PENGARUH CAR, BOPO, NPF DAN FDR TERHADAP TINGKAT BAGI
HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH
(2015-2018)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Muhammad Ariga
NIM : 1113046000138
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Muhammad Ariga
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 1 November 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Grogol Sebrang No. 58
RT 002/RW 006 Kel. Grogol
Kec. Limo Kab. Depok Jawa Barat
Telpon : 089679587717
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1999-2005 : SDN Cikuya II
2005-2008 : SMP Negeri II Cisoka
2008-2011 : SMK Negeri 20 Jakarta
2013-2019 : Progam Studi (S1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
I. PENGALAMAN KERJA
1. Media Indonesia Event Organizer
2. Panitia Pengawas Pemilihan Umum
3. Technical Support IT Galeri
v
II. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua DPD Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
2. Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta masa khidmat 2015-2016
3. Ketua Bidang IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (KOMFAKSYAHUM) masa
khidmat 2016-2017
vi
Abstract
This research aims to analyse the effect Capital Adequacy Ratio (CAR),
BOPO, Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
at Sharia Commercial Banks in Indonesia for period 2015-2018. The data used in
this study are data from quarter 1 2015 to quarter IV 2018. The sampling
technique used is this research is purposive sampling, with a sample size of six
Sharia Commercial Banks recorded in Bank Indonesia data. This Research uses
Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2010. The results showed that Capital Adequacy
Ratio (CAR) and Financing to Deposits Ratio (FDR) partially significant effect on
the rate of profit sharing deposits mudaraba. While BOPO and Non Performing
Financing (NPF) partially does not significantly influence the level of profit
sharing on deposits mudaraba. Simultaneusly Capital Adequacy Ratio (CAR),
BOPO, Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
significantly influence the rate of profit sharing deposits mudaraba.
Keywords : CAR, BOPO, NPF, FDR and level of profit Sharing Mudaraba
Deposits.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode 2015 –2018. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data triwulan 1 tahun 2015 sampai dengan triwulan IV 2018.
Teknis sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
dengan jumlah sampel 6 Bank Umum Syariah yang tercatat di data Bank
Indonesia. Penelitian ini menggunakan software aplikasi Eviews 9.0 dan
Microsoft Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non
Performing Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Secara simultan Capital Adequacy Ratio
(CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Kata kunci : CAR, BOPO, NPF, FDR dan Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt., yang telah
memberikan segala nikmat iman dan islam karena atas kehendaknya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah
Periode 2015-2018‖ dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam penulis
panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw., semoga kita mendapat
syafa’atnya kelak di hari akhir. Amin.
Alhamdulillah atas ridho dan kuasa Allah Swt. serta doa dan bantuan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M. Si.selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M. Si. dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, M.M selaku
Ketua dan Sekertaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, M.A. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak M. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Ketua dan
Sekertaris Program Studi Muammalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Aini Masruroh, SEI., MM. selaku dosen pembimbing, Terimakasih atas
bimbingan, bantuan, serta motivasi yang diberikan kepada penulis hingga selesai.
6. Kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkan penulis hingga
sekarang. Semoga keberkahan menyertai hingga akhir hayat nanti.
ix
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga selama ini.
8. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan Keluarga Besar Perbankan Syariah, dan
Muamalat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih telah
membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Kepada manusia-manusia yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini
begitu lama terkhusus kepada Faizal Fahri, Arius Juliansyah, Agung, Kinoy, Bang
Awan, Bang Catur dan Denis terima kasih banyak.
Semoga Allah membalas berlipat ganda kepada semua yang telah
membantu dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga bisa bermanfaat bagi semua.
Amin.
Ciputat, 27 Agustus 2019
Penulis
(Muhammad Ariga)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 5
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 7
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perbankan Syariah .............................................................. 15
1. Pengertian Bank Syariah .............................................. 15
2. Karakteristik Perbankan Syariah .................................. 16
xi
B. Capital Adequacy Ratio ..................................................... 18
C. Biaya Operasional Pendapatan Operasional ...................... 19
D. Non Performing Financing ................................................ 19
E. Financing to Deposits Ratio .............................................. 21
F. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah ........................ 22
1. Deposito ................................................................. 22
2. Landasan Hukum Deposito Mudharabah .............. 23
3. Tingkat Bagi Hasil ................................................. 27
G. Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah .............................................. 31
H. Kerangka Pemikiran ........................................................... 33
I. Hipotesis ............................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup ................................................................... 36
B. Jenis Penelitian ................................................................... 36
C. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ............................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 39
E. Definisi Operasional Variabel ............................................ 39
F. Metode Analisis Data ......................................................... 41
1. Pemilihan Model .................................................... 42
2. Uji Asumsi Klasik .................................................. 44
3. Analisis Regresi Linear Berganda .......................... 46
4. Pengujian Hipotesis ................................................ 47
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pemilihan Model ................................................................ 49
B. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 51
1. Uji Normalitas .............................................................. 51
2. Uji Multikolinieritas ..................................................... 52
3. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 52
xii
4. Uji Auto Korelasi ......................................................... 53
C. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 55
D. Pengujian Hipotesis ............................................................ 56
1. Uji T ............................................................................. 56
2. Uji F ............................................................................. 57
3. Uji Koefisien Determinasi ........................................... 58
E. Interprestasi ........................................................................ 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 62
B. Saran ................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah ....................................................... 3
1.2 Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 8
2.1 Perhitungan Bagi Hasil .............................................................................. 29
3.1 Daftar Bank Umum Syariah ....................................................................... 37
3.2 Jumlah Sampel Penelitian .......................................................................... 38
3.3 Daftar Sampel Penelitian............................................................................ 38
4.1 Hasil F Test (Chow Test)............................................................................ 49
4.2 Hasil Hausman Test ................................................................................... 50
4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................................... 52
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 53
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 54
4.6 Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi ........................................................... 54
4.7 Hasil Uji Koefisien Variabel ...................................................................... 55
4,8 Hasil Uji-T ................................................................................................. 56
4.9 Hasil Uji-F .................................................................................................. 58
4.10 Hasil Koefisien Determinasi .................................................................... 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 34
4.1 Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 51
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Variabel Penelitian ...................................................................... 66
2. F Test (Chow Test) ............................................................................... 68
3. Hausman Test ....................................................................................... 69
4. Uji Normalitas ...................................................................................... 69
5. Uji Multikolinieritas ............................................................................. 69
6. Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 70
7. Uji Autokorelasi ................................................................................... 70
8. Uji Diferensiasi Autokorelasi ............................................................... 70
9. Uji Koefisien Variabel ......................................................................... 71
10. Uji T ..................................................................................................... 71
11. Uji F ..................................................................................................... 72
12. Koefisien Determinasi .......................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai
sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan
operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah
didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah
menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hasil
tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-
institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai
syariah. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah
membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar
operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi
Hasil.
Menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan
yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukan kemungkinan tersebut
dalam undang-undang yang baru. Telah diberlakukannya Undang-Undang
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli
2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhan secara lebih cepat lagi. Dengan progress perkembangannya
yang impresif yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65
persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan
semakin signifikan.
Industri keuangan syariah juga dipercaya sangat tangguh menghadapi
ujian krisis. Seperti saat krisis 1997/1998 hingga krisis 2008 industri
keuangan syariah tetap berdiri ditengah ambruknya industri lain.
Berdasarkan data riset, hingga 2018 jumlah bank umum syariah sebanyak
2
14 dan unit usaha syariah sebanyak 20. Sementara itu Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) ada 167.
Perkembangan bank syariah tahun 2016 menunjukan tren positif
dengan asset, pembiayaan yang disalurkan (PYD) dan dana pihak ketiga
(DPK) yang terus tumbuh diiringi dengan rasio kinerja utama yang terus
membaik. Pada akhir tahun 2016, perbankan syariah Indonesia yang terdiri
dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mencatatkan pertumbuhan asset,
pembiayaan yang diberikan (PYD) dan dana pihak ketiga (DPK) industri
perbankan syariah nasional tahun 2016 tumbuh signifikan, masing-masing
sebesar 12,57%, 16,14% dan 20,84%. Total aset, PYD, dan DPK industri
perbankan syariah nasional pada tahun 2016 masing-masing mencapai
Rp365,6 triliun, Rp254,7 triliun dan 285,2 triliun.
Pada tahun 2016 laporan perkembangan keuangan syariah menyatakan
bahwa perolehan DPK yang berasal dari deposito sebesar 59,56%, diikuti
oleh tabungan sebesar 30,63% dan giro sebesar 9,81%. Angka tersebut
menunjukan bahwa dana yang berasal dari deposito berada jauh diatas
DPK yang berasal dari tabungan bahkan giro. Tren positif ini menunjukan
dari tahun ke tahun produk deposito pada perbankan syariah terus
meningkat. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah tingkat bagi
hasil yang diberikan kepada nasabah deposan yang lebih kompetitif
terhadap bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional.
Meskipun demikian, pada perkembangannya ada indikasi bahwa dalam
penetapan return bagi hasil yang diterima nasabah deposan tersebut
mengacu pada tingkat suku bunga konvensional. Padahal tingginya tingkat
bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya
tingkat permodalan, pembiayaannya dan kualitas asset bank yang dapat
dilihat dari tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to deposit ratio
(FDR) dan Non Performing Financing (NPF). Sebagai produk tabungan
berjangka, pada umumnya nisbah bagi hasil deposito akan lebih besar dari
3
produk tabungan biasa. Bagi hasil dapat dilakukan secara tunai, atau
secara otomatis dikreditkan ke rekening tabungan atau giro, atau
ditambahkan ke pokok deposito.
Tabel 1.1
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Dalam Persentase
Secara fluktual selama kurun waktu 2015 sampai 2018, ukuran kinerja
keuangan yang dapat dilihat table 1 menunjukan kecenderungan
meningkat. Secara sekilas kecukupan modal dilihat dari rasio CAR
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 dan 2016 ada
pada kisaran 14 persen dan mengalami peningkatan menjadi 15,74 persen
pada tahun 2014 kemudian mengalami penurunan 15,02 persen pada tahun
2015 dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan signifikan menjadi 16,63
persen. Pada penelitian yang dilakukan Umiyati dan Shella Muthya Syarif
menyatakan rasio kecukupan modal ini menunjukan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal untuk menjamin dana deposan, semakin
tinggi CAR maka akan semakin kuat kemampuan bank tersebut
menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko.
Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) maka bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank
tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas
dan tentunya akan meningkatkan tingkat bagi hasil yang akan diterima
oleh nasabah deposan.
Indikator 2015 2016 2017 2018
CAR 15.02 16.63 17.91 20.39
BOPO 97.01 96.22 94.91 89.18
NPF 4.84 4.42 4.76 3.26
FDR 88.03 85.99 79.61 78.53
4
Indikator untuk menilai apakah tingkat efisiensi kinerja operasional
bank baik atau tidak bisa dilihat pada rasio BOPO, nilai dari tabel diatas
memperlihatkan BOPO mengalami perkembangan yang kurang baik. Pada
tahun 2012 sampai 2013 nilai dari BOPO berada pada kisaran 70 persen.
Namun pada tahun 2014 sampai 2016, BOPO mengalami peningkatan
yang signifikan pada kisaran 90 persen dari tahun sebelumnya 2013 pada
kisaran 70 persen. Padahal semakin kecil angka rasio BOPO maka
semakin baik kondisi bank tersebut, karena semakin rendah BOPO maka
bank semakin efisiensi dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk investasi
pembiayaan agar dapat menhasilkan pendapatan yang paling tinggi.
Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang
diterima nasabah juga meningkat.
Rasio pembiayaan bermasalah yang dilihat dari nilai NPF mengalami
fluktuatif dari tahun ketahun, nilai NPF yang rendah pada tahun 2012 dan
2013 masing-masing 2,22 persen dan 2,62 persen kemudian mengalami
peningkatan yang sangat tinggi di tahun 2014 hingga mencapai 4,95
persen, akan tetapi mengalami penurunan di tahun 2015 dan 2015 menjadi
4,84 persen dan 4,42 persen. Meskipun masih di bawah 5 persen dan ini
masih dibawah ketentuan minimal, hal ini menunjukan bahwa bank
syariah tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Dalam penelitian Nofianti dkk
(2015) menyatakan bahwa Jika NPF tinggi, maka profitabilitas menurun
dan tingkat bagi hasil menurun dan sebaliknya jika NPF turun, maka
profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik.
Adapun rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (FDR)
mengalami peningkatan pada tahun 2012 sampai 2013 hingga 100,32
persen, akan tetapi terjadi penurunan tajam di tahun 2014 sebesar 86,66
persen dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan kembali menjadi 88,03
persen hingga pada tahun 2016 turun lagi menjadi 85,99 persen.
Rendahnya FDR dalam 3 tahun kebelakang menunjukan kurang efektifnya
penyaluran pembiayaan pada Bank Syariah, sebaliknya jika FDR tinggi
5
maka Bank Syariah tersebut mampu menyalurkan pembiayaan secara
optimal.
Seiring perkembangan perbankan syariah di Indonesia, kajian-kajian
dan penelitian-penelitian mengenai perbankkan syariah umumnya dan
perilaku kinerja keuangan secara khusus terus dilakukan sebagai sarana
sosialisasi dan sarana kajian tentang perbankan syariah.
Adapun penelitian yang mengkaji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum
syariah, seperti penelitian yang dilakukan Reni Widyasturi (2012)
menyatakan bahwa korelasi variabel ROA, FDR, dan Suku bunga
berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah,
sedangkan CAR dan Inflasi memiliki pengaruh negative terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramilu (2012) menunjukkan
bahwa BOPO berpengaruh negative terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, sedangkan penelitian Anggrainy (2010) dan Juwariyah
(2008) menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh positif signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “
Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Terjadi kenaikan signifikan dana pihak ketiga, dimana deposito masih
menjadi pilihan utama nasabah dalam berinvestasi pada bank syariah.
2. Tingkat bagi hasil yang diberikan bank masih menjadi salah satu faktor
nasabah untuk berinvestasi pada deposito mudharabah
6
3. Masih banyak nasabah bank yang belum tahu, bahwa tingkat bagi hasil
dalam deposito tidak hanya di perngaruhi faktor makroekonomi tetapi
faktor internal bank itu sendiri merupakan salah satu faktor penentu
dalam tingkat bagi hasil.
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah arah penelitian dan memudahkan analisis,
maka penulis perlu membuat batasan-batasan masalah dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah. Adapun batasan-
batasan masalah meliputi :
a. Variabel bebas yang digunakan adalah CAR, BOPO, NPF dan
FDR.
b. Variabel terikat yang digunakan adalah Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah.
c. Periode penelitian dari tahun 2015 sampai 2018.
d. Objek Penelitian adalah Bank Umum Syariah.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Apakah CAR, BOPO, NPF dan FDR berpengaruh secara
parsial terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah ?
b. Apakah CAR, BOPO, NPF dan FDR berpengaruh secara
simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
Bank Umum Syariah
c. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum
syariah ?
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial
antara CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah di Bank Umum Syariah Periode 2015-
2018.
b. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan
antara CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah di Bank Umum Syariah Periode 2015-
2018.
c. Mengukur variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah di Bank Umum Syariah
Periode 2015-2018.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
menjawab masalah dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga
dapat memberikan manfaat diantaranya:
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca
maupun peneliti pribadi.
b. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti
sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.
c. Penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah
dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh
untuk merencanakan suatu strategi baru, sehingga kinerja dari
perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan.
8
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode waktu dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak
sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
Tabel 1.2
Penelitian Sebelumnya
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Nana
Nofianti,
Tenny
Badina dan
Aditya
Erlangga
(2015)
Analisis
Pengaruh
Return On
Asset (ROA),
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Suku Bunga,
Financing to
Deposits
Ratio (FDR)
dan Non
Performing
Financing
(NPF)
Terhadap
Tingkat Bagi
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR), Non
Performing
Financing
(NPF) dan
analisis
regresi
berganda
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
Hasil Penelitian
ini menunjukkan
Return On Asset
(ROA) dan
Financing to
Deposits Ratio
(FDR)
berpengaruh
positif secara
signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil
deposito
mudharabah
sedangkan
BOPO, Suku
Bunga dan Non
Performing
Financing (NPF)
9
Hasil
Deposito
Mudharabah
tidak
berpengaruh
2. Andriyani
Isna K dan
Sunaryo
(2012)
Analisis
Pengaruh
Return On
Asset (ROA),
BOPO dan
Suku Bunga
Terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada Bank
Umum
Syariah
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
dan analisis
regresi
linier
berganda
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR),
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR) dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
Hasil penelitian
ini menunjukkan
Secara simultan
ROA, BOPO
dan Suku Bunga
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil
deposito
mudharabah.
Sedangkan
secara parsial
ROA
berpengaruh
negatif terhadap
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah,
Suku Bunga
berpengaruh
positif
3. Agung
Yulianto
dan
Badingatus
Solikhah
The Internal
Factors of
Indonesia
Sharia
Banking to
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR), Non
Performing
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR),
Biaya
Hasil dari
penelitian ini
yaitu
mengindikasikan
bahwa variabel
10
(2016) Predict The
Mudharabah
Deposits
Financing
(NPF) dan
analisis
regresi
berganda
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
FDR tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap jumlah
deposito
mudharabah
Bank Islam
Indonesia dalam
periode 2010-
2013. Sementara
variabel NPF
berpengaruh.
4. Siti Rahayu
(2013)
Pengaruh
Return On
Asset (ROA),
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Suku Bunga
dan Capital
Adequancy
Ratio (CAR)
Terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada
Perbankan
Capital
Adequancy
Ratio
(CAR),
BOPO dan
analisa
regresi
linear
berganda
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR) dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
Berdasarkan
analisis data
dapat
disimpulkan
bahwa ROA
berpengaruh
signifikan dan
positif terhadap
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Suku bunga
berpengaruh
signifikan dan
negatif terhadap
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah dan
CAR tidak ada
11
Syariah pengaruh
signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil
deposito
mudharabah
5. Laila Mugi
Harfiah,
Atiek Sri
Purwati dan
Permata
Ulfah
(2016)
The Impact
of ROA,
BOPO and
FDR To
Indonesia
Islamic
Bank‟s
Mudharabah
Deposit
Profit
Sharing
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR) dan
analisis
regresi
linear
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR) dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
Hasil penelitian
menunjukkan
Return On Asset
(ROA), Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO) dan
Financing to
Deposits Ratio
(FDR)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadapat
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
6. Agus
Farianto
(2014)
Analisis
Pengaruh
Return On
Asset (ROA),
Biaya
Operasional
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
dan analisis
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
Hasil penelitian
menunjukkan
Return On Asset
(ROA), Biaya
Operasional
Pendapatan
12
Pendapatan
Operasional
(BOPO) dan
BI-Rate
Terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Tahun 2012-
2013
linear (NPF) dan
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR)
Operasional
(BOPO)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadapat
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
7. Mohammad
T
Abusharba,
Iwan
Triyuwono,
Munawar
Ismail dan
Aulia F
Rahman
(2013)
Determinants
of Capital
Adequacy
Ratio (CAR)
in Indonesia
Commercial
Banks
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR),
Beban
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
dan analisis
regresi liner
berganda
Financing
to Deposits
Ratio
(FDR) dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
Hasil Penelitian
ini menunjukkan
Return On Asset
(ROA) dan
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
berpengaruh
signifikan dan
bernilai positif
terhadap Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
(NPF)
13
berpengaruh
signifikan dan
bernilai negative
terhadap Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Struktur
Deposito dan
Beban
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO) tidak
memiliki
signifikan
terhadap Capital
Adequacy Ratio
(CAR)
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini di bagi dalam lima bab
yang memuat ide-ide pokok dan kemudian di bagi lagi menjadi sub-sub
bab yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan
menjadi kesatuan yang saling menjelaskan sebagai satu pemikiran
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan pembahasan
bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang
berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
14
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Bab ini akan membahas teori terkait perbankan syariah, deposito, landasan
hukum deposito mudharabah, tingkat bagi hasil, capital adequacy ratio,
biaya operasional pendapatan operasional, non performing financing, dan
financing to deposit ratio.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam
penelitian, teknik pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisis data penelitian mengenai pengaruh capital adequacy ratio, biaya
operasional pendapatan operasional, non performing financing, dan
financing to deposit ratio terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
bank syariah pada periode tahun 2015-2018.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan memiliki
kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem
pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas
sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Apabila dilihat dari segi definisi, menurut pasal 1 angka 1 UU No.
10 Tahun 1998 mengungkapkan bahwa istilah Bank berarti badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa
bank merupakan perusahaan yang memperdagangkan utang piutang,
baik yang berupa uang sendiri maupun uang masyarakat, dan
memperedarkan uang tersebut untuk kepentingan umum (Suwandi,
2014).
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 menyatakan Bank Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara Unit Usaha Syariah
menurut undang No. 21 Tahun 2008 adalah unit kerja kantor dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja kantor cabang dari suatu
bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
16
usahanya secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dar
kantor cabang pembantu syariah dan unit usaha syariah.
Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Bank
Syariah memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-
ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan prinsip
syari’at Islam (Djazuli, 2002).
2. Karakteristik Perbankan Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga
memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental
terdapat beberapa karakteristik bank syariah (Soemitra, 2012) :
1) Penghapusan Riba
2) Pelayanan Kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran
sosio-ekonomi Islam
3) Bank Syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari
bank komersial dan bank investasi
4) Bank Syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati
terhadap pemohon pembiayaan yang berorientasi kepada
penyertaan modal, karena bank komersial syariah menerapkan
profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis atau
industri.
5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antar bank syariah dan
pengusaha
6) Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi
kesulitan likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar
17
uang antar bank syariah dan instrumen bank sentral berbasis
syariah.
Menurut Sumitro terdapat beberapa ciri bank syariah yang
membedakan dengan bank konvensional:
1) Beban biaya
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad
perjanjian diwujudkan dalam jumlah nominal yang besarnya
tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar
menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan
dalam kontrak
2) Penggunaan persentase
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, Karena persentase bersifat
melekat pada sisa utang, meskipun batas waktu perjanjian telah
berakhir, sehingga yang dipergunakan adalah nisbah bagi hasil
3) Kontrak-kontrak pembiayaan proyek
Di dalam Kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah
tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang
pasti yang ditetapkan dimuka karena pada hakikatnya yang
mengetahui tentang rugi suatu proyek yang dibiayai bank
hanya Allah semata. Tingkat keuntungan yang dipergunakan
adalah tingkat keuntungan aktual, apabila tingkat keuntungan
aktual lebih kecil daripada tingkat keuntungan proyeksi maka
yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual tersebut
4) Penyerahaan dana dianggap titipan (Wadiah)
Penyerahaan dana masyrakat dalam bentuk deposito tabungan
oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan
bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai
penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang
18
beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah, sehingga pada
penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti
5) Dewan Pengawas Syariah
Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur
organisasi bank syariah yang bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu, manajer
dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar
muamalah Islam. Unsur Dewan Pengawas Syariah inilah hal
utama yang membedakan struktur organisasi antara bank
syariah dan bank konvensiaonal
6) Fungsi Kelembagaan
Selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus, yaitu
fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-
waktu apabila dana diambil pemiliknya.
B. Capital Adequacy Ratio(CAR)
CAR adalah rasio kecukupan modal yang harus disediakan untuk
menjamin dana deposan. Tujuannya adalah agar likuiditas/kemampuan
bank membayar kepada deposan cukup terjamin. Modal merupakan salah
satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan
menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai
ketentuan BI 8%) maka bank tersebut mampu membiayai operasi bank,
keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan
return bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah deposan.
CAR Modal
Aset Tertimbang Menurut Resiko ATMR
19
C. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (Andriyani, 2012). Naik
turunnya rasio akan mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh bank, begitu
juga sebaliknya. Karena kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara yaitu menghimpun dana dan menyalurkan
dana, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar . (Rahayu dan
Rustam, 2016)
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP pada
tanggal 25 Oktober 2011 memberikan rumus untuk menghitung rasio
BOPO yaitu sebagai berikut :
BOPO Total Beban Operasional
Total Pendapatan Operasional
D. Non Performing Financing(NPF)
Setiap bank tidak mengharapkan terjadinya NPF, namun dalam
kegiatan usaha, walaupun telah dilaksanakan dengan baik, pasti masih ada
resiko-resiko lain yang tidak terprediksi sebelumnya dalam perencanaan
awal. Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak
menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang
diberikannya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan
oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar
angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan. NPF
merupakan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami
risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan mengalami
risiko kegagalan.
20
Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu :
1) Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/
memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank
2) Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari bagi bank dalam arti luas
3) Mengalami kesulitan di dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan
atau pembayaran bunga/ denda keterlambatan serta ongkos-ongkos
bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.
4) Kredit atau pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi
menunggak (Rivai, 2006).
Kelancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas
pembiayaan dikategorikan menjadi 5 macam (Muhammad, 2005) :
1) Lancar atau Kolektabilitas 1
2) Kurang Lancar atau Kolektabilitas 2
3) Diragukan atau Kolektabilitas 3
4) Perhatian khusus atau Kolektabilitas 4
5) Macet atau Kolektabilitas 5
I’tikad nasabah untuk menyelesaikan kredit bermasalah, dinilai
berdasarkan penilaian mengenai kemauan dan kesediaannya, antara
lain :
a. Berinisiatif dan aktif melakukan negosiasi dengan bank.
b. Melakukan full disclosure mengenai keadaan perusahaan
dan grupnya kepada nasabah.
c. Memikul beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai
hasil negosiasi.
d. Mempunyai rencana restrukturisasi atau menyampaikan
rencana restrukturisan untuk dibicarakan dengan bank.
21
NPF Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
E. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga (DPK)
yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR tersebut menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian
kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit
(Lukman, 2005).
Semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, maka bank tersebut akan
berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya dari sisi
deposito, untuk menarik investor menginvestasikan dananya di bank
syariah, maka diberikanlah tingkat bagi hasil yang menarik, sehingga
peningkatan FDR akan meningkatkan return bagi hasil deposito
mudharabah.
Rasio ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
FDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi antara 85%
dan 100%. Sedangkan berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam surat
Edaran Bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya
FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Dengan
ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan
melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi 110%.
Ditetapkannya maksimum pemberian kredit (pembiayaan) dan FDR
yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat
begitu saja serampangan melakukan ekspansi pembiayaan yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan sebesar besarnya atau untuk secepatnya
22
dapat membesarkan jumlah assetnya. Karena hal itu akan membahayakan
kelangsungan hidup bank tersebut dan akan membahayakan dana
simpanan para nasabah penyimpan dana dari bank itu (Remy, 2007).
FDR Total Pembiayaan
Total DP
F. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
1. Deposito
Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk
melakukan investasi. Pemilik deposito tersebut disebut deposan.
Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito
adalah uang yang relative tersimpan lebih lama. Mengingat deposito
memiliki jangka waktu yang relative panjang dan frekuensi penarikan
yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat leluasa untuk
menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran
kredit.
Deposito menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan (Kasmir, 2004).
Menurut Karnaen Poerwataatmadja, Deposito adalah simpanan dari
dana pihak ketika kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga
dan bank yang biasanya jangka waktu penetapan deposito telah
ditetapkan oleh bank yaitu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
Deposito merupakan produk dari bank yang memang ditujukan
untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga
sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah.
Yang di maksud mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
23
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak.
2. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
Adapun dasar hukum deposito dalam hukum positif dapat kita
jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Karim, 2004).
Secara teknis mengenai deposito mudharabah ini dalam pasal 36
huruf a poin 3 PBI Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Pasal ini
intinya menyebutkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah
dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usahanya dalam melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi antara lain dalam bentuk deposito berjangka dalam bentuk
mudharabah.
Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam Fatwa
DSN No. 03/DSN-MUI/1V/2000, tanggal 1 April 2000 yang
menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan.
Salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari
masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Beberapa dalil Al-Qur’an mengenai deposito menurut Fatwa DSN
No. 03/DSN-MUI/IV/2000, sebagai berikut :
1) Firman Allah SWT, antara lain :
a. QS. An-Nisa [4] : 29 :
نكم بالباطل إال أن تكون تجارة ن آمنوا التؤكلوا أموالكم ب ها الذ آ أ عن تراض منكم
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling
memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang
24
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
sukarela di antaramu...”.
b. QS. Al-Baqarah [2] : 283 :
.. ه فإن أمن تق هللا رب إد الذى اإتمن أمانته، ول بعضكم بعضا فل
"Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …”.
c. QS. Al-Maidah [5] : 1 :
ن آمنوا أوفوا بالعقود ... ها الذ آ أ
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu...”.
d. QS. Al-Baqarah [2] : 198 :
كم ... كم جناح أن تبتغوا فضال من رب س عل ... ل
"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu …"
2) Hadis-hadis Nabi SAW, antara lain :
a. Hadis Nabi riwayat Thabrani :
علىاشترطمضاربة المالدفعإذاالمطلبعبدبهالعباشسدواكان لأنصاحب
سلك ا،ب ىسلولبحر شتريولواد ا،ب فعلفإنرطبة ،كبد ذاتدابة ب
للاصلىللارسولشرطفبلغضمه،ذلك عل فأجازيوسلموآل
(عباشابهعهفىاألوسظالطبراو)رواي
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agartidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
25
ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya” (HR. Thabrani dari IbnuAbbas).
b. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah :
أن ب ه هللا صلى الن هن ثالث قال: وسلم وآله عل ، أجل إلى ع الب البركة: ف
ر ع بالش ت والمقارضة، وخلطالبر ع)رواه ال للب (صهب عن ماجه ابن للب
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk dijual‟ ‟‟(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
c. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi :
م حالال أو أحل حراما والمسلمون على شرو ن المسلمن إال صلحا حر لح جائز ب الص
م حالال أو أحل حراما )رواه الترمذي عن عمرو بن عوف(طهم إال شرطا حر
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum musliminkecuali
perdamaianyangmengharamkanyanghalalataumenghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram” (HR. Tirmidzi dari „Amr bin„Auf).
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI ini deposito yang dibenarkan secara
syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengembannya, termasuk di dalamnya Mudharabah
dengan pihak lain.
26
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam
produk deposito sebagai instrumen penghimpunan dana dari
masyarakat pada bank syariah telah di atur dalam pasal 5 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan
dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau
deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana.
2) Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah
nominal
3) Pembagian keuntungan dari pengelola dana investasi
dinyatakan dalam bentuk nisbah
4) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan
nasabah
5) Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda
dalam perundang-undangan yang berlaku.
27
3. Tingkat Bagi Hasil
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan
oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan
pihak bank syariah. Dalam usaha terdapat dua pihak yang melakukan
perjanjian, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau
salah satu pihak akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak
yang melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam
perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisbah, yaitu
persentase yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam menentukan
bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.
Menurut Agustianto (2005 : 56), bagi hasil adalah keuntungan atau
hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun
transaksi jual beli yang diberikan nasabah. Dari pendapatan di atas
dapat disimpulkan bahwa bagi hasil merupakan suatu sistem yang
digunakan dalam perbankan syariah dalam menentukan porsi yang
didapat masing-masing pihak yakni antara bank dengan nasabah.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa bagi hasil merupakan suatu teknik distribusi pendapatan yang
diperoleh atas jenis usaha yang ditanamkan pada sektor riil yang tidak
melanggar ketentuan syariat Islam.
Adapun ketentuan prinsip bagi hasil terdiri atas (Wiroso, 2005) :
1) Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
3) Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
4) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
5) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang
dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan
maka kerugian akan ditanggung bersama kedua belah pihak.
28
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank syariah akan
mendapatkan bagi hasil dari dana yang ditempatkan pada mitranya
(nisbah). Bagi hasil dari nisbah inilah yang nantinya akan dibagikan
kepada para penabung. Bank syariah perlu mempertimbangkan
mekanisme perhitungan bagi hasil yang terdiri dari dua sistem (Tim
Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 2001):
1) Profit Sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada net
dari total pendapatan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2) Revenue Sharing, adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada
total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk
ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang
akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini
tidak dilakukan, maka berarti telah menajdi gharar, sehingga transaksi
menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Rizal, 2009).
Karena hal di atas, Dewan Syariah Nasional memberikan fatwa
sebaga acuan bagi bank syariah terdapat pada fatwa DSN Nomor
15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha yaitu
sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) maupun bagi hasil untung (profit sharing) dalam
distribusi usaha dengan mitra (nasabah)-nya.
b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), distribusi bagi hasil
usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).
c. Penetapan prinsip distribusi hasil usaha yang dipilih harus
disepakati dalam akad.
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan
profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil
29
bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan
dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa
dinamakan dengan gross profit (Rizal, 2009). Prinsip perhitungan bagi
hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.1
Perhitungan Bagi Hasil
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan Xx
Harga Pokok
Penjualan
(xx)
Laba Kotor Xx Gross Profit Sharing
Beban (xx)
Laba/Rugi Bersih Xx Profit Sharing
Rumus gross profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor
Rumus profit sharing :
Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih
Besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang memepengaruhi bagi hasil yang
berdampak langsung dan tidak langsung:
a. Faktor Langsung ( directfactors )
Diantara faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investmen rate, jumlah dana yang
30
tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing).
1) Investment rate, merupakan persentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan
investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20
persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi
likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang
tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan salah satu metode ini:
a) Rata-rata saldo minimum bulanan
b) Rata-rata saldo harian
c) Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang
tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan
jumlah dana aktual yang digunakan.
3) Nisbah (Profit Sharing Ratio)
a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang
harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
b) Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat
berbeda.
c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu
dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan
account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan
jatuh tempo.
b. Faktor Tidak Langsung (undirectfactors)
(1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya
mudharabah
(a) Bank dan nasabah melakukan share dalam
pendapatan dan biaya (profit and sharing).
31
Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan
pendapatan yang akan diterima dikurangi biaya-
biaya.
(b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut
revenue sharing.
(2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan
dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
G. Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
1. Pengaruh CAR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian. Capital
Adequency Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Noor, 2009) semakin
tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang
cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga (sinungan, 2000).
Teori ini didukung oleh penelitian Rizky Amelia (2011) yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan positif terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Apabila CAR naik maka
tingkat bagi hasil deposito mudharabah juga naik.
32
2. Pengaruh BOPO terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Menurut Nainggolan (2009) untuk mengukur efisiensi bank, salah
satu indikator yang dipakai adalah perbandingan antara beban
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Semakin kecil
rasio BOPO berarti semakin efisien beban operational yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nidya Laksitarini (2013)
dan Nurul Hikmah (2013) menyatakan bahwa BOPO mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Hasil tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi BOPO
akan menyebabkan semakin rendah tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Hal ini bahwa biaya operasional yang tinggi akan
memperlihatkan porsi yang tidak seimbang antara pendapatan
operasional dengan biaya operasional, sehingga akan menimbulkan
efek buruk bagi kesehatan bank yang secara langsung akan berdampak
buruk juga untuk tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
3. Pengaruh NPF terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara jumlah
pembiayaan yang tidak tertagih atau tergolong no lancar dengan
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Arifa, 2008) (Nofianti
dkk, 2015,71). Jika Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka
profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non
Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas naik dan
tingkat bagi hasil naik. Adapun standar terbaik Non Performing
Financing (NPF) adalah kurang dari 5%.
Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Nana dan Tenny jika
Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas menurun
dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non Performing Financing
(NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik.
33
Beberapa alasan NPF tidak mempengaruhi tingkat bagi hasil yang
diberikan oleh Bank Syariah adalah sebagai berikut:
a. Permintaan pembiayaan di Bank Syariah cukup tinggi.
b. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah.
c. Kecilnya Moral Hazard Pada Bank Syariah.
4. Pengaruh FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Financing to Deposits Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan
terhadap dana pihak ketiga yang menggambarkan sejauh mana
simpanan digunakan untuk pemberian pembiayaan yang biasa
digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perbankan syariah
dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah
deposit yang dimiliki (Nana dan Tenny, 2015). Semakin tinggi tingkat
FDR suatu bank, bank tersebut akan berusaha untuk meningkatkan
jumlah DPK, baik dari tabungan, deposito, maupun giro. Untuk
menarik investor menginvestasikan dananya di bank syariah, maka
bank akan menawarkan tingkat bagi hasil yang menarik atau
menaikkan tingkat bagi hasil (Rahmawaty dan Tiffany, 2015). Dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas
bank semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk
membiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya.
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Hamid, 2010).
34
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Variabel Independen (X), terdiri dari :
X1 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
X3 : Non Performing Financing (NPF)
X4 : Financing to deposit ratio (FDR)
Variabel Dependen (Y)
Y : Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Kinerja Keuangan
Variabel Independen
(X1) CAR
(X2) BOPO
(X3) NPF
(X4) FDR
Variabel Dependen
(Y)
Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Uji Asumsi Klasik
Uji Statistik
Uji Hipotesis
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
35
I. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Dalam kerangka berfikir ilmiah, hipotesis diajukan adalah
sebagai jawaban sementara yang belum tentu benar dan perlu dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh serta hubungan
yang positif antara dua variabel atau lebih perlu dirumuskan suatu
hipotesis.
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Parsial
H01 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial CAR, BOPO, NPF
dan FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Periode
2015-2018.
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial CAR, BOPO, NPF dan
FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Periode
2015-2018.
2. Hipotesis Simultan
H01 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan CAR, BOPO,
NPF dan FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Periode 2015-2018.
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh secara simultan CAR, BOPO, NPF dan
FDR Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Periode
2015-2018.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini difokuskan
pada tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebagai variabel dependen
sedangkan pengaruh capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan
operasional, financing to deposit ratio dan non performing financing
sebagai variabel independen. Periode yang digunakan dalam penelitian ini
selama periode 2015-2018.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu merupakan
salah satu jenis kegiatan penelitian yang menggunakan rancangan
terstruktur, formal dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional
yang mendetail (Anshori, 2009). Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik (Sugiyono, 2007).
C. Teknik Penentuan Populasi dan Sample
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data
dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandar rumidi, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah
(BUS) di Indonesiayang beroperasi pada tahun 2015-2018. Jumlah Bank
Umum Syariah di Indonesia sampai tahun 2018, menurut laporan Statistik
Perbankan Syariah (SPS) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) berjumlah 14. Bank-bank tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1
sebagai berikut.
37
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia
No Nama Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah
3 PT. Bank BRI Syariah
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
5 PT. Bank BNI Syariah
6 PT. Bank Syariah Mandiri
7 PT. Bank Mega Syariah
8 PT. Bank Panin Syariah
9 PT. Bank Syariah Bukopin
10 PT. BCA Syariah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia
12 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
13 PT. Bank Aceh Syariah
14 PT. BPD Nusa Tenggara Barat Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, data diolah oleh penulis
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul mewakili.
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaan
yang dipilih bedasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
38
a. Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia dari tahun
2015 hingga tahun 2018.
b. Bank Umum Syariah (BUS) yang telah mempublikasikan laporan
triwulanan dari tahun 2015 sampai 2018.
c. Bank Umum Syariah (BUS) dengan pertumbuhan Asset dan DPK
yang baik dan mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun
2018.
Berdasarkan penilaian peneliti, maka jumlah sampel yang sesuai
dengan kriteria sampel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 BUS yang beroperasi hingga tahun 2018 14
2 BUS yang telah mempublikasikan laporan triwulanan
dari tahun 2015 sampai 2018 6
3 Periode (triwulan) 16
4 Total sampel yang memenuhi kreteria 6 X 16
Jumlah data sampel yang di observasi 96
Sumber: Website resmi Bank Umum Syariah, data diolah oleh penulis
Terdapat 6 Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi sampel
penelitian. Daftar sampel penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Daftar Sampel Penelitian
No Bank Umum Syariah Alamat Website
1 PT Bank Muamalat Indonesia Tbk www.muamalatbank.com
2 PT Bank BRISyariah www.brisyariah.co.id
3 PT Bank BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
4 PT Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
39
5 PT Bank Panin Syariah Tbk www.paninsyariah.co.id
6 PT Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
Sumber: Data diolah oleh penulis
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu dengan
melihat data dari laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah yang
kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi
yaitu laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) yang
dijadikan sampel penelitian. Data tersebut didapatkan dari website
resmi Bank Umum Syariah (BUS) yang dijadikan sampel penelitian.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Variabel bebas)
Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (variabel
dependen), setiap terjadi perubahan terhadap variabel independen
maka variabel dependen akan terpengaruh atas perubahan tersebut.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah CAR,
BOPO, NPF dan FDR.
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio kecukupan modal yang harus disediakan untuk
menjamin dana deposan. Tujuannya adalah agar likuiditas/kemampuan
bank membayar kepada deposan cukup terjamin. Modal merupakan
salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan
menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko.
40
Pengukuran dalam variabel ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
CAR Modal
Aset Tertimbang Menurut Resiko ATMR
b. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas
operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan suatu
terhadap lainnya.
Pengukuran dalam variabel ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
BOPO Total Beban Operasional
Total Pendapatan Operasional
c. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) atau dikenal juga dengan risiko
pembiayaan adalah risiko akibat ketidak mampuan nasabah dalam
mengembalikan pinjaman yang telah diberikan oleh bank beserta
imbalannya dalam jangka waktu tertentu. Rasio ini menunjukan
pembiayaan bermasalah yang tergolong dari pembiayaan kurang
lancar, diragukan dan macet.
Pengukuran dalam variabel ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
NPF Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
d. Financial to Deposit Ratio (FDR)
Merupakan Rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya bank yang bersangkutan.
41
Pengukuran dalam variabel ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
FDR Total Pembiayaan
Total DP
2. Variabel Dependen (Variabel terikat)
Merupakan variabel yang keadaannya dipengaruhi oleh variabel
lain (variabel independen) atau variabel yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
dependen adalah tingkat bagi hasil deposito Mudharabahsesuai dengan
kesepakatan diawal dengan periode waktu tertentu. Bagi hasil akan
berbeda tergantung pada dasar perhitungan bagi hasil, yaitu bagi hasil
yang dihitung dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi
hasil dengan menggunakan profit/loss sharing.
F. Metode Analisis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
gabungan dari data cross section dan data time series. Kombinasi dari
gabungan kedua data tersebut adalah data panel. Data time series
merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu
individu sedangkan data cross section adalah data yang dikumpulkan
dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data panel adalah
suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan
perilaku data yang lebih dinamis.
Teknik analisis yang dipakai adalah dengan analisis regresi data
panel dengan menggunakan Eviews 9.0 sebagai program pengolah
datanya. Selain itu juga digunakan software Ms. Exel sebagai software
pembantu dalam mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan
oleh sumber ke dalam bentuk yang lebih representative untuk digunakan
pada software utama diatas.
42
1. Pemilihan Model
Pada penelitian ini menggunakan data panel, sehingga sebelum
dilakukan uji asumsi klasik dan rangkaian analisis regresi berganda,
perlu dilakukan pengujian untuk menentukan model mana yang paling
tepat dengan tujuan penelitian. Terdapat tiga model yang dapat
digunakan yaitu Common Effect (CE), Fix Effect (FE), dan Random
Effect (RE). Untuk menentukannya menggunakan uji sebagai berikut:
a) F Test (Chow Test)
Chow test adalah alat untuk menguji test for equality of
coefficients atau uji kesamaan koefisien dan test ini ditemukan oleh
Gregory Chow. Jika hasil observasi yang sedang kita teliti dapat
dikelompokkan menjadi dua atau lebih kelompok, maka
pertanyaan yang timbul adalah kedua atau lebih kelompok tadi
merupakan subyek proses ekonomi yang sama atau tidak. Sebagai
contoh dalam data runtut waktu (time series) dipercayai bahwa
fungsi konsumsi secara permanen mengalami perubahan pada
tahun tertentu, hal ini menimbulkan dua kelompok observasi
―sebelum‖ dan ―sesudah‖. Misalnya, fungsi konsumsi berubah
secara permanen karena krisis ekonomi, maka kita punya dua
kelompok observasi yaitu ―sebelum krisis‖ dan ―sesudah krisis
Uji Chow dilakukan untuk mengetahui apakah model yang
digunakan adalah common effect atau fixed effect. Rumus yang
digunakan dalam test ini adalah:
C O N-
Nt-N-
Keterangan:
N= Jumlah data cross section
T= Jumlah data time series
K= Jumlah variabel independen
43
Setelah uji Chow dilakukan, maka hasilnya akan
menentukan hipotesis sebagai berikut:
H0: Common Effect Model
HI: Fixed Effect Model
b) Hausman Test
Perhitungan statistik uji Hausman diperlukan asumsi bahwa
banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah
variabel independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih
lanjut, dalam estimasi statistik uji Hausman diperlukan estimasi
variansi cross-section yang positif, yang tidak selalu dapat
dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi
maka hanya dapat digunakan model fixed effect.
Uji Hausman digunakan untuk menentukan model fixed
effect atau model random effect yang paling tepat digunakan dalam
penelitian. Rumus uji Hausman yaitu :
( RE- FE) FE- RE ( RE- FE)
Keterangan:
RE Random Effect Estimator
FE Fixed Effect Estimator
FE Matriks ovarians Fixed Effect
RE Matriks ovarians Random Effect
Setelah uji Hausman dilakukan, maka hasilnya akan
menentukan hipotesis sebagai berikut:
H0: Random Effect Model
HI: Fixed Effect Model
c) Lagrange Multiplier (LM) Test
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik
daripada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange
Multiplier (LM). Uji signifikasi Random Effectini dikembangkan
oleh Breusch Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk menguji
44
signifikasi Random Effect didasarkan pada nilai residual dari
metode Common Effect.
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-square dengan
degree of freedom sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai
LM statistik lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square maka
kita menolak hipotesis nol, berarti estimasi yang lebih tepat dari
regresi data panel adalah model random effect. Sebaliknya jika
nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritisstatistik chi-square
maka kita menerima hipotesis nol yang berarti model common
effect lebih baik digunakan dalam regresi
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, terdapat variabel residual atau variabel penggangu
atau residual mempunyai distribusi normal.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
memiliki distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik
dan uji statistik. Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan
untuk menguji statistik. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan
uji Jarque-Bera (JB). Data dalam penelitian ini dikatakan
terdistribusi normal jika, nilai probability Jarque-Bera lebih besar
dari 0.05 (Ghozali, 2013:166).
b) Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada model
penelitian terdapat masalah multikolinearitas atau tidak. Masalah
tersebut terjadi ketika antar variabel independen atau variabel
bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabelnya, atau bisa
dikatakan tidak terdapat masalah kolinearitas. Pada penelitian ini
uji multikolinearitas dengan melihat koefisien korelasi regresi antar
45
variabel. Jika terdapat hasil > 0,8 maka terdapat masalah
multikolinearitas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali, Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang
digunakan karena terjadi gangguan (error) yang muncul dalam
fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homokedastisitas, dan jika variance tidak konstan
atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas yang penulis
gunakan dilakukan melalui Uji White. Dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 = tidak ada heteroskedastisitas
H1 = ada heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R
2>0.05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R
2<0.05, maka H0 ditolak.
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penggaggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2013:137).
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan
Uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai
probabilitas R-Squared dengan a=0.05.
H0 = tidak ada autokorelasi
H1 = ada autokorelasi
46
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R
2>0.05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R
2<0.05, maka H0 ditolak.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah model regresi yang variabel
dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas.
Regresi linier berganda biasanya digunakan untuk meneliti dan
mengukur pengaruh beberapa variabel yang diduga memiliki hubungan
dengan variabel yang diuji.
Pada penelitian ini menggunakan Tingkat Bagi Hasil sebagai
variabel dependen. Sedangkan untuk variabel independen secara
berturut-turut menggunakan CAR, BOPO, NPF dan FDR. Sehingga
diperoleh model persamaan analisis regresi sebagai berikut:
Y + x + 2x2 + 3x3 + 4x4 + e
Keterangan:
Y = Tingkat Bagi Hasil
onstanta
– 4 oefisien regresi variabel independen
x1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
x2 = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
x3 = Non Performing Finance (NPF)
x4 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
e = error
Nilai koefisien disini menentukan sebagai dasar analisis. Artinya
adalah jika koefisien bernilai positif + maka setiap kenaikan yang
47
terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan kenaikan pada
variabel dependen. Tetapi, jika koefisien bernilai negatif -) maka
setiap kenaikan yang terjadi pada variabel independen justru akan
mengakibatkan penurunan pada variabel dependen.
4. Pengujian Hipotesis
a) Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen (ghozali,2013:61). Adapun cara pengujian dalam uji F
ini dengan melihat nilai signifikasi.
Hipotesis:
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas >0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas <0.05, maka H0 ditolak.
b) Uji Signifikansi Parameter Indivdual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.
(Ghozali,2013;63)
Hipotesis:
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
48
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas >0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas <0.05, maka H0 ditolak.
c) Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared) digunakan untuk
mengukur sejauh mana kemampuan model termasuk variabel
independen dalam menjelaskan variabel independen. Uji ini
dilakukan dengan melihat nilai Adjusted R-squared yang diperoleh
pada persamaan model dan mengukurnya pada koefisien
determinasi yang memiliki rentang nilai dari 0 hingga 1. Jika
Adjusted R-squared diperoleh semakin besar dan mendekati
mencapai angka 1, maka semakin besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika
Adjusted R-squared diperoleh semakin kecil dan mendekati angka
0, maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen semakin kecil. Jika hal tersebut terjadi, maka
menjelaskan bahwa variabel dependen dijelaskan oleh variabel-
variabel lain di luar model penelitian.
49
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA
A. Pemilihan Model
Pada pengolahan data panel, sebelum dilakukannya berbagai uji
asumsi klasik dan uji statistik lainnya, perlu terlebih dahulu dilakukan
berbagai uji untuk menentukan model mana yang akan digunakan pada
penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk menentukan model yang paling
tepat digunakan. Ada tiga model yang dapat digunakan dalam uji statistik
meggunakan data berjenis panel, yaitu model Common Effect (CE), Fix
Effect (FE) dan Random Effect (RE).
1. F Test (Chow Test)
Jenis uji ini dilakukan untuk membandingkan dan memilih model,
Antara model CE dan FE untuk digunakan pada penelitian.
Ketentuannya adalah sebagai berikut, jika nilai probabilitas (Prob.)
pada Cross-section F > 0,05 maka model yang digunakan adalah
model CE. Tetapi, jika ditemukan nilai probabilitas (Prob.) pada
Cross-section F < 0,05 maka model yang digunakan adalah model FE.
Tabel 4.1
Hasil F Test (Chow Test)
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: NAMA_BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 363.481515 (5,86) 0.0000
Cross-section Chi-square 297.317157 5 0.0000
Dari hasil tersebut ditemukan bahwa nilai probabilitas (Prob.) pada
Cross-section F adalah 0,0000. Atau diperoleh nilai (Prob.) pada
50
Cross-section F < 0,05. Maka sesuai ketentuan, untuk hasil sementara
pada penelitian ini menggunakan model FE.
2. Hausman Test
Pada uji Hausman Test bertujuan untuk membandingkan dan
memilih model, antara model FE dan RE untuk digunakan pada
penelitian. Ketentuannya adalah sebagai berikut, jika nilai probabilitas
(Prob.) pada Cross-section random > 0,05 maka model yang
digunakan adalah model RE. Tetapi, jika ditemukan nilai probabilitas
(Prob.) pada Cross-section random < 0,05 maka model yang
digunakan adalah model FE.
Tabel 4.2
Hasil Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: NAMA_BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 966.757231 4 0.0000
Dari hasil tersebut ditemukan bahwa nilai probabilitas (Prob.) pada
Cross-section random adalah 0,0000. Atau diperoleh nilai (Prob.) pada
Cross-section random < 0,05.
Untuk uji Langrangge Multiplier (LM) Test pada penelitian ini
tidak perlu dilakukan. Karena uji tersebut bertujuan untuk
membandingkan antara model RE dan model CE. Sedangkan pada
model penelitian ini ketika model FE dibandingkan dengan model CE
dan ketika model FE dibandingkan dengan model RE, telah ditemukan
bahwa model FE lebih memenuhi ketentuan pada uji pemilihan model
51
yang telah dilakukan (F Test dan Hausman Test). Sehingga pada
penelitian ini diputuskan untuk menggunakan model Fix Effect (FE).
B. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen,
independen, atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Salah satu
cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan menggunakan
metode Jarque-Bera (JB), model regresi yang baik adalah data
berdistribusi normal. Dalam software EViews, normalitas sebuah data
dapat diketahui dengan mebandingkan nilai Jarque-Bera. Uji JB
didapat dari histogram normality (Ghozali, 2013:165)
Setelah data diolah maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Residuals
Sample 1 96
Observations 96
Mean -8.82e-15
Median -0.018934
Maximum 0.873200
Minimum -0.760086
Std. Dev. 0.394712
Skewness 0.524350
Kurtosis 2.497723
Jarque-Bera 5.408211
Probability 0.066930
Berdasarkan gambar 4.1, dihasilkan nilai JB sebesar 5.408211,
dengan probabilitas sebesar 0.066930 yang berarti nilai ini lebih dari
0.05. Maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
52
2) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar
variabel independen. (Ghozali, 2013:79)
Pada penelitian ini, uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat
koefisien korelasi regresi antar variabel. Persyaratan pada uji
multikolinieritas adalah hubungan antara variabel harus menghasilkan
nilai < 0,8. Jika terdapat nilai yang > 0,8 maka pada data tersebut
memiliki masalah multikolinieritas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Pada tabel 4.3 di atas dapat kita lihat bahwa hubungan antara
variabel yang berbeda semuanya memiliki nilai < 0,8. Maka pada
penelitian ini data yang digunakan tidak memiliki masalah.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
Homoskedasitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Ghozali,
2013:95)
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastisitas atau
tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2>0.05 maka tidak terdapat
CAR BOPO NPF FDR
CAR 1.000000 -0.270210 -0.166545 0.015483
BOPO -0.270210 1.000000 0.322180 0.118941
NPF -0.166545 0.322180 1.000000 -0.160878
FDR 0.015483 0.118941 -0.160878 1.000000
53
heteroskedastisitas dilakukan dengan aplikasi Eviews 9.0 dengan
menggunakan uji white, diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.119276 Prob. F(4,91) 0.0848
Obs*R-squared 8.180799 Prob. Chi-Square(4) 0.0852
Scaled explained SS 5.504749 Prob. Chi-Square(4) 0.2393
Terlihat pada tabel 4.4 diketahui bahwa nilai nilai probabilitas Chi
Square sebesar 0.0848. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas
obs*R-Squared lebih besar dari 0.05, maka dengan demikian tidak
terdapat masalah heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2013:137)
Uji autokorelasi dapat dilakukan melalui uji LM Test yang
kemudian hasil dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi Square. Jika
probabilitas Chi Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka
dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil pengujian uji autokorelasi
menggunakan Eviews 9.0 adalah sebagai berikut:
54
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 64.89756 Prob. F(2,89) 0.0000
Obs*R-squared 56.94977 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Dari tabel 4.5, diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square<a=5% (0.0000<0.05), maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat masalah autokorelasi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan perbaikan, pada masalah autokorelasi ini dapat
diperbaiki dengan Metode Diferensiasi Tingkat Pertama. Untuk
mengatasinya, perlu dilakukan estimasi dengan diferensi tingkat satu
dengan memasukkan persamaan (d(y) c d(x)) (Winarno,2015:5.37)
Setelah dilakukan perubahan estimasi dengan metode diferensiasi
tingkat pertama, maka hasil output dari uji autokorelasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.042759 Prob. F(2,88) 0.9582
Obs*R-squared 0.092231 Prob. Chi-Square(2) 0.9549
Berdasarkan table 4.6, diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square>a (0.9549>0.05), maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah autokorelasi.
55
C. Analisis Regresi Linier Berganda
Diperoleh hasil pengolahan model regresi berganda pada penelitian
sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Variabel
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 22.77431 1.173224 19.41174 0.0000
CAR? -1.528081 0.170973 -8.937549 0.0000
BOPO? 0.032703 0.121523 0.269107 0.7885
NPF? 0.057942 0.064364 0.900230 0.3705
FDR? 0.080898 0.029117 2.778388 0.0067
Fixed Effects (Cross)
BMS—C -1.076664
BNIS—C 0.014305
BPS—C -0.742136
BRIS—C 0.094299
BSM—C 0.881295
MUA—C 0.828901
1) Berdasarkan tabel di atas didapat model regresi sebagai berikut :
TBH = 22,77431 – 1,528081 CAR + 0,032703BOPO + 0,057942
NPF +0,080898FDR
2) Koefisien regresi CAR adalah -1,528081 artinya setiap ada
penurunan 1 persen pada nilai CAR akan berdampak pada
peningkatan nilai TBH sebesar 1,528081. Dengan asumsi nilai
BOPO, NPF dan FDR konstan.
3) Koefisien regresi BOPO adalah 0,080898 artinya setiap ada
peningkatan 1 persen pada nilai BOPO akan berdampak pada
peningkatan nilai TBH sebesar 0,080898. Dengan asumsi nilai
CAR, NPF dan FDR konstan.
56
4) Koefisien regresi NPF adalah 0,032703 artinya setiap ada
peningkatan 1 persen pada nilai NPF akan berdampak pada
peningkatan nilai TBH sebesar 0,032703. Dengan asumsi nilai
CAR, BOPO dan FDR konstan.
5) Koefisien regresi FDR adalah 1,528081 artinya setiap ada
peningkatan 1 persen pada nilai FDR akan berdampak pada
peningkatan nilai TBH sebesar 1,528081. Dengan asumsi nilai
CAR, BOPO dan NPF konstan.
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji T
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (indvidu)
variabel-variabel independen CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap
variabel dependen, yaitu Tingkat Bagi Hasil. Salah satu cara untuk
melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji
statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan
a yaitu 0.05, berarti variabel independen secara parsial (individu)
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Tabel 4.8
Hasil Uji-t
Dependent Variable: TBH
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/17/19 Time: 19:53
Sample: 2015Q1 2018Q4
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 22.77431 1.173224 19.41174 0.0000
CAR? -1.528081 0.170973 -8.937549 0.0000
BOPO? 0.032703 0.121523 2.269107 0.7885
NPF? 0.057942 0.064364 0.900230 0.3705
FDR? 0.080898 0.029117 2.778388 0.0067
57
Dari tabel , hasil Uji statistik t didapatkan sebagai berikut:
1) Pengaruh CAR terhadap TBH
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil probabilitas
sebesar 0.0000 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat
dikatakan menolak H0 dan secara parsial Capital Adequay
Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan.
2) Pengaruh BOPO terhadap TBH
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil probabilitas
sebesar 0.7885 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka dapat
dikatakan menerima H0 dan secara parsial Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh
secara signifikan.
3) Pengaruh NPF terhadap TBH
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil probabilitas
sebesar 0.3705 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka dapat
dikatakan menerima H0 dan secara parsial Non Performing
Financing (NPF) tidak berpengaruh secara signifikan.
4) Pengaruh FDR terhadap TBH
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil probabilitas
sebesar 0.0067 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat
dikatakan menolak H0 dan secara parsial financing to deposits
Ratio (FDR) berpengaruh secara signifikan.
2. Uji F
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (CAR, BOPO, NPF dan FDR) secara simultan (bersama-
sama) terhadap variabel dependen, yaitu TBH
58
Tabel 4.9
Hasil Uji F
R-squared 0.766067 Mean dependent var 16.34894
Adjusted R-squared 0.755784 S.D. dependent var 0.816084
S.E. of regression 0.403294 Akaike info criterion -1.920511
Sum squared resid 14.80079 Schwarz criterion -1.653391
Log likelihood -46.47405 Hannan-Quinn criter. -1.812537
F-statistic 74.50000 Durbin-Watson stat 0.644642
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel 4.9,diperoleh hasil F-statistik sebesar 74.50000
dengan nilai probabilitas 0.000000 lebih kecil dari 0.05, maka dapat
dikatakan menolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa CAR, BOPO,
NPF dan FDR secara simultan berpengaruh terhadap TBH.
3. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.10
Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.766067 Mean dependent var 16.34894
Adjusted R-squared 0.755784 S.D. dependent var 0.816084
S.E. of regression 0.403294 Akaike info criterion -1.920511
Sum squared resid 14.80079 Schwarz criterion -1.653391
Log likelihood -46.47405 Hannan-Quinn criter. -1.812537
F-statistic 74.50000 Durbin-Watson stat 0.644642
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan pada tabel 4.10 diperoleh nilai R-squared adalah
0,766067 dan Adjusted R-Squared adalah 0,755784. Hal tersebut
menjelaskan bahwa variabel dependen yaitu TBH (Tingkat Bagi Hasil)
dapat dijelaskan sebesar 75% oleh variabel independen yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan Beban Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit
59
Ratio (FDR). Sedangkan 25% lainnya dijelaskan oleh faktor-faktor di
luar model penelitian.
E. Interprestasi
Adapun interprestasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Berdasarkan pada Tabel 4.8 di atas, variabel CAR mempunyai nilai
signifikan 0.0000<0.05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak H0
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara persial
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Rizky
Amelia (2011) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan
positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Semakin
besar CAR maka menunjukkan indikasi bank dinilai masih dalam
batas aman dalam operasinya. Keadaan permodalan yang memadai ini
akan menjaga kepercayaan masyarakat untuk tetap menyimpan
dananya di bank, oleh karena itu semakin besar pula tingkat bagi hasil
deposito mudharabah yang diterima oleh nasabah (Gundari, 2015:6).
2. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, variabel BOPO mempunyai nilai
signifikan 0.7885>0.05, hal ini berarti menerima H0. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel BOPO seacara parsial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sudiyatno dan Jati (2010),
Khairiah dan Kunti (2012), dan Pramilu (2012), yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh antara biaya operasional terhadap
pendapatan operasional dengan tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Hal ini dikarenakan jika Bank Syariah memperoleh
60
pendapatan yang kecil maka resiko yang dimiliki Bank Syariah akan
ditanggung oleh nasabah.
Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
Juwairiyah (2008) dan Anggrainy (2010) yang menyatakan bahwa
biaya operasional terhadap pendapatan operasional berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini
mengindikasikan bahwa BOPO bukan faktor relevan untuk Bank
Syariah dalam memberikan return bagi hasil kepada nasabahnya.
Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang
dikemukakan Andarini (2013) yaitu apabila BOPO menurun maka
pendapatan Bank meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan
Bank rate of return tabungan mudharabah yang diterima oleh nasabah
juga meningkat. Hal ini bukan disebabkan Bank tidak dapat
mengefisienkan biayanya, namun disebabkan tahun-tahun pertama
pasca krisis 2008, tingkat suku bunga Bank konvensional yang relatif
tinggi menjadi dasar pertimbangan beberapa Bank syariah dalam
menjaga dana pihak ketiganya dengan memberikan subsidi porsi bagi
hasil yang besar kepada nasabah simpanan mudharabah.
3. Pengaruh Non PerformingFinancing (NPF) terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel NPF mempunyai nilai
signifikan 0.3705>0.05, hal ini berarti menerima H0. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel NPF secara pasrsial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pratin dan Adnan (2005) Mutamimah dan Siti (2012). Hal ini
dikarenakan permintaan pembiayaan yang cukup tinggi di Bank
Syariah, kekhususan dalam penanganan pembiayaan bermasalah
dibanding dengan Bank konvensional, dan kecilnya peluang moral
hazard pada Bank Syariah. Namun hal ini tidak mendukung hasil
penelitian yang dilakukan Amelia (2011) yang menyatakan NPF
61
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Hal ini
mengindikasikan bahwa NPF bukan faktor relevan untuk Bank Syariah
dalam memberikan return bagi hasil kepada nasabahnya.
4. Pengaruh Financing To Deposits Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Berdasarkan pada Tabel 4.8 di atas, variabel FDR mempunyai nilai
signifikan 0.0067<0.05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak H0
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel FDR secara persial
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Amelia
(2012). Semakin tinggi tingkat FDR suatu Bank, maka Bank tersebut
akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya
dari sisi deposito, untuk menarik investor menginvestasikan dananya
di Bank Syariah, maka diberikanlah tingkat bagi hasil yang menarik,
sehingga peningkatan FDR akan meningkatkan tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis berganda, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Secara parsial, variabel CAR memiliki nilai signifikat lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,0000 dan FDR memiliki nilai signifikat lebih kecil dari
0,05 yaitu 0,0067 yang berarti kedua variabel tersebut berpengaruh
signifikan terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Secara
parsial , variabel BOPO memiliki nilai signifikat lebih besar dari 0,05
yaitu 0,7885 dan NPF memiliki nilai signifikat lebih besar dari 0,05
yaitu 0,3705 yang berarti kedua variabel tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah .
2. Secara simultan, CAR, BOPO, NPF dan FDR berpengaruh signifikan
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Umum
Syariah Periode 2015-2018.
3. Dari variabel-variabel yang mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah ditemukan variabel yang mempunyai pengaruh
paling besar terhadap Tingkat Bagi hasil Deposito Mudharabah
adalah Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan nilai Coefficient
0.080898.
63
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis serta simpulan yang telah diuraikan, maka
terdapat beberapa saran yang penulis dapat berikat kepada berbagai pihak,
yaitu:
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan oleh nmasyarakat sebagai acuan dalam
menghimpun dananya pada Bank Umum Syariah agar memperhatikan
terlebih dahulu tingkat CAR, BOPO, NPF dan FDR nya sebelum
menghimpun dananya dalam bentuk deposito mudharabah.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi
mengenai bank syariah bagi peneliti maupun peneliti selanjutnya yang
tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu dana pihak ketika
(DPK) deposito mudharabah pada bank syariah. Selain itu dapat
dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus.
Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambakan variabel
independen untuk medapatkan model yang lebih baik.periode
penelitian dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat
lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opersional (BOPO),
Non Performing Finance (NPF) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) secara simultan berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Oleh
karena itu, pihak Bank Umum Syariah disarankan untuk
memperhatikan faktor-faktor tersebut dengan cara meningkatkan
modal yang memadai untuk menunjang kegiatan operasionalnya dan
cadangan untuk menyerap kerugian yang mungkin terjadi, sehingga
Bank mendapatkan hasil yang maksimal.
64
DAFTAR PUSAKA
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana,2010)
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007)
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2004)
M. Nadratuzzaman Hosen & Sunarwin Kartika Setiati, Tuntunan Praktis
Menggunakan Jasa Perbankan Syariah, (Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah, 2007)
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta BPFF, 2002)
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005)
asmir, ―Manajemen Perbankan”, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2007)
Umaira Arifa, Pengaruh Non Performing Financing dan Financing to Deposit
Ratio Terhadap Persentase Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah
Pada Bank Muamalat Indonesia, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik,
cet XIII (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006)
Ghozali, Prof.Dr.H.Imam, M. Com, Akt, Aplikasi Multivariat dengan Program
SPSS, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007)
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2001)
Nasrah Mawardi, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penetapan Return Bagi
Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah : Studi Kasus Unit Usaha Syariah Bank
X”. (Tesis S2, 2005)
65
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP
YKPN, 2005)
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonusia, 2005)
M. Syafi’i Antonio & arnaen Pertawaatmadja, Apa dan bagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Jasa, 1999)
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx
66
Lampiran 1
Data Variabel Penelitian
NAMA BANK TAHUN TBH CAR BOPO NPF FDR
BSM 2015Q1 17,1335 2,71602 4,5171 1,48387 4,40269
BSM 2015Q2 17,231 2,4824 4,56601 1,54756 4,44277
BSM 2015Q3 17,2376 2,47148 4,57893 1,46787 4,43663
BSM 2015Q4 17,2587 2,55334 4,55156 1,39872 4,4066
BSM 2016Q1 17,3201 2,59451 4,54796 1,46326 4,38402
BSM 2016Q2 17,2863 2,61667 4,54074 1,31909 4,41049
BSM 2016Q3 17,3285 2,60269 4,54255 1,28923 4,38701
BSM 2016Q4 17,3785 2,63977 4,54457 1,14103 4,37185
BSM 2017Q1 17,388 2,66723 4,54138 1,15057 4,3535
BSM 2017Q2 17,3843 2,66514 4,54212 1,17248 4,3824
BSM 2017Q3 17,4214 2,7027 4,54563 1,13783 4,36042
BSM 2017Q4 17,4411 2,76569 4,54796 0,99695 4,35234
BSM 2018Q1 17,5357 2,74663 4,51305 0,91228 4,30298
BSM 2018Q2 17,4922 2,74855 4,50081 1,0116 4,32374
BSM 2018Q3 17,5244 2,80093 4,49681 0,92028 4,37046
BSM 2018Q4 17,5771 2,78871 4,50734 0,44469 4,28013
BNIS 2015Q1 16,0895 2,73437 4,49836 0,26236 4,50092
BNIS 2015Q2 16,0351 2,71536 4,50413 0,32208 4,5711
BNIS 2015Q3 16,1803 2,73307 4,51743 0,28518 4,49591
BNIS 2015Q4 16,1578 2,73955 4,49569 0,37844 4,52114
BNIS 2016Q1 16,2572 2,76317 4,44699 0,46373 4,45737
BNIS 2016Q2 16,2618 2,7447 4,45295 0,40547 4,46499
BNIS 2016Q3 16,2979 2,76127 4,4576 0,34359 4,4519
BNIS 2016Q4 16,3564 2,7027 4,47358 0,4947 4,43758
BNIS 2017Q1 16,424 2,67 4,46924 0,48858 4,41061
BNIS 2017Q2 16,4521 2,66236 4,46014 0,56531 4,43604
BNIS 2017Q3 16,467 2,70136 4,47301 0,54232 4,39938
BNIS 2017Q4 16,4702 3,00271 4,47301 0,40547 4,38465
BNIS 2018Q1 16,6493 2,9663 4,46049 0,51282 4,27639
BNIS 2018Q2 16,5425 2,95699 4,4477 0,56531 4,34925
BNIS 2018Q3 16,5476 2,95595 4,4484 0,62058 4,3824
BNIS 2018Q4 16,5681 2,96062 4,44699 0,41871 4,37727
BRIS 2015Q1 16,3482 2,58097 4,56643 1,37624 4,48006
BRIS 2015Q2 16,33 2,40062 4,54159 1,47705 4,52233
67
BRIS 2015Q3 16,4337 2,62612 4,54234 1,35067 4,46142
BRIS 2015Q4 16,5083 2,63476 4,54106 1,35841 4,43272
BRIS 2016Q1 16,5103 2,68512 4,50756 1,36098 4,41558
BRIS 2016Q2 16,5088 2,64333 4,50435 1,34286 4,47643
BRIS 2016Q3 16,5528 2,66026 4,51075 1,35841 4,43058
BRIS 2016Q4 16,5711 3,02675 4,51448 1,16002 4,39962
BRIS 2017Q1 16,6128 3,05117 4,53978 1,20297 4,35105
BRIS 2017Q2 16,66 3,01455 4,53023 1,25276 4,34107
BRIS 2017Q3 16,7246 3,04357 4,52385 1,39128 4,2921
BRIS 2017Q4 16,7295 3,01013 4,5564 1,55181 4,27486
BRIS 2018Q1 16,8313 3,16294 4,50811 1,41099 4,22975
BRIS 2018Q2 16,7526 3,37793 4,49892 1,4422 4,35388
BRIS 2018Q3 16,7747 3,39417 4,51623 1,45862 4,33598
BRIS 2018Q4 16,7615 3,39182 4,55724 1,60342 4,324
MUA 2015Q1 17,0607 2,62612 4,57172 1,56025 4,54997
MUA 2015Q2 17,0347 2,61007 4,55219 1,33763 4,59562
MUA 2015Q3 17,0749 2,61813 4,56705 1,2499 4,56529
MUA 2015Q4 17,1388 2,48491 4,57842 1,43508 4,50314
MUA 2016Q1 17,0511 2,49321 4,578 1,46557 4,5778
MUA 2016Q2 17,0238 2,54788 4,60417 1,52823 4,59623
MUA 2016Q3 17,067 2,54553 4,59401 0,65233 4,56923
MUA 2016Q4 17,0767 2,54475 4,58252 0,33647 4,55524
MUA 2017Q1 17,1249 2,55179 4,5869 1,07158 4,51009
MUA 2017Q2 17,1997 2,56032 4,57883 1,31909 4,48864
MUA 2017Q3 17,2427 2,44928 4,58599 1,12168 4,45597
MUA 2017Q4 17,2229 2,61154 4,5817 1,0116 4,43569
MUA 2018Q1 17,1502 2,31846 4,58527 1,23837 4,48199
MUA 2018Q2 17,0702 2,76758 4,53023 -0,1278 4,43521
MUA 2018Q3 17,1108 2,49486 4,54733 0,91629 4,36983
MUA 2018Q4 17,1418 2,51285 4,58741 0,94779 4,29292
BMS 2015Q1 15,1863 2,76001 4,70529 0,67294 4,55608
BMS 2015Q2 15,0414 2,80578 4,65205 1,12168 4,55303
BMS 2015Q3 14,9816 2,87976 4,6282 1,12493 4,5937
BMS 2015Q4 15,0731 2,93066 4,60026 1,15057 4,58996
BMS 2016Q1 15,0804 3,10099 4,44171 1,17865 4,56278
BMS 2016Q2 15,0722 3,12939 4,48942 1,10856 4,56404
BMS 2016Q3 15,0729 3,13419 4,49424 1,04028 4,58629
BMS 2016Q4 15,2118 3,15828 4,47915 1,03318 4,5564
BMS 2017Q1 15,183 3,24882 4,48661 1,08181 4,58047
68
BMS 2017Q2 15,1582 3,03927 4,48639 1,02604 4,56497
BMS 2017Q3 15,2021 3,08831 4,49334 1,02962 4,5171
BMS 2017Q4 15,2072 3,09964 4,49043 1,0116 4,51141
BMS 2018Q1 15,1728 3,15316 4,53839 0,95935 4,54553
BMS 2018Q2 15,1806 3,13157 4,53625 0,87129 4,5271
BMS 2018Q3 15,1682 3,06246 4,54095 0,802 4,54701
BMS 2018Q4 15,3102 3,02237 4,54159 0,67294 4,50954
BPS 2015Q1 15,2943 3,21084 4,4498 -0,4463 4,56882
BPS 2015Q2 15,3502 3,08557 4,48639 -0,5798 4,56882
BPS 2015Q3 15,3452 3,06199 4,49502 0,21511 4,56539
BPS 2015Q4 15,4421 3,01062 4,49234 0,66269 4,56882
BPS 2016Q1 15,3217 2,98417 4,5864 0,52473 4,54361
BPS 2016Q2 15,5224 2,97093 4,56965 0,67294 4,49536
BPS 2016Q3 15,4055 2,98871 4,56341 0,60977 4,49021
BPS 2016Q4 15,5797 2,89977 4,56612 0,62058 4,52168
BPS 2017Q1 15,654 2,89259 4,51699 0,69813 4,50347
BPS 2017Q2 15,7662 2,79789 4,55661 1,22671 4,52699
BPS 2017Q3 15,7182 2,82316 4,57358 1,38128 4,54584
BPS 2017Q4 15,7128 2,44322 5,38192 1,57485 4,46533
BPS 2018Q1 15,5462 3,29916 4,57492 1,0438 4,4762
BPS 2018Q2 15,426 3,32288 4,5867 1,05779 4,48605
BPS 2018Q3 15,4119 3,25694 4,58344 1,06126 4,53732
BPS 2018Q4 15,6036 3,14199 4,60086 1,34547 4,48661
Lampiran 2
Hasil F Test (Chow Test)
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: NAMA_BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 363.481515 (5,86) 0.0000
Cross-section Chi-square 297.317157 5 0.0000
69
Lampiran 3
Hasil Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: NAMA_BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 966.757231 4 0.0000
Lampiran 4
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Residuals
Sample 1 96
Observations 96
Mean -8.82e-15
Median -0.018934
Maximum 0.873200
Minimum -0.760086
Std. Dev. 0.394712
Skewness 0.524350
Kurtosis 2.497723
Jarque-Bera 5.408211
Probability 0.066930
Lampiran 5
Hasil Uji Multikolinieritas
CAR BOPO NPF FDR
CAR 1.000000 -0.270210 -0.166545 0.015483
BOPO -0.270210 1.000000 0.322180 0.118941
NPF -0.166545 0.322180 1.000000 -0.160878
FDR 0.015483 0.118941 -0.160878 1.000000
70
Lampiran 6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.119276 Prob. F(4,91) 0.0848
Obs*R-squared 8.180799 Prob. Chi-Square(4) 0.0852
Scaled explained SS 5.504749 Prob. Chi-Square(4) 0.2393
Lampiran 7
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 64.89756 Prob. F(2,89) 0.0000
Obs*R-squared 56.94977 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Lampiran 8
Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.042759 Prob. F(2,88) 0.9582
Obs*R-squared 0.092231 Prob. Chi-Square(2) 0.9549
71
Lampiran 9
Hasil Uji Koefisien Variabel
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 22.77431 1.173224 19.41174 0.0000
CAR? -1.528081 0.170973 -8.937549 0.0000
BOPO? 0.032703 0.121523 0.269107 0.7885
NPF? 0.057942 0.064364 0.900230 0.3705
FDR? 0.080898 0.029117 2.778388 0.0067
Fixed Effects (Cross)
BMS—C -1.076664
BNIS—C 0.014305
BPS—C -0.742136
BRIS—C 0.094299
BSM—C 0.881295
MUA—C 0.828901
Lampiran 9
Hasil Uji-t
Dependent Variable: TBH
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/17/19 Time: 19:53
Sample: 2015Q1 2018Q4
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 22.77431 1.173224 19.41174 0.0000
CAR? -1.528081 0.170973 -8.937549 0.0000
BOPO? 0.032703 0.121523 2.269107 0.7885
NPF? 0.057942 0.064364 0.900230 0.3705
FDR? 0.080898 0.029117 2.778388 0.0067
72
Lampiran 10
Hasil Uji F
R-squared 0.766067 Mean dependent var 16.34894
Adjusted R-squared 0.755784 S.D. dependent var 0.816084
S.E. of regression 0.403294 Akaike info criterion -1.920511
Sum squared resid 14.80079 Schwarz criterion -1.653391
Log likelihood -46.47405 Hannan-Quinn criter. -1.812537
F-statistic 74.50000 Durbin-Watson stat 0.644642
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 11
Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.766067 Mean dependent var 16.34894
Adjusted R-squared 0.755784 S.D. dependent var 0.816084
S.E. of regression 0.403294 Akaike info criterion -1.920511
Sum squared resid 14.80079 Schwarz criterion -1.653391
Log likelihood -46.47405 Hannan-Quinn criter. -1.812537
F-statistic 74.50000 Durbin-Watson stat 0.644642
Prob(F-statistic) 0.000000
Top Related