repository.bbg.ac.id · i PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI Banda...

275

Transcript of repository.bbg.ac.id · i PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI Banda...

  • i

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI

    Banda Aceh, 4 s.d. 5 November 2020

    Penanggung Jawab Ketua STKIP Bina Bangsa Getsempena

    Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.

    Penasehat Dr. Musdiani, M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd.

    Fitriati, M.Ed.

    Ketua Penyunting

    Ketua LPPM STKIP Bina Bangsa Getsempena Intan Kemala Sari, M.Pd.

    Editorial Assistant Yusrawati JR Simatupang, M.Pd.

    Achyar Munandar, S.Kom. Yuni Afrizal

    Alamat Redaksi Kampus STKIP Bina Bangsa Getsempena

    Jalan Tanggul Krueng Aceh No. 34, Desa Rukoh – Banda Aceh Laman: www.stkipgetsempena.ac.id/

    Surel: [email protected]

    Penerbit: Natural Aceh, Banda Aceh, Aceh

  • ii

    Prosiding Seminar Nasional Tema : Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi Judul :Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan

    Berbagai Strategi Pembelajaran Di Tengah-Tengah Pandemic Covid 19

    Steering Comittee Intan Kemala Sari, M.Pd. (The Chair) Yusrawati JR Simatupang, M.Pd. (The Secretary)

    Opening Speaker Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.

    Keynote Speaker Prof. Dr. M. Syarif Sumantri

    Reviewers Dr. Musdiani, M.Pd. Dr. Maulizan, M.Pd. Dr Isthifa Kemal, M.Pd. Dr. Syarfuni M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd. Fitriati, M.Ed. Rika Kustina, M.Pd. Zaki Al Fuad, M.Pd. Fitriah Hayati, M.Ed. Sri Wahyuni, M.Pd. Ahmad Nasriadi, M.Pd. Zikrurrahmat, M.Pd. Didi Yudha Pranata, M.Pd.

    Editor Intan Kemala Sari, M.Pd.

    Publisher NATURAL ACEH Jalan Tgk. Adee II, No. 8. Gp. Doy, Kec. Ulee Kareng, Kota Banda Aceh 23117

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang terus

    mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya Seminar

    Nasional Pendidikan Tahun 2020 dengan tema “Akselerasi Pembelajaran di Masa Pandemi”

    telah terlaksana dengan baik. Tema tersebut dipilih dengan alasan memperkuat judul

    “Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan Berbagai Strategi

    Pembelajaran Di Tengah-Tengah Pandemic Covid 19”.

    Seminar Nasional Pendidikan ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang

    ilmu yang telah membahas berbagai bidang kajian dalam bidang pendidikan. Para peneliti/

    pemakalah berasal dari berbagai instansi. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual dengan

    menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Para peneliti mempresentasikan hasil penelitian

    secara virtual yang berlangsung selama 2 hari. Hasil seminar tersebut kemudian

    didokumentasikan dalam prosiding ini.

    Seminar Nasional Pendidikan ini dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari

    banyak pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah

    membantu terselenggaranya kegiatan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak

    kekurangan dalam penyusunan prosiding Seminar Nasional Pendidikan ini sehingga saran

    dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para

    pembaca dan pihak yang memerlukan.

    Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan STKIP Bina Bangsa

    Getsempena Banda Aceh, Pemakalah, Peserta, Panitia, dan Sponsor yang telah berupaya

    menyukseskan Seminar Nasional Pendidikan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

    meridhoi semua usaha baik kita.

    Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Banda Aceh, Oktober 2020

    Ketua Penyunting

  • iv

    DAFTAR ISI Halaman

    Dewan Redaksi i

    Kata Pengantar ii

    Daftar Isi iii

    Haris Munandar 1 Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik Berbasis Peer Assessment Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Program Studi PGSD Pada Kegiatan Praktikum IPA Zaki Al Fuad 21 Pembelajaran Daring Dalam Perspektif Orang Tua (Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD Di Kota Banda Aceh Dan Aceh Besar)

    Mulyadi Syahputra dan Salwa Chaira 38 Strategi Guru Dalam Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Asian Parliamentary Debate System

    Dellysa Fachriani, Intan Kemala Sari, dan Ahmad Nasriadi 50 Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh Yusrawati JR Simatupang 66 Analisis Persepsi Siswa SMP Di Banda Aceh Tentang Kegiatan Literasi

    Cut Marlini 80 Analisis Kebutuhan Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menulis Permulaan Menggunakan Pendekatan Proses Siswa Kelas I SDN Kajhu Aceh Besar Lina Amelia dan Fitriah Hayati 89

    Pengembangan Modul “Belajar Dari Rumah” Dalam Mendampingi Pembelajaran Anak Usia Dini Dimasa Pandemi Covid 19 Di Kota Banda Aceh Nanda Saputra dan Syarifah Rahmi 96 Penerapan Model NHT Berbantu Video Stop Motion Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIN 5 Pidie Fitriati dan Satria Prayudi 107 Analisis Persepsi Dan Praktik Pembelajaran Pendidik Guru Matematika Yang Berorientasi Pada Kecakapan Abad 21

  • v

    Iqbal dan Desi Riska Susanti 121 Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Think Pair Shared Terhadap Hasil Belajar IPA Di Kelas IV SD Di Tinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Fitriani 130 Pendidikan Kearifan Lokal Untuk Anak Usia Dini Melalui Tari Ranup Lampuan Pada Anak Di TK Al Wasliyah Kota Banda Aceh Yunita Panca Putri dan Rahmawati 146 Penggunaan Aplikasi Edmodo Dalam Pembelajarandi MTs Nurul Hidayah Gandus Palembang Rika Kustina 157 Bentuk Pergeseran Bahasa Munzir, Irfandi, dan Zikrur Rahmat 167 Pengembangan Model Bahan Ajar Dalam Permainan Bola Basket Untuk Meningkatkan Keterampilan Para Siswa SMP Negeri 18 Kota Banda Aceh Rahmattullah 184 Kajian Pemahaman Mahasiswa STKIP BBG Tentang Dampak Social Distancing Terhadap Pemulihan Ekonomi Masa New Normal Pandemi Covid 19 Rismawati 192 Nasionalisme Dan Digitalisasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Mardhatillah, Siti Mayang Sari, Herman Dwi Surjono, dan Ali Muhtadi 205 Validitas Silabus Model Pembelajaran Tematik Berbasis Gender Dan Kebhinekaan Terintegrasi ICT Di Sekolah Dasar

    Didi Yudha Pranata 213 Olahraga Bersepeda Masyarakat Kota Banda Aceh Pada Masa Pandemi Covid-19 Ayi Teiri Nurtiani 221 Perencananaan Pembelajaran Paud Di Masa Pandemi Covid 19

    Teuku Mahmud 233 Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas X Sma Inshafuddin Banda Aceh

    Hendra Kasmi 249 Pendidikan Karakter Pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMP Kelas X Helnita 257 Peran Keluarga Terhadap Pembelajaran Anak Usia Dini Di Masa Pandemi

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020

    Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh

    Seminar Nasional Pendidikan |2020 1

    PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK BERBASIS PEER ASSESSMENT

    UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD PADA KEGIATAN PRAKTIKUM IPA

    Haris Munandar*1

    1STKIP Bina Bangsa Getsempena Abstrak Kegiatan penilaian merupakan proses untuk mendapatkan umpan balik terhadap keberhasilan suatu tindakan. Salah satu bentuk penilaian adalah penilaian aspek keterampilan atau aspek psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrument penilaian psikomotorik berbasis peer assessment yang bisa digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Desain penelitian yang digunakan disini adalah penelitian pengembangan dengan model 4D yaitu Define, Design, Develope dan Disseminate. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan pada tahap define diperoleh informasi bahwa Instrumen penilaian psikomotorik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum IPA. Pada tahap design akan dilakukan sebuah perancangan draft awal lembar instrument penilaian disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam kegiatan praktikum IPA. Pada tahap development akan dilakukan tahap pengembangan lembar instrumen melalui kegiatan validasi para ahli dan uji coba lapangan terbatas. Tahap disseminate yang merupakan tahap terakhir, yaitu dilakukan penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak. Hasil respon yang diperoleh dari peserta didik menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses penilaian dengan berbasis peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal. Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa mereka sedang dinilai secara langsung, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Kata Kunci: Instrumen, Aspek Psikomotorik, Peer Assessment, Praktikum IPA Abstract Assessment activity is a process to get feedback on the success of an action. One form of assessment is the assessment of skills or psychomotor aspects. This study aims to develop a peer assessment based psychomotor assessment instrument that can be used in science practicum activities. The research design used here is development research with the 4D model, namely Define, Design, Develop and Disseminate. Based on the results of the needs analysis carried out at the define stage, information is obtained that psychomotor assessment instruments are needed in the implementation of science practicum activities. At the design stage, an initial draft of the assessment instrument sheet will be designed according to the stages contained in the science practicum

    *correspondence Addres E-mail: [email protected]

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 2 2

    activity. At the development stage, the instrument sheet development stage will be carried out through expert validation activities and limited field trials. The disseminate stage, which is the last stage, which is to distribute the product to more samples. The results of the responses obtained from students showed that all students involved felt it was easier to carry out the assessment process based on peer assessment. They can make good use of their time in the assessment process so that science practicum activities can run optimally. Each student who acts as a practitioner also looks eager to carry out practicum activities because they know that they are being assessed directly, so the assessment process becomes more objective. Keywords: Instruments, Psychomotor Aspects, Peer Assessment, Science Practicum PENDAHULUAN

    Proses evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam dunia pendidikan.

    Evaluasi merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang

    telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai

    alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem

    pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

    instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar

    membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

    psikomotor.

    Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

    menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara

    sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang objektif dalam

    pengambilan keputusan. Penilaian kelas dilakukan dengan melalui berbagai teknik

    seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test)

    atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil karya

    (portofolio) dan penilaian diri. Untuk mengukur aspek psikomotorik siswa dapat

    dilakukan dengan penilaian unjuk kerja (Budi, 2014).

    Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menekankan

    pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta

    didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mata pelajaran IPA

    mengajak langsung siswa untuk mengenal langsung alam sekitar melalui beberapa

    pendekatan yang bisa membangun konstruksi pemikiran peserta didik tentang alam.

    Kegiatan praktikum merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk

    membangun pemahaman mahasiswa dalam penerapan konsep-konsep IPA.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 3 3

    Permasalahan yang muncul adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik dalam

    melakukan proses penilaian psikomotorik pada kegiatan praktikum yang diikuti oleh

    para peserta didik dalam jumlah yang banyak, baik dari segi efisiensi waktu dan juga

    objektivitas dari proses penilaian tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian

    kinerja peserta didik yang memungkinkan dilakukan oleh setiap peserta didik. Salah

    satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai kinerja peserta didik pada

    kegiatan praktikum yaitu dengan menggunakan teknik peer assessment (penilaian

    teman sejawat). Peer assessment merupakan penilaian antar peserta didik dengan

    cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

    kompetensi.

    Menurut Muslich (2014) salah satu aspek penting dari implementasi praktikum

    di sekolah saat ini adalah tentang penilaian. Penilaian hasil praktikum peserta didik

    yang hanya dilakukan oleh pendidik memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan

    tersebut diantaranya adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik untuk

    memperhatikan secara teliti terhadap evaluasi hasil praktikum pada masing-masing

    peserta didiknya. Hal ini menyebabkan luputnya perhatian pendidik terhadap penilaian

    hasil produk praktikum pada sebagian peserta didik. Jumlah siswa yang banyak dalam

    satu kelas menyebabkan guru hanya mampu menilai kemampuan kinerja siswa secara

    berkelompok. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian kinerja siswa yang

    memungkinkan dilakukan terhadap individu siswa. Salah satu strategi yang dapat

    membantu guru dalam menilai kinerja siswa pada kegiatan praktikum yaitu dengan

    teknik peer assessment. Peer assessment atau penilaian antar teman adalah proses

    dimana siswa dilibatkan dalam penilaian kinerja siswa lain yang tingkatannya sama.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, diperlukan solusi dari

    permasalahan yang terkait dengan instrumen penilaian aspek psikomotorik dalam

    pelaksanaan kegiatan praktikum. Penelitian ini mencoba mencari solusi dengan

    mengembangkan instrumen yang akan digunakan dalam penilaian aspek psikomotorik

    berbasis peer assessment. Perumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan

    bagaimana tahapan pengembangan instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer

    assessment pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

    Pelaksanaan penelitian ini digunakan untuk dapat diaplikasikan pada saat pelaksaan

    kegiatan praktikum mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    khususnya pada kegiatan praktikum IPA.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 4 4

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

    Develoment yang bertujuan untuk mengembangkan dan mendesain instumen evaluasi

    psikomotorik pada kegiatan praktikum IPA. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiono

    (2010) bahwa metode penelitian pengembangan atau Research and Development

    adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

    menguji keefektifan suatu produk yang dihasilkan. Desain Penelitian pengembangan ini

    dilaksanakan dengan mengadaptasi model 4-D yaitu define, design, development dan

    disseminate.

    Desain Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dengan mengadaptasi model

    4-D yaitu define, design, development dan disseminate. Model ini dikembangkan oleh S.

    Thiagarajan, Dorothy S. Semmel dan Melvyn I. Semmel merupakan model terdiri atas

    4 tahap utama yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut: (1) Tahap

    pendifinisian (define), tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

    pembelajaran yang diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang

    dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 4 langkah pokok, yaitu; (a) analisis

    awal-akhir, (b) analisis peserta didik, (d) analisis materi dan (d) perumusan tujuan

    pembelajaran. (2) Tahap perencanaan (design), tahap ini adalah menyiapkan prototipe

    perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu; (a) pemilihan media

    yang sesuai tujuan pembelajaran, (b) pemilihan format, dilakukan dengan mengkaji

    format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara

    yang lebih maju, (c) rancangan awal berupa prototipe berisi indikator-indikator yang

    akan dikembangkan (3) Tahap pengembangan (development), tahap ini adalah untuk

    menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari

    para pakar. Tahap ini meliputi; (a) validasi produk oleh para pakar serta diikuti

    dengan revisi, (b) uji coba lapangan terbatas terhadap sampel kecil, yaitu peserta

    didik yang sesungguhnya serta simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana

    penilaian pada kegiatan praktikum IPA. (4) Tahap penyebaran (disseminate), tahap ini

    merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang

    lebih luas misalnya pada kegiatan pembelajaran di kelas yang lain dan juga digunakan

    oleh pendidik yang lain. Tujuan lain dari tahapan ini adalah untuk menguji efektivitas

    penggunaan produk yang dikembangkan pada setiap kegiatan pembelajaran. Tahapan

    dari penelitian pengembangan model 4-D dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 5 5

    (Sumber: Thiagarajan dan Semmel, 1974 Dalam Sugiono, 2012: 407)

    Gambar 1. Model Pengembangan 4-D

    Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang mengambil mata

    kuliah Konsep Dasar IPA pada semester tiga dan mata kuliah pembelajaran IPA SD pada

    semester empat. Mata kuliah Konsep Dasar IPA merupakan mata kuliah prasyarat untuk

    untuk mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester selanjutnya. Salah

    satu kegiatan dari proses pembelajaran pada kedua mata kuliah tersebut adalah

    peningkatan keterampilan mahasiswa pada kegiatan praktikum IPA, sehingga peneliti

    bisa memaksimalkan instrumen yang akan dikembangkan dalam rangka meningkatkan

    kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Adapun hasil yang diperoleh pada tiap-tiap fase pengembangan penilaian

    psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA adalah sebagai

    berikut:

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 6 6

    1. Tahap Pendefinisian (Define)

    Pada tahapan Define dilakukan sejumlah analisis untuk melihat permasalahan

    pada pelaksanaan kegiatan praktikum IPA serta kriteria-kriteria yang dijadikan acuan

    pengembangan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Adapun beberapa

    tahap yang dilakukan yaitu (1) Melakukan analisis awal-akhir. (2) Melakukan analisis

    terhadap peserta didik, dalam hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. (3) Melakukan analisis

    materi, dilakukan dengan mengkaji literatur-literatur mengenai materi-materi IPA yang

    diajarkan pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD pada

    program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (4) Melakukan perumusan terhadap

    tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tahap ini adalah tahap awal yang harus dimulai

    sebelum merancang lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Berikut

    penjelasan hasil yang diperoleh secara rinci.

    a. Analisis Awal-Akhir

    Analisis awal-akhir yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi permasalahan yang sering dihadapi oleh pendidik dalam proses

    pembelajaran IPA di ruang kelas, terkait dengan persiapan pelaksanaan pembelajaran

    dan kesesuaiannya dengan hasil belajar yang telah dilakukan. Analisis awal-akhir ini

    akan memberi informasi kepada peneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pendidik

    dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, misalnya ketersediaan perangkat

    pembelajaran dan juga persiapan kegiatan penilaian yang digunakan dalam melihat

    ketercapaian kegiatan pembelajaran.

    b. Analisis Peserta Didik

    Analisis peserta didik yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

    mengetahui informasi yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik agar nantinya

    dapat disesuaikan dengan lembar instrumen yang akan dikembangkan. Karakteristik

    peserta didik dalama hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang dianalisis meliputi kemampuan

    akademis dan perkembangan kognitif peserta didik selama mengikuti kegiatan

    pembelajaran khususnya pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA

    SD. Berdasarkan hasil analisis peserta didik yang dilakukan, maka diperoleh informasi

    bahwa sebagian besar peserta didik sudah pernah mengikuti kegiatan praktikum di

    laboratorium dan sebagian besar peserta didik juga sudah memahami teknik-teknik

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 7 7

    dasar mengikuti kegiatan pembelajaran di laboratorium, seperti proses responsi dan

    penyiapan laporan praktikum, hanya saja proses penilaian biasanya dilakukan secara

    menyeluruh dalam setiap kelompok praktikum. Informasi tersebut memberi masukan

    kepada peneliti tentang skenario-skenario yang akan dipersiapkan pada saat

    pelaksanaan penelitian.

    c. Analisis Materi

    Kegiatan analisis materi yang dilakukan pada tahapan ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang

    dipelajari peserta didik pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA

    SD. Informasi yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

    mengembangkan instrumen penilaian psikomotorik. Berdasarkan hasil analisis materi

    yang dilakukan, maka diperoleh informasi bahwa ada 10 materi yang diajarkan yang

    melibatkan kegiatan praktikum, yaitu 8 materi pada mata kuliah konsep dasar IPA SD

    dan 2 materi pada mata kuliah pembelajaran IPA SD.

    Perumusan Tujuan Pembelajaran

    Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui

    kesesuaian tujuan pembelajaran dengan rencana evaluasi yang akan dilakukan pada

    mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD. Tujuan pembelajaran

    juga tertera pada draf RPS dan Sillabus dari kedua mata kuliah tersebut. Tujuan

    pembelajaran tersebut dapat memberikan kita informasi tentang kebutuhan pendidik

    terhadap lembar instrumen penilaian psikomotorik yang akan dikembangkan. Tujuan

    pembelajaran menunjukkan arah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diharapkan,

    misalnya keterlaksanaan kegiatan praktikum IPA di laboratorium dan juga tingkat

    pemahaman mahasiswa pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum IPA.

    2. Tahap Perancangan (Design)

    Pada tahapan perancangan (Design) dilaksanakan beberapa tahapan

    perancangan instrumen. Tahapan ini terdiri dua langkah, yaitu: (1) Pemilihan media

    yang cocok digunakan sebagai penunjang pada proses pembelajaran. (2) Pemilihan

    format yang cocok untuk digunakan pada proses penilaian yang efisien. (3) Rancangan

    awal lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Pada tahap ini

    dihasilkan sebuah rancangan awal berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 8 8

    yang nantinya akan dikembangkan menjadi lembar instrumen penilaian psikomotorik

    berbasis peer assessment, berikut penjelasan setiap tahapannya secara lebih rinci.

    Pemilihan Media

    Tahapan pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang

    telah dilakukan pada tahap define dan disesuaikan juga dengan karakteristik peserta

    didik. Media yang digunakan pada tahap ini adalah sebuah draf LKPD yang akan

    digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Peneliti menyiapkan sebuah LKPD yang

    betuliskan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan pada kegiatan praktikum IPA,

    beberapa peralatan yang tertulis di LKPD seperti sebuah cutter, sebuah penggaris dan

    sebuah isolatipe yang nantinya digunakan pada kegiatan praktikum dengan judul

    mengamati bagian-bagian bunga. Materi tersebut sesuai dengan materi yang telah

    dipersiapkan pada tahap analisis materi. Para pesserta didik yang terlibat pada kegiatan

    praktikum tersebut nantinya akan dievaluasi menggunakan suatu lembar penilaian

    yang akan dikembangkan. Peneliti juga menyiapkan skenario penilaian dengan

    melibatkan sesama peserta didik yang lain untuk saling menilai, proses penilaian teman

    sejawat ini dinamakan teknik peer assessment.

    a. Pemilihan format

    Tahapan pemilihan format disini bertujuan untuk memilih desain dan rancangan

    yang cocok dalam mengembangkan lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis

    peer assessment. Format lembar instrumen harus efisien dan mudah dipahami oleh

    setiap penilai, karena teknik penilaian yang digunakan adalah penilaian teman sejawat

    yang tentunya melibatkan banyak penilai. Pada tahap ini dilakukan juga peninjauan

    terhadap beberapa referensi yang dapat mendukung format lembar instrumen.

    Referensi-referensi ini dikumpulkan dari beberapa penelitian yang sudah pernah

    dilaksanakan dan juga dari juknis penilaian psikomotorik Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan Tahun 2018.

    b. Rancangan awal

    Tahapan perancangan awal bertujuan untuk menyiapkan sebuah draf lembar

    instrumen yang akan divalidasi dan dinilai oleh para pakar pada tahapan selanjutnya.

    Draf tersebut berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator beserta beberapa

    pernyataan yang mengarah kepada pengembangan dari indiaktor-indikator tersebut.

    Pada tahapan ini juga lembar instrumen yang berupa prototipe hasil rancangan awal ini

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 9 9

    sudah memuat beberapa aspek yang akan dinilai. Bentuk rancangan awal dari lembar

    instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

    Tabel 1. Rancangan Awal Lembar Instrumen

    No Aspek Penilaian No Indikator Persiapan Praktikum

    1 Rencana pelaksanaan praktikum

    1 Keterampilan menyiapkan alat yang diperlukan 2 Keterampilan menyiapkan bahan yang diperlukan 3 Keterampilan menggunakan prosedur kerja sesuai

    dengan yang akan dipraktikumkan Pelaksanaan selama Praktikum 2 Kinerja diri dalam

    melaksanakan praktikum

    4 Keterampilan menggunakan alat-alat praktikum 5 Keterampilan menggunakan bahan-bahan

    praktikum 6 Keterampilan dalam melengkapi data gambar dari

    hasil pengamatan 7 Keterampilan mencatat hasil pengamatan pada

    tabel yang tersedia 8 Keterampilan mengamati, dan fokus pada kegiatan

    praktikum 3 Manajemen waktu

    selama kegiatan praktikum

    9 Keterampilan memanfaatkan waktu selama kegiatan praktikum

    10 Keterampilan menyelesaikan tahapan-tahapan kegiatan praktikum secara teratur

    4 Menafsirkan hasil praktikum

    11 Keterampilan dalam membuat pembahasan data hasil pengamatan

    12 Keterampilan dalam membuat kesimpulan hasil pengamatan

    Kegiatan Akhir Praktikum 5 Kontribusi setelah

    kegiatan 13 Keterampilan dalam membersihkan tempat dan

    alat-alat praktikum yang telah digunakan 14 Keterampilan dalam menyimpan kembali segala

    peralatan yang telah dipakai (Dimodifikasi dari Ditha Rahmalia, 2014 dan Juknis Penilaian Psikomotorik, 2018)

    3. Tahap Pengembangan (Development)

    Pada tahap pengembangan (development), dilakukan pengembangan draft awal

    lembar instrumen evaluasi psikomotorik dalam hal tampilan dan substansi dari lembar

    instrumen. Tahap pengembangan teridiri atas penilaian validator ahli dan uji coba

    lapangan terbatas. Produk yang telah divalidasi melalui tahap revisi kemudian diuji

    cobakan kepada sampel kecil. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap

    pengembangan adalah sebagai berikut:

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 10 10

    a. Validasi Pakar

    Instumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment ini akan divalidasi

    oleh pakar ahli yang meliputi validasi desain lembar instrumen dan validasi substansi

    lembar instrumen. Hasil validasi oleh para pakar pada tahapan pengembangan lembar

    instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

    Tabel 2. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Desain Produk

    No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator

    1 Tata letak arahan cara menggunakan instrumen

    Arahan penggunaan Instrumen harus diletakkan bada bagian atas pada halaman depan instrumen berikut dengan arahan cara memberi nilai.

    2 Tampilan setiap halaman dari lembar instrumen

    Lembar Instrumen sebaiknya dibuat dengan format landscape agar dapat memuat penuh tabelnya dalam satu halaman

    3 Penggunaan tabel yang efisien Tabel yang digunakan harus memuat langsung rentang nilai sehingga penilai mudah dalam memberikan nilai

    4 Urutan item-item pengamatan yang sesuai

    Urutan tahapan pengamatan sebaiknya disesuaikan dengan tahapan yang ada di LKPD atau penuntun praktikum yang akan digunakan

    5 Tata letak arahan penskoran Disesuaikan dengan desain tabel 6 Bentuk huruf yang digunakan Bentuk huruf harus mudah dibaca dan yang

    umum digunakan pada karya ilmiah 7 Ukuran huruf yang digunakan Ukuran huruf harus mudah dibaca dan yang

    umum digunakan pada karya ilmiah 8 Petunjuk penskoran Harus disesuaikan dengan menggunakan

    skala ukur, sehingga rentang nilai yang akan dipilih tertulis jelas

    9 Penggunaan kertas yang sesuai

    Harus mudah dan tidak mudah rusak

    10 Kesesuaian warna yang digunakan

    Warna yang digunakan harus membuat lembar instrumen terlihat lebih menarik

    11 Penggunaan layout yang sesuai

    Disesuaikan dengan konten dan tabel yang akan digunakan

    12 Penggunaan margin yang sesuai

    Sesuai dengan kebutuhan

    13 Teknik penomoran yang digunakan

    Teknik penomoran harus runtut antara penggunaan angka dan huruf

    14 Tingkat efisiensi instrumen Instrumen sebaiknya didesain yang simple dan sederhana sehingga mudah dibawa dan digunakan oleh siapapun

    15 Tingkat kepraktisan instrumen Tidak menggunakan arahan-arahan yang sulit

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 11 11

    dipahami

    Tahapan validasi pakar bidang desain produk meliputi 15 item penilaian, proses

    validasi desain tersebut bertujuan agar lembar penilaian psikomotorik berbasis peer

    assessment tersebut mempunyai tampilan yang menarik dan efisien untuk digunakan

    oleh siapapun yang ingin menilai. Berdasarkan Hasil validasi pakar bidang desain

    produk diperoleh informasi bahwa tampilan yang digunakan sudah menarik untuk

    digunakan, meskipun ada beberapa saran dan masukan yang diberikan terkait desain

    tabel dan efisiensi produk. Hal tersebut dikarenakan lembar evaluasi ini dalam

    penerapannya akan digunakan oleh beberapa orang peneliti untuk menilai sejawatnya,

    sehingga aspek efisiensi menjadi penting. Berikutnya berkenaan dengan urutan item-

    item pengamatan yang digunakan juga sudah sesuai dengan urutan pada LKPD dan

    yang akan digunakan pada kegiatan praktikum IPA.

    Penggunaan bahasa pada rancangan awal lembar instrumen sudah sesuai

    dengan dengan draft instrumen berdasarkan referensi-referensi yang telah

    dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan yang telah

    diberikan, sehingga rancangan yang akan dikembangkan akan menghasilkan produk

    lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment sesuai dengan tujuan yang

    diharapkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nani (2017)

    yaitu Instrumen yang dikembangkan harus menyajikan prosedur kerja dalam

    pembelajaran dengan metode praktikum. Prosedur kerja yang disusun digunakan untuk

    mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan rangkaian proses belajar

    menggunakan metode praktikum. Praktikum yang dilakukan, bertujuan agar peserta

    didik mengetahui dan memiliki keterampilan dalam menjalankan kegiatan

    pembelajaran. Sedangkan instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan sebagai

    instrumen untuk menilai keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik selama

    paraktikum dilaksanakan.

    Langkah berikutnya adalah pelaksanaan tahapan validasi pakar bidang substansi

    produk yang berisikan 12 item penilaian. Tahapan ini bertujuan agar diperoleh

    instrumen penilaian psikomotorik yang sesuai dengan apa yang akan dinilai, artinya ada

    kesesuaian antara apa yang dinilai dengan tujuan yang diharapkan. Konten yang dinilai

    meliputi kedalaman isi, maupun tingkat kompetensi peserta didik yang akan dinilai.

    Selanjutnya pada tahap ini juga terdapat konten yang mengarahkan proses penilaian

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 12 12

    agar dilakuan dengan teknik peer assessment. Hasil validasi pakar pada bagian

    substansi produk dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

    Tabel 3. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Substansi Produk

    No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator

    1 Pemilihan kata yang digunakan

    Kata-kata yang digunakan harus memenuhi unsur EYD dan sesuai dengan tata penulisan ilmiah

    2 Penggunaan bahasa asing Penggunaan bahasa asing lebih baik diminimalisir, karena lembar penilaian akan dipergunakan oleh banyak penilai dengan latar belakang yang berbeda-beda

    3 Bahasa yang mudah dipahami Bahasa yang digunakan harus mudah dipahami dan menggunakan tata bahasa yang memenuhi unsur EYD

    4 Penggunaan bahasa yang ilmiah

    Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan penelitian

    5 Tingkat ke dalaman bahasa yang digunakan

    Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik yang akan menggunakan lembar Instrumen

    6 Kesesuaian tingkat kompetensi yang digunakan

    Disesuaikan dengan ranah kognitif dan ranah psikomotorik dari subjek yang terlibat

    7 Penggunaan skala ukur yang sesuai

    Bisa menggunakan skala ukur dengan rentang 1-3, 1-4, atau 1-5, dengan option yang memungkinkan penilai tidak mengisi secara sembarangan

    8 Kesesuaian indikator yang digunakan

    Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS

    9 Kesesuaian tujuan yang diharapkan

    Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS dan tujuan dari pelaksanaan penelitian

    10 Tingkat konsistensi isi dengan tujuan yang diharapkan

    Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS

    11 Penggunaan konten yang mengarahkan ke penilaian antar teman sejawat

    Terdapat beberapa konten yang belum mengarahkan peserta didik untuk melakukan teknik penilaian antar teman sejawat (peer assessment), sehingga proses penilaian masih terkesan hanya dilakukan oleh seorang pendidik

    12 Tahapan-tahapan penilaian teman sejawat

    Harus diperjelas arahan melakukan teknik penilaian teman sejawat (peer assessment) pada setiap tahapan-tahapan penilaian.

    Validasi yang dilakukan oleh pakar bidang substansi produk lembar penilaian

    psikomotorik berbasis peer assessment meliputi pemilihan konten-konten yang sesuai,

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 13 13

    baik dari segi kompetensi peserta didik maupun indikator yang yang dikembangkan.

    Kompetensi yang diharapkan dari pelaksanaan validasi pakar bidang substansi produk

    adalah tercapainya kesesuaian antara indikator dan tujuan dari setiap item yang dinilai,

    serta terlaksananya teknik penilaian antara teman sejawat pada saat pelaksanaan

    penilaian kegiatan praktikum IPA.

    Berdasarkan hasil validasi pakar bidang substansi produk diperoleh informasi

    tentang perbaikan pada beberapa bagian lembar instrumen. Setiap saran dan masukan

    tentang substansi produk lembar Instrumen penilaian psikomorik berbasis peer

    assessment akan ditinjak lanjuti dengan beberapa tahapan revisi sesuai dengan tujuan

    yang ingin dicapai. Salah satu masukan penting yang diberikan oleh validator terkait

    dengan arahan untuk pelaksanaan penilaian dengan menggunakan teknik peer

    assessment.

    Arahan tersebut menjadi penting karena teknik peer assessment menjadi salah

    satu fokus dalam penelitian ini, teknik ini dapat membantu penilai memberikan dalam

    melakukan penilaian denagn jumlah peserta didik yang banyak karena proses

    penilaiannya dilakukan secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni

    S. dan Syukur (2012), yang menyatakan bahwa teknik peer assessment memiliki

    banyak manfaat, di antaranya model ini dapat memberikan dorongan pada peserta

    didik untuk selalu belajar agar ia dapat melakukan penilaian dengan baik. Teknik ini

    juga dapat meningkatkan kepercayaan peserta didik karena ia diberi wewenang untuk

    melakukan penilaian tanpa ada perbedaan dengan teman yang lain.

    b. Uji Coba Lapangan Terbatas

    Setelah pelaksanaan tahapan validasi pakar beserta tahapan revisi, selanjutnya

    adalah melakukan uji coba lapangan terbatas yang melibatkan 10 orang responden.

    Pada tahapan ini para responden dalam hal ini mahasiswa-mahasiswa Program Studi

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang sudah

    pernah mengambil mata kuliah konsep dasar IPA dan juga mata kuliah Pembelajaran

    IPA SD, akan dilibatkan dalam sebuah skenario praktikum IPA. Pada tahap pertama,

    lima orang peserta didik berperan sebagai praktikan dalam melakukan praktikum IPA

    sesuai dengan LKPD yang diberikan, sedangkan lima orang peserta didik yang lain

    berperan sebagai penilai dalam menilai rekan mereka yang melakukan praktikum IPA.

    Pada tahap kedua, setiap lima orang mahasiswa yang sebelumnya menjadi praktikan

    berganti peran sebagai penilai, sedangkan lima orang mahasiswa yang sebelumnya

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 14 14

    menjadi penilai kini juga berganti peran menjadi praktikan. Setiap tahapan

    dilaksanakan sesuai arahan yang tertera pada lembar penilaian psikomotorik

    menggunakan teknik peer assessment. Pada tahap ketiga, atau tahap terakhir, seluruh

    peserta didik yang berjumlah 10 orang akan diberikan angket untuk melihat respon

    mereka terhadap teknik penilaian yang baru saja dilaksanakan.

    Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik menunjukkan bahwa seluruh

    peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses

    penilaian dengan teknik peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan

    baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal.

    Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat

    melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa kegiatan mereka sedang

    dinilai langsung oleh penilai, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Hal ini

    sesuai dengan yang dikatakan oleh Anggereni (2014) yaitu keunggulan dalam

    penggunaan penilaian kinerja di dalam kelas membuat pendidik lebih percaya diri dan

    menyukai kualitas penilaian kinerja. Selain itu, penilaian kinerja lebih fair, lebih adil dan

    dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terlibat secara langsung aktif dalam

    proses pembelajaran. Penilaian kinerja juga berguna bagi pendidik untuk memandang

    proses penilaian sebagai bagian dari proses belajar mengajar bukan sekedar nilai akhir.

    4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate)

    Tahapan terakhir adalah tahap penyebarluasan (disseminate), pada tahap ini

    akan dilakukan penyebarluasan terhadap instrumen yang telah dikembangkan.

    Tahapan ini dilakukan dengan menyebarluaskan produk Instrumen yang telah

    dikembangkan, dalam hal ini adalah pada kegiatan praktikum IPA dengan jumlah

    sampel yang lebih banyak. Subjek dalam tahapan ini adalah seluruh mahasiswa

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda

    Aceh yang mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester IV. Teknik

    pengambilan sampel yang digunakan pada tahapan ini adalah teknik purposive

    sampling dengan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 60 orang mahasiswa yang

    terbagi kepada kelas A dan kelas B. Pembagian kelas tersebut dilakukan berdasarkan

    nomor induk mahasiswa, di mana masing-masing kelas terdapat 30 orang mahasiswa.

    Tahapan ini dilaksanakan pada kegiatan praktikum IPA, di mana kegiatan

    praktikum IPA merupakan salah satu topik yang dipelajari pada mata kuliah

    pembelajaran IPA SD. Mahasiswa terlebih dahulu mempelajari konsep-konsep yang

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 15 15

    akan dipraktikumkan, kemudian mereka akan melaksanakan kegitan praktikum di

    ruang laboratorium sesuai dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. Peneliti akan

    memberikan instruksi tentang teknik penilaian yang akan digunakan pada saat kegiatan

    praktikum, yaitu menggunakan teknik peer assessment. Seluruh mahasiswa dibagi

    kepada 4 kelompok praktikum, masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang

    mahasiswa. Pada pelaksanaannya, setiap 4 orang dari masing-masing kelompok akan

    melakukan praktikum terlebih dahulu dan akan dinilai oleh 4 orang lainnya. Setelah

    mereka selesai melakukan praktikum, maka mereka akan bergantian menjadi penilai

    terhadap rekan-rekan mereka yang sebelumnya menilai mereka. Bentuk alur penerapan

    peer assessment berdasarkan penelitian Sriyati (2016) adalah sebagai berikut:

    Gambar 2. Alur Penerapan Peer Assessment

    Setiap mahasiswa akan menilai seorang temannya yang lain sesuai giliran yang

    telah ditentukan. Alur pelaksanaan teknik peer assessment adalah: A menilai F, E

    menilai A, B menilai G, F menilai B, C menilai H, G menilai C, D menilai E, H menilai D.

    Untuk melihat efektifitas dari proses penilaian psikomotorik mahasiswa menggunakan

    teknik peer assessment. Setelah kegiatan praktikum selesai, seluruh mahasiswa juga

    diberikan lembar angket untuk mengetahui respon mereka terhadap penggunaan

    teknik peer assessment pada proses penilaian psikomotorik. Hasil respon mahasiswa

    terhadap pelaksanaan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment dengan

    menggunakan angket selanjutnya dijumlahkan keseluruhan skor yang diperoleh serta

    dihitung persentase nya. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversi dengan skor

    penilaian seperti pada Tabel 4 di bawah ini sehingga kita dapat mengetahui keefektifan

    dari penggunaan teknik penilian psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan

    A C

    E

    D

    F H

    G

    B

    E

    Ket: Menilai

    A C

    E

    D

    F H

    G

    B

    E

    Ket: Menilai

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 16 16

    praktikum IPA. Berikut tabel rating scale sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2009)

    dalam Setiawan (2014).

    Tabel 4. Kriteria Penilaian Responden

    Skor Persentase (%) Interpretasi 0 - 24,99 Tidak Baik

    25 - 49,99 Kurang Baik 50 - 74,99 Baik 75 - 100 Sangat Baik

    Pelaksanaan penilaian pada kegiatan praktikum IPA difokuskan pada 5 aspek

    penilaian dengan 14 indikator, mulai dari tahap persiapan pelaksanaan praktikum

    hingga ke tahap kontribusi setelah pelaksanaan kegiatan praktikum. Materi yang

    dipraktikumkan adalah tentang bunga lengkap dan bunga sempurna. Setiap kegiatan

    praktikum disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat pada modul praktikum

    dan penilaiannya dilaksanakan secara peer assessment sesuai dengan indikator-

    indikator yang telah dikembangkan.

    Hasil penelitian pada proses penilaian psikomotorik berbasis peer assessment

    pada kegiatan praktikum IPA yang disajikan melalui hasil penelitian yang dilaksanakan

    pada dua kelas meliputi hasil penilaian psikomotorik pada saat pelaksanaan praktikum

    dan juga respon mahasiswa setelah pelaksanaan praktikum. Pelaksanaan penilaian

    psikomotorik pada saat kegitan praktikum dilakukan dengan teknik peer assessment, di

    mana setiap mahasiswa menilai kinerja rekan mereka dalam satu kelompok praktikum

    dan setiap mahasiswa akan menilai 1 orang rekan kerja mereka secara paralel. Hasil

    penilaian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa peneliti pada saat pelaksanaan

    praktikum mencakup pada 5 aspek penilaian, yaitu: rencana pelaksanaan praktikum,

    kinerja diri dalam melaksanakan praktikum, manajemen waktu selama kegiatan

    praktikum, menafsirkan hasil praktikum dan kontribusi setelah kegiatan praktikum.

    Tahapan berikutnya adalah menganalisis hasil angket respon mahasiswa,

    tahapan ini bertujuan untuk melihat tanggapan-tanggapan dari mahasiswa dalam hal

    efektifitas dalam menggunakan lembar penilaian dan melaksanakan proses penilian

    diantara mereka. Hal tersebut dapat diketahui dari sikap beberapa mahasiswa yang

    merasa penilaian praktikum yang melibatkan jumlah praktikan yang banyak akan tidak

    efektif, sehingga proses penilaian akan terkesan subjektif. Berdasarkan hasil analisis

    data angket respon mahasiswa yang melaksanakan kegiatan penilaian psikomotorik

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 17 17

    berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA maka diperoleh informasi

    bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 2312 dengan skor idealnya adalah 2400,

    sehingga hasil persentase respon mahasiswa setelah menggunakan lembar penilaian

    psikomotorik berbasis peer assessment mencapai 96,33%. Hasil tersebut

    diinterpretasikan pada tabel kriteria penilaian responden, sehingga diperoleh kriteria

    sangat baik.

    Hasil tersebut menunjukkan pentingnya pelaksanaan proses penilaian

    psikomotorik berbasis peer assessment. Penilaian sejawat bertujuan untuk

    menggambarkan proses penilaian yang mendorong pembelajaran di masa depan dan

    mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Hal ini juga bertujuan untuk mengubah

    siswa dari sekadar penerima pengetahuan dari guru menjadi menghafal dan mengingat

    kembali tes sehingga menjadi peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dan

    evaluasi, berinteraksi, mencari dan mengeksplorasi, dan menjangkau hubungan antara

    objek untuk menghasilkan pengetahuan baru yang ditandai dengan pemikiran kritis

    dan kreativitas. Menurut Viscione (2017) proses pengamatan psikomotor tidak hanya

    memberikan ukuran kinerja, tetapi menganalisis kompleksitas pada setiap aspek terkait

    dalam pandangan multidisiplin serta dalam perspektif yang dinamis. Pengamatan

    psikomotor memerlukan tindakan terkoordinasi antara setiap pihak, pendekatan dan

    metodologi yang ditetapkan dalam bidang motorik harus sesuai dengan tradisi dan

    kendala dalam penelitian pendidikan.

    Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dipaparkan oleh Rochmiyati, (2013)

    yaitu Penggunaan teknik peer assessment dapat menekankan penggunaan kemampuan

    berpikir tingkat tinggi, dan juga dapat mengembangkan kemampuan sosial serta

    menciptakan rasa tanggung jawab dan pemberdayaan pribadi siswa. Hakekat peer

    assessment adalah suatu teknik assessment dengan meminta informasi mengenai unjuk

    kerja (performance) siswa dari siswa. Karakteristik peer assessment antara lain, peer

    assessment adalah suatu proses di mana anggota dari suatu tim saling melakukan

    assess (menilai), maka goal setting harus dipahami siswa dengan baik. Peer assessment

    sebagai assessment alternative memberi kebebasan kepada siswa mengemukakan

    pendapat. Peer assessment berbasis unjuk kerja (performance-based assessment),

    sehingga didalam peer assessment juga terjadi proses pembelajaran, siswa dapat

    mengembangkan kecakapan kognitif dan kecakapan sosial.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 18 18

    Labih lanjut lagi Alcarria (2018) menambahkan bahwa pencapaian tujuan

    pembelajaran pada tingkat pemahaman yang tinggi (dirinci dalam taksonomi Bloom

    sebagai pembelajaran, aplikasi, kreasi, dll.) Menyajikan evaluasi yang kompleks pada

    situasi dengan jumlah siswa yang banyak, di mana alat evaluasi yang digunakan secara

    umum dan kolaboratif. Penilaian kinerja akan meningkatkan subyektivitas tertentu di

    pihak rekan kerja sehingga harus memiliki rubrik tertentu untuk melakukan koreksi.

    Evaluasi kinerja dan koreksi dikondisikan oleh profil pemeriksa yang dapat memberi

    tuntutan yang baik atau memberikan umpan balik yang berguna kepada siswa lain.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Pelaksanaan praktikum IPA bagi peserta didik menuntut aspek keterampilan

    dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Jumlah peserta didik yang banyak dalam satu

    kelas menyebabkan pendidik hanya mampu menilai kemampuan kinerja peserta didik

    secara berkelompok. Salah satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai

    kinerja peserta didik pada kegiatan praktikum IPA yaitu dengan teknik peer assessment

    (penilaian teman sejawat). Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik

    menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam

    melaksanakan proses penilaian dengan teknik peer assessment. Setiap peserta didik

    yang dinilai juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena

    mengetahui bahwa mereka sedang dinilai langsung, sehingga proses penilaian menjadi

    lebih objektif. Penggunaan teknik peer assessment dalam proses penilaian praktikum

    dapat memberikan kemudahan bagi para guru dalam melaksanakan penilaian secara

    komprehensif.

    Saran

    Produk lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment

    dapat digunakan pada studi lanjutan dengan melakukan penerapan pada kegiatan

    praktikum IPA pada konsep yang berbeda-beda dan melibatkan sampel yang lebih

    banyak. Hal ini dapat melengkapi tahapan pengembangan 4-D yaitu pada tahap

    penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 19 19

    DAFTAR PUSTAKA Alcarria, R. Borja Bordel, Diego Martín de Andrés, Tomás Robles (2018). Enhanced Peer

    Assessment in MOOC Evaluation Through Assignment and Review Analysis. Universidad Politécnica de Madrid, Spain. iJET. Vol. 13. (1): 206-219

    Anggereni, Santih. (2014). Mengembangkan Asesmen Kinerja Melalui Pembelajaran

    Berbasis Laboratorium. Makassar: Alauddin University Press. Arikunto, Suharsimi, (2009), Prosedur Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, Jakarta:

    Rineka Cipta Budi, Y, dkk, (2014), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik pada

    Pelaksanaan Praktikum Fisika Peserta didik Kelas X SMA Negeri 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014, Radiasi, Vol.5, No.1.

    Basuki, I. dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja

    Rosdakarya. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Pertama, (2017), Panduan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Laboratorium IPA Cetakan ke-3, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

    Dudung, Agus. 2018. Penilaian Psikomotor. Karima: Bojongsari, Depok Johnson, D.W. & Johnson, R. (1987). Learning together and alone: Cooperative,

    competitive, and individualistic learning (2nd ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs

    Juknis Penilaian Psikomotorik. 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mania, Sitti. (2014). Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif

    Implementasi Kurikulum 2013. Makassar: Alauddin University Press. Nani, A, dkk, (2017), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotor Peserta didik Sma

    Pada Praktikum Materi Protista , Seminar Nasional Pendidikan Sains, Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

    Paul, P, dkk, (2017), Deskripsi Kemampuan Psikomotorik Peserta didik Praktikum

    Kelarutan Dan Hasil Kelarutan (KSP) Kelas XI IPA, Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN.

    Pranjoto, M, (2009), Pengelolaan Praktikum Di Laboratorium Kimia SMA/MA, Makalah

    Pengabdian Pada Masyarakat , Kegiatan PPM Kerjasama yang berjudul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Kimia Bagi Pendidik/Pengelola Laboratorium SMA/MA Kabupaten Bantul: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 20 20

    Rahmalia, Ditha. 2014. Penetapan Asestmen formatif Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengungkap Kemampuan Self Regulation Peserta didik SMA Pada Materi Kingdom Animalia. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu.

    Rochmiyati, (2013). Model Peer Assessment Pada Pembelajaran Kolaboratif Elaborasi

    IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama FKIP Universitas Lampung. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol.17, Nomor 2: 333-346

    Saputra, Aji, Sri Wahyuni, dkk, (2016) Pengembangan Modul IPA Berbasis Kearifan

    Lokal Daerah Pesisir Pada Pokok Bahasan Sistem Transportasi di SMP, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 2.

    Siswaningsih, W. (2013). Penerapan Peer Assessment Dan Self Assessment Pada Tes

    Formatif Hidrokarbon Untuk Feedback Siswa SMA Kelas X. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 107-115

    Sri, M, dkk, (2015), Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik Pada Peserta

    Didik, Jurnal Biotek, Vol. 3, No 1. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Sugiono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitattif dan R&D,

    Bandung: Alfabeta. Viscione, I. Francesca D’Elia, Rodolfo Vastola, dan Maurizio Sibilio. (2017). Psychomotor

    Assessment in Teaching and Educational Research. University of Salerno, Italy. Athens Journal of Education. Vol 4. (2): 169-178

    Wahyuni, Sri dan Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung:

    Refika Aditama.

  • Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020

    Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh

    Seminar Nasional Pendidikan |2020 21

    PEMBELAJARAN DARING DALAM PERSPEKTIF ORANG TUA

    (Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar)

    Zaki Al Fuad*1 1STKIP Bina Bangsa Getsempena

    Abstrak Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia. Untuk memutus mata rantai penyebarannya, pemerintah Indonesia menelurkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB). Salah satunya ombasnya ialah menghentikan aktivitas belajr di sekolah, yang diganti dengan elajar di rumah secara daring. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Kemendikbud nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid 19. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19? Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif, metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa selama pembelajaran daring, guru lebih banyak menggunakan aplikasi WhatsApp untuk belajar, dan sedikit yang melakukan video conference dengan siswa, namun demikian sebagian guru tetap mendampingi siswa belajar daring, dan juga memberi instruksi kerja yang jelas kepada siswa, meski jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan guru yang tidak mendampingi siswa belajar. Hasil lainnya didapati orang tua siswa mengalami banyak kendala, seperti kuota internet yang tidak mencukupi, memiliki lebih dari satu anak yang mengikuti pembelajaran daring, waktu yang terbatas untuk mendampingi anak untuk belajar, serta lebih dari 50% orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar tidak setuju dengan proses pembelajaran daring, karena menurut mereka pembelajaran daring lebih efektif untuk jenjang yang lebih tinggi. Kata Kuci: Pembelajaran Daring, Orang Tua

    Abstract At the end of 2019, the world was shocked by the emergence of a deadly virus. This virus became known as the Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Since its emergence, the virus has infected more than 4,200,000 people and killed nearly 300,000 people worldwide. To break the chain of distribution, the Indonesian government issued a policy

    *correspondence Addres E-mail: [email protected]

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 22

    set out in Government Regulation (PP) Number 21 of 2020 concerning Large Scale Social Restrictions (PSBB). One of the effects is to stop learning activities at school, which is replaced by learning at home online. This policy is stated in the Ministry of Education and Culture Circular Letter number 15 of 2020 states that "the aim of implementing learning at home is to ensure the fulfillment of students' rights to get educational services during the Covid 19 emergency. The formulation of the problem in this study is how the response of parents of elementary school students in Banda City. Aceh and Aceh Besar regarding the learning process at home during the Covid 19 pandemic? meanwhile, the purpose of this study was to determine the response of parents of elementary school students in Banda Aceh to the learning process at home during the Covid 19 pandemic. This study used a qualitative approach, the research method used was a survey method. The results of this study indicate that during online learning, teachers use the WhatsApp application more for learning, and less do video conferencing with students, however, some teachers still accompany students to learn online, and also provide clear work instructions to students, despite the number. smaller than teachers who do not accompany students to learn. Other results found that parents of students experienced many obstacles, such as insufficient internet quota, having more than one child participating in online learning, limited time to accompany children to study, and more than 50% of parents of elementary school students in the city of Banda Aceh and Aceh Besar does not agree with the online learning process, because according to the online learning is more effective for higher levels. Keywords: E-Learning, Parents

    PENDAHULUAN

    Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini

    kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak

    kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban

    jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia (TribunManado, 2020). Indonesia salah satu

    negara dengan jumlah korban terbanyak setelah Italia dan Amerika. Dikutip dari

    Merdeka.com satu bulan setelah kasus pertama, jumlah kasus positif di Indonesia

    mencapai 1.677, jumlah pasien sembuh 103 dan 157 meninggal dunia (2020). Seiring

    berjalannya waktu, jumlah korban atau pasien positif terus bertambah, pun begitu

    korban meninggal dunia.

    Tingginya angka kematian dan pasien positif, membuat pemerintah menelurkan

    kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020

    tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran virus

    tersebut. Peraturan Pemerintah tersebut berdampak langsung terhadap proses belajar

    mengajar di sekolah, hal ini tertuang dalam pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Pembatasan

    Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 23

    pembatasan kegiatan keagamaan, dan/ atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas

    umum”.

    Sejak dikeluarkan PP nomor 21 tahun 2020, semua aktivitas di sekolah mulai

    diliburkan. Sebagai gantinya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan membuat skenario belajar di rumah secara daring selama masa pandemi

    Covid 19. Surat Edaran nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan

    belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan

    layanan pendidikan selama darurat Covid 19, mencegah penyebaran dan penularan

    Covid 19 di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan bagi pendidik,

    peserta didik, dan orang tua”. Selanjutnya staf ahli Kemendikbud Chatarina

    menyampaikan kegiatan belajar di rumah untuk memberikan pengalaman bagi peserta

    didik tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum serta

    difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup.

    Proses belajar di rumah menuai beragam respon komentar dari orang tua siswa,

    baik positif maupun negatif. Salah satu aspek yang menjadi sorotan ialah orang tua

    kesulitan dalam memantau proses belajar anak hingga kualitas pendidik (guru), serta

    kedisiplinan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua siswa dari

    Makasar bahwa kebanyakan sekolah mengembalikan proses belajar mengajar kepada

    orang tua di rumah, padahal orang tua juga disibukkan dengan work from home. Kejadian

    seperti ini diyakini tidak hanya terjadi di Makasar, namun juga di daerah-daerah lain,

    seperti kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Berangkat dari fenomena tersebut, kiranya

    perlu dilakukan penelitian guna mengetahui proses belajar di rumah siswa SD serta

    respon dari orang tua siswa, dengan judul Pembelajaran Daring dalam Perspektif Orang

    tua (Survei terhadap orang tua siswa SD Kota Banda Aceh dan Aceh Besar). Adapun

    rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota

    Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19?

    Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon

    oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama

    pandemi Covid 19.

    Hakikat Belajar

    Belajar merupakan sebuah perubahan yang relatif permanen

    dalam perilaku seseorang atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman dan

    latihan. Belajar juga difenisikan sebagai aktivitas psikis yang dilakukan oleh individu

    https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 24

    sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan

    tingkah laku tersebut terjadi karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/

    ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.

    Para ahli sepakat bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada

    individu yang disebabkan oleh latihan-latihan. Seperti Hilgard, yang menyatakan bahwa

    seseorag dikatakan belajar apabila ia bisa melakukan sesuatu dengan latihan sehingga ia

    menjadi berubah (Riyanto, 2009). Selaras dengan Hlgard, Walker dan Cornbach

    berpendapat belajar adalah perubahan dalam pelakasanaan tugas yang terjadi sebagai

    hasil dari pengalaman. Adapaun Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan

    kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses

    pertumbuhan.

    Perubahan yang dimaksud dalam pengertian belajar sebagaimana dikutip dari

    Slameto (2016) ialah:

    a. Perubahan secara sadar, dimana seseorang menyadari telah terjadinya suatu

    perubahan dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan dan keterampilan.

    b. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan dalam diri seseorang

    terjadi secara berkesinambungan, dan perubahan tersebut akan berguna bagi

    kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Seperti anak yang belajar menulis.

    Keterampilan menulis akan bermanfaat bagi anak, karena dengan keterampilan

    menulis ia akan memperoleh kecakapan lainnya.

    c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan tersebut akan senantiasa

    bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelunya.

    d. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang terjadi pada

    seseorang yang diakibatkan dari proses belajar meliputi perubahan keseluruhan

    tingkah laku dan pola pikir, juga perubahan secara menyeluruh dalam siap,

    keterampilan dan pengetahuan.

    Proses belajar yang dialami oleh tiap individu tidak serta merta terjadi begitu saja,

    melainkan terjadi dalam beberapa tahap, diantaranya inkompetensi bawah sadar, yaitu

    tidak sadar bahwa ia tidak tahu. Inkompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tidak tahu.

    Kompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tahu dan kompetensi bawah sadar, yaitu tidak

    sadar bahwa ia tahu. Selain dari menghadirkan perubahan tingkah laku pada diri

    manusia/individu, belajar jua memiliki beberapa tujuan. Berikut ini beberapa tujuan

    belajar yang dikemukakan oleh Sadirman (2008), yaitu:

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 25

    a. Untuk mendapatkan pengetahuan

    Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan

    dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain

    tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan.

    Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang

    memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar.

    b. Penanaman konsep dan keterampilan

    Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

    keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih

    kemampuan.

    c. Pembentukan sikap

    Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik,

    guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan

    kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan

    pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.

    Teori Belajar

    a. Konstruktivisme

    Konstruktivisme merupakan teori belajar yang berpendapat bahwa peserta didik

    dapat mengkonstruk atau membangun sendiri pengetahuan melalui pengamatan atau

    pengalaman. Prinsip penting dalam teori ini adalah guru tidak dapat sekedar

    memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga siswa membangun sendiri

    pengetahuannya. Pendekatan konstruktivisme dalam belajar lebih menekankan pada

    sistem top down, yaitu siswa memulainya dari hal yang kompleks untuk dipecahkan,

    selanjutnya menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.

    Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa tujuan yang ingin diwujudkan

    (Riyanto, 2009)

    1) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri;

    2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi

    pendapat;

    3) Membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep secara lengkap. dan

    4) Mengembangkan siswa menjadi pemikir yang mandiri.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 26

    b. Kognitif

    Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang memfokuskan pada hasil

    pengetahuan. Berbeda dengan behaviorisme yang mengedepankan perubahan tingkah

    laku. Tokoh yang sangat populer pada teori ini ialah Jean Piaget. Dalam teorinya Piaget

    berpendpat bahwa sejatinya proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi,

    akomodasi, dan ekuilibrasi (Riyanto, 2009). Mengingat teori belajar ini berfokus pada

    pengetahuan, Piaget mengemukan teori tahapan belajar pada anak dimulai dari sensori

    motorik, pra operasional, operasional konkret, dan opreasional formal. Selain Piaget,

    terdapat beberapa ahli lainnya yang ada pada barisan teori belajar kognitif, diantaranya

    Gestalt, Kohler, Bruner,David Ausubel, dan lain-lain.

    c. Behaviorisme

    Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi

    akibat adanya stimulus dan respon. Dalam teori connectionism Edward Thorndike

    dijabarkan hakikat belajar ialah asosiasi antara kesan an pancaindera dan impuls untuk

    bertindak. Namun berbeda dengan Thorndike, Watson memiliki pendapat jika stimulus

    dan respon haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (Riyanto, 2009).

    Masih menurut Thorndike, dalam proses belajar terdapat dua hukum yang saling

    melengkapi, yaitu hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer terdari dari law

    of readiness yaitu kesiapan untuk bertindak yang timbul karena proses penyesuaian diri

    dengan sekitarnya. Law of exercise and repetation, yaitu sesuatu akan kuat bila sering

    dilakukan atau diulang-ulang. Selanjutnya law of effect, yaitu perubahan yang diikuti

    dengan dampak yang memuaskan dan cenderung ingin diulang kembali.

    Sedangkan hukum sekunder terdiri dari law of multiple response, yaitu sesuatu

    yang dilakukan dengan berbagai macam uji coba dalam menghadapi keadaan tertentu.

    Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, jika

    siatuasi tersebut memiliki kesamaan dengan keadaan sebelumnya. Law of partial activity,

    yaitu seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkina yang ada pada situasi

    tertentu.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 27

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif. Penelitian kualitatif merupakan

    penelitian yang menjabarkan fenomena atau aktivitas sosial, baik secara individu

    maupun kelompok. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan latar alamiah guna

    menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode yang ada.

    Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Penelitian

    survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara

    menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam berbentuk sample

    dari sebuah populasi. Surwartono (2014) mengungkapkan bahwa penelitian survei

    dapat melibatkan subjek yang banyak, bisa sebagian, bisa pula seluruh populasi.

    Penelitian ini betujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan semua hasil temuan

    di lokasi penelitian berupa perspektif orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh

    Besar terhadap proses pembelajaran daring selama masa pandemi Covid 19.

    Pengumpulan Data

    Angket

    Reduksi Data

    Display Data

    Fokus Masalah

    Sumber Data

    Lokasi Penelitian

    Laporan Hasil

    Penelitian

    Responden

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 28

    Populasi dan Sampel

    Populasi merupakan keseluruhan objek yang dikenakan dalam penelitian.

    Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Adapun populasi dalam

    penelitian ini adalah orang tua siswa sekolah dasar (SD) yang ada di kota Banda Aceh dan

    Aceh Besar. Penentuan sampel dilakukan dengan cara probability sampling, yaitu semua

    anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun teknik

    yang sampling yang digunakan ialah snowball sampling, dimana semakin lama jumlah

    sampel atau subjek menjadi lebih besar, tergantung dari data yang dibutuhkan.

    1. Teknik Pengumpulan & Analisis Data

    Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah survey atau

    angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

    pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden atau sampel dalam penelitian

    (Sugiyono, 2019). Angket yang digunakan ialah angket tertutup. Kuesioner atau angket

    diberikan kepada orang tua siswa, untuk mengumpulkan data berupa efektvitas belajar

    di rumah serta respon orang tua terhadap proses belajar daring.

    Analisis data data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang

    dikemukakan oleh Miles and Huberman, yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif

    dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono,

    2019). Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan,

    yaitu reduksi data, data display, dan conclusion/verification. Model interaktif dalam

    analisis data tampak pada gambar berikut:

    a) Reduksi Data

    Reduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal pokok

    memfokuskan padaa hal-hal yang penting dan menentukan polanya. Pada tahap ini

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 29

    peneliti melakukan reduksi data berupa efektivitas proses belajar di rumah dan respon

    orang tua terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19.

    b) Display Data

    Mengutip pendapat Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2019) “the most

    frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narative

    tex.” Berdasarkan penyataan tersebut dapat disimpulkan ialah, proses penyajian data

    pada penelitian kualitatif dilakukan dengan cara menarasikan temuan dalam bentuk teks.

    Pada tahap ini dilakukan penyajian data berupa hasil angket yang meliputi data mengenai

    pandangan atau perspektif orang tua siswa terhadap pembelajaran daring, data yang

    disajikan berupa deskripsi atau bagan.

    c) Verification

    Tahap verifikasi ini merupakan tahap akhir dari serangkaian proses analisis data

    dalam penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan

    temuan-temuan atau data yang diproleh di lapangan, yaitu data tentang perspektif orang

    tua siswa terhadap pembelajaran daring.

    HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini dipaparkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui penyebaran

    angket secara daring kepada orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar.

    Angket yang diberikan kepada berfokus pada proses dan respon orang tua terhadap

    proses pelaksanaan belajar mengajar secara daring, ynag bertujuannya untuk melihat

    kefektifan pembelajaran daring selama pendemi covid 19. Adapun data yang

    dikumpulkan berupa (1) media yang digunakan guru ketika mengajar seperti aplikasi

    WhatsApp, video conferences atau aplikasi belajar lainnya yang direkomendasikan oleh

    pemerintah, seperti Ruang Guru. (2) Kesiapan guru dalam mengajar yang meliputi proses

    membuka pelajaran, menjelaskan indikator yang harus dicapai oleh siswa, mendampingi

    siswa selama belajar, ketercapaian indikator, proses belajar interaktif. (3) Pemahaman

    materi oleh siswa. (4) Pemberian tugas, umpan balik dan pengambilan kesimpulan. (5)

    Kesiapan orang tua dalam mendampingi dan membimbing siswa, meliputi tingkat

    penguasaan perangkat yang digunakan untuk menunjang proses belajar seperti HP atau

    laptop dan ketersediaan waktu untuk mendampingi siswa belajar (6) Kendala yang

    dialaimi oleh orang tua siswa.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 30

    Media yang digunakan guru ketika mengajar daring

    Berdasarkan data yang diperoleh didapati bahwa sedikit sekali guru yang

    menggunakan video conferences dengan siswa untuk proses belajar mengajar. Lebih dari

    50% orang tua menyatakan guru tidak pernah menggunakan video conference selama

    belajar daring, seperti tampak pada bagan berikut

    Bagan 1. Guru melakukan video conferences dengan siswa

    Menurut orang tua siswa, guru hanya mengandalkan aplikasi pesan WhatApp untuk

    memberikan materi dan tugas kepada siswa. Jumlah guru yang menggunakan aplikasi

    WhatApp untuk mengajar lebih dari 70%. Namun demikian bukan berarti semua guru SD

    di kota Banda Aceh tidak menggunakan aplikasi belajar lainnya. Berdasarkan data yang

    diperoleh terdapat 5,6% guru yang tidak pernah menggunakan aplikasi WhatsApp,

    artinya mereka menggunakan aplikasi belajar lainnya, seperti Ruang Guru, namum

    jumlahnya sangat sedikit. Padahal ruang guru, merupakan apliaksi mitra Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan guna menunjang dan mempermudah guru maupun siswa

    dalam belajar daring.

    Bagan 2. Guru memberi materi ajar melaui WhatsApp group atau media lainnya

    Kesiapan guru dalam mengajar

    Sebelum masuk kelas untuk mengajar guru dituntut untuk menyiapkan segala

    sesuatu yang berkaitan dengan keberhasilan proses belajar nantinya, seperti RPP, bahan

    ajar, serta media dan alat peraga. Selanjutnya ketika di kelas, sebelum masuk ke inti

    pembelajaran ada beberapa hal yang harus disampaikan guru kepada siswa, salah

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 31

    satunya adalah tujuan dan indikator pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar siswa

    tahu indikator apa yang harus mereka capai. Selain itu penjelajasan megenai tujuan

    pembelajaran juga menunjukkan jika guru sudah siap mengajar pada hari tersebut.

    Dalam kondisi pembelajaran daring, menjelaskan tujuan dan indikator pembelajaran

    adalah sesuatu yang tetap harus dilakukan.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa tentang kesiapan guru

    mengajar didapati hanya 27% guru yang selalu menjelaskan tujuan dan indikator yang

    harus dicapai sebelum memulai pembelajaran. Artinya masih banyak guru yang

    mengabaikannya dan menganggap menjelaskan indikator untuk siswa adalah hal yang

    tidak penting. Bahkan dari data tersebut terdapat 22,2% guru yang sama sekali tidak

    pernah menyampaikannya. Kondisi ini diperparah dengan ketidakhadiran guru dalam

    memberi bimbingan dan pendampingan kepada siswa selama pembelajaran daring

    berlangsung. Seperti data yang dipaparkan di atas, lebih dari 50% guru memberi materi

    melalui WhatsApp group, setelahnya membiarkan siswa belajar sendiri dibawah

    bimbingan orang tua, tanpa menjelaskan tujuan dan indikator yang harus dicapai.

    Kondisi ini berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa, seperti pada bagan

    berikut ini.

    Bagan 3. Selama proses belajar guru mendampingi siswa secara daring

    Pemahaman materi

    Tingkat pengusaan materi oleh siswa berbanding lurus dengan metode atau model

    pembelajaran yang digunakan guru. Selama belajar daring, kreatifitas guru dalam

    peenggunaan media juga perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa bosan dengan gaya

    belajar yang menoton. Salah satunya ialah menggunakan video pembelajaran atau

    melakukan video conference. Senada dengan gaya mengajar guru yang hanya

    mengandalkan aplikasi WhatsApp, tingkat penguasaan materi siswapun sangat sedikit.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 32

    Besar, jumlah siswa yang dengan mudah memahami materi yang diberikan guru kurang

    dari 30%, lebih tepatnya hanya 22, 2%. Sisanya yaitu 66,7% menjawab kadang-kadang,

    dan bahkan 11,1% mengatakan sulit sekali memahami materi yang guru berikan.

    Bagan 4. Siswa dengan mudah memahami materi yang diberikan guru

    Hal ini tentu berbeda jika pembelajaran berlangsung secara tatap muka, dimana

    siswa yang tidak paham langsung menanyakan kepada guru yang mengajar. Sedangkan

    pembelajaran daring siswa tidak bisa mendapat jawaban langsung, mengingat guru

    jarang sekali mendampingi siswa belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa yang

    tidak paham terhadap materi yang diberikan akan mengalami ketertinggalan dari teman-

    temannya. Sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan sempurna.

    Pemberian tugas, dan umpan balik

    Menurut orang tua siswa SD Kota Banda Aceh dan Aceh Besar,ketidaksiapan guru

    dalam mengajar daring juga dapat dilihat dari proses pemberian tugas, dimana hampir

    70% guru hanya memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan, namun tidak dibarengi

    dengan pemberian materi yang memadai. Menurut penuturan orang tua siswa bahkan

    kebanyakan guru tidak menyertakan intruksi kerja yang jelas dan rinci . Hal ini terlihat

    dari data kuesioner yang dibagikan, di mana sebanyak 55,6% orang tua menyatakan

    gurutidak selalu menyertakan instruksi kerja yang jelas kepada siswa. Guru hanya

    mengirim tugas melalui WhatsApp dan dikumpulkan pada waktu yang telah ditetapkan.

    Bukan hanya banyak guru yang tidak memberi instruksi tugas yang jelas, dari data

    kuesioner yang diketahui bahwa terdapat 22,% guru yang tidak pernah memberikan

    umpan balik terhadap hasil kerja siswa. Sehingga orang tua siswa merasa bingung apakah

    tugas yang dikerjakan anaknya tepat atau masih banyak salahnya. Menurut RG salah satu

    orang tua siswa SD di kota Banda Aceh, ia kesulitan mengevaluasi hasil belajar anaknya,

    karena guru yang mengajar tidak pernah sama sekali memberi umpan balik. Namun

    demikian, jumlah guru yang tidak memberi umpan balik hanya sedikit bila dibandingkan

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 33

    dengan guru yang selalu tetap memberi umpan balik terhadap kinerja siswa, yaitu

    menyentuh angka 50%.

    Bagan 5. Instruksi kerja/tugas dijelaskan secara rinci oleh guru

    Lain dari pada itu, pada aspek pengerjaan tugas salah satu pertanyaan yang

    diberikan kepada orang tua ialah apakah tugas siswa dikerjakan sepenuhnya oleh siswa

    atau dibantu orang tua. Data menunjukkan, lebih dari 50% orang tua menyatakan tidak

    pernah membantu anaknya dalam mengerjakan tugas. Artinya tugas yang diberikan

    guru dikerjakan sepenuhnya oleh siswa. Sedang beberapa persen lainnya

    mengutarakan hanya mengarahkan, membantu, namun ada juga yang kadang-kadang

    mengejarkan sepenuhnya tugas siswa.

    Kesiapan orang tua dalam mendampingi siswa belajar

    Aspek lain yang ditanyakan kepada orang tua siswa ialah bagaimana kesiapan

    orang tua dalam mendampingi anaknya belajar di rumah selama pandemi covid 19. Dari

    data angket yang diperoleh, hampir 80% orang tua menyatakan selalu mendampingi

    anaknya ketika jam belajar. Meski demikian terdapat juga orang tua yang tidak bisa selalu

    mendampingi anaknya saat belajar di rumah atau belajr daring. Salah satunya ialah UM,

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Instruksi Kerja Umpan Balik

    Instruksi Kerja dan Umpan Balik

    Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 34

    ia merupakan salah satu pegawai di lembaga swasta, sehingga hanya saat tidak bekerja

    ia bisa mendampingi anaknya belajar. Selama ia tidak dirumah, anaknya belajar secara

    mandiri tanpa penagawasan siapa pun. Hal yang sama juga diungkapkan oleh RW, dengan

    kesibukannya bekerja, waktu mendampingi anak belajar daring menjadi lebih sedikit.

    Bukan hanya UM dan RW saja yang menyatakan demikian, orang tua dari siswa lainnya

    juga mengalami dan mengamini apa yang disampaikan oleh ibu RW.

    Dampak dari sedikitnya waktu yang dimiliki orang tua untuk mendampingi anak

    belajar di rumah secara daring, motivasi dan semangat belajar anak menjadi kurang.

    Menurut beberapa orag tua, semangat belajar anak sering naik turun, seperti tampak

    pada bagan berikut, 80% orang tua menuturkan kadang-kadang memliki semangat yang

    tinggi namun kadang-kadang tidak semangat sama sekali.

    Bagan 6. Siswa memiliki semangat belajar di rumah

    Kendala yang dialami

    Pembelajaran daring memang bukanlah hal baru. Namun demikian selama ini

    sekolah di Indonesia sangat sedikit bahkan tidak pernah mengaplikasinnya, terutama SD

    yang ada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Dengan adanya covid 19, pemerintah

    mengambil kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran daring mulai dari jenjang SD

    sampai perguruan tinggi. Tentu kebijakan ini menemui kendala ketika di lapangan, baik

    dari sudut pandang guru, siswa dan orang tua. Pada penelitian ini fokus pada kendala

    yang dialami selama pembelajaran daring di SD kota Banda Aceh dan Aceh Besar.

    Mayoritas orang tua menyampaikan bahwa mereka mengalami kendala dalam proses

    pembelajaran daring. Kendala yang dihadapi tentu berbeda-beda. Namun dari hasil

    angket diketahui rata-rata kendala yang dihadapi ialah keterbatasan perangkat yaitu

    siswa bahkan orang tua tidak memiliki smartphone, serta tidak sanggup membelinya.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 35

    Beberapa orang tua juga menyebutkan jika mereka tidak mahir dalam

    mengoperasikan laptop maupun smartphone. Adapula yang mengatakan kendala

    terbesar adalah penyediaan kuota internet. Meskipun ada bantuan kouta belajar dari

    pemerintah, namun kouta tersebiut dibatasi untuk beberapa aplikasi belajar saja,

    sedangkan guru tidak pernha menggunakan aplikasi tersebut. Beberapa kendala lainnya

    yaitu waktu terbatas untuk mendampingi siswa belajar, tidak seluruh materi dikuasai

    oleh orag tua, anak tidak mau belajar, tugas yang banyak namun tidak disertai penjelasan

    yang detail, anak tidak konsentrasi dan malas mengerjakan tugas.

    Respon orang tua terhadap pembelajaran daring selama pandemi covid 19

    Proses belajar di rumah secara daring menimbulkan beberapa masalah seperti yang

    telah dipaparkan di atas. Meskipun orang tua menyadari sepenuhnya jika ini adalah

    keadaan darurat, namun mayoritas orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh

    besar menyatakan tidak puas dengan sistem pembelajaran daring. Hanya 11,1% orang

    tua yang merasa puas dengan sistem ini.

    Menurut mereka, sistem pembelajaran daring belum efektif untuk diterapkan di

    Aceh, bahkan ada yang menyatakan pembelajaran daring memberi dampak buruk

    terhadap interaksi sosial anak, dikarenakan banyak menghabiskan waktu di rumah untuk

    bermain game serta kurang semangat untuk belajar. Masih menurut beberapa orang tua,

    proses belajar daring tidak banar-benar cocok diaplikasikan untuk siswa SD, “kebijakan

    ini benar benar tidak efektif untuk masa pendidikan anak terutama anak SD, dimana anak

    masih masa transisi dari TK ....” Hal yang sama juga diungkapkan oleh MY, jika belajar

    secara daring untuk siswa SD tidak maksimal, “Kurang menyenangkan & Tidak maksimal

    proses belajarnya”.

  • Seminar Nasional Pendidikan |2020 36

    SIMPULAN

    Berdasarkan data yang telah dipaparkan