
blend of essential oils in broiler chickens:
Invitro anti microbial activities and effects on growth performance. J Anim Sci. 90:813-
23.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
209
Maulana, E.A., I.A.R.A. Asih, M. & Arsa. 2016.
Isolasi dan uji aktivitas antioksidan senyawa
flavonoid dari ekstrak daun jambu biji putih (Psidium guajava Linn). Jurnal Kimia.
10(1): 161-168.
Mcreynolds, J., C. Waneck, J. Byrd, K. Genovese,
S. Duke, & D. Nisbet. 2009. Efficacy of multistrain direct-fed microbial and
phytogenetic products in reducing necrotic
enteritis in commercial broilers. Poult Sci.
88:2075-2080.
Miguel, F., C. Francis, & R. François. 2009. Effet
de l’utilisation de complexes d’extraits vegetaux chez le poulet en croissance,
vaccine contre la coccidiose et challenge par
une inoculation coccidienne a 14 jours.
Huitièmes Journées de la Recherche
Avicole; St Malo. France.
Milanov, D.S., D.B. Ljubojević, I.S. Čabarkapa, &
N.Z. Aleksić. 2016. Impact of antibiotics used as growth promoters on bacterial
resistance. Food Feed Res. 43(2):83-92.
Mitsch, P., K. Zitterl-Eglseer, B. Kohler, C. Gabler, R. Losa, & I. Zimpernik. 2004. The
effect of two different blends of essential oil
components on the proliferation of
Clostridium perfringens in the intestines of
broiler chickens. Poult Science 83:669-675.
Modi, C.M., S.K. Mody, H.B. Patel, G.B.
Dudhatra, A. Kumar, & T.J. Sheikh. 2011. rowth promoting use of antimicrobial agents
in animals. J Appl Pharm Sci. 1(8):33-36.
Mohiti-Asli, M. & M. Ghanaatparast-Rashti. 2017.
Comparison of the effect of two phytogenic compounds on growth performance and
immune response of broilers. J Appl Anim
Res. 45(1):603-608.
Mountzouris, K.C., V. Paraskevas, P. Tsirtsikos, I.
Palamidi, T. Steiner, G. Schatzmayr, & K.
Fegeros. 2011. Assessment of a phytogenic feed additive effect on broiler growth
performance, nutrient digestibility and
caecal microflora composition. Anim Feed
Sci Tech. 168:223-231.
Mountzouris, K.C., V. Paraskevas, & K. Fegeros.
2010. Phytogenic compounds in broiler
nutrition. In: Steiner T, editor. Phytogenics
in Animal Nutrition: Natural Concepts to
Optimize Gut Health and Performance.
Nottingham University Press. Nottingham,
UK. pp. 97-110.
Mujahid, A., Y. Yoshiki, Y. Akiba, & M.
Toyomizu. 2005. Superoxide radical produc-
tion in chicken skeletal muscle induced by
acute heat stress. Poult Science 84:307-314.
Murugesan, G.R., B. Syed, S. Haldar, & C. Pender.
2015. Phytogenic feed additives as an alternative to antibiotic growth promoters in
broiler chickens. Front Vet Sci. 2(21):1-6.
Musa, H.H., S.L. Wu, C.H. Zhu, H.I. Seri, & G.Q. Zhu. 2009. The potential benefits of
probiotics in animal production and health. J
Anim Vet Adv. 8:313-321.
Mushtaq, M., F.R. Durrani, N. Imtiaz, U. Sadique, A. Hafeez, S. Akhtar, & S. Ahmad. 2012.
Effect of administration of Withania
somnifera on some hematological and immunological profile of broiler chicks. Pak
Vet J. 32(1):70-72.
Muthusamy, N. & V. Sankar. 2015. Phytogenic compounds used as a feed additives in
poultry production. Int J Environ Sci Te. 4
(1):167-171
Noer Lailya, R.W. Kusumaningtyasa, I. Sukartia, & M.R.D.K. Rini. 2015. The Potency of
Guava Psidium Guajava (L.) Leaves as a
Functional Immunostimulatory Ingredient.
Procedia Chem. 14:301-307.
Oyuntseteg, N., M.A. Khasnatinov, P. Molor-
Erdene, J. Oyunbileg, A.V. Liapu-nov, G.A.
Danchinova, S. Oldokh, J. Baigalmaa, & C. Chidragchaa. 2014. Evaluation of direct
antiviral activity of the Deva-5 herb
formulation and extracts of five Asian plants against influenza A virus H3N8. BMC
Compl Alt Med. 14:235.
Pant, M., T. Ambwani, & V. Umapathi. 2012. Antiviral activity of ashwagandha extract on
infectious bursal disease virus replication.
Indian J Sci Technol. 5(5): 2750-2751.
Paraskeuas, V., K. Fegeros, I. Palamidi, C. Hunger, & K.C. Mountzouris. 2017. Growth
performance, nutrient digestibility, anti-
oxidant capacity, blood biochemical
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
210
biomarkers and cytokines expression in
broiler chickens fed different phytogenic
levels. Anim Nutr. 3:114-120.
Patil, K.R. & C.R. Patil. 2016. Anti-inflammatory
activity of bartogenic acid containing
fraction of Barringtonia racemosa Roxb in
acute and chronic animal models of
inflammation. J Trad Compl Med. 2(1).
Pelícia, V.C., A.C. Stradiotti, P.C. Araujo, M.K.
Maruno, F.B. Carvalho, A.C. Pezzato, & J.R. Sartori. 2013. Phytogenic Additives
and Glutamine Plus Glutamic Acid in
Broiler Diets. Braz J Poult Sci. 15(4):295-
300.
Penalver, P., B. Huerta, C. Borge, R. Astorga, R.
Romero, & A. Perea. 2005. Antimicrobial
activity of five essential oils against origin strains of the Enterobacteriaceae family.
APMIS 113:1-6.
Perić, L., N. Milošević, D. Žikić, S. Bjedov, D. Cvetković, S. Markov, M. Mohnl, & T.
Steiner. 2010. Effects of probiotic and
phytogenic products on performance, gut morphology and cecal microflora of broiler
chickens. Archiv Tierzucht. 53(3):350-359.
Perić, L., D. Žikić, & M. Lukić. 2009. Application
of Alternative Growth Promoters in Broiler Production. Biotechnol Anim Hus. 25(5-
6):387-397.
Pham-Huy, L.A., H. He, & C. Pham-Huy. 2008. Free radicals, antioxidants in disease and
health. Int J Biomed Sci. 4(2):89-96.
Platel, K. & K. Srinivasan. 2004. Digestiv
estimulant action of spices: amythor reality?.
Indian J Med Res. 119:167-79.
Pramod-Rawat, Shivani, & Jigisha-Anand. 2012.
Immunomodulatory properties of some herbal plants against Candida bicans: a
review. Biot Int. 5(2):52-68.
Pratikno, H. 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica Vahl) terhadap bobot
badan ayam broiler (Gallus Sp). BAF 18(2):
39-46.
Priyono & A. Priyanti. 2018. Perspektif perkembangan ketersediaan produksi
sumber protein asal ternak di Indonesia.
Wartazoa 28(1):23-32.
Purwadaria, T., M.H. Togatorop, A.P. Sinurat, J. Rosida, S. Sitompul, H. Hamid, & T.
Pasaribu. 2001. Identifikasi zat aktif
beberapa tanaman (Lidah Buaya, Mimba dan
Bangkudu) yang potensial. Balai Penelitian
Ternak. Bogor.
Qian, H. & V. Nihorimbere. 2004. Antioxidant
power of phytochemicals from Psidium guajava leaf. J Zhejiang Univ Sci. 5(6):676-
83.
Rahman, I. 2003. Oxidative stress, chromatin remodelling and gene transcription in
inflammation and chronic lung desease. J
Biochem Mol Biol. 36:95-109.
Randrianarivelo, R., P. Danthu, C. Benoit, P. Ruez, M. Raherimandimby, & S. Starter. 2010.
Novel alternative to antibiotics in shrimp
hatchery: Effects of the essential oil of Cinnamosma fragrans on survival and
bacterial concentration of Penaeus monodon
larvae. J Appl Microbiol. 109:642-650.
Renaudeau, D., A. Collin, S. Yahav, V. De Basilio,
J.L. Gourdine, & R.J. Collier. 2012.
Adaptation to hot climate and strategies to
alleviate heat stress in livestock production.
Animal 6:707-728.
Richards, J.D., J. Gong, & C.F.M. de Lange. 2005.
The gastrointestinal microbiota and its role in monogastric nutrition and health with an
emphasis on pigs: Current understanding,
possible modulations, and new technologies
for eco-logical studies. Can J Anim Sci. 85.
421-435.
Rivai, H., L. Putriani, & Mahyuddin. 2010.
Karakterisasi flavonoid antioksidan dari daun jambu biji (Psidium guajava L.). J
Farmasi Higea 2(2):127-136.
Rocha. M., A.H. Mijares, K.G. Malpartida, C. Banuls, L. Bellod, & V.M. Victor. 2010.
Mitochondria-Targeted Antioxidant Peptides.
Current Pharmaceutical Design 16:3124-
3131.
Ryu, N.H., K.R. Park, S.M. Kim, H.M. Yun, & D.
Nam. 2012. A hexane fraction of guava
leaves (Psidium guajava L.) induces
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
211
anticancer activity by suppressing
AKT/mammalian target of rapamycin/
ribosomal kinase in human prostate cancer
cells. J Medicinal Food. 15: 231-241.
Sahin, K., M. Onderci, N. Sahin, M.F. Gursu, M.F.
Gursu, & O. Kucuk. 2006. Effects of
lycopene supplementation on antioxidant status, oxidative stress, performance and
carcass characteristics in heat-stressed
japanese quail. J Therm Biol. 31: 307-312.
Sahin, K., C. Orhan, M.O. Smith, & N. Sahin.
2013. Moleuclar targets of dietary
phytochemicals for the allevation of heat stress in poultry. World's Poult Sci. J. 69:
113-123.
Sahin, N., F. Akdemir, C. Orhan, O. Kucuk, A.
Hayirli, & K. Sahin. 2008. Lycopene enriched quail egg as functional food
forhumans. Food Res Int. 41:295-300.
Sahin, N., K. Sahin, M. Onderci, M. Karatepe, M.O. Smith, & O. Kucuk. 2006. Effects of
dietary lycopene and vitamin E on egg
production, antioxidant status and cholesterol levels in Japanese quail. Asian-
Australas J Anim Sci. 19:224-230.
Santos-Cervantes, M.E., M.E. Ibarra-Zazueta,
Loarca & G. Pina. 2007. Antioxidant and antimutagenic activities of Randia
echinocarpa fruit. Plant Foods Hum Nutr.
62:71–77.
Sarica, S., E. Ciftci, E. Demir, K. Kilinc, & Y.
Yildirim. 2005. Use of an antibiotic growth
promoter and two natural feed additives with
and without exogenous enzymes in wheat based broiler diets. S Afr J Anim Sci. 35:61-
72.
Schmieder, R. & R. Edwards. 2012. Insights into antibiotic resistance through metagenomic
approaches. Future Microbiol. 7(1):73-89.
Sejati, N.I.P. 2002. Formulasi, karakterisasi kimia dan uji aktivitas anti oksidan produk
minuman tradisional berbasis kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan asam jawa
(Tamarindus indica Linn.). Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Selim, N.A., S.F. Youssef, A.F. Abdel-Salam, &
S.A. Nada. 2013. Evaluations of some
natural antioxidant sources in broiler diets:
1-effect on growth, physiological and
immunological performance of broiler
chicks. Int J Poult Sci. 12:561-571.
Seo, J., S. Lee, M.L. Elam, S.A. Johnson, J. Kang,
& B.H. Arjmandi. 2014. Study to find the
best extraction solvent for use with guava leaves (Psidium guajava L.) for
high antioxidantefficacy. Food Sci Nutr.
2(2):174-80.
Setiyanto, I., Sugiharto, & H.I. Wahyuni. 2017.
Pengaruh penambahan aditif kunyit terhadap
profil darah putih pada ayam kampung super. Prosiding Seminar Teknologi dan
Agribisnis Peternakan V: Teknologi dan
Agribisnis Peternakan untuk Mendukung
Ketahanan Pangan, Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman 18
November 2017.
Shabbir, H.I. Butt, M. Shahzad, H.M Arshad, & I. Waheed. 2016. Immunostimulatory effect of
methanolic leaves extract of Psidium
Guajava (guava) on humoral and cell-mediated immunity in mice a. J Anim Plant
Sci. 26(5):1492-1500
Sidiq, F. & W.W. Wardani. 2014. Aktivitas anti-
oksidan dari curcumin dalam mengurangi dampak stres oksidatif pada unggas yang
terpapar cekaman panas. Trouw Add Sci.
3:1-3
Silva Cardoso, V., C.A. Ribeiro de Lima, M.E.
Freire de Lima, L.E. Gomes Dorneles, & M.
G.M. Danelli. 2012. Piperine as a
Phytogenic Additive in Broiler Chickens.
Pesqui Agropec Bras. 47 (4).
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P.
Ketaren, N. Bermawie, M. Raharjo, & M. Rizal. 2009. Pemanfatan kunyit dan
temulawak sebagai imbuhan pakan untuk
ayam broiler. JITV 14:90-96.
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, I.W.R.
Susana, J. Dharma, J. Rosida, S. Sitompul,
& Udjianto. 2004. Efektifitas bioaktif lidah
buaya sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler yang diperoleh di atas litter. JITV
9:145-150.
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
212
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. Togatorop, &
T. Pasaribu. 2003. Pemanfaatan bioaktif
tanaman sebagai “feed additive” pada ternak unggas: Pengaruh pemberian gel lidah buaya
atau ekstraknya dalam ransum terhadap
penampilan ayam pedaging. JITV. 8:139-
145.
Sinurat, A.P., E. Wina, S.I.W. Rakhmani, T.
Wardhani, T. Haryati, & T. Purwadaria.
2018. Bioactive substances of some herbals and their effectiveness as antioxidant,
antibacteria and antifungi. JITV 23(1):18-27.
Sinurat, A.P. 2013. Bioaktif tanaman lidah buaya sebagai imbuhan pakan unggas. In: Sumarno
TD, Soedjana, Suradisastra K, editors.
Membumikan Iptek Pertanian. IAARD
Press. Jakarta.
Siragusa, G.R., G.J. Haas, P.D. Matthews, R.J.
Smith, R.J. Buhr, N.M. Dale, & M.G. Wise.
2008. Antimicrobial activity of lupulone against Clostridium perfringens in the
chicken intestinal tract jejunum and caecum.
J Antimicrob Chemoth. 61:853-858.
Soares, G.M.S., L.C. Figueiredo, M. Faveri, S.C.
Cortelli, P.M. Duarte, & M. Feres. 2012.
Mechanisms of action of systemic
antibiotics used in periodontal treatment and mechanisms of bacterial resistance to these
drugs. J Appl Oral Sci. 20(3):295-309.
Soares, M.C., E.T. Riberio, E.M. Kuskoski, L.V. Gonzaga, A. Lima, J.M. Filho, & R. Fett.
2008. Composition of phenolic acids content
in apple (Malus sp) pomace. J Agric Sci.
29:339-348.
Spelman, K., J.J. Burns, D. Nichols, N. Winters, S.
Ottersberg, & M. Tenborg. 2006.
Modulation of cytokine expression by traditional medicines: A review of herbal
immunomodulators. Alternative Med Rev.
11:128-146.
Stanacev, V., D. Glamocic, N. Milosevic, N.
Puvaca, V. Stanacev, & N. Plavsa. 2011.
Effect of garlic (Allium sativum L.) in
fattening chicks nutrition. Afr J Agric Res.
6:943-948.
Steiner, T. 2009. Phytogenics in Animal Nutrition :
Natural Concepts to Optimize Gut Health
And Performance. Nottingham University
Press. Nottingham.
Syafwan, S., R.P. Kwakkel, & M.W.A Verstegen. 2011. Heat stress and feeding strategies in
meat-type chickens. World's Poult Sci J. 67:
653-673.
Talazadeh, F., M. Mayahi, & M. Naghavi. 2017. The Effect of Antibiofin® on the Immune
Response Against Avian Influenza Subtype
H9N2 Vaccine in Broiler Chickens. Int J
Enteric Pathog. 4(3):e39396.
Tamzil, M.H. 2014. Stres panas pada unggas:
metabolisme, akibat dan upaya
penanggulangannya. Wartazoa 24(2):57-66.
Tan, B.K. & J. Vanitha. 2004. Immunomodulatory
and antimicrobial effects of some traditional
Chinese medicinal herbs: a review. Curr
Med Chem. 11:1423-30.
Tizard, I.R. 2000. Immunology: An Introduction.
6th Ed. Saunders College Publishing. New
York. pp. 98-161.
Trombetta, D., F. Castelli, M.G. Sarpietro, V.
Venuti, M. Cristani, C. Daniele, A. Saija, G. Mazzanti, & G. Bisignano. 2005.
Mechanisms of antibacterial action of three
monoterpenes. Antimicrob Agents Ch.
49:2474-2478.
Turan, B. 2010. Role of Antioxidants in Redox
Regulation of Diabetic Cardiovascular
Complications. Curr Pharm Biotech. 11:819-
836.
Uddin, M.J., K. Kaewmala, D. Tesfaye, E. Tholen,
C. Looft, M. Hoelker, K. KarlSchellander, &
M.U. Cinar. 2013. Expression patterns of porcine Toll-like receptors family set of
genes (TLR1-10) in gut-associated lymphoid
tissues alter with age. Res Vet Sci. 95:92-
102.
Ultee, A., M.H. Bennik, & R. Moezelaar. 2002.
The phenolic hydroxyl group of carvacrol is essential for action against the food-borne
pathogen Bacillus cereus. Appl Environ
Microbiol. 68:1561-1568.
Vukić-Vranješ, M., N. Tolimir, D. Vukmirović, R. Čolović, V. Stanaćev, P. Ikonić, & S.
Pavkov. 2013. .Effect of phytogenic
Hidayat et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis 6(2):188-213
213
additives on performance, morphology and
caecal microflora of broiler chickens.
Biotechnol Anim Hus. 29(2):311-319.
Waldenstedt, L., J. Inborr, I. Hansson, & K.
Elwinger. 2003. Effects of astaxanthin-rich
algal meal (Haematococcus Pluvalis) on
growth performance, caecal campylobacter and clostridial counts and tissue astaxanthin
concentration of broiler chickens. Anim
Feed Sci Tech. 108:119-132.
Wallace, R.J., W. Oleszek, C. Franz, I. Hahn,
K.H.C. Baser, A. Mathe, & K. Teichmann.
2010. Dietary plant bioactives for poultry health and productivity. Bri Poult Sci. 51(4):
461-487.
Wati, T., T.K. Ghosh, B. Syed, & S. Haldar. 2015.
Comparative efficacy of a phytogenic feed additive and anantibiotic growth promoter
on production performance, caecal microbial
population and humoral immune response of broiler chickens inoculated with enteric
pathogens. Anim Nutr. 1:213-219.
Wenk, C. 2006. Are herbs, botanicals and other related substances adequate replacements for
antimicrobial growth promoters? In:
Antimicrobial Growth Promoters, Barug D.,
Jong J. de., Kies A.K., Verste M.W.A. (eds). Wageningen Academic Publishers, The
Netherlands, pp. 329-340.
Wiedosari, E. 2007. Peranan imunomodulator alami (Aloe vera) dalam sistem imunitas
seluler dan humoral ening wiedosari.
Wartazoa 17(4)165-171.
Windisch, W. & A. Kroismayr. 2006. The effects of phytobiotics on performance and gut
function in monogastrics. Accessed in 2006.
www.feedinfo.com.
Windisch, W., K. Schedle, C. Plitzer, & A.
Kroismayr. 2008. Use of phytogenic
products as feed additives for swine and
poultry. J Anim Sci. 86:E140-E148.
Windisch, W., K. Schedle, Plitzner C, & A.
Kroismayr. 2008. Use of phytogenic
products as feed additives for swine and poultry. Journal of Animal Science
86(14):140-148.
Windisch, W.M., K. Schedle, C. Plitzner, & A.
Kroismayr. 2008. Use of phytogenic
products as feed additives for swine and
poultry. J Anim Sci. 86:140-148
Yang, Y., P.A. Iji, & M. Choct. 2009. Dietary
modulation of gut microflora in broiler
chickens: a review of the role of six kinds of alternatives to in-feed antibiotics. World’s
Poult Sci J. 65: 97-114.
Yap, P.S.X., B.C. Yiap, H.C. Ping, & S.H.E. Lim. 2014. Essential oils, a new horizon in
combating bacterial anti-biotic resistance.
Open Microbiol J. 8:6-14.
Zainuddin, D., T. Wardhani, Ujianto, & Kadiran.
2013. Suplementasi herbal dalam
meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatan
ayam lokal KUB. Prosiding Nasional Pengembangan Ternak Lokal. Universitas
Andalas. Padang.
Zaki, M.M., W.A. Abd El-Ghany, & R.M.S Korany. 2016. Effect of certain phytobiotics
on the immune response of newcastle
disease vaccinated broiler chickens. Asian J
Poult Sci. 10(3):134-140.
Zhang, G.F., Z.B. Yang, Y. Wang, W.R. Yang,
S.Z. Jiang, & G.S. Gai. 2009. Effects of
ginger root (zingiber officinale) processed to different particle sizes on growth
performance, antioxidant status and serum
metabolites of broiler chickens. J Poult Sci.
88:2159-2166.
Zhang, S., J.H. Jung, H.S. Kim, B.Y. Kim, & I.H.
Kim. 2012. Influences of phytoncide
supplementation on growth performance, nutrient digestibility, blood profiles, diarrhea
scores and fecal microflora shedding in
weaning pigs. Asian–Australas. J Anim Sci.
25:1309-1315.
Zhou, T.X., Z.F. Zhang, & I.H. Kim. 2013. Effects
of dietary Coptis chinensis herb extract on growth performance, nutrient digestibility,
blood characteristics and meat quality in
growing-finishing pigs. Asian-Australas. J
Animal Science 26:108-115.
Top Related