MAKALAH
Marasmic kwashiorkor
MODUL ORGAN TUMBUH KEMBANG (TK)
Kelompok 4
Putri Melati 030.05.172
Radita Primakirana Sediadi 030.05.178
Adnan Rizki Maliki 030.07.009
Ni Putu Fera Suari 030.07.182
Rizka Rinintia Sari 030.07.224
Shalyane 030.07.239
Yohelio P.Sibu 030.07.277
Mustakiran P Bin Sulaiman 030.07.306
Nadiah Binti Ahmad Lutfi 030.07.307
Nurkamila Bt Moh Hasan 030.07.329
Nurul Adibah Binti Rozali 030.07.330
Zahidah Amni Binti Zulkafli 030.07.345
Zahaidah Binti Zakaria 030.07.346
Zulfahrizat Bin Shamsudin 030.07.347
Ukim Bin Antiko 030.07.344
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERITAS TRISAKTI
Tinjauan pustaka
Proses metabolik anak pada dasarnya sama, akan tetapi relatif lebih aktif di bandingkan orang dewasa. Oleh karena itu anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat badannya. Karena sebagian dari makanan tersebut harus disediakan untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandung cukup kalori. Dalam makanan tersebut harus mencukupi karbohidrat, protein, mineral, air, vitamin, dan beberapa asam lemak dalam jumlah tertentu. Bila kebutuhan minimal akan energi atau kalori tidak dapat dipenuhi oleh pemberian makanan tersebut dalam waktu lama maka akan timbul gejala under nutrition (gizi buruk). Secara umum under nutrition (gizi buruk) ada dua bentuk yaitu kwashiorkor dan marasmus.
Kwashiorkor adalah sindrom yang disebabkan oleh defisiensi protein. Kwashiorkor terutama dijumpai pada masa bayi dan anak prasekolah yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya.
Gejala-gejala kwashiorkor:-
1) Berat dan tinggi yang kurang dibandingkan dengan anak normal
2) Pada sebagian besar penderita ditemukan acites, edema baik ringan maupun berat
3) Perubahan rambut. Yang sangat khas untuk penderita ini adalah rambut yang sangat mudah dicabut, tarikan ringan didaerah temporal dengan mudah dapat mencabut seberkas rambut tanpa reaksi dari penderita. Warna rambut penderita tampak kusam, kering, halus dan jarang
4) Hepatomegali, hiperaktivitas sel hati
5) Anemia ringan. Yang terbanyak anemia normositik normokrom
Marasmus adalah bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Gejala-gejala marasmus:-
1) Penampilan seperti orang tua dan kulit tampak kering
2) Konstipasi atau diare
3) Kadar albumin yang rendah sedangkan kadar globulin tinggi
4) Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
Bila kurang energi (kalori) saja disebut Marasmus. Bila hanya kurang protein saja disebut Kwashiokor. Yang sering terjadi di Indonesia adalah tipe campuran Marasmic-Kwashiorkor.
PEMBAHASAN KASUS
Seorang anak berusia 3 tahun di bawa ke Rumah Sakit dengan keluhan diare yang telah
berlangsung lebih dari 2 minggu. Menurut ibu persalinan ditolong oleh bidan dengan berat
2300 gram dan panjang 48 cm, dan merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. Air susu ibu
hanya diberikan sampai usia bayi berusia 2 bulan dan diganti dengan susu formula. nenek
pasien sudah 2 bulan mendapat pengobatan penyakit paru di Puskesmas. Belum pernah di
vaksinasi. Dua bulan sebelum dibawa ke Rumah Sakit menderita penyakit campak. Pada
pemeriksaan anak kompos mentis, BB 6,8 Kg dan Panjang Badan 65 cm. Terdapat oedem di
kedua tungkai. Pemeriksaan laboraturium Hb : 6 gr %
STATUS TUMBUH KEMBANG KASUS
Identitas
Nama : -
Umur : 3 tahun
Jenis Kalamin : -
Berat : 6,8 kg
Panjang badan : 65 cm
Keluhan utama : diare lebih dari 2 minggu
Keluhan tambahan : oedem di kedua tungkai
Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita campak
Riwayat kelahiran : berat 2300 gram
Panjang 48cm
Riwayat makanan : ASI hingga usia 2 bulan, lalu diganti susu formula
Riwayat vaksinasi : belum pernah di vaksin
Riwayat keluarga : nenek pasien sudah 2 bulan mendapat pengobatan
penyakit paru
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN TUMBUH KEMBANG
1. ASI diberikan hanya 2 bulan, seharusnya diberi sehingga 6 bulan-2tahun. ASI penting
kerana membekalkan gizi yang lengkap serta mengandungi sistem pertahanan yang
mampu melindungi bayi dari infeksi.
2. Tidak berikan vaksinasi sejak lahir menyebabkan lebih rentan terhadap infeksi
3. Riwayat penyakit dahulu iaitu campak juga mengganggu tumbuh kembang bayi
4. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah lebih mudah terkena penyakit infeksi
5. Oedema pada tungkai merupakan manifesti dari hipoalbuminemia. Keadaan ini bisa
terjadi kerana kurang asupan protein
6. Sosial ekonomi keluarga juga berperan dalam terjadinya gangguan tumbuh kembang.
Pengetahuan yang rendah tentang pentingnya asupan gizi yang benar, ASI serta
vaksinasi menyebabkan pengabaian hal-hal ini.
7. Penyebab primer dari malnutrisi adalah intake makanan yang berkurang
8. Penyebab sekunder dari malnutrisi adalah infeksi seperti diare kronis yang
menyebabkan gangguan dari penyerapan gizi sehingga menimbulkan masalah gizi.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Kompos mentis
Tanda-tanda Vital: ( data tidak di peroleh, harus diperiksa )
1. Suhu
2. Nadi
3. Pernapasan
4. Tekanan darah
Hasil pemeriksaan fisik( dalam kasus) Interpretasi
Kompos mentis Keadaan umum masih baik
Udem di kedua tungkai Hipoalbuminemia
BB=6.8kg, Panjang badan= 65 cm Kurang dari normal,mungkin kekurangan
gizi
Pemeriksaan fisik lain yang harus dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis:
Inspeksi : mata cekung, warna rambut, conjungtiva pucat( anemia), Old- man Face
( marasmus)
Palpasi : hepatomegali ( kwashiorkor), dinding perut hipotonus dan kulit longgar
( Marasmus)
Perkusi : apakah ada asites
Auskultasi: didengar suara napas kerana neneknya mengalami sakit paru
PEMERIKSAAN LABORATURIUM DAN PENUNJANG LAINNYA
1. Pemeriksaan darah lengkap – melihat kadar Hb, Ht, trombosit, albumin, glukosa, zat
besi dan lain-lain dalam darah untuk memastikan diagnosis kasus.
2. Mikroskopik tinja - untuk mengetahui etiologi diare sama ada disebabkan oleh
bakteri,parasit dan lain-lain.
3. Blood Urea Nitrogen(BUN) – untuk menilai kadar pengambilan protein. Jika hasil
kurang daripada 8mg/dL kemungkinan terdapatnya kekurangan pengambilan protein.
4. Serum total iron binding capacity – normal adalah 240-450 µg/dL dan jika kadarnya
bawah daripada 200µg/dL menunjukkan adanya kekurangan zat besi
5. Pemeriksaan urin – melihat sama ada terdapat kenaikan kadar kretinin, adanya
ketonuria dan kadar urea nitrogen dalam urin
6. Mikroskopik folikel rambut
7. Kekuatan genggaman tangan – biasanya pada kwashiorkor terdapatnya atrofi otot
8. Foto thorax – untuk melihat kelainan pada paru atau pada organ lain pada bahagian
tersebut
9. Tuberculin test – tapi biasanya pada anak-anak yang kekuangan gizi atau gizi buruk
akan mendatangkan hasil yang negative
PERAN AIR SUSU IBU DALAM TUMBUH KEMBANG
1. Memberi nutrisi pada anak
2. Sebagai anti infeksi
Immunoglobulin : IgA, IgM, IgG
Non-Immunoglobulin : a. Selular → Limfosit, Leukosit
b. Non Selular → Lisozim, Lactoferin, Faktor bifidus
3. Rangsangan Psikososial : Kontak mata dan sentuhan ibu
4. Mengandung gizi yang komplit untuk pertumbuhan bayi ( protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan kalori ).
5. Mengandung minyak omega 3 asam linoleat → Pertumbuhan otak dan retina
6. Terdapat antibody colostrums → kekebalan traktus digestivus dalam menghadapi
benda asing yang masuk.
7. Mengandung asam amino esensial ( 45% ).
PERAN IMUNISASI DALAM PROSES TUMBUH KEMBANG
Imunisasi atau vaksinasi berperan dalam meningkatkan derajat imunitas, memberikan
proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik, agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba
ekstraselular dan produknya. Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel
dengan menetralisasi toksin. Imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan
patogen.
Jadwal imunisasi yang harus diberikan sesuai dengan usia bayi dan anak adalah sebagai
berikut:-
Usia Vaksin
0 Bulan Hepatitis B1, BCG
2 Bulan Hepatitis B2, Polio 1, DPT 1
4 Bulan Polio 2,DTP 2
6 Bulan Polio 3, DTP 3
9 Bulan Hepatitis B 3
15 Bulan Campak, Mumps, Rubella
18 Bulan Polio 4, DTP 4
4-6 Tahun Polio 5, DTP 5
14-16 Tahun
( dan tiap 10
tahun
Tetanus dengan dosis toksoid difteri
yang dikurangi
sesudah itu)
Penyakit - penyakit ini Hepatitis, Tuberkolosis (TBC), Poliomielitis, Difteri , Tetanus,
Pertusis (Batuk rejan/batuk 100 hari) ,Campak, Rubella, Mumps, dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi.
DIAGNOSIS KERJA
Marasmic Kwashiorkor
- ≤ 60& + oedem → kurang gizi berat
PENATALAKSANAAN
Tahap 1 - diberi rehidrasi oral →cairan elektrolit (ringer laktat)
- Jika rehidrasi sudah membaik, diberi makanan encer
Tahap 2 - antibiotik diberi untuk atasi infeksi
- Diberikan makanan secara NGT→ tinggi kalori : 75 kal/kg
→ tingi protein : 1 gr/kgBB/24 jam
- Asupan elektrolit, vitamin dan mineral
Tahap 3 - Oedem menghilang
- Keadaan anak membaik
- Kalori : 150 Kkal
- Protein 4 gr/kgBB
Zat besi diberikan sementara menuggu kadar proteinnya normal.
PROGNOSIS
Dubia ad malam kerana terdapatnya tanda-tanda infeksi seperti diare.
KURVA PERTUMBUHAN
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
BB/U berada di jalur hijau gizi baik, kuning gizi kurang dan bawah garis merah gizi buruk.
Berat badan anak ini di bawah garis merah artinya pertumbuhan anak ini mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Tatalaksana Gizi
Buruk. Jakarta: Departemen Kesehatan RI: 2006
Hassan R, Alatas H, editor. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI: 2007; hal 145-167
Matondang CS, Wahidayat I, Sanstoasmoro S, editor. Diagnosis Fisis pada Anak. Ediisi 2.
Jakarta: Sagung Seto; 2003
Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 15. Jakarta: EGC: 2000; hal: 192-197
Soetjningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 1995; hal:
1-63