Pengertian IjtihadPengertian Ijtihad
Ijtihad secara bahasa Ijtihad secara bahasa berasal dari kata berasal dari kata al-jahd, al-jahd,
al-juhd,al-juhd,
((الجهدالجهد)) dan ath-Thaqatdan ath-Thaqat. yang . yang
artinya kesulitan, artinya kesulitan, kesusahan, dan juga kesusahan, dan juga
berupa suatu berupa suatu kesanggupan atau kesanggupan atau
kemampuan.kemampuan.
Kata Al-Juhd menunjukkanKata Al-Juhd menunjukkanpekerjaan yang sulit pekerjaan yang sulit
dilakukan,dilakukan,(lebih dari pekerjaan (lebih dari pekerjaan
biasa)biasa)Sabda Nabi Saw :Sabda Nabi Saw :
الدعاء في وجتهدوا علي الدعاء صلوا في وجتهدوا علي صلوا
Bacalah shalawat padakuBacalah shalawat padakuDan bersungguh-Dan bersungguh-
sunguhlahsunguhlahDalam berdo’aDalam berdo’a
Ijtihad adalah masdar dari اجتهد Penambahan huruf alif dan ta, berarti
“usaha itu lebih sunguh-sungguh”. Oleh sebab itu ijtihad berarti usaha
keras atau pengerahan daya upaya untuk mendapatkan sesuatu.
Sebaliknya, usaha yang tidak dilakukan secara maksimal (tidak mengunakan daya yang keras), tidak disebut sebagai ijtihad
Ijtihad menurut istilahIjtihad menurut istilah
yaitu “suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan (isthinbath) hukum syara’ dari dalil terperinci dalam syari’at”.
Perkembangan IjtihadPerkembangan Ijtihad
• Ijtihad telah berkembang sejak masa Rasul.
Sumber hukum Islam di masa Nabi hanya 2, yaitu Alquran dan Sunnah
Jika muncul suatu kasus, Rasul menunggu wahyu diturunkan,Jika wahyu tidak turun, maka beliau berijtihad. Hasil Ijtihad ini disebut dengan hadits (Sunnah)
Hasil Ijtihad Nabi juga disebut Wahyu (An_Najm : 4)
• Ijtihad dengan ra’yu pemikiran telah diizinkan Rasulullah Saw, yang memberi kepada Mu’az untuk berijtihad.
برأيي • أجتهد• Umar bin Khattab juga dikenal sering
berijtihad dengan menggunakan ra’yu • Para tabi’in juga melakukan hal yang
sama sehingga muncul ahli ra’yu dan ahli hadits
Ahli ra’yi lebih banyak menggunakan ra’y (rasio) dibanding ahli hadits dalam mengistimbath hukum.
Ahli hadits dalam menyelesaikan berbagai kasus berusaha mencari illat hukum, sehingga denganIllat ini mereka dapat menyamakan hukuman kasus yang dihadapi dengan kasus yang ada nashnya Mereka juga sering mencari rahasia dan maqashid suatu dalil syara, seperti benda zakat yang bisa diganti dengan uang
• Pada masa Imam Syaf’ii, penggunaan ra’yu disistimatiskan sehingga memiliki acuan dan pedoman yang jelas, yaitu melalui metode qiyas. Qiyas dijadikan sebagai alat penggalian hukum yang shahih
Kebutuhan akan IjtihadKebutuhan akan Ijtihad
• Setelah Rasul wafat, beliau meninggalkan Al-Quran dan Sunnah. Nash Al-quran dan Sunnah tersebut jelas tidak akan bertambah, sementara persoalan dan masalah yang dihadapi kaum muslimin dari zaman ke zaman terus berkembang, karena itu kebutuhan akan ijtihad menjadi sebuah yang niscaya.
• Ketika wilayah kekuasaan Islam semakin luas, ke Persia, Syam, Mesir, Afrika Utara bahkan sampai ke spanyol, Turki dan India, permasalahan yang dihadapi ulama semakin kompeks,maka ijtihad semakin berperan dalam mengistimbath hukum.
Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad
• An-Nisaa ayat 105
7ن5 • 5ي ب :م5 5ح7ك =ت ل 7ح5ق? =ال ب 5اب5 =ت 7ك ال 7ك5 5ي =ل إ 5آ 7ن ل 5نز5 Iآأ =ن إ
Iاس= اك5 الن ر55 =م5آأ خ5ص=يمNا ب =ين5 =ن آئ 7خ5 ?ل ل :ن 5ك 5ت و5ال الله:
“Sesungguhnya Kami turunkan Kitab kepadamu secara hak, agar kamu dapat menghukumi di antara manusia, dengan rasio yang diberikan Allah kepadamu”.
لقوم • األيات ذالك في يتفكرونان• Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir
• Dalam ayat tersebut terdapat penetapam ijtihad berdasarkan qiyas
Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad
• Hadits Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Umar ra.
فله • فأصاب فاجتهد كم الحا حكم حكم أجراناذا واذافله أجطأ ثم أجر فاجتهد
• ,Jika seorang hakim menghukumi sesuatuـdan benar, maka ia mendapat dua, dan bila salah maka ia mendapat satu pahala.
• Hadits Nabi saw. Kepada Muadz ibnu Jabal untuk menjadi hakim di Yaman.
• Rasulullah Saw bertanya, “ Dengan apa kamu menghukum?” ia menjawab, “Dengan apa yang ada dalam kitab Allah Swt. Rasulullah bertanya lagi, “Jika kamu tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?” Dia menjawab, “Aku memutuskan dengan apa yang diputuskan oleh Rasulullah”. Rasul bertanya lagi, “Jika tidak mendapat dalam ketetapan Rasulullah?” berkata Muadz,” Aku berijtihad dengan pendapatku.”Rasulullah bersabda,” Aku bersyukur kepada Allah yang telah menyepakati utusan dari Rasul-Nya.
Macam-macam Macam-macam Ijtihad :Ijtihad :
• Imam syafi’I : menyamakan
ijtihad dengan qiyas
• Dia tidak mengakui ra’yu yang didasarkan pada istihsan dan maslahah mursalah
• Ulama lain, ijtihad mencakup ra’yu, qiyas, dan akal, sehingga termasuk istihsan dan maslahah
• Berdasarkan itu Dr. Dawallibi dan Asy-Syatibi dalam al-Muwafaqat membagi ijtihad kepada tiga bagian:
• 1. Ijtihad al-Batani yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ dari nash
• 2. Ijhad al-Qiyasi yaitu, ijtihad terhadap permasalahan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan metode qiyas
• 3. Ijtihad al-Istishlah yaitu ijtihad terhadap permasalahan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan ra’yu berdasarkan kaidah istishlah (kemaslahatan).
Ijtihad
Ijtihad -Istimbathiy
Ijtihad Tathbiqy
Yaitu :Ijtihad mengeluarkan
Hukum dari teksnash Alquran
Maupun sunnahContoh : mengeluarkandiktum hukum ekonomi
dari ayat 282
Yaitu :Ijtihad dalam hal
penerapannash Alquran dan Sunnah
Atau Ijtihad tentang
kasus aktualMisalnya Sistem PLS,
Islamic Swap,REPO SuratBerharga, dll
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
Ijtihad
Ijtihad Intiqaiy
Ijtihad Insya-iy
Yaitu :Ijtihad dengan caramentarjih salah satu
pendapat ulama (takhyir)Contoh Bay Tawarruq
dan Sewa BeliAtau dengan cara talfiq
mengambil beberapa mazhab
Yaitu :Ijtihad dengan menemukan
Pendapat baru yg belum Pernah ada di kalangan
Mazhab. MisalnyaKombinasi PLS dan RS
menjadi Net Revenue,
Jual beli Urbun,
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
Ijtihad
Ijtihad Fardy
Ijtihad Jama’iy
Yaitu :Ijtihad Individu dimanaIjtihad dilakukan oleh
Seorang ulama.Ini banyak terjadi di
Masa klasik Islam
Yaitu :Ijtihad berjamaah, (Ijtihad kolektif).
Misalnya Ijtihad yang dilakukan oleh forum ulama
atau Lembaga Fatwa,Majma Buhuts. Seperti DSN
MUI, Majma’ BuhutsRabithah alam al-Islamy
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
Ijtihad
Ijtihad al-Aqli
Ijtihad Syar’iy
Yaitu :Ijtihad yang hujjahnyaDidasarkan pada akal,tidak menggunakan
dalil syara’. Mujtahid bebas
Menggunakan berfikirdengan kaedah.
Misalnya,Menjaga
kemudratan
Yaitu :Ijtihad yang didasarkan
pada syara, termasukdalam pembagian ini,
Ijma’ qiyas,
Pembagian Ijtihad Pembagian Ijtihad menurutmenurut
Taqyuddin Al-Taqyuddin Al-HakimHakim
Syarat-Syarat-syaratsyarat
MujtahidMujtahid
• Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum al-Qur’an secara bahasa dan syari’ah
• Menguasai dan mengetahui hadits-hadits hukum baik secara bahasa maupun syari’at
• Mengetahui nasakh dan mansukh ayat al-Qur’an dan Sunnah
• Mengetahui hal atau kasus yang telah ijma ulama• Mengetahui metode qiyas• Menguasai bahasa Arab dan ilmu bahasa. • Mengetahui ilmu ushul fiqh.• Mengetahui masalah (kasus) yang diijtihadi.• Mampu mengetahui kaidah-kaidah maqasidus-
syariah.
• Maksud Maqashid Syari’ah adalah, mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudratan yang berada dalam koridor syari’ah.
• Maqashid Syari’ah adalah upaya memelihara 5 macam kebutuhan dasar manusia, yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Objek kajian Objek kajian ijtihadijtihad
• Hal-hal yang tidak boleh dijadikan objek kajian ijtihad, ialah hukum-hukum yang telah dimaklumi sebagai landasan pokok Islam, berdasarkan pada dalil-dalil qath’i.
Hukum yang tidak memilikiDalil yang Qath’iy
Dengan demikian, Hal-hal yang boleh dijadikan sebagai objek kajian ijtihad adalah hukum yang didasarkan pada dalil zhanni, baik petunjuknya, (dilalahnya) maupun tsubutnya Serta hukum-hukum yang belum ada nashnya dan belum ada ijma’ ulama tentangnya.
Objek ijtihadObjek ijtihad
MUAMALAT
• Filsafat
Hukum yang dasarnya dalil zhanniy Harun Nst: Ijtihad
Bidang politik, aqidah, tasawuf, filsafat
Mayoritas Ulama fiqih dan ushul, diperkuat oleh at-Taftazani dan ar-Ruhawi mengatakan, “ijtihad tidak boleh dalam masalah qath’iyat dan masalah akidah”.
• Minoritas Ulama (al.Ibnu Taimiyah dan Al-Hummam) membolehkan adanya ijtihad dalam akidah.
Hukum melakukan ijtihad bagi orang yang telahHukum melakukan ijtihad bagi orang yang telah memenuhi syarat dan kriteria ijtihad memenuhi syarat dan kriteria ijtihad..
• Fardu ‘ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan ia harus mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri.
• Fardu ‘ain juga menjawab permasalahan yang belum ada hukumnya. Dan bila tidak dijawab dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam melaksanakan hukum tersebut, dan habis waktunya dalam mengetahui kejadian tersebut.
• Fardhu kifayah jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak dikhawatirkan akan habis waktunya, atau ada lagi mujtahid yang lain yang telah memenuhi syarat.
• Dihukumi sunnah, jika berijtihad terhadap permasalahan yang baru, baik ditanya ataupun tidak.
• Hukumnya haram terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara qath’I karena bertentangan dengan syara’.
Tingkatan MujtahidTingkatan Mujtahid
• Mujtahid mustaqil, yaitu orang yang bebas membuat kaidahnya sendiri, menyusun fiqihnya sendiri, dan ber beda dengan madzhab lain.
• Mujtahid muthlaq ghairu mustaqil, yaitu orang yang mempunyai kriteria mujtahid mustaqil tetapi mengikuti salah satu madzab.
• Mujtahid muqayyad/takhrij, yaitu orang yang diberi kebebasan untuk menentukan landasannya berdasarkan dalil, tetapi tidak boleh keluar dari kaidah-kaidah yang dipakai imamnya.
Tingkatan MujtahidTingkatan Mujtahid
.• Mujtahid tarjih, yaitu sangat faqih, hapal
kaidah-kaidah imamnya, mengetahui dalil-dalilnya, cara memutuskan hukumnya, bisa mengetahui cara mencari dalil yang kuat, dll.
• Mujtahid fatwa, yaitu orang yang hafal dan paham kaidah-kaidah imam madzhab, mampu menguasai permasalahan yang sudah jelas atau yang sulit, namun masih lemah menetapkan suatu putusan berdasarkan dalil serta lemah dalam menetapkan qiyas. Menurut imam nawawi kriteria ini masih sangat bergantung pada fatwa yang telah disusun imam madzhab.
Tertutup Dan Terbukanya Pintu Ijtihad.Tertutup Dan Terbukanya Pintu Ijtihad.
• Pada abad 4 hijriyah ada anggapan bahwa pintu berijtihad telah tertutup karena umat Islam terpecah pada ketaatan dan pengagungan pada masing-masing madzhabnya. Mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan mampu untuk menandingi para imam madzhab pada waktu itu.
• Jumhur ulama, para imam madzhab, sunni dan syi’ah, telah sepakat bahwa pintu ijtihad tidak akan pernah tertutup dan akan selalu terbuka.