LAPORAN KASUS
SEORANG PRIA 62 TAHUN DENGAN
OD KATARAK SENILIS IMATUR DAN OS PSEUDOFAKIA
Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior
Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
Anindia Wardhani
22010110200028
Penguji kasus : Dr. Fifin L. Rahmi, MS., Sp. M (K)
Pembimbing : Dr. Reza Satrio
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang pria 62 tahun dengan OD Katarak Senilis Imatur dan
OS Pseudofakia
Nama : Anindia Wardhani
NIM : 22010110200028
Penguji : Dr. Fifin L. Rahmi, MS., Sp. M (K)
Pembimbing : Dr. Reza Satrio
Dibacakan tanggal : 30 April 2012
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang, 30 April 2012
Penguji Kasus, Pembimbing,
Dr. Fifin L. Rahmi, MS., Sp. M (K) Dr. Reza Satrio
1
LAPORAN KASUS
SEORANG PRIA 62 TAHUN DENGAN
OD KATARAK SENILIS IMATUR DAN OS PSEUDOFAKIA
Penguji kasus : Dr. Fifin L. Rahmi, MS., Sp. M (K)
Pembimbing : Dr. Reza Satrio
Dibacakan oleh : Anindia Wardhani
Dibacakan tanggal : 30 April 2012
I. PENDAHULUAN
Semakin bertambah usia, maka semakin berkurang pula beberapa fungsi
tubuh manusia. Diantaranya yang sering menimpa adalah berkurangnya fungsi
penglihatan. Mata pada orang saat usia lanjut sangat mudah mengalami gangguan.
Biasanya gangguan tersebut muncul dari faktor internal maupun dari faktor
eksternal.1
Tajam penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan
saraf. Bila terdapat kelainan/gangguan pada komponen tersebut, akan dapat
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Salah satu bentuk kelainan media
refrakta adalah katarak, yakni kekeruhan lensa mata karena terganggunya
metabolisme lensa.1 Katarak dapat terjadi akibat penuaan, trauma fisik, radiasi,
pegaruh zat kimia, penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital.1,2,3
WHO mencatat katarak merupakan 50% dari penyebab kebutaan di negara
berkembang. Setidaknya 5-10 juta orang terdiagnosis katarak setiap tahunnya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia
yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, disusul glaukoma,
gangguan refraksi, penyakit mata degeneratif dan penyakit mata lainnya.
Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8%, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun
2001, yaitu 1,2%.4
2
Berikut ini adalah laporan kasus seorang laki-laki 62 tahun dengan oculi
dextra katarak senilis imatur dan oculi sinistra pseudofakia.
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. F
Usia : 62 tahun
Agama : Islam
Alamat : Nampirejo RT004/RW001 kecamatan Temanggung
Pekerjaan : Buruh Tani
No. CM : C338863
III. ANAMNESIS
(Autoanamnesis pada tanggal 25 April 2012)
Keluhan utama : Penglihatan mata kanan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
± 2 tahun sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh penglihatan
mata kanan mulai kabur seperti tertutup kabut. Penglihatan mata kanan kabur
terus menerus, sepanjang hari baik siang ataupun malam hari dan saat melihat
dekat maupun jauh. Mata kanan kabur perlahan-lahan, semakin lama semakin
kabur. Mata merah (-), kotoran mata (-), ngrocos (-), gatal (-), cekot-cekot (-),
nyeri (-), melihat bayangan hitam melayang-layang (-), kilatan cahaya (-), terasa
ngeres (-).
± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa penurunan
penglihatannya semakin bertambah berat dan mengganggu. Karena mengganggu
aktivitas sehari-hari, penderita memutuskan berobat ke Poliklinik mata RSDK
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat sakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat trauma pada daerah mata disangkal
3
Riwayat operasi katarak pada mata kiri bulan Januari 2012.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat anggota keluarga yang menderita kencing manis atau darah tinggi
disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
- Penderita seorang buruh tani dan tinggal bersama istrinya yang berkerja
sebagai buruh tani . Pendidikan terakhir SD tidak lulus
- Penderita mempunyai 2 orang anak yang sudah berkeluarga dan bekerja.
- Pembiayaan pengobatan pasien ditanggung JAMKESMAS.
Kesan sosial ekonomi : kurang.
IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 25 April 2012)
Status Praesens :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital : Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 93x/menit
Frekuensi napas : 21x/menit
Suhu : afebris
Kepala : Mesosefal
Thoraks : Cor dan pulmo tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
4
Status Oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
2/60 VISUS 3/60
S -3 5/60 NBC KOREKSI S -3 6/6
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata kesegala arah
baik
PARASE/PARALYSE Gerak bola mata kesegala arah
baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-), mix injeksi (-)
CONJUNGTIVA
PALPEBRALIS
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-), mix injeksi (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (-), sekret (-),
edema(-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih, jahitan (+) rapat
Kedalaman cukup, jernih,
Tyndall Efek (-)
CAMERA OCULI
ANTERIOR
Kedalaman cukup, jernih,
Tyndall Efek (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia(-)
Bulat, central, regular, PUPIL Bulat, central, regular,
5
Lensa keruh tidak merata
IOL ditempat
Pupil sudah dimidriasil
Jahitan
d : 3 mm, RP (+) d : 3 mm, RP (+)
Keruh tidak
merata(N2K1SKP2)
Iris shadow (+)
LENSA IOL ditempat
(+) kurang cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
T(digital) normal
Tschiotz = 9/5,5 = 8,5 mmHg
TENSIO OCULI T(digital) normal
Tschiotz = 8/5,5 = 10,2 mmHg
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS
LACRIMALIS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan
V. RESUME
Seorang Pria 62 tahun datang ke poliklinik RSDK dengan keluhan sejak ±
2 sebelum masuk rumah sakit OD mengalami penurunan visus. ± 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit, penurunan visus semakin mengganggu, seperti tertutup kabut,
perlahan-lahan, semakin lama semakin kabur. Penurunan visus terjadi terus
menerus, sepanjang hari baik siang ataupun malam hari dan saat melihat dekat
maupun jauh. Karena mengganggu aktivitas, penderita memutuskan berobat ke
poliklinik mata RSDK.
Riwayat operasi katarak pada OS bulan januari 2012
Pemeriksaan fisik :status presen dan pemeriksaan fisik dalam batas normal
Status oftalmologis :
Oculus dexter (OD) Pemeriksaan Oculus sinister (OS)
2/60 VISUS 3/60
S -3 5/60 NBC KOREKSI S -3 6/6
Keruh tidak
merata(N2K1SKP2)
Iris shadow (+)
LENSA IOL ditempat
(+) kurang cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
VI. DIAGNOSIS KERJA
6
OD : Katarak Senilis Imatur
OS : Pseudofakia
VII. TERAPI
OD: Ekstraksi Katarak dan pemasangan Intra Ocular Lens
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Dubia ad bonam ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmetican Ad bonam
IX. SARAN
Lakukan pemeriksaan pre-operasi
a. Pemeriksaan mata : funduskopi, biometri, keratometri, retinometri,
USG B Scan, pemeriksaan sekret mata.
b. Pemeriksaan tanda Vital, EKG, Pemeriksaan darah (darah rutin,
ureum, kreatinin, kadar gula darah, PTT dan PTTK)
X. EDUKASI
- Menjelaskan kepada penderita bahwa penglihatan mata kanan semakin
kabur disebabkan katarak pada lensa mata kanan semakin menebal.
- Menjelaskan tentang kemungkinan rencana operasi ekstraksi katarak
dan pemasangan lensa tanam pada mata.
- Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan
menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam.
- Menjelaskan tentang komplikasi yang terjadi apabila tidak dioperasi,
nantinya lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan
radang dan peningkatan tekanan bola mata. Awalnya akan timbul rasa
cekot-cekot lalu berlanjut menjadi kebutaan.
7
- Saat setelah operasi penderita dianjurkan untuk bergerak dengan hati-
hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama
sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
XI. DISKUSI
Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein
lensa.Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, trauma (fisik, kimia), toksin, penyakit
sistemik (diabetes, galaktosemi, distrofi miotonik), penyakit mata
(glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa), merokok.
Proses patogenesis utama terjadinya katarak adalah akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa dan sklerosis. Peningkatan hidrasi
menyebabkan separasi lamellar dan terkumpulnya cairan yang
mengandung sedikit protein diantara serabut lensa. Proses sklerosis
menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan aggregasi protein yg
berlangsung terus menerus. Kedua hal ini akan menghamburkan berkas
cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Pada
katarak juga ditemukan vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Kekeruhan pada
lensa dapat ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti kapsul, kortek,
dan nukleus.1,4.
Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa
seperti pada korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien katarak meliputi pemriksaan tajam pengelihatan, slit lamp,
funduskopi, serta tonometri bila memungkinkan. Berdasarkan usia katarak
dapat diklasifikasikan dalam :1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
8
3. Katarak senile (usia >50 tahun)
Diagnosis Katarak
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang
dalam beberapa bulan atau tahun merupakan gejala utama dari katarak.
Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :1,4
1. Silau. Penderita mengeluh silau bila melihat cahaya pada katarak
imatur, terjadi perubahan daya lihat warna. Penglihatan kurang saat
berkendaraan di malam hari dan menghadapi sinar yang datang
2. Penglihatan berkabut. Keluhan ini dapat berupa penglihatan berkabut,
berasap, atau penglihatan tertutup film dengan karakteristik tidak nyeri
dan kaburnya penglihatan berlangsung progresif
3. Cahaya pelangi. Penderita mengeluh melihat sinar cahaya berwarna-
warni di sekitar sumber cahaya, sehingga cahaya lampu dan matahari
terasa mengganggu
4. Melihat dobel
5. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat
6. Sering meminta ganti resep kacamata
Tanda yang dapat ditemui pada penderita katarak melalui
pemeriksaan, diantaranya :4
1. Penurunan tajam penglihatan. Banyak pasein katarak tidak
menunjukkan penurunan tajam penglihatan pada pemeriksaan. Akan
tetapi, pada tempat dengan penerangan terang atau di bawah sinar
matahari, penglihatan dapat sangat menurun karena merasa silau
2. Leukocoria. Pupil tampak putih
3. Iris Shadow. Tampak pada katarak imatur. Bayangan iris tampak pada
pupil saat pemeriksaan obliq iluminasi
4. Fundus reflex negatif pada katarak yang sudah lanjut
9
Katarak Senile
Perubahan lensa pada usia lanjut berupa :3
1. Kapsul
- Menebal dan mengalami sklerosis → kurang elastis → daya akomodasi pun
berkurang (presbiopia)
- Lamela kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
2. Epitel
- Makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
- Rusak dan menjadi lebih ireguler, terutama pada korteks
- Sinar UV semakin lama akan merusak protein nukleus (histidin, triptofan,
metionin, sistein dan tirosin) membentuk brown sclerotic nucleus.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,
hipermatur.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan
Lensa
Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air&masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris Shadow Normal Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut
Iridosiklitis
Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit - Glaucoma - Glaucoma
10
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Fakomorfik Fakolitik;
Uveitis
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya :
1. Katarak inti (nuklear)
Merupakan yang paling banyak terjadi.Lokasinya terletak pada nukleus
atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
Keluhan yang biasa terjadi :
- Menjadi lebih rabuh jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk
melihat dekat melepas kacamatanya.
- Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu
kacamata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning.
Lensa lebih coklat.
- Menyetir malam hari silau dan sukar.
- Sukar membedakan warna biru dan ungu.
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal terjadi pada kortek, mulai dengan kekeruhan putih
pada tepi lensa dan berjalan ke tengah sehingga mengganggu
penglihatan. Banyak terdapat pada penderita DM. Keluhan yang biasa
terjadi :
- Penglihatan jauh dan dekat terganggu
- Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra
3. Katarak subkapsular
Mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul lensa, tepat pada lajur
jalan sinar masuk. Diabetes melitus, retinitis pigmentosa, dan
pemakaian kortikosteroid dalam jangka lama dapat mencetuskan
kelainan ini.Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang
biasa terjadi:
- Mengganggu saat membaca
11
- Memberikan keluhan silau dan halo
- Mengganggu penglihatan.
Tatalaksana katarak
Terapi utama katarak adalah pembedahan yakni dengan EKIK,
EKEK ataupun fakoemulsifikasi dengan pemasangan IOL. Untuk katarak
stadium insipien ataupun imatur dapat diberikan medikamentosa yang
diharapkan dapat mencegah/ menghambat progresifitas kekeruhan lensa.
Misalnya obat yang mengandung pirenoxine, suatu antioksidan yang
berfungsi untuk menghambat oksidasi lipid pada lensa mata. Seperti telah
diketahui, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pengeruhan
lensa pada katarak senilis adalah oksidasi lensa mata oleh senyawa
oksidan seperti oxidized glutathione. Obat yang mengandung pirenoxine
anatara lain Catalin.4
Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma,
meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga
setelah keadaan menjadi tenang.
- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari (visus < 6/12 atau buta sosial 3/60).5
Terapi pembedahan :
1. EKIK
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik
EKEK. Pada EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa,
termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-
14mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat
dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/
mudah diputus.2
a. Keuntungan :
12
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup
operasi, cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian :
- Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan penyembuhan
dan rehabilitasi visual tertunda, astigmatisma yang
signifikan, serta inkarserasi iris dan vitreus
- Sering menimbulkan penyulit seperti sistoid makular
edema, distrofi kornea, coloboma iridis, glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
2. EKEK
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan
nucleus dan korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul
posterior ditinggal. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak
dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan
dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada
tempat-tempat dimana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia.
Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus
dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa
buatan (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di
posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka.
Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang
rapuh.2,4
a. Keuntungan :
- Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
- Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea,
perlengketan vitreus dengan iris dan kornea
13
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian :
- Dapat timbul katarak sekunder.
3. Fakoemulsifikasi
Pada fakoemulsifikasi, dengan menggunakan mikroskop
operasi, dilakukan sayatan yang sangat kecil (3mm) pada kornea.
Kemudian, melalui sayatan tersebut dimasukkan sebuah pipa
melewati COA-pupil-kapsul lensa. pipa tersebut akan bergetar dan
mengeluarkan gelombang ultrasonik yang akan menghancurkan
lensa mata. Pada saat yang sama, melalui pipa ini dilalukan cairan
garam fisiologis atau cairan lain sebagai irigasi untuk
membersihkan kepingan lensa. Melalui pipa tersebut cairan
diaspirasi bersama sisa-sisa lensa.3
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang
lebih rendah, proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih
cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol
kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.
Teknik ini dihindari pada pasien sindroma eksfoliativa, subluksasio
dan dislokasi lensa.3
Pasien ini didiagnosis sebagai OD Katarak Senilis Imatur
dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
Dari anamnesis didapatkan bahwa sejak ± 2 tahun yang lalu
penglihatan kedua mata penderita kabur seperti berkabut. Mulai ± 1
bulan ini semakin kabur. Penglihatan kedua mata kabur terus
menerus, sepanjang hari baik siang ataupun malam hari dan saat
melihat dekat maupun jauh. Tidak ada tanda infeksi maupun
inflamasi dan penderita berusia >50 tahun (62 tahun). Dari
14
pemeriksaan oftalmologis pada OD didapatkan Visus 5/60, NBC.
Kekeruhan lensa tidak merata(N2K1SKP2) dengan iris shadow (+),
pemeriksaan fundus refleks (+) kurang cemerlang. Sedangkan pada
OS yang telah dilakukan operasi katarak sebelumnya didapatkan
IOL ditempat, pemeriksaan fundus refleks (+) cemerlang.
Untuk persiapan pra operasi, pasien disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, PTT/PTTK, gula
darah sewaktu, serta pemeriksaan USG Biometri Scan, retinometri,
keratometri, spoeling test, sekret mata, dan EKG.
Pada pasien ini rencana akan dilakukan operasi ekstraksi
katarak dengan pertimbangan bahwa katarak sudah mulai
mengganggu aktivitas penderita dan apabila tidak dilakukan
operasi ekstraksi katarak dikhawatirkan akan menimbulkan
komplikasi lainnya.
Pada kasus ini, pada akan dilakukan fakoemulsifikasi dan
pemasangan IOL dengan pertimbangan teknik ini menghasilkan
insidensi komplikasi yang berhubungan dengan luka yang lebih
rendah, penyembuhan yang lebih cepat, dan rehabilitasi visual yang
lebih cepat dari teknik operasi lain yang memerlukan insisi yang
lebih besar.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta :
Widya Medika; 2008
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009
3. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract.
Singapore : American Academy of Ophthalmology; 2008.
4. www.diglib.litbang.depkes.go.id
5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP
PERDAMI, 2006.
16