Download - Presentasi Kasus perina.pptx

Transcript

Presentasi Kasus

Penyusun : Alifia FaraghtaPembimbing: dr. Gunawan, SpA

Identitas pasien

• No. Rekam Medik : 1216435• Nama : By. J• Tempat/Tanggal lahir : Jakarta/12-3-2013• Jenis Kelamin : Perempuan• Agama : Islam• Suku Bangsa : Jawa/Sunda• Jaminan Pembayaran : Jamkesmas

Identitas orang tuaIbu Ayah

No. Rekam Medik 01216419 -

Nama JS HS

Tempat/Tanggal Lahir

Cilacap. 2/5/1980 27-06-1977

Umur 32 tahun 10 bulan 35 tahun

Agama Islam Islam

Alamat Sukmajaya, Depok Sukmajaya, Depok

Pendidikan Tamat SLTA Tamat SLTA

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta

Jaminan Pembayaran

Jamkesmas

Keluhan Utama

• Anamnesis dilakukan pada tanggal 13 maret 2013 berdasarkan data rekam medis dan alloanamnesis dengan ibu pasien.

• Bayi lahir dengan kesulitan bernapas dari ibu G2P1A0

Riwayat penyakit sekarang

Bayi lahir •Pasien lahir pada tanggal 12 maret pukul 06.45 WIB lahir secara SC atas indikasi letak lintang. lahir tunggal dari ibu dengan kehamilan 38 minggu. Warna ketuban hijau lumpur berbau.

Dilakukan resusitasi •Menurut ibu, pasien lahir tidak langsung menangis, usaha bernapas lambat, terlihat sesak, ada reaksi melawan, tubuh kemerahan kaki dan tangan biru, (berdasarkan rekam medis: APGAR Score 7/8).

•Berat lahir pasien 2650 gram dengan panjang badan 45 cm (berdasarkan rekam medis: lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar perut 27 cm, lingkar lengan atas 10 cm).

RPS (2)• Pasien masuk ke ruang perinatologi pukul 09.00 dalam

keadaan sesak, akral dingin, suhu 35,5 oC, frekuensi denyut jantung 120x/menit, napas 92x/menit. Akral hangat, ubun-ubun rata, tampak sesak, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada, kelembaban baik, dada simetris, tali pusat basah tidak berbau terbalut kasa steril, warna kulit merah mudah, tidak sianosis, turgor baik, refleks menelan baik, refleks genggam baik, refleks babinski baik.

• Pasien bisa buang air besar dan buang air kecil. Pasien tidak langsung diberi air susu ibu (ASI)

Riwayat kehamilan dan kelahiran• Ibu G2P1A0 dengan hari pertama haid terakhir adalah tanggal 22 juni 2012. Ibu

hamil selama 38 minggu. Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan tertur setiap bulan di puskesmas. Ibu telah di usg 2x di rsud depok dan hasilnya tidak ada kelainan.

• Selama kehamilan, asupan makanan ibu baik. Makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu. Nafsu makan tidak berkurang. Ibu tidak memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol, merokok, narkoba maupun konsumsi obat tertentu.

• Ibu memiliki riwayat hepatitis pada tahun 2009 dan telah berobat. Tetapi pasien lupa obatnya.

• Saat ini ibu pasien sedang dalam pengobatan Tuberculosis bulan ke 4, dan mengkonsumsi obat rifampisin dan isoniazid. Ibu tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, perdarahan selama kehamilan, maupun kejang selama kehamilan. Ibu mengeluhkan keputihan yang banyak, tidak berbau, berwarna putih.

Tahun 2009

• Ibu menderita hepatitis

Bulan ke 5 kehamilan

• Ibu mengeluh batuk lama, dilakukan tes sputum BTA (+) di terapi OAT

1 hari sebelum kelahiran

• Ibu demam tinggi (tidak diukur)

Riwayat kelahiran dan kehamilan

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, jantung disangkal oleh orangtua pasien. Suami pasien menderita tuberculosis dan sekarang dalam pengobatan OAT bulan ke 6.

Riwayat Keluarga• Pasien adalah anak kedua dari pasangan Ny. JS

dan Tn. HS yang sudah menikah selama 10 tahun dan merupakan pernikahan pertama.Anak pertama pasien sekarang berusia 4 tahun,usia kehamilan 39 minggu lahir spontan di bidan berat 3000 gram, keadaan anak pertama saat ini sehat dan tidak terdapat kelainan

– Riwayat Nutrisi• Saat dirawat pasien

puasa selama 2 hari, kemudian perlahan diberikan air/peptamin. Bayi belum diberikan ASI. ASI ibu sudah keluar.

– Riwayat Sosial/Ekonomi• Ibu sebagai Ibu rumah

tangga, tidak bekerja. Bapak bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga. Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp.1.200.000,-/bulan. Bapak memiliki kebiasaan merokok.

Riwayat Perumahan dan Sanitasi Lingkungan

• Ibu dan bapak pasien mengontrak rumah. Rumah terletak di dalam komplek. Rumah memiliki ventilasi yang cukup, cahaya masuk ke dalam rumah pada siang hari, dapat membaca dalam setiap ruangan tanpa lampu pada siang hari. Lingkungan rumah cenderung bersih

Pemeriksaan Fisik• Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 maret 2013, pukul 17.00 WIB.• Keadaan umum : bayi menangis kurang kuat, gerak kurang aktif, ikterik (-).• Kesadaran : compos mentis• Tanda vital: • HR : 150 x / menit• RR : 80 x / menit• Suhu : 37,2 °C diukur di aksila dextra

Berat badan : 2650 gramPanjang badan : 45 cmLingkar kepala: 33 cmLingkar dada : 31 cmLingkar perut : 27 cmLingkar lengan atas : 10 cm

PF (2)

• Kulit : ikterik (-) di seluruh tubuh, petekie (-), sianosis (-).• Kepala : caput (-), UUB datar, normochepal, rambut halus.• Mata : CA -/-, SI -/-, katarak (-), pupil bulat isokor +/+, refleks

cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+• Telinga : serumen (-/-), low set ear (-)• Hidung : septum deviasi (-), sekret (-),napas cuping hidung(+).• Mulut : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (+), pucat (-),

palatoskisis (-)• Tenggorok : sulit dinilai.• Leher : KGB tidak teraba

• Toraks : bentuk dan gerak dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi epigastrium (+),areola terangkat, puncak 3-4 mm.

• Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi: ictus cordis teraba di ICS IV line midclavicularis sinistra. Perkusi : tidak dilakukan. Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

• ParuInspeksi : simetris saat statis dan dinamis.Palpasi : tidak ada benjolan (-).Perkusi : tidak dilakukan.Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronchi +/+, Wheezing -/-, grunting (+)

Neonatal cukup bulan

– sesuai masa

kehamilanSumber : New Intrauterine Growth Curves Based on United States Data. Pediatrics

2010;125;e214; originally published online January 25, 2010 diunduh dari http://pediatrics.aappublications.org/content/125/2/e214.full.pdf

Follow up

Pemeriksaan penunjang

PP (2)

Golongan Darah : B/RH (+)• Pemeriksaan kultur dan sensitivitas darah (12/3/13)• Biakan negatif

diagnosis

• Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan—SC atas indikasi Letak lintang

• Respiratory distress ec MAS dd Sepsis• Riwayat Ibu dengan Hepatitis dan TB on OAT

bulan ke 4• Ibu dengan riwayat IIP

Penatalaksanaan • Setiap hari:

– Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda sesak napas dan sepsis

– Jaga suhu 36.5-37.5– Timbang berat badan/hari

• Tanggal 12/03/13• D 10 % 6,5 cc/jam• Puasa• Amoksisilin 2 x 125 mg (1)• Gentamisin 1 x 12.5 mg/36

jam (1)

• Tanggal 13/03/13• D 10% 7,7 cc/jam• Puasa• Amoksisilin 2 x 125 mg (2)• Gentamisin 1 x 12.5 mg/24 jam

(2)• Tanggal 14/03/13• NS + KCL 8,8 cc/jam• AS 40 cc• A/P 8 x 5 cc/sonde• Amoksisilin 2 x 125 mg (3)• Gentamisin 1 x 12.5 mg (3)

• Tanggal 15/03/13• - IVFD NS+ KCl• - 8 x 10 / OGT• Amoksisilin 2 x 125 mg (4)• Gentamisin 1 x 12.5 mg (4)• Tanggal 16/03/13• A/P 8 x 15 cc• AS 40 cc• IVFD NS+ KCl• Amoksisilin 2 x 125 g (5)• Gentamisin 1 x 12.5 (5)

• Tanggal 17/03/13• A/P 8 x 20 cc• AS 40 cc• IVFD NS+ KCl• Amoksisilin 2 x 125 g (6)• Gentamisin 1 x 12.5 (6)• Tanggal 18/03/13• A/P 8 x 30 cc• AS 40 cc• IVFD NS+ KCl 12 cc• Amoksisilin 2 x 125 g (7)• Gentamisin 1 x 12.5 (7)• Tanggal 19/3/13• Cefotaxime 2 x 150 mg (1)• Mikasin 2 x 20 mg

prognosis

• PROGNOSIS• Ad vitam : Dubia ad bonam• Ad functionam : Dubia ad malam• Ad sanationam : Dubia ad bonam

Analisa diagnosisDiagnosis Respiratory distress

• Takipnea (frekuensi napas > 60 x/m)• Retraksi Interkostal dan epigastrium• Pasien merintih (grunting)• Sianosis perifer

MAS

• Pada terdapat faktor resiko MAS yaitu ibu yang sedang infeksi dan ketika lahir didapatkan warna ketuban hijau kental dan ketika dilakukan suction di dapatkan air ketuban hijau kental

• Untuk evaluasi lebih lanjut, perlu dilakukan Ro toraks

Sepsis

• Gejala klinis pada sepsis sering tidak spesifik. Pada pasien ditemukan respiratory distress, takikardi, perubahan suhu tubuh yang tidak stabil.• Faktor resiko sepsis pada pasien ini adalah demam intrapartum, kemudian terdapat takikardi janin yang menandakan adanya stress pada janin. • Pada pemeriksaan Lab didapatkan :• Hemoglobin: 14.5, Hematokrit :45, Leukosit :3,900, Trombosit :10.000, Eritrosit :4,10jt, CRP :98

Analisa tatalaksana

Pemilihan antibiotik berbeda tiap rumah sakit dan disesuaikan dengan hasil kultur. Pada tanggal 18/3/13 hasil CRP =98 maka dilakukan penggantian antibiotik

Tanggal 12/3/13 - 18/3/18

Amoksisilin 2 x 125 mg

(1)Gentamisin

1 x 12.5 mg/36 jam

Tanggal 19/3/13 Cefotaxime 2 x

150 mg Mikasin 2 x 20 mg

Kebutuhan cairan

• Pada pasien hari ke 3 diberikan NS + KCL 8,8 cc/jam +AS 40 cc : 251,2/24 jam kebutuhan seharusnya 100x 2,65 = 265

Riwayat Ibu dengan Hepatitis dan TB on OAT bulan ke 4

• Hasil lab ibu pasien (14/3/13) menunjukan HbsAg non reaktif (<0,10) dan anti Hbs 5,59. Maka pada pasien tidak perlu diberikan HbIg

• Untuk evaluasi TB pada pasien diperlukan pemeriksaaan RO toraks dan evaluasi keadaan klinis ( repiratory distress, hepatosplenomegali, demam, letargi, tolenransi minum buruk, gagal tumbuh dan distensi abdomen)

• Pada pasien terdapat respiratory distress, maka perlu dilakukan rongent toraks dan bilas lambung

• Kemudian setelah 1 bulan dapat dilakukan uji tuberculin (+) bila indurasi >5 mm (-) < 5 mm, bila (+) lakukakn terapi TB

RESPIRATORY DISTRES

epidemiology• keseluruhan tingkat kejadian RD adalah 6.7%. • Insiden tersering pada bayi premature (30.0%) post-term (20.9%) dan

aterm (4.2%). • Transient tachypnea of newborn (TTN) (42.7%) matur dan premature• Infeksi (17.0%)• meconium aspiration syndrome (10.7%) term and post-term • hyaline membrane disease (9.3%) kebanyakan pada premature• birth asphyxia (3.3%).

• Kumar A, Bhat BV. Epidemiology of respiratory distress of newborns. SourceDepartment of Pediatrics (Neonatal Division), Jawaharlal Institute of Postgraduate Medical Education and Research, pondicherry http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10829971

definisi

• Keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang diatandai dengan

• Takipneu• Retraksi• Nafas cuping hidung• Merintih atau grunting• Sianosis • Apneu atau henti napas

embriologi

• Berasal dari embrionic foregut • 3 minggu usia gestasi terbentuk bronkhi

utama• Pertumbuhan kearah kaudal ke mesenkim

sekitar• Epitelium mmbntuk alveolar secara

endodermal membentuk alveoli dan saluran nafas

surfaktan

• Dibentuk oleh sekitar usia kehamilan 22 minggu

• Komponen : fosfolipid dan DPPC• Fungsi untuk mengurangi teganggan

permukaan dan menstabilkan saluran nafas kecil selama ekspirasi yang menungkinkan stabilisasi dan pemeliharaan sisa volume paru

Klasifikasi gangguan nafasFrekuensi napas Gejala tambahan gangguan

napasKlasifikasi

>60x/mnt DENGAN Sianosis sentral dan retraksi atau merintih saat ekpirasi

Gangguan napas berat

ATAU > 90x/mnt DENGAN Sianosis sentral atau retraksi atau merintih saat ekpirasi

Gangguan napas berat

ATAU <30x/mnt DENGAn atau TANPA Gejala lain dari gangguan napas

Gangguan napas berat

60-90x/mnt DENGAN retraksi atau merintih saat ekpirasi tetapi tanpa sianosis

sentral

Gangguan napas sedang

>90x/mnt TANPA retraksi atau merintih saat ekpirasi atau sianosis sentral

Gangguan nafas sedang

60-90x/mnt TANPA retraksi atau merintih saat ekpirasi atau sianosis sentral

Gangguan nafas sedang

60-90x/mnt TNPA retraksi atau merintih saat ekpirasi tetapi dengan sianosis

sentral

Kelainan jantung kongenital

Skoring downes

Asfiksia

• keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

• Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

Manifestasi klinis

• Bradipneu atau apnue• denyut jantung kurang dari 100x/menit,• kulit sianosis, pucat,• tonus otot menurun, • tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Diagnosis gangguan napas

1. Langkah awal untuk mencari

penyebab

• Anamnesis• Pemeriksaan fisik

yang tepat• Menilai tingkat

maturitas bayi dgn ballard atau dubowitz

2. Pemeriksaan penunjang

• Ro thorax• AGD• Septic work up:

kultur darah dan jumlah sel

• Status metabolik : AGD ,GDS

1. Prematuritas2. RDS3. Sindrom aspirasi mekonium4. Infeksi: pneumonia5. Trauma persalinan sungsang6. Kongesti nasal7. Depresi SSP8. Paralisis nervus frenikus9. Takikardi/bradikardi pd janin10.Depresi neonatal11.Tali pusat menumbung12.Gang SSP 13.Kelainan kongenital14.Diabetes pada ibu15.Perdarahan antepartum pd

persalinan kurang bulan16.Partus lama17.Ketuban pecah dini18.Oligohidroamnion19.Penggunaan obat berlebihan

1. merintih/grunting tetapi warna kulit masih kemerahan

2. Sianosis3. Retraksi4. Tanda obstruksi sal napas:

atresia koana5. Air ketuban bercampur

mekonium (warna hijau-kekuningan pada tali pusat)

6. Abdomen mengempis (scaphoid abdomen)

Gagal napas :1. PaCO2 > 50 mmHg2. PaO2 < 60 mmHg3. Saturasi oksigen arterial <

90%

Ro thorax bayi dengan RDS :1. Gambaran retikulogranular

difus bilateral atau gambrana bronkhogram udara (air bronchogram) dan paru yang tidak berkembang.

2. Gambaran jantung yg samar mungkin normal/membesar

Untuk melihat adanya hal lain :3. Malposisi pipa endotrakheal4. Pneumotoraks5. Pneumonia6. Efusi pleura

http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html Respiratory Distress in the NewbornCHRISTIAN L. HERMANSEN, MD, and KEVIN N. LORAH, MD, Lancaster General Hospital, Lancaster, PennsylvaniaAm Fam Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.

Faktor Predisposisi terjadinya distres respirasi

• Bayi kurang bulan paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli

• Depresi neonatal :– Kehilangan darah dalam periode perinatal– Aspirasi mekonium– Pneumotoraks akibat tindakan resusitasi– Hipertensi pulmonal dengan pirau kanan ke kiri

• Bayi dari ibu DMterjadi RD karena kelambatan pematangan paru

• Bayi lahir SC: berapapun usia gestasinya dapat mengakibatkan terlambatnya absorbsi cairan paru (TTN: Transient Tachypnea of the Newborn)

• Bayi lahir dari ibu demam,ketuban pecah dini,airketuban berbau busuk pneumonia bakterialis atau sepsis

• Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium aspirasi mekonium

Diagnosis banding

1. Kelainan sistem respirasi 2. Sepsis3. Gangguan sist

kardiovaskuler4. Metabolik5. Gangguan sist hemopoetik6. SSP

1. Obs truksi sal napas atas (atresia khoana, web laringeal, higroma, gondok, laringo/trakheomalasia, sindroma Piere Robin)

2. RDS3. TTN4. Pneumonia5. Sindroma aspirasi

mekonium6. PPHN 7. Pneumotoraks,atelektasis,

perdarahan paru.efusi pleura,palsi nervus frenikus

8. Malformasi kongenital9. Displasia bronkopulmoner

1. PJB2. CHF3. PDA4. syok

1. asidosis2. Hipo/hipertermia

3. Gang keseimbangan elektrolit

4. hipoglikemia

1. Perdarahan2. Asfiksia saat lahir

Manajemen spesifik gangguan napas

• Gangguan napas berat• Gangguan napas sedang• Gangguan napas ringan

1. Teruskan pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang2. Tangani sebagai kemungkinan besar sepsis3. Bila bayi perburukan/sianosis sentral naikkan O2 pada kecepatan

aliran tinggi4. Jika gang napas masih menetap setelah 2 jam pasang pipa

lambung untuk mengosongkan cairan lambung dan udara5. Nilai kondisi bayi/6 jam6. Jika bayi terlihat tanda perbaikan kurangi pemberian O2 secara

bertahap7. Mulailah pemberian ASI peras melalui OGT8. Jika pemberian O2 tak diperlukan lagi,bayi mulai dilatih menyusu9. Pantau / 3 jam : FN, retraksi dinding dada,suara merintih saat

ekspirasi,episode apneu10. Periksa GDS 1x/hari sampai setengah kebutuhan minum dipenuhi

peroral11. Amati bayi selama 24 jam setelah pemb AB dihentikan . Jika bayi

tampak kemerahan tanpa terapi O2 selama 3 hari dan tidak ada masalah lain,bayi dapat dipulangkan

1. Lanjutkan pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang2. Jangan diberikan minum3. Jika terdapat suhu aksiler <34 C/ > 39 C , air ketuban bercampur

mekonium, riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat, ketuban pecah dini (> 18 jam) ambil sampel darah untuk kultur dan beri antibiotik (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis

4. Bila suhu aksiler 34-36,5 C atau 37,5- 39 C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam

5. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Jika suhu kembali abnormal ulangi tahap diatas

6. Bila tidak ada tanda tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam , apabila tidak ada tanda tanda perbaikan atau menjadi perburukan terapi untuk kemungkinan sepsis

7. Bila tampak perbaikan kurangi terapi O2 secara bertahap8. Pasang OGT/NGT berikan ASI peras setiap 2 jam9. Bila tak diperlukan lagi pemberian O2,mulailah melatih bayi

menyusu10. Amati bayi selama 24 jam setelah pemb AB dihentikan, bila bayi

tampak kemerhana tanpa pemberian O2 selama 3 hari, dan tak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan

1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya2. Bila gangguan napas memburuk/ muncul gejala sepsis terapi

kemungkinan sepsis dan tangani gangguan napas sedang atau berat

3. Berikan ASI bila bayi mampu menghisap4. O2 kurangi pemberian O2 secara bertahap apabila ada perbaikan

gangguan napas.5. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60x/

menit6. Amati bayi dalam 24 jam, jika tidak ada perburukan,tanda sepsis

dan tidak ada masalah lain yg butu perawatan , bayi dapat dipulangkan

Sepsis RD

• SIRS (systemic inflammatory response syndrome) infeksi dengan respons sistemik pada stadium lanjut perubahan fungsi berbagai organ tubuh Multi organ dysfunction syndrome distres pernapasan

Sepsis neonatorum

• Sepsis pada BBL adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih.

• Sepsis neonatal biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat.

Pendekatan Diagnosis

• Bila terdapat satu faktor risiko mayor dan dua risiko minor maka pendekatan diagnosis dilakukan secara aktif dengan melakukan pemeriksaan penunjang (septic work-up) sesegera mungkin.

Pendekatan Diagnosis• Philip dan Hewitt pada tahun 1980 melakukan penapisan

sepsis neonatorum awitan dini berdasarkan kombinasi 5 pemeriksaan laboratorium yaitu :

1. Jumlah leukosit < 5.000 / mm32. Rasio neutrofil imatur : total neutrofil ≥0,23. Laju endap darah ≥15 mm/jam4. Latex C-Reactive Protein positif (> 0,8 mg/100 mL)5. Latex haptoglobin positif (>25 mg/100 mL)• Pasien ditetapkan sepsis bila terdapat 2 atau lebih faktor

tersebut dan hal ini mempunyai sensitifitas 93% dan spesifisitas 88%.

Pendekatan Diagnosis

• Selanjutnya dikemukan bahwa semakin besar jumlah skor, kemungkinan sepsis juga akan meningkat.

• Apabila jumlah skor ≥3 sensitifitas dapat mencapai 96%, spesifisitas 78%,

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksanaan

1 Pemberian antibiotik• Pemilihan antibiotik untuk terapi inisial

mengacu pada jenis kuman penyebab tersering dan pola resistensi.

• Segera setelah didapatkan hasil kultur darah, pemberian antibiotik disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola resistensi.

Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini

• Pada bayi dengan SAD, terapi empirik harus meliputi SGB, E. coli, dan Listeria monocytogenes.

• Kombinasi penisilin atau ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai aktivitas antimikroba lebih luas dan umumnya efektif terhadap semua organisme penyebab SAD.

TB perinatal

MAS• Saat dalam uterus, pasase mekonium berasal dari stimulasi

neural dari GIT yang matang dan biasanya dari stres hipoksia janin.

• Ketika janin mendekati masa kelahiran, GIT matang dan stimulasi vagal atau kompresi tali pusat gerakan peristaltis dan relaksasi dari sfingter rectum pengeluaran mekonium

• Efek dari mekonium yang keluar ke cairan amnion dapat menurunkan aktifitas dari antibacterial dan meningkatkan resiko dari infeksi bakteri perinatal

• Aspirasi menginduksi hipoksia melalui 4 efek pulmonal: obstruksi jalan napas, disfungsi surfaktan dalam alveoli, pneumonitis kimia, dan hipertensi pulmonal.

• MAS kemudian bermanifestasi respiratory distress dan tali pusat, jari kuku, dan kulit yang berwarna kuning-kehijauan.

Faktor risiko yang berperan adalah :• Kehamilan postmatur• Preeklamsia• Maternal Diabetes• Oligohidroamnion• Ibu hipertensi• Maternal drug abuse seperti kokain dan tembakau• Insufisiensi plasenta• Infeksi maternal/Chorioamnionitis• Hipoksia janin

Daftar Pustaka

• Davis Ma. Respiratory disorders of the newborn. Diunduh dari URL: http//www.Respiratory disorders od the Newborn Library Med.htm

• Pramanik A. Respiratory distress syndrome. Diundur dari URL : http//www.eMedicine-Respiratory Distress Syndrome Article by Arun Pramanik,MD. Htm

• Ranjit,S. Acute respiratory failure and oxygen therapy. The Indian J Ped 2001; 69 (3): 249-55.• Ranjit,S. Respiratory distress in the neonates. Diunduh dari URL : http//www.Respiratory distress in the neonates.Final

5.18.98.pdf• Shaban. Neonatal Respiratory Disorder. 2011. [Diakses 20 maret, 2013]. Diunduh dari :

http://web2.aabu.edu.jo/tool/course_file/lec_notes/1001441_newborn-respiratory%20system.pdf • Mathai, Raju, Kanitkar. Management of respiratory distress in the newborn. MJAFI, 2007; 63(3). P269-72• Priestly MA. Respiratory failure. Diunduh dari URL : http//www.e-medicine-repiratory failure article by Margaret A

priestly,MD.htm• Departemen Kesehatan RI-UKK perinatologi IDAI-MNH-JHPIEGO. Buku Pnaduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk

Dokter. Kosim MS,Surjono A,Setyowireni D, penyunting.Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2004• Wood DW Downes JJ, Locks HI. A clinical score for the diagnosisof respiratory failure. Am J Dis Child 1972 ; 123 : 227-9• Welty S, Hansen TS, Corbet A. Respiratory distress in preterm. Dalam: Taeusch HW,Ballard RA, Gleason CA, penyunting. Avery’s

disease of the newborn. New York : Elsevier Saunders, 2005.h.687-703.• Greenough A,Milner AD.Pulmonary disease of the newborn. Dalam: Rennie JM, penyunting. Roberton’s text book of

neonatology. New York:Elsevier Saunders, 2005.• Ballard RA, Hansen TN, Corbet A. Respiratory failure in the term infant. Dalam : Taeusch HW, ballard RA, Gleason CA,

penyunting. Avery’s disease of the newborn. NY : Elsevier Saunders, 2005.h.705-22.

• CHRISTIAN L. HERMANSEN, MD, and KEVIN N. LORAH, MD, Respiratory Distress in the Newborn Am Fam Physician. Lancaster General Hospital, Lancaster, Pennsylvania. 2007 Oct 1;76(7):987-994. http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html

• Hein HH, Ely JW, Lofgren MA. Neonatal respiratory distress in the community hospital: when to transport, when to keep. J Fam Pract. 1998;46:284–9.

• Gerdes JS. Diagnosis and management of bacterial infections in neonate. Pediat Clin N Am 2004 ;51:939• Bellig LL, Ohning BL. Neonatal sepsis. Diunduh dari URL http: //www.emedicine.com/ped/topic2630.htm• Bone RC. Immunologic dissonance : a continuing evolution in our understanding of the systemic

inflammatory response syndrome and multiple organ dysfunction syndrome. Ann Intern Med.1996• Proulx F, Fayon M,Farrel C, et al. Epidemiology of sepsis an and multiple organ dysfunction syndrome in

children. Chest 1996• Hoffman DJ. Harris MC. Diagnosis of neonatal Sepsis. Dalam Spitzer AR St.louis Mosby 1996• Rodwell RL, Lesli AL,Tudehope DI :early diagnosis of neonatal sepsis using a hematologic scoring system. J

pediatric 1988• Anderson GD. Tuberculosis in pregnancy. Seminars in perinatology 1997• Starke JR, Munoz F.Tuberculosis : Behrmann. Nelson Textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadephia. 2000

h .886-97• Rahajoe, NN et al. Pedoman nasional tuberkulosis anak. UKK respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.

2008 h.87