LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
1. Konsep Teori Pada Anak
A. Pengertian
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150-430
perseribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan ,
angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3% .
1. Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang terlalu frekuen (Yatsuyanagi, 2002).
2. Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada
kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare
dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari.
Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau
masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)
3. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar
5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
4. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (USAID, 2009)
5. Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
1
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
6. Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi
dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit
diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut
Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare adalah penyakit dengan buang air besar
lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) (Sinthamurniwaty, 2006).
7. Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
8. Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai
pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang
anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).
9. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak,
frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004)
10. Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang
dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia
2
fekal.1-4 Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2
minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu.
Selanjutnya pembahasan dikhususkan mengenai diare kronis (Hooward,
1995 cit Sutadi 2003)
11. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Guerrant, 2001; Ciesla, 2003)
12. Menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat.
Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3
tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200
g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator
untuk volume tinja.
B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu
1. Faktor infeksi
a. ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa) , monosakarida (intoleransi glokosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
3
C. Patofisiologi
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan
hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan
yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa: (Sommers,1994; Noerasid,
1999 citSinthamurniwaty 2006)
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah
dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik, percampuran
dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui selaput
lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi
sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak
60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan
bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat
zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi
lambung, empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap
usus halus, dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga
tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja.
Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
1. Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
2. Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
3. Mencegah bakteri untuk berkembang biak.
4
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan sekresi
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan , sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patofisiologi diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usu halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak ( multiplikasi ) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksik diaregenik )
4. Akibat toksin tersebut terjadilah hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Patofisiologi diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri,
parasite, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi :
5
1. Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa ( asidosis metabolic, hypokalemia dan
sebagainya )
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( masuknya makanan kurang,
pengeluaran bertambah )
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah.
6
D. Tanda dan Gejala
1. Bayi akan menjadi cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,napsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
2. Tinja cair dan mungkin disertai lender atau darah.
3. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
dengan empedu.
4. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
5. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Gejala dehidrasi disebabkan karena penderita telah kehilangan banyak
cairan dan elektrolit.
7. Berat badan turun turgor kulit berkurang mata dan ubun-ubun besarmenjadi
cekung,selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:
1. Dehidrasi ringan
2. Dehidrasi sedang
3. Dehidrasi berat, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga
dapat cepat, terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu
denyut jantung menjadi cepat,denyut nadi cepat kecil, tekanan darah
menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun(apatis, somnolen
dan kadang-kadang sampai soporokomateus).Akibat dehidrasi berat diuresis
berkurang(oliguria sampai anuria)bila sudah ada asidosis metabolic
penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan
dalam(pernapasan kusmaul).Asedosis metabolic terjadi karena:
a. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja.
b. Ketosis kelaparan.
7
c. Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat
dikeluarkan(oleh karena oliguria atau anuria).
d. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel.
e. Penimbunan asam laktat(anoksia jaringan tubuh)
Sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi:
1. Dehidrasi hipotonik, atau(dehidrasi hiponatremia)yaitu bila kadar natrium
dalam plasma kurang dari 130mEq/l.
2. Dehidrasi isotonic,(dehidrasi isonatremia)bila kadar natrium dalam plasma
130-150mEq/l.
3. Dehidrasi hipertonik, (dehidrasi hypernatremia)bila kadar natrium dalam
plasma lebih dari 150 mEq/l.
Pada dhidrasi isotonic dan hipotonik penderita tampaknya tidak begitu
haus,tetapi pada penderita dehidrasi hipertonik terasa haus akan nyata sekali
dan sering disertai kelainan neurologis seperti kejang, hiperefleksi dan
kesadaran yang menurun, sedangkan turgor dan tonus tidak bertambah
buruk.
E. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbai
macam komplikasi seperti:
1. Dehidrasi(ringan,sedang,berat,hipotonik,isotonic dan hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hypokalemia(dengan gejala mateorismus,hipononi otot, lemah, bradikardia,
perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
8
F. Penatalaksaan
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2. Dietetetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
9
G. Konsep Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status
ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan
komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
b. Keluhan utama
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare
dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam
sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi,
awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
a. Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
b. Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
aktivitas sehari-hari.
c. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena
infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan
> 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali
baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah.
Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan
meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
10
d. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain.
1) Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM,
Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin
di dalam rahim.
2) Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi
fungsi dan maturitas organ vital .
3) Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya. Pemberian
ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi
buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting
karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda,
sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
11
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
2) Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
mudah terkena kuman penyebab diare.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak
yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
g. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastroistensinal
berlebihan melalui feses atau emesis.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui diare ,masukan yang tidak adekuat
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus
saluran gastrointestinal
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
e. Cemas/ takut berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan setres.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastroistensinal berlebihan
12
melalui feses atau emesis.
sasaran pasien
pasien menunjukkan tanda – tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat
Hasil Yang Diharapkan
Anak menunjukkan tanda –tanda hidrasi yang adekuat
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Beri larutan Rehidrasi oral ( LRO )
2) Berikan dan pantau cairan IV sesuai
ketentuan
3) Beri agens antimikroba sesuai
ketentuan
4) Setelah rehidrasi berikan diet reguler
pada anak sesuai toleransi karena
penelitian menunjukkan pemberian
ulang diet normal secara dini bersifat
menguntungkan
5) Ganti LRO dengan cairan rendah
natrium seperti air,asi,formula bebas
1) Untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan.
Beri LRO sedikit tapi sering,
khususnya bila anak muntah karena muntah
kecuali jika muntah itu hebat, bukanlah
kontraindikasi untuk penggunaan LRO.
2) Untuk dehidrasi hebat dan muntah
3) Untuk mengobati patogen khusus
yang menyebabkan kehilangan
cairan yang berlebihan.
4) Untuk menurunkan jumlah defekasi
dan menurunkan berat badan serta
pemendekan durasi penyakit.
5) Untuk memepertahankan terapi
cairan
13
laktosa,atau formula yang
mengandung setengah laktosa
6) Pertahankan pencatatan yang kuat
terhadap masukan dan keluaran
(urin,feses dan emesis)
7) Pantau berat jenis urin setiap 8 jam
atau sesuai indikasi
8) Timbang berat badan anak
9) Kaji tanda-tanda vital,turgor
kulit,membran mukosa dan status
mental setiap 4 jam
10) Hindari masukan cairan jernih
seperti jus buah,minuman
berkarbonat,dan gelatin.
11) Intruksikan keluarga dalam
memberikan terapi yang
tepat,pemantauan masukan dan
keluaran,dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi
6) Untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi .
7) Untuk mengkaji hidrasi
8) Untuk mengkaji dehidrasi
9) Untuk mengkaji hidrasi
10) karena cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat,rendah elektrolit,dan
mempunyai osmolalitas tinggi.
11) Untuk menjamin hasil optimum dan
memperbaiki kepatuhan terhadap
aturan terapeutik.
14
b. Diagnosa 2
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui diare ,masukan yang tidak adekuat
Sasaran Pasien :
Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang
sesuai dengan usia
Hasilyang Diharapkan :
Anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukkan penambahan berat
badan yang memuaskan
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Setelah rehidrasi ,intruksikan ibu
menyusui untuk melanjutkan
pemberian ASI
2) Hindari pemberian diet dengan
pisang,beras,apel dan roti atau teh
3) Observasi dan catat respons terhadap
pemberian makanan
4) Intriksikan keluarga dalam
memberikan diet yang tepat
5) Gali masallah dan prioritas keluarga
1) Karena hal ini cenderung mengurangi
kehebatan dan durasi penyakit.
2) Karena diet ini rendah dalam energi
dan protein,terlalu tinggi dalam
karbohidrat dan rendah elektrolit
3) Untuk mengkaji toleransi pemberian
makanan
4) untuk meninngkatkan kepatuhan
terhadap program terapeutik
5) Untuk memperbaiki kepatuhan
terhadap program terapeutik
15
c. Diagnosa 3
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran
gastrointestinal
Sasaran Pasien :
Pasien (orang lain ) tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal
Hasil Yang Diharapkan :
Infeksi tidak menyebar ke orang lain
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Implementasikan isolasi substansi
tubuhatau praktik pengendalianinfeksi
rumah sakit ,termasuk pembuangan
feses dan pencucian yang tepat ,serta
penanganan spesimen yang tepat
2) Pertahankan pencucian tangan yang
benar
3) Pakaikan popok dengan tepat
4) Gunakan popok sekali pakai
superabsorbent
5) Ajarkan anak ,bia mungkin, tindakan
perlindungan
6) Intruksikan anggota keluarga dan
pengunjung dalam praktik
isolasi,khususnya mencuci tangan
1) Untuk mencegah penyebaran infeksi
2) Untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi
3) Untuk mengurangi kemungkinan
penyebaran infeksi
4) Untuk menampung feses dan
menurunkan kemunghkinan
terjadinya dermatitis popok
5) Untuk mencegah penyebaran infeksi
seperti pencucian tangan setelah
menggunakan toilet.
6) Untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi
16
d. Diagnosa 4
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
Sasaran Pasien :
Kulit pasien tetap utuh
Hasil Yang Diharapkan :
Anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Ganti popok dengan sering
2) Bersihkan bokong perlahan-lahan
dengan sabun lunak , non-alkalin dan
air atau celupkan anak dalam bak
untuk pembersihan yang lembut
3) Beri salep seperti seng oksida
4) Pajankan dengan ringan kulit utuh
yang kemerahan pada udara jika
mungkin
5) Berikan salep pelindung pada kulit
yang sangat teriritasi atau kulit
terekskoriasi
6) Hindari menggunakan tisu basah yang
dijual bebas yang mengandung
alkohol pada kulit yang terekskoriasi
7) Observasi bokong dan perineum akan
1) Untuk menjaga agar kulit tetap bersih
dan kering
2) Karena feses diare sangat mengiritasi
kulit
3) Untuk melindungi kulit dari iritasi
(tipe salep dapat bervariasi untuk
setiap anak dan memerlukan metode
percobaan)
4) Untuk meningkatkan penyembuhan
5) Untuk memudahkan penyembuhan
6) Karena akan menyebabkan rasa
menyengat
7) Seperti kandida, sehingga terapi yang
17
adanya infeksi
8) Berikan obat antijamur yang tepat
tepat dapat dimulai
8) Untuk mengobati infeksi jamur kulit
e. Diagnosa 5
Cemas/ takut berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan setres.
Sasaran Pasien :
Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan
Hasil Yang Diharapkan :
1) Anak menunjukkan tanda-tanda distres fisik atau emosional yang minimal
2) Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak mungkin
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Beri perawatan mulut dan empeng untuk
bayi
2) Dorong kunjungan dan partisipasi
keluarga dalam perawatan sebanyak
yang mampu dilakukan keluarga
3) Sentuh, gendong dan bicara pada anak
sebanyak mungkin
4) Beri stimulasi sensoris dan pengalihan
yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan kondisinya
1) Untuk memberikan rasa nyaman
2) Untuk mencegah setres yang
berhubungan dengan perpisahan
3) Untuk memberikan rasa nyaman
dan menghilangkan setres
4) Untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal
18
f. Diagnosa 6
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi kurang pengetahuan
Sasaran Pasien ( Keluarga) :
Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu
memberikan perawatan
Hasil Yang Diharapkan :
Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya dirumah
INTERVENSI RASIONALISASI
1) Berikan informasi pada keluarga
tentang penyakit anak dan tindakan
terapeutik
2) Bantu keluarga dalam memberikan
rasa nyaman dan dukungan pada anak
3) Izinkan anggota keluarga untuk
berpartisipasi dalam perawatan anak
sebanyak yang mereka inginkan
4) Instruksikan keluarga mengenai
pencegahan
5) Atur perawatan kesehatan
pascahospitalisasi
6) Rujuk keluarga pada lembaga
perawatan kesehatan komunitas
1) untuk mendorong kepatuhan terhadap
program teraupiutik , khususnya jika
sudah berada dirumah
2) untuk memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga
3) untuk mencegah penyebaran infeksi
4) untuk menjamin pengkajian dan
pengobatan yangkontinu
5) untuk pengawasan perawatan
dirumah sesuai kebutuhan
19
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Rusepno dan Husein Alatas. 1985. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nagastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.jakarta: EGC.
Satyanegara,surya.2005.Perawatan Untuk Bayi dan Balita.jakarta:Arcan.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC.
20