i
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI
Banda Aceh, 4 s.d. 5 November 2020
Penanggung Jawab Ketua STKIP Bina Bangsa Getsempena
Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.
Penasehat Dr. Musdiani, M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd.
Fitriati, M.Ed.
Ketua Penyunting
Ketua LPPM STKIP Bina Bangsa Getsempena Intan Kemala Sari, M.Pd.
Editorial Assistant Yusrawati JR Simatupang, M.Pd.
Achyar Munandar, S.Kom. Yuni Afrizal
Alamat Redaksi Kampus STKIP Bina Bangsa Getsempena
Jalan Tanggul Krueng Aceh No. 34, Desa Rukoh – Banda Aceh Laman: www.stkipgetsempena.ac.id/
Surel: [email protected]
Penerbit: Natural Aceh, Banda Aceh, Aceh
ii
Prosiding Seminar Nasional Tema : Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi Judul :Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan
Berbagai Strategi Pembelajaran Di Tengah-Tengah Pandemic Covid 19
Steering Comittee Intan Kemala Sari, M.Pd. (The Chair) Yusrawati JR Simatupang, M.Pd. (The Secretary)
Opening Speaker Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.
Keynote Speaker Prof. Dr. M. Syarif Sumantri
Reviewers Dr. Musdiani, M.Pd. Dr. Maulizan, M.Pd. Dr Isthifa Kemal, M.Pd. Dr. Syarfuni M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd. Fitriati, M.Ed. Rika Kustina, M.Pd. Zaki Al Fuad, M.Pd. Fitriah Hayati, M.Ed. Sri Wahyuni, M.Pd. Ahmad Nasriadi, M.Pd. Zikrurrahmat, M.Pd. Didi Yudha Pranata, M.Pd.
Editor Intan Kemala Sari, M.Pd.
Publisher NATURAL ACEH Jalan Tgk. Adee II, No. 8. Gp. Doy, Kec. Ulee Kareng, Kota Banda Aceh 23117
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang terus
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya Seminar
Nasional Pendidikan Tahun 2020 dengan tema “Akselerasi Pembelajaran di Masa Pandemi”
telah terlaksana dengan baik. Tema tersebut dipilih dengan alasan memperkuat judul
“Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan Berbagai Strategi
Pembelajaran Di Tengah-Tengah Pandemic Covid 19”.
Seminar Nasional Pendidikan ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang
ilmu yang telah membahas berbagai bidang kajian dalam bidang pendidikan. Para peneliti/
pemakalah berasal dari berbagai instansi. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual dengan
menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Para peneliti mempresentasikan hasil penelitian
secara virtual yang berlangsung selama 2 hari. Hasil seminar tersebut kemudian
didokumentasikan dalam prosiding ini.
Seminar Nasional Pendidikan ini dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari
banyak pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu terselenggaranya kegiatan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan prosiding Seminar Nasional Pendidikan ini sehingga saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para
pembaca dan pihak yang memerlukan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan STKIP Bina Bangsa
Getsempena Banda Aceh, Pemakalah, Peserta, Panitia, dan Sponsor yang telah berupaya
menyukseskan Seminar Nasional Pendidikan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
meridhoi semua usaha baik kita.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Banda Aceh, Oktober 2020
Ketua Penyunting
iv
DAFTAR ISI Halaman
Dewan Redaksi i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Haris Munandar 1 Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik Berbasis Peer Assessment Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Program Studi PGSD Pada Kegiatan Praktikum IPA Zaki Al Fuad 21 Pembelajaran Daring Dalam Perspektif Orang Tua (Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD Di Kota Banda Aceh Dan Aceh Besar)
Mulyadi Syahputra dan Salwa Chaira 38 Strategi Guru Dalam Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Asian Parliamentary Debate System
Dellysa Fachriani, Intan Kemala Sari, dan Ahmad Nasriadi 50 Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh Yusrawati JR Simatupang 66 Analisis Persepsi Siswa SMP Di Banda Aceh Tentang Kegiatan Literasi
Cut Marlini 80 Analisis Kebutuhan Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menulis Permulaan Menggunakan Pendekatan Proses Siswa Kelas I SDN Kajhu Aceh Besar Lina Amelia dan Fitriah Hayati 89
Pengembangan Modul “Belajar Dari Rumah” Dalam Mendampingi Pembelajaran Anak Usia Dini Dimasa Pandemi Covid 19 Di Kota Banda Aceh Nanda Saputra dan Syarifah Rahmi 96 Penerapan Model NHT Berbantu Video Stop Motion Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIN 5 Pidie Fitriati dan Satria Prayudi 107 Analisis Persepsi Dan Praktik Pembelajaran Pendidik Guru Matematika Yang Berorientasi Pada Kecakapan Abad 21
v
Iqbal dan Desi Riska Susanti 121 Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Think Pair Shared Terhadap Hasil Belajar IPA Di Kelas IV SD Di Tinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Fitriani 130 Pendidikan Kearifan Lokal Untuk Anak Usia Dini Melalui Tari Ranup Lampuan Pada Anak Di TK Al Wasliyah Kota Banda Aceh Yunita Panca Putri dan Rahmawati 146 Penggunaan Aplikasi Edmodo Dalam Pembelajarandi MTs Nurul Hidayah Gandus Palembang Rika Kustina 157 Bentuk Pergeseran Bahasa Munzir, Irfandi, dan Zikrur Rahmat 167 Pengembangan Model Bahan Ajar Dalam Permainan Bola Basket Untuk Meningkatkan Keterampilan Para Siswa SMP Negeri 18 Kota Banda Aceh Rahmattullah 184 Kajian Pemahaman Mahasiswa STKIP BBG Tentang Dampak Social Distancing Terhadap Pemulihan Ekonomi Masa New Normal Pandemi Covid 19 Rismawati 192 Nasionalisme Dan Digitalisasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Mardhatillah, Siti Mayang Sari, Herman Dwi Surjono, dan Ali Muhtadi 205 Validitas Silabus Model Pembelajaran Tematik Berbasis Gender Dan Kebhinekaan Terintegrasi ICT Di Sekolah Dasar
Didi Yudha Pranata 213 Olahraga Bersepeda Masyarakat Kota Banda Aceh Pada Masa Pandemi Covid-19 Ayi Teiri Nurtiani 221 Perencananaan Pembelajaran Paud Di Masa Pandemi Covid 19
Teuku Mahmud 233 Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas X Sma Inshafuddin Banda Aceh
Hendra Kasmi 249 Pendidikan Karakter Pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMP Kelas X Helnita 257 Peran Keluarga Terhadap Pembelajaran Anak Usia Dini Di Masa Pandemi
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020
Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh
Seminar Nasional Pendidikan |2020 1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK BERBASIS PEER ASSESSMENT
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD PADA KEGIATAN PRAKTIKUM IPA
Haris Munandar*1
1STKIP Bina Bangsa Getsempena Abstrak Kegiatan penilaian merupakan proses untuk mendapatkan umpan balik terhadap keberhasilan suatu tindakan. Salah satu bentuk penilaian adalah penilaian aspek keterampilan atau aspek psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrument penilaian psikomotorik berbasis peer assessment yang bisa digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Desain penelitian yang digunakan disini adalah penelitian pengembangan dengan model 4D yaitu Define, Design, Develope dan Disseminate. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan pada tahap define diperoleh informasi bahwa Instrumen penilaian psikomotorik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum IPA. Pada tahap design akan dilakukan sebuah perancangan draft awal lembar instrument penilaian disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam kegiatan praktikum IPA. Pada tahap development akan dilakukan tahap pengembangan lembar instrumen melalui kegiatan validasi para ahli dan uji coba lapangan terbatas. Tahap disseminate yang merupakan tahap terakhir, yaitu dilakukan penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak. Hasil respon yang diperoleh dari peserta didik menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses penilaian dengan berbasis peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal. Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa mereka sedang dinilai secara langsung, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Kata Kunci: Instrumen, Aspek Psikomotorik, Peer Assessment, Praktikum IPA Abstract Assessment activity is a process to get feedback on the success of an action. One form of assessment is the assessment of skills or psychomotor aspects. This study aims to develop a peer assessment based psychomotor assessment instrument that can be used in science practicum activities. The research design used here is development research with the 4D model, namely Define, Design, Develop and Disseminate. Based on the results of the needs analysis carried out at the define stage, information is obtained that psychomotor assessment instruments are needed in the implementation of science practicum activities. At the design stage, an initial draft of the assessment instrument sheet will be designed according to the stages contained in the science practicum
*correspondence Addres E-mail: [email protected]
Seminar Nasional Pendidikan |2020 2 2
activity. At the development stage, the instrument sheet development stage will be carried out through expert validation activities and limited field trials. The disseminate stage, which is the last stage, which is to distribute the product to more samples. The results of the responses obtained from students showed that all students involved felt it was easier to carry out the assessment process based on peer assessment. They can make good use of their time in the assessment process so that science practicum activities can run optimally. Each student who acts as a practitioner also looks eager to carry out practicum activities because they know that they are being assessed directly, so the assessment process becomes more objective. Keywords: Instruments, Psychomotor Aspects, Peer Assessment, Science Practicum PENDAHULUAN
Proses evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam dunia pendidikan.
Evaluasi merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai
alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang objektif dalam
pengambilan keputusan. Penilaian kelas dilakukan dengan melalui berbagai teknik
seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test)
atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil karya
(portofolio) dan penilaian diri. Untuk mengukur aspek psikomotorik siswa dapat
dilakukan dengan penilaian unjuk kerja (Budi, 2014).
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mata pelajaran IPA
mengajak langsung siswa untuk mengenal langsung alam sekitar melalui beberapa
pendekatan yang bisa membangun konstruksi pemikiran peserta didik tentang alam.
Kegiatan praktikum merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk
membangun pemahaman mahasiswa dalam penerapan konsep-konsep IPA.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 3 3
Permasalahan yang muncul adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik dalam
melakukan proses penilaian psikomotorik pada kegiatan praktikum yang diikuti oleh
para peserta didik dalam jumlah yang banyak, baik dari segi efisiensi waktu dan juga
objektivitas dari proses penilaian tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian
kinerja peserta didik yang memungkinkan dilakukan oleh setiap peserta didik. Salah
satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai kinerja peserta didik pada
kegiatan praktikum yaitu dengan menggunakan teknik peer assessment (penilaian
teman sejawat). Peer assessment merupakan penilaian antar peserta didik dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi.
Menurut Muslich (2014) salah satu aspek penting dari implementasi praktikum
di sekolah saat ini adalah tentang penilaian. Penilaian hasil praktikum peserta didik
yang hanya dilakukan oleh pendidik memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan
tersebut diantaranya adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik untuk
memperhatikan secara teliti terhadap evaluasi hasil praktikum pada masing-masing
peserta didiknya. Hal ini menyebabkan luputnya perhatian pendidik terhadap penilaian
hasil produk praktikum pada sebagian peserta didik. Jumlah siswa yang banyak dalam
satu kelas menyebabkan guru hanya mampu menilai kemampuan kinerja siswa secara
berkelompok. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian kinerja siswa yang
memungkinkan dilakukan terhadap individu siswa. Salah satu strategi yang dapat
membantu guru dalam menilai kinerja siswa pada kegiatan praktikum yaitu dengan
teknik peer assessment. Peer assessment atau penilaian antar teman adalah proses
dimana siswa dilibatkan dalam penilaian kinerja siswa lain yang tingkatannya sama.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, diperlukan solusi dari
permasalahan yang terkait dengan instrumen penilaian aspek psikomotorik dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum. Penelitian ini mencoba mencari solusi dengan
mengembangkan instrumen yang akan digunakan dalam penilaian aspek psikomotorik
berbasis peer assessment. Perumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan
bagaimana tahapan pengembangan instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer
assessment pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Pelaksanaan penelitian ini digunakan untuk dapat diaplikasikan pada saat pelaksaan
kegiatan praktikum mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
khususnya pada kegiatan praktikum IPA.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 4 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and
Develoment yang bertujuan untuk mengembangkan dan mendesain instumen evaluasi
psikomotorik pada kegiatan praktikum IPA. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiono
(2010) bahwa metode penelitian pengembangan atau Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan suatu produk yang dihasilkan. Desain Penelitian pengembangan ini
dilaksanakan dengan mengadaptasi model 4-D yaitu define, design, development dan
disseminate.
Desain Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dengan mengadaptasi model
4-D yaitu define, design, development dan disseminate. Model ini dikembangkan oleh S.
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel dan Melvyn I. Semmel merupakan model terdiri atas
4 tahap utama yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut: (1) Tahap
pendifinisian (define), tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran yang diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang
dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 4 langkah pokok, yaitu; (a) analisis
awal-akhir, (b) analisis peserta didik, (d) analisis materi dan (d) perumusan tujuan
pembelajaran. (2) Tahap perencanaan (design), tahap ini adalah menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu; (a) pemilihan media
yang sesuai tujuan pembelajaran, (b) pemilihan format, dilakukan dengan mengkaji
format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara
yang lebih maju, (c) rancangan awal berupa prototipe berisi indikator-indikator yang
akan dikembangkan (3) Tahap pengembangan (development), tahap ini adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari
para pakar. Tahap ini meliputi; (a) validasi produk oleh para pakar serta diikuti
dengan revisi, (b) uji coba lapangan terbatas terhadap sampel kecil, yaitu peserta
didik yang sesungguhnya serta simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana
penilaian pada kegiatan praktikum IPA. (4) Tahap penyebaran (disseminate), tahap ini
merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang
lebih luas misalnya pada kegiatan pembelajaran di kelas yang lain dan juga digunakan
oleh pendidik yang lain. Tujuan lain dari tahapan ini adalah untuk menguji efektivitas
penggunaan produk yang dikembangkan pada setiap kegiatan pembelajaran. Tahapan
dari penelitian pengembangan model 4-D dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 5 5
(Sumber: Thiagarajan dan Semmel, 1974 Dalam Sugiono, 2012: 407)
Gambar 1. Model Pengembangan 4-D
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang mengambil mata
kuliah Konsep Dasar IPA pada semester tiga dan mata kuliah pembelajaran IPA SD pada
semester empat. Mata kuliah Konsep Dasar IPA merupakan mata kuliah prasyarat untuk
untuk mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester selanjutnya. Salah
satu kegiatan dari proses pembelajaran pada kedua mata kuliah tersebut adalah
peningkatan keterampilan mahasiswa pada kegiatan praktikum IPA, sehingga peneliti
bisa memaksimalkan instrumen yang akan dikembangkan dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang diperoleh pada tiap-tiap fase pengembangan penilaian
psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA adalah sebagai
berikut:
Seminar Nasional Pendidikan |2020 6 6
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Pada tahapan Define dilakukan sejumlah analisis untuk melihat permasalahan
pada pelaksanaan kegiatan praktikum IPA serta kriteria-kriteria yang dijadikan acuan
pengembangan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Adapun beberapa
tahap yang dilakukan yaitu (1) Melakukan analisis awal-akhir. (2) Melakukan analisis
terhadap peserta didik, dalam hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. (3) Melakukan analisis
materi, dilakukan dengan mengkaji literatur-literatur mengenai materi-materi IPA yang
diajarkan pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD pada
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (4) Melakukan perumusan terhadap
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tahap ini adalah tahap awal yang harus dimulai
sebelum merancang lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Berikut
penjelasan hasil yang diperoleh secara rinci.
a. Analisis Awal-Akhir
Analisis awal-akhir yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang sering dihadapi oleh pendidik dalam proses
pembelajaran IPA di ruang kelas, terkait dengan persiapan pelaksanaan pembelajaran
dan kesesuaiannya dengan hasil belajar yang telah dilakukan. Analisis awal-akhir ini
akan memberi informasi kepada peneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pendidik
dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, misalnya ketersediaan perangkat
pembelajaran dan juga persiapan kegiatan penilaian yang digunakan dalam melihat
ketercapaian kegiatan pembelajaran.
b. Analisis Peserta Didik
Analisis peserta didik yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengetahui informasi yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik agar nantinya
dapat disesuaikan dengan lembar instrumen yang akan dikembangkan. Karakteristik
peserta didik dalama hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang dianalisis meliputi kemampuan
akademis dan perkembangan kognitif peserta didik selama mengikuti kegiatan
pembelajaran khususnya pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA
SD. Berdasarkan hasil analisis peserta didik yang dilakukan, maka diperoleh informasi
bahwa sebagian besar peserta didik sudah pernah mengikuti kegiatan praktikum di
laboratorium dan sebagian besar peserta didik juga sudah memahami teknik-teknik
Seminar Nasional Pendidikan |2020 7 7
dasar mengikuti kegiatan pembelajaran di laboratorium, seperti proses responsi dan
penyiapan laporan praktikum, hanya saja proses penilaian biasanya dilakukan secara
menyeluruh dalam setiap kelompok praktikum. Informasi tersebut memberi masukan
kepada peneliti tentang skenario-skenario yang akan dipersiapkan pada saat
pelaksanaan penelitian.
c. Analisis Materi
Kegiatan analisis materi yang dilakukan pada tahapan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang
dipelajari peserta didik pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA
SD. Informasi yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengembangkan instrumen penilaian psikomotorik. Berdasarkan hasil analisis materi
yang dilakukan, maka diperoleh informasi bahwa ada 10 materi yang diajarkan yang
melibatkan kegiatan praktikum, yaitu 8 materi pada mata kuliah konsep dasar IPA SD
dan 2 materi pada mata kuliah pembelajaran IPA SD.
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian tujuan pembelajaran dengan rencana evaluasi yang akan dilakukan pada
mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD. Tujuan pembelajaran
juga tertera pada draf RPS dan Sillabus dari kedua mata kuliah tersebut. Tujuan
pembelajaran tersebut dapat memberikan kita informasi tentang kebutuhan pendidik
terhadap lembar instrumen penilaian psikomotorik yang akan dikembangkan. Tujuan
pembelajaran menunjukkan arah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diharapkan,
misalnya keterlaksanaan kegiatan praktikum IPA di laboratorium dan juga tingkat
pemahaman mahasiswa pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum IPA.
2. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahapan perancangan (Design) dilaksanakan beberapa tahapan
perancangan instrumen. Tahapan ini terdiri dua langkah, yaitu: (1) Pemilihan media
yang cocok digunakan sebagai penunjang pada proses pembelajaran. (2) Pemilihan
format yang cocok untuk digunakan pada proses penilaian yang efisien. (3) Rancangan
awal lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Pada tahap ini
dihasilkan sebuah rancangan awal berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator
Seminar Nasional Pendidikan |2020 8 8
yang nantinya akan dikembangkan menjadi lembar instrumen penilaian psikomotorik
berbasis peer assessment, berikut penjelasan setiap tahapannya secara lebih rinci.
Pemilihan Media
Tahapan pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang
telah dilakukan pada tahap define dan disesuaikan juga dengan karakteristik peserta
didik. Media yang digunakan pada tahap ini adalah sebuah draf LKPD yang akan
digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Peneliti menyiapkan sebuah LKPD yang
betuliskan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan pada kegiatan praktikum IPA,
beberapa peralatan yang tertulis di LKPD seperti sebuah cutter, sebuah penggaris dan
sebuah isolatipe yang nantinya digunakan pada kegiatan praktikum dengan judul
mengamati bagian-bagian bunga. Materi tersebut sesuai dengan materi yang telah
dipersiapkan pada tahap analisis materi. Para pesserta didik yang terlibat pada kegiatan
praktikum tersebut nantinya akan dievaluasi menggunakan suatu lembar penilaian
yang akan dikembangkan. Peneliti juga menyiapkan skenario penilaian dengan
melibatkan sesama peserta didik yang lain untuk saling menilai, proses penilaian teman
sejawat ini dinamakan teknik peer assessment.
a. Pemilihan format
Tahapan pemilihan format disini bertujuan untuk memilih desain dan rancangan
yang cocok dalam mengembangkan lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis
peer assessment. Format lembar instrumen harus efisien dan mudah dipahami oleh
setiap penilai, karena teknik penilaian yang digunakan adalah penilaian teman sejawat
yang tentunya melibatkan banyak penilai. Pada tahap ini dilakukan juga peninjauan
terhadap beberapa referensi yang dapat mendukung format lembar instrumen.
Referensi-referensi ini dikumpulkan dari beberapa penelitian yang sudah pernah
dilaksanakan dan juga dari juknis penilaian psikomotorik Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2018.
b. Rancangan awal
Tahapan perancangan awal bertujuan untuk menyiapkan sebuah draf lembar
instrumen yang akan divalidasi dan dinilai oleh para pakar pada tahapan selanjutnya.
Draf tersebut berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator beserta beberapa
pernyataan yang mengarah kepada pengembangan dari indiaktor-indikator tersebut.
Pada tahapan ini juga lembar instrumen yang berupa prototipe hasil rancangan awal ini
Seminar Nasional Pendidikan |2020 9 9
sudah memuat beberapa aspek yang akan dinilai. Bentuk rancangan awal dari lembar
instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Rancangan Awal Lembar Instrumen
No Aspek Penilaian No Indikator Persiapan Praktikum
1 Rencana pelaksanaan praktikum
1 Keterampilan menyiapkan alat yang diperlukan 2 Keterampilan menyiapkan bahan yang diperlukan 3 Keterampilan menggunakan prosedur kerja sesuai
dengan yang akan dipraktikumkan Pelaksanaan selama Praktikum 2 Kinerja diri dalam
melaksanakan praktikum
4 Keterampilan menggunakan alat-alat praktikum 5 Keterampilan menggunakan bahan-bahan
praktikum 6 Keterampilan dalam melengkapi data gambar dari
hasil pengamatan 7 Keterampilan mencatat hasil pengamatan pada
tabel yang tersedia 8 Keterampilan mengamati, dan fokus pada kegiatan
praktikum 3 Manajemen waktu
selama kegiatan praktikum
9 Keterampilan memanfaatkan waktu selama kegiatan praktikum
10 Keterampilan menyelesaikan tahapan-tahapan kegiatan praktikum secara teratur
4 Menafsirkan hasil praktikum
11 Keterampilan dalam membuat pembahasan data hasil pengamatan
12 Keterampilan dalam membuat kesimpulan hasil pengamatan
Kegiatan Akhir Praktikum 5 Kontribusi setelah
kegiatan 13 Keterampilan dalam membersihkan tempat dan
alat-alat praktikum yang telah digunakan 14 Keterampilan dalam menyimpan kembali segala
peralatan yang telah dipakai (Dimodifikasi dari Ditha Rahmalia, 2014 dan Juknis Penilaian Psikomotorik, 2018)
3. Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan (development), dilakukan pengembangan draft awal
lembar instrumen evaluasi psikomotorik dalam hal tampilan dan substansi dari lembar
instrumen. Tahap pengembangan teridiri atas penilaian validator ahli dan uji coba
lapangan terbatas. Produk yang telah divalidasi melalui tahap revisi kemudian diuji
cobakan kepada sampel kecil. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
pengembangan adalah sebagai berikut:
Seminar Nasional Pendidikan |2020 10 10
a. Validasi Pakar
Instumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment ini akan divalidasi
oleh pakar ahli yang meliputi validasi desain lembar instrumen dan validasi substansi
lembar instrumen. Hasil validasi oleh para pakar pada tahapan pengembangan lembar
instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Desain Produk
No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator
1 Tata letak arahan cara menggunakan instrumen
Arahan penggunaan Instrumen harus diletakkan bada bagian atas pada halaman depan instrumen berikut dengan arahan cara memberi nilai.
2 Tampilan setiap halaman dari lembar instrumen
Lembar Instrumen sebaiknya dibuat dengan format landscape agar dapat memuat penuh tabelnya dalam satu halaman
3 Penggunaan tabel yang efisien Tabel yang digunakan harus memuat langsung rentang nilai sehingga penilai mudah dalam memberikan nilai
4 Urutan item-item pengamatan yang sesuai
Urutan tahapan pengamatan sebaiknya disesuaikan dengan tahapan yang ada di LKPD atau penuntun praktikum yang akan digunakan
5 Tata letak arahan penskoran Disesuaikan dengan desain tabel 6 Bentuk huruf yang digunakan Bentuk huruf harus mudah dibaca dan yang
umum digunakan pada karya ilmiah 7 Ukuran huruf yang digunakan Ukuran huruf harus mudah dibaca dan yang
umum digunakan pada karya ilmiah 8 Petunjuk penskoran Harus disesuaikan dengan menggunakan
skala ukur, sehingga rentang nilai yang akan dipilih tertulis jelas
9 Penggunaan kertas yang sesuai
Harus mudah dan tidak mudah rusak
10 Kesesuaian warna yang digunakan
Warna yang digunakan harus membuat lembar instrumen terlihat lebih menarik
11 Penggunaan layout yang sesuai
Disesuaikan dengan konten dan tabel yang akan digunakan
12 Penggunaan margin yang sesuai
Sesuai dengan kebutuhan
13 Teknik penomoran yang digunakan
Teknik penomoran harus runtut antara penggunaan angka dan huruf
14 Tingkat efisiensi instrumen Instrumen sebaiknya didesain yang simple dan sederhana sehingga mudah dibawa dan digunakan oleh siapapun
15 Tingkat kepraktisan instrumen Tidak menggunakan arahan-arahan yang sulit
Seminar Nasional Pendidikan |2020 11 11
dipahami
Tahapan validasi pakar bidang desain produk meliputi 15 item penilaian, proses
validasi desain tersebut bertujuan agar lembar penilaian psikomotorik berbasis peer
assessment tersebut mempunyai tampilan yang menarik dan efisien untuk digunakan
oleh siapapun yang ingin menilai. Berdasarkan Hasil validasi pakar bidang desain
produk diperoleh informasi bahwa tampilan yang digunakan sudah menarik untuk
digunakan, meskipun ada beberapa saran dan masukan yang diberikan terkait desain
tabel dan efisiensi produk. Hal tersebut dikarenakan lembar evaluasi ini dalam
penerapannya akan digunakan oleh beberapa orang peneliti untuk menilai sejawatnya,
sehingga aspek efisiensi menjadi penting. Berikutnya berkenaan dengan urutan item-
item pengamatan yang digunakan juga sudah sesuai dengan urutan pada LKPD dan
yang akan digunakan pada kegiatan praktikum IPA.
Penggunaan bahasa pada rancangan awal lembar instrumen sudah sesuai
dengan dengan draft instrumen berdasarkan referensi-referensi yang telah
dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan yang telah
diberikan, sehingga rancangan yang akan dikembangkan akan menghasilkan produk
lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nani (2017)
yaitu Instrumen yang dikembangkan harus menyajikan prosedur kerja dalam
pembelajaran dengan metode praktikum. Prosedur kerja yang disusun digunakan untuk
mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan rangkaian proses belajar
menggunakan metode praktikum. Praktikum yang dilakukan, bertujuan agar peserta
didik mengetahui dan memiliki keterampilan dalam menjalankan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan sebagai
instrumen untuk menilai keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik selama
paraktikum dilaksanakan.
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan tahapan validasi pakar bidang substansi
produk yang berisikan 12 item penilaian. Tahapan ini bertujuan agar diperoleh
instrumen penilaian psikomotorik yang sesuai dengan apa yang akan dinilai, artinya ada
kesesuaian antara apa yang dinilai dengan tujuan yang diharapkan. Konten yang dinilai
meliputi kedalaman isi, maupun tingkat kompetensi peserta didik yang akan dinilai.
Selanjutnya pada tahap ini juga terdapat konten yang mengarahkan proses penilaian
Seminar Nasional Pendidikan |2020 12 12
agar dilakuan dengan teknik peer assessment. Hasil validasi pakar pada bagian
substansi produk dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Substansi Produk
No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator
1 Pemilihan kata yang digunakan
Kata-kata yang digunakan harus memenuhi unsur EYD dan sesuai dengan tata penulisan ilmiah
2 Penggunaan bahasa asing Penggunaan bahasa asing lebih baik diminimalisir, karena lembar penilaian akan dipergunakan oleh banyak penilai dengan latar belakang yang berbeda-beda
3 Bahasa yang mudah dipahami Bahasa yang digunakan harus mudah dipahami dan menggunakan tata bahasa yang memenuhi unsur EYD
4 Penggunaan bahasa yang ilmiah
Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan penelitian
5 Tingkat ke dalaman bahasa yang digunakan
Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik yang akan menggunakan lembar Instrumen
6 Kesesuaian tingkat kompetensi yang digunakan
Disesuaikan dengan ranah kognitif dan ranah psikomotorik dari subjek yang terlibat
7 Penggunaan skala ukur yang sesuai
Bisa menggunakan skala ukur dengan rentang 1-3, 1-4, atau 1-5, dengan option yang memungkinkan penilai tidak mengisi secara sembarangan
8 Kesesuaian indikator yang digunakan
Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS
9 Kesesuaian tujuan yang diharapkan
Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS dan tujuan dari pelaksanaan penelitian
10 Tingkat konsistensi isi dengan tujuan yang diharapkan
Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS
11 Penggunaan konten yang mengarahkan ke penilaian antar teman sejawat
Terdapat beberapa konten yang belum mengarahkan peserta didik untuk melakukan teknik penilaian antar teman sejawat (peer assessment), sehingga proses penilaian masih terkesan hanya dilakukan oleh seorang pendidik
12 Tahapan-tahapan penilaian teman sejawat
Harus diperjelas arahan melakukan teknik penilaian teman sejawat (peer assessment) pada setiap tahapan-tahapan penilaian.
Validasi yang dilakukan oleh pakar bidang substansi produk lembar penilaian
psikomotorik berbasis peer assessment meliputi pemilihan konten-konten yang sesuai,
Seminar Nasional Pendidikan |2020 13 13
baik dari segi kompetensi peserta didik maupun indikator yang yang dikembangkan.
Kompetensi yang diharapkan dari pelaksanaan validasi pakar bidang substansi produk
adalah tercapainya kesesuaian antara indikator dan tujuan dari setiap item yang dinilai,
serta terlaksananya teknik penilaian antara teman sejawat pada saat pelaksanaan
penilaian kegiatan praktikum IPA.
Berdasarkan hasil validasi pakar bidang substansi produk diperoleh informasi
tentang perbaikan pada beberapa bagian lembar instrumen. Setiap saran dan masukan
tentang substansi produk lembar Instrumen penilaian psikomorik berbasis peer
assessment akan ditinjak lanjuti dengan beberapa tahapan revisi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Salah satu masukan penting yang diberikan oleh validator terkait
dengan arahan untuk pelaksanaan penilaian dengan menggunakan teknik peer
assessment.
Arahan tersebut menjadi penting karena teknik peer assessment menjadi salah
satu fokus dalam penelitian ini, teknik ini dapat membantu penilai memberikan dalam
melakukan penilaian denagn jumlah peserta didik yang banyak karena proses
penilaiannya dilakukan secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni
S. dan Syukur (2012), yang menyatakan bahwa teknik peer assessment memiliki
banyak manfaat, di antaranya model ini dapat memberikan dorongan pada peserta
didik untuk selalu belajar agar ia dapat melakukan penilaian dengan baik. Teknik ini
juga dapat meningkatkan kepercayaan peserta didik karena ia diberi wewenang untuk
melakukan penilaian tanpa ada perbedaan dengan teman yang lain.
b. Uji Coba Lapangan Terbatas
Setelah pelaksanaan tahapan validasi pakar beserta tahapan revisi, selanjutnya
adalah melakukan uji coba lapangan terbatas yang melibatkan 10 orang responden.
Pada tahapan ini para responden dalam hal ini mahasiswa-mahasiswa Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang sudah
pernah mengambil mata kuliah konsep dasar IPA dan juga mata kuliah Pembelajaran
IPA SD, akan dilibatkan dalam sebuah skenario praktikum IPA. Pada tahap pertama,
lima orang peserta didik berperan sebagai praktikan dalam melakukan praktikum IPA
sesuai dengan LKPD yang diberikan, sedangkan lima orang peserta didik yang lain
berperan sebagai penilai dalam menilai rekan mereka yang melakukan praktikum IPA.
Pada tahap kedua, setiap lima orang mahasiswa yang sebelumnya menjadi praktikan
berganti peran sebagai penilai, sedangkan lima orang mahasiswa yang sebelumnya
Seminar Nasional Pendidikan |2020 14 14
menjadi penilai kini juga berganti peran menjadi praktikan. Setiap tahapan
dilaksanakan sesuai arahan yang tertera pada lembar penilaian psikomotorik
menggunakan teknik peer assessment. Pada tahap ketiga, atau tahap terakhir, seluruh
peserta didik yang berjumlah 10 orang akan diberikan angket untuk melihat respon
mereka terhadap teknik penilaian yang baru saja dilaksanakan.
Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik menunjukkan bahwa seluruh
peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses
penilaian dengan teknik peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan
baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal.
Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat
melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa kegiatan mereka sedang
dinilai langsung oleh penilai, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Anggereni (2014) yaitu keunggulan dalam
penggunaan penilaian kinerja di dalam kelas membuat pendidik lebih percaya diri dan
menyukai kualitas penilaian kinerja. Selain itu, penilaian kinerja lebih fair, lebih adil dan
dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terlibat secara langsung aktif dalam
proses pembelajaran. Penilaian kinerja juga berguna bagi pendidik untuk memandang
proses penilaian sebagai bagian dari proses belajar mengajar bukan sekedar nilai akhir.
4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate)
Tahapan terakhir adalah tahap penyebarluasan (disseminate), pada tahap ini
akan dilakukan penyebarluasan terhadap instrumen yang telah dikembangkan.
Tahapan ini dilakukan dengan menyebarluaskan produk Instrumen yang telah
dikembangkan, dalam hal ini adalah pada kegiatan praktikum IPA dengan jumlah
sampel yang lebih banyak. Subjek dalam tahapan ini adalah seluruh mahasiswa
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda
Aceh yang mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester IV. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada tahapan ini adalah teknik purposive
sampling dengan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 60 orang mahasiswa yang
terbagi kepada kelas A dan kelas B. Pembagian kelas tersebut dilakukan berdasarkan
nomor induk mahasiswa, di mana masing-masing kelas terdapat 30 orang mahasiswa.
Tahapan ini dilaksanakan pada kegiatan praktikum IPA, di mana kegiatan
praktikum IPA merupakan salah satu topik yang dipelajari pada mata kuliah
pembelajaran IPA SD. Mahasiswa terlebih dahulu mempelajari konsep-konsep yang
Seminar Nasional Pendidikan |2020 15 15
akan dipraktikumkan, kemudian mereka akan melaksanakan kegitan praktikum di
ruang laboratorium sesuai dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. Peneliti akan
memberikan instruksi tentang teknik penilaian yang akan digunakan pada saat kegiatan
praktikum, yaitu menggunakan teknik peer assessment. Seluruh mahasiswa dibagi
kepada 4 kelompok praktikum, masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang
mahasiswa. Pada pelaksanaannya, setiap 4 orang dari masing-masing kelompok akan
melakukan praktikum terlebih dahulu dan akan dinilai oleh 4 orang lainnya. Setelah
mereka selesai melakukan praktikum, maka mereka akan bergantian menjadi penilai
terhadap rekan-rekan mereka yang sebelumnya menilai mereka. Bentuk alur penerapan
peer assessment berdasarkan penelitian Sriyati (2016) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Alur Penerapan Peer Assessment
Setiap mahasiswa akan menilai seorang temannya yang lain sesuai giliran yang
telah ditentukan. Alur pelaksanaan teknik peer assessment adalah: A menilai F, E
menilai A, B menilai G, F menilai B, C menilai H, G menilai C, D menilai E, H menilai D.
Untuk melihat efektifitas dari proses penilaian psikomotorik mahasiswa menggunakan
teknik peer assessment. Setelah kegiatan praktikum selesai, seluruh mahasiswa juga
diberikan lembar angket untuk mengetahui respon mereka terhadap penggunaan
teknik peer assessment pada proses penilaian psikomotorik. Hasil respon mahasiswa
terhadap pelaksanaan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment dengan
menggunakan angket selanjutnya dijumlahkan keseluruhan skor yang diperoleh serta
dihitung persentase nya. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversi dengan skor
penilaian seperti pada Tabel 4 di bawah ini sehingga kita dapat mengetahui keefektifan
dari penggunaan teknik penilian psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan
A C
E
D
F H
G
B
E
Ket: Menilai
A C
E
D
F H
G
B
E
Ket: Menilai
Seminar Nasional Pendidikan |2020 16 16
praktikum IPA. Berikut tabel rating scale sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2009)
dalam Setiawan (2014).
Tabel 4. Kriteria Penilaian Responden
Skor Persentase (%) Interpretasi 0 - 24,99 Tidak Baik
25 - 49,99 Kurang Baik 50 - 74,99 Baik 75 - 100 Sangat Baik
Pelaksanaan penilaian pada kegiatan praktikum IPA difokuskan pada 5 aspek
penilaian dengan 14 indikator, mulai dari tahap persiapan pelaksanaan praktikum
hingga ke tahap kontribusi setelah pelaksanaan kegiatan praktikum. Materi yang
dipraktikumkan adalah tentang bunga lengkap dan bunga sempurna. Setiap kegiatan
praktikum disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat pada modul praktikum
dan penilaiannya dilaksanakan secara peer assessment sesuai dengan indikator-
indikator yang telah dikembangkan.
Hasil penelitian pada proses penilaian psikomotorik berbasis peer assessment
pada kegiatan praktikum IPA yang disajikan melalui hasil penelitian yang dilaksanakan
pada dua kelas meliputi hasil penilaian psikomotorik pada saat pelaksanaan praktikum
dan juga respon mahasiswa setelah pelaksanaan praktikum. Pelaksanaan penilaian
psikomotorik pada saat kegitan praktikum dilakukan dengan teknik peer assessment, di
mana setiap mahasiswa menilai kinerja rekan mereka dalam satu kelompok praktikum
dan setiap mahasiswa akan menilai 1 orang rekan kerja mereka secara paralel. Hasil
penilaian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa peneliti pada saat pelaksanaan
praktikum mencakup pada 5 aspek penilaian, yaitu: rencana pelaksanaan praktikum,
kinerja diri dalam melaksanakan praktikum, manajemen waktu selama kegiatan
praktikum, menafsirkan hasil praktikum dan kontribusi setelah kegiatan praktikum.
Tahapan berikutnya adalah menganalisis hasil angket respon mahasiswa,
tahapan ini bertujuan untuk melihat tanggapan-tanggapan dari mahasiswa dalam hal
efektifitas dalam menggunakan lembar penilaian dan melaksanakan proses penilian
diantara mereka. Hal tersebut dapat diketahui dari sikap beberapa mahasiswa yang
merasa penilaian praktikum yang melibatkan jumlah praktikan yang banyak akan tidak
efektif, sehingga proses penilaian akan terkesan subjektif. Berdasarkan hasil analisis
data angket respon mahasiswa yang melaksanakan kegiatan penilaian psikomotorik
Seminar Nasional Pendidikan |2020 17 17
berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA maka diperoleh informasi
bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 2312 dengan skor idealnya adalah 2400,
sehingga hasil persentase respon mahasiswa setelah menggunakan lembar penilaian
psikomotorik berbasis peer assessment mencapai 96,33%. Hasil tersebut
diinterpretasikan pada tabel kriteria penilaian responden, sehingga diperoleh kriteria
sangat baik.
Hasil tersebut menunjukkan pentingnya pelaksanaan proses penilaian
psikomotorik berbasis peer assessment. Penilaian sejawat bertujuan untuk
menggambarkan proses penilaian yang mendorong pembelajaran di masa depan dan
mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Hal ini juga bertujuan untuk mengubah
siswa dari sekadar penerima pengetahuan dari guru menjadi menghafal dan mengingat
kembali tes sehingga menjadi peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dan
evaluasi, berinteraksi, mencari dan mengeksplorasi, dan menjangkau hubungan antara
objek untuk menghasilkan pengetahuan baru yang ditandai dengan pemikiran kritis
dan kreativitas. Menurut Viscione (2017) proses pengamatan psikomotor tidak hanya
memberikan ukuran kinerja, tetapi menganalisis kompleksitas pada setiap aspek terkait
dalam pandangan multidisiplin serta dalam perspektif yang dinamis. Pengamatan
psikomotor memerlukan tindakan terkoordinasi antara setiap pihak, pendekatan dan
metodologi yang ditetapkan dalam bidang motorik harus sesuai dengan tradisi dan
kendala dalam penelitian pendidikan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dipaparkan oleh Rochmiyati, (2013)
yaitu Penggunaan teknik peer assessment dapat menekankan penggunaan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dan juga dapat mengembangkan kemampuan sosial serta
menciptakan rasa tanggung jawab dan pemberdayaan pribadi siswa. Hakekat peer
assessment adalah suatu teknik assessment dengan meminta informasi mengenai unjuk
kerja (performance) siswa dari siswa. Karakteristik peer assessment antara lain, peer
assessment adalah suatu proses di mana anggota dari suatu tim saling melakukan
assess (menilai), maka goal setting harus dipahami siswa dengan baik. Peer assessment
sebagai assessment alternative memberi kebebasan kepada siswa mengemukakan
pendapat. Peer assessment berbasis unjuk kerja (performance-based assessment),
sehingga didalam peer assessment juga terjadi proses pembelajaran, siswa dapat
mengembangkan kecakapan kognitif dan kecakapan sosial.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 18 18
Labih lanjut lagi Alcarria (2018) menambahkan bahwa pencapaian tujuan
pembelajaran pada tingkat pemahaman yang tinggi (dirinci dalam taksonomi Bloom
sebagai pembelajaran, aplikasi, kreasi, dll.) Menyajikan evaluasi yang kompleks pada
situasi dengan jumlah siswa yang banyak, di mana alat evaluasi yang digunakan secara
umum dan kolaboratif. Penilaian kinerja akan meningkatkan subyektivitas tertentu di
pihak rekan kerja sehingga harus memiliki rubrik tertentu untuk melakukan koreksi.
Evaluasi kinerja dan koreksi dikondisikan oleh profil pemeriksa yang dapat memberi
tuntutan yang baik atau memberikan umpan balik yang berguna kepada siswa lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pelaksanaan praktikum IPA bagi peserta didik menuntut aspek keterampilan
dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Jumlah peserta didik yang banyak dalam satu
kelas menyebabkan pendidik hanya mampu menilai kemampuan kinerja peserta didik
secara berkelompok. Salah satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai
kinerja peserta didik pada kegiatan praktikum IPA yaitu dengan teknik peer assessment
(penilaian teman sejawat). Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik
menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam
melaksanakan proses penilaian dengan teknik peer assessment. Setiap peserta didik
yang dinilai juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena
mengetahui bahwa mereka sedang dinilai langsung, sehingga proses penilaian menjadi
lebih objektif. Penggunaan teknik peer assessment dalam proses penilaian praktikum
dapat memberikan kemudahan bagi para guru dalam melaksanakan penilaian secara
komprehensif.
Saran
Produk lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment
dapat digunakan pada studi lanjutan dengan melakukan penerapan pada kegiatan
praktikum IPA pada konsep yang berbeda-beda dan melibatkan sampel yang lebih
banyak. Hal ini dapat melengkapi tahapan pengembangan 4-D yaitu pada tahap
penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 19 19
DAFTAR PUSTAKA Alcarria, R. Borja Bordel, Diego Martín de Andrés, Tomás Robles (2018). Enhanced Peer
Assessment in MOOC Evaluation Through Assignment and Review Analysis. Universidad Politécnica de Madrid, Spain. iJET. Vol. 13. (1): 206-219
Anggereni, Santih. (2014). Mengembangkan Asesmen Kinerja Melalui Pembelajaran
Berbasis Laboratorium. Makassar: Alauddin University Press. Arikunto, Suharsimi, (2009), Prosedur Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, Jakarta:
Rineka Cipta Budi, Y, dkk, (2014), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik pada
Pelaksanaan Praktikum Fisika Peserta didik Kelas X SMA Negeri 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014, Radiasi, Vol.5, No.1.
Basuki, I. dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama, (2017), Panduan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Laboratorium IPA Cetakan ke-3, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Dudung, Agus. 2018. Penilaian Psikomotor. Karima: Bojongsari, Depok Johnson, D.W. & Johnson, R. (1987). Learning together and alone: Cooperative,
competitive, and individualistic learning (2nd ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs
Juknis Penilaian Psikomotorik. 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mania, Sitti. (2014). Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif
Implementasi Kurikulum 2013. Makassar: Alauddin University Press. Nani, A, dkk, (2017), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotor Peserta didik Sma
Pada Praktikum Materi Protista , Seminar Nasional Pendidikan Sains, Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Paul, P, dkk, (2017), Deskripsi Kemampuan Psikomotorik Peserta didik Praktikum
Kelarutan Dan Hasil Kelarutan (KSP) Kelas XI IPA, Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN.
Pranjoto, M, (2009), Pengelolaan Praktikum Di Laboratorium Kimia SMA/MA, Makalah
Pengabdian Pada Masyarakat , Kegiatan PPM Kerjasama yang berjudul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Kimia Bagi Pendidik/Pengelola Laboratorium SMA/MA Kabupaten Bantul: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 20 20
Rahmalia, Ditha. 2014. Penetapan Asestmen formatif Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengungkap Kemampuan Self Regulation Peserta didik SMA Pada Materi Kingdom Animalia. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu.
Rochmiyati, (2013). Model Peer Assessment Pada Pembelajaran Kolaboratif Elaborasi
IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama FKIP Universitas Lampung. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol.17, Nomor 2: 333-346
Saputra, Aji, Sri Wahyuni, dkk, (2016) Pengembangan Modul IPA Berbasis Kearifan
Lokal Daerah Pesisir Pada Pokok Bahasan Sistem Transportasi di SMP, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 2.
Siswaningsih, W. (2013). Penerapan Peer Assessment Dan Self Assessment Pada Tes
Formatif Hidrokarbon Untuk Feedback Siswa SMA Kelas X. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 107-115
Sri, M, dkk, (2015), Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik Pada Peserta
Didik, Jurnal Biotek, Vol. 3, No 1. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Sugiono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitattif dan R&D,
Bandung: Alfabeta. Viscione, I. Francesca D’Elia, Rodolfo Vastola, dan Maurizio Sibilio. (2017). Psychomotor
Assessment in Teaching and Educational Research. University of Salerno, Italy. Athens Journal of Education. Vol 4. (2): 169-178
Wahyuni, Sri dan Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Refika Aditama.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020
Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh
Seminar Nasional Pendidikan |2020 21
PEMBELAJARAN DARING DALAM PERSPEKTIF ORANG TUA
(Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar)
Zaki Al Fuad*1 1STKIP Bina Bangsa Getsempena
Abstrak Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia. Untuk memutus mata rantai penyebarannya, pemerintah Indonesia menelurkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB). Salah satunya ombasnya ialah menghentikan aktivitas belajr di sekolah, yang diganti dengan elajar di rumah secara daring. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Kemendikbud nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid 19. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19? Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif, metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa selama pembelajaran daring, guru lebih banyak menggunakan aplikasi WhatsApp untuk belajar, dan sedikit yang melakukan video conference dengan siswa, namun demikian sebagian guru tetap mendampingi siswa belajar daring, dan juga memberi instruksi kerja yang jelas kepada siswa, meski jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan guru yang tidak mendampingi siswa belajar. Hasil lainnya didapati orang tua siswa mengalami banyak kendala, seperti kuota internet yang tidak mencukupi, memiliki lebih dari satu anak yang mengikuti pembelajaran daring, waktu yang terbatas untuk mendampingi anak untuk belajar, serta lebih dari 50% orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar tidak setuju dengan proses pembelajaran daring, karena menurut mereka pembelajaran daring lebih efektif untuk jenjang yang lebih tinggi. Kata Kuci: Pembelajaran Daring, Orang Tua
Abstract At the end of 2019, the world was shocked by the emergence of a deadly virus. This virus became known as the Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Since its emergence, the virus has infected more than 4,200,000 people and killed nearly 300,000 people worldwide. To break the chain of distribution, the Indonesian government issued a policy
*correspondence Addres E-mail: [email protected]
Seminar Nasional Pendidikan |2020 22
set out in Government Regulation (PP) Number 21 of 2020 concerning Large Scale Social Restrictions (PSBB). One of the effects is to stop learning activities at school, which is replaced by learning at home online. This policy is stated in the Ministry of Education and Culture Circular Letter number 15 of 2020 states that "the aim of implementing learning at home is to ensure the fulfillment of students' rights to get educational services during the Covid 19 emergency. The formulation of the problem in this study is how the response of parents of elementary school students in Banda City. Aceh and Aceh Besar regarding the learning process at home during the Covid 19 pandemic? meanwhile, the purpose of this study was to determine the response of parents of elementary school students in Banda Aceh to the learning process at home during the Covid 19 pandemic. This study used a qualitative approach, the research method used was a survey method. The results of this study indicate that during online learning, teachers use the WhatsApp application more for learning, and less do video conferencing with students, however, some teachers still accompany students to learn online, and also provide clear work instructions to students, despite the number. smaller than teachers who do not accompany students to learn. Other results found that parents of students experienced many obstacles, such as insufficient internet quota, having more than one child participating in online learning, limited time to accompany children to study, and more than 50% of parents of elementary school students in the city of Banda Aceh and Aceh Besar does not agree with the online learning process, because according to the online learning is more effective for higher levels. Keywords: E-Learning, Parents
PENDAHULUAN
Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini
kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak
kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban
jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia (TribunManado, 2020). Indonesia salah satu
negara dengan jumlah korban terbanyak setelah Italia dan Amerika. Dikutip dari
Merdeka.com satu bulan setelah kasus pertama, jumlah kasus positif di Indonesia
mencapai 1.677, jumlah pasien sembuh 103 dan 157 meninggal dunia (2020). Seiring
berjalannya waktu, jumlah korban atau pasien positif terus bertambah, pun begitu
korban meninggal dunia.
Tingginya angka kematian dan pasien positif, membuat pemerintah menelurkan
kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020
tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran virus
tersebut. Peraturan Pemerintah tersebut berdampak langsung terhadap proses belajar
mengajar di sekolah, hal ini tertuang dalam pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Pembatasan
Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
Seminar Nasional Pendidikan |2020 23
pembatasan kegiatan keagamaan, dan/ atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum”.
Sejak dikeluarkan PP nomor 21 tahun 2020, semua aktivitas di sekolah mulai
diliburkan. Sebagai gantinya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan membuat skenario belajar di rumah secara daring selama masa pandemi
Covid 19. Surat Edaran nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan
belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan
layanan pendidikan selama darurat Covid 19, mencegah penyebaran dan penularan
Covid 19 di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan bagi pendidik,
peserta didik, dan orang tua”. Selanjutnya staf ahli Kemendikbud Chatarina
menyampaikan kegiatan belajar di rumah untuk memberikan pengalaman bagi peserta
didik tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum serta
difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup.
Proses belajar di rumah menuai beragam respon komentar dari orang tua siswa,
baik positif maupun negatif. Salah satu aspek yang menjadi sorotan ialah orang tua
kesulitan dalam memantau proses belajar anak hingga kualitas pendidik (guru), serta
kedisiplinan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua siswa dari
Makasar bahwa kebanyakan sekolah mengembalikan proses belajar mengajar kepada
orang tua di rumah, padahal orang tua juga disibukkan dengan work from home. Kejadian
seperti ini diyakini tidak hanya terjadi di Makasar, namun juga di daerah-daerah lain,
seperti kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Berangkat dari fenomena tersebut, kiranya
perlu dilakukan penelitian guna mengetahui proses belajar di rumah siswa SD serta
respon dari orang tua siswa, dengan judul Pembelajaran Daring dalam Perspektif Orang
tua (Survei terhadap orang tua siswa SD Kota Banda Aceh dan Aceh Besar). Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota
Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19?
Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon
oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama
pandemi Covid 19.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan sebuah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku seseorang atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan. Belajar juga difenisikan sebagai aktivitas psikis yang dilakukan oleh individu
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku
Seminar Nasional Pendidikan |2020 24
sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan
tingkah laku tersebut terjadi karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/
ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.
Para ahli sepakat bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada
individu yang disebabkan oleh latihan-latihan. Seperti Hilgard, yang menyatakan bahwa
seseorag dikatakan belajar apabila ia bisa melakukan sesuatu dengan latihan sehingga ia
menjadi berubah (Riyanto, 2009). Selaras dengan Hlgard, Walker dan Cornbach
berpendapat belajar adalah perubahan dalam pelakasanaan tugas yang terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Adapaun Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses
pertumbuhan.
Perubahan yang dimaksud dalam pengertian belajar sebagaimana dikutip dari
Slameto (2016) ialah:
a. Perubahan secara sadar, dimana seseorang menyadari telah terjadinya suatu
perubahan dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan dan keterampilan.
b. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan dalam diri seseorang
terjadi secara berkesinambungan, dan perubahan tersebut akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Seperti anak yang belajar menulis.
Keterampilan menulis akan bermanfaat bagi anak, karena dengan keterampilan
menulis ia akan memperoleh kecakapan lainnya.
c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan tersebut akan senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelunya.
d. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang terjadi pada
seseorang yang diakibatkan dari proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku dan pola pikir, juga perubahan secara menyeluruh dalam siap,
keterampilan dan pengetahuan.
Proses belajar yang dialami oleh tiap individu tidak serta merta terjadi begitu saja,
melainkan terjadi dalam beberapa tahap, diantaranya inkompetensi bawah sadar, yaitu
tidak sadar bahwa ia tidak tahu. Inkompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tidak tahu.
Kompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tahu dan kompetensi bawah sadar, yaitu tidak
sadar bahwa ia tahu. Selain dari menghadirkan perubahan tingkah laku pada diri
manusia/individu, belajar jua memiliki beberapa tujuan. Berikut ini beberapa tujuan
belajar yang dikemukakan oleh Sadirman (2008), yaitu:
Seminar Nasional Pendidikan |2020 25
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan
dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain
tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan.
Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang
memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan.
c. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik,
guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan
kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan
pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.
Teori Belajar
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan teori belajar yang berpendapat bahwa peserta didik
dapat mengkonstruk atau membangun sendiri pengetahuan melalui pengamatan atau
pengalaman. Prinsip penting dalam teori ini adalah guru tidak dapat sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Pendekatan konstruktivisme dalam belajar lebih menekankan pada
sistem top down, yaitu siswa memulainya dari hal yang kompleks untuk dipecahkan,
selanjutnya menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.
Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa tujuan yang ingin diwujudkan
(Riyanto, 2009)
1) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri;
2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi
pendapat;
3) Membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep secara lengkap. dan
4) Mengembangkan siswa menjadi pemikir yang mandiri.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 26
b. Kognitif
Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang memfokuskan pada hasil
pengetahuan. Berbeda dengan behaviorisme yang mengedepankan perubahan tingkah
laku. Tokoh yang sangat populer pada teori ini ialah Jean Piaget. Dalam teorinya Piaget
berpendpat bahwa sejatinya proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (Riyanto, 2009). Mengingat teori belajar ini berfokus pada
pengetahuan, Piaget mengemukan teori tahapan belajar pada anak dimulai dari sensori
motorik, pra operasional, operasional konkret, dan opreasional formal. Selain Piaget,
terdapat beberapa ahli lainnya yang ada pada barisan teori belajar kognitif, diantaranya
Gestalt, Kohler, Bruner,David Ausubel, dan lain-lain.
c. Behaviorisme
Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
akibat adanya stimulus dan respon. Dalam teori connectionism Edward Thorndike
dijabarkan hakikat belajar ialah asosiasi antara kesan an pancaindera dan impuls untuk
bertindak. Namun berbeda dengan Thorndike, Watson memiliki pendapat jika stimulus
dan respon haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (Riyanto, 2009).
Masih menurut Thorndike, dalam proses belajar terdapat dua hukum yang saling
melengkapi, yaitu hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer terdari dari law
of readiness yaitu kesiapan untuk bertindak yang timbul karena proses penyesuaian diri
dengan sekitarnya. Law of exercise and repetation, yaitu sesuatu akan kuat bila sering
dilakukan atau diulang-ulang. Selanjutnya law of effect, yaitu perubahan yang diikuti
dengan dampak yang memuaskan dan cenderung ingin diulang kembali.
Sedangkan hukum sekunder terdiri dari law of multiple response, yaitu sesuatu
yang dilakukan dengan berbagai macam uji coba dalam menghadapi keadaan tertentu.
Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, jika
siatuasi tersebut memiliki kesamaan dengan keadaan sebelumnya. Law of partial activity,
yaitu seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkina yang ada pada situasi
tertentu.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 27
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menjabarkan fenomena atau aktivitas sosial, baik secara individu
maupun kelompok. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan latar alamiah guna
menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Penelitian
survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara
menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam berbentuk sample
dari sebuah populasi. Surwartono (2014) mengungkapkan bahwa penelitian survei
dapat melibatkan subjek yang banyak, bisa sebagian, bisa pula seluruh populasi.
Penelitian ini betujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan semua hasil temuan
di lokasi penelitian berupa perspektif orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh
Besar terhadap proses pembelajaran daring selama masa pandemi Covid 19.
Pengumpulan Data
Angket
Reduksi Data
Display Data
Fokus Masalah
Sumber Data
Lokasi Penelitian
Laporan Hasil
Penelitian
Responden
Seminar Nasional Pendidikan |2020 28
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan objek yang dikenakan dalam penelitian.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah orang tua siswa sekolah dasar (SD) yang ada di kota Banda Aceh dan
Aceh Besar. Penentuan sampel dilakukan dengan cara probability sampling, yaitu semua
anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun teknik
yang sampling yang digunakan ialah snowball sampling, dimana semakin lama jumlah
sampel atau subjek menjadi lebih besar, tergantung dari data yang dibutuhkan.
1. Teknik Pengumpulan & Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah survey atau
angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden atau sampel dalam penelitian
(Sugiyono, 2019). Angket yang digunakan ialah angket tertutup. Kuesioner atau angket
diberikan kepada orang tua siswa, untuk mengumpulkan data berupa efektvitas belajar
di rumah serta respon orang tua terhadap proses belajar daring.
Analisis data data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang
dikemukakan oleh Miles and Huberman, yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono,
2019). Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu reduksi data, data display, dan conclusion/verification. Model interaktif dalam
analisis data tampak pada gambar berikut:
a) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal pokok
memfokuskan padaa hal-hal yang penting dan menentukan polanya. Pada tahap ini
Seminar Nasional Pendidikan |2020 29
peneliti melakukan reduksi data berupa efektivitas proses belajar di rumah dan respon
orang tua terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19.
b) Display Data
Mengutip pendapat Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2019) “the most
frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narative
tex.” Berdasarkan penyataan tersebut dapat disimpulkan ialah, proses penyajian data
pada penelitian kualitatif dilakukan dengan cara menarasikan temuan dalam bentuk teks.
Pada tahap ini dilakukan penyajian data berupa hasil angket yang meliputi data mengenai
pandangan atau perspektif orang tua siswa terhadap pembelajaran daring, data yang
disajikan berupa deskripsi atau bagan.
c) Verification
Tahap verifikasi ini merupakan tahap akhir dari serangkaian proses analisis data
dalam penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan
temuan-temuan atau data yang diproleh di lapangan, yaitu data tentang perspektif orang
tua siswa terhadap pembelajaran daring.
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui penyebaran
angket secara daring kepada orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Angket yang diberikan kepada berfokus pada proses dan respon orang tua terhadap
proses pelaksanaan belajar mengajar secara daring, ynag bertujuannya untuk melihat
kefektifan pembelajaran daring selama pendemi covid 19. Adapun data yang
dikumpulkan berupa (1) media yang digunakan guru ketika mengajar seperti aplikasi
WhatsApp, video conferences atau aplikasi belajar lainnya yang direkomendasikan oleh
pemerintah, seperti Ruang Guru. (2) Kesiapan guru dalam mengajar yang meliputi proses
membuka pelajaran, menjelaskan indikator yang harus dicapai oleh siswa, mendampingi
siswa selama belajar, ketercapaian indikator, proses belajar interaktif. (3) Pemahaman
materi oleh siswa. (4) Pemberian tugas, umpan balik dan pengambilan kesimpulan. (5)
Kesiapan orang tua dalam mendampingi dan membimbing siswa, meliputi tingkat
penguasaan perangkat yang digunakan untuk menunjang proses belajar seperti HP atau
laptop dan ketersediaan waktu untuk mendampingi siswa belajar (6) Kendala yang
dialaimi oleh orang tua siswa.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 30
Media yang digunakan guru ketika mengajar daring
Berdasarkan data yang diperoleh didapati bahwa sedikit sekali guru yang
menggunakan video conferences dengan siswa untuk proses belajar mengajar. Lebih dari
50% orang tua menyatakan guru tidak pernah menggunakan video conference selama
belajar daring, seperti tampak pada bagan berikut
Bagan 1. Guru melakukan video conferences dengan siswa
Menurut orang tua siswa, guru hanya mengandalkan aplikasi pesan WhatApp untuk
memberikan materi dan tugas kepada siswa. Jumlah guru yang menggunakan aplikasi
WhatApp untuk mengajar lebih dari 70%. Namun demikian bukan berarti semua guru SD
di kota Banda Aceh tidak menggunakan aplikasi belajar lainnya. Berdasarkan data yang
diperoleh terdapat 5,6% guru yang tidak pernah menggunakan aplikasi WhatsApp,
artinya mereka menggunakan aplikasi belajar lainnya, seperti Ruang Guru, namum
jumlahnya sangat sedikit. Padahal ruang guru, merupakan apliaksi mitra Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan guna menunjang dan mempermudah guru maupun siswa
dalam belajar daring.
Bagan 2. Guru memberi materi ajar melaui WhatsApp group atau media lainnya
Kesiapan guru dalam mengajar
Sebelum masuk kelas untuk mengajar guru dituntut untuk menyiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan keberhasilan proses belajar nantinya, seperti RPP, bahan
ajar, serta media dan alat peraga. Selanjutnya ketika di kelas, sebelum masuk ke inti
pembelajaran ada beberapa hal yang harus disampaikan guru kepada siswa, salah
Seminar Nasional Pendidikan |2020 31
satunya adalah tujuan dan indikator pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar siswa
tahu indikator apa yang harus mereka capai. Selain itu penjelajasan megenai tujuan
pembelajaran juga menunjukkan jika guru sudah siap mengajar pada hari tersebut.
Dalam kondisi pembelajaran daring, menjelaskan tujuan dan indikator pembelajaran
adalah sesuatu yang tetap harus dilakukan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa tentang kesiapan guru
mengajar didapati hanya 27% guru yang selalu menjelaskan tujuan dan indikator yang
harus dicapai sebelum memulai pembelajaran. Artinya masih banyak guru yang
mengabaikannya dan menganggap menjelaskan indikator untuk siswa adalah hal yang
tidak penting. Bahkan dari data tersebut terdapat 22,2% guru yang sama sekali tidak
pernah menyampaikannya. Kondisi ini diperparah dengan ketidakhadiran guru dalam
memberi bimbingan dan pendampingan kepada siswa selama pembelajaran daring
berlangsung. Seperti data yang dipaparkan di atas, lebih dari 50% guru memberi materi
melalui WhatsApp group, setelahnya membiarkan siswa belajar sendiri dibawah
bimbingan orang tua, tanpa menjelaskan tujuan dan indikator yang harus dicapai.
Kondisi ini berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa, seperti pada bagan
berikut ini.
Bagan 3. Selama proses belajar guru mendampingi siswa secara daring
Pemahaman materi
Tingkat pengusaan materi oleh siswa berbanding lurus dengan metode atau model
pembelajaran yang digunakan guru. Selama belajar daring, kreatifitas guru dalam
peenggunaan media juga perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa bosan dengan gaya
belajar yang menoton. Salah satunya ialah menggunakan video pembelajaran atau
melakukan video conference. Senada dengan gaya mengajar guru yang hanya
mengandalkan aplikasi WhatsApp, tingkat penguasaan materi siswapun sangat sedikit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh
Seminar Nasional Pendidikan |2020 32
Besar, jumlah siswa yang dengan mudah memahami materi yang diberikan guru kurang
dari 30%, lebih tepatnya hanya 22, 2%. Sisanya yaitu 66,7% menjawab kadang-kadang,
dan bahkan 11,1% mengatakan sulit sekali memahami materi yang guru berikan.
Bagan 4. Siswa dengan mudah memahami materi yang diberikan guru
Hal ini tentu berbeda jika pembelajaran berlangsung secara tatap muka, dimana
siswa yang tidak paham langsung menanyakan kepada guru yang mengajar. Sedangkan
pembelajaran daring siswa tidak bisa mendapat jawaban langsung, mengingat guru
jarang sekali mendampingi siswa belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa yang
tidak paham terhadap materi yang diberikan akan mengalami ketertinggalan dari teman-
temannya. Sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan sempurna.
Pemberian tugas, dan umpan balik
Menurut orang tua siswa SD Kota Banda Aceh dan Aceh Besar,ketidaksiapan guru
dalam mengajar daring juga dapat dilihat dari proses pemberian tugas, dimana hampir
70% guru hanya memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan, namun tidak dibarengi
dengan pemberian materi yang memadai. Menurut penuturan orang tua siswa bahkan
kebanyakan guru tidak menyertakan intruksi kerja yang jelas dan rinci . Hal ini terlihat
dari data kuesioner yang dibagikan, di mana sebanyak 55,6% orang tua menyatakan
gurutidak selalu menyertakan instruksi kerja yang jelas kepada siswa. Guru hanya
mengirim tugas melalui WhatsApp dan dikumpulkan pada waktu yang telah ditetapkan.
Bukan hanya banyak guru yang tidak memberi instruksi tugas yang jelas, dari data
kuesioner yang diketahui bahwa terdapat 22,% guru yang tidak pernah memberikan
umpan balik terhadap hasil kerja siswa. Sehingga orang tua siswa merasa bingung apakah
tugas yang dikerjakan anaknya tepat atau masih banyak salahnya. Menurut RG salah satu
orang tua siswa SD di kota Banda Aceh, ia kesulitan mengevaluasi hasil belajar anaknya,
karena guru yang mengajar tidak pernah sama sekali memberi umpan balik. Namun
demikian, jumlah guru yang tidak memberi umpan balik hanya sedikit bila dibandingkan
Seminar Nasional Pendidikan |2020 33
dengan guru yang selalu tetap memberi umpan balik terhadap kinerja siswa, yaitu
menyentuh angka 50%.
Bagan 5. Instruksi kerja/tugas dijelaskan secara rinci oleh guru
Lain dari pada itu, pada aspek pengerjaan tugas salah satu pertanyaan yang
diberikan kepada orang tua ialah apakah tugas siswa dikerjakan sepenuhnya oleh siswa
atau dibantu orang tua. Data menunjukkan, lebih dari 50% orang tua menyatakan tidak
pernah membantu anaknya dalam mengerjakan tugas. Artinya tugas yang diberikan
guru dikerjakan sepenuhnya oleh siswa. Sedang beberapa persen lainnya
mengutarakan hanya mengarahkan, membantu, namun ada juga yang kadang-kadang
mengejarkan sepenuhnya tugas siswa.
Kesiapan orang tua dalam mendampingi siswa belajar
Aspek lain yang ditanyakan kepada orang tua siswa ialah bagaimana kesiapan
orang tua dalam mendampingi anaknya belajar di rumah selama pandemi covid 19. Dari
data angket yang diperoleh, hampir 80% orang tua menyatakan selalu mendampingi
anaknya ketika jam belajar. Meski demikian terdapat juga orang tua yang tidak bisa selalu
mendampingi anaknya saat belajar di rumah atau belajr daring. Salah satunya ialah UM,
0
10
20
30
40
50
60
Instruksi Kerja Umpan Balik
Instruksi Kerja dan Umpan Balik
Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah
Seminar Nasional Pendidikan |2020 34
ia merupakan salah satu pegawai di lembaga swasta, sehingga hanya saat tidak bekerja
ia bisa mendampingi anaknya belajar. Selama ia tidak dirumah, anaknya belajar secara
mandiri tanpa penagawasan siapa pun. Hal yang sama juga diungkapkan oleh RW, dengan
kesibukannya bekerja, waktu mendampingi anak belajar daring menjadi lebih sedikit.
Bukan hanya UM dan RW saja yang menyatakan demikian, orang tua dari siswa lainnya
juga mengalami dan mengamini apa yang disampaikan oleh ibu RW.
Dampak dari sedikitnya waktu yang dimiliki orang tua untuk mendampingi anak
belajar di rumah secara daring, motivasi dan semangat belajar anak menjadi kurang.
Menurut beberapa orag tua, semangat belajar anak sering naik turun, seperti tampak
pada bagan berikut, 80% orang tua menuturkan kadang-kadang memliki semangat yang
tinggi namun kadang-kadang tidak semangat sama sekali.
Bagan 6. Siswa memiliki semangat belajar di rumah
Kendala yang dialami
Pembelajaran daring memang bukanlah hal baru. Namun demikian selama ini
sekolah di Indonesia sangat sedikit bahkan tidak pernah mengaplikasinnya, terutama SD
yang ada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Dengan adanya covid 19, pemerintah
mengambil kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran daring mulai dari jenjang SD
sampai perguruan tinggi. Tentu kebijakan ini menemui kendala ketika di lapangan, baik
dari sudut pandang guru, siswa dan orang tua. Pada penelitian ini fokus pada kendala
yang dialami selama pembelajaran daring di SD kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Mayoritas orang tua menyampaikan bahwa mereka mengalami kendala dalam proses
pembelajaran daring. Kendala yang dihadapi tentu berbeda-beda. Namun dari hasil
angket diketahui rata-rata kendala yang dihadapi ialah keterbatasan perangkat yaitu
siswa bahkan orang tua tidak memiliki smartphone, serta tidak sanggup membelinya.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 35
Beberapa orang tua juga menyebutkan jika mereka tidak mahir dalam
mengoperasikan laptop maupun smartphone. Adapula yang mengatakan kendala
terbesar adalah penyediaan kuota internet. Meskipun ada bantuan kouta belajar dari
pemerintah, namun kouta tersebiut dibatasi untuk beberapa aplikasi belajar saja,
sedangkan guru tidak pernha menggunakan aplikasi tersebut. Beberapa kendala lainnya
yaitu waktu terbatas untuk mendampingi siswa belajar, tidak seluruh materi dikuasai
oleh orag tua, anak tidak mau belajar, tugas yang banyak namun tidak disertai penjelasan
yang detail, anak tidak konsentrasi dan malas mengerjakan tugas.
Respon orang tua terhadap pembelajaran daring selama pandemi covid 19
Proses belajar di rumah secara daring menimbulkan beberapa masalah seperti yang
telah dipaparkan di atas. Meskipun orang tua menyadari sepenuhnya jika ini adalah
keadaan darurat, namun mayoritas orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh
besar menyatakan tidak puas dengan sistem pembelajaran daring. Hanya 11,1% orang
tua yang merasa puas dengan sistem ini.
Menurut mereka, sistem pembelajaran daring belum efektif untuk diterapkan di
Aceh, bahkan ada yang menyatakan pembelajaran daring memberi dampak buruk
terhadap interaksi sosial anak, dikarenakan banyak menghabiskan waktu di rumah untuk
bermain game serta kurang semangat untuk belajar. Masih menurut beberapa orang tua,
proses belajar daring tidak banar-benar cocok diaplikasikan untuk siswa SD, “kebijakan
ini benar benar tidak efektif untuk masa pendidikan anak terutama anak SD, dimana anak
masih masa transisi dari TK ....” Hal yang sama juga diungkapkan oleh MY, jika belajar
secara daring untuk siswa SD tidak maksimal, “Kurang menyenangkan & Tidak maksimal
proses belajarnya”.
Seminar Nasional Pendidikan |2020 36
SIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dipaparkan
Top Related