BAB III
PENCEGAHAN OBESITAS PADA ANAK DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM
Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhingga sehingga
harus disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukur dapat
dilakukan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Bersyukur dengan hati
berarti mengikrarkan dalam hati bahwa Allah sebagai pemberi kesehatan,
dengan lisan berarti pengakuan dalam bentuk ucapan dan dengan anggota
tubuh artinya menggunakan kesehatan untuk mengabdikan diri kepada Allah
SWT (Zuhroni, 2003).
Tak selamanya seseorang akan sehat, segala sesuatu yang melampaui
batas keseimbangan atau kewajaran akan menyebabkan terganggunya fisik,
mental dan bahkan kesempurnaan amal seseorang. Jika dirumuskan maka
sakit adalah gangguan fisik, mental, sosial serta adanya penyakit atau cacat
pada seseorang. Sakit disebutkan dalam al-qur’an dengan kata al-maradh.
Berbagai penyakit disinggung dalam al-Qur’an seperti al-Akmaha (buta), al-
Abrasha (sopak), dan al-A’raj (pincang). Dalam Islam, penyakit dibagi atas
penyakit jasmani atau fisik, penyakit jiwa, penyakit sosial dan penyakit
akidah (Zuhroni, 2003).
Memelihara kesehatan yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Nashr, 2004):
1. Menjaga Kesehatan
Allah SWT mengisyaratkan dalam firmanNya:
Artinya:”(yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S al-Baqarah [2]: 184)
Imam Ibnu Qayyim mengatakan: “Dalam ayat ini, Allah SWT
membolehkan berbuka bagi orang yang sakit, karena alasan sakitnya.
Bagi orang yang bersafar karena berkumpulnya kesusahan-kesusahan
yang akan menyebabkan lemahnya badan maka Allah membolehkan
bagi mereka untuk berbuka, untuk memelihara kekuatan mereka dari hal-
hal yang bisa melemahkannya”.(Al-Jauziyah, 2004)
2. Menjaga diri dari hal-hal yang membahayakan
Kaidah ini diisyaratkan Allah SWT dalam firmanNya:
Artinya: “Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)”. (Q.S al-Maidah [5]: 6)
Dalam ayat ini Allah membolehkan orang yang sakit untuk
menggunakan debu yang suci dan tidak menggunakan air demi menjaga
badan dari hal-hal yang bisa membahayakan. Dalam ayat ini juga
terdapat peringatan untuk menjaga diri dari setiap hal yang
membahayakan, baik dari dalam maupun luar tubuh (Al-Jauziyah, 2004).
3. Menyingkirkan zat-zat yang merusak
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya:
Artinya: “Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu:berpuasa” (QS. al-Baqarah [2] : 196)
Dalam ayat ini Allah SWT membolehkan orang yang sakit atau yang ada
gangguan di kepalanya, seperti: kutu, rasa gatal, atau yang lainnya pada
saat berhaji untuk memotong rambut. Hal ini bertujuan untuk
menyingkirkan zat-zat yang menyebabkan penyakit di kepalanya.
Menahan zat-zat yang rusak di dalam tubuh dapat menjadi penyebab
utama timbulnya penyakit-penyakit ganas. Para dokter dan ulama seperti
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang jika ditahan
bisa menimbulkan penyakit ganas, yaitu darah apabila tekanannya naik,
mani jika telah memuncak (tidak tersalurkan), air kencing, kotoran,
muntah, bersin, mengantuk, lapar dan haus. Hal-hal tersebut apabila
ditahan akan mengakibatkan penyakit sesuai dengan kadarnya.
Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa menjaga kesehatan lebih
baik dari pada mengobati, untuk itu perlu upaya sejak dini agar seseorang
tetap sehat. Dalam menjaga kesehatan dapat dilakukan dua tindakan yaitu
tindakan pencegahan atau preventif dan perlindungan kesehatan tubuh.
Tindakan pencegahan sendiri ada dua jenis yaitu pencegahan dari hal-hal
yang dapat menimbulkan sakit dan pencegahan dari sesuatu yang dapat
memperparah penyakit yang sudah ada. Cara pertama disebut pencegahan
primer yaitu mencegah timbulnya penyakit pada orang yang sehat. Cara yang
kedua adalah pencegahan bagi orang yang sakit agar penyakitnya tidak
bertambah parah. Dasar dari amalan ini adalah firman Allah SWT dalam
surat al-Maidah ayat 6 yang menjelaskan pencegahan penyakit dengan air
karena air bisa membahayakan kesehatan seseorang yang menderita penyakit
tertentu (Al-Jauziyah, 2004).
Dalam hal ini, tindakan yang paling nyata dalam mencegah terjadinya
penyakit adalah dengan melakukan pola hidup yang baik, dari mulai makan
hingga beraktivitas. Islam mengajarkan ummatnya bagaimana cara makan
yang baik, seperti jenis makanan, cara makan, porsi makanan, hingga pola
atau waktu makan. (As-Syayyid, 2006)
Nutrisi yang Baik Untuk Anak Menurut Islam
Bayi di Bawah Lima Tahun (Balita)
Memerhatikan makanan seimbang bagi anak akan sangat membantu
menghindarkan mereka dari makanan yang buruk sekaligus membantu
pertumbuhan mereka secara alami. Sebab, kebutuhan mereka terhadap energi dan
unsur-unsur makanan saat beraktivitas sehari-hari lebih besar dibandingkan
dengan kebutuhan orang dewasa. (As-Syayyid, 2006)
Oleh karena itu, seorang anak harus mengonsumsi makanan beragam
secara rutin setiap hari, khususnya karena mereka tidak bisa mengonsumsi
makanan sendiri sebanyak makanan yang dikonsumsi oleh orang dewasa.
Sebagaimana mereka juga harus diarahkan dan dibimbing untuk membiasakan
diri memakan makanan yang baik dan benar sejak dini sekaligus memotivasi
mereka untuk melakukan aktivitas gerakan atau olahraga sehingga tidak
mengalami obesitas atau kegemukan. (As-Syayyid, 2006)
Anak yang Masih Menyusui
Setelah lahir dan hidup di dunia ini, sang buah hati pun menjadi demikian
bersandar dan membutuhkan ibu, layaknya kebutuhan cabang pada akar. Dia
membutuhkan makanan yang sama yang dulu pernah diserapnya di dalam darah,
ketika masih menjadi janin. Kemudian dengan ilmu, kekuasaan dan kalimat Allah,
darah itu berubah menjadi susu yang bersih dan murni yang mengandung berbagai
unsur yang sesuai bagi pertumbuhannya. Kemudian susu itu mengalir ke payudara
untuk kemudian atas hidayah Allah pula sang anak menyerap makanan melalui
anggota tubuh sang ibu tersebut. Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Yang menentukan kadar (masing-masing) dan menentukan petunjuk” (Q.S al-
A’la [87]: 3)
Al-Quran al-Karim telah menyebutkan beberapa aturan yang mengatur
masalah penyusuan alami dan aturan pemeliharaan anak yang masih menyusu
kepada selain ibu kandung, yakni ibu susuan dan bukan termasuk salah satu
nasab. Berkenaan dengan masalah ini, Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang
ingin menyusui secara sempurna” (Q.S al-Baqarah [2]: 233)
Dari ayat tersebut terlihat jelas aturan sebagai berikut:
Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anaknya melalui payudara dan
tidak mengingkari pentingnya hak anak untuk menikmati air susu dari payudara
ibunya, bila mampu, dan tidak menolak memberikannya selama masa menyusui,
bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan penyusuan, yakni selama 2 tahun.
(As-Syayyid, 2006)
Namun demikian dibolehkan juga menyapih anak sebelum masa yang
telah ditetapkan oleh Al-Quran al-Karim, yaitu 2 tahun, dengan syarat ada
kesepakatan antara ayah dan ibu, tanpa harus mengesampingkan kemaslahatan
sang buah hati dan jaminan pengasuhannya. Hal itu sesuai dengan firman Allah,
(As-Syayyid, 2006)
“Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak ada dosa antara keduanya” (Q.S. al-Baqarah [2]:
233)
Menyusukan anak kepada wanita lain, padahal dia mampu melakukannya,
merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan agama. Oleh karena itu, Islam
benar-benar telah menancapkan tiang penopang materi untuk kepentingan
penyusuan ini, di mana Islam telah memberikan nafkah penyusuan jika terjadi
perceraian dengan suaminya, sehingga kepentingan anak tidak terabaikan dan bisa
memenuhi segala makanan yang dibutuhkan. Allah berfirman, (As-Syayyid,
2006)
“Tenpatkanlah mereka (para istri) di mana kalian bertempat tinggal menurut
kemampuan kalian dan janganlah kalian menyusahkan mereka dan menyempitkan
(hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian
jika mereka menyusui (anak-anak) kalian maka berikanlah imbalannya kepada
mereka; dan musyawarahkanlah di antara kalian (segala sesuatu) dengan baik;
jika kalian menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya” (Q.S. ath-Thalaq [65]: 6)
Dengan demikian Allah SWT telah menjamin kebutuhan makanan bayi
melalui air susu ibunya. Pada tiga hari pertama, payudara mengeluarkan cairan
yang berwarna kekuningan dalam jumlah yang tidak banyak yang disebut
kolostrum. Cairan ini bisa mencukupi kebutuhan makanan bayi di awal
kehidupannya di dunia, yang kaya akan protein, antibodi, vitamin dan mineral.
Sebagaimana cairan ini juga memiliki manfaat lain, yaitu membiasakan alat
pencernaan bayi untuk bisa beradaptasi dan menerima sekaligus mencerna
makanan. (As-Syayyid, 2006)
Dan pada hari keempat, barulah payudara ibu mengeluarkan zair susu yang
merupakan makanan bayi. Susu ibu mengandung zat-zat yang menambah
kemampuan tubuh bayi untuk melawan berbagai macam penyakit. Sebagaimana
ia merupakan makanan aman yang mengandung berbagai macam unsur makanan
yang dibutuhkan bayi pada usia enam bulan pertama. (As-Syayyid, 2006)
Ketika bayi telah mencapai 6 bulan, maka seorang ibu harus memberikan
makanan pendamping yang kaya akan energi, protein, vitamin dan mineral,
misalnya telur, buah-buahan, sayur-sayuran dan semua makanan yang diolah dari
hewan. (As-Syayyid, 2006)
Secara lambat laun dan bertahap, sang buah hati akan terbiasa dengan
makanan-makanan. Setelah gigi tumbuh dan bayi telah terbiasa dengan makanan-
makanan cair dan lembut, maka dimungkinkan baginya untuk mengonsumsi
makanan agak keras. Untuk kemudian secara bertahap meningkat pada jenis
makanan keras. Makanan bayi memerlukan tempat khusus yang bisa menjaga
kebersihan dan mudah untuk dikonsumsi dan dicerna. (As-Syayyid, 2006)
Telah dibuktikan pula bahwa menyusui memiliki manfaat perlindungan
dan pencegahan dari berbagai macam penyakit yang membahayakan, misalnya
penyakit kanker. Sangat kecil sekali kemungkinan penyakit kanker payudara
khususnya akan menghinggapi ibu-ibu yang menyusui, jika dibandingkan dengan
mereka yang tidak menyusui anaknya. Dan lebih kecil kemungkinannya menimpa
wanita menikah dibanding wanita yang tidak menikah. Dengan demikian,
penyusuan alami memiliki manfaat yang sangat banyak. (As-Syayyid, 2006)
Di lebih dari satu tempat, Al-Quran al-Karim telah menunjukkan
pentingknya penyusuan alami, dimana Allah berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, ‘Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau
khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah
engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul’” (Q.S.
al-Qashash [28]: 7)
Kaum muslim terdahulu telah berusaha memotivasi para ibu untuk
menyusui anak-anak mereka secara alami, karena pengetahuan mereka yang
mendalam mengenai pentingnya penyusuan bagi anak dan keluarga sekaligus.
(As-Syayyid, 2006)
Islam merupakan agama yang aktif dan penuh kasih sayang yang selalu
menyeru setiap orang berakal untuk meneladani orang-orang muslim terdahulu.
Sementara kedokteran modern telah menegaskan bahaya sikap yang mnegabaikan
penyusuan alami. Islam telah memuliakan kita, baik sebagai ibu, ayah, anak,
maupun masyarakat, ketika ia memerintahkan kita untuk memelihara dan
mempertahankan hal-hal yang baik di atas. (As-Syayyid, 2006)
Perlu disebutkan, World Health Organization (WHO) di akhir abad ke-20
telah menekankan pentingnya penyusuan alami ini. Kemudian dengan bekerja
sama dengan beberapa negara anggota, WHO telah mengampanyekan pentingnya
penyusuan ini bagi bayi sekaligus mengingatkan untuk menghindari makanan-
makanan buatan yang terbuat dari berbagai macam campuran, untuk kemudian
membuat aturan yang melarang mengiklankan produk-produk tersebut atau
menganjurkan para ibu untuk memberikannya kepada anak-anaknya. ASI
memeiliki beberapa kelebihan, diantaranya: (As-Syayyid, 2006)
1. Bersih dan steril
2. Tidak dingin dan tidak juga panas
3. Siap dikonsumsi kapanpun
4. Tidak busuk saat dalam penyimpanan
5. Cocok bagi pencernaan bayi
6. Bisa memberi antibodi khusus untuk melawan berbagai kuman dan virus
penyakit.
7. Menyusui langsung dari payudara ibu dapat mencegah terjadinya
kegemukan pada anak dan juga ibu
8. Menyusui dari payudara ibu juga bisa menumbuhkan rasa kasih sayang
sekaligus mempererat hubungan emosional antara anak dan ibu.
Obesitas dalam Sudut Pandang Islam
Obesitas merupakan abnormalitas atau kelebihan akumulasi lemak di dalam
tubuh yang dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan. Hal ini dapat
terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan energi untuk
waktu yang lama (Behrman dkk, 1996).
Obesitas pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah faktor genetik, kebiasaan dan pola makan yang buruk, dan inaktivitas fisik
(kurang berolahraga, sering menonton televisi, bermain games, dll) (Ferry, 2007).
Obesitas pada anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena dapat
menjadi penyebab langsung atau faktor predisposisi dari berbagai penyakit seperti
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, gangguan ortopedik, pseudotumor
serebri, dan alergi. (Hidayati dkk, 2008)
Mengenai makanan dan pola makan, Islam tidak hanya menyinggung
tentang makanan dan kandungannya saja, juga kesempurnaan dan kesehatan
makanan, serta cara mengonsumsinya. Sebab pola makan yang buruk dan
berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan atau sebaliknya, terlalu sedikit
mengonsumsi makanan dari yang seharusnya, serta tidak memerhatikan
keseimbangan kandungan makanan, akan mengakibatkan munculnya berbagai
macam penyakit. (As-Syayyid, 2006)
Selain itu pola makan serta kualitas dan kebersihan makanan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap pencernaan yang baik, juga kemampuan
tubuh untuk menyerap zat-zat makanan dengan segala macam ragamnya. (As-
Syayyid, 2006)
Jika seseorang mengonsumsi makanan yang mnegandung selera ini
melebihi batas kebutuhannya, maka dia harus mengimbanginya dengan
berolahraga, agar zat-zat yang berlebih yang tidak dibutuhkan tubuh terbakar. Jika
seseorang mengonsumsi makanan yang menyuplai kalori lebih banyak dari yang
dibutuhkannya, maka hal itu akan menyebabkan kelebihan berat badan.
Sebaliknya, bila dia mengonsumsi makanan lebih sedikit dari yang dibutuhkan,
makan berat badannya akan menurun sehingga mnejadi kurus, yang rawan sekali
terhadap serangan berbagai penyakit. Dan jika seseorang menciptakan
keseimbangan antara kebutuhan kalori dan aktivitas yang dilakukannya, berarti
dia telah menjaga berat badan ideal. (As-Syayyid, 2006)
Berbagai penelitian ilmiah modern menetapkan, mengonsumsi makanan
yang banyak tanpa dicerna dengan baik memaksa pankreas mengeluarkan
sejumlah enzim yang melebihi batas kebutuhannya, yang jika pola makan
berlebihan ini dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan
ketidakmampuan melakukan tugas dan aktivitas atau radang yang parah.
Sebagaimana kemampuan jaringan tubuh untuk mengubah unsur-unsur makanan
menjadi melemah saat berbagai macam makanan masuk ke dalam lambung dalam
satu waktu sekaligus.
Penyakit yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam makan ini bisa
lebih berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan makanan. (As-Syayyid, 2006)
Adalah penting bahwa orang yang bersikap menahan diri dan memakan
apa yang cocok dan sesuai dengan seleranya, namun tanpa berlebihan. Umar r.a.
berkata, “Hindarilah berperut buncit, karena ia merusak tubuh, menyebabkan
penyakit dan menjadikan shalat sebagai pekerjaan yang melelahkan.
Manfaatkanlah bekam, karena ia membuat badan beres. Hindarilah semua yang
berlebihan, karena Allah membenci orang berilmu yang bertubuh gendut”. Hadist
ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim. (As-Suyuthi, 2006)
Hippocrates berkata, “Memelihara kesehatan yang baik bergantung pada
kerja secara wajar dan menghindari makan dan minum terlalu banyak”. Dia juga
berkata, “Makanan yang merugikan tetapi sedikit lebih baik daripada makanan
yang baik namun terlalu banyak”. (As-Suyuthi, 2006)
Sejak beberapa abad yang lalu, Islam telah membuat aturan dan ajaran bagi
ummat manusia untuk mengatur langkah jalannya dan mengawasi semua
pergerakannya. Terkadang dalam bentuk larangan, terkadang juga dalam bentuk
bimbingan dan terkadang dengan menarik perhatian, agar tubuh manusia berdiri
tegak di atas dasar-dasar yang kukuh dan bangunan yang baik, yang kelak akan
membuatnya mampu menghadapi dan menjalani kehidupan. Dengan demikian
mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan jelas bertentangan dengan ajaran
Islam. Allah SWT berfirman, (As-Syayyid, 2006)
“Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian,
dan janganlah melampaui batas” (Q.S. Thaha [20]: 81)
“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang berlebihan” (Q.S. al-A’raf [7]: 31)
“Sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka
akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran
yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-
hamba-Nya, Maha Melihat” (Q.S. asy-Syura [42]: 72)
“Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya.
Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya.
Kalau toh, dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan
Muslim)
Untuk itu, Islam mengajarkan pola hidup sehat yang meliputi (Zuhroni, 2003):
a. Mengatur pola makan dan minum
Dalam ilmu kesehatan dan gizi disebutkan bahwa makanan merupakan
unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Dalam Islam, makanan yang baik
untuk kesehatan adalah makanan yang halal dan thayyib.
Obesitas sering disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat yang
tidak sehat akibat memakan makanan secara berlebihan yang tidak diimbangi
dengan pengeluaran kalori seperti kurangnya berolahraga. Islam sangat
menganjurkan agar mengatur pola makan yang tidak berlebihan sehingga badan
selalu segar dan sehat. Dianjurkan pula agar makan tidak terlalu kenyang atau
dekat jaraknya karena menurut pakar kesehatan, makan terlalu banyak yang
melebihi kebutuhan tubuh akan membahayakan bahkan menyebabkan munculnya
berbagai penyakit yang dipredisposisi oleh obesitas.
Perintah untuk mengkonsumsi makanan yang baik dan tidak berlebihan
terdapat pada firman Allah SWT :
�وا �ُل ُك ِم�ن �اِت� َب َط�ِّي ِم�ا �ْم� �اُك ْق�َن َز� َر� َو�اَل� �ْط�َغ�و�ا َت ِف�ِّيِه�
Artinya: “Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah kami berikan kepada kalian dan janganlah melampaui batas,” (QS. Thaha [20]:81)
Allah SWT berfirman:
Artinya:“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S al-A’raf [7]:31)
b. Keseimbangan beraktivitas dan istirahat
Islam menekankan keteraturan untuk menjaga ritme hidup dengan cara
melakukan aktivitas yang diimbangi dengan tidur yang cukup, istirahat yang
cukup di samping hak-haknya kepada Allah untuk beribadah seperti dalam hadist
yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar,
Artinya: “Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kamu penuhi.” (Mutafaq’alaih).
c. Olah raga sebagai upaya menjaga kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kedokteran adalah
olah raga. Kurangnya aktivitas fisik pada seseorang dapat meningkatkan risiko
PJK pada kemudian hari sehingga perlu upaya preventif seperti olah raga. Dalam
pandangan ulama fikih, hukum olah raga adalah mubah, bahkan bisa bernilai
ibadah jika diniati sebagai ibadah atau agar mampu melakukan ibadah dengan
sempurna dan pelaksanaannya sesuai dengan norma Islami. Dari sumber hadits
dapat dijumpai berbagai riwayat, adakalanya Nabi berolah raga, juga
menganjurkan berolahraga. Berbagai jenis olah raga yang dianjurkan Nabi adalah
renang, memanah, berkuda, anggar, dll.
Kata memanah sebagai kekuatan pernah disebutkan Nabi di atas mimbar
sebanyak 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam hadits:
Artinya: Nabi berkata:”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah memanah, ingatlah kekuatan itu adalah memanah.” (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad dan al-Darimi)