EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU
(Rhizopora mucronata LAMK.) PADA KRIM TABIR SURYA
DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN
MARISKY NUR ADNIN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fotoprotektif Buah
Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan
Karaginan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Marisky Nur Adnin
NIM C34090087
ABSTRAK
MARISKY NUR ADNIN. Efek Fotoprotektif Buah Bakau (Rhizopora mucronata
Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan. Dibimbing oleh
ELLA SALAMAH dan SRI PURWANINGSIH.
Buah bakau (Rhizophora mucronata) memiliki aktivitas antioksidan dan
mengandung senyawa fenolik. Flavonoid dan tanin yang terkandung merupakan
senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya dengan berperan sebagai penyerap
sinar UV. Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan penghasil karaginan
yang memiliki fungsi sebagai bahan penstabil, pengental, dan pengemulsi dalam
pembuatan lotion. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi karaginan
terbaik pada pembuatan sediaan krim sesuai karakteristik, mengetahui aktivitas
ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif tabir surya, dan menentukan
nilai SPF krim yang mengandung ekstrak buah bakau (R. mucronata). Konsentrasi
karaginan terpilih yang digunakan dalam sediaam krim yaitu 0,5% dengan
karakteristik sensori krim berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62,
viskositas 38.250 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%, dan total
mikroba <102 koloni/g. Ekstrak buah bakau memiliki total fenol sebesar 37,90%
(b/b), total flavonoid sebesar 0,51% (b/b) dan kadar tanin sebesar 6,20 mg/g.
Ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sediaan krim sebanyak 0,5% dan 1%
memiliki nilai SPF sebesar 7,75±0,01 dan 10,21±0,06.
Kata kunci: fenol, flavonoid, karaginan, Rhizopora mucronata, SPF
MARISKY NUR ADNIN. Photoprotective Effect of Mangrove Fruit (Rhizopora
mucronata Lamk.) as a Sunscreen Cream with the Addition of Carrageenan.
Supervised by ELLA SALAMAH and SRI PURWANINGSIH.
Mangrove fruit (R. mucronata) has an antioxidant activity and phenolic
compounds. Flavonoids and tannins are potentially to be used as sunscreens as UV
light absorber. Kappaphycus alvarezii produces carrageenan, which can be used as
stabilizers, thickeners, and emulsifiers for lotions products. The aim of this study
was to determine the best concentration of the carrageenan addition for cream
preparation based on the characteristics, to determine the activity of mangrove fruit
extract as the sunscreen compounds, and to determine the SPF value of creams
containing extracts of mangrove fruits. The best concentration of carrageenan used
for cream was 0.5% with the cream sensory characteristic ranged from “kind of like”
to “like”, pH 7.62, viscosity 38,250 cP, emulsion stability 100%, weight shrinkage
3.72%, and microbial total was <102 colonies/g. Crude extract of the mangrove fruit
has a total phenol values of 37.90% (w/w), total flavonoids was 0.51% (w/w) and
tannin content was 6.20 mg/g. Mangrove fruit extract which was added to the cream
with 0,5% and 1% had SPF value of 7.75±0.01 and 10.21±0.06, respectively.
Keywords: carrageenan, flavonoids, phenols, Rhizophora mucronata, SPF
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU
(Rhizopora mucronata LAMK.) PADA KRIM TABIR SURYA
DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN
MARISKY NUR ADNIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Efek FotoprotektifBuah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan
Nama : Marisky Nur Adnin NIM : C34090087 Program Studi: Teknologi Basil Perairan
Disetujui oleh
Pembimbing I Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi
Pembimbing II
Tanggal Lulus: 0 5 FEB 2014
Judul Skripsi : Efek Fotoprotektif Buah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.)
pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan
Nama : Marisky Nur Adnin
NIM : C34090087
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dra Ella Salamah, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek
Fotoprotektor Buah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya
dengan Penambahan Karaginan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Dra Ella Salamah, MSi dan Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi selaku dosen
pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada
penulis,
2. Dr Kustiariyah Tarman, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini,
3. Ibu dan Ayah, yang telah mendoakan dan memberikan motivasi,
4. Prof Dr Ir Siswadi, MSc dan Dr Russell Markham Brooks, selaku paman yang
telah membantu,
5. Tika Ayu dan Aditya Yudha, teman seperjuangan penelitian atas bantuannya,
6. Asti Latifah, Wenny Tiara, Ia Arga, Rika Kartika, Budi Dwi, Indra Yusuf,
dan Dhani Aprianto yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat
selama penelitian,
7. Teman seperjuangan THP 46, THP 47 dan THP 48 atas dukungan dan
kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Februari 2014
Marisky Nur Adnin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ixii PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
Tujuan Penelitian ................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 2 METODE PENELITIAN ................................................................................ 3
Bahan .................................................................................................... 3 Alat ........................................................................................................ 3
Prosedur Analisis Penelitian ................................................................... 3 Ekstraksi karaginan (Yasita dan Rachmawati 2009) ...................... 4
Analisis proksimat karaginan ........................................................ 4 Pembuatan sediaan krim (Setiawan 2010 dengan modifikasi) ........ 4
Analisis sensori (Carpenter et al. 2000) ......................................... 5 Analisis pH (Apriyantono et al. 1989) ........................................... 5
Analisis viskositas (Cottrell dan Kovacs 1980) ............................. 5 Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997) ........................................ 5
Penyusutan berat (Suryani et al. 2000) .......................................... 5 Analisis total mikroba (SNI 19-2897-1992)................................... 6
Penentuan total fenol (Velioglu et al. 1998) .................................. 6 Penentuan total flavonoid (Codex 1986 diacu dalam Nobre et al.
2005) ............................................................................................ 6 Penentuan kadar tanin (Sudarmadji et al. 1984) ............................ 6
Penentuan nilai SPF (Pissavini et al. 2003) ................................... 7 Rancangan Percobaan (Steel dan Torrie 1993) .............................. 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 9 Komposisi Kimia dan Fisik Karaginan ................................................... 9
Karakteristik Sensori Krim ..................................................................... 10 Kenampakan ................................................................................. 11
Warna ........................................................................................... 11 Homogenitas ................................................................................. 12
Kekentalan .................................................................................... 12 Kesan lembab ............................................................................... 12
Rasa lengket ................................................................................. 13 Karakteristik Kimia Krim....................................................................... 13
Nilai pH ........................................................................................ 13 Karakteristik Fisik Krim ........................................................................ 14
Viskositas ..................................................................................... 14 Stabilitas emulsi ............................................................................ 14
Penyusutan berat ........................................................................... 15 Karakteristik Mikrobiologi Krim ............................................................ 15
Total mikroba ............................................................................... 15
Pemilihan Sediaan Krim Terpilih ........................................................... 16 Komponen Bioaktif Ekstrak Buah Bakau (R. mucronata) ...................... 16
Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin ekstrak buah bakau ............. 17 Nilai SPF Krim Buah Bakau (R. mucronata) .......................................... 18
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 19 Kesimpulan............................................................................................ 19
Saran ..................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19
LAMPIRAN ................................................................................................... 24 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 31
DAFTAR TABEL
1 Formulasi sediaan krim .............................................................................. 5
2 Konstanta EE (λ) x I (λ) .............................................................................. 7
3 Karakteristik fisiko kimia karaginan ........................................................... 9
4 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar buah bakau ............................................... 16
5 Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin eksrak buah (R. mucronata) ..... 17
6 Tingkat kemampuan tabir surya .................................................................. 18
7 Nilai SPF Krim ........................................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian ................................................................. 4
2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap sediaan krim dengan penambahan
karaginan .................................................................................................... 11
3 Nilai pH ..................................................................................................... 13
4 Nilai viskositas ........................................................................................... 14
5 Persentase penyusutan berat ....................................................................... 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lembar uji sensori skala hedonik krim ....................................................... 25
2 Lampiran 2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik (parameter
kekentalan) ................................................................................................. 26
3 Uji Kruskal-Wallis sensori .......................................................................... 27
4 Uji Multiple comparison kenampakan ........................................................ 27
5 Uji Multiple comparison warna .................................................................. 27
6 Uji Multiple comparison homogenitas ........................................................ 27
7 Uji Multiple comparison kekentalan ........................................................... 27
8 Uji Multiple comparison kekentalan ........................................................... 28
9 Uji Multiple comparison rasa lengket ......................................................... 28
10 Nilai pH dan viskositas krim ...................................................................... 28
11 Uji normalitas pH dan viskositas krim ....................................................... 29
12 Analisis ragam pH krim ............................................................................. 29
13 Analisis ragam viskositas krim .................................................................. 29
14 Uji Duncan viskositas krim ....................................................................... 29
15 Persentase penyusutan bobot krim ............................................................. 29
16 Uji normalitas penyusutan bobot krim ....................................................... 30
17 Analisis ragam penyusutan bobot krim ...................................................... 30
18 Uji Duncan penyusutan bobot.................................................................... 30
19 Data mentah total mikroba ......................................................................... 30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) menurut Batubara et al. (2010),
merupakan salah satu jenis tanaman mangrove di Sulawesi, Indonesia yang
dilaporkan bermanfaat sebagai bahan tabir surya. Penelitian Lahucky et al. (2010)
menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung
senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013), flavonoid dan tanin yang
terkandung di dalamnya merupakan senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya.
Mambro dan Fonseca (2005) menyatakan, diantara berbagai macam senyawa
fenolik, flavonoid diduga merupakan komponen yang paling penting. Selain dapat
menangkal radikal induksi ultraviolet (UV), flavonoid diduga memberikan efek
perlindungan terhadap radiasi UV dengan berperan sebagai penyerap UV.
Salah satu jenis rumput laut yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
Kappaphycus alvarezii yang merupakan kelas alga merah penghasil karaginan.
Karaginan adalah galaktan tersulfatasi linear hidrofilik yang memiliki fungsi
sebagai bahan penstabil yang dapat digunakan dalam pembuatan lotion dan juga
sebagai bahan pengental, penstabil serta pengemulsi (Angka dan Suhartono 2000).
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetika yang berasal dari bahan
alami memberikan peluang bagi penggunaan hasil perairan sebagai bahan baku
kosmetika.
Sinar matahari sebagai sumber kehidupan tidak selalu memberikan dampak
yang menguntungkan. Sinar yang terkandung dalam sinar matahari dapat
menimbulkan efek yang merugikan apabila paparan sinar tersebut berlebihan pada
kulit. Efek berbahaya dari radiasi matahari disebabkan oleh dominasi spektrum
elektromagnetik UV, yang dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu UV A (320-400 nm);
UV B (290-320 nm) dan UV C (200-290 nm). Kulit yang terpapar sinar UV akan
mengalami kemerahan dan sering disebut dengan kulit terbakar atau eritema. Hal
ini disebabkan panjang gelombang pendek pada UVB (Mitsui 1997). Menurut
Zulkarnain et al. (2013), sinar UV B dapat menyebabkan penggelapan kulit dan
pembentukan kanker kulit. Willis dan Cylus (1977) menyatakan, sebagian besar
sinar UV B diabsorpsi oleh epidermis dan dapat menstimulasi melanogenesis yang
paling tinggi. Penggunaan tabir surya dapat mencegah bahaya yang ditimbulkan
oleh sinar UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya setiap
hari dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker kulit. Berdasarkan
Zulkarnain et al. (2013), tabir surya dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari
pada panjang gelombang 290-320 nm.
Melihat adanya fakta-fakta di atas maka diperlukan adanya penelitian untuk
membuat suatu sediaan farmasi berupa krim tabir surya dengan menggunakan
karaginan sebagai pengental alami dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai
bahan aktif tabir surya. Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan
nilai Sun Protection Factor (SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya
dalam melindungi kulit dari eritema (Stanfield 2003). Produk SPF diperuntukkan
bagi perlindungan terhadap UV B dan tidak secara khusus diperuntukkan untuk
melawan UV A dan UV C (Draelos dan Thaman 2006).
2
Perumusan Masalah
Ekstrak buah bakau (R. mucronata) memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat, mampu mengendalikan singlet oksigen dan diduga mampu mencegah
radikal bebas dari efek sinar UV dengan sangat baik. Violante et al. (2009)
menyatakan, minyak dan ekstrak tanaman dapat digunakan sebagai bahan tabir
surya karena kemampuan fotoprotektornya. Menurut Garoli et al. (2009), penelitian
tentang usaha pencegahan dan pengurangan dampak negatif sinar matahari terhadap
kulit dengan penggunaan kosmetik tabir surya semakin meningkat, namun bahan
baku pembuatan tabir surya masih didominasi oleh penggunaan bahan kimia.
Rumput laut K. alvarezii selain dimanfaatkan dalam kebutuhan pangan,
komoditi ini juga dapat digunakan untuk aplikasi produk non pangan, salah satunya
pada pembuatan sediaan krim. K. alvarezii merupakan penghasil karaginan yang
berfungsi sebagai pengental, pengemulsi dan penstabil pada sediaan krim
(Pebrianata 2006).
Berdasarkan fakta diatas, diperlukan suatu penelitian mengenai pembuatan
sediaan krim tabir surya dengan menggunakan karaginan sebagai pengental alami
dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif tabir surya. Efektivitas
sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF)
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Menentukan konsentrasi karaginan terbaik pada pembuatan sediaan krim
sesuai karakteristik.
2. Mengetahui aktivitas ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif
tabir surya.
3. Menentukan nilai SPF krim yang mengandung ekstrak buah bakau
(R. mucronata).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat
karaginan sebagai bahan pengental dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai
bahan tabir surya pada sediaan krim. Hal tersebut diharapkan dapat berimplikasi
pada optimalisasi pemanfaatan hasil perairan pada industri kosmetik.
Ruang Lingkup Penelitian
Pembuatan sediaan krim menggunakan pengental karaginan yang diekstraksi
dari rumput laut K. alvarezii. Tahap penelitian dimulai dari pembuatan karaginan
yang dilanjutkan dengan analisis kimia dan fisik karaginan. Penentuan formulasi
sediaan krim menggunakan karaginan dengan konsentrasi 0%, 0,25%, 0,5%,
0,75% dan 1% yang dilanjutkan dengan pengujian sensori dan karakteristik fisiko
kimia. Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) diuji secara kuantitatif
kandungan total flavonoid, total fenol dan kadar tanin untuk mengetahui
aktivitasnya sebagai tabir surya. Ekstrak buah bakau (R. mucronata) ditambahkan
3
pada formulasi krim dengan konsentrasi 0,5% dan 1% untuk diuji efektivitasnya
sebagai tabir surya dengan menghitung nilai Sun Protection Factor (SPF).
METODE PENELITIAN
Penelitian Efek fotoprotektor buah bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada
krim tabir surya dengan penambahan karaginan dilaksanakan pada bulan April
sampai November 2013 di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perikanan, Laboratorium Organoleptik, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Laboratorium Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Bersama FMIPA, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, dan
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka.
Bahan
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut
Kappaphycus alvarezii dan ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata). Bahan
yang digunakan untuk ekstraksi karaginan adalah NaOH, akuades dan isopropil
alkohol. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan krim yaitu asam stearat,
gliseril monostearat, setil alkohol, parafin cair, gliserin, trietanolamin, pewangi,
metil paraben, akuades dan krim komersial. Bahan untuk pengujian SPF adalah
etanol 96%.
Alat
Alat yang digunakan untuk preparasi rumput laut adalah baskom, timbangan
digital dan blender. Alat yang digunakan untuk ekstraksi karaginan adalah panci
merk Luminarc, batang pengaduk, kompor listrik, termometer, kertas saring,
baskom dan beaker glass. Alat yang digunakan untuk pembuatan sediaan krim
adalah timbangan digital merk Sartorius, aluminium foil, beaker glass, kompor
listrik, batang pengaduk, termometer, magnetic stirrer, penjepit dan jar kaca. Alat
pendukung yang digunakan adalah viskometer Brookfield tipe LV, pH meter 744
Metrohm, dan spektrofotometer UV-Vis 1700 merk Shimadzu.
Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama bertujuan mengetahui
pengaruh konsentrasi karaginan terhadap karakteristik sediaan krim. Tahap kedua
bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah bakau (R. mucronata)
4
terhadap sediaan krim dengan konsentrasi karaginan terpilih dan pengujian nilai
SPF. Diagram alir prosedur penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Ekstraksi karaginan (Yasita dan Rachmawati 2009)
Penelitian diawali dengan perendaman rumput laut (K. alvarezii) selama 24
jam dengan akuades. Rumput laut dihancurkan kemudian diekstraksi dengan
larutan NaOH selama 3 jam dengan perbandingan 1:20 pada suhu 90 oC dan pada
pH 9-10 selanjutnya disaring menggunakan nilon 150 mesh sehingga menghasilkan
filtrat. Filtrat diendapkan dengan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1,5
kemudian dijemur. Setelah itu dilakukan penepungan menggunakan oven dan
dihasilkan tepung karaginan.
Analisis proksimat karaginan
Karaginan yang dihasilkan dianalisis komposisi kimianya sebelum
diaplikasikan pada sediaan krim. Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, kadar
sulfat, kadar abu, kadar abu tak larut asam, dan viskositas (AOAC 2005).
Pembuatan sediaan krim (Setiawan 2010 dengan modifikasi)
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan krim dipisahkan menjadi dua
bagian yaitu fase minyak (sediaan 1) dan fase air (sediaan 2). Bahan-bahan fase
minyak antara lain asam stearat, gliseril monostearat dan parafin cair dimasukkan
ke dalam gelas piala. Karaginan terlebih dahulu dilarutkan ke dalam beberapa
bagian air sebelum dicampurkan ke dalam fase air. Fase air yang meliputi gliserin,
trietanolamin, larutan karaginan, dan sisa air dicampurkan. Sediaan 1 dan 2
dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-75 oC secara terpisah hingga homogen. Kedua
sediaan yang telah homogen tersebut dicampur. Pencampuran dilakukan pada suhu
70 oC dengan magnetic stirrer dilakukan hingga campuran kedua sediaan homogen
dan mencapai suhu 40 oC (sediaan 3). Metil paraben dan parfum dimasukkan ke
5
dalam sediaan 3 pada suhu 35 oC kemudian dilakukan pengadukan dengan magnetic
stirrer selama ±1 menit. Formulasi sediaan krim disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi sediaan krim
Bahan Krim A Krim B Krim C Krim D Krim E
(%) Karaginan 0 0,25 0,5 0,75 1 Trietanolamin 1 1 1 1 1 Gliseril monostearat 4 4 4 4 4 Asam stearat 5 5 5 5 5 Paraffin cair 4 4 4 4 4 Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Gliserin 8 8 8 8 8
Parfum q.s q.s q.s q.s q.s Aquades ad. 100 ad. 100 ad. 100 ad. 100 ad. 100
Analisis sensori (Carpenter et al. 2000)
Uji sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan yang bertujuan
untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala
hedonik yang dihasilkan berkisar 1-7, dimana: (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka;
(3) agak tidak suka; (4) normal; (5) agak suka; (6) suka; (7) sangat suka. Uji sensori
yang dilakukan menggunakan panelis sebanyak 30 orang mahasiswa THP.
Analisis pH (Apriyantono et al. 1989)
Pengukuran pH contoh dilakukan dengan menggunakan pH meter yang
sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4,01 dan 6,86.
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan mata pH ke dalam
sampel yang sudah diencerkan dengan akuades, lalu ditunggu sampai angka yang
muncul pada pH meter stabil.
Analisis viskositas (Cottrell dan Kovacs 1980)
Viskositas produk diukur dengan mengambil sampel krim sebanyak 50 gram
yang dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan
menggunakan viskometer Brookfield tipe LV. Viskositas (cP) adalah angka hasil
pengukuran dikali faktor konversi.
Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997)
Sampel krim dimasukkan dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan
bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 oC selama 1 jam kemudian
dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu dibawah 0 oC selama 1 jam dan
dikembalikan lagi ke oven dengan suhu 45 oC selama 1 jam. Pengamatan dilakukan
terhadap kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan,
emulsi dikatakan tidak stabil dan tingkat kestabilannya ditentukan berdasarkan
persentase fase terpisahkan terhadap emulsi keseluruhan.
Penyusutan berat (Suryani et al. 2000)
Penyusutan berat berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu produk. Produk
yang memiliki stabilitas emulsi yang baik akan memiliki persentase penyusutan
6
berat yang kecil. Uji ini dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang dipakai
pada formulasi. Uji dilakukan dengan menimbang bahan pada saat sebelum dan
setelah mengalami penyimpanan selama satu bulan, kemudian dihitung persentase
kehilangan beratnya.
Analisis total mikroba (SNI 19-2897-1992)
Secara aseptis, sebanyak 10 gram sampel dimasukkan ke dalam garam
fisiologis kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 10-3. Sebanyak
1 mL dari sampel diinokulasikan pada cawan petri steril. Media Plate Count Agar
(PCA) yang steril pada suhu 45-55 oC dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-
15 mL. Cawan petri digerakan dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada
suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung sebagai total
mikroba.
Penentuan total fenol (Velioglu et al. 1998)
Ekstrak sebanyak 5 mg dilarutkan dengan 2 mL etanol 95%. Larutan
ditambahkan 5 mL akuades dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau 50% (v/v).
Campuran didiamkan selama 5 menit kemudian ditambahkan 1 mL Na2CO3 5%
(b/v). Campuran dihomogenkan lalu diinkubasi dalam kondisi gelap selama 1 jam.
Serapan yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 725 nm. Asam galat digunakan sebagai standar dengan konsentrasi 0,
10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 mg/L.
Penentuan total flavonoid (Codex 1986 diacu dalam Nobre et al. 2005)
Sebanyak 0,25 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu takar kemudian ditambah
1 mL larutan heksametilentetramina (HMT) 0,5%, 20 mL aseton, dan 2 mL HCl,
kemudian dipanaskan selama 30 menit. Campuran disaring menggunakan kapas,
filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Filtrat ditambahkan dengan aseton
sampai 100 mL. Sebanyak 20 mL filtrat dan 20 mL akuades dimasukkan ke dalam
corong pisah, lalu diekstraksi dengan etil asetat (ekstraksi pertama dengan 15 mL
etil asetat, ekstraksi kedua dan ketiga dengan 10 mL etil asetat). Fraksi etil asetat
dikumpulkan dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan etil asetat sampai 50
mL. Sebanyak 10 mL dari filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, lalu
ditambahkan1 mL larutan AlCl3 2% b/v dan larutan asam asetat glasial 5% v/v
dalam metanol sampai 25 mL. Pencampuran larutan menggunakan vorteks
kemudian dibaca nilai absorbansinya pada panjang gelombang 370,8 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kurva standar dibuat dari kuersetin murni
dengan konsentrasi 0,5; 1; 5; 10; dan 15 ppm.
Penentuan kadar tanin (Sudarmadji et al. 1984)
Sebanyak 5 mL bahan ditambahkan 400 mL aquades kemudian didihkan
selama 30 menit. Setelah didinginkan dimasukkan kedalam labu takar dan
ditambahkan aquades sampai 500 mL (filtrat I). Filtrat I diambil sebanyak 10 mL
dan ditambahkan 25 mL larutan indigokarmin dan 750 mL aquades. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna kuning emas (A mL). Filtrat
diambil sebanyak 100 mL dan ditambahkan berturut-turut dengan 50 mL larutan
gelatin, 100 mL larutan garam asam, 10 g kaolin powder. Selanjutnya dikocok
beberapa menit dan disaring (filtrat II). Filtrat II diambil sebanyak 25 mL, dicampur
7
dengan 25 mL larutan indigokarmin dan aquades 750 mL. Kemudian dititrasi
dengan larutan KMnO4 0,1 N, (B mL). Larutan KMnO4 distandarisasi dengan Na-
Oksalat. 1 mL KMnO4= 0,00416 tanin
Kadar tanin= (50A−50B) 𝑥
𝑁
0,1 𝑥 0,00416
5 𝑥 100%
Keterangan:
N : Normalitas KMnO4
A : Jumlah KMnO4 untuk titrasi I (mL)
B : Jumlah KMnO4 untuk titrasi II (mL)
Penentuan nilai SPF (Pissavini et al. 2003)
Sebanyak 1 gram sampel ditimbang dan dipindahkan ke dalam labu ukur dan
ditambah etanol sampai 100 mL, dihomogenkan dan kemudian disaring
menggunakan kertas saring. Sebanyak 5 mL larutan dipindahkan ke dalam labu
ukur dan ditambah etanol sampai 50 mL. Sebanyak 5 mL larutan dipindahkan ke
dalam labu ukur dan ditambah etanol sampai 25 mL. Spektrum absorbansi
ditentukan dalam kisaran panjang gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm
dan menggunakan etanol sebagai blanko. Data absorbansi yang diperoleh
dimasukan dalam persamaan Mansur et al. (1986) yaitu:
𝑆𝑃𝐹𝑠𝑝𝑒𝑘 = 𝐹𝐾 𝑥 ∑ EE (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝐴𝑏𝑠 (𝜆)
320
290
Keterangan:
FK : Faktor koreksi (10)
Abs : Absorbansi sampel
EE (λ) : Spektrum efek eritema
I(λ) : Spektrum cahaya matahari
Nilai EE (λ) x I (λ) adalah konstanta yang ditetapkan oleh Sayre et al. (1979)
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Konstanta EE (λ) x I (λ)
Panjang gelombang (nm) Spektrum efek eritema (EE) x Spektrum cahaya matahari (I) 290 0,015 295 0,0817 300 0,2874 305 0,3278 310 0,1864 315 0,0839 320 0,018
Total 1
Rancangan Percobaan (Steel dan Torrie 1993)
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu
konsentrasi karaginan dan dua kali ulangan. Faktor perlakuan adalah penambahan
karaginan. Model matematis rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
8
Yij = μ + Ai + εij
Keterangan:
Yij : Hasil pengamatan krim pelembab ke-j dengan perlakuan ke-i
i : Perbedaan konsentrasi karaginan (0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%)
j : Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali)
μ : Nilai tengah umum
Ai : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Pengaruh galat
Hipotesis yang digunakan pada pembuatan sediaan krim dengan penambahan
karaginan adalah sebagai berikut:
H0 : Penambahan karaginan tidak berpengaruh terhadap karakteristik sediaan krim
yang dihasilkan.
H1 : Penambahan karaginan memberikan pengaruh terhadap karakteristik sediaan
krim yang dihasilkan.
Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95% untuk menyatakan
perbedaan nyata. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis ragam. Jika dari hasil
analisis ragam berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji
Duncan. Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam
perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil
uji menunjukkan nilai signifikan > 0,05 maka data dikatakan menyebar normal.
Perhitungan uji sensori dilakukan dengan menggunakan analisis non
parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis menggunakan software Statistical Process for
Social Science (SPSS) 14.0. Perhitungan Uji Kruskal-Wallis secara manual menurut
Steel dan Torie (1993) meliputi langkah-langkah berikut:
a. Merumuskan H0 dan H1
b. Perangkingan dengan mengurutkan nilai mulai dari yang terkecil hingga
terbesar berdasarkan nilai hasil sensori untuk semua perlakuan
c. Membuat tabel rangking
d. Menghitung T [(t 1)t(t 1)]
e. Menghitung faktor koreksi (FK)
FK =1 −𝑇
(𝑛−1)𝑛(𝑛+1)
f. Menghitung H yng merupakan kriteria uji
H = (12
𝑛(𝑛+1)
𝑅𝑖
𝑛𝑖) − 3(𝑛 − 1)
g. Menghitung H’ yang merupakan nilai X2 hitung
H’ = 𝐻
𝐹𝐾
h. Melihat X2 tabel = 0,05 dan db(v) = k-1
Jika X2 hitung > X2 tabel maka tolak H0 dan dilanjutkan uji Mulitiple
Comparisons, jika X2 hitung < X2 tabel maka gagal tolak H0. Rumus uji Mulitiple
Comparisons adalah:
|𝑅𝑖 − 𝑅𝑗|>< z𝑎
2𝑝√
(𝑛+1)𝑘
6 , dimana p=k |
𝑘−1
2|
9
Keterangan:
n : banyaknya data
t : jumlah data yang sama
H : kriteria yang akan diuji
H’ : X2 hitung
ni : jumlah pengamatan pada setiap perlakuan
Ri : jumlah rangking pada setiap perlakuan
K : perlakuan
Z : peubah acak k : perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia dan Fisik Karaginan
Karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi sebagai
bahan pengemulsi, pengental dan penstabil. Karaginan yang digunakan harus
memenuhi standar mutu yang disyaratkan agar aman ketika diaplikasikan pada
sediaan krim. Komposisi kimia dan fisik karaginan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia dan fisik karaginan
Parameter Hasil Wenno (2012) FAO (2005)
Kadar air (%) 9,35±0,10 9,43 Maks. 12
Kadar abu (%) 16,65±0,51 16,60 15-40
Kadar abu tidak larut asam (%) 0 0,60 Maks. 1
Kadar sulfat (%) 12,55±0,30 30,05 18-40
Viskositas (cP) 40,25±1,06 44,0 5-800
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam karaginan. Hasil
pengukuran kadar air karaginan adalah 9,35±0,10%. Kadar air karaginan yang
dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan Food and Agriculture
Organization (FAO) yaitu maksimum 12%. Kandungan air pada karaginan yang
dihasilkan diduga merupakan air terikat, sedangkan air bebas kemungkinan telah
menguap. Rendahnya kadar air dapat memperpanjang masa simpan dari karaginan.
Menurut Yasita dan Rachmawati (2009), kadar air dipengaruhi adanya penambahan
pengendap baik menggunakan etanol maupun isopropil alkohol. Pengendap
mengakibatkan serat-serat karaginan lebih banyak terbentuk dan membentuk gel,
sehingga kadar air dalam karaginan menjadi berkurang.
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan. (Winarno 1996). Hasil
analisis kadar abu karaginan adalah 16,65±0,51%. Hasil ini memenuhi standar mutu
yang ditetapkan FAO yaitu maksimum 40%. Nilai kadar abu diduga berasal dari
garam yang berasal dari mineral air laut dan pasir laut.
10
Pasir pada rumput laut dapat berasal dari dua sumber, yaitu pasir yang
menempel pada substrat dan yang terbawa pada saat penjemuran. Kadar abu rumput
laut dapat dikurangi dengan melakukan pencucian terlebih dahulu sebelum
dikeringkan. Pencucian dan perendaman sebelum proses ekstraksi dapat
menurunkan kadar abu pada karaginan (Uju 2005).
Kadar abu tidak larut asam pada karaginan yang dihasilkan tidak terdeteksi.
Kadar abu tak larut asam ini memenuhi standar mutu yang ditetapkan FAO yaitu
maksimum 1%. Semakin tinggi kadar abu tak larut asam, maka semakin rendah
mutu rumput laut. Sebaliknya semakin rendah dan tidak ada kandungan abu tak
larut asam, maka mutu rumput laut akan semakin baik.
Menurut Basmal et al. (2009), kadar abu tidak larut asam merupakan salah
satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan. Abu
tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian
adalah garam-garam logam berat dan silika.
Kadar sulfat merupakan parameter yang digunakan untuk berbagai jenis
polisakarida yang terdapat dalam alga merah (Winarno 1996). Kadar sulfat
karaginan adalah 12,55±0,30%. Kadar sulfat karaginan berada dibawah standar
mutu yang ditetapkan FAO. Sulfat akan mempengaruhi kekuatan gel dan viskositas
karaginan. Kadar sulfat berbanding terbalik dengan kekuatan gel dan berbanding
lurus dengan viskositas.
Kandungan sulfat dipengaruhi oleh tipe karaginan, konsentrasi, kadar air,
jenis dan umur panen (Phillips dan William 2009). Penggunaan isopropil alkohol
pada proses pengendapan karaginan menyebabkan kadar sulfat menjadi rendah. Hal
ini akan menyebabkan terbentuknya kekuatan gel yang baik pada karaginan.
Semakin rendah kandungan sulfat pada karaginan maka kekuatan gel meningkat
sehingga kualitas karaginan lebih baik (Sukri 2006).
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam suatu larutan (Wenno 2012).
Viskositas karaginan adalah 40,25±1,06 cP. Hasil ini memenuhi standar mutu yang
ditetapkan FAO. Viskositas karaginan diukur pada suhu 75 oC dengan konsentrasi
1,5% (FAO 2005). Nilai ini dipengaruhi kandungan sulfat yang dapat
menyebabkan larutan menjadi kental. Polimer tersebut memiliki sifat hidrofilik,
sehingga dikelilingi oleh molekul-molekul air yang terimobilisasi, sehingga
menyebabkan larutan karaginan bersifat kental (Guiseley et al. 1980).
Karaginan yang dihasilkan memiliki kandungan sulfat sebesar 12,55%,
dimana nilai tersebut lebih rendah dibandingkan standar mutu FAO. Sejalan dengan
Suryaningrum et al. (1991), menyatakan bahwa semakin kecil kandungan sulfat
maka akan semakin kecil nilai viskositas tetapi konsistensi gel akan semakin
meningkat.
Karakteristik Sensori Krim
Uji sensori terhadap sediaan krim dilakukan dengan uji kesukaan untuk
melihat penerimaan konsumen terhadap produk. Uji ini bersifat subyektif dan
menggunakan skala hedonik dengan panelis tidak terlatih dari mahasiswa
departemen THP FPIK IPB berjumlah 30 orang. Parameter yang diamati antara lain
kenampakan, warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab dan rasa lengket. Uji
sensori dilakukan pada sediaan krim dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,25%,
11
0,5%, 0,75%, dan 1%. Nilai rata-rata parameter kenampakan, warna, homogenitas,
kekentalan, kesan lembab dan rasa lengket ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap sediaan krim dengan
penambahan karaginan. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%,
Karaginan 0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf
superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata.
Kenampakan
Kenampakan memiliki peranan penting dalam penerimaan konsumen karena
menjadi penilaian awal dari suatu produk (Ramadhan 2011). Nilai kesukaan panelis
terhadap kenampakan krim berkisar antara 4,9-6,03 yang berarti panelis
memberikan penilaian antara normal sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis
menunjukkan bahwa penggunaan karaginan memberikan pengaruh terhadap
tingkat kesukaan kenampakan krim. Hasil uji lanjut (Lampiran 4) memperlihatkan
bahwa nilai kesukaan kenampakan tertinggi yaitu krim dengan karaginan 0,5%
yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap kenampakan krim karaginan 0%.
Karaginan mempunyai peranan sebagai stabilisator, bahan pengental,
pembentuk gel, dan pengemulsi (Winarno 2008). Karaginan diduga mempengaruhi
tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan sehingga menyebabkan krim
menjadi kental dan memiliki warna kekuningan.
Warna
Warna merupakan salah satu faktor visual yang menentukan penerimaan
suatu produk (Winarno 2008). Nilai kesukaan panelis terhadap warna krim berkisar
antara 5,33-6,27 yang berarti panelis memberikan penilaian antara agak suka
sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penambahan karaginan
memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan warna krim. Hasil uji lanjut
(Lampiran 5) menunjukkan bahwa nilai kesukaan warna tertinggi yaitu krim
4,9a 5,33a5,13a
5,8b 5,97ab5,8ab
6,03b 6,27b6,13a
5,93b 6,13b5,8ab5,67ab 5,6ab 5,6ab
0
2
4
6
8
Kenampakan Warna Homogenitas
Axi
s Ti
tle
4,7a 4,97a 4,87a5,83ab
5,57a5,3a
5,83b 5,57a
5,4a5,77b 5,67a5,4a
5,2b 5,2a4,97a
0
2
4
6
8
Kekentalan Kesan lembab Rasa lengket
Axi
s Ti
tle
1% 1%2 1%3 1%4 1%5Parameter
Nil
ai h
edonik
12
dengan karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap warna krim dengan
karaginan 0%.
Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-bahan
penyusunnya (Mitsui 1997). Warna dari karaginan yang digunakan berupa kuning
kecoklatan sehingga diduga mempengaruhi warna krim yang dihasilkan.
Penggunaan konsentrasi karaginan yang tinggi akan menyebabkan warna krim
menjadi lebih gelap.
Homogenitas
Homogenitas menunjukkan tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur krim
yang dihasilkan (Anita 2008). Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas krim
berkisar antara 5,13-6,13 yang berarti panelis memberikan penilaian antara agak
suka sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan
karaginan memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan homogenitas krim.
Hasil uji lanjut (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa nilai kesukaan homogenitas
tertinggi yaitu krim dengan karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap
krim dengan karaginan 0%.
Tekstur krim yang homogen dan halus menunjukkan tercampurnya
komponen minyak dan air dengan baik (Suryani et al. 2000). Karaginan memiliki
fungsi sebagai pengemulsi pada krim. Suatu emulsi dikatakan homogen apabila
tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut.
Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu parameter penting dalam memilih krim.
Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan krim berkisar antara 4,7-5,83 yang
berarti panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Hasil uji
Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan karaginan memberikan pengaruh
terhadap tingkat kesukaan kekentalan krim. Hasil uji lanjut (Lampiran 7)
memperlihatkan bahwa nilai kesukaan kekentalan tertinggi pada krim dengan
karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap kekentalan krim dengan
karaginan 0%.
Karaginan dapat pula digunakan sebagai bahan penstabil dan pengental suatu
sistem suspensi atau emulsi tanpa adanya pembentukan gel (Hidayat 2006).
Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah untuk menstabilkan sistem
suspensi atau emulsi. Struktur gel karaginan tidak terdeteksi karena digunakan
dalam konsentrasi rendah, namun viskositas sistem bertambah. Banyaknya
konsentrasi karaginan menyebabkan krim semakin kental.
Kesan lembab
Penilaian kesan lembab dilakukan dengan mengoleskan krim pada tangan
selama beberapa menit sehingga panelis dapat merasakan rasa lembab selama
pemakaian krim. Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab berkisar antara
4,97-5,57 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara netral sampai
agak suka. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, penggunaan karaginan tidak
memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan kesan lembab krim.
Kekentalan dapat menyebabkan perbedaan kesan lembab krim. Kentalnya
emulsi yang dihasilkan mengakibatkan sedikit air yang menguap dari krim.
Karaginan memiliki ikatan yang kuat diantara molekul-molekul penyusunnya
13
sehingga menurunkan terjadinya dehidrasi yang menyebabkan kulit menjadi kering
(Rieger 2000).
Rasa lengket
Rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian. Penilaian
ini dilakukan dengan mengoleskan krim pada tangan selama beberapa menit
kemudian menilai rasa lengket selama pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap
rasa lengket berkisar antara 4,8-5,4 yang berarti bahwa panelis memberikan
penilaian antara netral sampai agak suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan
bahwa penggunaan karaginan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat
kesukaan rasa lengket krim.
Rasa lengket disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan penyusun fase
minyak yang sama sehingga rasa lengket setelah pemakaian krim tidak berbeda.
Penggunaan karaginan pada formulasi dapat mengurangi rasa lengket setelah
pemakaian krim namun rendahnya konsentrasi karaginan yang digunakan
menyebabkan panelis kurang dapat merasakan perbedaan rasa lengket krim yang
menggunakan karaginan.
Karakteristik Kimia Krim
Nilai pH
Nilai pH produk yang digunakan untuk pemakaian luar yang berhubungan
langsung dengan kulit harus sesuai dengan pH penerimaan kulit yaitu 4,5-7,5.
Produk yang memiliki nilai pH sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan
kulit teriritasi (Wasitatmadja 1997). Nilai pH produk kulit berdasarkan SNI 16-
4399-1996 tentang sediaan tabir surya, yaitu berkisar antara 4,5-8,0. Nilai pH
tertinggi pada krim dengan konsentrasi karaginan 1% yaitu 7,03 sedangkan
terendah pada krim dengan konsentrasi karaginan 0% yaitu 6,66. Hasil analisis
ragam (Lampiran 12) menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak
memberikan pengaruh terhadap pH krim. Nilai pH krim dapat dilihat pada Gambar
3.
Gambar 3 Nilai pH krim. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%, Karaginan
0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf superscript yang
berbeda menunjukkan beda nyata.
Nilai pH berada dalam standar SNI 16-4399-1996, sehingga produk krim
yang dihasilkan aman digunakan pada kulit. Nilai pH krim yang dihasilkan berbeda
nilainya, diduga karena karaginan yang digunakan memiliki nilai pH sebesar 8-9,
sehingga siklus reaksi yang terjadi menyertakan gugus OH- dan menyebabkan
6,66a 6,75a 6,78a 7,02a 7,03a
0
2
4
6
8
0 0,25 0,5 0,75 1
pH
0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)
14
peningkatan pH krim. Bahan-bahan penyusun lain yang digunakan memiliki pH
netral sehingga penambahan karaginan lebih berperan dalam peningkatan nilai pH.
Karakteristik Fisik Krim
Viskositas
Viskositas merupakan faktor yang erat hubungannya dengan stabilitas emulsi.
Semakin tinggi viskositas maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi
semakin kecil (Suryani et al. 2000). Nilai viskositas berkisar antara 22.500-46.000
cP (Lampiran 10). Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa
karaginan mempengaruhi viskositas krim. Uji lanjut memperlihatkan bahwa
viskositas krim tertinggi yaitu krim karaginan 1% yang berbeda nyata terhadap
viskositas krim dengan karaginan 0%, 0,25%, 0,5% dan 0,75% (Lampiran 14).
Viskositas krim meningkat dengan meningkatnya konsentrasi karaginan yang
digunakan. Nilai viskositas krim yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Viskositas krim. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%, Karaginan
0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf superscript yang
berbeda menunjukkan beda nyata.
Semakin banyak gugus hidrofilik yang terkandung yaitu gugus ester dan
hidroksil sehingga semakin banyak air dalam krim yang dapat terikat oleh gugus
tersebut dan mengakibatkan peningkatan viskositas krim (Guiseley et al. 1980).
Viskositas krim terjadi pada saat dispersi karaginan dalam air. Viskositas dapat
meningkat jika viskositas fase pendispersi dan volume fase terdispersi meningkat.
Penggunaan koloid hidrofilik sangat efektif untuk meningkatkan viskositas suatu
emulsi minyak dalam air karena dapat meningkatkan viskositas fase air tanpa
menaikkan volume fase minyak dalam emulsi tersebut (Rieger 2000).
Stabilitas emulsi
Persentase stabilitas emulsi dapat dihitung apabila terjadinya pemisahan fase
dalam suatu emulsi setelah melalui siklus freeze-thaw (Mitsui 1997). Uji stabilitas
emulsi menunjukkan tidak terjadinya pemisahan fase pada emulsi krim sehingga
persentase stabilitas emulsi sebesar 100%. Krim dengan karaginan 0,25%, 0,5%,
0,75% dan 1% menunjukkan tidak terjadinya pemisahan emulsi, tidak terjadi
perubahan warna, dan tidak terjadi perubahan bau. Karaginan pada formulasi krim
merupakan polimer alami sebagai pengental sehingga dapat menstabilkan emulsi.
Kestabilan emulsi akan meningkat dengan penambahan polimer yang sesuai
dalam fase pendispersi dan penurunan ukuran partikel fase terdispersi sehingga
25500a
33500b38250c
42750d,e 46000e,d
0
10000
20000
30000
40000
50000
0 0,25 0,5 0,75 1
Vis
kosi
tas
(cP
)
0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)
15
mencegah atau memperpanjang waktu terjadinya penggabungan kembali partikel-
partikel sejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase (Rieger 2000).
Penyusutan berat
Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik tidak akan mengalami
penyusutan berat atau memiliki persentase penyusutan berat yang kecil. Penyusutan
berat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang dipakai pada formulasi produk
(Suryani et al. 2000). Gambar 5 menunjukkan nilai persentase penyusutan berat
krim.
Gambar 5 Persentase penyusutan berat krim Karaginan 0%, Karaginan 0,25%,
Karaginan 0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf
superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata.
Hasil analisis ragam (Lampiran 17) terhadap persentase penyusutan berat
menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan berpengaruh terhadap persentase
penyusutan berat. Hasil uji lanjut (Lampiran 18) memperlihatkan bahwa
penyusutan berat tertinggi terjadi pada krim karaginan 0% yang berbeda nyata
terhadap persentase penyusutan berat krim karaginan 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1%.
Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan maka penyusutan berat akan
semakin kecil dikarenakan semakin tingginya viskositas emulsi krim.
Produk yang memiliki viskositas tinggi dapat lebih mempertahankan
beratnya. Kehilangan berat yang kecil menandakan bahwa produk memiliki tingkat
kestabilan dan kelembaban yang tinggi (Hidayat 2006). Kelembaban produk juga
merupakan indikasi kestabilan produk terhadap kemampuan produk dalam
mempertahankan beratnya. Karaginan dalam formulasi dapat mengikat air karena
adanya gugus ester dan hidroksil.
Karakteristik Mikrobiologi Krim
Total mikroba
Krim merupakan produk dengan jangka waktu pemakaian yang cukup lama,
sehingga adanya mikroba pada produk dapat menjadi masalah terhadap daya awet
krim. Uji total mikroba menunjukkan pada krim karaginan 0,25% terdapat 1,0x101
koloni/gram, krim karaginan 0,75% terdapat 2,0x101 koloni/gram, dan krim
karaginan 1% ulangan pertama terdapat 9x101 koloni/gram dan ulangan kedua
terdapat 14x101 koloni/gram sedangkan pada krim karaginan 0% dan 0,5% tidak
terdapat koloni mikroba. Hasil uji menunjukkan bahwa krim aman digunakan
karena total mikroba berada dibawah batas total mikroba yang disyaratkan SNI 16-
4399-1996 yaitu maksimal 1,0x102 koloni/gram.
9,39a
7,87b,c
6,87c6,48c 6,23c
0
2
4
6
8
10
0 0,25 0,5 0,75 1Pen
yusu
tan b
erat
(%)
0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)
16
Mikroorganisme dapat tumbuh apabila terdapat kandungan air pada produk
dan terjadi proses lipolitik sehingga menyebabkan bau (Ansel 2005). Kontaminasi
mikroba dalam sediaan farmasi dapat menurunkan kualitas sediaan dengan
terjadinya perubahan warna, bau, bercak-bercak miselium, kekeruhan warna,
perubahan pH (Djide 2003). Penggunaan bahan pengawet dapat mengendalikan
mikroorganisme sehingga mempertahankan daya awet, keadaan fisik, dan keadaan
emulsi yang dihasilkan (Mitsui 1997).
Pemilihan Sediaan Krim Terpilih
Krim karaginan 0,5% memiliki karakteristik sensori meliputi kenampakan,
warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket yang paling
disukai panelis. Berdasarkan data diatas, disimpulkan bahwa konsentrasi karaginan
yang digunakan dalam sediaan krim adalah 0,5%. Krim karaginan 0,5% memiliki
nilai pH sebesar 6,78, viskositas sebesar 38.250 cP, dan tidak mengalami perubahan
fase saat pengujian stabilitas emulsi. Penyusutan berat yang terjadi sebesar 6,87%.
Pengujian total mikroba menunjukkan tidak adanya mikroorganisme yang tumbuh
pada krim karaginan 0,5%.
Komponen Bioaktif Ekstrak Buah Bakau (R. mucronata)
Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) yang akan ditambahkan pada
sediaan krim terlebih dahulu diuji fitokimia secara kualitatif untuk mengetahui
keberadaan senyawa metabolit sekunder yang diharapkan dapat berperan sebagai
tabir surya. Hasil pengujian analisis fitokimia disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata)
Uji Hasil*
Alkaloid Wagner - Meyer - Dragendorf -
Steroid - Flavonoid + Tanin + Saponin + Tripernoid - Fenol hidrokuinon +
*Purwaningsih et al. (2013)
Keterangan: (+) = positif, (-) = negatif.
Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak buah bakau
mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan fenol hidrokuinon. Menurut
Purwaningsih et al. (2013), ekstrak buah bakau memiliki nilai IC50 antioksidan
sebesar 0,72 ppm. Berdasarkan Molyneux et al. (2004), ekstrak buah bakau
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, karena nilainya kurang dari 0,05
mg/mL (<50 ppm). Hal ini sesuai dengan penelitian Atta-au-rahman et al. (2001),
bahwa senyawa yang berpotensi memiliki antioksidan umumnya adalah senyawa
flavonoid, alkaloid dan fenolat yang merupakan senyawa-senyawa polar.
17
Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin ekstrak buah bakau
Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan satu
atau lebih gugus hidroksil dan bersifat larut air (Harborne 1998). Hasil penapisan
fitokimia menunjukkan ekstrak buah bakau menunjukkan adanya komponen fenol
yang diduga berpengaruh terhadap kandungan antioksidan dalam ekstrak buah
bakau (R. mucronata). Total fenol, total flavonoid, dan kadar tanin yang terkandung
dalam ekstrak buah bakau disajikan pada Tabel 5.
Total fenol pada ekstrak buah bakau adalah sebesar 37,90 mg/g. Menurut
Meenakshi et al. (2009) dan Lim et al. (2002), adanya hubungan antara total fenol
dan aktivitas antioksidan dimana jika di dalam suatu bahan memiliki konsentrasi
senyawa fenol yang tinggi maka aktivitas antioksidan dalam bahan tersebut juga
tinggi. Menurut Andayani et al. (2008), senyawa fenol yang memiliki aktivitas
antioksidan memiliki gugus -OH dan -OR seperti flavonoid dan asam fenolat.
Menurut Svobodova et al. (2003), senyawa fenolat berperan dalam menurunkan
sinyal redoks-sensitif untuk menghambat kerusakan DNA.
Tabel 5 Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin eksrak buah
Kandungan Hasil
Total fenol 37,90 %(b/b)
Total flavonoid 0,51%(b/b)
Kadar tanin 6,20 mg/g
IC50 0,72 ppm*
*Purwaningsih et al. (2013)
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar dan umumnya terdapat pada
semua tumbuhan hijau sebagai glikosida dan terdapat pada seluruh bagian tanaman,
termasuk pada buah (Sirait 2007). Erukainure et al. (2011) menyatakan, hubungan
antara total fenol dan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan pada
tumbuhan terutama buah-buahan adalah semakin meningkatnya konsentrasi total
fenol atau senyawa flavonoid, maka semakin tinggi pula tingkat aktivitas
antioksidan dari tumbuhan tersebut. Semakin tinggi kandungan flavonoid total
suatu bahan, maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya.
Total flavonoid yang terkandung dalam ekstrak buah bakau adalah 0,51%
(b/b). Flavonoid memiliki kemampuan antioksidan yang mampu mentransfer
sebuah elektron ke senyawa radikal bebas dan membentuk kompleks dengan logam.
Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek, diantaranya
menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan
menghambat beberapa enzim (Harborne 1987). Svobodova et al. (2003)
menyebutkan bahwa flavonoid mampu menangkap superoksida anion, singlet
oksigen, radikal hidroksil, dan radikal lipid peroksil. Flavonoid juga menghambat
aktivitas enzim, diantaranya lipoksigenase, siklooksigenase, monooksigenase,
xantinoxidase, mitokondria suksinat dehidrogenase dan oksidase NADH,
phospholipase-2, dan protein kinase.
Tanin merupakan senyawa polifenol kompleks yang tersebar luas dalam
tumbuhan, terutama tumbuhan berpembuluh (Harborne 1987). Tanin juga dapat
berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman 2002). Hagerman et al. (1998)
menyatakan bahwa tanin mempunyai kemampuan menangkap radikal bebas. Tanin
sangat efektif sebagai pendonor elektron dan atom hidrogen serta pengkelat logam,
18
sebab senyawa ini memiliki gugus hidroksil dan ikatan rangkap terkonjugasi yang
memungkinkan terjadinya delokalisasi elekron.
Kadar tanin yang terkandung pada ekstrak buak bakau adalah 6,20 mg/g.
Abdullah (2013) menyatakan bahwa ekstrak yang mengandung fitokonstituen
seperti flavonoid dan tanin berperan dalam perlindungan matahari terhadap kulit.
Menurut Svobodová et al. (2003), tanin merupakan polifenol yang memiliki
aktivitas antioksidan kuat yang dapat melindungi kerusakan terhadap radikal bebas
yang disebabkan oleh paparan sinar UV dan mengurangi risiko kanker kulit dan
penuaan dini. Tanin mampu mengurangi produksi H2O2, menghambat induksi
ornitin dekarboksilase dan menstimulasi sintesis DNA pada epidermis dengan
jumlah yang tinggi.
Nilai SPF Krim Buah Bakau (R. mucronata)
Menurut Walters et al. (1997), efektivitas sebuah tabir surya dinyatakan oleh
Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan sebagai perbandingan Dosis
Eritema Minimum (DEM) pada kulit manusia terlindungi tabir surya dengan DEM
tanpa perlindungan. Nilai SPF dapat ditentukan melalui perbandingan energi dari
sinar yang dipaparkan untuk dapat menimbulkan eritema dan dapat juga melalui
waktu yang diperlukan sampai timbul eritema (Draelos dan Thaman 2006). DEM
adalah nilai yang menunjukkan sensitivitas akut individu terhadap sinar UV. DEM
ini menunjukkan jumlah minimal sinar UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan
kemerahan ketika seseorang terpapar sinar UV (Mitsui 1997). Kategori kemampuan
tabir surya menurut Damogalad et al. (2013) adalah minimal (2-4), sedang (4-6),
ekstra (6-8), maksimal (8-15), dan ultra (>15). Hasil perhitungan SPF disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai SPF Krim
Sampel Nilai SPF SPF Label Krim + ekstrak 0%
Krim + ekstrak 0,5% 1,22±0,01 7,75±0,01
Krim + ekstrak 1% 10,21±0,06 Krim komersil 14,15±0,04 20
Hasil penelitian menunjukkan krim dengan 0,5% ekstrak memiliki nilai SPF
sebesar 7,75±0,01, sedangkan krim dengan 1% ekstrak memiliki nilai SPF sebesar
10,21±0,06. Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak buah bakau dalam krim maka nilai SPF akan semakin tinggi.
Krim dengan konsentrasi ekstrak 0,5% memiliki kategori kemampuan ekstra,
sedangkan krim dengan ekstrak 1% memiliki kategori kemampuan maksimal. Nilai
SPF yang tinggi nilai menunjukkan keefektifan produk dalam menangkal radiasi
UV pada kulit. Nilai SPF krim dengan ekstrak 1% lebih rendah dari tabir surya
komersial, yaitu 14,15±0,04 menurut hasil perhitungan dan 20 pada label.
Perbedaan nilai SPF pada krim komersil tersebut diduga karena metode
perhintungan SPF yang berbeda.
Kandungan flavonoid dan tanin yang terkandung pada buah bakau diduga
bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Menurut Damogalad et al. (2013), flavonoid
sebagai antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah
19
efek berbahaya dari sinar sinar UV. Mokodompit et al. (2013) menyebutkan, tanin
merupakan antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang
disebabkan oleh radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi
resiko kanker kulit dan penuaan dini. Majeed et al. (2010) menyatakan, radiasi
UVB memproduksi ROS pada sel dan kulit. Menurut Saewan dan Jimtaisong
(2013), flavonoid melindungi tanaman dari radiasi sinar UV. Flavonoid memiliki
tiga sifat fotoprotektor berbeda yaitu penyerapan UV, sifat antioksidan, dan
memodulasi beberapa jalur pensinyalan DNA. Wolf et al. (2001) menyatakan,
senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir
surya karena adanya gugus kromofor yang mampu menyerap sinar UV B sehingga
mengurangi intensitasnya pada kulit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Karaginan hasil ekstraksi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki
kadar air sebesar 9,35%; kadar abu sebesar 16,65%; kadar abu tak larut asam
sebesar 0%; kadar sulfat sebesar 12,55%; dan nilai viskositas sebesar 40,25 cP.
Konsentrasi karaginan terbaik yang digunakan dalam sediaam krim yaitu 0,5%
dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62;
viskositas 38.250 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72% dan total
mikroba <102 koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996. Ekstrak metanol buah
bakau (R.mucronata) memiliki nilai IC50 antioksidan sebesar 0,72 ppm, total fenol
sebesar 37,90%(b/b), total flavonoid sebesar 0,51%(b/b) dan kadar tanin sebesar
6,20 mg/g. Ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sediaan krim sebanyak
0,5% dan 1% masing-masing memiliki nilai SPF sebesar 7,75±0,01 dan 10,21±0,06.
Semakin banyak konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka nilai SPF akan
semakin tinggi.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu perlu diteliti mengenai pengaruh
penyimpanan terhadap karakteristik krim dan komponen bioaktifnya Selain itu,
perlu dilakukan uji secara in vivo untuk menentukan keamanan krim.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. The Association of
Official Analitical Chemist. 16th ed. Virginia (US): AOAC Inc. Arlington.
20
Abdullah AR. 2013. Study on the relationship of the phenolic, flavonoid and tannin
content to the antioxidant activity of Garcinia atroviridis. Universal Journal
of Applied Science. 1(3): 95-100.
Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar
fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi. 13(1): 1-9.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor (ID): Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Ansel HC. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta (ID):
UI Press.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanti S. 1989.
Analisis Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor.
Atta-au-rahman, MI Coudhary. 2001. Bioactive natural product a potential of
pharmacophorus. A theory of memory. Pure and Applied Chemistry. 73(2):
555-560.
Basmal J, Syarifuddin, Ma’ruf WF. 2003. Pengaruh konsentrasi larutan potassium
hidroksida terhadap mutu kappa karaginan yang diekstraksi dari Eucheuma
cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5):95-103.
Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.
Potency of Indonesia medicinal plants as tyrosinase inhibitor and antioxidant
agent. J. of Biol. Sciences. 10(2): 138-144. ISSN 1727-3048.
Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in
Food Product Development and Quality Control. 2nd Ed. Maryland (US):
Marylands Aspen Publisher.
Cottrell, Kovacs P. 1980. Alginats. Di dalam: Davidson RI, editor. Hand Book of
Water Soluble Gums and Resin. New York (US): McGraw Hill Book. Co.
Damogalad V, Edy HJ, Supriati HS. 2013. Formulasi krim tabir surya ekstrak kulit
nanas (Ananas comosus L. Merr) dan uji in vitro nilai sun protecting factor
(SPF). Pharmacon. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. 2(2): 12-16.
Djide N. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar (ID): Universitas
Hasanuddin.
Draelos ZD, Thaman LA. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New
York (US): Taylor and Francis Group.
Erukainure OL, Oke OV, Ajiboye AJ, Okafor OY. 2011. Nutritional qualities and
phytochemical constituents of Clerodendrum volubile, a tropical
nonconventional vegetable. Int. Food Research J. 18(4):1393-1399.
[FAO] Food and Agricultural Organization. 2005. FAO JECFA Monographs 1:
Combined Compendium of Food Additive Specifications. Rome (IT): Food
and Agricultural Organization.
Garoli D, Pelizzo MG, Nicolossi P, Peserico A, Tonin E, Alaibac M. 2009.
Effectiveness of different substrate materials for in vitro sunscreen test. J. of
Dermatological Science. 56(2): 89-98.
Guiseley KB, Stanley NF, Whitehouse. 1980. Carrageenan. New York (US):
McGraw Hill Book Co.
Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Oxford (US): Miami University.
Hagerman AE, Riedl KM, Jones GA, Sovik KN, Ritchard NT, Hartzfeld PW,
Riechel TL. 1998. High molecular weight plant polyphenolics (tannins) as
21
biological antioxidants (1998). J. of Agriculture Food and Chem. 46:1887-
1892.
Harborne JB. 1998. Phytochemical methods: a guide to modern techniques of plant
analysis. (3rd ed.) London (UK): Chapman & Hall.
Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi karagenan dan sodium lauryl sulfat serta
penambahan ekstrak Pemphis acidula terhadap karakteristik sabun mandi cair.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lahucky R, Nuernberg K, Kovac L, Bucko O, Nuenberg. 2010. Assesment of the
antioxidant potential of selected plant extract in vitro and in vivo experiments
on pork. J. of Meat Science. 85(2):779-7784.
Lim SN, Cheung PCK, Ooi VEC, Ang PO. 2002. Evaluation of antioxidative
activity of extracts from a brown seaweed, Sargassum siliquastrum. J. of
Agricultural Food Chem. 50: 3862-3866.
Majeed M, Bhat B, Anand TSS. 2010. Inhibition of UV induced adversaries by β-
glucogallin from amla (Emblica officinalis Gaertn.) fruits. Indian J. of Nature
Products and Resources. 4(2): 62-66
Mambro VMD, Fonseca MJV. 2005. Assays of physical stability and antioxidant
activity of a topical formulation added with different plant extracts. J. Pharm
Biomed Anal. 37: 287-295.
Mansur JS, Breder MVR, Mansur MCA, Azulay RD. 1986. Determinação do fator
de proteção solar por espectrofotometria. An Bras Dermatol. 61: 121-124.
Meenakshi S, Gnanambigai DM, Mozhi ST, Arumugam M, Balasubramanian T.
2009. Total flavonoid and in vitro antioksidant activity of two seaweeds of
Rameshwaram Coast. Global J. of Pharm. 3(2): 59-62.
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York (US): Elsevier.
Mokodompit AN, Edy HJ, Wiyono W. 2013. penentuan nilai sun protective factor
(SPF) secara in vitro krim tabir surya ekstrak etanol kulit alpukat. Jurnal
Ilmiah Farmasi UNSRAT PHARMACON. (2)3: 83-85.
Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimating antioksidan activity. Songklanakarin J. Sci. Tech. 26(2): 211-
219.
Nobre CP, Raffin FN, Moura TF. 2005. Standardization of extracts from
Momordica charantia L. (cucurbitaceae) by total flavonoids content
determination. Acta Farmaceutica Bonaerense. 24(4):562-566.
Pebrianata E. 2006. Pengaruh pencampuran kappa dan iota karagenan terhadap
kekuatan gel dan viskositas karagenan campuran [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Phillips GO, Williams PA. 2009. Handbook of Hydrocolloids, 2nd edition. New
York (US): Woodhead Publishing
Pissavini M, Ferrero L, Alaro V, Heinrich U, Tronnir H, Kockott TD, Lutz D,
Torrnier V, Zambonin M, Melonin M. 2003. Determination of the in vitro
SPF. Cosmet. Toiletries. 118: 63-72.
Purwaningsih S, Salamah E, Sukarno AYP, Deskawati E. 2013. Aktivitas
antioksidan dari buah mangrove (Rhizopora mucronata Lamk.) pada suhu
yang berbeda [siap terbit].
Ramadhan W. 2011. Pemanfaatan agar-agar tepung sebagai texturizer pada
formulasi selai jambu biji merah lembaran dan pendugaan umur simpanya.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
22
Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. New York (US): Chemical
Publishing Co. Inc.
Saewan N, Jimtaisong A. 2013. Photoprotection of natural flavonoids. J. of Applied
Pharmaceutical Science. 3(09): 129-141.
Sayre RM, Agin PP, Levee GJ, Marlowe E. 1979. Comparison of in vivo and in
vitro testing of sunscreening formulas. J. Photochem Photobiol. 29: 559-566.
Setiawan T. 2010. Uji stabilitas fisik dan penentuan nilai SPF krim tabir surya yang
mengandung ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.), oktil
metoksisinamat dan titanium dioksida [skripsi]. Depok (ID): Universitas
Indonesia
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 192897. 1992. Penentuan Total Mikroba.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Stanfield JW. 2003. Sun Protectans: Enhancing Product Functionality.
Multifunctional Cosmetics. New York (ID): Marcell Dekker Inc.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari Principles
and Procedures of Statistics.
Sudarmaji S, Bambang dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Penerbit Liberty
Sukri N. 2006. Karakteristik alkali treated cottonii (ATC) dan karagenan dari
rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen yang berbeda [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suryaningrum TD, Suwarno T, Soekarto, Putro S. 1991. Kajian sifat-sifat mutu
komoditi rumput laut budidaya jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma
spinosum. J. Penelitian Pasca Panen. 68:13-24.
Svobodová A, Psotová J, Walterová D. Natural phenolic in the prevention of UV-
induced skin damage, a review. J. Biomed. Papers. 147: 137-145.
Uju. 2005. Kajian proses pemurnian dan pengkonsentrasian karaginan dengan
membran mikrofiltrasi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Velioglu YS, Mazza G, Gao L, Oomah BD. 1998. Antioxidant activity and total
phenolics in selected fruits, vegetables and grain products. J. of Agricultural
and Food Chem. 46 (10): 4113- 4117.
Walters C, Keeney A, Wigal CT, Johnston CR, Cornelius RD. 1997. Spectroscopy
analysis and modelling of sunscreens. J. Chem. Educ. 2: 99-101,
Wenno MR, Johanna LT, Cynthia. 2012. Karakteristik kappa karaginan dari
Kappaphycus alvarezii pada berbagai umur panen. J. PB Perikanan. 7(1):61-
68.
Willis I, Cylus L. 1977. UVA erythema in skin: is it a sunburn? J. of Wildernes Med.
3(1):174-175,179.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta (ID): Pustaka
Sinar Harapan.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): MBRIO Press.
23
Wolf R, Wolf D, Morganti P, Ruocco V. 2001. Sunscreens. J. Clinic. Dermatol. 19:
452-459.
Yasita D, Rachmawati ID. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi pada Pembuatan
Karaginan dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii untuk Mencapai
Foodgrade. J. Teknik Kimia Universitas Dipenogoro. 3(1):7-15.
Zulkarnain AK, Ernawati N, Sukardani NI. 2013. Aktivitas amilum bengkuang
(Pachyrrizus erosus L. Urban) sebagai tabir surya pada mencit dan pengaruh
kenaikan kadarnya terhadap viskositas sediaan. Trad. Med. J. 4(2)2-25.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1 Lembar uji sensori skala hedonik krim
UJI SENSORI SKALA HEDONIK
Nama Panelis :
Tanggal pengujian :
Jenis contoh : Krim
Instruksi : Nyatakan penilaian dengan angka
Parameter Krim
R105 Y325 S650 J875 M915
Kenampakan
Warna
Homogenitas
Kekentalan
Kesan lembab
Rasa lengket
Keterangan:
1 : sangat tidak suka
2 : tidak suka
3 : agak tidak suka
4 : normal
5 : agak suka
6 : suka
7 : sangat suka
26
Lampiran 2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik (parameter
kekentalan)
Panelis Krim
R105 Y325 S650 J875 M915
1 3 3 5 6 6
2 6 6 6 7 7
3 5 6 6 3 5
4 4 5 6 5 6
5 6 5 4 5 5
6 3 4 4 5 3
7 6 6 6 6 4
8 3 7 7 5 4
9 5 5 5 6 6
10 6 6 7 7 7
11 4 5 6 5 5
12 5 6 5 7 7
13 5 6 6 5 5
14 3 7 5 5 3
15 6 7 7 4 4
16 3 7 7 6 6
17 4 7 7 7 3
18 7 7 7 7 4
19 6 5 5 7 3
20 3 6 7 6 4
21 2 4 5 6 5
22 3 7 7 7 6
23 6 4 6 5 5
24 5 5 5 6 6
25 5 6 5 7 7
26 7 7 5 7 6
27 7 7 7 5 7
28 6 6 7 7 7
29 1 5 7 3 4
30 2 6 6 6 6
Jumlah 141 173 175 173 156
Rata-rata 4,70 5,77 5,83 5,77 5,20
Keterangan:
R105 : Krim dengan penambahan karaginan 0%
Y325 : Krim dengan penambahan karaginan 0,25% S650 : Krim dengan penambahan karaginan 0,5%
J875 : Krim dengan penambahan karaginan 0,75%
M915 : Krim dengan penambahan karaginan 1%
27
Lampiran 3 Uji Kruskal-Wallis sensori
Kenampakan Warna Homogenitas Kekentalan Kesan lembab Rasa lengket
X2 Hitung 12,413 13,964 11,912 13,315 4,796 3,854
Db 4 4 4 4 4 4
Signifikan ,015 ,007 ,018 ,010 ,309 ,426
Keterangan: Signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata
Lampiran 4 Uji Multiple Comparison kenampakan
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 2 1
0% 30 4,9000
1% 30 5,6667 5,6667
0,25% 30 5,8000
0,75% 30 5,9333
0,5% 30 6,0333
Lampiran 5 Uji Multiple Comparison warna
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 2 1
0% 30 5,3333
1% 30 5,6000 5,6000
0,25% 30 5,9667 5,9667
0,75% 30 6,1000
0,5% 30 6,2667
Lampiran 6 Uji Multiple Comparison homogenitas
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 2 1
0% 30 5,1333
1% 30 5,6000 5,6000
0,25% 30 5,8000 5,8000
0,75% 30 5,8000 5,8000
0,5% 30 6,1333
Lampiran 7 Uji Multiple Comparison kekentalan
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 2 1
0% 30 4,7000
1% 30 5,2000 5,2000
0,75% 30 5,7667
0,25% 30 5,8333
0,5% 30 5,8333
28
Lampiran 8 Uji Multiple Comparison kekentalan
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 1
0% 30 4,9667
1% 30 5,2000
0,25% 30 5,5667
0,5% 30 5,5667
0,75% 30 5,6333
Lampiran 9 Uji Multiple Comparison rasa lengket
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 1
0% 30 4,8667
1% 30 4,9667
0,25% 30 5,3000
0,5% 30 5,4000
0,75% 30 5,4000
Lampiran 10 Nilai pH dan viskositas krim Konsentrasi
karaginan ulangan spindel skala FK
Viskositas
(cP) pH
0% 1
4 12,5 2000 25000
6,79 6,785
6,66 4 12,5 2000 6,78
2 4 13 2000
26000 6,54
6,55 4 13 2000 6,56
0,25% 1
4 15,5 2000 32500
6,70 6,685
6,75 4 15,5 2000 6,67
2 4 34,5 1000
34500 6,79
6,82 4 34,5 1000 6,85
0,5% 1
4 39,5 1000 39500
7,10 7,085
6,78 4 39,5 1000 7,07
2 4 37,0 1000
37000 6,49
6,48 4 37,0 1000 6,47
0,75% 1
4 43,0 1000 43000
7,3 7,28
7,02 4 43,0 1000 7,26
2 4 42,5 1000
42500 6,78
6,76 4 42,5 1000 6,75
1% 1
4 23,5 2000 47000
7,14 7,125
7,03 4 23,5 2000 7,11
2 4 22,5 2000
45000 6,92
6,935 4 22,5 2000 6,95
29
Lampiran 11 Uji normalitas pH dan viskositas krim
Kolmogorov-Smirnova
Statistik Db Signifikan
nilai pH 0,151 10 0,200*
viskositas 0,159 10 0,200*
Keterangan : (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05
Lampiran 12 Analisis ragam pH krim
Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan
Karaginan ,217 4 ,054 ,722 ,613
Galat ,377 5 ,075
Total ,594 9 Keterangan: signifikan > 0,05 berarti tidak berpengaruh nyata
Lampiran 13 Analisis ragam viskositas krim
Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan
Karaginan 341650000,000 4 85412500,000 46,169 ,000
Galat 9250000,000 5 1850000,000 Total 350900000,000 9
Lampiran 14 Uji Duncan viskositas krim
Konsentrasi karaginan
N α=0,05
1 2 3 4 1
0% 2 30000,0000 0,25% 2 33500,0000 0,5% 2 38250,0000 0,75% 2 42750,0000
1% 2 46000,0000
Lampiran 15 Persentase penyusutan bobot krim
Konsentrasi
karaginan Ulangan
Bobot Selisih
Persentase
(%) Persentase
rata-rata (%) Awal Akhir
0% 1 4,0 3,58 0,42 10,5
9,39 2 3,99 3,66 0,33 8,27
0,25% 1 4,01 3,68 0,33 8,23
7,87 2 3,99 3,69 0,3 7,52
0,5% 1 4,01 3,71 0,3 7,48
6,87 2 3,99 3,74 0,25 6,27
0,75% 1 4,02 3,74 0,28 6,97
6,48 2 4 3,76 0,24 6,00
1% 1 4,02 3,76 0,26 6,47
6,23 2 4,01 3,77 0,24 5,99
30
Lampiran 16 Uji normalitas penyusutan bobot krim
Kolmogorov-Smirnova
Statistik Db Signifikan
Penyusutan bobot 0,164 10 0,200*
Keterangan: (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05
Lampiran 17 Analisis ragam penyusutan bobot krim
Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan
Karaginan ,021 4 ,005 3,870 ,085
Galat ,007 5 ,001
Total ,028 9 Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata
Lampiran 18 Uji Duncanpenyusutan bobot
Konsentrasi karaginan N α=0,05
1 2 1
1% 2 ,2500
0,75% 2 ,2600
0,5% 2 ,2750
0,25% 2 ,3150 ,3150
0% 2 ,3750
Lampiran 19 Data mentah total mikroba
Pengenceran
Jumlah mikroba (Koloni/unit)
Kar. 0% Kar. 0,25% Kar. 0,5% Kar. 0,75% Kar. 1% Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2
101 - - - 1 - - - 2 9 14
102 - - - - - - - - - -
103 - - - - - - - - - -
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada 8
September 1991 putri pasangan Sukma Prawiranegara dan
Wa Ode Siti Marwiyah Sipala S.Sn, M.Hum. Pada tahun
2009 menyelesaikan pendidikan menengah atas yang
ditempuh di SMA Negeri 1 Bogor dan di tahun yang sama
penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam
organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Teknologi
Hasil Perairan (HIMASILKAN) divisi kewirausahaan tahun
kepengurusan 2011-2012 dan Fisheries Processing Club tahun kepengurusan 2010-
2012. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Iktiologi tahun
2011-2012, asisten praktikum Mata Kuliah Biologi Laut tahun 2011/2012, asisten
praktikum Mata Kuliah Diversivikasi dan Pengolahan Hasil Perairan tahun
2012/2013, asisten praktikum Mata Kuliah Limbah Industri Hasil Perairan
2012/2013, asisten praktikum Mata Kuliah Biokimia Hasil Perairan 2012/2013, dan
asisten praktikum Mata Kuliah Pengujian Bahan Baku Hasil Perairan 2012/2013.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah PKM-Gagasan Tertulis dan
PKM-Penelitian 2012 yang didanai oleh DIKTI.
Top Related