PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH (UMKM) OLEH SUKU DINAS
KOPERASI, UMKM, DAN PERDAGANGAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA BARAT
(Studi Kasus Pada Produsen Tempe Dan Tahu Di Semanan, Kalideres)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Fitri Maliani Nugraha
NIM 6661111466
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang yang ingin bergembira,
Harus menyukai kelelahan akibat bekerja (Plato)
Tentukan Mimpimu, Lalu Kejarlah !
Setiap tahap kehidupan pasti ada UJIAN,
TUGASKU mempersiapkan kesuksesannya
Skripsi ini kupersembahkan untuk,
Bapak dan Mamah, keluarga,
dan sahabat tercinta.
ABSTRAK
Fitri Maliani Nugraha. NIM. 6661111466. Skripsi. Pemberdayaan UMKM
Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat (Studi Kasus Pada Produsen Tempe dan Tahu di Semanan,
Kalideres). Pembimbing I : Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.
Pembimbing II : Riny Handayani, M.Si.
UMKM tempe dan tahu sangat rentan terhadap masalah dalam mengembangkan
usahanya, karena bahan baku kedelai diimpor dari berbagai negara dunia yang
menyebabkan harga kedelai fluktuatif, peran pemerintah sangat diperlukan dalam
hal ini yaitu Suku Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat untuk membina produsen agar dapat bertahan dan bersaing dalam
pasar global.Tujuan penelitian adalah mengetahui dan menganalisis
pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat. Teori yang digunakan adalah Teori
Pemberdayaan dari Suharto (2005).Metode Penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif deskriptif.Informan penelitian ditentukan dengan teknik
purposive. Hasil penelitian bahwa pemberdayaan oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dirasa belum optimal,
karena kurangnya koordinasi antar agen pemberdayaan. Sarannya adalah
diperlukannya koordinasi antar agen pemberdayaan, peningkatan jumlah anggota
koperasi dan meningkatkan peran aktif produsen dalam kegiatan pemberdayaan.
Kata Kunci : UMKM, Pemberdayaan, dan Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
ABSTRACT
Fitri Maliani Nugraha. NIM 6661111266.Thesis.Empowerment of UMKM
Developed by Department of Cooperation, UMKM, and Ministry of Trade of
West Jakarta (Case Study of Tempe and Tofu’s Makers at Semanan, Kalideres).
AdvisorI : Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. AdvisorII : Riny Handayani,
M.Si.
UMKM tempe and tofu are very prone to problems in developing a business,
because the soybeans are imported from various countries of the world, that
caused soybean prices to fluctuate. In the case the role of Department of
Cooperative, UMKM, and Ministry of Trade of West Jakarta are indispensable to
help tempe and tofu producers. This research aimed to analyze and find out the
empowerment of UMKM developed by Department of Cooperation, UMKM, and
Ministry of Trade of West Jakarta. The theory of Empowerment by Suharto
(2005). The methodology used in this research is descriptive qualitative method.
The informants were determined by using purposive technique.The result of this
research is the empowerment that is developed by Department of Cooperation,
UMKM, and Ministry of Trade of West Jakarta felt not optimal yet. This condition
due to lack of coordination between agents of the empowerment. Suggestion of
this research is coordination berween agents of empowerment is needed,
increasing the number of cooperatives members, and enchance the active role of
UMKM in empowerment activity.
Keywords: UMKM, Empowerment, Department of Cooperation, UMKM, Ministry
of Trade of West Jakarta
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat
serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, atas berkat rahmat, karunia, dan ridho – Nya,
Alhamdulillah penelitian ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik
oleh peneliti.
Terimakasih untuk Bapak dan Mamah tercinta yang senantiasa
mendukung secara moril maupun materil, terimakasih atas bantuan dan
dorongan kalian dalam menyelesaikan penelitian ini, serta terimakasih atas
kasih sayang serta doa tulus yang selalu menyertai disetiap langkah kaki
peneliti.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat”. Hasil proposal skripsi ini tentunya tak
lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril
dan materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak berikut :
iii
1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus
Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan dan memberikan banyak
masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Mia Dwiana, S.Sos., MM., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM.,Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos.,M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik.
9. Terimakasih saya ucapkan kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu
Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu selama menjalani
perkuliahan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iv
10. Terimakasih saya ucapkan kepada seluruh staff administrasi dan staff
perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
11. Terimakasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, Bapak Agus
Kurnia Nugraha dan Ibu Euis Mulyati yang selalu memberikan doa dan
semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Terimakasih saya ucapkan kepada kakak (Kistanti Malia Nugraha), adik –
adikku (Dewi Yulia Nugraha dan Rizki Jaelani Nugraha) yang selalu
mengingatkan dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Terimakasih saya ucapkan kepada Kakek Adjat Sudrajat dan Nenek
Juaningsih yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
14. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Japto Soerjosoemarsono, SH.,
yang telah mendukung saya secara materi dan non materi serta dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Terimakasih saya ucapkan kepada Kurniawan Yulianto, teman dekat dan
penyemangat yang selalu membantu dan memberikan semangat tiada henti
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
16. Terimakasih saya ucapkan kepada teman seperjuangan angkatan 2011
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
memberikan dukungan dan semangat, terutama teman seperjuangan Ayu
Fitri Lestari, Dita Marsela Sufitri, Nella Hani Rosa, Ika Dewi Safitri,
Resty Nani Yustini, Nurul Fitri Sugiharto, Ita Mafrohati, Rizki Parhani
v
dan Anita yang selalu memberikan semangat , dukungan, serta masukan –
masukan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Terimakasih saya ucapkan kepada teman seperjuangan sewaktu SMA
yaitu Sasih Karani, Amalia Wati, dan Rohmalia Fadhlah yang selalu
mendukung saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Terimakasih saya ucapkan kepada teman seperjuangan sewaktu SMA
yaitu Vera Hendrayani yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
19. Terimakasih saya ucapkan kepada Almarhum Bapak Suharto selaku Ketua
PRIMKOPTI Swakerta, Semanan, Kalideres yang telah memberikan ilmu
dan informasi kepada peneliti, serta kepada Bapak Handoko selaku
Sekretaris PRIMKOPTI Swakerta yang bersedia meluangkan waktu kapan
pun peneliti membutuhkan informasi, serta terimakasih kepada produsen
tempe dan tahu di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat yang telah membantu
peneliti.
20. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Muchtar dan Bapak Dirman
yang telah memberikan informasi kepada peneliti di Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
21. Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu Heri dan Bapak Aman serta staff
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta yang telah
memberikan informasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
22. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Lurah dan Bapak Sekretaris
Lurah di Kelurahan Semanan, Kalideres yang telah membantu
memberikan data dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
23. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu. Peneliti sangat berterimakasih atas segala batuan
yang telah diberikan, semoga apa yang telah diberikan dapat bermanfaat
dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.
Tidak lupa peneliti memohon maaf atas kekurangan dan kesalahan
yang terdapat dalam skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat sebagai bahan oleh peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat
dan berguna bagi siapa saja yang membaca dan khususnya bagi peneliti
sendiri.
Serang, Oktober2015
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 17
1.3 Batasan Masalah 18
1.4 Rumusan Masalah 18
1.5 Tujuan Penelitian 18
1.6 Manfaat Penelitian 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 20
2.1.1 Pemberdayaan 20
2.1.1.1 Definisi Pemberdayaan 20
viii
2.1.1.2 Strategi Pemberdayaan 24
2.1.1.3 Indikator Keberdayaan 26
2.1.2 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 27
2.2 Penelitian Terdahulu 28
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian 30
2.4 Asumsi Dasar 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian 34
3.2 Fokus Penelitian 34
3.3 Lokasi Penelitian 34
3.4 Fenomena yang diamati 35
3.4.1 Definisi Konsep 35
3.4.2 Definisi Operasional 35
3.5 Instrumen Penelitian 36
3.6 Informan Penelitian 40
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 41
3.7.1 Teknik Analisis Data 41
3.7.2 Keabsahan Data 44
3.8 Jadwal Penelitian 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 48
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat 48
4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat 50
ix
4.1.2.1 Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat 51
4.2 Deskripsi Data 54
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian 54
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian 55
4.3 Penyajian Data 56
4.3.1 Pemungkinan 56
4.3.2 Penguatan 61
4.3.3 Perlindungan 65
4.3.4 Penyokongan 69
4.3.5 Pemeliharaan 71
4.4 Pembahasan 73
4.4.1 Pemungkinan 73
4.4.2 Penguatan 75
4.4.3 Perlindungan 79
4.4.4 Penyokongan 81
4.4.5 Pemeliharaan 83
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 88
5.2 Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1Kriteria UMKM Menurut UU RI No.20 Tahun 2008 5
1.2 Perkembangan UMKM Periode 2009 -2012 6
1.3 Penyebaran UKM Menurut Wilayah di Provinsi DKI Jakarta
Sesuai Sensus Ekonomi 2006 8
1.4 Jumlah Usaha Kecil (UK) Terbina Menurut Wilayah
DKI Jakarta Tahun 2014 8
1.5 Jumlah Usaha Kecil Terbina Menurut Jenis SektorUsaha Kecil
Tahun 2014 9
1.6 Data UMKM yang Mendapat Bantuan Sertifikat Halal
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta 9
1.7Rekapitulasi Pendataan Pengrajin Tempe dan Tahu Wilayah
Kota Jakarta Barat Tahun 2014 11
3.1 Pedoman Wawancara 38
3.2 Katogorisasi Informan Penelitian 41
4.1 Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Barat 48
4.2 Daftar Nama Kelurahan dan Luas Wilayah di Kecamatan Kalideres 49
4.3 Daftar Informan Penelitian 56
4.4 Matriks Hasil Penelitian 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 32
3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman 42
4.1 Struktur Organisasi Suku Dinas Koperasi, UMKM,
Dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, pembangunan di negara berkembang
seperti Indonesia merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam
mencapai keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.Pembangunan
dilaksanakan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, pertahanan dan
keamanan.Pembangunan di berbagai bidang tersebut merupakan hal yang
paling mendasar dalam mewujudkan suatu perubahan kepada kondisi ideal
yang diharapkan oleh masyarakat sebagai unsur penting dari adanya
pembangunan itu sendiri.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat dan tinggi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Republik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia menurut hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 adalah sebesar 237.641.326 orang, dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,49% berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 –
2010, sehingga diperkirakan pada tahun 2035 akan jauh melampaui 300 juta
penduduk. (bps.go.id, 2014)
Dengan Jumlah Penduduk Indonesia yang berkembang sangat cepat
dan tinggi tersebut, Indonesia pada dasarnya memiliki modal yang paling
utama dalam melakukan proses – proses pembangunan untuk mencapai cita –
2
cita bangsa. Di sisi lain, perkembangan penduduk yang sangat cepat dan
tinggi tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia mengingat persaingan global
mengharuskan manusia mampu bersaing dalam tataran global, sehingga
Masyarakat Indonesia dapat mencapai kesejahteraan umum sesuai dengan
cita – cita Bangsa Indonesia yang tertera pada naskah pembukaan UUD 1945.
Menurut Coralie Bryant dan Louise White dalam Managing
Development in the Third World (1982, 14) dalam Agus Sjafari (2007:8),
Pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia
untuk memperngaruhi masa depannya.Pembangunan pada dasarnya
mengarah kepada perubahan kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya
untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan taraf hidup orang banyak,
Pembangunan dalam era globalisasi sangat mengunggulkan sektor ekonomi
sebagai ukuran dari keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah, tidak terkecuali di negara berkembang seperti Indonesia.Namun,
pertumbuhan ekonomi juga tidak bisa tumbuh dan berkembang jika
pemanfaatan sumber daya manusia tidak optimal, karena sumber daya
manusia merupakan objek dari adanya pembangunan itu sendiri.
Indonesia sebagai negara berkembang yang diperhitungkan di mata
dunia karena memiliki potensi yang sangat besar baik dalam hal sumber daya
manusia maupun sumber daya alam yang melimpah, tentu tidak dapat
menutup diri untuk kepentingan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
dalam mencapai cita – cita bangsa yaitu meningkatkan taraf hidup
3
Masyarakat Indonesia serta dalam pemenuhan kebutuhan Masyarakat
Indonesia.
Pada tahun 2015, Masyarakat Indonesia harus mampu bersaing dalam
menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), yang berarti negara –
negara yang bergabung dalam organisasi ASEAN dapat berinteraksi secara
langsung dalam hal sosial maupun ekonomi, yaitu berupa perdagangan bebas,
penghilangan tarif perdagangan antar Negara ASEAN, serta pasar tenaga
kerja dan pasar modal yang bebas. Dengan adanya kerjasama antar Negara
se- ASEAN ini tentu menjadi tantangan baru bagi Pemerintah Indonesia
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu Masyarakat
Indonesia agar mampu bersaing dalam lingkup yang sangat luas.Pemanfaatan
sumber daya manusia merupakan hal yang harus diperhatikan Pemerintah
Indonesia dalam melakukan pembangunan, pada khususnya pertumbuhan
pada sektor ekonomi yaitu pada sektor dunia usaha.
Pada era globalisasi saat ini pertumbuhan ekonomi yang baik
merupakan penilaian keberhasilan pemerintah dalam melakukan
pembangunan, tidak terkecuali di Indonesia dalam mengupayakan
keberhasilan pembangunan, pemerintah membuat dan mendukung program –
program ekonomi yang berbasis rakyat atau disebut ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan ini merupakan rangsangan dari pemerintah untuk
memanfaatkan sumber daya manusia sebagai agen perubahan dalam
pertumbuhan ekonomi.
4
Pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan di Indonesia dapat
dikatakan berhasil memberikan kontribusi PDRB secara signifikan pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana ekonomi kerakyatan sangat
berkembang mulai dari segi jumlahnya hingga penyerapan tenaga kerja yang
semakin meningkat dan justru dijadikan “payung” kekuatan ekonomi di era
globalisasi dalam menghadapi krisis ekonomi negara – negara besar dunia.
Ekonomi berbasis kerakyatan yang menjadi salah satu program pemerintah
dalam memberdayakan masyarakat sebagai agen dari pertumbuhan
perekonomian yaitu pada Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah (UMKM).
(http://www.beritasatu.com/ekonomi/165442-sektor-ukm-diakui-tetapi-tak-
dimodali.html).
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan amanat Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan
melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi, sehingga UMKM ini diatur dalam Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dimana pemberdayaan UMKM diselenggarakan secara menyeluruh, optimal
dan berkesinambungan serta memperoleh jaminan kepastian dan keadilan
usaha. Untuk memudahkan pemberdayaan dan mengembangkan UMKM
dibagi menjadi 3 kriteria menurut Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 pada Bab IV Pasal 6 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, yaitu :
5
Tabel 1.1
Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2008
No. Kriteria Usaha Omset (Rp)
Aset/Modal Usaha
(Rp)
1 Usaha Mikro < 300 juta < 50 juta
2 Usaha Kecil
300 juta - 2,5
Milyar 50 juta - 500 juta
3 Usaha Menengah
2,5 Milyar - 50
Milyar 500 juta - 10 Milyar
Sumber : Undang – Undang RI No.20 Tahun 2008
6
Dalam perkembangannya, UMKM di Indonesia pada periode 2009 –
2012 sangat signifikan, dilihat dari data Badan Pusat Statistik berikut ini,
yaitu:
Tabel 1.2
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Periode 2009 – 2012
No. Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah
UMKM Unit
52.764.603 53.823.732 55.206.444 56.534.592
2
Pertumbuhan
Jumlah
UMKM
Persen 2.64 2.01 2.57 2.41
3
Jumlah
Tenaga Kerja
UMKM
Orang 96.211.332 99.401.775 101.722.458 107.657.509
4
Pertumbuhan
Jumlah
Tenaga Kerja
UMKM
Persen 2.33 3.32 2.33 5.83
5
Sumbangan
PDB UMKM
(harga
konstan)
Rp.
Miliar 1.212.599.30 1.282.571.80 1.369.326.00 1.504.928.20
6
Pertumbuhan
sumbangan
PDB UMKM
Persen 4.02 5.77 6.76 9.90
7 Nilai Ekspor
UMKM
Rp.
Miliar 162.254.52 175.894.89 187.441.82 208.067.00
8
Pertumbuhan
Nilai Ekspor
UMKM
Persen 8.85 8.41 6.56 11.00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
7
Dari data tersebut, perkembangan UMKM di Indonesia periode 2009
– 2012 mulai dari jumlah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan PDB UMKM
serta pertumbuhan nilai ekspor, rata – ratanya mengalami pertumbuhan yang
signifikan setiap tahunnya, persaingan di era globalisasi ini tidak kemudian
menyurutkan perkembangan UMKM di Indonesia, justru pada perkembangan
program UMKM ini memunculkan UMKM baru setiap tahunnya yang
kemudian memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Era pasar bebas MEA, memberikan peluang dan tantangan tersendiri bagi
sektor dunia usaha yaitu UMKM untuk berkembang, maka pemerintah harus
mengambil langkah – langkah strategis agar mampu menghadapi persaingan
dengan Negara ASEAN.
DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memegang
peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana sebagai
pusat perekonomian, tentu persaingan terhadap barang dan jasa serta manusia
dalam mencari pekerjaan akan semakin padat, namun program perekonomian
berbasis kerakyatan yang memberdayakan masyarakat DKI Jakarta dalam
memajukan perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi
tentunya memberikan harapan kepada masyarakat untuk mengembangkan
usahanya, berikut penyebaran UMKM menurut wilayah di Provinsi DKI
Jakarta, yaitu sebagai berikut :
8
Tabel 1.3
Penyebaran UKM Menurut Wilayah Di Provinsi DKI Jakarta
No. Wilayah
Usaha
Kecil
Usaha
Menengah Total UKM
Share
(%)
1 Jakarta Utara 108.022 28.943 136.965 16,35
2 Jakarta Timur 147.440 31.748 179.188 21,39
3 Jakarta Selatan 148.584 31.933 180.517 21,54
4 Jakarta Barat 146.527 31.425 177.952 21,24
5 Jakarta Pusat 133.048 30.070 163.118 19,47
6 Kepulauan Seribu 120 45 165 0,02
Jumlah 683.741 154.164 837.905 100,00
Share (%) 81,6 18,4 100,0
Sesuai Sensus Ekonomi 2006
Sumber :http://diskumdagdki.jakarta.go.id/bidang-umkm, 2014
Dari data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di kawasan DKI Jakarta
bertopang pada ekonomi usaha kecil yaitu sebesar 81,6% yang tersebar di
berbagai wilayah DKI Jakarta. Berikut daftar Jumlah Usaha Kecil yang telah
terbina di wilayah DKI Jakarta :
Tabel 1.4
Jumlah Usaha Kecil (UK) Terbina Menurut Wilayah DKI Jakarta
Tahun 2014
No. Wilayah Jumlah Usaha Kecil Jumlah UK Terbina
1 Jakarta Utara 108.022 2.645
2 Jakarta Timur 147.440 3.083
3 Jakarta Selatan 148.584 3.120
4 Jakarta Barat 146.527 3.072
5 Jakarta Pusat 133.048 2.794
Jumlah 683.621 14.714
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta,2015
9
Jumlah usaha kecil binaan tersebut dikelompokkan dalam 4 sektor,
yaitu :
Tabel 1.5
Jumlah Usaha Kecil Terbina Menurut Jenis Sektor Usaha Kecil
Tahun 2014
No. Sektor Usaha Kecil Jumlah
1 Perdagangan 6.105
2 Industri 3.393
3 Jasa 4.167
4 Aneka Usaha 1.049
Jumlah 14.714
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM,dan Perdagangan DKI Jakarta, 2015
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan usaha yang
digolongkan menjadi 2 bagian jenis usaha yaitu jenis usaha yang bergerak di
bidang kuliner dan non kuliner.
Tabel 1.6
Data UMKM Yang Mendapat Bantuan Sertifikat Halal
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta
No. Wilayah
UMKM
Tahun 2013
UMKM
Tahun 2014
1 Jakarta Utara 78 169
2 Jakarta Timur 73 194
3 Jakarta Selatan 99 226
4 Jakarta Barat 30 79
5 Jakarta Pusat 39 82
Jumlah 319 750
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM,dan Perdagangan DKI Jakarta,2015
10
Data tersebut diatas merupakan jumlah UMKM yang mendapat
bantuan sertifikat halal yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan DKI Jakarta bekerjasama dengan Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi terkait, melalui program
pengembangan UMKM melalui pameran wisata kuliner di wilayah DKI
Jakarta. Usaha pemberian sertifikat halal ini bertujuan untuk membantu
UMKM di bidang usaha kuliner dalam mempromosikan produknya dan
meningkatkan jumlah konsumen, namun dari jumlah UMKM yang ada di
wilayah DKI Jakarta tidak seluruhnya UMKM yang bergerak di bidang
kuliner atau makanan mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat
halal dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta karena
terbatasnya informasi.
Di Wilayah Jakarta Barat terdapat UMKM dibidang industri kuliner
atau makanan yaitu terdapat sentra produsen tempe tahu terbesar di DKI
Jakarta serta Tingkat Nasional yaitu pada kawasan Semanan, Kalideres,
dimana kawasan relokasi sentra produksi tempe dan tahu ini dibangun pada
tahun 1992 dari hasil relokasi para produsen tempe yang berada di Tambora I
dan Tambora II, Kebon Jeruk, Cengkareng, serta Grogol.
11
Tabel 1.7
Rekapitulasi Pendataan Pengrajin Tempe dan Tahu
Wilayah Kota Jakarta Barat Tahun 2014
Kecamatan Kelurahan
Jenis
Produksi Jumlah
Kebutuhan
Bahan
Baku
Kedelai
Jumlah
Tenaga
Kerja Tempe Tahu
Kebon
Jeruk
Kebon
Jeruk 2 -
20 3.320 108
Duri Kepa 10 8
Tambora Angke 22 -
30 2.650 82 Jembatan
Besi 8 -
Palmerah Slipi 11 -
14 1.560 55 Tomang 3 -
Kembangan Kembangan 25 2
53 4.500 169 Kedoya 21 5
Cengkareng Kapuk 13 -
74 15.680 334 Rawabuaya 52 9
Kalideres Semanan 1.160 13
1.222 64.705 2.462 Tegal Alur 49 -
Jumlah 1.376 37 1.413 92.415 3.210
Sumber :Prikompti Swakerta, 2015
Berdasarkan data tersebut dan hasil wawancara dengan Bapak
Handoko selaku Pengurus PRIMKOPTI Swakerta, khusus wilayah Semanan,
Kalideres, kebutuhan bahan baku kedelai produsen tempe dan tahu sebesar
61.910 kilogram per hari, sehingga dengan jumlah produsen tempe dan tahu
1.173, maka kebutuhan kedelai tiap produsen tempe dan tahu yaitu 53
kilogram per hari, sedangkan jumlah tenaga kerja khusus wilayah Semanan,
Kalideres dalam UMKM ini dapat menyerap 2.315 tenaga kerja. (Sumber :
Bapak Handoko selaku Pengurus PRIMKOPTI di Jl. H. M. Asenie No. 2
12
RT.006/011, Kelurahan: Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Sabtu,
21 Februari 2015 Pukul 10.25)
Tempe dan tahu merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi
oleh Masyarakat Indonesia, sehingga tempe dapat dikatakan makanan khas
Masyarakat Indonesia, makanan khas yang berbahan baku kedelai ini selain
makanan yang bergizi tinggi karena mengandung protein pengganti daging
sapi, tempe dan tahu juga termasuk makanan dengan harga yang terjangkau,
sehingga tempe dan tahu menjadi pilihan masyarakat Indonesia baik kalangan
menengah kebawah maupun menengah keatas untuk dikonsumsi.
Tempe dan tahu yang menjadi makanan khas Masyarakat Indonesia
tersebut akan berpengaruh pada tingkat konsumsi kedelai di Indonesia, ini
terbukti di tahun 2013 konsumsi kedelai meningkat menjadi sekitar 2,5 juta
ton. Padahal produksi kedelai nasional di tahun yang sama hanya 0,8 juta ton,
sehingga kekurangannya 1,7 juta ton atau sekitar 70% dari total konsumsi
nasional harus dipenuhi dengan kedelai impor. Perlu dicatat bahwa impor
kedelai Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir era Orde
Baru, tahun 1997, impor kedelai hanya 0,6 juta ton, pada tahun 2013, impor
kedelai telah membengkak menjadi 1,7 juta ton, hamper tiga kali lipat dari
impor tahun 1997.
(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/06/30/kedelai-titik-rawan-
ketahanan-pangan-indonesia-670490.html)
13
Dengan konsumsi kedelai yang terus meningkat, tentu Indonesia harus
memproduksi bahan baku tempe dan tahu yaitu kedelai lebih besar
dibandingkan dengan jumlah konsumsi kedelai secara nasional, namun pada
nyatanya, Indonesia harus mengimpor kedelai dari beberapa Negara penghasil
kedelai terbesar di dunia untuk memenuhi kebutuhan pokok industri tempe
dan tahu di Indonesia. Berikut adalah Negara pengimpor kedelai terbesar
secara nilai transaksi ke Indonesia pada Januari 2014, yaitu:
1. Amerika Serikat dengan nilai transaksi sebesar 84,12 Juta USD
2. Ukraina dengan nilai transaksi sebesar 783,63 Ribu USD
3. Malaysia dengan nilai transaksi sebesar 759 Ribu USD
4. Kanada dengan nilai transaksi 2,60 Juta USD
5. Negara lain dengan nilai transaksi sebesar 66,59 juta USD
(http://m.liputan6.com/bisnis/read/2021461/ironis-ri-impor-kedelai-dari-
negara-miskin)
Dalam memproduksi tempe dan tahu yang menjadi makanan khas
Masyarakat Indonesia yang berbahan baku kedelai ini, pemerintah harus
mengimpor kedelai dari negara lain sehingga harga kedelai sangat fluktuatif
tergantung dengan faktor – faktor ekonomi lainnya, sehingga produsen tempe
dan tahu rentan mendapatkan permasalahan dalam mengembangkan
usahanya, pada khususnya di wilayah sentra produsen tempe dan tahu
terbesar di tingkat nasional dan wilayah DKI Jakarta yang terletak di
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Oleh karena itu, sejak pemerintahan orde
14
baru, dalam membantu sentra – sentra UMKM dalam pengembangan
usahanya, pemerintah membentuk koperasi sebagai usaha untuk
mengembangkan sentra – sentra UMKM tersebut, yang kemudian koperasi
ini diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Pengkoperasian, kemudian diperbarui di Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pengkoperasian.
Pada tingkat kota administrasi, Koperasi untuk produsen tempe dan
tahu disebut sebagai Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia
(PRIMKOPTI) – Swakerta. Di wilayah Semanan, Kalideres, Jakarta Barat ini,
PRIMKOPTI – Swakerta berfungsi sebagai wadah produsen tempe dan tahu
diharapkan mampu menampung segala aspirasi produsen dan menjadi wadah
dalam pengembangan produsen tempe dan tahu selain menjalankan usahanya
sebagai penyalur kedelai untuk memenuhi kebutuhan produksi anggota
produsen tempe dan tahu, yang kemudian dalam pelaksanaannya untuk
mengembangkan UMKM produsen tempe dan tahu baik dalam hal
pemasaran, kemudahan akses pasar dan promosi produk, serta permodalan,
PRIMKOPTI – Swakerta bekerjasama dengan pemerintah tingkat Kota
Administrasi Jakarta Barat, yaitu Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam melakukan
pemberdayaan untuk pengembangan UMKM.
Pada tahap observasi awal, peneliti melakukan wawancara dengan
produsen tempe, yaitu Bapak Prasetyo menyebutkan kurang optimalnya
koperasi dalam menjalankan tugasnya sebagai wadah dari produsen tempe
15
dan tahu di Semanan, Kalideres untuk membantu pengembangan usaha, yaitu
pada permasalahan permodalan, koperasi tidak lagi menghimpun dana dari
produsen atau biasa disebut simpan pinjam, sehingga produsen mencari
modal sendiri, serta pada pemasaran hasil produksi, produsen mencari akses
pasar sendiri dalam memasarkan tempe dan tahu. (Sumber : hasil wawancara
dengan Bapak Prasetyo selaku produsen tempe di wilayah sentra produsen
tempe PIK KOPTI RT/RW : 009/ 011 Kelurahan, Semanan, Kalideres,
Jakarta Barat, pada hari Minggu, 19 Oktober 2014 Pukul 10.00)
Selain melakukan wawancara dengan Bapak Prasetyo sebagai
produsen tempe di Semanan, pada tahap observasi awal, peneliti melakukan
wawancara dengan Bapak Suharto sebagai Ketua PRIMKOPTI – Swakerta,
bahwa hampir 90% kedelai di PRIMKOPTI memang di impor dari Amerika
Serikat, dan pernyataan tersebut kemudian dibenarkan oleh Bapak Handoko
selaku Pengurus PRIMKOPTI – Swakerta Semanan, Kalideres bahwa semua
kedelai yang dipasok berasal dari impor yaitu dari Amerika, sekarang tidak
lagi ada kedelai lokal dan tentu harga kedelai impor pun lebih murah dengan
kedelai lokal, meskipun kadang harga kedelai tidak menentu namun jika
dalam keadaan baik kedelai impor dikatakan dapat lebih murah dibandingkan
dengan kedelai lokal, selain itu pada permasalahan simpan pinjam, koperasi
memang selama satu tahun ini yaitu tahun 2014 tidak berjalan untuk
sementara ini saja karena produsen tempe dan tahu dirasa kurang antusias
dengan program simpan pinjam (Sumber : hasil wawancara dengan Bapak
Suharto selaku Ketua PRIMKOPTI dan Bapak Handoko selaku
16
SekretarisPRIMKOPTI di Jl. H. M. Asenie No. 2 RT.006/011, Kelurahan:
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Kamis, 23 Oktober 2014 Pukul
11.00).
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan
masalah yang melatarbelakangi adanya penelitian ini, yaitu: Pertama,
PRIMKOPTI Swakerta sebagai sentra UMKM dan wadah bagi produsen
tempe dan tahu di Semanan, Kalideres dirasa kurang optimal oleh produsen
tempe dan tahu dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan usaha
produsen tempe dan tahu, yaitu masalah simpan pinjam dana yang dihimpun
koperasi tidak berjalan selama tahun 2014, sehingga koperasi hanya
melakukan usaha perdagangan kedelai saja, maka diperlukan kerjasama
antara pemerintah daerah dalam hal ini Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan dalam memberikan pemberdayaan baik kepada koperasi untuk
membantu produsen maupun produsen tempe dan tahu itu sendiri.
Kedua, Terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha yang
menyebabkan produsen tempe dan tahu harus mencari pasar sendiri. Dan
Ketiga, Terbatasnya modal usaha bagi produsen tempe dan tahu yang
membuat usaha produsen tempe dan tahu dengan skala kecil ini sulit
berkembang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk mencapai kesejahteraan
umum, serta menciptakan masyarakat yang mampu bersaing dalam tataran
global dan siap menjadi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dalam hal ini yaitu
UMKM produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, tentu
17
tidak dapat terlepas dari campur tangan pemerintah khususnya pemerintah
pada tingkat daerah yaitu dalam hal ini adalah Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam melakukan
pemberdayaan kepada UMKM produsen tempe dan tahu agar usahanya dapat
semakin berkembang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) oleh
Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. PRIMKOPTI – Swakerta sebagai wadah UMKM dirasa kurang optimal
oleh produsen tempe dan tahu dalam menjalankan tugasnya untuk
meningkatkan usahanya yaitu pada masalah simpan pinjam yang tidak
berjalan.
2. Terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha yang menyebabkan UMKM
harus mencari pasar sendiri.
3. Terbatasnya modal usaha yang membuat perkembangan UMKM ini sulit
berkembang.
18
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini banyak masalah yang muncul.Namun agar lebih
terfokus pada masalah penelitian maka peneliti membatasi masalah pada
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada khususnya
Produsen Tempe dan Tahu di Semanan, Kalideres.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas
maka peneliti merumusakan rumusan masalah yaitu Bagaimana
pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Koperasi Kota Administrasi Jakarta Barat kepada produsen UMKM tempe
dan tahu di Semanan, Kalideres dalam mengembangkan usahanya?
1.5 Tujuan Penelitian
Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan
mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar
belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat kepada Usaha
Mikro Kecil Menengah dalam meningkatkan usahanya.
19
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian yang berjudul
Pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat yaitu terdiri dari manfaat teoritis dan praktis,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan
keilmuan, pengetahuan, dan wawasan yang terkait dengan masalah tersebut
yang berkaitan dengan Pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
2. Manfaat Praktis
Bagi Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat yang bersangkutan dengan penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang terkait dengan
pemberdayaan UMKM khususnya pada UMKM produsen tempe dan tahu di
Semanan, Kalideres. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat
mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu – ilmu yang telah
dipelajari selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.Serta karya peneliti ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemberdayaan
2.1.1.1 Definisi Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan
(power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan
(disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga
terjadi keseimbangan (Djohani, 2003 dalam M. Anwas, 2013:49).
Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa
indonesia Menjadi Pemberdayaan Dan Memberdayakan, Menurut Merriam
Webster Dan Oxfort English Dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 :
3) mengandung dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give
power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or
enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedang
dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan
kemampuan atau keberdayaan.
Menurut Rapport (1987), pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman
secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial,
21
kekuatan politik, dan hak – haknya menurut undang – undang. Sementara itu,
menurut Mc.Ardle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses
pengambilan keputusan oleh orang – orang secara konsekuen melaksanakan
keputusan tersebut. Orang – orang yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk
lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka
tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. Namun
demikian, McArdle mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai
tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan.
(Harry Hikmat, 2010: 3)
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan, (b) menjangkau sumber – sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang – barang
dan jasa – jasa yang mereka perlukan, dan (c) berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan – keputusan yang mempengaruhi mereka.
Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari
tujuan, proses dan cara – cara pemberdayaan:
22
1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang –
orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995)
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolam
atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian – kejadian serta
lembaga – lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya (Parsons,et.al.,1994)
3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur social (Swift dan Levin,
1987)
4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi,
dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa
atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).
(Suharto, 1997:210-224 dalam Edi Suharto,2005:58-59)
Menurut Ife (1995:61-64), pemberdayaan memuat dua pengertian
kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan
bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan
kekuasaan atau penguasaan klien atas:
23
1. Pilihan – pilihan personal dan kesempatan – kesempatan hidup:
kemampuan dalam membuat keputusan – keputusan mengenai
gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan
2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi dan keinginannya
3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbang
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa
tekanan
4. Lembaga – lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata – pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan social, pendidikan, kesehatan
5. Sumber – sumber: kemampuan memobilisasi sumber – sumber
formal, informal dan kemasyarakatan
6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa
7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
(Edi Suharto, 2005:59)
Menurut Bedger dan Nenhaus dan Nisbet (Suharto,1997),
„struktur- struktur penghubung‟ (mediating structures) yang
memungkinkan kelompok – kelompok lemah mengekspresikan aspirasi
dan menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih
luas, kini cenderung melemah. Munculnya industrialisasi yang melahirkan
spesialisasi kerja dan pekerjaan mobile telah melemahkan lembaga –
lembaga yang dapat berperan sebagai struktur penghubung antara
kelompok masyarakat lemah dan masyarakat luas. Organisasi – organisasi
social, lembaga – lembaga keagamaan (masjid, gereja), dan lembaga
24
keluarga yang secara tradisional merupakan lembaga alamiah yang dapat
memberi dukungan dan bantuan informal, pemecahan masalah dan
pemenuhan kebutuhan para anggotanya, cenderung semakin melemah
peranannya. Oleh karena itu, seringkali sistem ekonomi yang diwujudkan
dalam berbagai bentuk pembangunan proyek – proyek fisik, selain di satu
pihak mampu meningkatkan kualitas hidup sekelompok orang, juga tidak
jarang malah semakin meminggirkan kelompok – kelompok tertentu
dalam masyarakat. (Edi Suharto, 2005:61)
Sennet dan Cabb (1972) dan Conway (1979) menyatakan bahwa
ketidakberdayaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti : ketiadaan
jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan
akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan
pelatihan – pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional
(Suharto,1997 dalam Edi Suharto, 2005:61)
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, harus dilakukan melalui
beberapa kegiatan : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).
ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi (Protecting),
disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap
anggota masyarakat, memiliki suatu potensi yang selalu dapat terus
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak
berdaya, karena kalau demikian akan mudah punah (Kartasasmita:1996:159).
2.1.1.2 Strategi Pemberdayaan
Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai
pendekatan, menurut Suharto (2005), penerapan pendekatan pemberdayaan
dapat dilakukan melalui 5P yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,
Penyokongan, dan Pemeliharaan, dengan penjelasan sebagai berikut :
25
a. Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekarat – sekarat kultural dan
struktur yang menghambat.
b. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan –
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang
menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok – kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menhindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat
dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat
terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan kepada
penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
d. Penyokongan; memberi bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan perannya dan tugas – tugas kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak
terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan
terpinggirkan.
e. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
26
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.
(M. Anwas, 2013:87)
2.1.1.3 Indikator Keberdayaan
Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang
meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi
partisipatif (Suharto,1997:215). Parsons et.al. (1994:106) juga mengajukan
tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan
individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan
sosial yang lebih besar
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,
berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang
dimulai dari pendidikan dan politisasi orang – orang lemah dan
kemudian melibatkan upaya – upaya kolektif dari orang – orang
lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah
struktur – struktur yang masih menekan (Parsons et.al., 1994:106).
(Edi Suharto, 2005:63)
27
2.1.2 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha yang memenuhi kriteria sesuai dengan Undang – Undang, yaitu
dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
Kriteria Usaha menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu:
1. Usaha Mikro
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
2. Usaha Kecil
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
28
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.
000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komprehensif dan
berkorelasi, dalam melakukan penelitian yang berjudul “Pemberdayaan
UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat” ini, peneliti melakukan peninjauan terhadap
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai rujukan bahasan didalam
penelitian ini.Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat membentuk
kerangka dasar berpikir dalam melakukan kajian.
29
Dalam hal ini, peneliti mengambil dua penelitian sebelumnya, sebagai
pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu
pertama berdasarkan penelitian terdahulu pada skripsi Universitas Airlangga
yang dilakukan oleh Bachtiar Rifa‟i, mahasiswa Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2013 yang
berjudul “Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian bahwa
program labsite tersebut dapat membantu para pengrajin krupuk ikan yang
ada di Desa Kedung Rejo terutama pada pengrajin kecil dan musiman yang
memang membutuhkan dana untuk meningkatkan pendapatan serta produksi
krupuk ikan mereka, dan juga berdampak pada eksisnya potensi yang berada
di kampung krupuk ikan.
Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu yang kedua adalah pada
skripsi Universitas Airlangga yang dilakukan oleh Pramita Putri Oktavia,
mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan IlmuPolitik Universitas Airlangga Surabaya Tahun 2011 yang berjudul
“Strategi Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) Studi Deskriptif
Tentang Strategi Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) Dalam
Pengembangan Industri Kerajinan Anyaman Bambu Di Desa Gintangan Dan
Kelurahan Gombengsari Oleh Dinas Perindustrian Perdagangan
(DISPERINDAG) dan Koperasi Kabupaten Banyuwangi” dengan metode
30
penelitian kualitatif yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) yang dilakukan oleh
DISPERINDAG dan Koperasi Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada
Sumber Daya internal yang dimiliki untuk menciptakan kemampuan inti
dalam mencapai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif produk
yang dihasilkan.
Sedangkan dalam penelitian ini, membahas mengenai Pemberdayaan
UMKM Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif,
yang dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana pemberdayaan
terhadap UMKM oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
dalam mengembangkan usaha produsen tempe dan tahu di Semanan,
Kalideres.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Dalam penelitian Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat, peneliti menemukan masalah Usaha Kecil
Menengah produsen tempe dalam mengembangkan usahanya, mulai dari
permasalahan kualitas dan harga kedelai, permodalan, akses pasar, dan harga
kedelai yang fluktuatif, maka atas permasalahan tersebut, produsen tempe dan
tahu harus diberdayakan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
31
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam melakukan
pengembangan usahanya.
Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
Pemberdayaan UMKM Produsen Tempe dan Tahu di Semanan, Kalideres
Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat. Maka dibuatlah suatu kerangka pemikiran yang merupakan alur
berfikir peneliti, untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam
penelitian tersebut maka dibuatlah kerangka pemikiran tersebut, yaitu:
32
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Identifikasi Masalah :
1. PRIMKOPTI – Swakerta sebagai wadah UMKM dirasa kurang optimal
oleh produsen tempe dan tahu dalam menjalankan tugasnya untuk
meningkatkan usahanya yaitu pada masalah simpan pinjam yang tidak
berjalan.
2. Terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha yang menyebabkan UMKM
harus mencari pasar sendiri.
3. Terbatasnya modal usaha yang membuat perkembangan UMKM ini sulit
berkembang.
(Sumber : Peneliti, 2014)
TEORI PEMBERDAYAAN
Strategi Pemberdayaan :
1. Pemungkinan
2. Penguatan
3. Perlindungan
4. Penyokongan
5. Pemeliharaan
(Suharto, 2005)
OUTPUT
Pemberdayaan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan diharapakan
dapat ditingkatkan kepada UMKM Produsen Tempe dan Tahu agar dapat
berkembang dan mampu bersaing dalam tataran lokal maupun global.
33
2.4 Asumsi Dasar
Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat
berbagai permasalahan yang terjadi dalam usaha pengembangan produsen
tempe dan tahu, maka Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat sebagai pemerintah daerah di tingkat kota
administrasi, dirasa kurang optimal dalam melakukan tugasnya untuk
memberdayakan UMKM produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti menggambarkan dan
menjelaskan situasi dan kondisi yang terjadi, setelah peneliti melakukan
observasi dan wawancara yang berkaitan dengan Pemberdayaan UMKM
Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus Penelitian dalam penelitian ini adalah pada pemberdayaan
UMKM Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat dengan ruang lingkupnya adalah Produsen Tempe
dan Tahu di Semanan, Kalideres.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang Pemberdayaan UMKM Oleh Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat yaitu
kawasan sentra produsen tempe dan tahu di wilayah Semanan, Kalideres,
35
Jakarta Barat yang merupakan kawasan produksi tempe terbesar se –
Indonesia dan se – DKI Jakarta.
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses untuk memberikan
daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan
mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa
(powerful) sehingga terjadi keseimbangan. Pemberdayaan dapat dilakukan
dengan cara menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). kedua, memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). ketiga, memberdayakan
mengandung pula arti melindungi (Protecting).
3.4.2 Definisi Operasional
Adapun variabel dalam penelitian ini tentang Pemberdayaan UMKM
oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat, pada observasi awal ditemukan bahwa permasalahan mendasar
dalam pengembangan UMKM, maka untuk meningkatkan dan
mengembangkan UMKM khususnya Produsen Tempe dan Tahu diperlukan
campur tangan pemerintah daerah dengan melakukan pemberdayaan kepada
produsen tempe dan tahu serta PRIMKOPTI Swakerta Semanan, Kalideres
yang menjadi wadah serta penyedia bahan baku industri tempe dan tahu
dengan Strategi Pemberdayaan menurut Suharto (2005), yaitu:
36
1. Pemungkinan
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang secara optimal.Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat dari sekarat – sekarat kultural dan struktur yang menghambat.
2. Penguatan
Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan –
kebutuhannya.Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan
Melindungi masyarakat terutama kelompok – kelompok lemah agar tidak
tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang
tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok
lemah.Pemberdayaan harus diarahkan kepada penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan
Memberi bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan
perannya dan tugas – tugas kehidupannya.Pemberdayaan harus mampu
menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi
yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat.Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
berusaha.
3.5 Instrumen Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan konteks
masalah yang dikaji, yaitu Pemberdayaan UMKM oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat. Dalam hal ini
peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi secara
langsung dengan responden penelitian, bahkan untuk penggalian data yang
menuntut partisipasi peneliti secara terbatas, keterlibatan peneliti menjadi
37
suatu keharusan. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan untuk menggali
data adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pengertian lebih
lanjut adalah:
a. Wawancara
Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data atau keterangan
untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan dengan melalui kegiatan
komunikasi verbal berupa percakapan, pada penelitian ini wawancara yang
dilakukan tidak terstruktur dengan tujuan untuk menggali lebih jauh informasi
yang ada dari sumber data.
b. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian di lapangan, yang
bertujuan memperoleh informasi dan gambaran secara jelas mengenai
Pemberdayaan UMKM Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat.
c. Dokumentasi
Peneliti melakukan pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis, baik
berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta
berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).
38
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
Teori Indikator Deskripsi Pertanyaan Informan
Pemberdayaan
dengan
Strategi
Pemberdayaan
(Suharto,
2005)
Pemungkinan
1. Program
perkembangan
UMKM produsen
tempe dan tahu
2. Peran aktif produsen
tempe dan tahu dalam
pelaksanaan kegiatan
yang diselenggarakan
SUDIN KUMKMP
3. Hambatan dalam
melaksanakan
pengembangan
UMKM
4. Pemberian
kemudahan izin usaha
kepada produsen
tempe dan tahu
K1 , K2, K3
Penguatan
1. Fasilitas sarana dan
prasarana usaha
dalam hal modal dan
sebagainya kepada
koperasi dan
produsen tempe dan
tahu
2. Masalah permodalan
UMKM Produsen
tempe dan tahu
3. Pembinaan dan
pengembangan
terhadap pemasaran
produk
K1, K2, K3
Perlindungan
1. Perlindungan
terhadap pengusaha
mikro, kecil dan
menengah oleh Sudin
Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan
Kota Administrasi
K1, K2, K3
39
Jakarta Barat
2. Perlindungan
terhadap produsen ,
pengusaha dan
koperasi dalam
ketersediaan, mutu
dan harga kedelai
3. Pemberdayaan oleh
Sudin Koperasi,
UMKM, dan
Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta
Barat dalam
mengatasi
permasalahan harga
kedelai yang
fluktuatif
4. Pemilihan pembelian
kedelai di swasta atau
koperasi oleh
produsen tempe dan
tahu
Penyokongan
1. Pemberdayaan oleh
Sudin Koperasi,
UMKM, dan
Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta
Barat dalam
meningkatkan jumlah
anggota dan kualitas
koperasi serta
UMKM produsen
tempe dan tahu
2. Pemberdayaan oleh
Sudin Koperasi,
UMKM, dan
Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta
Barat dalam
membantu koperasi
atau produsen tempe
dalam perdagangan
kepada pasar lokal
K2, K3
40
dan regional
Pemeliharaan
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam menjaga
keseimbangan pasar
bagi produsen tempe
dan tahu
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk menciptakan
situasi pemeliharaan
bagi koperasi maupun
produsen tempe dan
tahu untuk
mengembangkan
usahanya
3. Harapan produsen
dalam upaya
pengembangan dan
pemeliharaan usaha
produsen tempe dan
tahu
K1, K2, K3
Sumber : Peneliti, 2014
3.6 Informan Penelitian
Peneliti menggunakan teknik purposive dalam menentukan informan
yang merupakan sumber data bagi peneliti baik data primer maupun data
sekunder, dimana untuk memperoleh data dan informasi guna kepentingan
penelitian ini, maka diperlukan informan yang memahami dan mempunyai
kaitan dengan penelitian ini yaitu tentang Pemberdayaan UMKM Oleh Suku
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
yaitu
41
Tabel 3.2
Katagorisasi Informan Penelitian
No. Katagorisasi Informan Kode
1 Produsen Tempe dan Tahu di Semanan, Kalideres,
Jakarta Barat. K1
2
Pengurus Primer Koperasi Produsen Tempe dan
Tahu Indonesia (PRIMKOPTI)- Swakerta, di
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat.
K2
3 Kepala Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat K3
Sumber: Peneliti, 2014.
a. K1 terdiri dari I1.1, I1.2, I1.3, I1.4, I1.5, I1.n yang merupakan produsen tempe
dan tahu di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat.
b. K2 terdiri dari I2.1, I2.2, I2.n yang merupakan pengurus PRIMKOPTI
Swakerta Semanan, Kalideres.
c. K3 terdiri dari I3.1 (Kepala Sub Bagian Koperasi dan UMKM) dan
I3.2(Kepala Sub Bagian Perdagangan) Kota Administrasi Jakarta Barat.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.Sumber data terbagi dua, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder.Sumber primer adalah sumber data yang
42
langsung memberikan data kepada peneliti, sedangkan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
peneliti.Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan
observasi.Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa dokumen
tertulis, gambar dan foto-foto.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Model Miles dan
Hubermen yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan 3 kegiatan
penting diantaranya data reduction (reduksi data), data display (penyajian
data), verification (verifikasi). Berikut gambar proses tersebut:
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (2009:20)
Pengumpulan
Data
c
ollection
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan –
kesimpulan :
Penarikan/Verifikasi
43
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa proses penelitian ini dilakukan
secara berulang terus-menerus dan saling berkaitan satu sama lain baik dari
sebelum, saat di lapangan hingga selesainya penelitian.
a. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti di
lapangan, maka jumlah data yang akan didapat juga semakin banyak,
kompleks dan rumit, untuk itu perlu dilakukan reduksi data.
Reduksi data memiliki makna merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Reduksi data berlangsung selama proses pengambilan data itu
berlangsung, pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean,
meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian). Proses transformasi ini
berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
b. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, langkah yang dilakukan peniliti adalah
melakukan penyajian data.Penyajian data dapat diartikan sekumpulan
informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian data ini dilakukan dalam
bentu uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Penyajian data
bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dalam
merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
44
c. Verikasi
Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah verifikasi.Dari
awal pendataan, peneliti mencari hubungan-hubungan yang berkaitan
dengan permasalahan yang ada, melakukan pencatatan hingga menarik
kesimpulan. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan selalu
mengalami perubahan selama proses pengumpulann data masih
berlangsung akan tetapi bila kesimpulan yang dibuat didukung oleh data
yang valid dan konsisten yang ditemukan peneliti di lapangan, maka
kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.7.2 Keabsahan Data
Penelitian kualitatif secara intern merupakan fokus perhatian dengan
beragam metode.Harus disadari bahwa penggunaan metode triangulasi
mencerminkan upaya untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
mengenai suatu fenomena yang sedang dikaji. Realita objektif tidak akan
pernah dapat dipahami. Triangulasi bukanlah alat atau strategi validasi,
namun merupakan alternative bagi validasi. Dengan demikian gabungan
beragam metode, data – data empiris, sudut pandang dan peneliti/pengamat
dalam satu kajian tunggal sebaiknya dipahami sebagai strategi yang
menambahkan keketatan, keluasan dan kedalaman ke dalam jenis
penyelidikan apa saja (Denzim dan Lincoln, 2009: 3)
45
Neuman (1997), menjelaskan bahwa validitas dalam penelitian
kualitatif bias dilakukan dengan cara :
1. Ecological Validity, fenomena yang hendak diteliti muncul tanpa
kehadiran peneliti, sehingga tidak ada intervensi atau pengaruh
keberadaan peneliti,
2. Natural History, penilaian dari orang luar,
3. Member Validation, yang diteliti menyatakan benar (informan),
4. Competent Insider, kemampuan peneliti.
Muhadjir (1998: 37) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif
mengejar kebenaran lewat ditemukannya sumber terpercaya sehingga hal
yang hakiki, intrinsic, dan esensial dapat ditemukan”. Sedangkan Moleong
(1999: 188) mengemukakan bahwa “pengujian keabsahan data didasarkan
atas kriteria: derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, ketergantungan
dan kepastian”. Menurut Sugiyono (2005: 127) setidaknya ada 3 bentuk
triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek data yang
sudah diperoleh dari berbagai sumber.Data dari berbagai sumber tersebut
kemudian dipilah dan dipilih dalam bentu tabel matriks. Data dari sumber
yang berbeda dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana pandangan yang
sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.
46
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari
berbagai macam teknik pengumpulan data.Missal dengan menggunakan
teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.Data dari ketiga
teknik tersebut dibandingkan adakah konsistensi, jika berbeda dijadikan
catatan dan dilakukan pengecekan selanjutnya mengapa data bisa berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi data dalam waktu tertentu juga memiliki pengaruh
yang besar terhadap kredibilitas data.Oleh Karena itu memperoleh data
dalam waktu dan situasi yang berbeda perlu dilakukan. Triangulasi dapat
dilakukan pada pagi, siang, dan malam hari dari sumber yang sama. Atau
dari satu hari ke hari yang lain, dari minggu ke minggu yang berbeda atau
bahkan dari bulan ke bulan yang lain. Dari waktu ke waktu tersebut
apakah data tersebut berubah – ubah atau menuju konsistensi.Maka
konsistensi data merupkan hal yang dituju dalam triangulasi ini.
Dalam penelitian ini, peneleliti menggunakan bentuk triangulasi
sumber dan triangulasi teknik.Selain menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik dalam mengumpulkan data, peneliti juga mengadakan
memberchek. Memberchek adalah proses pengecekan data yang diperoleh
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data. Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
(Sugiyono,2009)
47
3.8 Jadwal Penelitian
No. Keterangan
Okt 2
014
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Ok t 2
015
1 Pengajuan Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan Proposal
4 Diskusi Proposal
5 Seminar Proposal
6 Observasi Lapangan
7
Penyusunan Hasil
Penelitian
8 Sidang Skripsi
48
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat
Kota Administrasi Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI
Jakarta yang memiliki 8 kecamatan, yaitu :
Tabel 4.1
Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kota Administrasi Jakarta
Barat
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
1 Kembangan 24,16
2 Kebon Jeruk 17,98
3 Palmerah 7,51
4 Grogol Petamburan 9,99
5 Tambora 5,40
6 Taman Sari 7,73
7 Cengkareng 26,54
8 Kalideres 30,23
Jumlah/Total 129,54
Sumber Data: Bps.Jakarta.go.id, 2015
49
Kecamatan Kalideres yang memiliki wilayah paling luas yaitu 30,23 Km2
memiliki letak geografis, yaitu sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara dan
Desa Benda, Kotamadya Tangerang, Banten.
2. Sebelah Timur : Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat dan
Kecamatan Cipondoh, Kotamadya Tangerang,
Banten.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Batu Ceper, Kotamadya Tangerang,
Banten.
Kecamatan Kalideres, Kota Administrasi Jakarta Barat memiliki 5
Kelurahan, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.2
Daftar Nama Kelurahan dan Luas Wilayah di Kecamatan Kalideres
No. Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
1 Semanan 5,98
2 Kalideres 5,71
3 Pegadungan 8,67
4 Tegal Alur 4,97
5 Kamal 4,90
Jumlah 30,23
Sumber : Kalideres dalam angka, 2014.
50
Adapun batas – batas wilayah Kelurahan Semanan, Kecamatan
Kalideres, Kota Administrasi Jakarta Barat adalah :
1. Sebelah Utara : Sungai Cisadane (Mookevart) / Kelurahan
Kalideres
2. Sebelah Timur : Kelurahan Duri Kosambi
3. Sebelah Selatan : Kelurahan Cipondoh Makmur dan Kelurahan
Ketapang Tangerang
4. Sebelah Barat : Kelurahan Poris Gaga Kecamatan Batu Ceper
Tangerang
4.1.2 Gambaran Umum Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2009
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Perdagangan, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan merupakan unit kerja Dinas pada Kota Administrasi.Suku Dinas
Kota Administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara
teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas, serta secara operasional berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada walikota.
51
4.1.2.1 Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
Suku Dinas Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan, pembinaan, perlindungan, dan pengembangan koperasi, UMKM,
dan perdagangan serta perpasaran di Kota Administrasi. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi mempunyai fungsi :
1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA),
2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas,
3. Pelaksanaan pelayanan bimbingan teknis, konsultasi, fasilitasi,
monitoring, dan evaluasi usaha koperasi, UMKM, dan usaha
perdagangan,
4. Pelaksanaan upaya perlindungan terhadap usaha koperasi, usaha mikro,
usaha kecil, dan usaha menengah,
5. Pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha koperasi, usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah dan usaha perdagangan,
6. Pelayanan, pengendalian, dan evaluasi perizinan/ standarisasi/
rekomendasi/ labelisasi/ dokumen hukum terhadap koperasi, usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha perdagangan,
7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana, pembinaan, perlindungan, dan pengembangan
usaha koperasi, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha
perdagangan,
52
8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian usaha koperasi, usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha perdagangan serta
perpasaran swasta,
9. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi koperasi, usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah, dan usaha perdangan serta perpasaran
swasta,
10. Penghimpunan, pengolahan,pemeliharaan penyajian, pengembangan,
dan pemanfaatan data dan informasi pengkoperasian, usaha mikro,
usaha kecil, dan usaha menengah,dan usaha perdagangan, serta
perpasaran,
11. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas,
12. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas,
13. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan Suku Dinas,
14. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengkoperasian, usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha perdagangan dan usaha
perpasaran yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas
15. Penyiapan bahan laporan Dinas dan Kota Administrasi yang terkait
dengan tugas dan fungsi Suku Dinas, dan
16. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas.
53
Adapun Struktur organisasi di Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah sebagai berikut :
1. Kepala Suku Dinas,
2. Kepala Subbagian Tata Usaha,
3. Kepala Seksi Koperasi,
4. Kepala Seksi UMKM,
5. Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri,
6. Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri,
7. Subkelompok Jabatan Fungsional.
54
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat
(Sumber : Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat, 2015)
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Data yang disajikan di dalam deskripsi data telah melalui proses
reduksi. Deskripsi dalam penelitian kulitatif ini merupakan data mentah yang
diolah melalui teknik analisis data yang relevan.Penelitian kualitatif deskriptif
ini menggunakan Teori Pemberdayaan yang dikemukakan oleh Suharto.
Kepala Suku Dinas Koperasi, UMKM, dang Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat
Kepala Seksi Koperasi
Kepala Seksi UMKM
Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri
Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri
Subbagian Tata Usaha
Subkelompok Jabatan Fungsional
55
Berdasarkan teknik analisis data kualitatif dengan konsep yang
diberikan oleh Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis selama
proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan melalui: wawancara, dokumentasi maupun observasi dilakukan
reduksi untuk mencari tema dan polanya dan diberikan kode-kode pada aspek
tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkitan dengan
pembahasan masalah penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam
penyusunan jawaban penelitian, peneliti memberikan kode pada beberapa
aspek, yaitu :
1. Kode A sampai E menandakan indikator pertanyaan
2. Kode Q1,2,3 menandakan daftar pertanyaan
3. Kode I1-I4 menandakan daftar urutan informan
4.2.2 Deskripsi Informan Pelenitian
Informan dalam penelitian ini merupakan seluruh stakeholders yang
terkait dengan Pemberdayaan UMKM Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
56
Tabel 4.3
Daftar Informan Penelitian
Sumber : Peneliti, 2015
4.3 Penyajian Data
Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan Teori Pemberdayaan,
dimana dalam pemberdayaan ini, peran pemerintah sebagai salah satu agen
pemberdayaan sangat diperlukan dalam melakukan proses – proses
pemberdayaan, hal tersebut yang menjadi bahan peneliti di lapangan dalam
melakukan penelitian yang berjudul Pemberdayaan UMKM Oleh Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
4.3.1 Pemungkinan
Pemungkinan yaitu menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Dalam
strategi pemberdayaan, pemungkinan menjadi elemen utama yang sangat
No. Kode Nama Informan Status Informan
1 I1.1 Bapak Prasetyo
Produsen Tempe dan Tahu Primkopti
Swakerta Semanan, Kalideres,
Jakarta Bara
2 I1.2 Ibu Narti
3 I1.3 Bapak Suhari
4 I1.4 Bapak Imam Khairudin
5 I1.5
Bapak Agung
Faturahman
6 I1.6 Bapak Wahidin
7 I2 Bapak Handoko Sekretaris PRIMKOPTI Swakerta
8 I3.1 Bapak Muchtar Kepala Bagian Koperasi dan UMKM
9 I3.2 Bapak Dirman
Kepala Bagian Perdagangan Dalam
Negeri
57
penting agar potensi – potensi masyarakat dapat dikembangkan dengan
optimal, maka suasana atau iklim harus dibangun oleh penggerak dari adanya
perubahan, dalam hal ini adalah Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Pada Tahap ini, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat sangat berperan penting untuk menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi UMKM Tempe dan Tahu
berkembang dengan optimal melalui program – program yang dibuat sesuai
dengan Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat, yaitu seperti yang disampaikan
oleh Bapak Muchtar (I3.1) sebagai Kepala Bagian Koperasi dan UMKM Kota
Administrasi Jakarta Barat,
“Proses pemungkinan yang membuat UMKM tempe dan tahu ini
berkembang, kita membuat program – program pelaku UMKM yaitu
Produsen tempe dan tahu, termasuk Koperasi dan anggota –
anggotanya. Program yang biasa dilakukan yaitu kegiatan bazar,
dimana kegiatan bazar ini produsen tempe dan tahu semakin kreatif
dalam memasarkan produk mereka, kalau mau laku di bazar ini tentu
mereka harus memiliki kemasan yang baik, label merk, atau
dikreasikan menjadi makanan yang bukan sekedar tempe atau tahu,
misalnya keripik temped an sebagainya.” (Sumber : Wawancara
dengan Bapak Muchtar, 2015 di Kantor Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat)
Pernyataan Bapak Muchtar (I3.1) diperkuat dengan pernyataan Bapak
Handoko (I2) yaitu,
“Kita pernah mengikuti acara bazar yang diselenggarakan oleh Sudin,
saya kebetulan juga punya produk olahan dari tempe, dibuat keripik
tempe, ada kemasan dan label merk, sehingga bisa laku di pasar, kan
kita juga dituntut untuk berinovasi, tapi rata – rata produsen disini
58
hanya membuat tempe yang dibungkus daun atau plastik, kalau untuk
pembuatan keripik ada sendiri lagi, biasanya mereka hanya jadi
penyuplay tempe” (Sumber : Wawancara dengan Bapak Handoko,
2015 di PRIMKOPTI Swakerta, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Muchtar (I3.1) dan
Bapak Handoko (I2) bahwa pada tahap pemungkinan, Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat telah membuat
dan melaksanakan program yang memungkinkan usaha berkembang, yaitu
adalah bazar. Namun saat peneliti menanyakan kepada salah satu produsen
tempe yaitu Ibu Narti (I1.2) sebagai objek dari adanya pelaksanaan bazar ini
apakah ikut berperan aktif untuk melakukan proses pemungkinan dalam
pengembangan usaha yang diadakan oleh Sudin KUMKMP Kota
Administrasi Jakarta Barat, mengemukakan pendapat yang berbeda yaitu,
“Saya pernah tau ada bazar, tapi ya saya gak ikut, biasanya cuma
anggota yang aktif aja di koperasi, lagian kalo saya cuma bikin tempe
aja udah, yang penting bisa dijual ke langganan” (Sumber:
Wawancara dengan Ibu Narti, 2015 di Komplek Kopti RT. 005)
Pernyataan Ibu Narti (I1.2) kemudian diperkuat dengan pernyataan Bapak
Agung Faturahman (I1.5), beliau mengatakan bahwa,
“Bazar mungkin hanya orang tertentu ya, kalau saya gak tau dan tidak
ikut acara – acara kayak gitu.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Agung Faturahman, 2015 di Komplek Kopti No. 34, RT/RW : 003/011,
Semanan, Kalideres )
Terkait pernyataan Ibu Narti (I1.2) dan Bapak Agung Faturahman (I1.5),
diperkuat dengan pernyataan Bapak Suhari (I1.3) yaitu,
“Setau saya yang pernah menjadi pengurus koperasi, memang sering
yah ada bazar, acara promosi, dan lain – lain, dulu banyak yang minat,
bahkan tanpa diajak – ajak mereka mau, tapi sekarang sudah
59
berkurang, jadi ya kalau ada bazar atau apa rata – rata males ikut”
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Suhari, 2015 di Komplek Kopti
No. 11, RT/ RW: 009/011, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Berdasarkan wawancara tersebut, kemudian peneliti menanyakan
tentang hambatan Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan dalam
melaksanakan program pemungkinan dalam pengembangan usaha mikro,
kecil, dan menengah yaitu pada acara bazar tersebut kepada Bapak Muchtar
(I3.1), Beliau mengatakan bahwa,
“..tentang pelaksanaanya itu kita mudah yah karena sudah sejak lama
dilakukan, kendalanya ya itu cuma dari peserta, karena di dalam bazar
ini kan menuntut bagaimana mereka berinovasi agar saat dipamerkan
dalam bazar, produk mereka ini laku, atau bukan sekedar laku, tapi
ada peluang – peluang yang akan mereka dapatkan setelah itu,
misalnya menambah mitra usaha dengan perusahaan swasta dan
sebagainya.”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Muchtar, 2015 di
Kantor Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat)
Terkait dengan pernyataan hasil wawancara peneliti dengan
narasumber, dapat disimpulkan bahwa pada tahap pemungkinan, Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan telah melaksanakan program bazar yang
dapat membantu produsen tempe dan tahu berkembang yaitu dengan
menampilkan produk olahan yang sudah dibuat dengan label merk serta
dalam kemasan yang menarik sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi,
namun produsen yang menjadi objek dari adanya kegiatan bazar yang
bertujuan untuk mengembangkan usaha mereka justru tidak berperan aktif
dalam kegiatan tersebut.
60
Selain pengadaan program promosi seperti bazar yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan memberikan kemudahan akses usaha produsen tempe dan tahu
juga diperlukan untuk perkembangan usahanya, yaitu seperti yang dikatakan
oleh Bapak Muchtar (I3.1)
“saat sekarang ini tidak sulit untuk mendirikan usaha ya khususnya
untuk produsen tempe dan tahu, rata – rata mereka yang tinggal di
komplek itu tertarik untuk usaha kan, mereka datang untuk meminta
izin usaha, mengelola bahan baku kedelai menjadi tempe atau tahu,
maka kita mengeluarkan perizinan usaha, sekarang ini mengurus Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) ditangani di Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) dan itu gratis tanpa dipungut biaya apapun, usaha jual
kedelai import pun sekarang mudah, sudah pasar bebas sekarang,
kalau mereka punya modal mereka bisa mengembangkan usahanya
dengan menjual kedelai impor, tidak lagi sulit atau melewati prosedur
yang rumit.”(Sumber : Wawancara dengan Bapak Muchtar, 2015 di
Kantor Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat)
Pernyataan Bapak Muchtar (I3.1) tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak
Wahidin (I1.6) yaitu,
“izin usaha sekarang lebih mudah, kalau kita dari dulu memang udah
punya dan dikasih, tapi kemarin juga ada temen urus izin usaha itu
mudah, gak dipersulit lagi terus gratis.” (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Wahidin, 2015, di Kampung Gaga RT 001/03 Semanan,
Kalideres Jakarta Barat)
Sependapat dengan Bapak Wahidin (I1.6), Bapak Imam Khairudin (I1.4)
menyatakan bahwa,
“kalau izin usaha sekarang gampang ke walikota aja urus di PTSP
sekarang, kalau dulu langsung ke SUDIN KUMKMP, gratis.” (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Imam Khairudin, 2015 di Komplek KOPTI
No.18, RT/RW :001/011 Semanan, Kalideres, Jakarta Barat )
61
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara tersebut, terkait kemudahan akses
usaha dapat disimpulkan bahwa untuk mendirikan usaha, dan mengurus Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) tidak dipersulit dan gratis.
4.3.2 Penguatan
Tahap kedua dari strategi pemberdayaan yaitu Penguatan.Penguatan
yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.
Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat sebagai pembina dari adanya koperasi dan segala kegiatan
usaha di wilayah Jakarta Barat memiliki peranan penting dalam memberikan
sarana dan prasarana kepada koperasi maupun produsen untuk masalah
permodalan dalam pengembangan usaha, berikut pernyataan Bapak Muchtar
(I3.1),
“Sarana untuk masalah permodalan koperasi maupun produsen, kami
sebagai pembina memfasilitasi untuk bekerjasama dengan lembaga
keuangan atau perbankan, kalau di Jakarta biasanya Bank DKI ya
yang bekerjasama dengan pemerintah secara langsung, ada juga LPDB
(Lembaga Pengelola Dana Bergulir), LPDB ini dari Kementerian
Koperasi dan UKM RI. Nah, untuk PRIMKOPTI Swakerta ini mereka
sudah mendapatkan akses kesana, dapat dari LPDB, untuk kreditnya
lancar, tapi kita sering juga dikirimi surat kalau mereka telat untuk
bayar kredit, biasanya suka dianggap dana hibah kalau ada bantuan
dari Negara atau lembaga keuangan lain, tapi untuk kredit LPDB,
sejauh ini masih dikatakan sehat.” (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Muchtar, 2015 di Suku Dinas, Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat)
Permasalahan Permodalan juga disampaikan oleh Bapak Handoko (I2), yaitu
62
“LPDB itu kami dapat dari Kementerian Koperasi dan UKM RI
melalui Sudin KUMKMP Jakarta Barat, karena Sudin sebagai pembina
memberikan akses untuk mendapatkan modal itu dan sudah lama ya
kita dapat modal itu, kemudian digunakan untuk kegiatan usaha
koperasi.”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Handoko, 2015 di
PRIMKOPTI Swakerta Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Namun, ketika peneliti menanyakan kepada produsen tempe dan tahu tentang
masalah modal, apakah modal sendiri atau dapat dari bank, koperasi atau
lembaga keuangan lain? Ibu Narti (I1.2) memberikan komentar masalah
permodalan yaitu,
“Kalau masalah modal buat bikin usaha ini modal sendiri, gak ada
dari pemerintah, bank, atau koperasi, saya tidak tau kalau masalah
itu.Kalau saya ya modal sendiri.” (Sumber: Wawancara dengan Ibu
Narti,2015 di Komplek Kopti RT 005, Semanan, Kalideres, Jakarta
Barat)
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Wahidin (I1.6), yaitu,
“Modal sendiri, semuanya sendiri.Kalau yang dapet modal itu
biasanya punya aksesnya sendiri, kan koperasi udah gak ada simpan
pinjam.” (Sumber : Wawancara dengan Bapak Wahidin, 2015 di
Kampung Gaga,RT/RW: 001/03, Semanan, Kalideres)
Begitupun dengan pernyataan Bapak Suhari (I1.3) selaku produsen tempe dan
mantan pengurus PRIMKOPTI Swakerta yang mendukung pernyataan Ibu
Narti (I1.2) dan Bapak Wahidin (I1.6) yaitu,
“Rata – rata produsen disini punya modal sendiri, kalaupun ada yang
dapat modal dari bank itu karena inisiatif sendiri, nah LPDB itu
didapatkan sudah lama dari Kementerian Koperasi dan UKM melalui
rekomendasi Sudin KUMKMP Jakarta Barat selaku pembina, LPDB ini
digunakan untuk usaha – usaha koperasi, misalnya dulu itu kita kan
belum punya tanah, tanah ini belum jadi hak milik, komplek ini masih
punya pemerintah dulu, tapi sekarang kita udah punya sertifikat hak
milik ini masing – masing, terus ada juga kontrakan itu dipake buat
dapur umum, kalau orang yang baru usaha, masih kecil – kecilan dan
belum punya dapur sendiri , itu ada sewanya. Terus kios juga buat
dagang itu disewain sebagai bentuk usaha koperasi, dan bentuk lainnya
kan ada usaha jual kedelai dari koperasi dan simpan pinjam, tapi untuk
63
simpan pinjam semenjak tahun kemarin sudah gak berjalan.”(Sumber:
Bapak Suhari, 2015 di Komplek Kopti No. 11, RT/RW: 009/011,
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Selain masalah permodalan untuk penguatan usaha dalam memecahkan
masalah dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhannya, tentu dibutuhkan juga
pemecahan masalah dalam hal pengetahuan terutama dalam masalah
perdagangan yaitu strategi pemasaran produk, Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai pembina
mempunyai peran penting dalam pengembangan pengetahuan produsen
tempe dan tahu agar dapat bersaing dan memiliki pasar yang lebih luas,
seperti wawancara peneliti dengan Bapak Muchtar (I3.1) yaitu,
“Masalah pembinaan dan pengembangan dalam hal produk, maupun
pemasarannya ini Sudin melaksanakan program pelatihan melalui
diklat yang lebih teknis yah, membekali dengan ilmu misalnya untuk
koperasi itu bagaimana sih meningkatkan keanggotaan dan keaktifan
anggota di koperasi, bagaimana mengelola koperasi yang baik, mulai
dari manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusianya,
menciptakan iklim usaha yang kondusif, dan untuk UMKM nya itu juga
ada diklatnya tentang bagaimana mengelola keuangan usaha,
pemasaran yang baik dengan kemasan yang baik, dan pengembangan
usaha yang tidak sekedar menjual tempe dan tahu yang bentuknya
hanya itu, misalnya kan bisa dibuat keripik tempe, kembang tahu dan
sebagainya, maka kemasannya pun harus baik. Nah kira – kira melalui
diklat itu, kami memberikan pengetahuan, kalau masalah takaran –
takaran kedelai , berapa kilogram bisa jadi tempe berapa itu saya rasa
mereka sudah lebih jago yah, paling itu aja kalau masalah diklat atau
pembinaannya, karena dunia usaha ini kan terus berkembang dan
menuntut yang lebih baik, kalau masalah market atau pasar mereka ini
sudah dikatakan mandiri, rata – rata sudah punya langganan dan
pasar sendiri.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Muchtar , 2015 di
Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat)
64
Pernyataan Bapak Muchtar pun diperkuat dengan pernyataan Bapak Handoko
(I2) yaitu,
“Pembinaan itu masih dilakukan sampai saat ini, komunikasi antara
koperasi dan sudin terus berjalan untuk persoalan – persoalan
keuangan, perdagangan, pengembangan usaha juga, diklat, dan bazar.
Dari acara – acara itu kita bisa dapat pengetahuan dari Sudin
UMKMP sebagai pembina kita mengelola usaha ini, lebih ke urusan
pengelolaan usaha, kalau masalah pasar, udah punya langganan, dan
kadang tanpa ditawarin, orang yang mau jual tempe atau tahu pasti
dateng kesini karena udah tau komplek ini pusatnya tempe dan tahu”
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Handoko, 2015 di PRIMKOPTI
Swakerta, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Agung Faturahman (I1.5)
yaitu,
“ya, kalau diklat itu suka ada dari dulu, tapi sekarang jarang banyak
yang ikut, soalnya pagi kita dagang, siangnya sampe sore bikin tempe,
sibuk jadinya. Kalau saya cuma tau bikin tempe aja untuk penjualan
bapak saya sudah punya langganan dari dulu ke warteg sama pasar,
ada juga kios makanan kayak tempe mendoan itu kita khusus bikin
tempenya.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Agung Faturahman,
2015 di Komp. KOPTI No. 34, RT/RW: 003/011 Semanan, Kalideres,
Jakarta Barat)
Hal senada pun disampaikan oleh dan Bapak Suhari (I1.3) yaitu,
“Diklat ada sampai sekarang, kita juga masih suka ikut, yang sekarang
ini diklatnya lebih kepada penggunaan alat modern buat bikin tempe
dan tahu, misalnya yang dulu perebusannya pakai kayu diganti gas,
tapi disini rata – rata masih pake kayu, terus pakai alat buat kelupasin
kulit kacang juga sekarang lebih gampang dan itu ada pemberitahuan
dari Sudin UMKMP, supaya hemat, cepat, dan tetap berkualitas.
Menurut saya, diklat itu penting yah biar usaha kita juga makin maju,
tapi orang disini susah diajak majunya, kadang yang diajak banyak,
yang ikut mah ya anggota koperasi aja, jadi ya gitu masih ada yang
pake kayu buat rebus kacang, dan kalau pasar itu ya udah tetap sih kita
punya pasar sendiri, saya juga sampai ke tegal alur sampai ke daerah
kota juga nawarin tempe, jadi itu urusan usaha sendiri, kalau Sudin
lebih kepada pengembangan usaha dengan kemasan yang baik, tapi ya
saya rasa kita ini tempe dibungkus daun atau plastik juga
65
laku.”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Suheri, 2015 di Komplek
KOPTI No. 11, RT/RW: 009/011, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
tahap penguatan, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat memberikan sarana dan akses kepada koperasi
untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya, namun masalah
permodalan dikelola oleh koperasi untuk menjalankan usahanya, sehingga
produsen tempe dan tahu ini justru menggunakan modal sendiri untuk
usahanya, selain menguatkan koperasi dan UMKM dengan mengatasi
permasalahan permodalan, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
juga memberikan pengetahuan dan pelatihan melalui diklat untuk
pengembangan dan pemasaran produk, tetapi produsen tempe dan tahu
kurang berminat terhadap penyelenggaraan program tersebut.
4.3.3 Perlindungan
Tahap ketiga dari adanya pemberdayaan yaitu perlindungan, dimana
pemberdayaan harus diarahkan kepada penghapusan segala diskriminasi yang
tidak menguntungkan rakyat kecil.Pada tahap perlindungan ini, Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
memiliki peranan penting dalam memberikan perlindungan sesuai dengan
salah satu tugas pokoknya yaitu melaksanakan perlindungan kepada koperasi
dan UMKM. Tahap ini menitik beratkan kepada peran SUDIN UMKMP
dalam memberikan akses keadilan, melindungi pengusaha kedelai selain
66
koperasi pada permasalahan impor, dan mengatasi harga kedelai yang
fluktuatif, adapun wawancaranya yaitu sebagai berikut,
“Akses keadilan dalam upaya perlindungan kepada pengusaha kecil,
menengah, dan besar ya agar bersaing salah satunya dengan
pemberian modal kepada pengusaha kecil, mengikutsertakan mereka
sebagai anggota koperasi dulu yah, karena setiap produsen ini kan
seharusnya masuk dalam keanggotaan koperasi, supaya kita juga
mudah mendatanya dan kemudian selanjutnya dibina untuk menjadi
produsen yang besar, ada akses penambahan modal, dan sebagainya.
Sebenarnya itu kan permasalahan kita ini adalah keikutsertaan mereka
menjadi anggota koperasi ini justru menurun, kita ini kan
berkoordinasinya dengan koperasi sebagai organisasi dari produsen
tempe dan tahu itu kan, dan supaya mereka menjadi produsen yang
besar, mereka masuk sebagai anggota koperasi, dan tugas kita
membina koperasi serta anggota – anggotanya itu. Permasalahan –
permasalahan produsen kan bisa ditampung di koperasi, kemudian
koperasi berkomunikasi langsung dengan kita untuk mencari
solusinya.”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Muchtar, 2015 di
Kantor SUDIN UMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat)
Selain Akses keadilan kepada pengusaha kecil, menengah dan besar,
Suku Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta
Barat juga mempunyai tugas untuk melindungi pengusaha kedelai swasta dan
koperasi dalam penyediaan bahan baku kedelai serta memonitoring dan
mengevaluasi kegiatan perdagangan dalam negeri antara lain ketersediaan,
distribusi, mutu, harga dan persediaan barang, seperti hasil wawancara
peneliti dengan kepala bagian perdagangan dalam negeri yaitu,
“Permasalahan perlindungan terhadap pengusaha kedelai selain
koperasi dalam penyediaan bahan kedelai yang sekarang ini kan di
dunia perdagangan menganut pasar bebas, kita memberikan izin
kepada perorangan untuk menjadi importir termasuk kedelai, tapi
itupun dikendalikan dengan izin usaha, dan ini juga berhubungan
dengan harga kedelai yang fluktuatif akibat import, tugas kita ini setiap
hari mengecek harga bahan pokok seperti beras, gula, dan kedelai
termasuk kedalamnya, mau kedelai lokal atau import kita cek
harganya. Kemudian dijadikan laporan ke Dinas KUMKMP DKI
67
Jakarta lalu sampai kepada Gubernur. Nah laporan ini sebagai kontrol
dari pemerintah untuk mengetahui harga bahan pokok di pasaran,
kalau misalnya harga kedelai naik, seperti yang pernah terjadi ya
sampai menembus harga 12.000 per kilogram, kita laporan supaya
Bulog mengeluarkan kedelai dengan harga yang murah, nah ini kan
secara otomatis menekan harga kedelai di pasaran.”(Sumber:
Wawancara dengan Bapak Dirman, 2015 di SUDIN KUMKMP Kota
Administrasi Jakarta Barat)
Pernyataan Bapak Dirman (I3.2) kemudian diperkuat dengan Bapak Suhari
(I1.3) sebagai Produsen Tempe dan mantan pengurus Primkopti Swakerta
yaitu,
“Kalau harga kedelai naik, biasanya ada subsidi dari pemerintah
melalui koperasi, harga kedelai lebih murah di koperasi, produsen juga
beli di koperasi, dan pengusaha kedelai lain biasanya ketika harga naik
berhenti dagang kedelai, karena tidak bisa menyeimbangkan harga
dari pemerintah, malah kadang kita jadi minjem modal sama mereka
itu untuk beli kedelai di koperasi. Jadi fungsi mereka selain jadi
pengusaha kedelai juga bisa dipinjamin uangnya. Kalau harga kedelai
lagi stabil begini, rata – rata kita ini tetap beli di pengusaha kedelai
bukan di koperasi, alasannya ya itu bisa ngambil dulu, padahal harga
kedelai koperasi dan pengusaha itu sama, kualitas juga sama kan
import juga, tapi kelebihannya kita bisa ambil dulu. Nah kalau ada
subsidi dari pemerintah barulah kita beli di koperasi, jadi saya rasa
kalau sekarang koperasi ini perannya berkurang sebagai penyuplay
kedelai yah karena pengusaha sekarang maunya dimodalin dulu,
kadang juga kan harga di koperasi ini tinggi misalnya harga kedelai
sepuluh ribu per kilogram, harga di koperasi sebelas ribu per kilogram,
soalnya seribu ini kan untuk misalnya iuran anggota atau lainnya, tapi
buat produsen ya seribu itu lumayan buat beli ragi atau biaya produksi
lain kan, jadi menurut saya, sekarang ini koperasi perannya menurun,
tapi secara produsennya kita ini lebih mandiri, jadi kesannya kita tidak
lagi butuh koperasi, padahal koperasi ini dulu yang membuat kita bisa
punya komplek kopti ini, tapi sekarang justru koperasi seakan – akan
usahanya menurun”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Suhari, 2015
di Komp. KOPTI No. 11, RT/RW: 009/011, Semanan, Kalideres,
Jakarta Barat)
68
Pernyataan Bapak Suhari (I3.1) kemudian diperkuat oleh pernyataan
produsen tempe dan tahu yaitu Bapak Imam Khairudin (I1.4), ketika peneliti
menanyakan dimana produsen membeli kedelai untuk memproduksi tempe
dan tahu, mereka mengatakan bahwa,
“Kalau usaha sendiri kita beli kedelai di swasta, tapi saya juga kerja di
dapur umum itu kita beli di koperasi, tergantung juga soalnya harga
juga sama aja, kalau di swasta kita biasa ambil dulu kan udah kenal,
kalau di koperasi harus cash” (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Imam Khairudin, 2015 di Komplek KOPTI No.18 RT/RW: 001/011,
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Agung Faturahman (I1.5) yaitu,
“Saya beli kedelai ga di koperasi, kalau ada subsidi baru di koperasi.”
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Agung Faturahman, 2015 di
Komplek KOPTI No.34, RT/RW: 003/011 Semanan, Kalideres, Jakarta
Barat)
Pernyataan Bapak Agung Faturahman (I1.5) didukung oleh pernyataan Bapak
Prasetyo (I1.1) yaitu,
“Nah, itu yang dikatakan Bapak saya, sekarang mah beli di swasta
soalnya bisa ngutang dulu, tapi koperasi juga masih jual, harga
sekarang sama kok, cuma yang ngebedain itu aja, bisa ambil
dulu.”(Sumber: Wawancara dengan Bapak Prasetyo, 2015 di Komplek
KOPTI No.11, RT/RW: 009/011, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Pernyataan tersebut pun diperkuat dengan pernyataan Bapak Handoko (I2)
yaitu,
“Ya, kita masih jual kedelai tapi ada juga produsen beli di pedagang
swasta, anggota juga masih banyak yang beli di koperasi, sekarang
bebas bisa beli di pedagang lain, bisa beli di koperasi, karena saat ini
koperasi bukan satu – satunya penyedia bahan baku kedelai, tapi tetap
koperasi sedia kedelai buat produksi.” (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Handoko, 2015 di PRIMKOPTI Swakerta Semanan, Kalideres,
Jakarta Barat)
69
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
narasumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam masalah perlindungan
Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan telah bekerjasama dengan
PRIMKOPTI Swakerta yaitu sebagai organisasi dari produsen tempe dan tahu
di Semanan untuk memberikan perlindungan berupa penyaluran modal dan
pengendalian harga kedelai jika dalam suatu keadaan tertentu kedelai di pasar
mengalami kenaikan, yaitu dengan cara memberikan subsidi kedelai melalui
PRIMKOPTI Swakerta kemudian dijual dengan harga terjangkau dibawah
harga pasar.
4.3.4 Penyokongan
Tahap Pemberdayaan yang keempat adalah penyokongan yaitu
pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh
kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. Dalam
hal ini Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat sebagai agen pemberdayaan memiliki peran dalam
meningkatkan jumlah anggota dan kualitas koperasi serta UMKM, selain itu
membantu koperasi dan UMKM dalam melakukan perdagangan lokal
ataupun regional. Adapun wawancara peneliti untuk mengetahui bagaimana
Sudin KUMKMP dalam memberikan penyokongan kepada koperasi dan
UMKM produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat yaitu,
“..untuk meningkatkan jumlah anggota untuk koperasi, tentu kita
melakukan hubungan yang baik dengan koperasi, bagaimana kita
mengelola koperasi agar para produsen ini masuk dan ikut serta dalam
keanggotaan koperasi, membina koperasi dengan penyuluhan
70
bagaimana menjadikan koperasi yang unggul, agar produsen ini juga
mengetahui keunggulan menjadi anggota koperasi. Nah untuk
selanjutnya koperasi inilah yang menentukan pengelolaannya sendiri
sesuai dengan asas koperasi yang mandiri, dimana tidak ada yang bisa
mencampuri urusan rumah tangganya, hasil musyawarah ditentukan
dari rapat anggota. Kita cuma memberikan arahan bagaimana
seharusnya koperasi ini menjalankan fungsinya sebagai organisasi
produsen untuk kepentingan rumah tangganya, tidak menyulitkan
anggotanya, kalau ada simpan pinjam ini misalnya kita kasih arahan
koperasi yang sehat kemudian tidak menyulitkan anggotanya untuk
persoalan bunga, tapi untuk angka bunga yang diberikan ya itu kembali
lagi kepada keputusan rapat anggota, tidak lagi kita mencampuri
sampai persoalan itu.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Muchtar,
2015 di Sudin KUMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Handoko (I2) yaitu,
“Sudin KUMKMP selaku pembina kita berhubungan secara baik,
secara rutin mereka melakukan pengontrolan perdagangan kita, ada
juga kita sampai ke luar kota untuk penyuluhan dan studi banding,
tujuannya agar kita semakin berkembang, keanggotaan kita bisa lagi
ditingkatkan dan pengelolaan koperasi ini berjalan dengan baik sesuai
dengan asas kekeluargaan koperasi dan sebagainya.”(Sumber:
Wawancara dengan Bapak Handoko, 2015 di PRIMKOPTI Swakerta
Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Selain peningkatan terhadap kualitas koperasi, penyokongan juga
dilakukan dengan membantu koperasi dan produsen tempe dan tahu dalam
melakukan perdagangan kepada pasar lokal maupun regional, yaitu seperti
yang dikatakan oleh Bapak Muchtar (I3.1) sebagai berikut,
“Dan untuk persoalan bagaimana kita ini membantu mereka dalam
perdagangan lokal dan regional itu kita mengadakan bazar itu seperti
yang kita beritahukan sebagai salah satu alat untuk memasarkan
produk mereka, lalu ada juga studi banding ke luar kota, apalagi
KOPTI ini kan menjadi percontohan karena sudah memiliki komplek
sendiri, bus jurusan KOPTI – Pekalongan, serta dapur umum dan telah
memiliki IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) yang dibangun oleh
Dinas PU Tata Air DKI. Koperasi yang mempunyai akses kepada
LPDB itu berarti sudah baik, karena untuk mendapatkan LPDB ini
tidak mudah perlu juga di survey keuangan koperasi, kelembagaannya,
usahanya, modal yang mereka miliki, lalu cairlah dana tersebut
sebesar 500 juta rupiah yang dikelola dengan sistem syariah atau bagi
71
hasil, misalnya dulu itu sistemnya 75 koperasi dan 25 pemerintah, ada
unsur – unsur politis juga di dalamnya kemudian diubah 90 koperasi
dan 10 pemerintah, tapi yah justru ini sangat baik untuk
menumbuhkembangkan koperasi dan UMKM nya.” (Sumber :
Wawancara dengan Bapak Muchtar, 2015 di Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat)
Hasil wawancara peneliti dengan narasumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan selaku pembina
Koperasi dan UMKM melaksanakan program diklat dan studi banding untuk
pengembangan koperasi, program bazar untuk peningkatan kualitas produk
UMKM dan penyokongan terhadap perdagangan lokal dan regional, serta
pengontrolan harga dengan melakukan kegiatan operasi pasar yang dilakukan
setiap hari untuk mengetahui harga di pasar.
4.3.5 Pemeliharaan
Tahap akhir pemberdayaan yaitu tahap kelima adalah pemeliharaan
yaitu pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Dalam
hal ini membahas bagaimana Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat berperan dalam menjaga
keseimbangan pasar bagi produsen serta menciptakan situasi pemeliharaan
bagi koperasi maupun produsen untuk mengembangkan usahanya. Adapun
wawancara peneliti sebagai berikut,
“..untuk menjaga keseimbangan pasar ya kita melakukan survey setiap
hari ke pasar untuk mengetahui harga pasar dan dilaporkan setiap
harinya, untuk itu salah satunya menjaga keseimbangan pasar, harga
menentukan keseimbangan pasar, bahan baku tersedia, produksi
72
lancar, perdagangan baik, tidak mahal dan langka, jadi produsen tetap
bisa memproduksi, pedagang dapat berjualan, pembeli dapat membeli
produknya dengan harga yang terjangkau.” (Sumber: Wawancara
dengan Bapak Dirman, 2015 di Sudin KUMKMP Kota Administrasi
Jakarta Barat)
Adapun pernyataan Bapak Muchtar (I3.1) mengenai situasi pemeliharaan
koperasi dan UMKM yang dilakukan yaitu,
“menciptakan situasi pemeliharaan koperasi dan UMKM dalam
mengembangkan usahanya itu ya kita melaksanakan kegiatan upaya
pengembangan UMKM mulai dari kelembangaan, permodalan,
manajemen, usaha, teknik, dan pemasaran, lebih kepada pembinaan
saja, dengan kegiatan rutin, kalau di perdagangan di pantau setiap
hari, kalau koperasi ini sesuai dengan program dan terbilang rutin
untuk pertemuan dalam membahas masalah – masalah serta program –
program yang sudah disebutkan tadi.”(Sumber: Wawancara dengan
Bapak Muchtar, 2105 di Sudin KUMKMP Kota Administrasi Jakarta
Barat)
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Handoko (I1.2) yaitu,
“sering ya kita pertemuan dengan Sudin, Kadin, karena kita dibina
untuk pengembangan usaha, penggunaan teknologi, kemitraan usaha,
sebulan 2 atau 1 kali , kadang sering juga tergantung program –
program yang dibuat.” (Sumber: Wawancara dengan Bapak Handoko,
2015 di PRIMKOPTI Swakerta Semanan, Kalideres, Jakarta Barat)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terkait
proses pemeliharaan dalam melakukan pemberdayaan yaitu Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
melakukan program rutin untuk pembahasan mengenai pengembangan
koperasi dan UMKM, serta menciptakan situasi atau iklim yang kondusif bagi
masyarakat dengan pemantauan harga pasar yang dilakukan setiap hari.
73
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pemungkinan
Pemungkinan merupakan suatu tahapan dari adanya pemberdayaan,
dimana pada tahap pemungkinan ini agen pemberdayaan yaitu pemerintah,
organisasi, dan masyarakat itu sendiri menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal, serta mampu
membebaskan masyarakat dari sekarat – sekarat struktural dan kultural.
Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, pemungkinan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai pembina koperasi
dan UMKM di wilayah Jakarta Barat, sesuai dengan Tugas pokok dan Fungsi
yang diatur dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2009
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Perdagangan telah membuat program – program yang
kemudian dilaksanakan dalam rangka mengembangkan potensi masyarakat.
Program – program yang mendukung kemudahan akses terhadap
pengembangan usaha UMKM (produsen tempe dan tahu) dan koperasi
sebagai penyedia bahan baku kedelai yaitu dengan cara melakukan bazar.
Bazar ini memberikan peluang kepada produsen tempe dan tahu untuk
mengembangkan usahanya, karena melalui program ini produsen dituntut
untuk berinovasi, yaitu menjual produk olahan mereka dengan sangat kreatif,
74
misalnya menjual kripik tempe dengan label merk. Maka dengan itu, koperasi
yaitu Primkopti Swakerta sebagai organisasi dari produsen tempe dan tahu di
Semanan, Kalideres mengarahkan para produsen untuk mengikuti acara bazar
untuk mempromosikan produknya serta sebagai ajang untuk mengembangkan
usaha serta kemitraan usaha mereka, namun terdapat kendala dalam
penyelenggaraan bazar ini, yaitu produsen tempe dan tahu yang kurang
berminat untuk ikut serta dalam penyelenggaraan bazar tersebut, sehingga
yang mengikuti program tersebut hanya terbatas pada anggota koperasi dan
pengurus koperasi, padahal mereka mengetahui program bazar tersebut.
Berkurangnya minat produsen tempe dan tahu dalam mengikuti
program bazar ini menyulitkan pengembangan usahanya, karena melalui
program bazar yang menuntut adanya inovasi dari produk olahan selain
tempe dan tahu yang dibungkus dengan daun atau plastik yang kemudian
pemasarannya pun terbatas hanya di pasar tradisional, Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan mengharapkan dalam program bazar ini ada
peluang – peluang yang akan mereka dapatkan setelah acara bazar itu
berlangsung, yaitu bertambahnya kemitraan usaha dengan perusahaan swasta
dan sebagainya, sehingga mereka tidak hanya memproduksi bahan mentah
menjadi barang setengah jadi, namun dapat dijadikan barang jadi yang
memiliki nilai lebih tinggi dan dapat masuk dalam pasar modern.
Selain adanya program bazar yang memungkinkan usaha mikro, kecil,
dan menengah ini berkembang, kemudahan lain yang ditawarkan oleh Suku
75
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat
yaitu kemudahan izin usaha, karena hal ini sangat mendasar dari adanya
kegiatan usaha yang dilakukan oleh produsen tempe dan tahu dalam
menjalankan kegiatan produksi, yaitu mengelola bahan baku kedelai menjadi
tempe dan tahu. Kemudahan izin usaha saat ini sangat mudah yang ditangani
di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Administrasi Jakarta Barat
tanpa dipungut biaya apapun.
Pada tahap pemungkinan, program yang dilaksanakan oleh Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat ini telah
terselenggara dengan baik, dengan harapan bahwa potensi produsen dapat
berkembang melalui program bazar yang secara tidak langsung dijadikan
ajang promosi dan ajang untuk memperluas mitra bagi produsen, namun
ajang yang diselenggarakan oleh SUDIN KUMKMP ini terkendala pada
kurangnya minat produsen tempe dan tahu untuk ikut serta dalam kegiatan
tersebut.
4.4.2 Penguatan
Tahap kedua dari Strategi Pemberdayaan menurut Suharto (2005) yaitu
tahap penguatan, dimana pada tahap penguatan ini, agen pemberdayaan
memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan – kebutuhannya, dan
menumbuhkembangkan kemampuan serta kepercayaan diri masyarakat untuk
menunjang kemandirian mereka.
76
Dalam penelitian ini, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai agen pemberdayaan produsen tempe
dan tahu di Semanan, Kalideres memiliki peranan penting dalam memberikan
sarana dan prasarana baik kepada koperasi maupun produsen tempe dan tahu
untuk masalah permodalan dalam pengembangan UMKM -nya, yaitu SUDIN
KUMKMP memfasilitasi untuk bekerjasama dengan lembaga keuangan atau
perbankan, misalnya dengan Bank DKI, serta LPDB (Lembaga pengelola
Dana Bergulir) yang diperoleh dari Kementerian Koperasi dan UKM
Republik Indonesia.
Primkopti Swakerta sebagai organisasi produsen tempe dan tahu di
Semanan, Kalideres telah mendapatkan permodalan dari LPDB yaitu sebesar
500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) yang dikelola dengan sistem bagi hasil
untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi. Meskipun telah mendapatkan
dana bergulir tersebut, produsen tempe dan tahu mengaku bahwa selama ini
mereka menjalankan usahanya dengan modal pribadi, dan untuk dana simpan
pinjam sudah tidak berjalan selama 1 tahun terakhir, berdasarkan dari hasil
wawancara peneliti dengan Alm. Bapak Suharto selaku ketua Primkopti
Swakerta periode 2010 – 2015, produsen tempe dan tahu kurang antusias
dengan program simpan pinjam, sehingga koperasi tidak lagi menjalankan
kegiatan simpan pinjam, koperasi hanya menjalankan kegiatan dagang
kedelai dan sewa kios.
77
Pada masalah permodalan ini, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat telah menjalankan tugasnya
sebagai pembina dan fasilitator yang menjembatani Primkopti Swakerta
sebagai organisasi produsen tempe dan tahu memperoleh akses terhadap
lembaga keuangan dan sudah berjalan sejak lama, sehingga dapat dikatakan
produsen tempe dan tahu ini sudah mandiri, dilihat secara individu yaitu
mereka yang menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usaha dan
dilihat secara organisasi produsen yaitu Primkopti Swakerta yang telah
mendapatkan akses modal dari Kementerian Koperasi dan UKM RI untuk
menjalankan kegiatan usaha koperasi.
Pada tahap penguatan, selain masalah akses permodalan yang menjadi
tugas SUDIN KUMKMP sebagai pembina, yaitu pada permasalahan
pembinaan startegi marketing produk tempe dan tahu, yaitu SUDIN
KUMKMP melaksanakan program pelatihan melalui diklat dengan
membekali ilmu kepada koperasi sebagai organisasi produsen tempe dan tahu
yang memiliki misi mensejahterakan anggota pengrajin tempe dan tahu pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
perekonomian nasional dan memperkokoh ketahanan pangan dengan
menyelenggarakan perekonomian rakyat atau kerakyatan, maka dengan itu
diperlukan pembinaan dala bentuk pengetahuan untuk meningkatkan
keanggotaan dan keaktifan anggota koperasi dalam kegiatan yang
memungkinkan perkembangan usaha, mengelola koperasi yang baik dengan
manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan yang baik.
78
Pembinaan dilakukan bukan hanya kepada koperasi sebagai organisasi
produsen, namun juga dilakukan kepada UMKM itu sendiri, diklat yang
dilakukan berupa pengetahuan penggunaan alat yang modern dalam
memproduksi tempe dan tahu yaitu yang dahulunya menggunakan kayu untuk
merebus kedelai, saat ini menggunakan gas, selain itu juga pengelupasan kulit
kedelai dengan menggunakan alat yang lebih mempercepat proses
pengelupasan kulit kedelai dibandingkan harus dicuci dan direbus berkali –
kali agar kulit terlepas dari kacang kedelai.
Pada tahap pembinaan ini dilakukan secara berkelanjutan dan rutin
agar pengetahuan produsen tempe dan tahu bertambah dalam melakukan
kegiatan produksi, namun untuk masalah pemasaran produk, produsen telah
memiliki langganan dan pasar sendiri, sehingga SUDIN KUMKMP
memberikan kebebasan dalam hal pemasaran produk, yang dilakukan oleh
SUDIN UMKMP terbatas pada pembinaan dalam hal pengetahuan strategi
marketing saja.
Pada strategi pemberdayaan yaitu tahap penguatan, Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat telah
memjalankan perannya sebagai pembina , yaitu dengan membuat program
diklat, diklat ini meliputi pembinaan kepada koperasi dan UMKM dengan
bentuk pembekalan pengetahuan untuk menumbuhkembangkan usaha,
menghemat biaya produksi, penggunaan alat atau teknologi yang lebih
modern, dan pembekalan pengetahuan tentang manajemen keuangan yang
79
baik, serta manajemen pemasaran yang baik yaitu dengan memperhatikan
kemasan yang baik dan cara melakukan pengembangan usaha dengan
berinovasi. Pembinaan ini dianggap sangat penting terutama pada penguatan
pengetahuan kepada koperasi dan UMKM itu sendiri, karena dalam dunia
usaha dituntut untuk terus berinovasi dan terus berkembang sehingga produk
– produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
4.4.3 Perlindungan
Tahap ketiga dari strategi pemberdayaan adalah
perlindungan.Perlindungan yang dimaksud adalah pemberdayaan harus
diarahkan kepada penghapusan segala bentuk diskriminasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
Pada tahap perlindungan, indikator yang sangat penting untuk
mengarahkan penghapusan segala bentuk diskriminasi yang memihak adalah
adanya pemberdayaan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
sebagai pembina memberikan akses – akses keadilan untuk produsen tempe
dan tahu dalam perkembangan usaha, serta melindungi pengusaha kedelai
milik swasta untuk memperoleh perlindungan sebagai pemasok kedelai
impor.
Pemberian akses – akses keadilan untuk produsen tempe dan tahu di
Semanan, yaitu dengan adanya Primkopti Swakerta sebagai wadah untuk
menciptakan situasi yang kondusif, keikutsertaan produsen tempe dan tahu
menjadi anggota koperasi sebenarnya membantu mereka dalam memperoleh
80
perlindungan, dimana Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
melaksanakan pembinaan kepada koperasi yang didalamnya disertakan juga
anggota – anggota koperasi. Primkopti Swakerta sebagai wadah produsen
tempe dan tahu di wilayah Semanan ini dapat menampung aspirasi – aspirasi
dalam perkembangan usaha, menjalankan kegiatan usaha bersama dan
melindungi produsen dari segala bentuk diskriminasi dalam era pasar global,
dimana koperasi bukan lagi satu – satunya penyedia bahan baku kedelai. Jika
terjadi kenaikan harga, pemerintah melalui koperasi menyalurkan kedelai
murah agar produsen tetap dapat melakukan kegiatan produksi.
Permasalahan yang paling mendasar dari adanya upaya perlindungan ini
adalah keikutsertaan produsen menjadi anggota, dimana berdasarkan data
yang diperoleh peneliti bahwa dari 1.417 jumlah pengrajin atau produsen
tempe dan tahu, yang telah menjadi anggota sebanyak 735 orang, sedangkan
sebanyak 682 orang masih berstatus calon anggota koperasi. Jika
keanggotaan koperasi dapat dimaksimalkan, tentu untuk mencapai
kesejahteraan produsen itu sendiri menjadi lebih mudah, karena peran Suku
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan dalam hal ini hanya
menggerakkan perlindungan dengan cara pemberian akses modal dan
pengendalian terhadap harga pasar serta pengontrolan terhadap jalannya
usaha melalui Primkopti Swakerta yang menaungi produsen tempe dan tahu
di wilayah Semanan.
81
Perlindungan terhadap produsen tempe dan tahu, pengusaha kedelai
swasta, dan koperasi dalam penyediaan, distribusi, mutu, dan harga kedelai
yang sebagian besar harus impor dari negara – negara besar tentu akan
mempengaruhi harga kedelai yang fluktuatif sehingga Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat melaksanakan
pengendalian yaitu dengan pembatasan pemberian izin usaha kepada
perorangan untuk menjadi importir kedelai, hal ini juga akan mempengaruhi
pengontrolan terhadap pengendalian harga, dimana harga kedelai yang
berlaku di pasaran adalah sama dengan harga kedelai yang dijual koperasi dan
tidak lebih rendah, sehingga produsen bebas memilih. Selain itu, jika harga
kedelai impor naik, peran Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
yaitu melakukan investigasi dan melaporkannya kepada Bulog agar
mengeluarkan kedelai murah yang mampu menekan harga kedelai di pasar.
Hal ini merupakan bentuk perlindungan kepada produsen, koperasi, serta
pengusaha kedelai swasta yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat.
4.4.4 Penyokongan
Penyokongan merupakan tahap keempat dari strategi pemberdayaan
menurut Suharto (2005) yaitu pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin
lemah dan terpinggirkan. Dalam penelitian ini, bentuk penyokongan yang
dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan adalah
82
peningkatan jumlah anggota koperasi dengan meningkatkan kualitas koperasi
dan UMKM itu sendiri dengan cara pembinaan kepada koperasi sebagai
organisasi produsen tempe dan tahu.
Pembinaan tersebut dilakukan dengan memberikan arahan tentang
manajemen koperasi yang baik, pengelolaan keuangan koperasi yang sehat
dan tetap mementingkan kepentingan anggotanya, pengarahan tentang bunga
yang diberikan jika ada simpan pinjam haruslah sesuai dengan kemampuan
produsen. Selain itu, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan secara
rutin melakukan komunikasi yang baik yaitu dengan diikutsertakannya
koperasi dalam penyuluhan dan studi banding agar koperasi semakin
berkembang.
Primkopti Swakerta yang merupakan tempat berkumpulnya produsen
tempe dan tahu di wilayah Semanan sudah menjadi percontohan yang baik,
karena sudah memiliki fasilitas yang baik, mulai dari pemukiman, bus jurusan
KOPTI – Pekalongan, serta dapur umum dan telah memiliki IPAL (Instalasi
Pembuangan Air Limbah) yang dibangun oleh Dinas PU Tata Air DKI.
Selain itu, koperasi telah memiliki akses kepada LPDB dan dikelola dengan
sistem bagi hasil, yaitu 75 koperasi dan 25 pemerintah, hal ini dapat
menumbuhkembangkan koperasi serta UMKM nya, namun harus dikelola
secara baik, sehingga peran SUDIN KUMKMP inilah diperlukan dalam
melakukan pembinaan baik kepada koperasi maupun UMKM itu sendiri.
83
Selain itu untuk menyokong produsen UMKM dalam melakukan
perdagangan secara lokal maupun regional, Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan membantunya dengan program bazar yang diharapkan
melalui bazar tersebut produsen tempe dan tahu dapat berkembang dan
mempunyai mitra yang lebih luas.
4.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan tahapan terakhir dari strategi pemberdayaan
menurut Suharto (2005) bahwa pemberdayaan harus mampu menjamin
keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha. Dalam penelitian ini, Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan sebagai pembina menjaga keseimbangan pasar bagi
produsen tempe dan tahu yaitu dengan cara melakukan survey ke pasar dan
dilakukan secara rutin, setiap hari. Hasil survey tersebut dilaporkan setiap
hari kepada Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta, dan
langsung dilaporkan kepada Gubernur, survey ini kemudian menjadi tugas
dasar bagian perdagangan dalam negeri yang fungsinya untuk menjaga
keseimbangan pasar, yaitu pada bahan pokok makanan dan yang lainnya
termasuk kedelai, sehingga diharapkan akan mengontrol harga dan
menciptakan keseimbangan harga pasar.
84
Selain itu, penciptaan situasi pemeliharaan bagi produsen tempe dan
tahu untuk pengembangan usaha, Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan melaksanakan kegiatan upaya pengembangan UMKM dalam
permasalahan yang paling pokok yaitu kelembagaan, permodalan, manajamen
usaha, teknik, dan pemasaran. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dan
berkelanjutan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan yang melaksanakan pembinaan, perlindungan, dan
pengembangan Koperasi, UMKM, dan Perdagangan.
85
Tabel 4.4
Matriks Hasil Penelitian
Teori Pemberdayaan Indikator Hasil dan Temuan
Penelitian
Pemungkinan :
Menciptakan suasana
atau iklim yang
memungkinkan potensi
masyarakat berkembang
secara optimal, serta
mampu membebaskan
masyarakat dari sekarat –
sekarat strukturan dan
kultural.
1. Program SUDIN
KUMKMP untuk
mendukung
kemudahan akses
terhadap
pengembangan usaha
UMKM
2. Hambatan dalam
melaksanakan
program dalam
pengembangan usaha
UMKM
3. Kemudahan izin
usaha kepada
produsen tempe dan
tahu di Semanan,
Kalideres, Jakarta
Barat
1. Program kemudahan
akses yang
diselenggarakan oleh
SUDIN KUMKMP
yaitu Bazar.
2. Hambatan dalam
pelaksanaan program
pengembangan usaha
UMKM adalah jumlah
peserta,
3. Kemudahan izin usaha
tidak dipersulit,
ditangani di Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
(PTSP) untuk mengurus
Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP)
secara gratis, tidak
dipungut biaya apapun.
Penguatan :
Memperkuat pengetahuan
dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat
dalam memecahkan
masalah dan memenuhi
kebutuhan –
kebutuhannya, dan
menumbuhkembangkan
kemampuan serta
kepercayaan diri
masyarakat untuk
menunjang kemandirian
mereka
1. Usaha yang
dilakukan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk mempberikan
sarana dan prasarana
kepada Koperasi dan
Produsen untuk
mendapatkan
pinjaman modal
dalam pengembangan
UMKM nya.
2. Pembinaan dan
pengembangan dalam
hal pemasaran produk
kepada produsen
tempe dan tahu
1. Sarana untuk
permodalan koperasi
dan produsen, SUDIN
sebagai pembina
memfasilitasi untuk
bekerjasama dengan
lembaga keuangan atau
perbankan,
2. Pembinaan dan
pengembangan dalam
hal pemasaran produk,
SUDIN KUMKMP
melaksanakan program
pelatihan melalui diklat.
86
Perlindungan :
Pemberdayaan harus
diarahkan kepada bentuk
penghapusan diskriminasi
yang tidak menuntungkan
rakyat kecil
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam menjamin akses
keadilan kepada
pengusaha kecil,
menengah, dan besar
agar dapat bersaing dan
berkembang
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk melindungi
produsen tempe dan
ahu, pengusaha swasta,
dan koperasi dalam
ketersediaan, distribusi,
mutu dan harga kedelai
yang fluktuatif
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam akses keadilan
dalam upaya
perlindungan kepada
pengusaha kecil,
menengah, dan besar
agar dapat bersaing dan
berkembang yaitu
pemberian modal
kepada pengusaha kecil,
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk melindungi
produsen tempe dan
tahu, pengusaha swasta,
dan koperasi terhadap
ketersediaan, distribusi,
mutu, dan harga kedelai
yang fluktuatif yaitu
pengendalian pemberian
izin usaha kepada
importir kedelai,
pengendalian harga
kedelai dengan cara
investigasi dan survey
ke pasar yang dilakukan
setiap hari
Penyokongan :
Pemberdayaan harus
mampu menyokong
masyarakat agar tidak
terjatuh kedalam keadaan
dan posisi yang semakin
lemah dan terpinggirkan.
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk meningkatkan
jumlah anggota dan
kualitas koperasi dan
UMKM produsen
tempe dan tahu
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam membantu
koperasi dan produsen
tempe dalam
melakukan
perdagangan kepada
pasar lokal maupun
regional
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk meningkatkan
jumlah anggota untuk
koperasi yaitu
melakukan hubungan
yang baik dengan
koperasi yaitu
mengelola koperasi agar
produsen ikut serta
dalam keanggotaan
koperasi, membina
koperasi yang unggul.
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam membantu
87
produsen pada
perdagangan lokal dan
regional yaitu melalui
program bazar dan studi
banding hingga ke luar
kota.
Pemeliharaan :
Pemberdayaan harus
mampu menjamin
keselarasan dan
keseimbangan yang
memungkinkan setiap
orang memperoleh
kesempatan berusaha.
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam menjaga
keseimbangan pasar
bagi produsen tempe
dan tahu
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk menciptakan
situasi pemeliharaan
bagi koperasi dan
produsen untuk
mengembangkan
usahanya
1. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
dalam menjaga
keseimbangan pasar
yaitu melalui survey
setiap hari ke pasar
untuk mengetahui harga
pasar.
2. Pemberdayaan oleh
SUDIN KUMKMP
untuk menciptakan
situasi pemeliharaan
melalui program
pembinaan dalam upaya
pengembangan UMKM.
88
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat dirasa kurang
optimal, terlihat dari temuan sebagai berikut :
1. PRIMKOPTI Swakerta sebagai wadah produsen tempe dan tahu hanya
menjalankan usaha dagang dan pembangunan fasilitas fisik, namun tidak
merangkul produsen tempe dan tahu untuk ikut serta dalam pelaksanaan
program pengembangan UMKM dan koperasi.
2. Pasifnya keikutsertaan produsen tempe dan tahu dalam pelaksanaan
program yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan
Perdagangan yang menyebabkan kurang optimalnya tujuan dari
penyelenggaraan program tersebut.
3. Pada tahap pemungkinan dan perlindungan terjadi hambatan pelaksanaan
program diakibatkan karena tidak terjalinnya kerjasama yang baik antara
agen pemberdayaan yaitu masyarakat dalam hal ini produsen, organisasi
masyarakat dalam hal ini PRIMKOPTI Swakerta, dan Pemerintah yaitu
SUDIN KUMKMP .
89
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan tersebut, peneliti
memberikan saran dalam penelitian yang berjudul Pemberdayaan UMKM
Oleh Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat, yaitu sebagai berikut :
1. Perlunya pembinaan dan pelatihan lebih mendalam tentang keanggotaan,
keunggulan, manajemen sumber daya manusia, dan komunikasi
berdasarkan asas kekeluargaan kepada koperasi oleh Suku Dinas Koperasi,
UMKM, dan Perdagangan, agar produsen tempe dan tahu terlibat dalam
pelaksanaan pembangunan Koperasi dan UMKM.
2. Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan sebagai pembina
Koperasi dan UMKM lebih melakukan komunikasi yang baik melalui
pendekatan kepada produsen, menyampaikan tentang manfaat mengikuti
program – program yang diselenggarakan oleh SUDIN KUMKMP kepada
produsen, agar produsen tertarik untuk turut serta dalam pelaksanaan
program tersebut.
3. Suku Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan dalam hal ini sebagai
pendukung dan pembina koperasi dan UMKM harus melakukan
komunikasi dan koordinasi yang baik antara koperasi maupun pelaku
UMKM itu sendiri agar pada pelaksanaan program tersebut dapat berjalan
sesuai dengan tujuannya yaitu memberdayakan pelaku UMKM agar dapat
berkembang dan bersaing dalam pasar global.
90
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, M. Oos. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:
Alfabeta
Denzin dan Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hikmat, H. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora
Utama Press.
Kartasasmita, G. 1996. Pemberdayaan Masyarakat, Konsep Pembangunan yang
Berakar Pada Masyarakat. Bandung: ITB.
Kartasapoetra, G. 2003. Koperasi Indonesia, Buku Acuan Untuk Siswa SMK.
Jakarta: PT.Asdi Mahasatya
Miles, Matthew B. dan Huberman, A.Michael.1992. Analisis Data
Kualitatif.Jakarta: Universitas Indonesia Pers
Sjafari, Agus dan Sumaryo.2007. Pembangunan Masyarakat Teori dan
Implementasi di Era Otonomi Daerah. Bogor: CDI Press.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung:
Alfabeta.
Suharto, E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT. Refika Aditama.
T.H.Tambunan, T. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
91
Referensi Lain :
(http://diskumdagdki.jakarta.go.id/bidang-umkm) diakses pada tanggal 17
Oktober 2014
(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/06/30/kedelai-titik-rawan-
ketahanan-pangan-indonesia-670490.html) diakses pada tanggal 17 Oktober 2014
(http://www.beritasatu.com/ekonomi/165442-sektor-ukm-diakui-tetapi-tak-
dimodali.html) diakses pada tanggal 17 Oktober 2014
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/16%20Baktiar_KMP%20V1%20N1%20Jan-
April%202013.pdf) diakses pada tanggal 19 Oktober 2014
(http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/408/gdlhub-gdl-s1-2011-oktaviapra-20379-
fisan5-k.pdf) diakses pada tanggal 19 Oktober 2014
(Bps.go.id) diakses pada tanggal 20 Oktober 2014
(http://m.liputan6.com/bisnis/read/2021461/ironis-ri-impor-kedelai-dari-negara-
miskin)diakses pada tanggal 20 Oktober 2014
Dokumen :
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Pengkoperasian
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Pengkoperasian
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Perdagangan
LAMPIRAN
MATRIKS WAWANCARA
A PEMUNGKINAN
1
Program apa saja yang dibuat oleh Sudin Koperasi, UMKMP Kota
Administrasi Jakarta Barat untuk mendukung terjadinya
kemudahan akses terhadap pengembangan usaha UMKM (Produsen
Tempe dan Tahu) dan Koperasi sebagai penyedia bahan baku
kedelai ?
I3.1 : Proses pemungkinan yang membuat UMKM tempe dan tahu ini
berkembang, kita membuat program – program pelaku UMKM yaitu
Produsen tempe dan tahu, termasuk Koperasi dan anggota – anggotanya.
Program yang biasa dilakukan yaitu kegiatan bazar, dimana kegiatan
bazar ini produsen tempe dan tahu semakin kreatif dalam memasarkan
produk mereka, kalau mau laku di bazar ini tentu mereka harus memiliki
kemasan yang baik, label merk, atau dikreasikan menjadi makanan yang
bukan sekedar tempe atau tahu, misalnya keripik tempe dan sebagainya.
I2 : Kita pernah mengikuti acara bazar yang diselenggarakan oleh Sudin,
saya kebetulan juga punya produk olahan dari tempe, dibuat keripik
tempe, ada kemasan dan label merk, sehingga bisa laku di pasar, kan kita
juga dituntut untuk berinovasi, tapi rata – rata produsen disini hanya
membuat tempe yang dibungkus daun atau plastik, kalau untuk
pembuatan keripik ada sendiri lagi, biasanya mereka hanya jadi
penyuplay tempe.
2 Apakah produsen tempe dan tahu ikut berperan aktif dalam
pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan oleh Suku Dinas
Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta
Barat yaitu pada acara bazar ?
I1.1 : Udah jarang ikut bazar itu, kalo dulu waktu bapak jadi pengurus
sering ikut.
I1.2 : Saya pernah tau ada bazar, tapi ya saya gak ikut, biasanya cuma
anggota yang aktif aja di koperasi, lagian kalo saya cuma bikin tempe aja
udah, yang penting bisa dijual ke langganan.
I1.3 : Setau saya yang pernah menjadi pengurus koperasi, memang sering
yah ada bazar, acara promosi, dan lain – lain, dulu banyak yang minat,
bahkan tanpa diajak – ajak mereka mau, tapi sekarang sudah berkurang,
jadi ya kalau ada bazar atau apa rata – rata males ikut.
I1.4 : Ga ikut, ada bazar tapi gak ikut.
I1.5 : Bazar mungkin hanya orang tertentu ya, kalau saya gak tau dan tidak
ikut acara – acara kayak gitu.
I1.6 : Gak pernah ikut.
3
Apa saja hambatan yang dihadapi Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan dalam melaksanakan program pemungkinan
dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah yaitu pada
acara bazar tersebut ?
I3.1 : tentang pelaksanaanya itu kita mudah yah karena sudah sejak lama
dilakukan, kendalanya ya itu cuma dari peserta, karena di dalam bazar ini
kan menuntut bagaimana mereka berinovasi agar saat dipamerkan dalam
bazar, produk mereka ini laku, atau bukan sekedar laku, tapi ada peluang
– peluang yang akan mereka dapatkan setelah itu, misalnya menambah
mitra usaha dengan perusahaan swasta dan sebagainya
4
Bagaimana Sudin Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kota
Administrasi Jakarta Barat memberikan kemudahan izin usaha
kepada produsen tempe dan tahu yang ada di Semanan, Kalideres ?
I3.1 : saat sekarang ini tidak sulit untuk mendirikan usaha ya khususnya
untuk produsen tempe dan tahu, rata – rata mereka yang tinggal di
komplek itu tertarik untuk usaha kan, mereka datang untuk meminta izin
usaha, mengelola bahan baku kedelai menjadi tempe atau tahu, maka kita
mengeluarkan perizinan usaha, sekarang ini mengurus Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) ditangani di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
dan itu gratis tanpa dipungut biaya apapun, usaha jual kedelai import pun
sekarang mudah, sudah pasar bebas sekarang, kalau mereka punya modal
mereka bisa mengembangkan usahanya dengan menjual kedelai impor,
tidak lagi sulit atau melewati prosedur yang rumit.
5 Apakah sulit mengurus izin usaha produksi tempe dan tahu ?
I1.1 : Dari dulu kita udah dapet izin usaha, kalau sekarang gak tau gimana.
I1.2 : Kurang tau yah kalau sekarang.
I1.3 : Setau saya sekarang gampang, gak ribet, dan gratis.
I1.4 : kalau izin usaha sekarang gampang ke walikota aja urus di PTSP
sekarang, kalau dulu langsung ke SUDIN KUMKMP, gratis.
I1.5 : Kurang tau kalau tentang izin usaha.
I1.6 : izin usaha sekarang lebih mudah, kalau kita dari dulu memang udah
punya dan dikasih, tapi kemarin juga ada temen urus izin usaha itu
mudah, gak dipersulit lagi terus gratis
B PENGUATAN
1
Usaha apa saja yang dilakukan oleh Sudin Koperasi, UMKMP Kota
Administrasi Jakarta Barat untuk memberikan sarana dan
prasarana baik kepada koperasi maupun produsen tempe dan tahu
untuk mendapatkan pinjaman modal dalam pengembangan UMKM-
nya?
I3.1 : Sarana untuk masalah permodalan koperasi maupun produsen, kami
sebagai pembina memfasilitasi untuk bekerjasama dengan lembaga
keuangan atau perbankan, kalau di Jakarta biasanya Bank DKI ya yang
bekerjasama dengan pemerintah secara langsung, ada juga LPDB
(Lembaga Pengelola Dana Bergulir), LPDB ini dari Kementerian
Koperasi dan UKM RI. Nah, untuk PRIMKOPTI Swakerta ini mereka
sudah mendapatkan akses kesana, dapat dari LPDB, untuk kreditnya
lancar, tapi kita sering juga dikirimi surat kalau mereka telat untuk bayar
kredit, biasanya suka dianggap dana hibah kalau ada bantuan dari Negara
atau lembaga keuangan lain, tapi untuk kredit LPDB, sejauh ini masih
dikatakan sehat.
I2 : LPDB itu kami dapat dari Kementerian Koperasi dan UKM RI
melalui Sudin KUMKMP Jakarta Barat, karena Sudin sebagai pembina
memberikan akses untuk mendapatkan modal itu dan sudah lama ya kita
dapat modal itu, kemudian digunakan untuk kegiatan usaha koperasi.
2
Bagaimana masalah permodalan untuk mendirikan usaha produksi
tempe dan tahu, menggunakan modal sendiri atau ada dari koperasi
atau lembaga keuangan lain?
I1.1 : Modal sendiri.
I1.2 : Kalau masalah modal buat bikin usaha ini modal sendiri, gak ada
dari pemerintah, bank, atau koperasi, saya tidak tau kalau masalah itu.
Kalau saya ya modal sendiri.
I1.3 : Rata – rata produsen disini punya modal sendiri, kalaupun ada yang
dapat modal dari bank itu karena inisiatif sendiri, nah LPDB itu
didapatkan sudah lama dari Kementerian Koperasi dan UKM melalui
rekomendasi Sudin KUMKMP Jakarta Barat selaku pembina, LPDB ini
digunakan untuk usaha – usaha koperasi, misalnya dulu itu kita kan
belum punya tanah, tanah ini belum jadi hak milik, komplek ini masih
punya pemerintah dulu, tapi sekarang kita udah punya sertifikat hak milik
ini masing – masing, terus ada juga kontrakan itu dipake buat dapur
umum, kalau orang yang baru usaha, masih kecil – kecilan dan belum
punya dapur sendiri , itu ada sewanya. Terus kios juga buat dagang itu
disewain sebagai bentuk usaha koperasi, dan bentuk lainnya kan ada
usaha jual kedelai dari koperasi dan simpan pinjam, tapi untuk simpan
pinjam semenjak tahun kemarin sudah gak berjalan.
I1.4 : Modal sendiri.
I1.5 : Modal sendiri.
I1.6 : Modal sendiri, semuanya sendiri. Kalau yang dapet modal itu
biasanya punya aksesnya sendiri, kan koperasi udah gak ada simpan
pinjam.
3
Bagaimana Sudin Koperasi, UMKMP Kota Administrasi Jakarta
Barat melakukan pembinaan dan pengembangan dalam hal
pemasaran produk atau memberikan pembinaan strategi marketing
kepada produsen tempe dan tahu di Semanan, Kalideres?
I3.1 : Masalah pembinaan dan pengembangan dalam hal produk, maupun
pemasarannya ini Sudin melaksanakan program pelatihan melalui diklat
yang lebih teknis yah, membekali dengan ilmu misalnya untuk koperasi
itu bagaimana sih meningkatkan keanggotaan dan keaktifan anggota di
koperasi, bagaimana mengelola koperasi yang baik, mulai dari
manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusianya,
menciptakan iklim usaha yang kondusif, dan untuk UMKM nya itu juga
ada diklatnya tentang bagaimana mengelola keuangan usaha, pemasaran
yang baik dengan kemasan yang baik, dan pengembangan usaha yang
tidak sekedar menjual tempe dan tahu yang bentuknya hanya itu,
misalnya kan bisa dibuat keripik tempe, kembang tahu dan sebagainya,
maka kemasannya pun harus baik. Nah kira – kira melalui diklat itu, kami
memberikan pengetahuan, kalau masalah takaran – takaran kedelai ,
berapa kilogram bisa jadi tempe berapa itu saya rasa mereka sudah lebih
jago yah, paling itu aja kalau masalah diklat atau pembinaannya, karena
dunia usaha ini kan terus berkembang dan menuntut yang lebih baik,
kalau masalah market atau pasar mereka ini sudah dikatakan mandiri, rata
– rata sudah punya langganan dan pasar sendiri.
I2 : Pembinaan itu masih dilakukan sampai saat ini, komunikasi antara
koperasi dan sudin terus berjalan untuk persoalan – persoalan keuangan,
perdagangan, pengembangan usaha juga, diklat, dan bazar. Dari acara –
acara itu kita bisa dapat pengetahuan dari Sudin UMKMP sebagai
pembina kita mengelola usaha ini, lebih ke urusan pengelolaan usaha,
kalau masalah pasar, udah punya langganan, dan kadang tanpa ditawarin,
orang yang mau jual tempe atau tahu pasti dateng kesini karena udah tau
komplek ini pusatnya tempe dan tahu
I1.1 : Kalau diklat ada, kita sering ikut.
I1.2 : Ga pernah ikut.
I1.3 : Diklat ada sampai sekarang, kita juga masih suka ikut, yang sekarang
ini diklatnya lebih kepada penggunaan alat modern buat bikin tempe dan
tahu, misalnya yang dulu perebusannya pakai kayu diganti gas, tapi disini
rata – rata masih pake kayu, terus pakai alat buat kelupasin kulit kacang
juga sekarang lebih gampang dan itu ada pemberitahuan dari Sudin
UMKMP, supaya hemat, cepat, dan tetap berkualitas.
Menurut saya, diklat itu penting yah biar usaha kita juga makin maju, tapi
orang disini susah diajak majunya, kadang yang diajak banyak, yang ikut
mah ya anggota koperasi aja, jadi ya gitu masih ada yang pake kayu buat
rebus kacang, dan kalau pasar itu ya udah tetap sih kita punya pasar
sendiri, saya juga sampai ke tegal alur sampai ke daerah kota juga
nawarin tempe, jadi itu urusan usaha sendiri, kalau Sudin lebih kepada
pengembangan usaha dengan kemasan yang baik, tapi ya saya rasa kita
ini tempe dibungkus daun atau plastik juga laku.
I1.4 : Saya tau ada diklat itu, pelatihan gitu kan? Tapi saya ga pernah ikut.
I1.5 : Pernah ikut dulu, sekarang gak ikut. Tapi masih ada kok sampe
sekarang, ada SUDIN Tenaga Kerja terus SUDIN KUMKMP
I1.6 : Gak pernah ikut.
C PERLINDUNGAN
1
Bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh Sudin Koperasi,
UMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat dalam menjamin untuk
memberikan akses keadilan kepada pengusaha kecil, menengah dan
besar yang ada di Semanan agar dapat bersaing dan terus
berkembang?
I3.1 : Akses keadilan dalam upaya perlindungan kepada pengusaha kecil,
menengah, dan besar ya agar bersaing salah satunya dengan pemberian
modal kepada pengusaha kecil, mengikutsertakan mereka sebagai anggota
koperasi dulu yah, karena setiap produsen ini kan seharusnya masuk
dalam keanggotaan koperasi, supaya kita juga mudah mendatanya dan
kemudian selanjutnya dibina untuk menjadi produsen yang besar, ada
akses penambahan modal, dan sebagainya. Sebenarnya itu kan
permasalahan kita ini adalah keikutsertaan mereka menjadi anggota
koperasi ini justru menurun, kita ini kan berkoordinasinya dengan
koperasi sebagai organisasi dari produsen tempe dan tahu itu kan, dan
supaya mereka menjadi produsen yang besar, mereka masuk sebagai
anggota koperasi, dan tugas kita membina koperasi serta anggota –
anggotanya itu. Permasalahan – permasalahan produsen kan bisa
ditampung di koperasi, kemudian koperasi berkomunikasi langsung
dengan kita untuk mencari solusinya.
2
Bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh Sudin Koperasi,
UMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat untuk melindungi
produsen tempe dan tahu, pengusaha kedelai, dan koperasi dalam
ketersediaan, distribusi, mutu, dan bahan baku kedelai yang
sebagian besar merupakan hasil impor dengan harga yang fluktuatif
?
I3.2 : Permasalahan perlindungan terhadap pengusaha kedelai selain
koperasi dalam penyediaan bahan kedelai yang sekarang ini kan di dunia
perdagangan menganut pasar bebas, kita memberikan izin kepada
perorangan untuk menjadi importir termasuk kedelai, tapi itupun
dikendalikan dengan izin usaha, dan ini juga berhubungan dengan harga
kedelai yang fluktuatif akibat import, tugas kita ini setiap hari mengecek
harga bahan pokok seperti beras, gula, dan kedelai termasuk kedalamnya,
mau kedelai lokal atau import kita cek harganya. Kemudian dijadikan
laporan ke Dinas KUMKMP DKI Jakarta lalu sampai kepada Gubernur.
Nah laporan ini sebagai kontrol dari pemerintah untuk mengetahui harga
bahan pokok di pasaran, kalau misalnya harga kedelai naik, seperti yang
pernah terjadi ya sampai menembus harga 12.000 per kilogram, kita
laporan supaya Bulog mengeluarkan kedelai dengan harga yang murah,
nah ini kan secara otomatis menekan harga kedelai di pasaran.
3 Dimana Bapak/Ibu beli kedelai untuk produksi tempe dan tahu? Di
koperasi atau di pedagang swasta?
I1.1 :Nah, itu yang dikatakan Bapak saya, sekarang mah beli di swasta
soalnya bisa ngutang dulu, tapi koperasi juga masih jual, harga sekarang
sama kok, cuma yang ngebedain itu aja, bisa ambil dulu.
I1.2 : swasta, ga di koperasi.
I1.3 : Kalau harga kedelai naik, biasanya ada subsidi dari pemerintah
melalui koperasi, harga kedelai lebih murah di koperasi, produsen juga
beli di koperasi, dan pengusaha kedelai lain biasanya ketika harga naik
berhenti dagang kedelai, karena tidak bisa menyeimbangkan harga dari
pemerintah, malah kadang kita jadi minjem modal sama mereka itu untuk
beli kedelai di koperasi. Jadi fungsi mereka selain jadi pengusaha kedelai
juga bisa dipinjamin uangnya. Kalau harga kedelai lagi stabil begini, rata
– rata kita ini tetap beli di pengusaha kedelai bukan di koperasi, alasannya
ya itu bisa ngambil dulu, padahal harga kedelai koperasi dan pengusaha
itu sama, kualitas juga sama kan import juga, tapi kelebihannya kita bisa
ambil dulu. Nah kalau ada subsidi dari pemerintah barulah kita beli di
koperasi, jadi saya rasa kalau sekarang koperasi ini perannya berkurang
sebagai penyuplay kedelai yah karena pengusaha sekarang maunya
dimodalin dulu, kadang juga kan harga di koperasi ini tinggi misalnya
harga kedelai sepuluh ribu per kilogram, harga di koperasi sebelas ribu
per kilogram, soalnya seribu ini kan untuk misalnya iuran anggota atau
lainnya, tapi buat produsen ya seribu itu lumayan buat beli ragi atau biaya
produksi lain kan, jadi menurut saya, sekarang ini koperasi perannya
menurun, tapi secara produsennya kita ini lebih mandiri, jadi kesannya
kita tidak lagi butuh koperasi, padahal koperasi ini dulu yang membuat
kita bisa punya komplek kopti ini, tapi sekarang justru koperasi seakan –
akan usahanya menurun.
I1.4 :Kalau usaha sendiri kita beli kedelai di swasta, tapi saya juga kerja di
dapur umum itu kita beli di koperasi, tergantung juga soalnya harga juga
sama aja, kalau di swasta kita biasa ambil dulu kan udah kenal, kalau di
koperasi harus cash.
I1.5 :Saya beli kedelai ga di koperasi, kalau ada subsidi baru di koperasi.
I1.6 :Di Swasta.
I2 : Ya, kita masih jual kedelai tapi ada juga produsen beli di pedagang
swasta, anggota juga masih banyak yang beli di koperasi, sekarang bebas
bisa beli di pedagang lain, bisa beli di koperasi, karena saat ini koperasi
bukan satu – satunya penyedia bahan baku kedelai, tapi tetap koperasi
sedia kedelai buat produksi.
D PENYOKONGAN
1
Bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh Sudin Koperasi,
UMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat untuk meningkatkan
jumlah anggota dan kualitas koperasi dan UMKM produsen tempe
dan tahu?
I3.1 : untuk meningkatkan jumlah anggota untuk koperasi, tentu kita
melakukan hubungan yang baik dengan koperasi, bagaimana kita
mengelola koperasi agar para produsen ini masuk dan ikut serta dalam
keanggotaan koperasi, membina koperasi dengan penyuluhan bagaimana
menjadikan koperasi yang unggul, agar produsen ini juga mengetahui
keunggulan menjadi anggota koperasi. Nah untuk selanjutnya koperasi
inilah yang menentukan pengelolaannya sendiri sesuai dengan asas
koperasi yang mandiri, dimana tidak ada yang bisa mencampuri urusan
rumah tangganya, hasil musyawarah ditentukan dari rapat anggota. Kita
cuma memberikan arahan bagaimana seharusnya koperasi ini
menjalankan fungsinya sebagai organisasi produsen untuk kepentingan
rumah tangganya, tidak menyulitkan anggotanya, kalau ada simpan
pinjam ini misalnya kita kasih arahan koperasi yang sehat kemudian tidak
menyulitkan anggotanya untuk persoalan bunga, tapi untuk angka bunga
yang diberikan ya itu kembali lagi kepada keputusan rapat anggota, tidak
lagi kita mencampuri sampai persoalan itu.
I2 : Sudin KUMKMP selaku pembina kita berhubungan secara baik,
secara rutin mereka melakukan pengontrolan perdagangan kita, ada juga
kita sampai ke luar kota untuk penyuluhan dan studi banding, tujuannya
agar kita semakin berkembang, keanggotaan kita bisa lagi ditingkatkan
dan pengelolaan koperasi ini berjalan dengan baik sesuai dengan asas
kekeluargaan koperasi dan sebagainya.
2
Bagaimana pemberdayaan yang dilakukan oleh Sudin Koperasi,
UMKMP Kota Administrasi Jakarta Barat membantu koperasi atau
produsen tempe dalam melakukan perdagangan kepada pasar lokal
maupun regional?
I3.1 : Dan untuk persoalan bagaimana kita ini membantu mereka dalam
perdagangan lokal dan regional itu kita mengadakan bazar itu seperti yang
kita beritahukan sebagai salah satu alat untuk memasarkan produk
mereka, lalu ada juga studi banding ke luar kota, apalagi KOPTI ini kan
menjadi percontohan karena sudah memiliki komplek sendiri, bus jurusan
KOPTI – Pekalongan, serta dapur umum dan telah memiliki IPAL
(Instalasi Pembuangan Air Limbah) yang dibangun oleh Dinas PU Tata
Air DKI. Koperasi yang mempunyai akses kepada LPDB itu berarti sudah
baik, karena untuk mendapatkan LPDB ini tidak mudah perlu juga di
survey keuangan koperasi, kelembagaannya, usahanya, modal yang
mereka miliki, lalu cairlah dana tersebut sebesar 500 juta rupiah yang
dikelola dengan sistem syariah atau bagi hasil, misalnya dulu itu
sistemnya 75 koperasi dan 25 pemerintah, ada unsur – unsur politis juga
di dalamnya kemudian diubah 90 koperasi dan 10 pemerintah, tapi yah
justru ini sangat baik untuk menumbuhkembangkan koperasi dan UMKM
nya.
E PEMELIHARAAN
1 Bagaimana Sudin Koperasi, UMKMP Kota Administrasi Jakarta
Barat menjaga keseimbangan pasar bagi produsen tempe dan tahu?
I3.2 : untuk menjaga keseimbangan pasar ya kita melakukan survey setiap
hari ke pasar untuk mengetahui harga pasar dan dilaporkan setiap harinya,
untuk itu salah satunya menjaga keseimbangan pasar, harga menentukan
keseimbangan pasar, bahan baku tersedia, produksi lancar, perdagangan
baik, tidak mahal dan langka, jadi produsen tetap bisa memproduksi,
pedagang dapat berjualan, pembeli dapat membeli produknya dengan
harga yang terjangkau
2
Bagaimana Sudin Koperasi, UMKMP Kota Administrasi Jakarta
Barat menciptakan situasi pemeliharaan bagi koperasi maupun
produsen tempe dan tahu untuk mengembangkan usahanya ?
I3.1 : menciptakan situasi pemeliharaan koperasi dan UMKM dalam
mengembangkan usahanya itu ya kita melaksanakan kegiatan upaya
pengembangan UMKM mulai dari kelembangaan, permodalan,
manajemen, usaha, teknik, dan pemasaran, lebih kepada pembinaan saja,
dengan kegiatan rutin, kalau di perdagangan di pantau setiap hari, kalau
koperasi ini sesuai dengan program dan terbilang rutin untuk pertemuan
dalam membahas masalah – masalah serta program – program yang sudah
disebutkan tadi.
I2 : sering ya kita pertemuan dengan Sudin, Kadin, karena kita dibina
untuk pengembangan usaha, penggunaan teknologi, kemitraan usaha,
sebulan 2 atau 1 kali , kadang sering juga tergantung program – program
yang dibuat.
3 Harapan yang bisa disampaikan kepada pemerintah dalam upaya
perkembangan dan pemeliharaan usaha produsen tempe dan tahu
dan koperasi ?
I1.2 : harapannya ya supaya kita bisa tetep produksi tempe dengan harga
yang murah, jangan lagi kejadian kedelai itu naik, kita bisa ga makan
pake daging atau ayam, tapi kalau tempe haruslah tetap ada dan murah,
soalnya cuma ini makanan yang bener2 bisa dimakan setiap hari.
I1.3 : Kalau saya harapannya, Koperasi harus bisa dihidupkan lagi, karena
bagaimanapun sekarang kita maju ini karena dulu kita berbondong –
bondong jadi anggota, kalau sekarang meskipun maju usahanya ya itu
diliat dari individu, secara jiwa koperasinya kita itu sudah menurun, jadi
harus ada sosok penggerak koperasi generasi muda yang mampu ngajak
produsen ini kembali aktif, kalau pemerintah yah udah maksimal banget,
kitanya juga harus maksimal biar sama – sama maju, pemerintah maunya
kita berkembang, tapi yang diajak berkembang gak mau, jadi ya dengan
jiwa koperasinya tinggi, pasti kita bisa jauh lebih berkembang.
I1.4 : harapannya supaya kita makin sukses, diberi modal yang cukup
untuk produksi.
I1.5 : buat harapan ya paling harga kedelai harus stabil kayak sekarang jadi
bisa terus buat tempe.
I1.6 : harapannya bisa dikasih modal biar berkembang kan usaha kita ini.
I2 : Harapan untuk perkembangan koperasi ya kita ada rencana dengan
PEMDA DKI dalam upaya pembangunan dapur produksi dan gedung,
kita harap ini bisa terlaksana, jadi bisa menambah fasilitas kita serta bisa
digunakan dan bermanfaat bagi produsen.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bapak Muchtar,
Kepala Seksi Koperasi dan UMKM, Suku
Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan
Kota Administrasi Jakarta Barat.
Wawancara dengan Bapak Dirman,
Kepala Seksi Perdagangan Dalam
Negeri Suku Dinas Koperasi, UMKM,
dan Perdagangan Kota Administrasi
Jakarta Barat.
Wawancara dengan Bapak Handoko,
Sekretaris PRIMKOPTI Jakarta Barat. PRIMKOPTI Swakerta Jakarta Barat
Alat Pengelupas Kulit Kacang Kedelai Stock Kacang Kedelai untuk 3 hari
Ragi, bahan lain campuran kacang kedelai
untuk pembuatan tempe. Tahap Pencucian Kacang
Kedelai.
Tempe yang sedang dijemur, panjang sekitar 2,5 meter
Kacang Kedelai yang sudah direbus
dan dikupas kulitnya.
Tahap Perebusan Kacang Kedelai
Produk Olahan Tempe menjadi Keripik Tempe yang sudah
memiliki Label Merk dan Kemasan yang baik
Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) PRIMKOPTI
Rencana Pembangunan Gedung Oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta
Top Related