Download - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/7847/1/098114023_Full.pdf · Persetuj uan Pembimbing OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR BISFENOL A DALAM EKSTRAK

Transcript
  • OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR

    BISFENOL A DALAM EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK BOTOL AIR

    MINUM MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

    TINGGI FASE TERBALIK

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Ina Juni Natasia

    NIM : 098114023

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR

    BISFENOL A DALAM EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK BOTOL AIR

    MINUM MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

    TINGGI FASE TERBALIK

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Ina Juni Natasia

    NIM : 098114023

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Persetuj uan Pembimbing

    OPTIMASI DAN VALIDASI METODE PENETAPAN KADARBISFENOL A DALAM EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK BOTOL AIR

    MINUM MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJATINGGI T'ASE TERBALIK

    Skripsi yang diajukan oleh:

    Ina Juni Natasia

    hIIM : 098 114023

    telah disetujui oleh:

    Pembimbing

    \*\ t\\i\"or

    t, tt, $_*g= *s,tt----*:"

    '' ii "'"F"*")*

    t"h *24'd

    (Prof. Dr. Sri Noegroh ati, Apt.) tanggal 16 Juli 20T3

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • Pengesahan Skripsi Berjudul

    OPTIMASI DAI\[ VALIDASI METODE PEIIETAPAN KADARBISFENOL A DALAM EKSTRAK AIR DAII EKSTRAK BOTOL AIR

    IVIINUM MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJATINGGI FASE TERBALIK

    Oleh:

    Ina Juni Natasia

    NIM:098 114023

    Dipertahankan dihadapan Panitia Penguj i Skipsi

    Fahltas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma

    Pada tanggal: 16 Juliz0n

    Panitia penguji:

    1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.

    2. Jeffry Julianus, M.Si.

    3. Lucia Wiwid Wljayantio M.Si.

    iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERI\TYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa slcripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya abu bagian karya ofing lain, kecuali yang t€hh disebutkan

    dalam kutipan dan daftarpustaka" sebagaimana layah,nyakarya ilmiah.

    Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

    maka saya bersedia menganggung segala sariksi sesuai peraturan

    undangan yang berlaku

    Yogyakarta,17 Juli }AnPenulis

    dW(Ina Juni Natasia)

    lv.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • LEMBAR PERIIYATAAI\T PERSETUJUAhI PT]BLIKASI KARYA ILMIAH

    T]NTT]K KEPENTINGAI\ AKAI}EMIS

    Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Ina Juni NatasiaNomor Matrasiswa : 098114023

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    OPTIMASI DAIY VALIDASI METODE PEIIETAPAI\I KAI}AR BISFENOL

    A DALAM EKSTRAK AIR DAI\[ EKSTRA.K BOTOL AIR MIITT'MMENGGTJNAKAIT KROMATOGRAFI CAIR KIIVERJA TINGGI FASE

    TERBALIK

    Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

    kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

    mengalihkan dalam bentuk media lain" mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4

    mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet atau media lain

    untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi

    royalti kepada saya selama tetap mencantumkan narna saya sebagai penulis.

    Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal : 17 Juli 2013

    Yang menyatakan

    ilW(Ina Juni Natasia)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Bila gunung di hadapanku tak jua berpindah

    Kau berikanku kekuatan untuk mendakinya

    Kulakukan yang terbaikku, Kau yang selebihnya

    Tuhan selalu punya cara

    Membuatku menang pada akhirnya

    -Lirik Lagu Tuhan Selalu Punya Cara-

    Karya ini aku persembahkan untuk orang tua, keluarga,

    sahabat, dan almamaterku tercinta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih karunia-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

    berjudul “Optimasi dan Validasi Metode Penetapan Kadar Bisfenol A dalam

    Ekstrak Air dan Ekstrak Botol Air Minum Menggunakan Kromatografi Cair

    Kinerja Tinggi Fase Terbalik” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

    salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas

    Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis

    banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu,

    penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas

    Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta yang turut memberikan saran dan masukan

    untuk penulis selama tahap penelitian.

    3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan pengarahan, bantuan, tuntunan, kritik, dan saran sejak awal

    penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

    4. Jeffry Julianus, M.Si. dan Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si., selaku dosen penguji

    atas segala masukan dan bimbingannya.

    5. Rini Dwiastuti, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik dan atas segala

    bantuan dalam perijinan penggunaan laboratorium.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    6. Pak Sanjaya, atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan selama proses

    penelitian.

    7. Segenap dosen yang telah berkenan membagikan ilmu kepada penulis selama

    belajar di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    8. Teman seperjuangan skripsi, Topan dan Leo, untuk kerja sama, tawa, canda,

    dan air mata yang dirasakan bersama.

    9. Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Kethul, Mas Ottok dan seluruh staf

    laboratorium Fakultas Farmasi serta staf keamanan dan kebersihan Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuan dan kerja samanya.

    10. Teman satu bimbingan skripsi, Jimmy, Yuli, Rachel, Nety, dan Jo.

    11. Teman seperjuangan di laboratorium Kimia Analisis Instrumental, Novia,

    Agnes, Victor, Shinta, Shasya, Metri, Teti, Febrin, Wisnu, dan Ozy.

    12. Teman-teman FST A 2009 dan seluruh angkatan 2009 atas dukungan dan suka

    duka yang diberikan, semoga pengalaman yang telah kita lalui bersama bisa

    menjadi bekal untuk perjuangan hidup kita kelak.

    13. Teman sepermainan, Raisa, Ree, Ningsih, Chissa, Kenny, Wanda, Atin, Nopes,

    Listya, Bee, Melisa, Agnes, Eva, Adit, Ana Boy, Frisca, dan Nonny.

    14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pelaksanaan

    penelitian dan penyusunan skripsi.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan

    penyusunan skripsi ini karena keterbatasan dari kemampuan penulis. Oleh karena

    itu, besar harapan penulis akan adanya kritik dan saran yang membangun dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi

    dunia ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, 17 Juli 2013

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ................................................... iv

    LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

    PRAKATA .................................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

    INTISARI .................................................................................................... xxi

    ABSTRACT............................................ .................................................... xxii

    BAB I PENGANTAR ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1. Permasalahan ................................................................................ 6

    2. Keaslian Penelitian........................................................................ 6

    3. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

    B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................... 9

    A. Plastik Polikarbonat ............................................................................. 9

    B. Bisfenol A ............................................................................................ 9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    C. Metode untuk Analisis Bisfenol A ....................................................... 11

    1. Liquid chromatography – ultraviolet ............................................ 12

    2. Liquid chromatography – fluorescence ........................................ 12

    3. Liquid chromatography – mass spectrometry atau Liquid

    chromatography – tandem mass spectrometry ............................. 12

    4. Gas chromatography – MS ........................................................... 12

    D. Spektrofotometri Ultraviolet ................................................................ 13

    E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ....................................................... 14

    1. Definisi dan Instrumentasi ............................................................ 14

    2. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi ....................................... 21

    F. Validasi Metode Analisis ..................................................................... 33

    G. Landasan Teori ..................................................................................... 35

    H. Hipotesis .............................................................................................. 38

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 39

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 39

    B. Variabel Penelitian ............................................................................... 39

    1. Variabel bebas ............................................................................... 39

    2. Variabel tergantung ....................................................................... 39

    3. Variabel pengacau terkendali ........................................................ 39

    C. Definisi Operasional ............................................................................ 40

    D. Bahan Penelitian .................................................................................. 40

    E. Alat Penelitian ...................................................................................... 41

    F. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    1. Penyiapan fase gerak asetonitril : air ............................................ 41

    2. Pembuatan seri larutan baku bisfenol A ....................................... 42

    3. Penyiapan sampel.......................................................................... 43

    4. Optimasi KCKT fase terbalik ....................................................... 43

    5. Validasi Penetapan Kadar Bisfenol A dengan KCKT Fase

    Terbalik ......................................................................................... 44

    G. Analisis hasil ........................................................................................ 46

    1. Analisis Hasil Optimasi ................................................................ 46

    2. Analisa Hasil Validasi................................................................... 49

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 52

    A. Preparasi Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ........................... 52

    1. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Bisfenol A................ 52

    2. Pembuatan Fase Gerak .................................................................. 56

    3. Pembuatan Larutan Kerja untuk Optimasi .................................... 59

    B. Optimasi Komposisi Fase Gerak dan Kecepatan Alir pada KCKT

    untuk Penetapan Kadar Bisfenol A ..................................................... 60

    C. Validasi Metode Penetapan Kadar Bisfenol A .................................... 82

    1. Selektifitas ..................................................................................... 82

    2. Pembuatan Kurva Baku dan Linearitas ......................................... 83

    3. Akurasi........................................................................................... 87

    4. Presisi............................................................................................. 90

    5. Rentang .......................................................................................... 95

    6. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)......... 96

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    BAB V KESIMPULAN .............................................................................. 97

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 97

    B. Saran .................................................................................................... 97

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 98

    LAMPIRAN ................................................................................................ 101

    BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 173

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Nilai indeks polaritas beberapa pelarut pada KCKT fase

    terbalik................................................................................. 16

    Tabel II. Data yang diperlukan untuk uji validasi .............................. 34

    Tabel III. Komposisi optimasi fase gerak ............................................ 41

    Tabel IV. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada

    beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Gonzales

    and Herrador........................................................................ 50

    Tabel V. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada

    beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Horwitz

    and AOAC PVM ................................................................. 51

    Tabel VI. Serapan baku bisfenol A dalam pelarut metanol pada

    panjang gelombang maksimum........................................... 54

    Tabel VII. Komposisi fase gerak, indeks polaritas, dan pH .................. 56

    Tabel VIII. Waktu retensi baku bisfenol A, sampel air, dan sampel

    botol dengan beberapa komposisi fase gerak pada

    kecepatan alir 1 mL/menit ................................................... 62

    Tabel IX. Nilai tailing factor, resolusi, jumlah lempeng (N), HETP,

    ∝, dan k’ pada berbagai komposisi fase gerak dan

    kecepatan alir ...................................................................... 64

    Tabel X. Nilai koefisien variasi AUC dan waktu retensi baku

    bisfenol A ............................................................................ 81

    Tabel XI. Resolusi puncak bisfenol A pada baku dan sampel ............. 83

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    Tabel XII. Hasil persamaan regresi linier baku bisfenol A ................... 84

    Tabel XIII. Perhitungan perolehan kembali baku adisi pada sampel air 88

    Tabel XIV. Perhitungan perolehan kembali baku adisi pada sampel

    botol ..................................................................................... 89

    Tabel XV. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada

    beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Gonzales

    and Herrador ........................................................................ 89

    Tabel XVI. Persen koefisien variasi baku bisfenol A dan bisfenol A

    dalam sampel air .................................................................. 91

    Tabel XVII. Persen koefisien variasi baku bisfenol A dan bisfenol A

    dalam sampel botol .............................................................. 92

    Tabel XVIII. Persen perolehan kembali yang dapat diterima pada

    beberapa tingkat konsentrasi analit berdasarkan Horwitz

    and AOAC PVM ................................................................. 92

    Tabel XIX. Persen perolehan kembali dan persen koefisien korelasi

    adisi bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol setelah

    proses ekstraksi .................................................................... 94

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur bisfenol A .............................................................. 10

    Gambar 2. Proses kromatografi ............................................................. 15

    Gambar 3. Diagram sistem KCKT ........................................................ 20

    Gambar 4. Kromatogram yang menunjukkan waktu retensi (tR), waktu

    kosong (t0), lebar dasar puncak (Wb), dan tinggi puncak

    (h) ........................................................................................ 22

    Gambar 5. Pengaruh k’, ∝, dan N pada pemisahan............................... 24

    Gambar 6. Diagram yang menunjukkkan perhitungan tailing factor

    (Tf) serta diagram yang menunujukkan fronting dan

    tailing .................................................................................. 27

    Gambar 7. Kurva persamaan van Deemter yang menunjukkan

    hubungan antara HETP lawan kecepatan linear rata-rata ... 29

    Gambar 8. Kurva persamaan van Deemter dengan tiga kolom kemas

    ukuran partikel 10, 5, dan 3 µm .......................................... 30

    Gambar 9. Hubungan log k’ vs % organic solvent modifier untuk

    metanol, asetonitril, dan tetrahidrofuran ............................. 31

    Gambar 10. Difusi Eddy .......................................................................... 31

    Gambar 11. Distribusi aliran .................................................................. 32

    Gambar 12. Pelebaran pita oleh difusi longitudinal ................................ 32

    Gambar 13. Transfer massa ..................................................................... 33

    Gambar 14. Kromofor dan auksokrom pada bisfenol A ......................... 53

    Gambar 15. Bentuk spektra panjang gelombang maksimum bisfenol A 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Gambar 16. Kurva absorbansi pada panjang gelombang maksimum vs

    konsentrasi baku bisfenol A ................................................ 56

    Gambar 17. Bentuk bisfenol A pada berbagai pH ................................... 57

    Gambar 18. Bagian polar dan polar pada bisfenol A .............................. 61

    Gambar 19. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (75 : 25) dan

    kecepatan alir 0,5 mL/menit ................................................ 68

    Gambar 20. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (75 : 25) dan

    kecepatan alir 0,8 mL/menit ................................................ 69

    Gambar 21. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (75 : 25) dan

    kecepatan alir 1 mL/menit ................................................... 70

    Gambar 22. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (80 : 20) dan

    kecepatan alir 0,5 mL/menit ................................................ 72

    Gambar 23. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (80 : 20) dan

    kecepatan alir 0,8 mL/menit ................................................ 73

    Gambar 24. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (80 : 20) dan

    kecepatan alir 1 mL/menit ................................................... 74

    Gambar 25. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (70 : 30) dan

    kecepatan alir 0,5 mL/menit ................................................ 76

    Gambar 26. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (70 : 30) dan

    kecepatan alir 0,8 mL/menit ................................................ 77

    Gambar 27. Kromatogram pada fase gerak asetonitril : air (70 : 30) dan

    kecepatan alir 1 mL/menit ................................................... 78

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    Gambar 28. Perbandingan peak bisfenol A dari sampel air dengan

    komposisi fase gerak (70 : 30) pada berbagai kecepatan

    alir ....................................................................................... 80

    Gambar 29. Perbandingan peak bisfenol A dari sampel botol dengan

    komposisi fase gerak (70 : 30) pada berbagai kecepatan

    alir ....................................................................................... 80

    Gambar 30. Kurva hubungan AUC vs konsentrasi bisfenol A

    menggunakan program Powerfit (Utrecht University

    Faculteit Scheikunde), dengan tarap kepercayaan 95% ...... 85

    Gambar 31. Kurva hubungan AUC vs konsentrasi bisfenol A

    menggunakan program Powerfit (Utrecht University

    Faculteit Scheikunde), dengan tarap kepercayaan 95%

    pada rentang bawah (0,01 – 0,8 µg/mL) ............................. 85

    Gambar 32. Kurva hubungan AUC vs konsentrasi bisfenol A

    menggunakan program Powerfit (Utrecht University

    Faculteit Scheikunde), dengan tarap kepercayaan 95%

    pada rentang atas (1 - 11 µg/mL) ........................................ 86

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Label standar bisfenol A (E. Merck) ................................... 102

    Lampiran 2. Spektrum baku bisfenol A ................................................... 103

    Lampiran 3. Absorbansi dan panjang gelombang maksimum bisfenol A

    pada beberapa tingkat konsentrasi ...................................... 106

    Lampiran 4. Kurva absorbansi vs konsentrasi bisfenol A ....................... 106

    Lampiran 5. Perhitungan indeks polaritas fase gerak .............................. 107

    Lampiran 6. Kromatogram baku bisfenol A dan bisfenol A pada ekstrak

    air dan ekstrak botol air minum .......................................... 107

    Lampiran 7. Nilai tailing factor, resolusi, N, HETP, ∝, dan k’ pada

    berbagai komposisi fase gerak dan kecepatan alir .............. 117

    Lampiran 8. Contoh perhitungan resolusi, tailing factor, N, HETP, ∝,

    dan k’ ................................................................................... 119

    Lampiran 9. Koefisien variasi AUC dan waktu retensi baku bisfenol A . 121

    Lampiran 10. Rata-rata resolusi puncak bisfenol A pada baku, ekstrak

    air, dan ekstrak botol ........................................................... 121

    Lampiran 11. Kromatogram bisfenol A untuk pembuatan kurva baku,

    penentuan linearitas, dan rentang, menggunakan fase

    gerak dan kecepatan alir hasil optimasi .............................. 122

    Lampiran 12. Konsentrasi dan AUC bisfenol A untuk kurva baku ........... 135

    Lampiran 13. Perhitungan LOD................................................................. 140

    Lampiran 14. Perhitungan Uji T untuk slope kedua kurva baku ............... 141

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    Lampiran 15. Kromatogram bisfenol A dalam ekstrak air dengan adisi

    baku untuk penentuan akurasi, presisi, dan LOQ ............... 142

    Lampiran 16. Perhitungan persen perolehan kembali (recovery), persen

    CV, dan LOQ untuk ekstrak air .......................................... 151

    Lampiran 17. Kromatogram bisfenol A dalam ekstrak botol dengan adisi

    baku untuk penentuan akurasi, presisi, dan LOQ ............... 155

    Lampiran 18. Perhitungan persen perolehan kembali (recovery), persen

    CV, dan LOQ untuk sampel botol ...................................... 165

    Lampiran 19. Akurasi dan presisi adisi bisfenol A dalam ekstrak air dan

    ekstrak botol sebelum diinjek ke KCKT ............................. 169

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xxi

    INTISARI

    Bisfenol A merupakan monomer dari polikarbonat, bahan pembuat botol

    minum, yang dapat terlepas dari botol akibat hidrolisis karena peningkatan suhu

    dan degradasi oleh sinar ultraviolet. Bisfenol A dapat menghalangi aktivitas

    hormon estrogen yang penting dalam sistem imunitas dan reproduksi. Tujuan

    penelitian ini untuk mengetahui kondisi optimum dan validitas dari metode KCKT

    sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar bisfenol A dalam ekstrak air dan

    ekstrak botol yang telah diberi perlakuan dengan sinar matahari.

    Jenis rancangan penelitian ini adalah eksperimental deskriptif. Sistem

    KCKT fase terbalik dalam penelitian ini menggunakan fase diam C-18, detektor

    UV pada λ 278 nm. Optimasi dilakukan pada komposisi fase gerak asetonitril : air

    serta kecepatan alir.

    Kondisi optimum yang diperoleh, yaitu komposisi fase gerak asetonitril :

    air (70 : 30) dengan kecepatan alir 1 mL/menit yang memenuhi kriteria untuk

    resolusi, tailing factor, N, HETP, ∝, dan k’. Metode ini pada kondisi yang optimum dapat memenuhi parameter validasi yang baik dengan selektifitas yang

    baik (resolusi > 1,5); linearitas dengan r > 0,98; recovery 80,13 – 104,34%; CV

    0,72 – 10,13%; rentang 0,3 – 5 µg/mL; LOD 0,0473 µg/mL; LOQ untuk ekstrak

    air dan ekstrak botol, masing-masing 0,0063 µg/mL dan 8,4701 µg/g.

    Kata kunci: bisfenol A, optimasi metode, validasi metode, KCKT fase terbalik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xxii

    ABSTRACT

    Bisphenol A is a monomer of polycarbonate, material for drinking bottle,

    which can be released from the bottle because of the increased temperature due to

    hydrolysis and degradation by ultraviolet ray. Bisphenol A can block the activity

    of the hormone estrogen which is important in the immune and reproductive

    systems. The purpose of this study is to determine the optimum conditions and the

    validity of the HPLC method that can be used for the determination of bisphenol

    A in water extract and bottle extract that had been treated with sunlight.

    This research design is experimental descriptive. Reversed-phase HPLC

    system in this study uses a C-18 stationary phase, UV detector at λ 278 nm.

    Optimization is done on the mobile phase composition of acetonitrile : water and

    flow rate.

    The optimum conditions are obtained where mobile phase composition of

    acetonitrile : water (70: 30) with a flow rate of 1 mL/minute those meet the

    criteria for resolution, tailing factor, N, HETP, ∝, and k’. This method at optimum conditions has a good validation parameters with good selectivity (resolution >

    1,5); linearity with r > 0,98; recovery 80,13 – 104,34%; CV 0,72 – 10,13%; range

    of 0,3 - 5 µg/mL; LOD 0,0473 µg/mL; LOQ for water extract and bottle extract,

    each of 0,0063 µg/mL and 8,4701 µg/mL.

    Keywords: bisphenol A, method optimization, method validation, reversed-phase HPLC

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Wadah dari bahan plastik sangat luas digunakan pada saat ini, terutama

    sebagai wadah makanan dan minuman. Bahan plastik diminati karena sifatnya

    yang kuat, ringan, dan harganya yang relatif terjangkau. Biasanya bahan plastik

    ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat botol minum, karena sifatnya yang

    ringan sehingga mudah dibawa. Namun tidak semua wadah plastik penyusun

    botol minum itu aman. Jika tidak berhati-hati, materi yang berasal dari komponen

    penyusun plastik akan berdampak buruk bagi kesehatan.

    Plastik terdiri atas berbagai bahan kimia. Dalam kondisi tertentu, kontak

    antara plastik dan makanan bisa menyebabkan migrasi bahan-bahan kimia dari

    wadah ke makanan. Migrasi terjadi akibat pengaruh suhu panas makanan,

    penyimpanan, atau proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu maka semakin

    tinggi kemungkinan terjadi migrasi. Lamanya waktu penyimpanan makanan juga

    berpengaruh terhadap perpindahan materi berbahan kimia ini. Semakin lama

    kontak antara minuman dengan kemasan plastik, semakin tinggi jumlah bahan

    kimia yang bermigrasi ke minuman (Staples, et al., 1998).

    Bisfenol A merupakan monomer dari polikarbonat yang biasa digunakan

    sebagai bahan pembuat botol minum. Paparan bisfenol A pada manusia dapat

    terjadi karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar bisfenol A

    akibat penggunaan wadah polikarbonat (atau yang mengandung monomer

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    bisfenol A). Bisfenol A memiliki struktur mirip dengan ekstrogen dalam tubuh

    dan dapat mengganggu aktifitas hormon ekstrogen yang penting dalam sistem

    imunitas dan reproduksi. Bisfenol A adalah endocrine discrupting chemical

    (EDC) yang mengganggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme,

    pengikatan, aksi, dan eliminasi hormon alami manusia (US-FDA, 2008).

    Pemejanan bisfenol A pada manusia salah satunya terjadi melalui minuman yang

    mengandung bisfenol A yang terlepas dari botol. Lepasnya suatu monomer

    bisfenol A dapat terjadi akibat hidrolisis yang disebabkan peningkatan suhu dan

    degradasi oleh sinar ultraviolet. Matahari merupakan sumber panas dan dapat

    memancarkan sinar ultraviolet yang diduga dapat menyebabkan lepasnya

    monomer bisfenol A dari botol ke minuman di dalam botol.

    Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis di dunia. Hal

    ini menyebabkan matahari bersinar sepanjang tahun dengan intensitas yang relatif

    tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Botol minum plastik yang

    biasa dibawa ke mana pun orang-orang beraktifitas, memiliki kemungkinan besar

    terpapar oleh radiasi sinar matahari, terutama jika beraktifitas di luar ruangan.

    Paparan ini dapat menyebabkan putusnya ikatan polimer penyusun plastik.

    Putusnya ikatan polimer ini menyebabkan monomer-monomer penyusunnya

    meluruh dan bermigrasi menuju ke minuman yang ada di dalamnya dan terjadilah

    pemaparan zat berbahaya tersebut ke dalam minuman.

    Deteksi bisfenol A pada lingkungan, air minum, dan produk makanan

    (sejak 1990), menarik minat para peneliti dan pada waktu yang sama, efek

    negeatifnya pada manusia ditemukan. Pada tahun 1996, BPA diklasifikasikan oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    European Commission sebagai zat yang berasal dari luar tubuh dengan efek yang

    berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa studi toksikologi dan biokimia

    menegaskan bahwa bisfenol A memiliki sifat estrogenik dan efek agonis terhadap

    reseptor estrogen. Dalam studi terbaru, bisfenol A diklasifikasikan sebagai

    xenobiotik yang mengganggu keseimbangan hormonal pada manusia dan hewan

    lainnya, sehingga disebut pengganggu endokrin. Bisfenol A terbukti memiliki

    aktifitas estrogenik bahkan pada konsentrasi di bawah 1 ng L-1 (Rykowska and

    Wasiak, 2006). Dosis perhari yang diperbolehkan (Tolerable daily intake/TDI)

    dari bisfenol A telah ditetapkan oleh European Food Safety Authority adalah

    sebesar 0,05 mg/kgBB/hari (EFSA, 2013). Negara besar lainnya juga menetapkan

    TDI untuk bisfenol A, seperti Eropa 0,01 mg/kgBB/hari (SCF, 2012); Amerika

    Serikat dan Kanada 0,025 mg/kgBB/hari (Health Canada, 2008); dan Jepang 0,05

    mg/kgBB/hari (AIST, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan penetapan kadar

    bisfenol A pada air dalam botol plastik plikarbonat dan dari botol itu sendiri.

    Penetapan kadar bisfenol A pada air telah pernah dilakukan oleh Olmo,

    Gonzakez-Casado, Navas, dan Vilchez (1997) menggunakan kromatografi gas –

    spektra massa dengan ektraksi air menggunakan diklormetan dalam medium

    asam. Penetapan kadar bisfenol A dalam botol minum polikarbonat, makanan

    kaleng, dan air menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan

    detektor fluoresence, fase gerak metanol : air (65 : 35) dan fase diam C-18 pernah

    dilakukan oleh Chong, Aung, dan Leong (2011). Rykowska and Wasiak (2006)

    pernah melakukan analisis bisfenol A yang terlepas dari botol susu bayi ke dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    air dan susu akibat pemanasan dengan fase gerak asetonitril : air (75:25, v/v) dan

    fase diam C-18.

    Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penetapan kadar bisfenol A

    pada ekstrak air dalam botol dan ekstrak botol air minum yang diberi pengaruh

    penyinaran matahari tropis Indonesia dengan metode kromatografi cair kinerja

    tinggi (KCKT) fase terbalik dengan fase gerak asetonitril : air dan fase diam C-

    18. KCKT dipilih untuk analisis bisfenol A karena mampu memisahkan dari suatu

    campuran sekaligus menentukan kadarnya, mudah, cepat, sensitif, serta bisfenol A

    dapat dianalisis menggunakan KCKT secara langsung tanpa derivatisasi terlebih

    dahulu. Detektor UV dipilih karena bisfenol A memiliki kromofor yang dapat

    memberikan serapan di daerah UV.

    Bisfenol A yang memiliki log Kow 3,40 merupakan senyawa yang

    cenderung hidrofobik. Oleh karena itu, digunakan KCKT fase terbalik dimana

    fase diam lebih non polar dibandingkan dengan fase geraknya sehingga bisfenol A

    ini dapat berinteraksi dengan fase diam. Digunakan fase diam C-18 yang cocok

    untuk menganalisis senyawa dengan kepolaran rendah, sedang, dan tinggi, serta

    memiliki pH di antara 2,5-7,5. pH bisfenol A adalah ± 5 – 6. Fase diam C-18 ini

    cocok digunakan untuk senyawa yang memiliki log Kow lebih dari 2, seperti

    bisfenol A yang memiliki log Kow 3,40. Interaksi pada C-18 didasarkan pada

    interaksi hidrofobik atau van der Waals. Bagian cincin benzen dari bisfenol A

    merupakan bagian hidrofobik yang akan berinteraksi dengan fase diam. Untuk

    dapat mengelusi bisfenol A, fase gerak air ditambahkan pelarut organik untuk

    mengurangi kepolaran dari fase gerak. Digunakan pelarut organik asetonitril

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    karena memiliki kekuatan elusi yang cukup besar pada fase diam C-18. Bisfenol

    A juga memiliki bagian polar (-OH) yang dapat berinteraksi dengan fase gerak

    yang polar sehingga bisfenol A dapat terelusi melalui kolom. Diperlukan fase

    gerak dengan kekuatan yang optimal agar dapat membuat bisfenol A tertahan

    pada fase diam, kemudian dapat terpisah dari senyawa lainnya di dalam matrik,

    dan kemudian dapat terelusi. Oleh karena itu, diperlukan optimasi komposisi fase

    gerak yang digunakan agar dapat memisahkan bisfenol A pada matrik.

    Ekstraksi bisfenol A dari air dilakukan dengan ekstraksi fase padat atau

    solid phase extraction (SPE). SPE digunakan untuk clean-up sampel-sampel yang

    kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan matrik yang tinggi

    seperti garam-garam, protein, polimer, resin, dan lain-lain (Watson, 2007).

    Sementara itu, ekstraksi bisfenol A dari dalam botol dilakukan dengan cara

    ekstraksi menggunakan diklormetan dan aseton. Ekstraksi ini dilakukan untuk

    mengurangi pengotor pada matrik.

    Adanya perbedaan perlakuan dan cara ekstraksi pada penelitian ini dari

    penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, menyebabkan perlunya dilakukan

    optimasi dan validasi untuk penetapan kadar bisfenol A pada ekstrak air dalam

    botol plastik dan ekstrak botol air minum yang diberi pengaruh penyinaran

    matahari tropis Indonesia karena metode yang dilakukan sebelumnya belum tentu

    memberikan hasil yang optimal pada penelitian ini. Optimasi dilakukan juga

    untuk memperoleh komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang optimal sehingga

    dapat menghasilkan pemisahan yang baik dilihat dari resolusi, N, ∝, k’, HETP,

    dan tailing factor yang dihasilkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Metode KCKT fase terbalik untuk penetapan kadar bisfenol A pada air

    minum dalam botol plastik dan botol air minum yang diberi pengaruh penyinaran

    matahari tropis Indonesia dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase

    terbalik dengan fase gerak asetonitril : air dan fase diam C-18 yang telah

    optimum perlu dilakukan validasi metode analisis agar hasil yang diperoleh dapat

    dipertanggungjawabkan serta memberikan jaminan bahwa metode telah

    memenuhi persyaratan analisis. Beberapa parameter analisis yang harus

    dipertimbangkan dalam validasi metode analisis anatara lain selektifitas,

    linearitas, akurasi, presisi, rentang, Limit of Detection (LOD), dan Limit of

    Quantitation (LOQ).

    Penelitian ini merupakan penelitian pendahulu dari penelitian lain

    mengenai penetapan kadar bisfenol A pada air dalam botol dan botol air minum

    yang diberi pengaruh penyinaran matahari tropis Indonesia dengan metode

    kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan fase gerak asetonitril : air

    dan fase diam C-18.

    1. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut.

    a. Berapakah perbandingan fase gerak asetonitril : air dan kecepatan alir yang

    optimal dalam pemisahan bisfenol A dari matrik sampel untuk penetapan

    kadar bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum dengan

    metode KCKT fase terbalik dengan fase diam C-18 dilihat dari dilihat dari

    resolusi, N, ∝, k’, HETP, dan tailing factor yang dihasilkan?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    b. Apakah metode KCKT fase terbalik menggunakan fase diam C-18 dengan

    komposisi fase gerak asetonitril : air dan kecepatan alir yang optimal dalam

    penetapan kadar bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum

    memiliki validitas yang baik dilihat dari selektifitas, linearitas, akurasi, presisi,

    rentang, LOD, dan LOQ yang dihasilkan?

    2. Keaslian Penelitian

    Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai penetapan kadar

    bisfenol A dalam air maupun botol air minum telah pernah dilakukan sebelumnya.

    Penetapan kadar bisfenol A pada air telah pernah dilakukan oleh Olmo,

    Gonzakez-Casado, Navas, dan Vilchez (1997) menggunakan kromatografi gas –

    spektra massa dengan ektraksi air menggunakan diklormetan dalam medium

    asam. Penetapan kadar bisfenol A dalam botol minum polikarbonat, makanan

    kaleng, dan air menggunakan KCKT fase terbalik dengan detektor fluoresence,

    fase gerak metanol : air (65 : 35) dan fase diam C-18 pernah dilakukan oleh

    Chong, Aung, dan Leong (2011). Rykowska and Wasiak (2006) pernah

    melakukan analisis bisfenol A yang terlepas dari botol susu bayi ke dalam air dan

    susu akibat pemanasan dengan KCKT fase terbalik dengan fase gerak asetonitril :

    air (75:25, v/v) dan fase diam C-18. Namun, penelitian mengenai optimasi dan

    validasi penetapan kadar bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum

    yang diberi pengaruh penyinaran matahari tropis Indonesia dengan metode KCKT

    fase terbalik dengan fase gerak asetonitril : air dan fase diam C-18 belum pernah

    dilakukan sebelumnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    3. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat sebagai

    berikut.

    a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    mengenai optimasi perbandingan fase gerak asetonitril : air dan kecepatan alir

    serta parameter-parameter validitas dalam penetapan kadar bisfenol A dalam

    ekstrak air dan ekstrak botol air minum dengan metode KCKT fase terbalik

    dengan fase diam C-18.

    b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

    ilmu pengetahuan mengenai optimasi perbandingan fase gerak asetonitril : air

    dan kecepatan alir serta parameter-parameter validitas dalam penetapan kadar

    bisfenol A dalam ekstrak air dan ekstrak botol air minum dengan metode

    KCKT fase terbalik dengan fase diam C-18.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum KCKT pada

    pemisahan bisfenol A dalam matrik sampel (ekstrak air dan ekstrak botol air

    minum) dilihat dari resolusi, N, ∝, k’, HETP, dan tailing factor yang dihasilkan.

    2. Penetapan kadar bisfenol A dengan sistem KCKT yang optimal dapat

    memenuhi parameter validasi metode analisis, yaitu selektifitas, linearitas,

    akurasi, presisi, rentang, LOD, dan LOQ.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Plastik Polikarbonat

    Plastik polikarbonat merupakan plastik yang ringan, kuat, jernih, tahan

    terhadap suhu tinggi dan tahan terhadap pengaruh listrik. Karena sifat-sifat

    tersebut, polikarbonat digunakan dalam berbagai produk seperti peralatan

    elektronik, media digital (misalnya CD, DVD), mobil, kaca konstruksi, peralatan

    kesehatan olahraga, dan alat kesehatan. Daya tahannya terhadap panas dan

    sifatnya yang tidak mudah pecah menyebabkan polikarbonat menjadi pilihan ideal

    untuk peralatan makan termasuk botol yang dapat digunakan kembali dan wadah

    penyimpanan makanan yang dapat digunakan untuk penyimpanan di dalam kulkas

    dan microwave (Polycarbonate/BPA Global Group, 2013).

    Menurut penelitian oleh para peneliti dari Harvard School of Public

    Health, ditemukan adanya bisfenol A dalam urin partisipan yang selama seminggu

    minum dari botol polikarbonat. Hal ini menunjukkan bahwa wadah minum

    polikarbonat dapat melepaskan bahan kimia penyusunnya ke dalam minuman

    sehingga dapat ditemukan bisfenol A pada urin manusia (Harvard School of

    Public Health, 2009).

    B. Bisfenol A

    Bisfenol A juga dikenal dengan 4,4’-(1-Methylethylidene)-bisphenol;

    4,4’-isopropylidenediphenol; 2,2-bis(4-hydroxyphenyl)propane; dan nama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    berdasarkan IUPAC 4-[2-(4-hydroxyphenyl)propan-2-yl]phenol (Chemaxon,

    2013). Bisfenol A memiliki rumus C15H16O2; berat molekul 228,29 g/mol; C

    78,92%; H 7,06%; O 14,02%. Diproduksi dari fenol dan aseton. Berbentuk kristal

    atau serpihan. Berbau fenolik ringan. Titik leleh 150-155oC. Ttitik didih 220oC.

    Praktis tidak larut dalam air. Larut dalam larutan basa, alkohol, aseton. Sedikit

    larut dalam karbon tertraklorida (The Merck Index, 2001). Menurut Cousins et al.

    (cit., WHO, 2006), bisfenol A memiliki koefisien partisi oktanol/air (Kow) 103,40

    sehingga merupakan senyawa yang hidrofobik, namun sedikit polar karena

    memiliki dua gugus hidroksil. Bisfenol A memiliki pKa 9,59-11,30. Kelarutan

    bisfenol A dalam air adalah 120-300 mg/L pada 20-25oC (Staples, Dorn, Klecka,

    O’Block, and Harris, 1998).

    Gambar 1. Struktur bisfenol A (Wasiak and Rykowska, 2006)

    Bisfenol A merupakan komponen penyusun yang penting pada plastik

    polikarbonat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bisfenol A merupakan

    pengganggu endokrin pada hewan, termasuk pada permulaan kedewasaan seksual

    dini, merubah perkembangan dan organisasi jaringan kelenjar susu pada mamalia

    dan menurunkan produksi sperma pada keturunannya. Bisfenol A dapat

    bermigrasi ke dalam makanan dan minuman yang disimpan dalam wadah yang

    mengandung bisfenol A (Harvard School of Public Health, 2009). Migrasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    bisfenol A ini dapat diakibatkan degradasi oleh sinar ultraviolet, pengaruh pH,

    turbulensi, dan sinar matahari (Staples, Dorn, Klecka, O’Block, and Harris, 1998).

    Paparan bisfenol A pada manusia dapat terjadi karena mengkonsumsi

    makanan atau minuman yang tercemar bisfenol A akibat penggunaan wadah

    polikarbonat (atau yang mengandung monomer bisfenol A). Bisfenol A memiliki

    struktur mirip dengan ekstrogen dalam tubuh dan dapat mengganggu aktifitas

    hormon ekstrogen. Bisfenol A adalah endocrine discrupting chemical (EDC) yang

    mengganggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme, pengikatan, aksi,

    dan eliminasi hormon alami manusia (US-FDA, 2008).

    Dosis perhari yang diperbolehkan (Tolerable daily intake/TDI) dari

    bisfenol A telah ditetapkan oleh European Food Safety Authority adalah sebesar

    0,05 mg/kgBB/hari (EFSA, 2013). TDI di beberapa negara besar seperti Eropa

    0,01 mg/kgBB/hari (SCF, 2012); Amerika Serikat dan Kanada 0,025

    mg/kgBB/hari (Health Canada, 2008); dan Jepang 0,05 mg/kgBB/hari (AIST,

    2007).

    C. Metode untuk Analisis Bisfenol A

    Bisfenol A dapat dianalisis menggunakan kromatografi cair secara

    langsung tanpa derivatisasi terlebih dahulu saat preparasi sampel. Kromatografi

    cair merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk analisis bisfenol A

    pada makanan dan sampel biologis. Berbagai macam detektor, termasuk UV,

    fluorosen, MS, dan tandem mass spectrometry (MS/MS), telah digunakan untuk

    mendeteksi bisfenol A (Cao, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    1. Liquid chromatography – ultraviolet

    Bisfenol A memiliki kromofor sehingga dapat dideteksi menggunakan

    detektor UV. LOD pada analisis menggunakan detektor UV paling kecil 15 kali

    lebih besar daripada yang dihasilkan menggunakan detektor fluoresen (Cao,

    2010).

    2. Liquid chromatography – fluorescence

    Detektor fluoresen sering digunakan untuk analisis bisfenol A dalam

    makanan dan sampel biologis dengan metode kromatografi cair. Bisfenol A dapat

    dideteksi menggunakan detektor fluoresen karena memiliki elektron π

    terkonjugasi pada dua cincin benzen (Cao, 2010).

    3. Liquid chromatography – mass spectrometry atau Liquid chromatography –

    tandem mass spectrometry

    LC-MS atau LC-MS/MS juga sering digunakan untuk analisis bisfenol A

    dalam makanan dan sampel biologis. Dengan kedua metode ini dapat diketahui

    spektrum massa analit sehingga dapat membantu dalam identifikasi puncak analit

    (Cao, 2010).

    4. Gas chromatography – MS

    GC-MS juga merupakan salah satu metode yang biasa digunakan untuk

    analisis bisfenol A dalam makanan dan sampel biologis karena resolusinya lebih

    besar dan LOD yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan metode LC-MS,

    namun diperlukan derivatisasi terlebih dahulu (Cao, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    D. Spektrofotometri Ultraviolet

    Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm. Jika

    suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai

    sehingga energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka

    terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Untuk mengukur

    banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi

    radiasi. Spektrum absorpsi merupakan suatu grafik yang menghubungkan antara

    banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (dengan panjang gelombang)

    sinar. Allowed transtition untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang

    berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan

    demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat

    untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang

    gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi,

    sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar

    dan Rohman, 2007).

    Serapan cahaya molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel

    tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektrofotometri ultraviolet dan

    visibel dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi

    diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Terdapat keuntungan yang selektif

    dari serapan ultraviolet, yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam

    molekul yang sangat kompleks. Spektrum ultraviolet menggambarkan hubungan

    antara panjang gelombang atau frekuensi serapan dengan intensitas serapan atau

    absorbansi (Sastrohamidjojo, 2002)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Kromofor merupakan ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap

    radiasi pada daerah UV dan visibel. Auksokrom merupakan gugus jenuh yang

    terikat pada kromofor yang dapat mengubah panjang gelombang dan intensitas

    serapan maksimum. Ciri auksokrom adalah gugus heteroatom yang langsung

    terikat pada kromofor, seperti –OCH3, –Cl, –OH, dan –NH2. Pergeseran

    batokromik merupakan pergeseran serapan ke arah panjang gelombang yang lebih

    panjang karena substitusi atau pengaruh pelarut, sedangkan pergeseran

    hipsokromik merupakan pergeseran serapan ke arah panjang gelombang yang

    lebih pendek karena substitusi atau pengaruh pelarut. Auksokrom dapat

    menyebabkan pergeseran batukromik (Sastrohamidjojo, 2001).

    E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    1. Definisi dan Instrumentasi

    Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit

    dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase

    diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau

    dalam bentuk cairan yanng dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada

    dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan

    sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatogafi gas. Dalam

    kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan

    selalu cair (Rohman, 2009).

    Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik pemisahan

    fisik yang dilakukan dalam fase cair di mana sampel dipisahkan menjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    komponen penyusunnya (atau analit) dengan mendistribusikannya di antara fase

    gerak (fase cair yang mengalir) dan fase diam (sorben yang dikemas dalam

    kolom). Sebuah detektor secara online memonitor konsentrasi masing-masing

    komponen yang dipisahkan dalam kolom limbah dan menghasilkan kromatogram.

    KCKT adalah teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk analisis

    kuantitatif obat-obatan, biomolekul, polimer, dan senyawa organik lainnya (Ahuja

    and Dong, 2005). KCKT merupakan salah satu metode kromatografi yang

    digunakan untuk pemisahan dan analisis campuran kimia (Snyder, Kirkland, dan

    Doland, 2010).

    Gambar 2. Proses kromatografi. (1a) Proses kromatografi secara skematik yang

    menunjukkan perpindahan pita komponen melewati kolom; (1b) Penggambaran secara

    mikroskopik proses partisi molekul analit A dan B pada fase diam yang terikat pada

    penyangga padat; (1c) Kromatogram yang menunjukkan sinyal dari detektor UV componen

    A dan B yang telah terelusi (Dong, 2006)

    Instrumentasi KCKT terdiri dari wadah fase gerak, pompa, alat untuk

    memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung

    buangan fase gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam (Rohman,

    2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    a. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak. Wadah fase gerak harus bersih dan

    lembam (inert). Fase gerak atau eluen biasanya terdiri dari campuran pelarut

    yang dapat bercampur yang berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya

    elusi dan resolusi ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase

    diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam

    lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan

    meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase gerak

    lebih polar daripada fase diam), kemampuan elusi menurun dengan

    meningkatnya polaritas pelarut (Rohman, 2009).

    Tabel I. Nilai indeks polaritas beberapa pelarut pada KCKT fase terbalik (Snyder,

    Kirkland, and Glajch, 2012).

    Pelarut Indeks

    Polaritas

    Eluotropic Value UV Cut

    off (nm) Alumina ODS Silika

    Heksan 0,1 0,01 - 0,00 195

    Sikloheksan 0,2 0,04 - - 200

    Toluen 2,4 0,29 - 0,22 284

    Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212

    Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256

    Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330

    Metanol 5,1 0,95 1,0 0,70 205

    Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190

    Dimetilformamid 6,4 - 7,6 - 268

    Dimetilsulfomid 7,2 0,62 - - 268

    Air 10,2 - - - 190

    Tabel I menunjukkan bahwa semakin besar eluotropic values dari

    pelarut menunjukkan semakin mudah untuk mengelusi sampel dan semakin

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    besar indeks polaritas yang dimiliki campuran pelarut maka semakin bersifat

    polar pelarut yang digunakan. Namun juga terdapat nilai cutoff dalam tabel I

    yang menunjukkan bahwa solven yang memiliki nilai cutoff lebih tinggi

    dibandingkkan panjang gelombang sampel yang dianalisis maka solvent

    tersebut tidak dapat digunakan (Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012).

    Fase gerak yang akan digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk

    menghindari partikel-partikel kecil. Selain itu, gas dalam fase gerak juga

    harus dihilangkan sebab gas dapat berkumpul dengan komponen lain

    terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis

    (Rohman, 2009).

    Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak

    tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak

    berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada

    kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi

    campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas

    yang luas (Rohman, 2009).

    Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan

    fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol atau campuran

    air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang

    paling sering digunakan adalah campurran pelarut-pelarut hidrokarbon

    dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis

    alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan

    fase terbalik (Rohman, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    b. Pompa. Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang inert

    terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas,

    baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya

    mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase

    gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa

    yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20

    mL/menit (Rohman, 2009).

    Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak

    adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara

    tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa

    dalam KCKT, yaitu pompa dengan tekanan konstan dan pompa dengan aliran

    fase gerak yang konstan. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh

    ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan

    (Rohman, 2009).

    c. Tempat Penyuntikan Sampel. Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan

    secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju

    kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat

    dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal

    atau eksternal (Rohman, 2009).

    d. Kolom. Ada dua jenis kolom pada KCKT, yaitu kolom konvensional dan

    kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian KCKT yang mana terdapat fase

    diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit (Rohman, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Kolom mikrobor mempunyai tiga keuntungan yang utama

    dibandingkan dengan kolom konvensional, yaitu:

    Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih

    kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom

    mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100

    µL/menit)

    Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom

    mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrofotometer

    massa

    Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih

    pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah

    sampel terbatas misal sampel klinis (Rohman, 2009).

    Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak

    setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin

    (Rohman, 2009).

    Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi,

    atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar

    dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH) (Rohman,

    2009).

    Silika dapat dimodifikasi secara kimia dengan menggunakan reagen-

    reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus

    silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain

    (Rohman, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling

    banyak diguunkan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan

    kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang

    lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika

    aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang

    dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi

    yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan

    (Rohman, 2009).

    e. Detektor. Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu

    detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat

    spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor

    spektrofotometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya

    akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,

    detektor fluorosensi, dan elektrokimia (Rohman, 2009).

    Gambar 3 . Diagram sistem KCKT. (a) Wadah fase gerak; (b) pompa; (c) autosampler

    atau injektor; (d) kolom; (e) detektor; (f) sistem data (Synder, Kirkland and Dolan,

    2010)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai

    berikut: (1) mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel;

    (2) mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada

    kadar yang sangat kecil; (3) stabil dalam pengoperasiannya; (4) mempunyai

    sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita; (5)

    signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada

    kisaran yang luas (kisaran dinamis linier); dan (6) tidak peka terhadap

    perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak (Rohman, 2009).

    2. Pemisahan Puncak dalam Kromatografi

    Tujuan utama pada kromatografi adalah pemisahan suatu campuran. Ada

    dua parameter yang digunakan untuk menilai kualitas pemisahan pada

    kromatografi, yaitu banyaknya pelebaran puncak (efisiensi) dan tingkat

    pemisahan puncak yang berdekatan (Gandjar dan Rohman, 2010). Kualitas

    pemisahan dengan kromatografi kolom dapat dikontrol dengan melakukan

    serangkaian uji kesesuaian sistem yang meliputi efisiensi kolom, resolusi atau

    daya pisah, simetrisitas puncak, dan faktor retensi atau kapasitas kolom (Rohman,

    2009).

    Ada tiga faktor mendasar dalam KCKT, yaitu: retensi, selektifitas, dan

    efisiensi. Ketiga faktor ini mengendalikan pemisahan (resolusi) dari analit.

    Kemudian akan dibahas persamaan van Deemter dan menunjukkan bagaimana

    diameter partikel bahan pengepakan dan laju alir mempengaruhi efisiensi kolom

    (Ahuja and Dong, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Gambar 4 menunjukkan kromatogram yang khas, yang mencakup sumbu

    waktu, titik injeksi, dan puncak analit. Waktu antara titik injeksi sampel dan analit

    mencapai detektor disebut waktu retensi (tR). Waktu retensi komponen yang tidak

    tertahan (sering ditandai oleh baseline pertama yang disebabkan oleh elusi sampel

    pelarut) disebut waktu void (t0). Waktu kosong berhubungan dengan volume

    kosong kolom (V0), yang merupakan parameter penting yang akan diuraikan

    kemudian. Puncak juga memiliki lebar (Wb) dan tinggi (h). Ketinggian atau

    daerah di bawah puncak sebanding dengan konsentrasi atau jumlah komponen

    tertentu dalam sampel. Waktu retensi digunakan untuk identifikasi puncak yang

    tergantung pada laju aliran, dimensi kolom, dan parameter lainnya. (Ahuja and

    Dong, 2005).

    Sebuah istilah yang lebih mendasar yang mengukur tingkat retensi analit

    adalah faktor kapasitas atau faktor retensi (k’), dihitung dengan waktu retensi

    bersih (t’R, waktu retensi dikurang waktu kosong). Faktor kapasitas mengukur

    berapa kali analit tertahan relatif terhadap komponen yang tidak tertahan (Ahuja

    and Dong, 2005).

    Gambar 4 . Kromatogram yang menunjukkan waktu retensi (tR), waktu kosong (t0), lebar

    dasar puncak (Wb), dan tinggi puncak (h) (Ahuja and Dong, 2005)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Nilai k’ nol berarti bahwa komponen tersebut tidak tertahan dan terelusi

    dengan pelarut. Nilai k’ 1 berarti bahwa komponen sedikit ditahan oleh kolom

    sementara k’ nilai 20 berarti bahwa komponen sangat dipertahankan dan

    menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan fase diam. Dalam kebanyakan

    tes, analit terelusi dengan k’ antara 1 dan 20 sehingga memiliki kesempatan yang

    cukup untuk berinteraksi dengan fase diam yang mengakibatkan migrasi yang

    berbeda. Puncak yang terelusi pada di k’ yang besar (> 20) bermasalah karena

    jangka waktu panjang dan sensitifitas kecil yang dapat mengakibatkan puncak

    yang lebar (Ahuja and Dong, 2005).

    Pada KCKT fase terbalik digunakan fase diam hidrofobik seperti C-18

    dan fase gerak yang hidrofilik seperti campuran metanol dan air), partisi yang

    terjadi dianalogikan seperti ekstraksi cair-cair dua fase dalam corong pisah antara

    larutan non-polar (misalnya heksan) dan larutan polar (misalnya air). Pada KCKT

    fase terbalik, waktu retensi dipengaruhi oleh kekuatan atau polaritas fase gerak

    (Ahuja and Dong, 2005).

    Selektifitas (∝) atau faktor pemisahan adalah ukuran retensi diferensial

    dua analit. Selektifitas didefinisikan sebagai rasio dari faktor kapasitas (k’) dari

    dua puncak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Selektivitas harus > 1,0

    untuk pemisahan puncak. Selektivitas tergantung pada sifat dari fase diam dan

    komposisi fase gerak (Ahuja and Dong, 2005). Menurut Snyder, Kirkland, and

    Glajch (2012) nilai k’ harus memenuhi 0,5 < k’ < 20. Perhitungan selektifitas.

    ∝=𝑡𝑅𝐴 − 𝑡0

    𝑡𝑅𝐵 − 𝑡0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Jika nilai k’ menjadi lebih kecil (terelusi lebih awal) maka resolusi

    menjadi lebih buruk. Ketika k’ dibuat lebih besar, resolusi meningkat. Jika ∝

    meningkat, Rs akan meningkat juga. Nilai N dipengaruhi oleh kecepatan alir,

    panjang kolom, dan ukuran partikel (Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012).

    Perhitungan k’ dengan rumus.

    𝑘′ =𝑡𝑅 − 𝑡0

    𝑡0

    Gambar 5 . Pengaruh k’, ∝, dan N pada pemisahan (Snyder, Kirkland, and Glajch, 2012)

    Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling penting adalah

    efisiensi atau jumlah lempeng teoritis atau N (Rohman, 2009). Sebagian

    kromatogram memiliki puncak yang cenderung berbentuk Gaussian dan melebar,

    di mana Wb menjadi lebih besar dengan bertambahnya tR. Hal ini disebabkan oleh

    efek pelebaran pita dalam kolom, dan merupakan dasar untuk semua proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kromatografi. Jumlah lempeng (N) adalah ukuran kuantitatif dari efisiensi kolom

    (Ahuja and Dong, 2005). Persamaan untuk menghitung N.

    𝑁 = 5,54(𝑡𝑅

    𝑊1/2𝐻)2

    Konsep lempeng secara tradisional berasal dari proses penyulingan di

    industri menggunakan kolom yang distilasi terdiri dari beberapa lempeng di mana

    cairan kondensasi berada dalam kesetimbangan dengan uap yang naik. Dengan

    demikian, semakin panjang kolom distilasi akan memiliki lebih banyak lempeng

    atau terjadinya equilibrium. Demikian pula dalam kromatografi, tinggi setara

    lempeng teoritis atau HETP (height equivalent theoretical plate) sama dengan

    panjang kolom (L) dibagi dengan jumlah lempeng teoritis (N) (Ahuja and Dong,

    2005). HETP merupakan panjang kolom kromatografi (dalam mm) yang

    diperlukan sampai terjadinya satu kali kesetimbangan molekul analit dalam fase

    gerak dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2010). HETP dihitung dengan rumus.

    𝐻𝐸𝑇𝑃 =𝐿

    𝑁

    Nilai N yang tinggi disarankan untuk pemisahan yang baik yang nilainya

    sebanding dengan semakin panjangnya kolom (L) dan semakin kecilnya nilai H.

    Istilah H merupakan tinggi setara lempeng teoritis atau HETP (height equivalent

    theoretical plate) (Rohman, 2009). Kolom yang baik akan mempunyai bilangan

    lempeng yang tinggi dan nilai HETP yang rendah. Ukuran partikel berpengaruh

    terhadap nilai H. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin tinggi bilangan

    lempeng teoritis (Rohman, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Dalam sistem kromatografi, diharapkan memiliki bilangan lempeng (N)

    yang tinggi yang menunjukkan efisiensi kolom yang tinggi. Beberapa parameter

    yang dapat meningkatkan efisiensi kolom pada kromatografi cair, antara lain

    ukuran partikel fase diam kecil, lapisan fase diam tipis, bentuk fase diam teratur,

    temperatur tinggi, lapisan fase diam merata, ukuran partikel fase diam sama, serta

    koefisien difusi yang tinggi pada fase diam dan fase gerak (Watson, 2003).

    Menurut WHO, nilai N hendaknya ≥ 2000 (cit., Yin, 2011).

    Kolom yang efisien akan mempunyai resolusi yang baik. Tingkat

    pemisahan komponen dalam suatu campuran dengan metode kromatografi

    digambarkan dalam kromatogram yang dihasilkan. Untuk hasil pemisahan yang

    baik, puncak-puncak dalam kromatogram harus terpisah secara sempurna dari

    puncak lainnya dengan sedikit tumpang tindih (overlapping) atau tidak ada

    tumpang tindih sama sekali. Tingkat pemisahan antara puncak-puncak

    kromatografi yang bersebelahan merupakan fungsi jarak antara puncak maksimal

    dan lebar puncak yang berhubungan (Ahuja and Dong, 2005).

    Dalam KCKT, resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu

    retensi dua puncak yang saling berdekatan (∆𝑡𝑅 = 𝑡𝑅2 − 𝑡𝑅1) dibagi dengan rata-

    rata lebar puncak (𝑊1 + 𝑊2)1

    2 .

    Rumus unntuk menghitung resolusi adalah sebagai berikut.

    𝑅𝑠 =2∆𝑡𝑅

    𝑊1 + 𝑊2

    Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan

    pemisahan puncak yang baik (base line resolution) (Ahuja and Dong, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Sesuai persamaan di atas, resolusi yang besar akan tercapai jika

    perbedaan waktu retensi analit cukup besar dan lebar puncak analit dengan analit

    yang lainnya adalah sekecil mungkin. Sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan

    tersebut, resolusi komponen-komponen dalam kromatografi tergantung pada

    waktu retensi relatif pada sistem kromatografi tertentu dan lebar puncak (Ahuja

    and Dong, 2005).

    Pada kondisi ideal, puncak kromatografi akan memiliki bentuk puncak

    Gaussian dengan simetri sempurna. Pada kenyataannya, sebagian besar puncak

    cenderung mengalami fronting atau tailing. Seperti ditunjukkan dalam gambar 6,

    tailing factor (Tf) seperti yang didefinisikan oleh USP merupakan ukuran puncak

    asimetri. Dalam perhitungan ini, lebar puncak dihitung pada 5% puncak tinggi

    (W0.05) (Ahuja and Dong, 2005).

    Gambar 6 . Diagram yang menunjukkkan perhitungan tailing factor (Tf) serta diagram yang

    menunujukkan fronting dan tailing (Ahuja and Dong, 2005)

    Kebanyakan puncak memiliki nilai tailing factor antara 0,9 dan 1,4;

    dengan nilai 1,0 mengindikasikan puncak yang simetris sempurna. Puncak yang

    tailing biasanya disebabkan oleh adsorpsi atau interaksi kuat lainnya analit dengan

    fase diam, sedangkan puncak fronting dapat disebabkan oleh kolom yang

    overloading, reaksi kimia atau isomerisasi selama proses kromatografi (Ahuja and

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Dong, 2005). Menurut WHO, nilai tailing factor yang masih memenuhi kriteria

    penerimaan adalah ≤ 2 (cit., Yin, 2011).

    Efektivitas pemisahan (Rs) dalam analisis HPLC tergantung pada kedua

    faktor termodinamika (retensi dan selektifitas) dan faktor kinetika (lebar puncak

    dan efisiensi kolom). Hubungan resolusi untuk parameter lain dapat dinyatakan

    agak kuantitatif dalam persamaan resolusi: 𝑅𝑠 = (𝑘′

    𝑘′+1) + (

    ∝−1

    ∝) + (

    √𝑁

    4)

    Retensi Selektifitas Efisiensi

    (Ahuja and Dong, 2005).

    Dari persamaan resolusi tersebut menunjukkan bahwa Rs dikendalikan

    oleh retensi, selektifitas, dan efisiensi. Untuk memaksimalkan Rs, k’ harus relatif

    besar. Selektifitas dipengaruhi oleh kondisi kolom dan fase gerak. Jumlah

    lempeng (N) dimaksimalkan dengan menggunakan kolom panjang atau

    menggunakan kolom yang dikemas dengan partikel yang lebih kecil. Strategi

    untuk meningkatkan resolusi adalah menemukan kekuatan pelarut yang mengelusi

    semua zat antara k’ 1 dan 20 dan untuk memisahkan semua analit dengan

    memvariasikan pelarut organik dan pengubah fase gerak lainnya. Jika cara ini

    tidak berhasil, fase diam berbeda bisa dicoba (Ahuja and Dong, 2005).

    Fenomena pelebaran pita dalam proses kromatografi gas pertama kali

    dipelajari oleh van Deemter pada tahun 1950 dan menghasilkan persamaan van

    Deemter, menghubungkan HETP atau tinggi piring dengan kecepatan aliran linear

    (V).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Gambar 7 . Kurva persamaan van Deemter yang menunjukkan hubungan antara HETP

    lawan kecepatan linear rata-rata (Ahuja and Dong, 2005)

    Gambar 7 menunjukkan bagaimana kurva van Deemter adalah kurva

    yang berasal dari tiga istilah terpisah (A, B/V, dan CV) yang pada gilirannya

    dikendalikan oleh faktor-faktor seperti ukuran partikel (dp), dan koefisien difusi

    (Dm).

    Istilah A merupakan "difusi eddy atau multi-path effect" dan sebanding

    dengan (dp). B merupakan "difusi longitudinal" dan sebanding dengan (Dm).

    Istilah C merupakan "resistensi terhadap transfer massa" dan sebanding dengan

    (d2p/Dm). Persamaan van Deemter adalah yang paling terkenal dan muncul untuk

    menjelaskan konsep pelebaran pita di HPLC meskipun dikembangkan untuk

    kromatografi gas (Ahuja and Dong, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Gambar 8 . Kurva persamaan van Deemter dengan tiga kolom kemas ukuran partikel 10, 5,

    dan 3 µm (Ahuja and Dong, 2005)

    Gambar 8 menunjukkan percobaan van Deemter kurva untuk tiga kolom

    kemas dengan ukuran partikel 10, 5, dan 3 µm. Gambar tersebut menunjukkan

    bahwa dp yang kecil menghasilkan HETP yang lebih rendah (atau kolom partikel

    kecil memiliki efisiensi lebih per satuan panjang) karena istilah A sebanding

    dengan dp (Ahuja and Dong, 2005).

    Gambar 9 menunjukkan hubungan linear log k’ vs % konten pelarut

    organik untuk tiga pelarut organik yang umum digunakan pada KCKT fase

    terbalik. THF lebih kuat daripada ACN, yang juga lebih kuat daripada MeOH

    pada KCKT fase terbalik (Ahuja and Dong, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Gambar 9 . Hubungan log k’ vs % organic solvent modifier untuk metanol, asetonitril, dan

    tetrahidrofuran (Ahuja and Dong, 2005)

    Berikut penyebab terjadinya pelebaran pita akan dibahas satu per satu.

    a. Difusi Eddy. Penyebab difusi Eddy adalah karena kolom diisi dengan partikel

    fase diam yang kecil. Fase gerak membawa analit yang melewati kolom

    sebagian akan terelusi terlebih dahulu meninggalkan yang lainnya karena

    melewati jalur yang lurus di dalam kolom. Analit lain terelusi setelah itu

    karena harus melewati beberapa penghalang di sepanjang kolom (Meyer,

    2004).

    Gambar 10 . Difusi Eddy (Meyer, 2004)

    b. Distribusi aliran. Fase gerak mengalir diantara partikel fase diam. Aliran akan

    lebih cepat pada bagian celah antara dua partikel daripada yang dekat dengan

    partikel (Meyer, 2004).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Gambar 11 . Distribusi aliran (Meyer, 2004)

    c. Difusi longitudinal. Analit dalam fase gerak menyebar ke segala arah dengan

    difusi. Difusi terjadi dengan arah yang sama atau berlawanan dengan aliran

    fase gerak (Watson, 2003).

    Gambar 12 . Pelebaran pita oleh difusi longitudinal (Meyer, 2004)

    d. Transfer massa. Fenomena ini terjadi karena adanya pori pada partikel fase

    diam. Fase gerak dapat masuk ke dalam pori dan kemudian molekul analit

    masuk ke dalam pori yang dapat menyebabkan lamanya waktu yang

    diperlukan analit tersebut untuk terelusi sehingga menyebabkan terjadinya

    pelebaran pita (Meyer, 2004).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Gambar 13 . Transfer massa. Atas = Struktur pori partikel fase diam; Bawah = Transfer

    massa antara fase gerak dan fase diam (Meyer, 2004)

    F. Validasi Metode Analisis

    Validasi metode analisis adalah proses yang digunakan dalam penelitian

    laboratorium, di mana karakteristik kinerja dari metode yang digunakan sesuai

    dengan syarat ditentukan pada metode yang digunakan. Metode uji yang berbeda

    memiiki ketentuan yang berbeda pula. Berikut kategori uji yang paling biasa

    digunakan beserta data validasi yang diperlukan (The United States

    Pharmacopeia, 2007).

    Kategori I, metode analisis untuk kuantitasi komponen utama dari

    senyawa obat atau senyawa aktif (termasuk pengawet) pada produk akhir sediaan

    farmasi. Kategori II, metode analisis untuk menentukan pengotor dalam senyawa

    obat atau senyawa degradasi pada produk akhir sediaan farmasi. Metode ini

    termasuk uji kuantitatif dan uji batas. Kategori III, metode analisis untuk

    menentukan karakteristik kinerja (contohnya kelarutan, pelepasan obat). Kategori

    IV, uji identifikasi (The United States Pharmacopeia, 2007).

    Untuk setiap kategori uji, diperlukan informasi analisis yang berbeda.

    Tabel II menunjukkan data yang biasanya diperlukan pada setiap kategori uji.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Tabel II. Data yang diperlukan untuk uji validasi

    Parameter

    Validasi Kategori 1

    Kategori 2 Kategori 3

    Kategori 4 Kuantitatif Uji Batas

    Akurasi Ya Ya * * Tidak

    Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak

    Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya

    LOD Tidak Tidak Ya * Tidak

    LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak

    Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak

    Rentang Ya Ya Tidak * Tidak

    *mungkin diperlukan, tergantung sifat dari uji yang spesifik

    Validasi metode analisis dapat diverifikasi hanya dengan penelitian di

    laboratorium. Oleh karena itu, dokumentasi dari hasil penelitian yang berhasil

    merupakan persyaratan dasar untuk menentukan apakah metode ini cocok untuk

    aplikasi yang dimaksud. Dokumentasi yang sesuai harus menyertai setiap

    proposal baru atau revisi prosedur analitis kompendial (The United States

    Pharmacopeia, 2007).

    Validasi metode analisis merupakan suatu proses tindakan penilaian

    terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan yang dilakukan di

    laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

    persyaratan untuk penggunaannya. Parameter-parameter tersebut antara lain

    sebagai berikut.

    a. Spesifisitas. Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk

    mengukur analit yang diinginkan dalam matriks tanpa mengalami gangguan

    dari analit lain (Gandjar dan Rohman, 2010).

    b. Linearitas dan rentang. Linearitas merupakan kemampuan suatu metode (pada

    rentang tertentu) untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Rentang

    adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang telah

    dipakai untuk mendapatkan presisi, linearitas dan akurasi yang bisa diterima

    (The United States Pharmacopeia, 2007).

    c. Presisi dan repeatability. Presisi merupakan derajat keterulangan hasil uji

    ketika metode dilakukan secara berulang pada sampel yang homogen dengan

    beberapa kali sampling. Repeatability adalah ukuran keterulangan yang

    dihasilkan dari prosedur analisis laboratorium dalam jangka waktu yang

    pendek, oleh analis dan peralatan yang sama (The United States

    Pharmacopeia, 2007).

    d. Akurasi. Akurasi adalah kedekatan hasil uji yang diperoleh dengan nilai yang

    sebenarnya (The United States Pharmacopeia, 2007).

    e. LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of Quantitation). LOD merupakan

    jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih

    memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. LOQ

    merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan

    dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional

    metode yang digunakan (The United States Pharmacopeia, 2007).

    G. Landasan Teori

    Bisfenol A bahan yang digunakan untuk pembuatan polikarbonat yang

    umum digunakan dalam pembuatan botol minum. European Commission (1996)

    mengklasifikasikan bisfenol A sebagai zat yang berbahaya bagi kesehatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    manusia karena merupakan endocrine discrupting chemical (EDC) yang

    mengganggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme, pengikatan, aksi,

    dan eliminasi hormon alami manusia. Informasi terbaru mengenai dosis bisfenol

    A harian yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia menurut European Food

    Safety Authority adalah sebesar 0,05 mg/kgBB/hari.

    Pemaparan pada manusia terjadi akibat migrasi bisfenol A yang lepas

    dari wadah plastik ke dalam makanan atau minuman. Lepasnya bisfenol A ini

    salah satunya disebabkan oleh panas dan sinar ultraviolet. Oleh karena itu, perlu

    dilakukan penetapan kadar bisfenol A dalam air minun yang diberi paparan sinar

    matahari tropis Indonesia sebagai sumber panas yang juga mengandung

    ultraviolet dan penetapan kadar bisfenol A yang meluruh dari botol akibat

    perlakuan tersebut.

    Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penetapan kadar bisfenol A

    pada ekstrak air dalam botol dan ekstrak botol air minum yang diberi pengaruh

    penyinaran matahari tropis Indonesia dengan metode kromatografi cair kinerja

    tinggi (KCKT) fase terbalik dengan fase gerak asetonitril : air dan fase diam C-

    18. KCKT dipilih untuk analisis bisfenol A karena mampu memisahkan dari suatu

    campuran sekaligus menentukan kadarnya, mudah, cepat, sensitif, serta bisfenol A

    dapat dianalisis menggunakan KCKT secara langsung tanpa derivatisasi terlebih

    dahulu. Detektor UV dipilih karena bisfenol A memiliki kromofor yang dapat

    memberikan serapan di daerah UV.

    Digunakan fase diam C-18 karena fase diam ini cocok untuk senyawa

    yang memiliki log Kow lebih dari 2, seperti bisfenol A yang memiliki log Kow

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    3,40; fase diam ini digunakan untuk menganalisis senyawa dengan kepolaran

    yang rendah, sedang, maupun tinggi dan memiliki pH di antara 2,5-7,5. Bisfenol

    A memiliki koefisien partisi oktanol/air (Kow) 103,40 sehingga merupakan senyawa

    yang hidrofobik, namun sedikit polar karena memiliki dua gugus hidroksil serta

    memiliki pH ± 5 – 6. Interaksi pada C-18 didasarkan pada interaksi hidrofobik

    atau van der Waals. Bagian cincin benzen dari bisfenol A merupakan bagian

    hidrofobik yang akan berinteraksi dengan fase diam. Untuk dapat mengelusi

    bisfenol A, fase gerak air ditambahkan pelarut organik untuk mengurangi

    kepolaran dari fase gerak. Digunakan pelarut organik asetonitril karena memiliki

    kekuatan elusi yang cukup besar pada fase diam C-18. Bisfenol A juga memiliki

    bagian polar (-OH) yang dapat berinteraksi dengan fase gerak yang polar sehingga

    bisfenol A dapat terelusi melalui kolom.

    Ekstraksi bisfenol A dari dalam minuman dilakukan dengan ekstraksi

    fase padat atau solid phase extraction (SPE). Sementara itu, ekstraksi bisfenol A

    dari dalam botol dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan diklormetan dan

    aseton. Ekstraksi ini dilakukan untuk mengurangi pengotor pada matrik.

    Penelitian mengenai pengaruh sinar matahari ini belum pernah dilakukan

    sebelumnya oleh karena itu perlu dilakukan optimasi dan validasi metode

    penetapan kadar terlebih dahulu untuk memperoleh data yang dapat dipercaya.

    Optimasi dilakukan dengan mencari kompos