Mimosa Pudica (Tantri) Bismillah.. semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya :)
Minggu, 15 Juli 2012
emulsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat,
identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat
obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Profesi farmasi merupakan profesi yang
berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan atau pengolahan bahan sumber alam dan bahan
sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan
dan pencegahan suatu penyakit.
Dengan adanya manusia di dunia ini mulailah muncul peradaban dan mulai terjadi
penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan pencegahan
terhadap penyakit. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat melakukan pencegahan atupun
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan ataupun mengkonsumsi obat yang
diantaranya yaitu obat dalam bentuk sediaan emusi.
Dalam dunia farmasi kita mungkin mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang umunya
dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-
masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan
dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah emulsi.
Emulsi dibuat dengan maksud untuk menyatukan dua fase yang tidak dapat bercampur yaitu
fase minyak dan fase air. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun pemakaian
luar. Untuk menjaga kestabilan emulsi, digunakan emulgator yang bekerja untuk mengurangi
tegangan antar muka fase minyak dan fase air.
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan warna emusi memang
putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung
lemak, protein, dan air. Hingga akhirnya pada pertengahan abad XVIII , seorang ahli farmasi dari
perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil
dengan menggunakan penambahan gom arab, tragakan, dan kuning telur sebagai emulgator.
Pada dasarnya sudah menjadi ketentuan umum bahwa yang disebut sebagai “emulsi”
menunjukan pada sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan oral. Emulsi untuk
penggunaan eksternal biasanya langsung disebut sebagai cream (sediaan semisolid), lotion atau
liniment (sediaan liquid), hingga akhirnya sediaan emulsi ataupun lotio banyak digunakan oleh
kalangan masyarakat dalam penyembuhan suatu penyakit.
Pada zaman sebelum adanya pembuatan sediaan cair berupa emulsi rasa minyak yang tidak
enak dalam sediaan obat terkadang mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsinya
terutama bagi anak-anak yang sukar menelan sediaan obat yang berupa tablet dan kapsul. Serta
banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang anak-anaknya tidak mau mengkonsumsi obat
tersebut karena tampilannya kurang menarik.
Selain itu pembuatan emulsi ini didasarkan pada sediaan rasa minyak yang tidak enak dapat
tertutupi , lebih mudah diabsorpsi daripada sediaan tablet/kapsul, selain itu pembuatan emulsi ini
dapat memperbaiki penampilan sediaan sehingga pasien lebih berminat mengkonsumsinya
terutama pada anak-anak seperti adanya pewarna dan perasa. Oleh karena itu dibuatlah emulsi.
Dari pengembangan sediaan emulsi ini sehingga masyarakat tidak kesulitan memberikan kepada
keluarganya yang berupa anak-anak maupun lansia suatu obat. Dalam pembuatan emulsi yang
memiliki keuntungan inilah sediaan emulsi semakin banyak di kembangkan oleh pabrik-pabrik
farmasi dengan mengikuti tata cara pembuatan emulsi dan menjaga stabilitas emulsi.
Peracikan obat berupa emulsi ataupun lotio ini yang memenuhi persyaratan farmasetik
penting diketahui untuk dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian di lingkungan masyarakat.
B. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN
1. Emulsi balsm peruv.
a. Permasalahn
- Meracik balsem. Peruv
- Menghitung jumlah PGA yang digunakan
b. Penyelesaian permasalahan
- Dalam meracik balsem peruv, lumpang yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu
dengan cara memberikan sedikit etanol dalam lumping lalu dibakar
- Dalam mengihtung jumlah PGA, sama banyaknya dengan jumlahnya dalam lemak yang
digunakan.
2. Emulsi Champorae
a. Permasalahn
- Menghitung PGA yang digunakan
- Emulsi dengan bahan tambahan yang larut dalam minyak lemak.
b. Penyelesaian permasalahan
- Dalam menghitung PGA sama banyaknya jumlahnya dalam lemak yang digunakan
- Champora larut dalam minyak sesuai dengan kelarutannya. Untuk mempercepat kelarutan
champora dalam minyak lemak atau oleum olivae yang menyebabkan campuran titik beku pada
champora, sehingga mudah mencair dan larut dalam minyak lemak.
3. Emulsi (Cream)
a. Permasalahan
-
b. penyelesaian permasalahan
-
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III , Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV , Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Menurut Formularium Nasional Edisi 2 , Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri
dari dua fase cairan dalam sistem dispersi; fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi.
Emulsi terdiri dari dua fase cairan, yaitu fase cairan terdispersi yang disebut fase dalam,
dan fase cairan pembawa yang disebut fase luar. Jika fase dalam berupa minyak atau larutan
dalam minyak dan fase luarnya berupa air atau larutan, maka emulsi tersebut adalah emulsi
minyak dalam air (M/A). Sedangkan, jika fase dalam berupa air atau larutan dan fase luarnya
berupa minyak , maka emulsi tersebut adalah emulsi air dalam minyak (A/M).
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak
serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdipersinya.
Mekanisme kerja emulgator :
Membentuk lapisan film monomolekuler yaitu emulgator membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorpsi oleh molekul atau ion pada permukaan antara minyak dan air sehingga menghasilkan
emulsi yang lebih stabil karena adanya pengurangan sejumlah energi bebas permukaan dimana
tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah terjadinya penggabungan
tetesan yang mendekat.
Pembentukan Kristal partikel-partikel padat yaitu pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat
secara mikroskopik polarisasi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda disebabkan oleh
adanya pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Emulsi vera (emulsi alam)
Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Emulsi yang dibuat dari biji adalah
amygdala dulcis, amygdale amara, lini semen, curcubitae semen.
2. Emulsi spuria (emulsi buatan)
Emulsi dengan minyak lemak
Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dengan emulgator gom arab, dengan perbandingan
untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang digunakan adalah
separuh jumlah bagian minyak lemak
Emulsi dengan parafinum liquidum
Dibuat dengan menggunakan PGA sama berat parafinum liquidum
Emulsi dengan cera atau lemak padat
Dibuat dengan melebur lemak padat atau cera di atas penangas air, setelah meleleh tambahkan
PGA sama berat lemak dan tambahkan segera air panas sebanyak 1,5 x berat PGA dan dibuat
corpus emulsi, setelah diencerkan dengan air hangat dimasukkan dalam botol dan dikocok
sampai emulsi dingin
Emulsi dengan extactum spissum
Apabila jumlah ektrak sedikit maka digunakan PGA 2,5% dari berat total emulsi. Bila
disamping ekstrak terdapat minyak lemak, maka ekstrak dicampur dulu dengan minyak lemak
dan selanjutnya di emulsi dengan PGA. Jumlah PGA yang digunakan adalah untuk ekstraknya
sama berat dan untuk lemak minyaknya separuh berat minyak lemak. Jumlah air yang digunakan
untuk membuat corpus emulsi 1,5 x berat PGA. Setelah corpus emulsi jadi baru diencerkan
dengan sisa airnya.
Emulsi dengan minyak eteris kreosotum , benzylis benzoas
Zat-zat dengan benzylis benzoas untuk kulit sebaiknya dibuat dengan trietanolamin dan asam
stearat dalam perbandingan 1 : 4
Emulsi dengan balsamum peruvianum copaivae dan terebinthia laricina
Dibuat dengan PGA sebanyak 2x berat balsam. Bila disamping balsam terdapat pula minyak
lemak maka PGA yang digunakan adalah jumlah berat dari semua berat untuk balsem dan
separuh berat untuk minyak lemak
Emulsi dengan bromoforfum
Karena berat jenis bromoforfum 2,8 maka sulit dibuat emulsi yang baik maka perlu ditambah
minyak lemak sebanyak 10x berat bromoforfum. Penambahan minyak lemak sebanyak 7x berat
bromoforfum akan menurunkan berat jenis bromoforfum menjadi ± 1.
Emulsi dikatakan stabil jika :
Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi partikel dari globul fase
dalam selama life time produk.
Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.
Mudah mengalir atau tersebar tetapi memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan stabilitas
fisiknya.
Flokulasi dan creaming
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak
beraturan.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda di dalam emulsi.
Koalesen dan breaking
Koalesen merupakan proses bergabungnya droplet yang akan diikuti dengan breaking yaitu
pemisahan fase terdispersi dari fase kontinu. Proses irrevesibel karena lapisan emulgator yang
mengelilingi cairan sudah tidak ada.
Inversi fase
Infersi fase adalah proses perubahan dimana fase terdispersi berubah fungsi menjadi medium
pendispersi dan sebaliknya.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Emulsi :
1. Ukuran partikel
2. Perbedaan bobot jenis kedua fase
3. Viskositas fase kontinyu
4. Muatan partikel
5. Sifat efektifitas dan jumlah emulgator yang digunakan
6. Kondisi penyimpanan, suhu ada/tidaknya agitasi dan vibrasi
7. Penguapan atau pengenceran selama penyimpanan
8. Adanya kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme.
Metode pembuatan emulsi, yaitu :
Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus
dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat
dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak
sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak
secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa gom
kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian
ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu
emulsi yang baik.
Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki
nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB
dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai
dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi
akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai
HLB emulgator diantara 3 – 6.
Emulgator
Untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul diperlukan suatu zat yang dapat
membentuk lapisan film diantara globul-globul tersebut sehingga proses penggabungan menjadi
terhalang, zat tersebut adalah zat pengemulsi (emulgator).
Emulgator dapat dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan mekanismenya
a. Golongan surfaktan, memiliki mekanisme kerja menurunkan tegangan permukaan / antar
permukaan minyak-air serta membentuk lapisan film monomolekuler ada permukaan globul fase
terdispersi. Jenis-jenis surfaktan :
Berdasarkan jenis surfaktan
Surfaktan anionic, contoh : na- lauril sulfat, na-oleat sulfat, na-stearat.
Surfaktan kationik, contoh : zehiran klorida, setil trimetil ammonium bromide.
Surfaktan non ionic, contoh : tween 80, span 80.
Berdasarkan HLB (hidrophyl lipophyl – balance)
b. Golongan koloid hidrofil, membentuk lapisan film multimolekuler di sekeliling globul yang
terdispersi. Contoh : akasia, tragakan, CMC, tylosa.
c. Golongan Zat Terbagi Halus, membentuk lapisan film mono dan multimolekuler, oleh adanya
partikel halus yang teradsorpsi pada antar permukaan kedua fase. Contoh: bentonit, veegum.
2. Berdasarkan sumber
a. Bahan alam, contoh : gom arab, tragakan, agar, male extract.
b. Polisakarida semisintetik, contoh : metyl selulosa, na- carboxymethylselulosa CMC)
c. Emulgator sintetik : surfaktan, sabun, dan alkali, alcohol (cetyl alcohol, gliserin), carbowaxes
(PGA), lesitin (fosfolipid).
Adapun cara pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan :
1. Mortir dan stamper
Sering digunakan membuat emulsi minyak lemak dalam ukuran kecil
2. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan
dilakukan terputus-putus untuk memberi kesempatan emulgator untuk bekerja
3. Dengan Mixer
Partikel fase dispersi dihaluskan dengann memasukkan ke dalam ruangan yang di dalamnya
terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi.
4. Dengan Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel akan
mempunyai ukuran yang sama
Cara Membedakan Tipe Emulsi :
1. Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat diencerkan
dengan minyak
2. Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen
blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan III
3. Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase internal dari
emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm emulsimis : air susu setelah
dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada permukaan. Pemisahan dengan cara creaming
bersifat refelsibel.
4. Konductifitas
Elektroda dicelup di dalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian
sebaliknya.
Keuntungan dan kerugian emulsi :
Keuntungan sediaan Emulsi :
Menutupi rasa minyak yang tidak enak
Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil
Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang
homogen secara visual
Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air.
Kerugian sediaan Emulsi :
Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan tablet karena cairan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
Takaran dosisnya kurang teliti.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. RESEP EMULSI BALSM PERUV
Dr. Rahmat Saleh
SIP 339/IDI/2001
Jln. Malik Raya Kendari
R/ Balsem peru 4
PGA qs
Tannin 3
Gliserin 40
Aqua ad 60
s. u. e
Pro : ridha
B. KELENGKAPAN RESEP
Keterangan :
R/ :
Recipe : Ambillah
M.f.emuls : misce fac emulsi : campur dan buat emulsi
pro : propere : untuk
C. URAIAN BAHAN
1. BALSEM PERU (FI. Edisi III Hal. 102)
Nama resmi : BALSAMUM PERUVIANUM
Nama sinonim : balsam peru
Pemerian : cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan
kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanilin
Kelarutan : larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p, dalam eter minyak tanah p, dan dalam asam
asetat glasial p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : antiseptikum ekstern (obat yang digunakan untuk mencegah luka luar agar tidak membusuk)
2. PULVIS GUMMI ACACIAE (FI. Edisi IV Hal. 718)
Nama resmi : PULVIS GUMMI ACACIAE
Nama sinonim : serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam
jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucillago, tidak berwarna atau
kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis
tidak larut dalam etanol dan dalam eter p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : zat tambahan
3. TANIN (FI. Edisi V Hal. 594)
Nama resmi : TANNINUM
Nama sinonim : Tannine
Pemerian : sisik yang mengkilap, ringan atau serbuk kuning kelabu, ringan, hampir tak berbau dan rasanya
sangat kelat
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam spiritus, dan dalam gliserol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : zat tambahan
4. GLISERIN (FI Edisi III Hal. 271)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama sinonim : gliserol, gliserin
Pemerian : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200
Kelarutan : dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)p, praktis tidak larut dalam kloroform p,
dalam eter p dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan
1. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
D. PERHITUNGAN BAHAN
1 Balsem peru : 4 g
2. PGA : 2 x BB balsem peru =2 x 4 = 8 g
Air untuk PGA : 1,5 x 8 = 12 g ∞ 12 mL
3. Tannin : 3 g
4. Gliserin : 20 g
5. Aqua ad 60 g : 60 – (4+12+8+20+3) = 60 – 47 = 13 mL
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Batang pengaduk
2. Botol 60 g
3. Kertas perkamen
4. Lumpang dan alu
5. Sendok tanduk
6. Sudip
7. Timbangan kasar
BAHAN
1. Aquadest
2. Balsem peru
3. Gliserin
4. PGA
5. Tanin
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Tara botol 60 gram
3. Buat corpus emulgator PGA dengan cara timbang PGA 8 g lalu larutkan dengan air panas 13
mL, gerus hingga terbentuk corpus emulgator PGA
4. Timbang balsm peru 4 g, masukan dalam lumpang yang berbeda, gerus hingga homogen
5. Masukkan corpus emulgator dalam balsm peru, kemudian tambahkan tannin 3 g, gerus gingga
homogen
6. Tanbahkan gliserin 20 g, gerus hingga homogen
7. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit
8. Masukan dalam botol
9. Cukupkan volumenya dengan aquadest ad 60 g , lalu kocok
10. Beri etiket biru
G. WADAH
- Botol 60 g
H. ETIKET BIRU
Apotek Bina Husada KendariJln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker : TantriSIK : F.11.113
No : 09 Tgl : 4-5-2012 Nama : RidhaAturan Pakai : 3 x sehari Dioleskan pada bagian yang sakit
Obat Luar
A. RESEP NO.10
B. KELENGKAPAN RESEP
Dr. Andika Pratama .SIP 456/IDI/2002
Jln. Merpati 12 Kendari
R/ Camphorae 1
Ol.olivae 5
Sir. Simplex 15
PGA qs
Aqua ad 60
s. u. e
Pro : Tika
Keterangan :
R/ : Recipe : Ambillah
S. ad us ext : signa adde usus externum : tandai untuk pemakaian luar
pro : propere : untuk
C. URAIAN BAHAN
1. CAMPHORA (FI.Edisi III Hal.130)
Nama resmi : CAMPHORA
Nama sinonim : Kamper
Rumus molekul : C10H16O
Berat molekul : 152,24
Rumus bangun : CH3
CH3-C-CH3
Pemerian : Hablur butir atau massa hablur; tidak berwarna; atau putih; bau khas; tajam; rasa pedas dan
aromatik
Kelarutan : Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%)p, dalam 0,25 bagian kloroform p;
sangat mudah larut dalam eter p; mudah larut dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
Khasiat : Antiiritan (obat yang digunakan untuk mengobati iritasi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
atau bahan kimia)
2. OLEUM OLIVAE (FI. Edisi III Hal. 452)
Nama resmi : OLEUM OLIVAE
Nama sinonim : Minyak zaitun
Pemerian : cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau tengik, rasa khas, pada suhu rendah sebagian
atau seluruhnya membeku
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%)p, mudah larut dalam kloroform p, dalam eter p, dan dalam eter
minyak tanah p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terisi penuh
Khasiat : Zat tambahan
3. SIRUP SIMPLEX (FI. Edisi III, hal. 576)
Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Sinonim : sirup gula
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Pembuatan : larutkan dalam 65 bagian sakarosa dalam larutan Metil Paraben 0,25% b/v secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian sirup
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk
4. PULVIS GUMMI ACACIAE (FI. Edisi IV Hal. 718)
Nama resmi : PULVIS GUMMI ACACIAE
Nama sinonim : serbuk Gom Arab, serbuk Gom Akasia
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau
Kelarutan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam
jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilago, tidak berwarna atau kekuningan,
kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut
dalam etanol dan dalam eter
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
5. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Kamfer = 1 g
2. Ol. Olivae = 5 g
3. Sirup simplex = 15 g
4. PGA = (1 + 2,5) = 3,5 g
Air untuk PGA = 1,5 x 3.5 = 5,25 g ~ 5,25 mL
5. Aqua ad 60 = 60 – (1+5+15+3,5+5,25)
= 60 – 29,75
= 30,25 g ∞ 30,25 mL
Catatan : banyaknya PGA adalah jumlah dari zat padat dari bahan resep.
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Batang pengaduk
2. Botol 60 mL
3. Cawan krus
4. Gelas ukur
5. Kaca arloji
6. Kertas perkamen
7. Lumpang dan alu
8. Pipet tetes
9. Sendok tanduk
10. Sudip
11. Timbangan halus
12. Timbangan kasar
BAHAN :
1. Aqua
2. Champora
3. Oleum olivae
4. PGA
5. Sirup simplex
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tara botol 60 gram
3. Buat corpus emulgator PGA dengan cara timbang PGA 3,5 g lalu larutkan dengan air panas 5,25
mL, gerus hingga terbentuk corpus emulgator PGA
4. Timbang kamfer 1 g dikaca arloji, gerus dalam lumpang yang berbeda, kemudian masukan
dalam corpus emulgator PGA, gerus hingga homogen
5. Tambahkan ol.olivae 5 g, sedikit demi sedikit, gerus ad homogen
6. Tambahkan sirup simplex 15 g, gerus hingga homogen, dan masukan dalam campuran PGA,
gerus
7. Masukkan dalam botol, kemudian cukupkan volumenya dengan aquadest ad 60 g, kocok hingga
homogen
8. Beri etiket biru
G. WADAH
- Botol 60 mL
H. ETIKET BIRU
Apotek Bina Husada KendariJln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker : TantriSIK : F.11.113
No : 10 Tgl : 4-5-2012 Nama : TikaAturan Pakai : 3 x sehari Dioleskan pada bagian yang sakit
Obat Luar
A. RESEP NO. 11
B. KELENGKAPAN RESEP
R/ Asam stearat 15
Cera alba 2
Vaselin album 8
TEA 1,5
Propilenglikol 8
Aqua ad 65,5
S.vanishing cream
da 50 g
Pro : Mitha
Keterangan :
R/ : Recipe : Ambillah
S : signa : tandai
pro : propere : untuk
da 60 : buat 60
C. URAIAN BAHAN
1. ASAM STEARAT (FI Edisi III Hal. 57)
Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama sinonim : asam stearat
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak
lilin
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)p, dalam 2 bagian kloroform p,
dan dalam 3 bagian eter p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
2. CERA ALBA (FI Edisi III Hal. 140)
Nama resmi : CERA ALBA
Nama sinonim : malam putih
Pemerian : zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%)p dingin, larut dalam kloroform
p, dalam eter p hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
3. VASELIN ALBUM (FI Edisi III Hal.633)
Nama resmi : VASELINUM ALBUM
Nama sinonim : vaselin putih
Pemerian : massa lunak, lengket, bening, putih. Sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga
dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dalam etanol (95%)p, larut dalam kloroform p, dalam eter p, dan
dalam eter minyak tanah p. Larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
4. TRIETANOLAMIN (FI Edisi IV Hal.1203)
Nama resmi : TRIETHANOLAMINUM
Nama sinonim : triaethanolamina
Pemerian : cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak
Kelarutan : sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan air mendidih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
5. PROPILENGLIKOL (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian
eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
6. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling, Air murni
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Zat tambahan
D. PERHITUNGAN BAHAN
1. Asam stearat : x 50 = 7,5 g
2. Cera alba : x 50 = 1 g
3. Vaselin albun : x 50 = 4 g
4. TEA : x 50 = 0,75 g
5. Propilenglikol : x 50 = 4 g
6. Aquadest : x 50 = 32,75 g ~ 32,75 mL
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Batang pengaduk
2. Botol 60 mL
3. Cawan krus
4. Cawan porselen
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Hot plate
8. Kertas perkamen
9. Lumpang dan alu
9. Pipet tetes
10. Sendok tanduk
11. Sudip
12.Timbangan kasar
BAHAN
1. Aquadest
2. Asam stearat
3. Cera alba
4. Propilenglikol
5. TEA (Triaethanolamin)
6. Vaselin album
F. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Setarakan timbangan
3. Timbang bahan:
- As. Stearat 7,5 g (kertas perkamen)
- Cera alba 1 g (kertas perkamen)
- Vaselin album 4 g (cawan porselin)
- TEA 0,75 g (cawan krus)
- Propilenglikol 4 g (gelas kimia)
- Aquadest 32,75 mL (gelas ukur)
4. Gerus as.stearat dalam lumpang, tambahkan cera alba kemudian masukkan dalam veselin album,
leburkan dalam cawan (diatas hot plate)
5. TEA dan aquadest, dimasukan dalam propilenglikol, dipanaskan di hot plate
6. Masukan secara bersamaan campuran (no.4 dan no.5) dalam lumpang yang panas, gerus hingga
homogen
7. Masukkan dalam pot cream
8. Beri etiket biru
G. WADAH
- Pot cream
H. ETIKET BIRU
BAB IV
Apotek Bina Husada KendariJln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker : TantriSIK : F.11.113
No : 11 Tgl : 24-03-2012 Nama : MithaAturan Pakai : 2-3 x sehari Dioleskan tipis-tipis
Obat Luar
PEMBAHASAN
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. secara
umum emulsa dibedakan atas emulsa vera (emulsi alam) dan emulsa spuria (emulsi buatan).
Pada peracikan R/9, yaitu emulsi dengan balsamum peruvianum. Emulsi ini dibuat dengan
cara balsam peru dicampurkan pada corpus emulsi PGA, lalu digerus hingga homogen, yang
dimana balsam peru akan terdispersi dalam air dengan adanya PGA atau emulgator.
Pada pembuatan emulsi dengan balsam peru, jumlah PGA yang digunakan adalah sebanyak
dua kali berat balsam. Pembuatan emulsi ini, pada saat penambahan balsam peru pada corpus
emulsi PGA penggerusannya harus dilakukan dengan perlahan-lahan agar corpus emulsinya
tidak pecah.
Pada kelarutan balsam peru berdasarkan istilah kelarutannya adalah 10-30 bagian dalam
kloroform p, dalam eter p, dalam eter minyak tanah p dan dalam asan asetat glasial p, adalah
100-1.000 bagian
Pada kelarutan PGA berdasarkan istilah kelarutannya adalah 1-10 bagian dalam air dan
dalam etanol lebih dari 10.000 bagian.
Pada kelarutan gliserin berdasarkan istilah kelarutannya adalah larut dalam air dan dalam
etanol, sedangkan dalam kloroform p, dalam eter p, dalam minyak lemak lebih dari 10.000
bagian.
Pada kelarutan tannin berdasarkan istilah kelarutannya adalah dalam air dan dalam etanol
sangat mudah larut, dalam eter p dan dalam kloroform lebih dari 10.000 bagian, dalam aseton p
adalah kurang dari 1 bagian. Perlahan-lahan mudah larut dalam gliserol p.
Dalam resep ini merupakan emulsi tipe A/M dimana air larut dalam tipe minyak. Dalam
pembuatan resep ini, jumlah PGA diganti dengan aqua untuk membuat corpus emulsi. Pada
penimbangan balsam peru kita mengolesi paraffin cair pada kertas perkamen yang akan kita
gunakan untuk menimbang balsam peru karena pemerian balsam peru adalah cairan kental, dan
lengket, tidak berserat.
Dalam resep ini masalah yang kita hadapi adalah meracik balsam peru dan menghitung
jumlah PGA yang digunakan, maka kita lakukan emulsi dengan balsam peru dibuat dengan PGA
sebanyak 2x berat balsam peru dengan penambahan balsam peru ke dalam corpus emulsi.
Pada peracikan R/10, emulsi yang dibuat itu menggunakan bahan tambahan yang larut
dalam minyak, yaitu campora yang mana kita ketahui sendiri bahwa campora larut dalam minyak
lemak yang sesuai dengan kelarutannya oleh karena itu bahan camporanya dilarutkan dalam
minyak lemak atau oleum lini yang menyebabkan penurunan titik beku pada campora sehingga
mencair dan hingga akhirnya dapat larut dalam minyak lemaknya yaitu oleum lini. setelah
campora larut dalam oleum lini maka ditambahkanlah PGA dan diaduk hingga terbentuk corpus
emulsi lalu dicukupkan volumenya dengan air hangat kemudian dikocok hingga emulsi dingin.
Pada pembuatan emulsi R/10 pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, setarakan timbangan, kemudian ditara botol 60 g, setelah itu
dibuat corpus emulsi PGA,dengan cara di timbang PGA 3,5 g, kemudian tambahkan air panas
5,25 mL, lalu taburkan di atasnya sampai terbentuk corpus emulsi. Setelah itu ditambahkan
camphora sebanyak 1 g yang telah ditimbang dikaca arloji, kemudian dimasukkan di dalam
lumpang yang berbeda. Dan masukkan dalam corpus emulsi PGA, Digerus hingga homogen.
Lalu ditambahkan 5 g oleum olivae dan sirup simplex 15 g, gerus hingga homogen. Kemudian
masukkan dalam botol dan cukupkan volemenya dengan aquadest ad 60 g, dan dikocok hingga
homogen. Dan yang terakhir diberi etiket biru.
Pada pembuatan emulsi R/11 yaitu cream , dimana cream adalah sediaan setengah padat
berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60 %, dimasukkan untuk pemakaian luar.
Pada R/11 yaitu vinishing cream, bahan fase minyaknya yaitu asam stearat, cera alba, vaselin
album, terlebih dahulu dilebur dalam cawan sedangkan fase airnya yaitu tea, propilenglikol, dan
aquadest dipanaskan di atas hot plate. Untuk mendapatkan hasil massa cream yang sempurna
maka campuran TEA dan campuran asam stearat harus dimasukkan secara bersamaan ke dalam
lumpang panas dan digerus sehingga massa cream yang terbentuk sesuai dengan yang
diharapkan. Setelah itu masukkan dalam pot cream dan beri etiket biru.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pangemulsi atau surfaktan yang cocok.
Salah satu keuntungan sediaan dalam bentuk emulsi adalah tertutupnya rasa minyak yang tidak
enak.
Pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan metode continental (gom kering),
metode inggris (gom basah), dan metode botol.
B. SARAN
Dalam melakukan praktikum terutama pada saat pembuatan emulsi, para praktikan harus
meracik sediaan emulsi denga teliti dan sungguh-sungguh terutama pada saat melakukan
pencampuran antara fase minyak dan fase air agar corpus emulsi yang terbentuk sesuai dengan
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 . Jakarta : Dekpes RI
Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC
Diposkan oleh Tantri di 7/15/2012 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Our Partners
Mimosa pudica
putri malupun tak ingin disakiti
si mimioo pudiica :)
Labels
all about me (4) farmakologi (2) Farmasetika-1 (1) Laporan (jurnal) Farmasetika Dasar (5) laporan (jurnal) farmasetika-1 (3) laporan (jurnal) kimia dasar (5) Medicine (1) mikrobiologi n parasitologi (2)
praktikum Mikrobiologi dan parasitologi (jurnal) (3)
Popular Posts
contoh obat bebas terbatas
PENGGOLONGAN OBAT MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN FARMASI Golongan obat adalah penggolonga yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan ketepata...
UNGUENTA (SALEP)
BAB 1 ...
Larutan (solutio)
BAB I PEMBAHASAN I. LARUTAN A. Pengertian Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air...
larutan (solutio)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia farmasi terdapat berbagai macam sediaan yang berbentuk cair. Baik berupa larutan, su...
PULVERES (Serbuk Bagi)
BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran homogeny dua atau lebih bahan obat yang telah ...
PULVIS ADSPERSORIUS (Serbuk Tabur)
.Resep2 Dr. Ida Ayu SIP. 921/101/2010 Jalan. Timah. No 70 No. 002 tgl 13/12/2011 R/ Acid Salicylic 2 Balsm...
Iodimetri
I. JUDUL IODIMETRI II. TUJUAN 1. Menentukan konsentrasi larutan baku Na ...
keuntungan dan kerugian mikroorganisme
Mikoorganisme … “ Mikroorganisme yang ada di bumi tak terhitung jumlah jenis dan macamnya. Sayangnya, perkembangan ilmu pen...
Permanganometri
I. JUDUL Permanganometri II. TUJUAN 1. Un...
uji salmonella
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan bagi ...
My facebook
Devancez Tantri
Buat Lencana Anda
Mengenai Saya
Tantri Education is ornament in prosperity and a refuge in adversity :)
Lihat profil lengkapku
Followers
Pages
Beranda
My visitorss ^^"
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.