LAPORAN KASUS OBSTETRI
SEKSIO SESAREA DAN FRAKTUR FEMUR BAYI SEBAGAI KOMPLIKASI DARI
PRESENTASI BOKONG
Giampiero Capobianco,1 Giuseppe Virdis,1 Pietro Lisai,2 Claudio Cherchi,3 Ornella
Biasetti,3 Francesco Dessole,1 and Giovanni Battista Meloni4
1 Department of Surgical, Microsurgical and Medical Sciences, Gynecologic and Obstetric Clinic,
University of Sassari, 07100 Sassari, Italy
2 Department of Surgical, Microsurgical and Medical Sciences, Institute of Orthopedics, University of
Sassari, 07100 Sassari, Italy
3 Neonatology Intensive Care Unit, University of Sassari, 07100 Sassari, Italy
4 Department of Surgical, Microsurgical and Medical Sciences, Institute of Radiology, University of
Sassari, 07100 Sassari, Italy
Received 22 January 2013; Accepted 17 February 2013
Copyright © 2013 Giampiero Capobianco et al. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Persalinan pervaginam pada bayi dengan presentasi bokong memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk terjadi fraktur pada pinggul bayi dibandingkan dengan persalinan perabdominam.
Sebuah kasus terjadi pada seorang bayi perempuan dengan berat 2390 gram yang lahir pada
usia kehamilan 39 minggu secara seksio sesarea karena presentasi bokong. Bayi baru lahir
tersebut mengalami fraktur pada femur dekstra. Sebuah tindakan imobilisasi sederhana
dengan mengekstensikan ekstremitas dapat menyembuhkan fraktur tersebut tanpa gejala sisa.
Seksio sesarea dapat mengurangi resiko terjadinya trauma pada bayi baru lahir dibandingkan
dengan persalinan pervaginam, terutama untuk presentasi bokong tetapi tindakan ini tidak
menutup kemungkinan terjadinya trauma tersebut.
Pendahuluan
Persalinan pervaginam pada bayi presentasi bokong dapat menyebabkan trauma
berupa fraktur femur pada bayi baru lahir. Ini merupakan hal yang jarang terjadi. Pada
persalinan secara seksio sesarea pun dapat terjadi trauma yang sama namun kasus tersebut
lebih jarang lagi terjadi. Sebuah penelitian oleh Hannah dkk menunjukkan bahwa resiko
fraktur pada tulang panjang terjadi pada 0,1% bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea dan
0,5% pada bayi yang dilahirkan pervaginam.
Persalinan secara seksio sesarean mengurangi resiko terjadinya fraktur pada tulang
panjang tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya fraktur tersebut. Dibawah ini
dilaporkan sebuah kasus fraktur femur dekstra yang terjadi pada persalinan secara seksio
sesarea karena presentasi bokong.
Kasus
Kasus ini terjadi pada seorang wanita Kaukasia berumur 31 tahun yang menjalani
operasi seksio sesarea karena presentasi bokong pada bayinya yang berusia 39 minggu.
Wanita ini pernah menjalani operasi histerektomi karena mioma multipel pada tahun 2005.
Pasien menjalani persalinan pervaginam pada tahun 2003. Pasien diberikan obat anestesi
secara epidural untuk mendapatkan efek analgetik dan relaksasi otot yang adekuat. Insisi
dilakukan pada pada segmen uterus bawah (SBU) dengan lebar insisi yang adekuat. Fetus
terlihat dalam letak melintang dengan krista iliaka terletak pada bagian bawah dari insisi.
Operator memegang paha kiri bayi dan melakukan tarikan seperti yang biasa dilakukan pada
ekstraksi bokong dalam seksio sesarea. Ekstraksi bokong dilakukan tanpa ada kesulitan dan
selama dilakukannya ekstraksi tidak terdengar adanya bunyi yang mencurigakan seperti suara
tulang patah. Seorang bayi perempuan berat 2390 gram lahir dengan skor Apgar 9 dan 10
pada menit 1 dan 5.
Pada saat ekstraksi dilakukan paha kanan pada bayi tersebut tidak terlalu
diperhatikan. Pada pemeriksaan fisik dan tes laboratorium rutin tidak didapatkan adanya
kelainan. Pada hari saat bayi dilahirkan, bayi tersebut tampak kesakitan dan tidak mau
menyusu. Ketika dilakukan palpasi, paha kanan bayi tampak seperti mengelak dan
pergerakannya menjadi berkurang. Hal tersebut membuat tim bagian neonatologi untuk
melakukan foto rontgen pada kaki bayi tersebut. Hasil pemeriksaan menyatakan terdapat
fraktur pada femur kanan bayi dimana segmen proksimal femur terletak lebih anterior
dibandingkan dengan segmen tengah dan distal femur (Gambar 1). Struktur penulangan
terlihat normal, tidak terlihat adanya indikasi terjadinya fraktur, kelainan tulang dan anomali
osteo-articular seperti osteogenesis imperfekta, hipotonia dan lainnya.
Gambar 1. Fraktur femur kanan
Bayi tersebut diberikan terapi imobilisasi dengan cara mengekstensikan extremitas
yang mengalami fraktur (Gambar 2). Pada hari ke-10 terlihat adanya formasi pada kalus pada
bagian tepi dari tulang yang mengalami fraktur. Setelah 20 hari terlihat adanya kemajuan dari
pertumbuhan kalus (Gambar 3). Pada hari ke-23 imobilisasi pada bayi tersebut dihentikan
dan bayi tersebut terlihat dapat menggerakan kaki kanannya dengan aktif. Setelah 75 hari
sejak bayi lahir, fraktur yang sebelumnya ada telah sembuh sepenuhnya. Sekitar 20 minggu
setelah bayi lahir, kedua kaki terlihat dapat bergerak baik tanpa adanya kelainan antara satu
dengan yang lainnya.
Gambar 2. Imobilisasi dengan ekstensi Gambar 3. Proses penyembuhan tulang
Pembahasan
Pada literatur kedokteran hanya didapatkan 9 artikel yang melaporkan kasus fraktur
tulang pinggul akibat persalinan secara seksio sesarea. Kejadian ini sangat jarang sekali
terjadi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan komplikasi seperti yang disebutkan
diatas yaitu kehamilan kembar, relaksasi uterus yang tidak adekuat, adanya mioma, insisi
pada SBU yang tidak adekuat dan juga bayi dengan presentasi bokong yang terfiksir baik
pada rongga panggul. Akibat kurangnya data dan ini juga merupakan kasus yang sangat
jarang sekali terjadi sehingga bila terjadi hal seperti ini tidak dapat terdeteksi dengan baik.
Terdapat beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk menghindari insidens seperti ini.
Prosedur ini diawali dengan pemberian analgetik yang adekuat, ekstraksi dilakukan secara
halus dan baik, dengan melakukan insisi uterus yang cukup lebar untuk memudahkan
ekstraksi. Dalam hal ini, lebih baik membuat insisi yang lebar pada uterus daripada traksi
dilakukan dalam keadaan sulit atau berbahaya. Bila terdapat suara seperti ‘crack’ dapat
menjadi suatu pertanda terjadinya suatu fraktur pada femur bayi ketika dilakukan ekstraksi.
Penemuan ini harus dipastikan dengan melakukan foto rontgen pada ekstremitas bawah bayi
baru lahir. Hal-hal diatas dilakukan sebagai deteksi dini untuk mencegah komplikasi fraktur
dan juga untuk menentukan terapi dini pada kondisi tersebut. Pada kasus diatas tidak
didapatkan adanya faktor predisposisi. Ektraksi dilakukan secara halus dan baik tanpa
melibatkan tenaga yang berlebihan. Adanya fraktur pada femur bayi tersebut adalah di luar
dugaan. Dengan adanya kasus seperti ini maka kewaspadaan akan adanya komplikasi pada
tindakan seksio sesarean harus ditingkatkan.
Kesimpulan
Persalinan secara seksio sesarea mengurangi resiko terjadinya trauma lahir pada bayi
baru lahir dibandingkan dengan persalinan secara pervaginam, terutama pada bayi dengan
presentasi bokong. Namun operasi ini tidak menutup kemungkinan terjadinya komplikasi
trauma lahir.
JOURNAL READING
SEKSIO SESAREA DAN FRAKTUR FEMUR BAYI SEBAGAI
KOMPLIKASI DARI PRESENTASI BOKONG
Disusun oleh:
Giovani Anggasta
112013127
Pembimbing:
Dr. Johan M.H., Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA
PERIODE 9 JUNI 2014 – 16 AGUSTUS 2014
Top Related