ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 20
BUDAYA AKADEMIK DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN
Mukhlisin Dosen Universitas Pamulang, Jalan Surya Kencana No. 1 Pamulang Tangerang Selatan Banten
Email : [email protected]
Abstrak. Dalam membangun budaya akademik yang baik, setidaknya ada tiga rangkaian yang tidak
terpisahkan, yaitu ilmu pengetahuan, iman yang kokoh dan hati yang tunduk. Inilah trilogi yang tidak
terpisahkan sehingga budaya akademik yang ingin dibangun oleh Islam bukan sekedar menjadikan
manusia cerdas, tetapi juga memiliki kehangatan iman dan kerendahan hati. Budaya akademis yang hanya
mengasah kecerdasan otak, hanya akan melahirkan robot-robot yang tidak memiliki empati terhadap
sesama. Sebaliknya budaya akademis yang terlalu menitik beratkan pembangunan keimanan dengan
mengesampingkan rasionalitas, akan melahirkan manusia yang gagap menghadapi tantangan zaman. Juga
sebaliknya orang yang cerdas akalnya, kokoh imannya tetapi tidak rendah hati maka akan menjadi
manusia tinggi hati yang tidak peduli terhadap lingkungan. Tulisan ini juga berhasil mengungkap
sejumlah kriteria siapakah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai manusia berbudaya akademik.
Kata Kunci : Budaya, Akademik, Al-Qur’an
Abstract. In developing good academic culture, there are three inseparable compositions; good science,
strong faith, and humble hearth. These combinations are so inseparable that academic culture which
Islam wants to build does not only make people smart but also have strong faith and humble hearth. If an
academic culture only trains human’s intelligence, it will create smart human but not emphatic. On the
other hand, if academic culture only focuses on building the faith without rationality, if will create left
behind man. A man who has good intelligence and strong faith but doesn’t have humble hearth seems to
be arrogant and doesn’t care about everything around him. This article succeeds in revealing some
criteria about whom the Qur’an mentioned as human with academic culture.
Keywords : Academic, Culture, Al-Qur’an
PENDAHULUAN
Sumber utama ajaran Islam
adalah Al-Qur’an. Maka kalau kita
ingin melihat bagaimana konsep yang
diajarkan Islam tentang apa pun maka
yang pertama-tama dilakukan adalah
melihat dalam Al-Qur’an.
Apresiasi atau perhatian Al-
Qur’an terhadap ilmu pengetahuan
dapat kita mulai dari melihat betapa
seringnya Al-Qur’an menyebut kata
‘ilm (yang berarti pengetahuan) dengan
segala derivasinya (pemecahannya)
yang mencapai lebih dari 800-an kali.
Belum lagi ungkapan lain yang dapat
memiliki kesamaan makna menunjuk
arti pengetahuan, seperti kata al-fikr, al-
anzr, al-basar, al-tadabbur, al-dzikr, dll.
Kata ‘ilm menurut para ahi bahasa Al-
Qur’an mengandung arti “ pengetahuan
akan hakikat sesuatu “.1 Dari kata kunci
1 al-Asfahani Al-Ragib, Mu’jam
Mufrodat al-Fadhil al-Qur’an, Lebanon : Dar
AlKotob Al-ilmiyah, 2008. h. 343
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 21
inilah kita dapat mulai melacak
bagaimana Al-Qur’an khusunya dan
agama Islam umumnya memberikan
perhatian terhadap ilmu pengetahuan.
Diantaranya adalah :
Pertama, wahyu Al-Qur’an
yang turun pada masa awal mendorong
manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Mayoritas ulama
khususnya ulama Al-Qur’an sepakat
bahwa wahyu Al-Qur’an yang turun
pertama kali adalah lima ayat di surat
Al-‘Alaq, kemudian disusul awal ayat
di surat Al-Qalam ;
ٱلذ يرب كٱسم ب ٱقرأ خلق١خلق
نسن ٱل علق ٢م ن وربكٱقرأ
كرم ٣ٱل ب يٱلذ ٤ٱلقلم علذم
نسنعلذم ٥مالميعلمٱل 1. bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia
telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4.
yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya
ونٱلقلم ون ر ما ١ومايسط
ب مجن ون رب ك ب ن عمة نت٢أ
ممن ون جراغيلكل ٣وإنذ
يم عظ ل ق خ لعل ٤وإنذك
ونوفست بص ٥ي بص 1. Nun, demi kalam dan apa yang
mereka tulis, 2. berkat nikmat Tuhanmu
kamu (Muhammad) sekali-kali bukan
orang gila. 3. dan Sesungguhnya bagi
kamu benar-benar pahala yang besar
yang tidak putus-putusnya 4. dan
Sesungguhnya benar-benar berbudi
pekerti yang agung. 5. Maka kelak
kamu akan melihat dan mereka (orang-
orang kafir)pun akan melihat,
Dalam ayat-ayat yang pertama
kali turun A-‘Alaq : 1-5 tergambar
dengan jelas betapa kitab suci Al-
Qur’an memberi perhatian yang sangat
serius terhadap ilmu pengetahuan.
Sehingga Allah swt menurunkan
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 22
petunjuk pertama kali adalah terkait
dengan cara memperoleh ilmu
pengetahuan yang ada dalam ayat
tersebut menggunakan redaksi “ iqra”.
Makna perintah tersebut bukanlah
hanya sebatas membaca dalam arti
membaca teks, tetapi membaca dengan
melibatkan pemikiran dan pemahaman,
dan itulah kunci perkembangan ilmu
pengetahuan dalam sepanjang sejarah
kemanusiaan. Dalam konteks modern
sekarang ‘iqra’ dekat dengan makna
reading with understanding (membaca
disertai dengan pemahaman).
Dalam ayat pertama tersebut
tidak dijelaskan obyek apa yang harus
di-iqra’. Hal ini mengandung arti bahwa
apa saja yang dapat kita jangkau untuk
diteliti mamka hal tersebut dapat
menjadi obyek ‘iqra’. Di kalangan para
mufassir ada satu kaidah yang
menyatakan bahwa “ apabila dalam
suatu perintah tidak disebutkan
obyeknya maka obyeknya apa saja yang
dapat dijangkau oleh perintah tersebut “.
Dari pemahaman tersebut dapat
juga disimpulkan Islam sejak awal tidak
membedakan antara ilmu umum dan
ilmu agama atau ilmu dunia dan ilmu
akhirat. Apa saja obyek yang dapat
memberikan manfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia sudah sewajarnya kalau
dipelajari oleh manusia. Sehingga yang
menentukan baik tidaknya apa yang
dipelajari bukan terletak kepada
obyeknya melainkan kepada motivasi
atau niatnya. Hal inilah yang
diisyaratkan dalam penggalan ayat
selanjutnya bismirabbik..
Yang perlu mendapatkan
perhatian adalah bahwa apa pun
aktifitas iqa’ yang kita kerjakan maka
syarat yang ditekankan oleh Al-Qur’an
adalah harus bismirabbik (dengan nama
Tuhan). Hal ini mengandung arti seperti
yang diungkapkan oleh Syeikh Abdul
halim Mahmud (Mantan pemimpin
tertinggi Al_azhar Mesir) sebagaimana
dikutip Quraish Shihab ; “Dengan
kalimat iqra’ bismirabbik, Al-Qur’an
tidak sekedar memerintahkan untuk
membaca, tetapi membaca adalah
lambang dari segala yang dilakukan
oleh manusia, baik yang sifatnya aktif
maupun pasif. Kalimat tersebut dalam
pengertian dan jiwanya ingin
menyatakan “ bacalah demi Tuhanmu,
bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah
demi Tuhanmu”. Demikian juga apabila
berhenti bergerak atau berhenti
melakukan aktifitas, maka hal tersebut
hendaklah juga didasarkan kepada
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 23
bismirabbik. Sehingga pada akhirnya
ayat tersebut berarti “ jadikanlah
seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam
cara dan tujuannya, kesemuanya demi
Allah SWT. 2
Kalau dalam kelompok ayat
yang pertama turun berkaitan dengan
perintah membaca maka kelompok ayat
yang kedua yaitu surat Al-Qalam
menekankan pentingnya alat yang harus
digunakan untuk menunjang aktifitas
membaca yaitu qalam (pena) dan
hasilnya yaitu tulisan. Dalam ayat
tersebut seakan Allah bersumpah
dengan manfaat dan kebaikan yang
dapat diperoleh dari tulisan. Hal ini
secara tidak langsung merupakan
anjuran untuk membaca karena dengan
membaca seseorang dapat memperoleh
manfaat bagi kesuksesan hidupnya.
Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan
akan terus dapat berkembang dengan
baik apabila budaya membaca dan
menulis telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Budaya baca disimbulkan dalam
perintah iqra’, sementara budaya tulis
2 Quraish shihab, Tafsir al - Quran al
- Karim: Tafsir atas Surat - surat Pendek
Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu,
Bandung: Pustaka Hidayah, 1997. h. 79.
disimbulkan dalam wahyu yang kedua
yaitu Al_Qalam (pena).
Kedua, Tugas manusia sebagai
khalifah Allah di bumi akan sukses
kalau memiliki ilmu pengetahuan. Hal
ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah
30-31 :
جاع لوإذ إ ن ل لملئ كة ربك قال
ف رض ف يهاٱل تعل
أ قال و ا خل يفة
ف يهاويسف ك د ٱل ما ءمني فس ونن
إ ن قال لك ون قد س ك مد ب ن سب ح
ون تعلم ل ما علم دمءاوعلذم٣٠أ
سما ءٱل عل م عرضه ث مذ ذها ك
ٱلملئ كة نب أ سما ء فقال
ب س وي
ق ين نت مصد ل ء إ نك ٣١هؤ 30. ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 24
itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." 31. dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
Dari ayat di atas Nampak jelas
bahwa untuk suksesnya tugas
kekhalifan manusia di bumi maka Allah
SWT menganugerahkan kepada
manusia potensi untuk dapat
mengetahui dan memahami segala
sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupannya. Dari rangkaian ayat di
atas juga terlihat bahwa dengan
kemampuan untuk memahami dan
mengetahui itulah sumber dan cara
mendapatkan ilmu pengetahuan,
menjadikan manusia memiliki
kelebihan dibandingkan malaikat.
Pada ayat 31 pengajaran yang
diterima oleh manusia pertama yaitu
Adam dari Allah adalah tentang nama-
nama benda. Hal ini menjadi pelajaran
bahwa pengetahuan dasar yang harus
didapatkan oleh manusia adalah tentang
nama-nama benda bukan kata kerja.
Maka hal pertama yang harus kita
ajarkan kepada anak-anak kita yang
masih kecil (balita) semestinya adalah
nama-nama benda di sekelilingnya.
Penggalan ayat 31 yang
berbunyi “ Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya “, juga mengandung arti
bahwa salah satu keistimewaan manusia
adalah kemampuannya
mengsekpresikan apa yang terlintas
dalam benaknya serta kemampuannya
menangkap bahasa sehingga ini
mengantarnya “mengetahui”. Di sisi
lain kemampuan manusia merumuskan
ide dan memberikan nama bagi segala
sesuatu merupakan langkah menuju
terciptanya manusia yang
berpengetahuan dan lahirnya ilmu
pengetahuan.
Ketiga, muslim yang baik tidak
pernah berhenti untuk menambah ilmu.
Ajaran ini tertuang dalam surat Thaha
ayat 114 :
ا ع لم ز دن ١١٤وق لرذب
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 25
Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan."
Inilah salah satu doa yang harus
dipanjatkan oleh seorang muslim yang
diajarkan oleh al_Qur’an. Bahwa
memohon kepada Allah SWT agar
ditambahkan ilmu pengetahuan adalah
bagian dari kebutuhan hidup. Dari ayat
ini juga dapat dipetik pelajaran bahwa
al-Qur’an mengajarkan menuntut ilmu
adalah salah satu bentuk ibadah yang
bernilai tinggi dan harus dilakukan oleh
setiap muslim sepanjang hidupnya.
Maka kalau pada masa modern dikenal
istilah pendidikan seumur hidup (long
live education), maka Islam sejak awal
menekankan kepada umatnya untuk
terus menambah ilmu pengetahuan.
Etos untuk terus menambah ilmu
pengetahuan dapat diterjemahkan
bahwa yang disebut belajar atau
menuntut ilmu bukan hanya pada usia
tertentu atau dalam formalitas satuan
pendidikan tertentu, melainkan
sepanjang hayat masih dikandung badan
maka kewajiban untuk terus menuntut
ilmu tetap melekat pada diri seorang
muslim. Salah satu hikmanya adalah
bahwa kehidupan terus mengalami
perubahan dan perkembangan menuju
kemajuan, maka kalau seorang muslim
tidak terus menambah pengetahuannya
jelas akan tertinggal oleh perkembangan
zaman yang pada gilirannya tidak dapat
memberikan kontribusi bagi kehidupan.
Al-Qur’an jelas membedakan antara
orang yang berpengetahuan dengan
orang yang tidak berpengetahuan,
sebagaimana dijelaskan dalam surat al-
Zumar ayat 9 :
ونوٱلذ ينق لهليستو ي ٱلذ ينيعلم
ول وا أ ر مايتذكذ إ نذ ون ليعلم
ٱل ل
٩Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.
Ayat tersebut jelas menegaskan
bahwa tentu berbeda antara yang
berpengetahuan dengan tidak memiliki
pengetahuan. Yang dimaksud
pengetahuan dalam ayat ini adalah
pengetahuan yang membawa manfaat
bagi kehidupannya di dunia dan akhirat.
Maka bagi yang tidak memiliki
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 26
pengetahuan jelas nilainya akan jauh
berbeda dengan orang yang memiliki
pengetahuan.
Keempat, orang yang berilmu
akan dimuliakan oleh Allah SWT. Hal
ini diisyaratkan dalam surat Al-
Mujadalah ayat 11.
يرفع مٱلذ ينٱللذ م نك ءامن وا
ٱلذ ينو وت وا وٱلع لمأ درجت ب ماٱللذ
١١تعمل ونخب يAllah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Dari ayat tersebut jelas bahwa
kemuliaan dan kesuksesan hidup hanya
milik orang yang berilmu dan beriman.
Orang yang beriman tetapi tidak
memiliki ilmu pengetahuan maka tidask
akan memperoleh kemuliaan di sisi
Allah SWT. Sebaliknya bagi orfang
yang hanya berilmu saja tanpa disertai
iman juga tidak akan membawa manfaat
bagi kehidupannya khususnya di akhirat
kelak.
Dari ayat tersebut juga terlihat
bahwa secara garis besar manusia dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok
besar; pertama, orang yang sekedar
beriman dan beramal, kedua orang yang
beriman dan beramal shalih serta
memiliki pengetahuan. Posisi atau
derajat kelompok kedua ini lebih tinggi
bukan saja karena nilai ilmu yang
dimiliki, tetapi juga amal dan usahanya
untuk mengajarkan ilmu, baik melalui
lisan, tulisan atau tindakan.
Ilmu yang dimaksud tentu saja
bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu
apapun yang membawa maslahat bagi
kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan
dalam surat Fathir ayat 27-28.
لمأ نذ
أ تر ٱللذ م ن نزل
ما ء أ ٱلسذ ما ء
ب ه خرجنا ۦفس ن ها لو
أ تل فا م ثمرت
بال وم ن رٱل وح ب يض دد ج
ود س وغراب ي ن ها لوأ تل ف ٢٧م
وم ن وا ب وٱلنذاس نعم وٱلذٱل
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 27
تل ن ه م لوأ يشۥف ما إ نذ كذل ك
ٱللذ باد ه ع م ن ا لمؤ ٱلع إ نذ ٱللذ
ور ٢٨عز يزغف 27. tidakkah kamu melihat bahwasanya
Allah menurunkan hujan dari langit lalu
Kami hasilkan dengan hujan itu buah-
buahan yang beraneka macam jenisnya.
dan di antara gunung-gunung itu ada
garis-garis putih dan merah yang
beraneka macam warnanya dan ada
(pula) yang hitam pekat.
28. dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.
Dari ayat di atas jelas bahwa
setelah Allah SWT menjelaskan tentang
banyak makhluk-Nya juga fenomena
alam, dan di penghujung ayat ditutup
dengan ungkapan “ sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-
hambah-Nya, hanyalah ulama”. Hal ini
sekali lagi menegaskan bahwa ilmu
dalam pandangan Islam bukan hanya
ilmu agama. Namun di sisi lain juga
terlihat bahwa ilmu yang dimiliki oleh
setiap orang semestinya menghasilkan
rasa khasyah (takut atau kagum) kepada
Allah SWT. Karena kalau ilmu itu tidak
menghasilkan kedekatan kepada Allah
SWT justru hal ini akan membawa
kecelakaan bagi orang tersebut. Maka
ilmu apapun yang dipelajari dan
dimiliki oleh manusia semestinya
menghantarkannya pada sikap semakin
dekat kepada Allah SWT. Maka kalau
ada sementara orang baik berilmu
apalagi tidak berilmu yang kemudian
melalaikan Allah SWT dalam hidupnya
maka akan berakibat kebinasaan bagi
kehidupannya terlebih di akhirat nanti.
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-“Araf
ayat 179 :
ولقد م ن ا كث ي هنذم ل نان ذرأ ٱل
و نس ب هاٱل ون يفقه لذ ق ل وب م له
م وله ب ها ون ي بص لذ عين أ م وله
ولئ ك أ ب ها يسمع ون لذ ءاذان
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 28
نعم كٱل م ه ولئ ك
أ ضل
أ م ه بل
١٧٩غف ل ونلٱ179. dan Sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang
yang lalai.
Ayat ini menjelaskan tentang
manusia yang lalai dan kemudian
dipersamakan dengan binatang. Bahkan
jauh lebih sesat disbanding binatang.
Mengapa? Karena manusia diberi
potensi lebih banyak dibanding
binatang. Maka tatkala potensi-potensi
yang semestinya dapat menjadikan
hidupnya mulia ternyata justru
menghantargkannya menuju
kebinasaan. Hal ini bukan karena
mereka tidak memiliki kecerdasan dan
pengetahuan tetapi ilmu pengetahuan
yang dimilikinya tidak
menghantarkannya menjadi semakin
dekat kepada Allah SWT.
Binatang tidak dikecam kalau
tidak dapat mencapai derajat yang
tinggi karena potensi yang dimiliki oleh
binatang tidak sebanyak yang dimiliki
oleh manusia. Di sisi lain potensi yang
dimiliki oleh binatang berupa instink
tidak pernah dilanggarnya dan
cenderung menghantarkannya untuk
melakukan sesuatu yang positif.
Sementara manusia maka dikatakan
lebih sesat dari binatang kalau potensi-
potensi yang dimilikinya itu tidak dapat
digunakan untuk meraih kemuliaan
hidup di dunia dan akhirat.
KOKOHNYA IMAN DAN AMAL
TERGANTUNG ILMU
Dalam Islam tidak dikenal
dikotomi ilmu umum maupun ilmu
agama atau ilmu dunia dan ilmu akhirat.
Pada dasarnya masalah agama atau
keimanan hanya dapat kokoh apabila
ditopang oleh pengetahuan atau ilmu.
Demikian halnya dengan amal shalih
hanya akan sempurna apabila dilandasi
dengan ilmu dan pengetahuan yang
benar. Maka begitu banyak ayat yang
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 29
mengecam perilaku orang yang beriman
atau beragama tetapi hanya mbebek
atau ikut-ikutan tanpa disertai dengan
penalaran dan pemahaman yang benar
tentang keyakinannya. Hal ini
diungkapkan dalam beberapa ayat ,
diantaranya adalah Al-Baqarah ; 170 : وإذا م ق يلله وا نزلٱتذب ع
أ ما قال واٱللذ
ولوءابا ءنا أ عليه لفينا
أ ما نتذب ع بل
شي يعق ل ون ل م ءابا ؤ ه اكن
ون ١٧٠وليهتد 170. dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab:
"(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti
apa yang telah Kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami".
"(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?".
Seorang anak kemudian
mengikuti perilaku orang tuanya atau
nenek moyangnya tentu sangat wajar.
Tetapi kalau kemudian bertanya apa
yang dilakukan oleh orang tua atau
nenek moyang tersebut keliru tentu
orang yang berpengetahuan akan
meninggalkan apa yang dilakukan oleh
nenek moyangnya dan beralih kepada
hal yang lebih benar.
Di sisi lain salah satu kepastian
yang tidak diragukan lagi adalah adanya
hukum perubahan dalam kehidupan
manusia. Artinya manusia dalam
menjalani kehidupannya akan
mengalami perkembangan dalam
pemikiran dan kondisi sosialnya. Ilmu
pengetahuan yang dimilikinya pun terus
akan bertambah sehingga boleh jadi aka
nada pandangan hidup atau pengetahuan
yang harus dikoredksi dan diluruskan.
Keniscayaan dalam hidup adalah
perubahan. Maka kalau ada orang yang
tidak mau berubah dan hanya bertahan
dengan keyakinannya yang using, maka
itu dikecam oleh Al-Qur’an. Hal ini
juga diisyaratkan dalam surat al-Maidah
: 104
وإذا نزلما أ إ ل تعالوا م له ق يل ٱللذ
وإ ول ل وجدناٱلرذس ما حسب نا قال وا
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 30
ل م ءابا ؤ ه كن ولوأ ءابا ءنا عليه
ونشي ونيعلم ١٠٤اوليهتد 104. apabila dikatakan kepada mereka:
"Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul".
mereka menjawab: "Cukuplah untuk
Kami apa yang Kami dapati bapak-
bapak Kami mengerjakannya". dan
Apakah mereka itu akan mengikuti
nenek moyang mereka walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui
apa-apa dan tidak (pula) mendapat
petunjuk?.
Firman Allah SWT di atas
dengan jelas menyatakan keburukan
sementara orang yang hanya memiliki
keyakinan tetapi tidak didasarkan
kepada pertimbangan akal sehat
melainkan hanya membebek saja tanpa
disertai usaha penilaian terhadap
kepercayaan yang telah ada. Potongan
firman Allah yang mengatakan bahwa “
mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak pula mendapat petunjuk “
mengandung arti bahwa mereka tidak
mampu memanfaatkannya karena mata
hati dan fikiran mereka telah tertutup.
Ayat ini bukan berarti bahwa apabila
mereka memiliki pengetahuan maka
mereka boleh mengikuti kesesatan
nenek moyang mereka. 3
Ilmu pengetahuan dan kesesatan
adalah dua hal yang berbeda dan tidak
mungkin dapat bertemu, sehingga
apabila mereka mengikuti nenek
moyang mereka yang berkeyakinan
salah tersebut, pastilah karena mereka
tidak memiliki ilmu pengetahuan. Ayat
ini ingin menegaskan keadaan
sementara orang yang diselubungi oleh
kebodohan dan ketiadaan petunjuk,
tetapi mereka berlindung di balik
jubbah adat istiadat atau tradisi nenek
moyang mereka. Yang perlu
digarisbawahi adalah bahwa Al-Qur’an
tidak mengecam tradisi tetapi yang
dikecam Al-Qur’an adalah tradisi yang
tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan,
akal sehat, hati nurani, dan terledbih
tuntunan Allah SWT.
KARAKTERISTIK MUSLIM
BERBUDAYA AKADEMIK
Ayat pokok yang menjelaskan
hal ini adalah surat Ali ‘imran : 190-
191.
3 Quthb Sayyid,2002, Tafsir Fi Zhilal
Al-Qur'an dibawah naungan Al Qur'an jilid
10, terj, As’ad Yasin, Gema Insani,
Jakarta.h.43
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 31
إ نذ خلق ت ف مو وٱلسذ رض ٱل
و ل ٱخت لف ٱلنذهار وٱلذ ول ل لأيت
لٱلذ ين١٩٠ٱل ون ر يذك ٱللذ
وعل ا ع ود وق ا ن وب ه مق يم ج
ق خل ف ون ر ت ويتفكذ مو ٱلسذ
و رض ٱل بط ل هذا خلقت ما ربذنا
بحنكفق ناعذاب ١٩١ٱلنذار س 190. Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka.
Dalam ayat tersebut seorang
muslim yang memiliki karakter ber-
budaya akademik disebut dengan istilah
ulul albab yang secara kebahasaan
mgengandung arti “ orang-orang yang
memiliki akal yang murni “. Dalam ayat
tersebut jelas dinyatakan bahwa mereka
memiliki paling tidak dua karakter yaitu
:4
1. Orang yang selalu mengingat
Allah SWT dalam keadaan
berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring.
2. Mereka selalu memikirkan
tentang penciptaan langit dan
bumi.
Dari dua karakter tersebut dapat
ditarik beberapa pelajaran diantaranya,
pertama, karakter orang yang memiliki
budaya akademik dalam pandangan Al-
Qur’an adalah orang yang mampu
mengoptimalkan kemampuan
spiritualnya untuk selalu ingat kepada
Allah SWT dalam setiap keadaan.
Dalam ayat tersebut dijelaskan dengan
ungkapan “selalu mengingat Allah
dalam keadaan berdiri, duduk, dan
berbaring “. Keadaan manusia hanya
4 Tafsir Al - Mishbah: Pesan, Kesan
dan Keserasian al - Quran , Vol ume 1 - 15 ,
Jakarta: Lentera Hati, 2000. h. 227.
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 32
terdiri dari tiga, kalau tidak berdiri
mungkin duduk kalau tidak keduanya
pasti berbaring. Dan sebagai bukti dari
aktifitas dzikir tersebut adalah
kemampuannya untuk menggunakan
pikirannya secara maksimal untuk
memikirkan semua ciptaan Allah di
alam semesta.
Kedua, ayat-ayat atau tanda-
tanda kebesaran Allah SWT yang ada di
alam raya ini hanya akan dapat
ditangkap oleh orang-orang yang mau
mencurahkan akal dan pikirannya dan
disertai dengan kebersihan hati untuk
selalu mengingat Allah SWT. Kalau ada
orang yang mampu memikirkan ciptaan
Allah tetapi tanpa disertai usaha
mengingat Allah SWT maka tidak akan
menghasilkan sikap budaya akademik
yang dimaksud oleh Islam. Al-Qur’an
mengajarkan untuk selalu mengaitkan
aktifitas berpikir ilmiah yang kita
lakukan dengan usaha untuk selalu
mengingat Allah SWT.
Dari usaha tersebut maka
lahirlah sebuah kesadaran yang tulus
untuk mengakui betapa agungnya Allah
SWT dan betapa lemahnya manusia di
hadapan ke-mahakuasaan Allah SWT.
Ekspresi seperti ini diungkapkan dalam
lanjutan ayat di surat ali ‘Imran : 192.
نا ربذ ل ت دخ من فقدٱلنذارإ نذك
خنصارۥزيته أ
ل م ينم نأ ١٩٢ومال لظذ
192. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya
Barangsiapa yang Engkau masukkan ke
dalam neraka, Maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi
orang-orang yang zalim seorang
penolongpun.
Hal ini bukan berarti Allah SWT
akan semena-mena memasukkan orang
ke dalam siksa neraka, karena kalau itu
terjadi akan berlawanan dengan sifat
Allah SWT yang Maha Rahman dan
Maha Rahim. Pernyataan dalam doa
tersebut lebih sebagai bentuk ekspresi
sikap seorang hamba yang mengakui
bahwa telah banyak anugrah yang
diberikan oleh Allah SWT namun
ternyata tidak menjadikan manusia
sadar akan jati dirinya yang hanya juga
sebagai ciptaan (hamba), maka doa
tersebut adalah pengakuan kalau pada
akhirnya ada orang yang masuk neraka
itu karena semata-mata sikap orang
tersebut yang tidak mau menggunakan
akalnya secara benar atau tidak mau
mengikuti tradisi akademik yang
diajarkan Allah SWT.
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 33
Karakter ketiga, orang yang
berbudaya akademik disebutkan dalam
surat al-Zumar : 18
يستم ع ٱلذ ين فيتذب ع ونٱلقولونحسنه
أ ۥ ولئ ك
ٱلذ ينأ م ه هدى ٱللذ
ول وا مأ ولئ كه
وأ ل
١٨ٱل
18. yang mendengarkan Perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. mereka Itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka Itulah orang-orang yang
mempunyai akal.
Dari ayat tersebut jelas terbaca
bahwa karakter orang yang memiliki
budaya akademik yang baik adalah
orang yang secara sungguh-sungguh
dan konsisten selalu mau mendengarkan
hal-hal atau informasi yang baik.
Kemudian dari sekian banyak informasi
yang mereka terima kemudian
dipilihlah informasi terbaik dan
kemudian dengan sepenuh hati
melaksanakan informasi tersebut.
Informasi terbaik menurut ayat tersebut
bukan tanpa kriteria. Kriteria yang
dijadikan pegangan adalah petunjuk
Allah SWT dan Rasul-Nya serta
berdasarkan logika yang lurus dan hati
nurani yang bersih. Mereka itulah yang
dalam ayat tersebut kemudian juga
disebut dengan ulul albab.
Namun demikian seorang
muslim meskipun telah memperoleh
kemampuan tersebut hendaknya tetap
bersikap rendah hati dengan mengakui
bahwa perolehan tersebut merupakan
semata-mata karunia dan petunjuk Allah
SWT. Hal ini diisyaratkan dalam ayat di
atas dengan redaksi “ mereka itulah
orang-orang yang telah diberi Allah
perunjuk”. Petunjuk tersebut tentu
hanya akan diperoleh bagi yang
bersungguh-sungguh ingin meraihnya.
Orang yang tidak pernah berikhtiar
untuk meraih petunjuk maka jangan
pernah berharap dapat memperoleh
petunjuk. Di sin bertemu antara anugrah
Allah yang Maha memberi petunjuk
dengan usaha manusia yang ingin
meraih petunjuk. Wallahu a’lam.
KESIMPULAN
Trilogi yang terdiri dari ilmu
pengetahuan, iman yang kokoh dan hati
yang tunduk, merupakan rangkaian
yang tak terpisahkan dalam membangun
budaya akademik. Sehingga budaya
ISSN : 2620-6692 Volume 03 No. 02 Juli-Desember 2020
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi 34
akademik yang ingin dibangun oleh
Islam bukan sekedar menjadikan
manusia cerdas, tetapi juga memiliki
kehangatan iman dan kerendahan hati.
Budaya akademis yang hanya mengasah
kecerdasan otak, hanya akan melahirkan
robot-robot yang tidak memiliki empati
terhadap sesama. Sebaliknya budaya
akademis yang terlalu menitik beratkan
pembangunan keimanan dengan
mengesampingkan rasionalitas, akan
melahirkan manusia yang gagap
menghadapi tantangan zaman. Juga
sebaliknya orang yang cerdas akalnya,
kokoh imannya tetapi tidak rendah hati
maka akan menjadi manusia tinggi hati
yang tidak peduli terhadap lingkungan.
Tulisan ini juga berhasil mengungkap
sejumlah kriteria siapakah yang disebut
dalam Al-Qur’an sebagai manusia
berbudaya akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asfahani Al-Ragib. 2008. Mu’jam
Mufrodat al-Fadhil al-Qur’an,
Lebanon : Dar AlKotob Al-
ilmiyah.
Tafsir al - Quran al – Karim. 1997.
Tafsir atas Surat - surat Pendek
Berdasarkan Urutan Turunnya
Wahyu, Bandung: Pustaka
Hidayah.
Tafsir Al – Mishbah. 2000. Pesan,
Kesan dan Keserasian al - Quran
, Vol ume 1 – 15. Jakarta: Lentera
Hati.
Quthb Sayyid. 2002. Tafsir Fi Zhilal Al-
Qur'an dibawah naungan Al
Qur'an jilid 10, terj, As’ad Yasin.
Jakarta : Gema Insani.
Top Related